You are on page 1of 10

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

Tentang
“Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB)”

Disusun Oleh:
M. Ma’ruf Tamimy
NIM. 134160232

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ‘VETERAN’
YOGYAKARTA
2020

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pembatasan Sosial Berskala Besar


Corona Virus Disease 2019 (COVID-L9) telah dinyatakan oleh World
Health Organization (WHO) sebagai pandemi dan Indonesiatelah menyatakan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-L9) sebagai bencana non alam berupa
wabah penyakit yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sehingga tidak
terjadi peningkatan kasus. Dalam rangka upaya penanggulangan dilakukan
penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan sebagaimana telah diatur dalam
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan
Kesehatan.Penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan merupakantanggung
jawab bersama Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai bentuk
perlindungan terhadap kesehatan masyarakat dari penyakit dan/atau faktor risiko
kesehatan masyarakat yangberpotensi menimbulkan kedaruratan kesehatan
masyarakat. Kekarantinaan Kesehatan dilakukan melalui kegiatan pengamatan
penyakit dan faktor risiko kesehatan masyarakat terhadap alatangkut, orang,
barang, dan/atau lingkungan, serta responsterhadap kedaruratan kesehatan
masyarakat dalam bentuktindakan Kekarantinaan Kesehatan. Salah satu
tindakan kekarantinaan kesehatan berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar.

B. Penyebab dan Bentuk PSBB


PP 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) mengatur tentang
Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan dan dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan persetujuan
Menteri Kesehatan. PSBB adalah singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala
Besar, peraturan yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam
rangka Percepatan Penanganan COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan di
berbagai daerah.
Pasal 2 ayat 2 dalam PP 21 Tahun 2020 menjelaskan bahwa, Pembatasan
Sosial Berskala Besar sebagaimana dimaksud harus didasarkan pada
pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan sumber
daya, teknis operasional, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan.
Kemudian pada pasal berikutnya, Pembatasan Sosial Berskala Besar harus
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Jumlah kasus danlatau jumlah kematian akibat penyakit meningkat dan
menyebar secara signifikan dan cepat ke beberapa wilayah; dan
b. Terdapat kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah atau
negara lain

2
Pembatasan Sosial Berskala Besar paling sedikit meliputi:
a. Peliburan sekolah dan tempat kerja;
b. Pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
c. Pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.
Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-L9)di Indonesia saat ini
sudah semakin meningkat dan meluas lintas wilayah dan lintas negara yang
diiringi dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian. Peningkatan tersebut
berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan,serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, sehingga diperlukan
percepatan penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-I9) dalam bentuk
tindakan Pembatasan Sosial Berskala Besar dalamrangka menekan penyebaran
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) semakin meluas. Tindakan tersebut
meliputi pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang
diduga terinfeksiCorona Virus Disease 2019 (COVID-L9) termasuk
pembatasan terhadap pergerakan orang dan/atau barang untuk satu provinsi atau
kabupaten/kota tertentu untuk mencegah penyebaran Corona Virus Disease
2019 (COVID-L9). Pembatasan tersebut paling sedikitdilakukan melalui
peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau
pembatasan kegiatan di tempat ataufasilitas umum.

