You are on page 1of 8

UPEJ 6 (1) (2017)

Unnes Physics Education Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej

KESIAPAN DAN PEMANFAATAN LABORATORIUM DALAM


MENDUKUNG PEMBELAJARAN FISIKA SMA DI KABUPATEN BREBES
Syafridatun Nikmah, Hartono, Sujarwata
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Lt. 2, Kampus Sekaran Gunungpati, Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Laboratorium pembelajaran fisika memiliki peranan penting, diantaranya sebagai wahana
Diterima Januari 2017 untuk mengembangkan keterampilan dasar mengamati atau mengukur dan keterampilan proses
Disetujui Januari 2017 lainnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui kesiapan dan pemanfaatan laboratorium dalam
Dipublikasikan April 2017
mendukung pembelajaran fisika SMA di Kabupaten Brebes. Fokus penelitian ini mengaji lima
Keywords: indikator, yaitu kesiapan sarana dan prasarana laboratorium, tingkat penggunaan laboratorium,
utilization, laboratory, kesiapan sumber daya manusia, hubungan dengan hasil Ujian Nasional, dan faktor yang
physics learning process berpengaruh terhadap pemanfaatan laboratorium. Teknik pengumpulan data menggunakan
observasi, angket, dokumentasi, dan wawancara. Perhitungan data hasil penelitian menggunakan
teknik persentase. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kuantitatif dan rumus korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian dinyatakan bahwa
kesiapan sarana dan prasarana laboratorium diperoleh nilai persentase sebesar 77,59%. Tingkat
penggunaan laboratorium tergolong cukup dengan memperoleh nilai sebesar 61,92%. Kesiapan
sumber daya manusia tergolong baik dengan memperoleh nilai sebesar 78,78% dan
memperlihatkan bahwa ketersediaan laboran sangatlah kurang. Kesiapan dan pemanfaatan
laboratorium yang kurang mempengaruhi hasil belajar, ditunjukkan dengan rendahnya nilai UN
fisika. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemanfaatan laboratorium antara lain, ruang
laboratorium yang dialihfungsikan sebagai ruang kelas, kurang tersedianya waktu untuk
praktikum, dan tidak adanya laboran..

Abstract
Laboratory for physics learning procces has important role such as a tool for developing basic skill of
observing or measuring and other process skills. The aim of this research is to find out the readiness and
utilization of laboratory in supporting physics learning process at Brebes Senior High School. This research is
focus on examining five indicators; they are 1) the readiness of medium and infrastructure of laboratory, 2)
level of using laboratory, 3) the readiness of human source, 4) the relationship with National Examination
result, and 5) the influence of laboratory utilization. The data collection technique use observation,
questionnaire, documentation, and interview. The data of this research was analyzed by descriptive
quantitative approach. Based on the research result, the readiness of medium and infrastructure of laboratory
take the value about 77,59%. The degree of laboratory utilization is adequate at the rate of percentage
61,92%. While, the readiness of human resource is good by the value 78,78% and showed that the readiness
of laboratory assistant is very low. The readiness and utilization of laboratory influence the learning result. It
was showed by low value of physics national examination. Factors influenced toward laboratory utilization
such as; the shifting function of laboratory as class room, unavailable time for practical work, and there is no
laboratory assistant.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6935
E-mail : syafridatunnikmah@gmail.com
Syafridatun Nikmah / Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

