You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR
“KECEPATAN REAKSI”

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Naufal Yudha Utama


NIM : 211420004
Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas
Bidang Minat : Refinery
Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS
(PEM AKAMIGAS)

Cepu, April 2022


PERCOBAAN 5:
“KECEPATAN REAKSI”

I. Tujuan
Setelah melaksanakan pratikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat memahami factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
kimia
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh kosentrasi zat terhadap kecepatan reaksi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh temperature terhadap kecepatan reaksi.

II. Keselatamatan Kerja


1. Hati-hati saat berkerja dengan larutan kimia.
2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam pratikum ini (MSDS
terdapat dalam lampiran).
3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak
diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.
4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadaah buangan limbah padat.
5. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.
6. Bila dalam percobaan timbu gas yang menganggu pernapasan, maka perkerjaan
harus dilakukan dalam lemari asam.
7. Saat memanaskan bahan kimia dalam tabung reaksi, mulut tabung harus diarahkan
ke tempat yang tidak ada orangnya

III. Dasar Teori


Laju reaksi kecepatan didefinisikan sebagai jumlah suatu perubahan tiap satuan
waktu. Misalkan seseorang lari dengan kecepatan 16 km/jam. Artinya orang tersebut
telah berpindah tempat sejauh 16 km dalam waktu satu jam. Dalam reaksi kimia,
perubahan yang dimaksud adalah perubahan kosentrasi pereaksi atau produk. Satuan
kosentrasi yang digunakan adalah molaritas (M) atau mol per liter (mol.L -1). Satuan
waktu yang digunakan biasanya detik (S). Sehingga laju reaksi mempunyai satuan mol
per detik (mol.L.s-1 atau M.s-1). Pendefisian laju reaksi lebih lanjut dapat kita
perhatikan persamaan stoikiometri berikut (Haryono, 2019).

aA + bB gG + hH
Bila laju reaksi diungkapkan sebagai berkurangnya pereaksi A atau B dan
bertambahnya produk G dan H tiap satuan waktu . Tujuan dari kinematika kimia
adalah untuk dapat memprediksi laju suatu reaksi. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan perhitungan matematis melalui hukum laju. Misalkan ada reaksi (Haryono,
2019).

aA + bB gG + hH

dimana A dan B adalah reaktan, G dan H adalah produk dan a, b, g, h adalah


koefisien penyetara reaksi. Secara umum hukum lajunya adalah : (Haryono, 2019)

Laju reaksi = k[A]m[B]n

[A] dan [B] adalah kosentrasi dalam molaritas. Pangkat m dan n ditentukan dari
dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan tidak selalu sama dengan koefisien
a dan b. sedangkan ‘k’ adalah tetapan laju yang harganya dipengaruhi oleh suhu dan
katalais (jika ada) semakin besar harga ‘k’ reaksi akan berlangsung lebih cepat. Kita
telah menyebutkan bahwa semakin besar kosentrasi zat-zat pereaksi cenderung akan
mempercepat laju reaksi, tetapi seberapa cepat menemukan orde reaksi merupakan
salah satu cara memperkirakan sejauh mana kosentrasi zat pereaksi mempengaruhi
laju reaksi tertentu. Orde reaksi ditentukan dengan nilai eksponen dalam persamaan
laju, Jika m=1 kita katakana bahwa reaksi tersebut adalah orde pertama terhadap A.
Jika n=3, reaksi tersebut orde ketiga terhap B. orde total adalah jumlah eksponen
dalam persamaan laju : n + m + ….. (Haryono, 2019).

Pengaruh kosentrasi terhadap laju reaksi secara kuantitatif hanya dapat diketahui
dan hasil eksperimen. Larutan dengan kosentrasi yang kental akan mengandung
partikel yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan yang encer. Semaki tinggi
kosentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan,
akibatnya tumbuhkan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung
semakin cepat. Semakin tinggi kosentrasi suatu larutan, makin besar laju reaksinya.
Laju reaksi kimia juga semakin bertambah dengan naiknya temperature, kenaikan laju
reaksi ini dapat diterangkan dengan makin cepatnya getaran molekul-molekul pada
temperature lebih tinggi dan karenanya akan lebih sering terjadi tumbukan satu sama
lain. Pada tahun 1889 anhenius mengemukakan persamaan empiris dimana k
(Ketetapan Laju) merupakan fungsi suhu, T. Berikut formula secara sistematis
tersebut: (McMurry, 2014)
K = A.e - (Ea/RT)