3
BAB II
PERMASALAHAN

A. Arti dan Bagaimana Pelaksanaan PSBB


(tirto.id oleh: Dipna Videlia Putsanra - 13 April 2020) - PSBB adalah
singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan yang diterbitkan
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka Percepatan Penanganan
COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan di berbagai daerah. Aturan PSBB
tercatat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020. Sekretaris
Jenderal Kementerian Kesehatan Oscar Primadi dalam keterangan tertulisnya
mengatakan PSBB melingkupi pembatasan sejumlah kegiatan penduduk
tertentu dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19. “Pembatasan
tersebut meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan
keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan
kegiatan sosial budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan
kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan,” kata dia.
Kriteria wilayah yang menerapkan PSBB adalah memiliki peningkatan
jumlah kasus dan kematian akibat penyakit COVID-19 secara signifikan dan
cepat serta memiliki kaitan epidemiologis dengan kejadian serupa di wilayah
atau negara lain. Bagaimana Pelaksanaan PSBB? PSBB dilaksanakan selama
masa inkubasi terpanjang dan dapat diperpanjang jika masih terdapat bukti
penyebaran. Permenkes itu menjelaskan, sekolah dan tempat kerja diliburkan
kecuali kantor atau instansi strategis yang memberikan pelayanan terkait: 1.
pertahanan dan keamanan 2. ketertiban umum 3. kebutuhan pangan 4. bahan
bakar minyak dan gas 5. pelayanan kesehatan 6. perekonomian 7. keuangan 8.
komunikasi 9. industri 10. ekspor dan impor 11. distribusi logistik, dan
kebutuhan dasar lainnya. Pada pembatasan kegiatan keagamaan, dilaksanakan
dalam bentuk kegiatan keagamaan yang dilakukan di rumah dan dihadiri
keluarga terbatas, dengan menjaga jarak setiap orang. Di luar itu, kegiatan
keagamaan dilakukan dengan berpedoman pada peraturan perundang-
undangan, dan fatwa atau pandangan lembaga keagamaan resmi yang diakui
oleh pemerintah Untuk pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum
dilaksanakan dalam bentuk pembatasan jumlah orang dan pengaturan jarak
orang. Kegiatan tersebut terkecuali bagi:
1. Supermarket, minimarket, pasar, toko atau tempat penjualan obat-obatan
dan peralatan medis kebutuhan pangan, barang kebutuhan pokok, barang
penting, bahan bakar minyak gas dan energi.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas lain dalam rangka pemenuhan
pelayanan kesehatan.
3. Tempat atau fasilitas umum untuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk
lainnya termasuk kegiatan olahraga. Kemudian pada pembatasan kegiatan
sosial dan budaya dilaksanakan dalam bentuk pelarangan kerumunan
orang dalam kegiatan sosial dan budaya serta berpedoman pada pandangan

4
lembaga adat resmi yang diakui pemerintah dan peraturan perundang-
undangan.

Pembatasan moda transportasi dikecualikan untuk:


1. Moda transpotasi penumpang baik umum atau pribadi dengan
memperhatikan jumlah penumpang dan menjaga jarak antar penumpang
2. Moda transpotasi barang dengan memperhatikan pemenuhan kebutuhan
dasar penduduk.
Pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan
keamanan dikecualikan untuk kegiatan aspek pertahanan dan keamanan dalam
rangka menegakkan kedaulatan negara, dan mempertahankan keutuhan
wilayah, dengan tetap memperhatikan pembatasan kerumunan orang serta
berpedoman kepada protokol dan peraturan perundang-undangan. “Pemerintah
Daerah dalam melaksanakan PSBB harus berkoordinasi dengan instansi terkait
termasuk aparat penegak hukum, pihak keamanan, penanggung jawab fasilitas
kesehatan, dan instansi logistik setempat,” kata Oscar. Beda PSBB, Karantina,
dan Lockdown Menurut Kemenkes PSBB sejatinya berbeda dengan karantina
wilayah (lockdown), di mana masyarakat tidak diperkenankan untuk
beraktivitas di luar rumah.
"Dalam tindakan karantina, penduduk atau masyarakat di rumah, wilayah
tertentu kawasan RT, RW, atau kawasan kelurahan, atau satu kabupaten, kota,"
ujar Oscar.
"Dan masyarakat yang sedang di karantina di rumah sakit, tentu tidak
boleh keluar. Ini yang membedakannya dengan PSBB," kata Oscar
melanjutkan.
Lebih lanjut, ia berharap pelaksanaan PSBB dapat memutus rantai
penularan dari hulunya. "Pelaksanaan ini tak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah, namun juga masyarakat, agar bisa terlaksana dengan baik,"
katanya, seperti dikutip Antara News.
Meski berbeda dengan karantina, tetapi Oscar mengatakan PSBB bersifat
lebih ketat daripada imbauan jaga jarak social (social distancing). "PSBB kita
harapkan lebih ketat daripada social distancing. Sifatnya bukan imbauan, tapi
penguatan pengaturan kegiatan penduduk dan penegakan hukum, tentunya
dengan instansi berwenang sesuai UU yang berlaku," kata dia.
Oscar berharap pelaksanaan PSBB dapat memutus rantai penularan dari
hulunya, dan dilaksanakan selama masa inkubasi terpanjang. Namun, tak
menutup kemungkinan untuk diperpanjang dengan indikasi penyebaran yang
tinggi. "Dan tentunya pelaksanaan ini tak hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah, namun juga masyarakat agar bisa terlaksana dengan baik,"
pungkasnya.