PENDAHULUAN mempertahankan arti aslinya, yaitu “tempat


bekerja” khusus untuk keperluan penelitian
Salah satu standar sarana dan prasarana ilmiah. Laboratorium adalah suatu ruangan atau
yang dikembangkan oleh BNSP dan ditetapkan kamar tempat melakukan kegiatan praktek atau
dengan peraturan menteri adalah “standar penelitian yang ditunjang oleh adanya
keragaman jenis peralatan laboratorium ilmu seperangkat alat – alat serta adanya infrastruktur
pengetahuan alam (IPA), laboratorium bahasa, laboratorium yang lengkap (ada fasilitas air,
laboratorium komputer, dan peralatan lain pada listrik, gas dan sebagainya) (Herninawati,
satuan pendidikan dinyatakan dalam daftar yang 2010:1.3). Selain itu, menurut Mastika (2014)
berisi jenis minimal peralatan yang harus Laboratorium adalah suatu tempat dilakukan
tersedia” (Mulyasa, 2013: 28). Tak lepas dari itu, kegiatan percobaaan dan penelitian. Tempat ini
menurut Eka (2012) Fisika adalah ilmu yang dapat merupakan ruangan yang tertutup, kamar
lahir dan berkembang berdasarkan observasi atau ruangan yang terbuka.
dan eksperimen yang dilakukan dalam Laboratorium perlu dilestarikan serta
laboratorium. Sehingga dapat dikatakan bahwa dikelola, karena berperan untuk mendorong
keberadaan laboratorium dengan mata pelajaran efektivitas serta optimalisasi proses
fisika merupakan bagian yang tak terpisahkan. pembelajaran melalui penyelenggaraan berbagai
Azhar (2008) mengemukakan bahwa fungsi yang meliputi fungsi layanan, fungsi
dalam pembelajaran fisika sudah semestinya pengadaan/ pengembangan media
harus di dukung sarana laboratorium, agar siswa pembelajaran, fungsi penelitian dan
dapat memahami fisika lebih aktual dan tidak pengembangan dan fungsi lain yang relevan
membosankan siswa. Selanjutnya Nuada (2015) untuk peningkatan efektivitas dan efisien
menambahkan bahwa melalui kegiatan pembelajaran (Syaifulloh,M, 2014).
praktikum maka siswa akan melakukan kerja Menurut Supriyadi (2013:54) fungsi
ilmiah sehingga dapat mengembangkan laboratorium adalah sebagai tempat
kemampuan menemukan masalah, mencari berlangsungnya pembelajaran IPA secara praktik
alternatif pemecahan masalah, membuat yang memerlukan peralatan khusus yang tidak
hipotesis, merancang penelitian, atau percobaan, mudah dihadirkan di ruang kelas. Sedangkan
mengontrol variabel, melakukan pengukuran, menurut Kertiasa (2006:3) menyebutkan bahwa
mengorganisasi, dan memakna data, membuat fungsi laboratorium sekolah dalam pembelajaran
kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil sains bergantung pada padangan guru yang
penelitian atau percobaan baik secara lisan bersangkutan terhadap sains dan belajar
maupun tertulis. (learning). Mengenai sains ada yang melihatnya
Kegiatan praktikum yang dilakukan di hanya sebagai kumpulan pengetahuan mengenai
laboratorium merupakan metode yang alam ini, yang sudah dikumpulkan dan disusun
memberikan pengaruh terhadap keberhasilan secraa sistematis. Pandangan lain, sains bukan
siswa dalam belajar, siswa dapat mempelajari hanya kumpulan pengetahuan, tetapi juga
dengan mengamati secara langsung gejala-gejala pengetahuan itu diperoleh dan dikembangkan,
ataupun proses–proses, dapat melatih serta sikap yang perlu disandang pada waktu
keterampilan berpikir ilmiah, dapat pengembangannya.
menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, Menurut Lazarowitz dan Tamir dalam
dapat menemukan dan memecahkan berbagai Wiyanto (2008:36) ada lima faktor yang dapat
masalah yang ada melalui metode ilmiah dan memfasilitasi keberhasilan pengajaran
sebagainya (Rahmiyati,S., 2008). laboratorium sains, yaitu: Kurikulum, sumber
Kata Laboratorium berasal dari bahasa daya, lingkungan belajar, keefektifan mengajar,
latin yang berarti “tempat bekerja”. Dalam dan strategi assessment.
perkembangannya, kata laboratorium
2
Syafridatun Nikmah / Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