Keterangan :

k = ketetapan laju

A= tetapan laju

Ea= Energi pengaktifan

R = Tetapan gas

T= temperature absolus

Teori tumbukan dapat digunakan untuk memperkirakan laju terjadinya suatu reaksi
kimia. Teori memberikan asumsi casar. Bahwa reaksi kimia terjadi karena molekul-
molekul yang saling bertumbukan dengan laju setiap langkah/tahap reaksi berbanding
lansung dengan : (Petrucci et al., 2010)

a. Jumlah tumbukan persatuan waktu


b. Fraksi tumbukan yang efektif
Mungkin banyak jumlah tumbuhkan yang terjadi makin cepat reaksi itu
berlangsung. Namun demikian hanya fraksi tumbukan yang efektif yang dapat
menghasilkan reaksi. Atau dikatakan hanya bila energi tumbuhkan lebih besar/
melampaui energi aktivasinya maka reaksi dapat terjadi. Secara kualitatif terjadinya
tumbuhkan telah termasuk didalam empat factor yang mempengaruhi laju kecepatan
reaksi yaitu : (Petrucci et al., 2010)
1. Sifat alamiah pereaksi karena energi aktivasi tiap pereaksi berbeda-beda
2. Kosentrasi pereaksi, karena jumlah tumbukan bertambah jika kosentrasinya
makin besar.
3. Suhu, karena kenaikan suhu mengakibatkan molekul bergerak lebih cepat.
4. Katalisator, karena katalisator menyebabkan tumbukan menjadi lebih efektif
atau menghasilkan spesi yang lebih rendah aktivitasnya.

Faktor yang mempengaruhi selain hal diatas yang berasal dari alam adalah seperti
tekanan, urutan reaksi, pelarut, radiasi electromagnet, katalis dan isotop, luas
permukaan, pengadukan, dan batas difusi. Beberapa reaksi biasanya lebih cepat dari
yang lain. Angka dari reaktan dan keadaan fisik ( Partikel yang berbentuk padat
bergerak lebih pelan dibandingkan partikel yang berada dalam bentuk keadaan gas
atau dalam keadaan dalam suatu larutan). Kompleksitas dari reaksi dan factor lain
akan sangat berpengaruh dalam keceparan reaksi. Kecepatan reaksi umumnya
bertambah dengan kosentrasi, seperti yang telah dijelaskan dalam hukum kecepatan
reaksi dan di teori tumbukan. Suatu kosentrasi reakstan meningkat maka frekuensi
terjadinya tumbukan antar partikel akan lebih sering terjadi. Kecepatan dari reaksi
antar senyawa gas meningkat seiring dengan bertambanya kosentrasi gas. Kecepatan
reaksi dalam suatu arah dimana lebih sedikit dari mol dari suatu gas dan menurun
dalam berbalik arah. Dalam fase kondensasi reaksi, pengaruh dari tekanan hanya
lemah dan tidak berpengaruh tinggi. Biasanya melakukan suatu reaksi pada suhu yang
tinggi akan menghantarkan lebih banyak energi kedalam system dan meningkatkan
kecepatan reaksi dengan mengakibatkan seringnya terjadi tumbukan antar partikel,
seperti yang telah dijelaskna dalam teori tumbukan. Walaupun begitu, alasan utama
dari pertambahan suhu dengan kecepatan reaksi adalah seringnya partikel tersebut
bertumbuk maka akan mencapai energi aktivasi yang dibutuhkan yang mengakibatkan
dalam bertambanya kesempatan berhasilnya tumbukan ( Saat ikatan terbentuk diantara
reaktan. Kehadiran dari sebuah katalis akan mempercepat dari kecepatan reaksi ( Baik
reaksi maju maupun sebaliknya). Dengan memberikan jalan alternatif dengan sebuah
energi aktivasi dengan kebutuhan lemah. (Petrucci et al., 2010).

IV. Bahan dan Peralatan yang Digunakan


a. Bahan-bahan yang digunakan dalam pratikum ini yaitu :
1. Larutan Na2S2O3 5%
2. Larutan HCL 5%
b. Peralatan yang digunakan dalam pratikum ini yaitu :
1. Rak tabung reaksi
2. Tabung reaksi
3. Buret, kapasitas 25 atau 50 ml
4. Pipet takar 10 ml
5. Stopwatch
6. Pemanas

V. Prosedur Percobaan
a. Pengaruh Kosentrasi Zat terhadap Kecepatan Reaksi

Siapkan 6 buah tabung reaksi dan 2 buah buret.


