Professional Documents
Culture Documents
(Telah Direvisi) Laporan Kecepatan Reaksi Naufal Yudha Utama, Ref 1A 211420004
(Telah Direvisi) Laporan Kecepatan Reaksi Naufal Yudha Utama, Ref 1A 211420004
KIMIA DASAR
“KECEPATAN REAKSI”
Disusun oleh :
I. Tujuan
Setelah melaksanakan pratikum ini diharapkan :
1. Mahasiswa dapat memahami factor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi
kimia
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh kosentrasi zat terhadap kecepatan reaksi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh temperature terhadap kecepatan reaksi.
aA + bB gG + hH
Bila laju reaksi diungkapkan sebagai berkurangnya pereaksi A atau B dan
bertambahnya produk G dan H tiap satuan waktu . Tujuan dari kinematika kimia
adalah untuk dapat memprediksi laju suatu reaksi. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan perhitungan matematis melalui hukum laju. Misalkan ada reaksi (Haryono,
2019).
aA + bB gG + hH
[A] dan [B] adalah kosentrasi dalam molaritas. Pangkat m dan n ditentukan dari
dari data eksperimen, biasanya harganya kecil dan tidak selalu sama dengan koefisien
a dan b. sedangkan ‘k’ adalah tetapan laju yang harganya dipengaruhi oleh suhu dan
katalais (jika ada) semakin besar harga ‘k’ reaksi akan berlangsung lebih cepat. Kita
telah menyebutkan bahwa semakin besar kosentrasi zat-zat pereaksi cenderung akan
mempercepat laju reaksi, tetapi seberapa cepat menemukan orde reaksi merupakan
salah satu cara memperkirakan sejauh mana kosentrasi zat pereaksi mempengaruhi
laju reaksi tertentu. Orde reaksi ditentukan dengan nilai eksponen dalam persamaan
laju, Jika m=1 kita katakana bahwa reaksi tersebut adalah orde pertama terhadap A.
Jika n=3, reaksi tersebut orde ketiga terhap B. orde total adalah jumlah eksponen
dalam persamaan laju : n + m + ….. (Haryono, 2019).
Pengaruh kosentrasi terhadap laju reaksi secara kuantitatif hanya dapat diketahui
dan hasil eksperimen. Larutan dengan kosentrasi yang kental akan mengandung
partikel yang lebih rapat, jika dibandingkan dengan larutan yang encer. Semaki tinggi
kosentrasi berarti semakin banyak molekul-molekul dalam setiap satuan luas ruangan,
akibatnya tumbuhkan antar molekul makin sering terjadi dan reaksi berlangsung
semakin cepat. Semakin tinggi kosentrasi suatu larutan, makin besar laju reaksinya.
Laju reaksi kimia juga semakin bertambah dengan naiknya temperature, kenaikan laju
reaksi ini dapat diterangkan dengan makin cepatnya getaran molekul-molekul pada
temperature lebih tinggi dan karenanya akan lebih sering terjadi tumbukan satu sama
lain. Pada tahun 1889 anhenius mengemukakan persamaan empiris dimana k
(Ketetapan Laju) merupakan fungsi suhu, T. Berikut formula secara sistematis
tersebut: (McMurry, 2014)
K = A.e - (Ea/RT)
Keterangan :
k = ketetapan laju
A= tetapan laju
R = Tetapan gas
T= temperature absolus
Teori tumbukan dapat digunakan untuk memperkirakan laju terjadinya suatu reaksi
kimia. Teori memberikan asumsi casar. Bahwa reaksi kimia terjadi karena molekul-
molekul yang saling bertumbukan dengan laju setiap langkah/tahap reaksi berbanding
lansung dengan : (Petrucci et al., 2010)
Faktor yang mempengaruhi selain hal diatas yang berasal dari alam adalah seperti
tekanan, urutan reaksi, pelarut, radiasi electromagnet, katalis dan isotop, luas
permukaan, pengadukan, dan batas difusi. Beberapa reaksi biasanya lebih cepat dari
yang lain. Angka dari reaktan dan keadaan fisik ( Partikel yang berbentuk padat
bergerak lebih pelan dibandingkan partikel yang berada dalam bentuk keadaan gas
atau dalam keadaan dalam suatu larutan). Kompleksitas dari reaksi dan factor lain