Demi memaksimalkan pengelolaan pada variabel – variabel bebas, tetapi


laboratorium, maka tugas tugas yang harus menggambarkan suatu kondisi apa adanya.
dilakukan oleh laboran adalah merencanakan Penelitian deskriptif merupakan salah satu
pengadaan alat dan bahan, menyusun jadwal bentuk penelitian kuantitatif. Penelitian ini
kegiatan dan tata tertib, mempersiapakan alat gambarannya menggunakan ukuran, jumlah atau
dan bahan, mengatur pengeluaran dan frekuensi (Sukmadinata 2013:54).
pemasukan penyimpanan alat, mendaftar Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri di
pemakaian alat dan bahan, membuat daftar kabupaten Brebes. Sampel yang digunakan
katalog, menginventarisasi dan melakukan diambil menggunakan teknik simple random
pengadministrasian pemakaian alat dan bahan, sampling, yakni dengan cara mengambil anggota
memelihara dan memperbaiki peralatan atau dari populasi secara acak tanpa memperhatikan
perkakas dan bahan yang rusak, strata yang ada dalam populasi tersebut.
menginventarisasi data siswa atau peserta Popolasi dalam penelitian ini dianggap homogen
penelitian, dan menyusun laporan pelaksaan (Sugiyono, 2013: 126-128). Sampel yang diambil
kegiatan laboratorium (Decaprio, 20013:132) adalah delapan sekolah dan masing – masing
Dalam hal ini maka pembelajaran fisika sekolah diambil satu kelas sampel. Dengan
dan laboratorium merupakan bagian yang tak jumlah total responden siswa sebanyak 250
dapat dipisahkan. Meskipun demikian, kegiatan siswa, delapan guru, dan seorang laboran.
praktikum terkadang jarang dilakukan karena Prosedur yang dilakukan yaitu tahap
berbagai alasan, seperti kurangnya waktu untuk persiapan penelitian, tahap pelaksanaan
praktikum, tidak lengkapnya alat, tidak adamya penelitian, tahap pengolahan data, dan tahap
laboran, dan lain sebagainya. Hal tersebut pun pembuatan kesimpulan. Pengambilan data
memberikan dampak yang kurang baik terhadap dilakukan dengan menggunakan angket yang
hasil belajar, seperti di Kabupaten Brebes, yang diberikan kepada siswa, guru dan laboran,
memiliki peringkat Ujian Nasional terendah se lembar observasi laboratorium, wawancara
Jawa Tengah selama dua tahun terakhir. kepada guru, dan studi dokumentasi untuk
Berdasarkan uraian di atas, peneliti melihat administrasi laboratorium.
tertarik untuk melakukan penelitian dengan Langkah-langkah analisis data dimulai
judul “Kesiapan dan Pemanfataan Laboatorium dengan analisis instrumen menggunakan
dalam Mendukung Pembelajaran Fisika SMA di validitas dan reliabelitas instrumen. Kemudian
Kabupaten Brebes”. Tujuan yang ingin dicapai setelah melakukan pengumpulan data dianilis
dalam penelitian ini adalah mengetahui dengan menggunakan teknik persentase untuk
bagaimana kesiapan dan pemanfaatan mengitung kesiapan sarana dan prasarana,
laboratorium dalam mendukung pembelajaran tingkat penggunaan, dan kesiapan sumber daya
fisika dan hubungannya dengan hasil manusia, dan menggunakan korelasi product
belajar,serta faktor apa yang berpengaruh. moment untuk analisis hubungan.

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN


Jenis penelitian ini adalah kuantitatif Penelitian ini ditujukan untuk melihat
deskriptif yang mengukur kesiapan dan kesiapan dan pemanfaatan laboratorium dengan
pemanfaatan laboratorium dalam pembelajaran mengkaji beberapa indikator yaitu kesiapan
fisika SMA di Kabupaten Brebes. Penelitian sarana dan prasarana laboratorium, tingkat
deskriptif adalah suatu metode penelitian yang penggunaan laboratorium, kesiapan sumber
ditujukan untuk menggambarkan fenomena- daya manusia, hubungan kesiapan dan
fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat pemanfaatan laboratorium dengan hasil Ujian
ini atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak Nasional, serta faktor yang berpengaruh
mengadakan manipulasi data atau perubahan terhadap pemanfataan laboratorium. Penelitian
3
Syafridatun Nikmah / Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

