KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
P DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN
i Telepon : (021) 5201590 (Hunting), Faksimile : (021) 5261814, 5203872
Wiebe : wi yn eres god GERMAS
Nomor : 4.03.03 Mnforge hoz 2 22 Februari 2022
Hal: Pemenuhan Kebutuhan Tenaga Kesehatan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada Kondisi
Kontigensi atau Krisis Tenaga Kesehatan
Yth,
1, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
3. Direktur/Direktur Utama/Kepala Rumah Sakit
di seluruh Indonesia
‘Sehubungan dengan semakin meningkatnya kasus COVID-19 khususnya varian
Omicron (B.1.1.529) dengan tingkat penularan lebih tinggi dari varian sebelumnya,
sehingga berdampak pada rerata posit (positive rate) tinggi pada tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Banyaknya tenaga
Kesehatan yang tertular dapat menyebabkan kondisi kontigensi sampai krisis
tenaga kesehatan, maka bersama ini kami sampaikan beberapa ketentuan sebagai
berikut :
1. Kondisi konvensional adalah kondisi dimana tenaga Kesehatan bisa di upayakan
secara internal untuk memenuhi kebutuhan pelayanan secara optimal,
2. Kondisi kontigensi tenaga kesehatan merupakan kondisi kekurangan tenaga
kesehatan yang masih dapat diatasi oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan
bekerjasama dengan berbagai sumber sehingga tidak berdampak pada pelayanan
kesehatan
3. Kondisi krisis tenaga kesehatan merupakan kondisi kekurangan tenaga kesehatan
yang terjadi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan berdampak luas pada
pelayanan kesehatan4. Dalam menetapkan kondisi konvensional, kontigensi atau krisis tenaga Kesehatan,
pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan pemetaan kebutuhan
dan jumlah minimum tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
optimal bagi pasien.
5. Pengaturan tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif COVID-19 atau kontak
erat untuk kembali bekerja adalah sebagai berikut
a. Kondisi Konvensional
1) Tenaga kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 baik asimptomatik atau
gejala ringan dan sudah mendapat vaksin dosis ke 2 atau 3 dapat kembali
bekerja dengan ketentuan telah menjatani 10 (sepuluh) hari isolasi mandir
(asimptomatik) atau ditambah 3 (tiga) hari bebas gejala (gejala ringan)
tanpa follow up pemeriksaan NAAT atau 5 (lima) hari isolasi mandir
ditambah 2x pemeriksaan NAAT selang waktu 24 jam dengan hasil negatif
(7 hari)
2) Tenaga kesehatan dengan kontak erat dan sudah mendapat vaksin dosis
ke 2 atau 3 dapat kembali bekerja dengan ketentuan telah menjalani 5
(lima) hari karantina ditambah 2x pemenksaan NAAT selang waktu 24 jam
dengan hasil negatif (7 hari)
3) Tenaga kesehatan dengan kontak erat atau terkonfirmasi COVID-19 baik
asimptomatik atau gejala ringan dan belum mendapat vaksin dapat kembali
bekerja ketentuan dengan ketentuan telah menjaiani 10 hari isolasi mandiri
{asimptomatik) atau ditambah 3 hari bebas gejala (gejala ringan) tanpa
pemeriksaan NAAT atau 5 (lima) hari isolasi mandiri ditambah 2x
pemeriksaan NAAT selang waktu 24 jam dengan hasil negatif (7 hari)
b, Kondisi Kontingensi
1) Tenaga Kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 baik asimptomatik atau
gejala ringan apabila terdapat perbaikan gejala, dapat Kembali bekerja
setelah 5 (lima) hari isolasi_ditambah 2x pemeriksaan NAAT selang waktu
24 jam dengan hasil negatif (7 hari)errr
2) Tenaga Kesehatan dengan Kontak erat dan sudan mendapat vaksin dosis
ke 3 dapat Kembali bekerja setelah hasil negatif pada han ke-2 setelah
terpapar
3) Tenaga Kesehatan dengan kontak erat dan sudan mendapat vaksin dosis
ke 2 atau belum di vaksin, dapat Kembali bekerja jika pemeriksaan NAAT
negatif pada hari ke 1-2 setelah terpapar dan dapat diviang pada hari ke
5,7 serta tetap bekerja dengan menerapkan protoko! kesehatan ketat
. Kondisi Kritis,
+) Tenaga Kesehatan yang terkonfirmasi COVID-19 dapat kembal bekeria
tanpa ada pembatasan kelentuan, namun dengan memprioritaskan \enaga
kerja dengan kondisi tanpa gejala untuk kembalt bekerja lebih awal, Hanya
dilakukan apabila sudah tidak tersedia sumber daya untuk penanganan
COVID-19 (relawan), atas persetujan nakes yang bersangkutan dan lranya
melakukan monitoring pasien di ruang isolasi
2) Tenaga Kesehatan dengan kontak erat dan sudah mendapat vaksin dosis
ke 3 dapat kembali bekerja setelah hasil negatif pada hari ke-2 setelah
terpapar
3) Tenaga kesehatan dengan Kontak erat dan sudan mendapat vaksin dosis
ke 2 atau belum di vaksin, dapat kembali bekerja jika pemeriksaan NAAT
negatif pada hari ke 1-2 setelah terpapar dan dapat diulang pada har! ke
5-7 sefta tetap bekerja dengan menerapkan protokol Kesehatan ketal
6. Upaya yang dapat dilakukan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada kondisi
konvensional antara fain
Internal
4! Pengaturan jadwal jaga (shift)
>. Mobilisasi tenaga Kesehatan dari unit lain untuk membantu pelayanan di
layanan COVID-19
¢ Penyediaan transportasi (antar jemput) dan akomodasi untuk staf
d. Mengurangi/menunda layanan non emergens!
fe. Meningkatkan layanan telemedicinee. Memobilisasi tenaga kesehatan yang bertugas di non __faskes
Fasyankes/administrasi kesehatan untuk membantu merawat pasien COVID-19
(di payungi regulasi ijin praktek)
8. Upaya yang dapat dilakukan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada kondisi
krisis tenaga kesehatan antara lain:
Internal
a. Mobilisasi seluruh tenaga kesehatan yang memungkinkan untuk melakukan
pelayanan
b. Kerjasama dengan rumah sakit lain dalam melakukan rujukan
Demikian kami sampaikan, atas kerjasamanya diucapkan terima kasih
NIP 196205231989031001