Berilah tanda pada masing – masing tabung reaksi dan
buret
Kedalam buret diisikan masing – masing :

1. Buret I : Larutan Na2S2O3


2. Buret II : Akuades

Kedam tabung reaksi masing-masing tambahkan


larutan Na2S2O3 dan akuades sesuai dengan tabel yang
ada di modul pratikum

Kedalam 6 buah tabung reaksi yang lain, masing –


masing isikan 1 mL larutan HCL.

Siapkan stopwatch, dan dimulai dari tabung reaksi No.1

Kedalam tabung reaksi No.1 tersebut, tambahkan 1 mL


larutan HCl yang sudah disiapkan dalam tabung reaksi yang
lain. Catat waktu reaskinya (dalam detik) sambil dikocok
pelan – pelan.

Selanjutnya lakukan langkah kerja yang sama (langkah 6


diatas) terhadap tabung reaksi No.2 s/d 6.

b. Pengaruh Temperatur Terhadap Kecepatan Reaksi

Siapkan 12 tabung reaksi :

1. 6 tabung I diberi kode : 1; 2; 3; 4; 5 dan 6


2. 6 tabung II diberi kode : a; b; c; d; e dan f
Ke dalam tabung reaksi 1 s/d 6 masing-masing
masukan 5 mL larutan Na2S2O3

Ke dalam tabung reaksi a s/d f masing –


masing masukan 1 mL larutan HCl.

Ambil tabung reaski 1 dan a, masukan kedalam


water bath temperature 30oC selamaa 2 menit

Kemudian angkat ke dua tabung reaksi dari


penangas air dan segera tuangkan larutan HCl
kedalam tabung berisi larutan Na2S2O3

Selanjutnya lakukan perkerjaan yang sama (langkah 4 dan


5) terhadap pasangan tabung reaksi No.2 dengan b sampai
dengan No.6 dengan f, dengan setiap interval kenaikan
temperature penagas air sebesar 5oC

VI. Hasil Pratikum


Hasil pratikum “kecepatan reaksi” yang telah dilaksanakan sebelumnya akan
disajikan dalam bentuk tabel sebagai beriktu:
a. Pengaruh Kosentrasi Zat

No Kosentraasi Na2S2O3 Waktu (Detik)


1 1 10,06 Detik
2 5/6 13,51 Detik
3 2/3 14 Detik
4 1/2 16,69 Detik
5 1/3 25,11 Detik
6 1/6 40,32 Detik
b. Pengaruh Temperatur terhadap kecepatan reaksi

No Temperatur Percobaan Waktu (Detik)


. (oC)
1 30 9,96 Detik
2 35 8,81 Detik
3 40 6,85 Detik
4 45 6,15 Detik
5 50 4,92 Detik
6 55 3,62 Detik

VII. Pembahasan
a. Pembahasan Pratikum
Pada pratikum yang telah dilaksanakan sebelumnya, operator telah menyiapkan
peralatan dan bahan dimana peralatan dibersihkan dengan aquades agar
menghilangkan kontaminan yang dapat mempengaruhi reaksi dikarenakan focus dari
pratikum ini adalah reaksi. Dengan menggunakan tabung reaksi larutan Na2S2O3
dengan masing masing tabung mengandung penuh larutan senyawa tersebut. Yang
kedua dengan 5 bagian dengan 1 bagian adalah aquades, tabung ketiga 4 : 2
perbandingan antara senyawa dengan akuades, yang keempat 3 : 3, yang kelima
adalah 2 : 4 dan yang terakhir adalah 1 : 5, setelah melaksanakan tersebut operator
bersiap untuk memasukan masing 1 mL HCl kedalam ke enam tabung reaksi tersebut
dengan masing masing waktu reaksi tersebut dicatat dengan parameter pencatatan
waktu diberhentikan ketika terjadi perubahan warna pada larutan yang telah
direaksikan tersebut. Hasil dari waktu dicatat dan disajikan dengan tabel diatas.
Pada proses selanjutnya, prosedur diutarakan dengan variabel bebas yaitu suhu
larutan yang akan direaksikan dimana digunakan 6 tabung dengan masing masing
tabung yang telah diisi dengan larutan senyawa Na2S2O3 dan 6 tabung lain digunakan
untuk menampung HCl. Salah satu dari 6 tabung Na2S2O3 dan salah satu dari 6 tabung
HCl dimasukan ke penangas air hingga suhu 30 oC dimana setelah mencapai suhu
tersebut kedua larutan tersebut direaksikan dan dicatat waktu yang dibutuhkan larutan
reaksi tersebut berubah warna. Hal ini dilakukan hingga 6 kali dengan masing masing
beda suhu 5oC keatas. Hasil dari waktu dicatat dan disajikan dengan tabel yang tertera
diatas.
Berdasarkan hal tersebut bahwa pada pratikum ini menggunakan reaksi antara HCl
dan Na2S2O3 dimana reaksi tersebut secara sistematis akan menjadi sebagai berikut:
Na2S2O3(aq) + 2 HCl(aq) → S(s) + SO2(aq) + 2 NaCl(aq) + H2O(l)