ini dilakukan dengan memberikan angket kepada sedang berlomba-lomba untuk merenovasi
siswa, guru, dan laboran, melakukan observasi di sekolah. Akibatnya beberapa ruang yang
laboratorium fisika, melakukan wawancara, dan dianggap jarang digunakan, dimanfaatkan untuk
melakukan studi dokumentasi. Penelitian ini menjadi kelas sementara, namun hal tersebut
dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Brebes berlanjut hingga bertahun-tahun. Hal tersebut
mengambil sampel delapan sekolah dengan berbanding terbalik dengan pendapat Ninuk
masing masing sekolah satu rombongan belajar, (2012:185) yang mengatakan bahwa keberadaan
satu guru fisika, dan satu laboran (bila ada). Data laboratorium dengan mata pelajaran fisika
responden siswa dapat dilihat pada Tabel 1. merupakan bagian yang tak terpisahkan.
TABEL 1. Jumlah Responden Tiap Tiap Sekolah
No Sekolah Jumlah Responden
Siswa Gur Labora
u n
1 SMAN 1 Brebes 35 1 0
2 SMAN 2 Brebes 29 1 1
3 SMAN 3 Brebes 32 1 0
4 SMAN 1 33 1 0
Jatibarang
5 SMAN 1 30 1 0
Wanasari
6 SMAN 1 32 1 0
Ketanggungan
7 SMAN 1 27 1 0
Tanjung
8 SMAN 1 32 1 0
Bulakamba
Gambar 1. Sarana dan Prasarana Laboratorium
Kesiapan Sarana dan Prasarana serta Persepsi Kesiapan Menurut Guru dan Siswa
Laboratorium
Secara keseluruhan, kesiapan sarana dan Depdikbud (1979:67) memaparkan
prasana laboratorium mencangkup ketersedian bahwa ada empat sarana/alat kriteria minimal
alat dan bahan disesuaikan dengan yang harus dipenuhi oleh sebuah laboratorium
Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, mengukur IPA, yaitu perabot, alat peraga, perkakas, dan alat
sejauh mana siswa dapat menggunakan alat penunjang lain. Sedangkan dalam Permendiknas
sesuai dengan prosedur, dan rasio jumlah alat No. 24 Tahun 2007 dijelaskan bahwa klasifikasi
dengan jumlah siswa. Hasil peneitian kesiapan sarana/alat yang harus ada di laboratorium IPA
sarana dan prasarana laboratorium disajikan minimal ada lima, yaitu perabot, perlengkapan
pada Gambar 1. pendidikan yang terdiri dari alat dan bahan
Tingkat kesiapan sarana dan prasana percobaan serta alat peraga, media pendidikan,
laboratorium berdasarkan observasi yang bahan habis pakai, dan perlengkapan lain.
mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun Selanjutnya menurut Mulyasa (2009:49-
2007 menunjukkan kategori sangat baik dengan 50), sarana dan prasarana pendidikan dapat
presentase 88.70%, hanya saja dalam prasarana, memberikan kontribusi yang optimal dalam
banyak sekolah yang mengalihfungsikan proses pendidikan, tersedianya fasilitas belajar
laboratorium sebagai ruang kelas karena kelas yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan
yang tersedia tidak cukup untuk menampung relevan dengan kebutuhan serta dapat
jumlah siswa sehingga harus mengalihfungsikan dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan
laboratorium. Tidak cukupnya ruang kelas yang proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh
tersedia dikarenakan beberapa sekolah di Brebes
4
Syafridatun Nikmah / Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

