You are on page 1of 16

MAKALAH KEBIJAKAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

KEBIJAKAN DALAM KEBIDANAN MENGENAI


KELOMPOK TERMARGINAL PADA KOMUNITAS
DAN AKSES PELAYANAN KEBIDANAN

Disusun Oleh :

1. Raras Dwi Astuti


2. Rizki Yuniati
3. Shela Rahayu Putri
4. Sri Hermayati
5. Titin Verayensi
6. Veronica Maharani
7. Wulan Dari Arpan
8. Wahyu Atika Anggraini
9. Yuni Dwi Astuti

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

PRODI DIV ALIH JENJANG KEBIDANAN

TA.2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan

nasional, dalam pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.  Kenyataan yang

terjadi sampai saat ini derajat kesehatan masyarakat masih rendah khususnya

masyarakat miskin, hal ini dapat digambarkan bahwa angka kematian ibu dan

angka kematian bayi bagi masyarakat miskin tiga kali lebih tinggi dari

masyarakat tidak miskin. Salah satu penyebabnya adalah karena mahalnya

biaya kesehatan sehingga akses ke pelayanan kesehatan pada umumnya masih

rendah.

Masayarakat adat masih disebut  sebagai masyarakat terasing yang

membawa masalah sosial. Namun titik pandang melihat masalah sosialnya

yang berbeda. Mereka dianggap sebagai lapisan masyarakat paling bawah

dalam strata perkembangan masyarakat Ind.  yang mempunyai masalah sosial

dengan berbagai ketertinggalan  dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan

dasar hidup layaknya manusia. Dengan keadaan ketertinggalan itu mereka

sulit untuk mencapai standart hidup manusia normal. Masalah sosial

masyarakat terasing ini, juga dilihat dalam koridor pemerataan hasil-hasil

pembangunan dan azas keadilan untuk mewujudkan kesejahteraan bersama.

Banyak faktor yang menyebabkan ketimpangan didalam pelayanan

kesehatan terutama yang terkait dengan biaya pelayanan kesehatan,


ketimpangan tersebut diantaranya diakibatkan perubahan pola penyakit,

perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola pembiayaan

kesehatan berbasis pembayaran swadana (out of pocket). Biaya kesehatan

yang mahal dengan pola pembiayaan kesehatan berbasis pembayaran out of

pocket semakin mempersulit masyarakat untuk melakukan akses ke palayanan

kesehatan.

Selama ini dari aspek  pengaturan masalah kesehatan baru di atur

dalam tataran Undang-Undang dan peraturan yang ada dibawahnya, tetapi

sejak Amandemen UUD 1945 perubahan ke dua dalam Pasal 28H Undang–

Undang Dasar Negara Republik Indonesia, yang menyatakan bahwa setiap

orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan

mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh

pelayanan kesehatan. Dalam Amandemen UUD 1945 perubahan ke tiga Pasal

34 ayat (3) dinyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas umum yang layak.

Untuk memenuhi dan mewujudkan hak bagi setiap warga negara

dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan kewajiban

pemerintah penyediaan fasilitas kesehatan sebagai amanat UUD 1945 serta 

kesehatan adalah merupakan kesehatan merupakan Public Good maka

dibutuhkan intervensi dari Pemerintah.


B. Masalah

1. Apa pengertian Termaginal ?

2. Apa saja kriteria keluarga miskin dan terasing ?

3. Apa usaha pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pada

keluarga miskin ?

4. Apa pelayanan kesehatan bidan komunitas terhadap masyarakat miskin ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Termaginal

2. Untuk mengetahui Kriteria Keluarga Miskin dan Terasing

3. Untuk mengetahui Usaha Pemerintah Dalam Meningkatkan Pelayanan

Kesehatan Pada Keluarga Miskin

4. Untuk mengetahui Pelayanan Kesehatan Bidan Komunitas Terhadap

Masyarakat Miskin
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Termarginal

Kaum marjinal sering dianggap sebagai suatu kegagalan dari pembangunan

khususnya dalam bidang investasi human capital. Indikator pembangunan yang

selalu ditujukan pada pembangunan sektor ekonomi dan politik membuat posisi

kaum marjinal dalam struktur dan tingkatan pembangunan semakin terjepit.

Siapakah yang disebut kaum marjinal tersebut? Marjinal berasal dari bahasa

inggris “marginal" yang berarti jumlah atau efek yang sangat kecil. Artinya,

marjinal adalah suatu kelompok yang jumlahnya sangat kecil atau bisa juga

diartikan sebagai kelompok prasejahtera.