5
B. Keputusan Presiden mengenai PSBB
Jakarta, Beritasatu.com – Keputusan Presiden Joko Widodo (Jokowi)
menerbitkan Keputusan Presiden (keppres) Nomor 11/2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dinilai tepat. Begitu juga PP 21/2020
tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Anggota Komisi I DPR Tb
Hasanuddin mengapresiasi kebijakan tersebut.

“Dengan telah dikeluarkannya Keppres 11/2020 dan PP Nomor 21/2020


tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar, tanpa dikaitkan dengan darurat
sipil, saya melihat keputusan Presiden Jokowi sudah sangat tepat,” Hasanuddin
kepada wartawan, Jumat (3/4/2020).

Menurut Hasanuddin petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis


(juknis) PP 21/2020 sepatutnya segera dibuat. Hal itu sesuai Undang-Undang
(UU) 6/2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

“Saran saya, kini saatnya Menkes (menteri kesehatan) segera membuat


juklak/juknis untuk menjadi pedoman dalam pelaksanaannya di lapangan/di
daerah,” demikian politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan tersebut.

Hasanuddin menuturkan sesuai Pasal 49 ayat 2 PP 21/2020, PSBB harus


berdasarkan pada pertimbangan epidemiologis , besarnya ancaman, efektivitas,
dukungan sumber daya, teknis operasional, pertimbangan ekonomi, sosial,
budaya dan keamanan.

Hasanuddin menegaskan aturan teknis sangat diperlukan sebagai pedoman


serta alat koordinasi dan model operasional para pemegang otoritas di
lapangan. Khususnya dalam rangka mempercepat penanggulangan wabah
virus corona di seluruh wilayah NKRI.

C. Kenapa Harus PSBB?


Jakarta, KOMPAS.com – Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus
corona Achmad Yurianto mengaku optimistis bahwa pandemi virus corona
(Covid-19) akan selesai pada akhir tahun 2020. Menurut Yuri, pandemi bisa
segera selesai apabila pembatasan sosial berskala besar (PSBB) berjalan
dengan baik dan ditaati masyarakat.
"Semua kebijakan pemerintah dijalankan, ya pasti akan tercapai itu. Itu
kan kebijakan pemerintah," kata Yuri kepada Kompas.com, Jumat (17/4/2020).
Hal tersebut juga ia katakan terkait ucapan Presiden Joko Widodo yang
meyakini bahwa pandemi Covid-19 akan selesai pada akhir tahun 2020. Ia
mengatakan, apabila semua kebijakan pemerintah seperti PSBB atau physical

6
distancing dijalankan dengan baik, maka yang diucapkan Presiden akan
terealisasi. Lalu, bagaimana dengan daerah yang belum melaksanakan PSBB?
"Kalau belum ditetapkan PSBB ya physical distancing, pakai masker, tetap
di rumah dijalankan dengan baik," ungkapnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo yakin bahwa wabah Covid-19 di
Tanah Air akan berakhir pada akhir tahun 2020. Keyakinan ini diungkapkan
Jokowi saat memimpin rapat terbatas "Mitigasi Dampak Covid-19 terhadap
Pariwisata" lewat video conference, Kamis (16/4/2020).
Dalam kesempatan itu, Jokowi pun mengungkapkan optimisme bahwa
pariwisata dalam negeri akan kembali berkembang pada tahun 2021.
"Saya meyakini ini (Covid-19) hanya sampai akhir tahun. Tahun depan
booming di pariwisata," kata Jokowi.
Jokowi yakin industri pariwisata akan langsung tumbuh pesat karena
banyak masyarakat yang hanya berdiam diri di rumah selama pandemi Covid-
19.
"Semua orang pengin keluar semua, orang ingin menikmati kembali
keindahan pariwisata sehingga optimisme itu yang harus terus diangkat," kata
dia.
Oleh karena itu, Jokowi meminta jajarannya untuk tidak terjebak pada
pesimisme karena masalah Covid-19 ini. Ia justru meminta Menteri Pariwisata
Wishnutama dan pejabat terkait lainnya untuk mulai mempersiapkan diri.