guru sebagai pengajar maupun murid-murid Kegiatan laboratorium di SMA Negeri di


sebagai pelajar. Kabupaten Brebes memang jarang diadakan
Tingkat Penggunaan Laboratorium dikarenakan berbagai hal, antara lain, keadaan
Secara keseluruhan tingkat penggunaan laboratorium yang tidak mendukung, kurangnya
laboratorium mencangkup seberapa sering alat yang tersedia untuk praktikum, letak
laboratorium digunakan untuk praktikum, laboratorium yang jauh dari ruang kelas,
ketercapaian jadwal penggunaan laboratorium, kurangnya waktu untuk melakukan kegiatan di
dan percobaan apa saja yang dilakukan. Hasil laboratorium, siswa yang kurang bertanggung
penelitian tingkat penggunaan laboratorium jawab dalam melakukan praktikum, dan tidak
disajikan pada Gambar 2. adanya tenaga laboran. Keterbatasan tersebut
yang menjadi penghalang untuk melakukan
kegiatan di laboratorium. Seperti menurut
Wiyanto (2008:36) yang mengemukakan bahwa
keterbatasan alat dan bahan serta tidak adanya
tenaga laboran sering menjadi alasan bagi guru
untuk tidak melakukan kegiatan laboratorium.
Padalah kegiatan di laboratorium dalam
pembelajaran fisika merupakan hal yang penting,
mengingat bahwa fungsi laboratorium adalah
sebagai tempat berlangsungnya pembelajaran
IPA secara praktik yang memerlukan peralatan
khusus yang tidak mudah dihadirkan di ruang
kelas (Supriyadi, 2013:54).
Kemudian menurut Lubis (1997:133)
Laboratorium IPA adalah tempat bagi guru dan
siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
Gambar 2. Tingkat Penggunaan Laboratorium berkaitan dengan pengajaran IPA. Kegaiatan-
serta Persepsi Menurut Guru dan Siswa kegiatan itu dapat berupa ceramah, diskusi,
demonstrasi dan eksperimen.
Tingkat penggunaan laboratorium Kesiapan Sumber Daya Manusia
berdasarkan pelaksanaan praktikum Secara keseluruhan kesiapan sumber daya
menunjukkan kategori cukup dengan presentase manusia mencangkup kesiapan siswa dalam
61,68%. Hal tersebut dikarenakan beberapa melaksanakan praktikum dan kualifikasi laboran
sekolah belum meiliki alat untuk melakukan berdasarkan Permendiknas Nomor 26 Tahun
percobaan tersebut. Selain itu, pelaksanaan 2008 . Hasil penelitian tentang kesiapan sumber
praktikum di beberapa sekolah mengacu pada daya manusia disajikan pada Gambar 3.
tuntutan kuriulum yang hanya mewajibkan Tingkat kesiapan sumber daya manusia
melakukan praktikum pada materi gerak berdasarkan kualifikasi laboran yang mengacu
parabola dan gerak melingkar, dan pada materi pada Permendiknas Nomor 26 Tahun
getaran harmonis. Padahal apabila dilihat dari menunjukkan kategori baik dengan presentase
materi pada kelas XI semester satu maka dari 79,07%. Walaupun dari delapan sekolah, hanya
semua materi yang ada bisa dilakukan kegiatan satu sekolah yang sudah memliki tenaga laboran,
praktikum. Maka apabila dilihat berdasarkan yakni SMA N 2 Brebes, tetapi tenaga laboran yang
ketersediaan materi praktikum akan tersedia belum memenuhi standard
menunjukkan nilai yang sedikit. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008. Guru-guru
di sekolah yang belum memiliki tenaga laboran
otomatis merangkap menjadi tenaga laboran,
5
Syafridatun Nikmah / Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

melakukan tugas tugas laboran. Namun hal ujian nasional dan hubungan tingkat penggunaan
tersebut tidak menjamin terlaksananya kegiatan laboratorium dengan hasil ujian nasional.
di laboratorium, mengingat tugas guru yang Perhitungan korelasinya menggunakan rumus
sudah banyak, terlebih beberapa guru korelasi product moment.
merangkap sebagai pejabat sekolah sehingga Hasil penelitian hubungan kesiapan
pelaksanaan kegiatan di laboratorium menjadi sarana dan prasarana, dan tingkat penggunaan
terhambat. laboratorium, dengan hasil ujian nasional
disajikan pada Gambar 4.