Marjinal juga identik dengan masyarakat kecil atau kaum yang terpinggirkan

Jadi kaum marjinal adalah masyarakat kelas bawah yang terpinggirkan dari

kehidupan masyarakat. contoh kaum marjinal antara lain pengemis, pemulung,

buruh, petani, dan orang-orang dengan penghasilan pas-pasan atau bahkan

kekurangan. Mereka ini adalah bagian tak terpisahkan dari negara kita. Di era

situasi dan kondisi saat ini kaum marjinal secara umum adalah masyarakat yang

terpinggirkan karena miskin, gelandangan, kaum buruh, anak jalanan dan lain

lain. Penyebab mereka terpinggirkan karena tekanan ekonomi, sosial, budaya,

politik dan kadang juga peraturan maupun kebijakan pemerintah. Hal ini juga

berakibat pada jenis pendidikan yang cenderung lebih memilih atau mendapatkan

pendidikan non formal.


Keluarga miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang tidak

mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang

mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan.

Masyarakat terasing adalah kelompok orang/masyarakat yang hidup dalam

kesatuan-kesatuan kecil yang bersifat lokal dan terpencil dan masih sangat terikat

pada sumberdaya alam dan habitatnya yang secara sosial budaya terasing dan

terbelakang dibanding dengan masyarakat Indonesia pada umumnya sehingga

memerlukan pemberdayaan dalam menghadapi perubahan lingkungan dalam arti

luas.

B. Kriteria Keluarga Miskin dan Terasing

1. Keluarga miskin

Seorang kepala keluarga usia 18-59 tahun. Penghasilan rendah atau berada

dibawah garis kemiskinan seperti tercermin dari tingkat pengeluaran perbulan,

yaitu Rp. 62.000,- untuk perkotaan, dan Rp. 50.090,- untuk pedesaan (tahun

2000) per orang per bulan.

Tingkat pendidikan pada umumnya rendah : tidak tamat SLTP, tidak ada

ketrampilan tambahan. Derajat kesehatan dan gizi rendah. Tidak memiliki

tempat tinggal yang layak huni, termasuk tidak memiliki MCK. Pemilikan harta

sangat terbatas jumlah atau nilainya. Hubungan sosial terbatas, belum banyak

terlibat dalam kegiatan  kemasyarakatan. Akses informasi terbatas.

2. Keluarga terasing

a. Hidup dalam kesatuan-kesatuan sosial yang bersifat lokal dan terpencil:


b. Berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen.

c. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan.

d. Pada umumnya secara geografis terpencil dan relatif sulit dijangkau atau

terisolasi.

e. Kehidupan dan penghidupannya masih sangat sederhana:

f. Pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi subsistens (hanya 

untuk kepentingan sendiri) belum untuk kepentingan pasar.

g. Peralatan dan tekhnologi sederhana, misalnya peralatan rumah tangga.

h. Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumberdaya alam setempat

relatif tinggi.

i. Terbatasnya akses pelayanan sosial, ekonomi dan politik.

j. Secara sosial budaya terasing dan atau terbelakang.

C. Usaha Pemerintah Dalam Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Pada

Keluarga Miskin

1. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan,  sejak

tahun 1998 Pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan

penduduk miskin. Dimulai dengan pengembangan Program Jaring Pengaman

Sosial (JPS-BK) tahun 1998–2001,  Program dampak Pengurangan Subsidi

Energi (PDPSE) tahun 2001 dan Program Kompensasi Bahan Bakar Minyak

(PKPS-BBM) Tahun 2002-2004.  Program-program tersebut diatas berbasis

pada ‘provider’ kesehatan (supply oriented), dimana dana disalurkan langsung

ke Puskesmas dan Rumah Sakit. Provider kesehatan (Puskesmas dan Rumah


Sakit) berfungsi ganda yaitu sebagai pemberi pelayanan kesehatan (PPK) dan

juga mengelola pembiayaan atas pelayanan kesehatan yang diberikan. Kondisi

seperti ini menimbulkan beberapa permasalahan antara lain terjadinya defisit di

beberapa Rumah Sakit dan sebaliknya dana yang berlebih di Puskesmas, juga

menimbulkan fungsi ganda pada  PPK yang harus berperan

sebagai ‘Payer’ sekaligus ‘Provider’.

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat sangat miskin, miskin dan

tidak mampu dengan mana program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) mengacu pada prinsip-prinsip asuransi sosial, yaitu :

a. Dana amanat dan nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata

peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak

mampu.

b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standar pelayanan medik yang

cost effective dan rasional.

c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan Portabilitas dan ekuitas.

d. Transparan dan akuntabel.