Hasil reaksi tersebut adalah padatan sulfur dengan gas sulfur dioksida dengan
larutan yang mengandung garam dan air. Dimana hal ini terbukti pada pratikum
tersebut terdapat kandungan Sulfur dimana pada reaksi tersebut larutan ketika telah
direaksikan akan berubah warna jadi putih kekuningan.
Berdasarkan hasil pratikum hal yang didapatkan bahwa kosentrasi dan laju reaksi
berbanding lurus dimana semakin tinggi kosentrasi suatu zat maka laju reaksi akan
semakin cepat. Hal ini berdasarkan teori tumbukan yang telah dibahas pada dasar
teori, dimana pada suatu kosentrasi yang tinggi maka akan semakin tinggi kesempatan
partikel yang telarut akan saling bertumbukan dan akan menyebabkan reaksi sehingga
semakin banyak zat yang bertumbukan maka semakin banyak reaksi antar partikel
tersebut yang mengakibatkan semakin cepatnya reaksi dimana pada hasil reaksi
terlihat dari waktu yang dibutuhkan larutan tersebut untuk berubah warna yang
menandakan terjadi nya reaksi. Sedangkan pada bagian selanjutnya pada pratikum
didapatkan juga bahwa kenaikan suhu berbanding lurus dengan kenaikan kecepatan
reaksi hal ini terlihat pada hasil pratikum dimana semakin suhu maka waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya perubahan warna pada larutan yang bereaksi semakin
pendek. Hal ini didasarkan kembali pada teori tumbukan dan energi aktivasi yang
telah dibahas pada dasar teori dimana semakin tinggi suhu maka makin tinggi energi
yang aktivasi yang diberikan yang berakibat semakin besarnya kesempatan terjadinya
reaksi ketika bertumbukan selain itu sebuah partikel akan semakin mudah bergerak
dan bergetar ketika energi kinetic pada partikel tersebut besar, Hal ini didasarkan
hubungan teori energi kinetic gas ideal dimana energi kinetic berbanding lurus dengan
suhu sehingga semakin tinggi suhu semakin tinggi energi kinetic dan mengakibatkan
partikel tersebut lebih mudah bergerak dan mengakibatkan juga lebih tingginya terjadi
tumbukan antar partikel. Berikut rumus hubungan energi kinetic dan suhu :

Ek = 2/3x K x T
Keterangan :
Ek = Energi Kinetik (J)
K = Tetapan Boltzman (1,38 x 10-23 J/oK)
T = Suhu Mulat (oK)

Berdasarkan hasil pratikum diperhatikan bahwa pengaruh suhu lebih tinggi


dibandingkan pengaruh kosentrasi larutan pada kecepatan reaksi suatu larutan hal
diperkirakan dikarenakan suhu mempengaruhi langsung dalam memudahkan partikel
tersebut untuk bergerak serta meningkatkan energi aktivitas sehingga memungkinkan
kejadian tumbukan antar partikel semakin sering dengan keberhasilan reaksi yang
tinggi dibandinkan kosentrasi yang memiliki suhu ruangan dimana memiliki energi
aktivasi yang rendah sehingga walaupun banyak partikel dalam larutan tersebut untuk
memunkinkan seringnya terjadi tumbukan tetapi energi aktivasi pada reaksi tersebut
rendah sehingga keberhasilan tumbukan partikel tersebut rendah dimana
mengakibatkan reaksi membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan waktu yang
dibutuhkan untuk reaksi pada pengaruh suhu.