Gambar 3. Kesiapan Sumber Daya Manusia Serta


Persepsi Kesiapan Menurut Guru Dan Siswa
Gambar 4. Hubungan Ketersediaan Alat,
Padahal laboratorium fisika tidak bisa Penggunaaan Laboratorium, dan Rata Rata Ujian
lepas dari tenaga bantu karena jadwal guru Nasional
sudah padat, hal ini sesuai dengan Kertiasa
(2006), agar laboratorium dapat berfungsi Dari perhitungan menghasilkan perolehan
dengan sebaik-baiknya, guru perlu dibantu oleh nilai korelasi sebesar 0,488 untuk hubungan
teknisi laboratorium dan/atau asisten kesiapan sarana dan prasarana dengan hasil
laboratorium atau laboran. ujian nasional. Sedangkan untuk hubungan
Menurut Lazarowitz dan Tamir dalam tingkat penggunaan laboratorium dengan hasil
Wiyanto (2008:36) ada lima faktor yang dapat ujian nasional memiliki korelasi yang tinggi yakni
memfasilitasi keberhasilan pengajaran sebesar 0,782.
laboratorium sains, salah satunya yakni sumber Dari hasil perhitungan korelasi kesiapan
daya yang mencakup bahan dan peralatan, ruang sarana dan prasarana laboratorium, dan tingkat
dan perabot, asisten dan tenaga laboran serta penggunaan laboratorium, dengan hasil ujian
teknisi. Selain itu menurut Decaprio nasional diperoleh bahwa keduanya sama-sama
(20013:132), demi memaksimalkan pengelolaan memiliki korelasi dengan hasil ujian nasional.
laboratorium, maka ada tugas tugas yang harus Kesiapan sarana dan prasarana laboratorium
dilakukan oleh laboran. yang kurang maksimal mempunyai hubungan
Hubungan Kesiapan Sarana dan Prasarana yang cukup berpengaruh terhadap hasil ujian
Laboratorium, dan Tingkat Penggunaan nasional yang kurang maksimal. Selain itu tingkat
Laboratorium, dengan Hasil Ujian Nasional. penggunaan laboratorium juga mempunyai
Hubungan kesiapan sarana dan prasarana hubungan hasil ujian nasional, diketahui bahwa
laboratorium, dan tingkat penggunaan kurangnya tingkat penggunaan laboratorium
laboratorium, dengan hasil ujian nasional cukup berpengaruh terhadap hasil ujian nasional
mengungkap seberapa besar hubungan kesiapan yang kurang maksimal pula. Karena peran
sarana dan prasarana laboratorium dengan hasil laboratorium yang paling tinggi yaitu peran
6
Syafridatun Nikmah / Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