Dengan pertimbangan pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan

mutu, transparansi dan akuntabiltas, serta mengingat keterbatasan pendanaan,

dilakukan perubahan pengelolaan program Askeskin pada tahun 2008, dengan

memisahkan  fungsi pengelolaan dengan fungsi pembayaraan dengan

didukung penempatan tenaga verifikator di setiap Rumah Sakit. Selain itu

mulai di berlakukannya Tarif Paket Pelayanan Kesehatan bagi Masyarakat

Miskin di Rumah Sakit dengan nama program berubah menjadi Jaminan


Kesehatan Masyarakat (jamkesmas).  Peserta Jamkesmas telah dibagi dalam

bentuk Kuota disetiap Kabupaten/Kota berdasarkan data Badan Pusat Statistik

tahun 2006. kuota tersebut menimbulkan persoalan mengingat masih banyak

masyarakat miskin di Kabupaten/Kota yang tidak masuk/menjadi peserta

Jamkesmas sementara kebijakan Jamkemas adalah bagi masyarakat miskin

diluar Kota yang ditetapkan maka menjadi tanggung jawab Pemerintah

Daerah.

Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak mampu

selanjutnya disebut peserta Jamkesmas, sejumlah 76,4 juta jiwa bersumber

dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006 yang dijadikan dasar

penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI

(Menkes) sesuai SK Menkes Nomor 125/Menkes/SK/II/2008 yang telah

ditetapkan nomor, nama dan alamatnya melalui SK Bupati/Walikota tentang

penetapan peserta Jamkesmas  serta gelandangan, pengemis, anak terlantar,

masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas, pasien sakit jiwa kronis,

penyakit kusta dan sasaran Program Keluarga Harapan (PKH) yang belum

menjadi peserta Jamkesmas.

Apabila masih terdapat masyarakat miskin yang tidak terdapat dalam kuota

Jamkesmas, pembiayaan kesehatannya menjadi tanggung jawab pemerintah

daerah setempat dan mekanisme pengelolaannya mengikuti model

Jamkesmas, hal tersebut dimaksudkan agar semua masyarakat miskin

terlindungi jaminan kesehatan dan dimasa yang akan datang dapat

dicapai universal coverage. Pada tahun 2014 Pusat Jaminan dan Pembiayaan


Kesehatan diharapkan sudah terjadiuniversal coverage untuk itu strategi yang

perlu dibangun dalam rangka universal coverage adalah :

a. Peningkatan cakupan peserta Pemda (Pemda)

b. Peningkatan cakupan peserta pekerja formal (formal)

c. Peningkatan cakupan peserta pekerja informal (in-formal) Peningkatan

cakupan peserta individual (individu)

D. Pelayanan Kesehatan Bidan Komunitas Terhadap Masyarakat Miskin

Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat,

Keberhasilan kebidanan komunitas dalam rangka upaya penigkatan kesehatan

ibu,anak dan keluarga bertanggung kepada dukungan masyarakat itu

sensiri.Oleh karena itu peran serta masyarakat mutlak di dalam suatu upaya

kesehatan termasuk upaya kesehatn ibu dan anak.Upaya kesehatan bukan oleh

pemerintah saja ,peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam

kegiatan upaya kesehatan. Kemandirian masyarakat diperlukan untuk

mengatasi masalah kesehatannya dan menjalin upaya pemecahannya sendiri

adalah kuncu kelangsungan pembangunan.GBHN mengamanatkan agar dapat

dikembangkan suatu sistem kesehatan nasional yang semakin mendorong

peningkatan peran serta maasyarakat

1. Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang

masyarakat pemerintah dalam rangka meningkatkan ketrampilan dan


mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya . Tujuan

pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan oleh bidan adalah

terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat secara lerorgerasi untuk

meningkatkan kesehatan ibu ,anak ,keluarga berencana menuju keluarga sehat

dan sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya yang dilakukan

oleh bidan seperti:

a) Peningkatan peran pemimpin dimasyarakat untuk mendorong dan

mengarahkan masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu ,anak dan

keluarga berencana

b) Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam

pemeliharaan ,perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan

ibu,anak dan keluarga berencana.

c) Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat di

mamfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat.(Melani N,2009).

2. Langkah Peran Pembinaan Masyarakat

Masyarakat Pembinaan peran serta masyarakat pada umumnya merupakan

ekologi manusia.Manusia didorong agar berupaya mengembangkan

kemampuannya menjadikan pelaku upaya kesehatan keluarga dimasyarakat.

Secara garis besar langkah mengembangkan peran serta adalah :

1) Melaksanakan penggalangan ,pemimpin dan organisasi di masyarakat

melalui dialog untuk mendapatkan dukungan.


2) Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan

memecahkan masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan

menggerakan sumber daya yang dimilikinya.

3) Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui

kader yang telah terlatih.

Pembinaan meliputi : 

- Dukun Bayi

Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada

dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang menitik beratkan pada

peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan . Pembinaan

dukun bayi meliputi hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-

alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, pengetahuan tentang

perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu

dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan kematian

- Kader Kesehatan

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih

oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah

kesehatan perseorangan maupun masyarakat untuk berkerja dalam

hubungan yang amat dekat


3. Upaya-upaya dalam Pembinaan Peran Serta Masyarakat

Beberapa upaya yang dilakukan untuk melakukan pembinaan peran

serta masyarakat meliputi pengaturan bantuan biaya bagi masyarakat tidak

mampu, pengorganisassian donor darah berjalan, serta pelaksanaan pertemuan

rutin gerakan sayang ibu dalam promosi suami, bidan dan desa siaga.