JAKARTA - Pemprov DKI Jakarta akan menerapkan status status Pembatasan


Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Ibu Kota pada 10 April 2020
mendatang. Penerapan PSBB itu dipercaya oleh masyarakat dapat menurunkan
angka positif pengidap virus corona (Covid-19) di wilayah Ibu Kota.

"Saya optimis bakal efektif kalau udah ada aturan yang mengikat kayak gini,"
kata salah satu warga Pancoran, Jakarta Selatan, Sarah (27) kepada wartawan,
Rabu (8/4/2020).

Menurut dia, masyarakat akan mematuhi segala peraturan PSBB yang


nantinya tertuang di dalam pergub. Namun, hal itu harus didukung dengan
adanya ketegasan dari para petugas yang melakukan pengawasan di lapangan.

"Tapi ya yang penting ketegasan, dan komitmen aja. Jangan sampai kita udah
terkurung, tapi enggak ada efek apa-apa," ujarnya.

Sementara itu, Diah Ayu (26) juga mendukung upaya dari Pemprov DKI
yang akan menerapkan PSBB demi menurunkan kurva penderita Covid-19 di
Jakarta. Ia menyarankan agar nantinya dalam pergub yang mengatur soal PSBB
merinci lebih spesifik tentang pembatasan transportasi umum.

7
"Kayaknya sih perlu ada penambahan-penambahan secara khusus, apalagi
dibidang transportasi. Kan belum terlalu tegas untuk membatasi," ucap
perempuan yang tinggal di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara tersebut.
Diah juga menyarankan kepada aparat kepolisian untuk mempunyai landasan
hukum yang jelas dalam menindak masyarakat yang melanggar penerapan
PSBB. "Sanksi dari kepolisian juga harus jelas. Apakah ada pidana atau ada
imbauan preventif," ujarnya.

Seperti diketahui, jumlah masyarakat yang dinyatakan positif corona


hingga saat ini berjumlah 1.443 orang. Penyebaran itu ada di 865 titik
kelurahan yang telah diketahui, namun untuk sisanya yakni 578 kasus positif
lainnya masih belum jelaa titik kelurahannya.

8
BAB III
KESIMPULAN
1. PSBB adalah singkatan dari Pembatasan Sosial Berskala Besar, peraturan
yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam rangka
Percepatan Penanganan COVID-19 agar bisa segera dilaksanakan di
berbagai daerah.
2. Aturan PSBB tercatat dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun
2020 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020
Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID – 19)

9
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2020 Tentang


Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID – 19).
https://nasional.kompas.com/read/2020/04/17/13515401/pandemi-covid-19-bisa-
selesai-di-akhir-2020-dengan-psbb-dan-taat-physical?page=2
https://megapolitan.okezone.com/read/2020/04/08/338/2196010/masyarakat-
optimis-psbb-mampu-turunkan-angka-kasus-corona-di-jakarta?page=2
https://nasional.kontan.co.id/news/bingung-dengan-pembatasan-sosial-skala-
besar-ini-bedanya-dengan-karantina-wilayah?page=all
https://www.jogloabang.com/kesehatan/pp-21-2020-pembatasan-sosial-berskala-
besar-rangka-percepatan-penanganan-covid-19
https://tirto.id/arti-psbb-yang-dibuat-untuk-cegah-penyebaran-corona-di-
indonesia-eMXT

10

You might also like