laboratorium untuk mengembangkan 0,782. Hal tersebut menunjukkan bahwa


kemampuan berpikir, karena hal itu berarti semakin baik kesiapan sarana dan prasarana,
laboratorium telah dijadikan sebagai wahana dan tingkat penggunaan laboratorium, semakin
untuk learning how to learn (Wiyanto, 2008:30). baik pula hasil ujian nasional. Faktor-faktor yang
Faktor yang Berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap pemanfaatan
Pemanfaatan laboratorium laboratorium fisika SMA Negeri di Kabupaten
Menurut Lazarowitz dan Tamir dalam Brebes antara lain, peralatan laboratorium yang
Wiyanto (2008:36) ada lima faktor yang dapat belum lengkap, ruang laboratorium yang
memfasilitasi keberhasilan pengajaran dialihfungsikan sebagai ruang kelas, kurang
laboratorium sains,salah satunya yaitu sumber tersedianya waktu untuk praktikum, dan tidak
daya. Sumber daya, mencakup bahan dan adanya laboran.
peralatan, ruang dan perabot, asisten dan tenaga Saran yang diberikan adalah untuk
laboran serta teknisi. Ketersediaan sumber daya melengkapi sarana dan prasarana laboratorium,
tersebut secara memadai jelas akan menunjang, dan meningkatkan penggunaan laboratorium
keberhasilan pelaksanaan kegiatan laboratorium karena secara tidak langsung berhubungan
berbasis inkuiri (Wiyanto.2008:37). dengan nilai Ujian Nasional. Kemudian untuk
Berdasarkan penelitian, dapat diketahui sekolah hendaknya tidak mengalihfungsikan
bahwa pemanfaatan laboratorium fisika SMA di laboratorium sebagai ruang kelas,
Kabupaten Brebes belum maksimal dikarenakan memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan
oleh beberapa faktor, yaitu (1) Ruang dengan laboratorium, dan menyediakan tenaga
laboratorium dialihfungsikan sebagai ruang laboran agar laboratorium dapat berfungsi
kelas karena kurangnya ruang kelas, (2) Tidak sesuai dengan Permendiknas Nomor 24 Tahun
adanya laboran, (3) Kurang tersedianya waktu 2007 dan Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008.
untuk melakukan praktikum. Padahal menurut
Kertiasa (2006), agar laboratorium dapat DAFTAR PUSTAKA
berfungsi dengan sebaik-baiknya, guru perlu
dibantu oleh teknisi laboratorium dan/atau Azhar. 2008. Pendidikan Fisika Dan
asisten laboratorium atau laboran. Keterkaitannya Dengan Laboratorium.
Jurnal Geliga Sains 2, Volume 1, Tahun
2008
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesiapan sarana dan prasarana Decaprio, Richard. 2013. Tips Mengelola
laboratorium fisika SMA di Kabupaten Brebes Laboratorium Sekolah. Yogyakarta: Diva
tergolong baik, diperoleh nilai persentase Press
sebesar 77,59%. Tingkat penggunaan Depdikbud. 1979. Petunjuk Pengelolaan
laboratorium fisika SMA di Kabupaten Brebes Laboratorium IPA. Bandung: CV. Rosda
tergolong cukup dengan memperoleh nilai
sebesar 61,92%. Kesiapan sumber daya manusia Eka, Ninuk. 2014. Studi Pemanfaatan Peralatan
dalam mendukung pemanfaatan laboratorium Laboratorium Fisika Dalam Mendukung
Pelaksanaan Pembelajaran Fisika Kelas X
fisika SMA di Kabupaten Brebes tergolong baik Dan Xi Di Sma Negeri Kabupaten
dengan memperoleh nilai sebesar 78,78% Banyuwangi Wilayah Selatan-Barat. Jurnal
namun keberadaan laboran sangat kurang. Pembelajaran Fisika, Volume 1, Nomor 2,
Hubungan kesiapan sarana dan prasarana September 2012.
laboratorium dengan hasil ujian nasional cukup
Hartinawati. 2010. Pengelolaan Laboratorium
dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,488. IPA. Jakarta: Unniversitas Terbuka
Sedangkan hubungan tingkat penggunaan
laboratorium dengan hasil ujian nasional adalah
tinggi dengan nilai koefisien korelasi sebesar
7
Syafridatun Nikmah / Unnes Physics Education Journal 6 (1) (2017)

Kertiasa, Nyoman . 2006. Laboratorium Sekolah Rahmiyati, Sri. 2008. Keefektifan Pemanfaatan
dan Pengelolannya. Bandung: Pudak Laboratorium Di Madrasah Aliyah
Scientific Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, Nomor 1, Tahun XI, 2008
Lubis, Muhsin. 1997. Materi Pokok Pengelolaan
Laboratorium IPA. Jakarta: Depdikbud Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Mastika, Nyoman. 2014. Analisis Standarisasi Rosdakarya Offset
Laboratorium Biologi dalam Proses
Pembelajaran di SMA Negeri Kota Sugiyono. 2013. Metode Penelitian
Denpasar. E-jurnal program pascasarjana Pendidikan:Pendekatan Kuantitatif,
Unniversitas Pendidikan Ganesha, Volume Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta
4, Tahun 2014
Supriyadi dan Sulhadi . 2013. Modul Pengelolaan
Mulyasa, E. 2009. Manajemen Berbasis Sekolah. Laboratorium Fisika. Semarang. Program
Bandung: Remaja Rosdakarya Offset Pascasarjana Unnes

Mulyasa, E. 2013. Pengembangan dan Syaifulloh, M. 2014. Pemanfaatan Laboratorium


Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Sejarah Sebagai Sumber Belajar Sejarah
Remaja Rosdakarya Offset (Studi Kasus Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Sejarah Semester III STKIP
Nuada, I Made. 2015. Analisis Sarana dan PGRI Pontianak). Jurnal Pendidikan Sosial
Intensitas Penggunaan Laboratorium Vol. 1, No. 1, Desember 2014
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa
SMA Negeri Se-Kota Tanjungbalai. Jurnal Wiyanto. 2008. Menyiapkan Guru Sains
Tabularasa PPS Unimed Vol.12 No.1, April Mengembangkan Kompetensi
2015 Laboratorium. Semarang: UNNES Press

You might also like