b. Pertanyaan
1. Bagaimana hasil percobaan anda, apakah memenuhi teori kimia? Jelaskan
alasannya!
Jawaban : Hasil percobaan telah memenuhi teori kimia dimana berdasarkan
teori bahwa pertambahan suhu dan kosentrasi berbanding lurus dengan
pertambahan kecepatan reaksi dimana pada hasil pratikum ditunjukan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan parameter perubahan suhu yang
dimana waktu yang dibutuhkan semakin sedikit ketika pada suhu yang tinggi
atau kosentrasi yang tinggi. Selain itu lebih cepat reaksi pada pengaruh suhu
dibandingkan pengaruh kosentrasi dan hal itu tepat pada teori kimia dimana
suhu memiliki pengaruh lebih besar dikarenakan semakin tinggi suhu semakin
tinggi energi kinetic pada partikel dimana meningkatkan energi aktivasi pada
partikel yang menambah kemungkinan suksesnya reaksi ketika partikel
bertumbukan dibandikan pengaruh kosentrasi dimana energi aktivasinya lebih
rendah dibandingkan pengaruh suhu tinggi sehingga suksesnya reaksi ketika
partikel bertumbukan lebih rendah.
2. Kesalahan-kesalahan apakah yang mungkin Anda perbuat selama melakukan
percobaan ini? Bagaimanakah cara mengeliminasi tersebut?
Jawaban : Kesalahan yang mungkin terjadi ketika pratikum adalah kurang
akuratnya penambahan kosentrasi larutan dimana ketika semua tabung reaksi
telah direaksikan dimana seharusnya gradien warna pada kesemua larutan akan
sesuai dengan perbandingan kosentrasi senyawa dengan air dimana akan dari
ketebalan warna yang tinggi ke rendah tetapi terdapat ketebalan warna larutan
yang berbeda beda dan tidak berurutan dimana kemungkinan bahwa kosentrasi
pada larutan berbeda-beda sehingga dapat dieliminasi dengan cara lebih teliti
saat memasukan larutan kedalam tabung reaksi. Selain itu kesalahan lain
adalah larutan yang dipanaskan suhunya akan menurun diakibatkan
direaksikan diluar bath water sehingga suhu yang telah dibutuhkan akan tidak
sama saat direaksikan. Hal ini dapat dieliminasi dengan cara mereaksikan
larutan tersebut dalam lingkungan dengan suhunya sesuai dengan kebutuhan
saat direaksikan.

VIII. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sembelumnya dapat diambil kesimpulan
bahwa suhu dan kosentrasi suatu larutan dapat mempengaruhi kecepatan reaksi
dimana kenaikan kosentrasi dan suhu berbanding lurus dengan bertambahnya
kecepatan reaksi.
b. Saran
Berdasarkan pelaksanaan yang telah dilaksanakan sebelumnya diberikan
beberapa saran agar pelaksanaan pada pratikum ini kedepannya sebagai berikut:
1. Setelah kedua larutan tersebut dipanaskan segera reaksikan agar suhu tidak
terlalu turun drastic.
2. Selalu teliti dalam menambahkan kosentrasi larutan agar hasil yang
didapatkan lebih akurat.
3. Pencatatan suhu disarankan lebih akurat agar waktu yang didapatkan lebih
teliti.

IX. Daftar Pustaka

Haryono, H. E. (2019). Kimia Dasar. books.google.com.


https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=DkXHDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=heny+kimia&ots=Tf
f8_uTuAc&sig=_CfM0dfAF11MVAywmjFf6-tK2F8

McMurry, J. E. (2014). Organic chemistry with biological applications.


books.google.com. https://books.google.com/books?
hl=en&lr=&id=JX7AAgAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=mcmurry+chemistry
&ots=S2cEHlyXgS&sig=kZeSYOd2O77qWYhplSJEOJwiMEk

Petrucci, R. H., Herring, F. G., & Madura, J. D. (2010). General chemistry:


principles and modern applications. 113.161.190.196.
http://113.161.190.196:8080/thuvienso/handle/123456789/999

X. Lampiran
Lampiran 1. Laporan Sementara
Lampiran 2. Tabung Reaksi yang telah berlabel

Lampiran 3. Hasil Percobaan (Variabel Kosentrasi)

Lampiran 4. Hasil Percobaan (Variabel Suhu).


Lampiran 5. Operator (Kiri dan kanan) dan Asisten Labotarium (Tengah)

You might also like