akan sangat berpengaruh dalam keceparan reaksi. Kecepatan reaksi umumnya
bertambah dengan kosentrasi, seperti yang telah dijelaskan dalam hukum kecepatan
reaksi dan di teori tumbukan. Suatu kosentrasi reakstan meningkat maka frekuensi
terjadinya tumbukan antar partikel akan lebih sering terjadi. Kecepatan dari reaksi
antar senyawa gas meningkat seiring dengan bertambanya kosentrasi gas. Kecepatan
reaksi dalam suatu arah dimana lebih sedikit dari mol dari suatu gas dan menurun
dalam berbalik arah. Dalam fase kondensasi reaksi, pengaruh dari tekanan hanya
lemah dan tidak berpengaruh tinggi. Biasanya melakukan suatu reaksi pada suhu yang
tinggi akan menghantarkan lebih banyak energi kedalam system dan meningkatkan
kecepatan reaksi dengan mengakibatkan seringnya terjadi tumbukan antar partikel,
seperti yang telah dijelaskna dalam teori tumbukan. Walaupun begitu, alasan utama
dari pertambahan suhu dengan kecepatan reaksi adalah seringnya partikel tersebut
bertumbuk maka akan mencapai energi aktivasi yang dibutuhkan yang mengakibatkan
dalam bertambanya kesempatan berhasilnya tumbukan ( Saat ikatan terbentuk diantara
reaktan. Kehadiran dari sebuah katalis akan mempercepat dari kecepatan reaksi ( Baik
reaksi maju maupun sebaliknya). Dengan memberikan jalan alternatif dengan sebuah
energi aktivasi dengan kebutuhan lemah. (Petrucci et al., 2010).
V. Prosedur Percobaan
a. Pengaruh Kosentrasi Zat terhadap Kecepatan Reaksi
VII. Pembahasan
a. Pembahasan Pratikum
Pada pratikum yang telah dilaksanakan sebelumnya, operator telah menyiapkan
peralatan dan bahan dimana peralatan dibersihkan dengan aquades agar
menghilangkan kontaminan yang dapat mempengaruhi reaksi dikarenakan focus dari
pratikum ini adalah reaksi. Dengan menggunakan tabung reaksi larutan Na2S2O3
dengan masing masing tabung mengandung penuh larutan senyawa tersebut. Yang
kedua dengan 5 bagian dengan 1 bagian adalah aquades, tabung ketiga 4 : 2
perbandingan antara senyawa dengan akuades, yang keempat 3 : 3, yang kelima
adalah 2 : 4 dan yang terakhir adalah 1 : 5, setelah melaksanakan tersebut operator
bersiap untuk memasukan masing 1 mL HCl kedalam ke enam tabung reaksi tersebut
dengan masing masing waktu reaksi tersebut dicatat dengan parameter pencatatan
waktu diberhentikan ketika terjadi perubahan warna pada larutan yang telah
direaksikan tersebut. Hasil dari waktu dicatat dan disajikan dengan tabel diatas.
Pada proses selanjutnya, prosedur diutarakan dengan variabel bebas yaitu suhu
larutan yang akan direaksikan dimana digunakan 6 tabung dengan masing masing
tabung yang telah diisi dengan larutan senyawa Na2S2O3 dan 6 tabung lain digunakan
untuk menampung HCl. Salah satu dari 6 tabung Na2S2O3 dan salah satu dari 6 tabung
HCl dimasukan ke penangas air hingga suhu 30 oC dimana setelah mencapai suhu
tersebut kedua larutan tersebut direaksikan dan dicatat waktu yang dibutuhkan larutan
reaksi tersebut berubah warna. Hal ini dilakukan hingga 6 kali dengan masing masing
beda suhu 5oC keatas. Hasil dari waktu dicatat dan disajikan dengan tabel yang tertera
diatas.
Berdasarkan hal tersebut bahwa pada pratikum ini menggunakan reaksi antara HCl
dan Na2S2O3 dimana reaksi tersebut secara sistematis akan menjadi sebagai berikut:
Na2S2O3(aq) + 2 HCl(aq) → S(s) + SO2(aq) + 2 NaCl(aq) + H2O(l)
Hasil reaksi tersebut adalah padatan sulfur dengan gas sulfur dioksida dengan
larutan yang mengandung garam dan air. Dimana hal ini terbukti pada pratikum
tersebut terdapat kandungan Sulfur dimana pada reaksi tersebut larutan ketika telah
direaksikan akan berubah warna jadi putih kekuningan.