4. Pengaturan Bantuan Biaya bagi Masyarakat Tidak Mampu

a. Biaya kesehatan tidak hanya bersumber dari pemerintah, akan tetapi dapat

bersumber atau berbasis pada masyarakat. Terdapat dua bentuk

pembiayaan kesehatana dari masyarakat yaitu sbb :

- Dana masyarakat yang bersifat aktif Adalah dana yang secara khusus

digali atau dikumpulkan oleh masyarakat untuk membiayai upaya

kesehatan. Pendanaan tersebut sering dikatakan sebagai Dana Sehat.

- Dana masyarakat yang bersifat pasif Adalah dana yang sudah ada

dimasyarakat dan digunakan untuk membiayai upaya kesehatan

diantaranya adalah dana social keagamaan.

- Dana Sehat Dana sehat adalah suatu upaya pemeliharaan kesehatan dari,

oleh, dan untuk masyarakat yang diselenggarakan berdasarkan azas

usaha bersama dan kekeluargaan dengan pembiayaan secara pra upaya

dan bertujuan untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

Secara khusus tujuan dana sehat adalah

- Terselenggaranya pemeliharaan kesehatan yang bermutu, berhasil

guna dan berdaya guna.


- Tersedianya dana yang dihimpun secara pra upaya atau azas gotong

royong.

- Terwujudnya pengelolaan yang efisien dan efektif oleh lembaga

organisasi masyarakat yang melindungi kepentingan peserta. Dana

sehat tidak hanya semata membiayai pemeliharaan kesehatan,

melainkan juga berusaha meningkatkan kemampuan hidup sehat

anggota masyarakat, baik perorangan, keluarga maupun

masyarakat. Dana sehat merupakan salah satu bentuk peran serta

dan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.

Penyelenggaraan diperlihatkan melalui kelompok masyarakat yang

terorganisasi seperti RT/RW, LKMD/PKK, paguyupan, pengajian,

koperasi dan lain-lain.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keluarga miskin adalah seseorang atau kepala keluarga yang tidak

mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok atau orang yang

mempunyai sumber mata pencaharian akan tetapi tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokok keluarga yang layak bagi kemanusiaan dan Masyarakat

terasing adalah kelompok orang/masyarakat yang hidup dalam kesatuan-

kesatuan kecil yang bersifat lokal dan terpencil dan masih sangat terikat pada

sumberdaya alam dan habitatnya yang secara social.

Kebidanan komunitas tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat,

Keberhasilan kebidanan komunitas dalam rangka upaya penigkatan kesehatan

ibu,anak dan keluarga bertanggung kepada dukungan masyarakat itu

sensiri.Oleh karena itu peran serta masyarakat mutlak di dalam suatu upaya

kesehatan termasuk upaya kesehatn ibu dan anak.Upaya kesehatan bukan oleh

pemerintah saja ,peran serta masyarakat merupakan unsur mutlak dalam

kegiatan upaya kesehatan.

B. Saran

Dengan dibuatnya makalah ini kelompok berharap dapat menambah


wawasan pembaca dan memahami materi mengenai “Kebijakan Dalam
Kebidanan Mengenai Kelompok Termarginal Pada Komunitas Dan Akses
Pelayanan Kebidanan”. Demikian makalah yang kami buat semoga dapat
bermanfaat bagi teman-teman semua apabila terdapat kesalahan pada makalah
yang kami buat mohon dimaafkan karena kami adalah hamba Allah yang luput
dari kesalahan.
DAFTAR PUSTAKA

Friedman, Marilyn M. Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC. 2012.

Handayani. S. 2011. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Jannah, N. 2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Jannah, Nurul. 2011. Konsep Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta : ArRuzz Media.

Lisnawati, Lilis. Panduan Praktis Menjadi Bidan Komunitas. Jakarta : Cv. Trans Info
Media. 2012. Mandriwati G.A. 2007. Penuntun Belajar Asuhan Kebidanan Ibu
Hamil. Jakarta : EGC.

Notoatmodjo S. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2010. H.


47 ; H. 139.

Mubarok, dkk. 2009. Ilmu Kesehtan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Salemba Medika.

Prasetyawati, Arsita Eka. Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Kebidanan Holistik.


Yogyakarta: Nuha Medika; 2011.

Runjati . 2010. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC.

Stanhope, Marcia. Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah. Jakarta : EGC ;


2009. Sulisetyawati, A. 2011. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Nuha
Medika.

You might also like