Berdasarkan hasil pratikum hal yang didapatkan bahwa kosentrasi dan laju reaksi
berbanding lurus dimana semakin tinggi kosentrasi suatu zat maka laju reaksi akan
semakin cepat. Hal ini berdasarkan teori tumbukan yang telah dibahas pada dasar
teori, dimana pada suatu kosentrasi yang tinggi maka akan semakin tinggi kesempatan
partikel yang telarut akan saling bertumbukan dan akan menyebabkan reaksi sehingga
semakin banyak zat yang bertumbukan maka semakin banyak reaksi antar partikel
tersebut yang mengakibatkan semakin cepatnya reaksi dimana pada hasil reaksi
terlihat dari waktu yang dibutuhkan larutan tersebut untuk berubah warna yang
menandakan terjadi nya reaksi. Sedangkan pada bagian selanjutnya pada pratikum
didapatkan juga bahwa kenaikan suhu berbanding lurus dengan kenaikan kecepatan
reaksi hal ini terlihat pada hasil pratikum dimana semakin suhu maka waktu yang
dibutuhkan untuk terjadinya perubahan warna pada larutan yang bereaksi semakin
pendek. Hal ini didasarkan kembali pada teori tumbukan dan energi aktivasi yang
telah dibahas pada dasar teori dimana semakin tinggi suhu maka makin tinggi energi
yang aktivasi yang diberikan yang berakibat semakin besarnya kesempatan terjadinya
reaksi ketika bertumbukan selain itu sebuah partikel akan semakin mudah bergerak
dan bergetar ketika energi kinetic pada partikel tersebut besar, Hal ini didasarkan
hubungan teori energi kinetic gas ideal dimana energi kinetic berbanding lurus dengan
suhu sehingga semakin tinggi suhu semakin tinggi energi kinetic dan mengakibatkan
partikel tersebut lebih mudah bergerak dan mengakibatkan juga lebih tingginya terjadi
tumbukan antar partikel. Berikut rumus hubungan energi kinetic dan suhu :
Ek = 2/3x K x T
Keterangan :
Ek = Energi Kinetik (J)
K = Tetapan Boltzman (1,38 x 10-23 J/oK)
T = Suhu Mulat (oK)
b. Pertanyaan
1. Bagaimana hasil percobaan anda, apakah memenuhi teori kimia? Jelaskan
alasannya!
Jawaban : Hasil percobaan telah memenuhi teori kimia dimana berdasarkan
teori bahwa pertambahan suhu dan kosentrasi berbanding lurus dengan
pertambahan kecepatan reaksi dimana pada hasil pratikum ditunjukan dengan
waktu yang dibutuhkan untuk bereaksi dengan parameter perubahan suhu yang
dimana waktu yang dibutuhkan semakin sedikit ketika pada suhu yang tinggi
atau kosentrasi yang tinggi. Selain itu lebih cepat reaksi pada pengaruh suhu
dibandingkan pengaruh kosentrasi dan hal itu tepat pada teori kimia dimana
suhu memiliki pengaruh lebih besar dikarenakan semakin tinggi suhu semakin
tinggi energi kinetic pada partikel dimana meningkatkan energi aktivasi pada
partikel yang menambah kemungkinan suksesnya reaksi ketika partikel
bertumbukan dibandikan pengaruh kosentrasi dimana energi aktivasinya lebih
rendah dibandingkan pengaruh suhu tinggi sehingga suksesnya reaksi ketika
partikel bertumbukan lebih rendah.
2. Kesalahan-kesalahan apakah yang mungkin Anda perbuat selama melakukan
percobaan ini? Bagaimanakah cara mengeliminasi tersebut?
Jawaban : Kesalahan yang mungkin terjadi ketika pratikum adalah kurang
akuratnya penambahan kosentrasi larutan dimana ketika semua tabung reaksi
telah direaksikan dimana seharusnya gradien warna pada kesemua larutan akan
sesuai dengan perbandingan kosentrasi senyawa dengan air dimana akan dari
ketebalan warna yang tinggi ke rendah tetapi terdapat ketebalan warna larutan
yang berbeda beda dan tidak berurutan dimana kemungkinan bahwa kosentrasi
pada larutan berbeda-beda sehingga dapat dieliminasi dengan cara lebih teliti
saat memasukan larutan kedalam tabung reaksi. Selain itu kesalahan lain
adalah larutan yang dipanaskan suhunya akan menurun diakibatkan
direaksikan diluar bath water sehingga suhu yang telah dibutuhkan akan tidak
sama saat direaksikan. Hal ini dapat dieliminasi dengan cara mereaksikan
larutan tersebut dalam lingkungan dengan suhunya sesuai dengan kebutuhan
saat direaksikan.
X. Lampiran
Lampiran 1. Laporan Sementara
Lampiran 2. Tabung Reaksi yang telah berlabel