You are on page 1of 23

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAK II
ASUHAN KERAWATAN ASKEP JUVENIL DIABETES

Disusun oleh :
1. Riska Ayu Kartikasari (G2A018028)
2. Fini Dwi (G2A018029)
3. Elvin Anggrianty (G2A018030)
4. Nur Alfiah (G2A018031)
5. Anis Kurnia (G2A018032)
6. Islamiati Mulyaningrum (G2A018033)
7. Ana Afiliya (G2A018034)
8. Mahfudhatul Khasanah (G2A018035)
9. KHory Angelia (G2A018036)
10. Annisa Wulandari (G2A018037)
11. Vera Astutiningtyas (G2A018038)
12. Zamzam Fahlapi (G2A018039)
13. Vika Wahyu (G2A018040)

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
DAFTAR ISI
Daftar isi.......................................................................................................................... i
Kata pengantaar.............................................................................................................. ii
Bab I pendahuluan.......................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang......................................................................................... 2

1.2 Tujuan penulisan .................................................................................... 3

1.3 Metode penulisan ................................................................................... 4

1.4 Sistematika......................................................................................….....5

Bab II tinjauan materi..................................................................................................... 6

A . Definisi.................................................................................................... 7

B . Etiologi.................................................................................................... 8

C. Patofisiologi................................................................................................9

D. Manifestasi klinik.....................................................................................10

E. Penatalaksanaan………………………………………………………….11

F. Pemeriksaan penunjang............................................................................12

G. Patways.....................................................................................................13

H. Pengkajian focus..………………………………………………………14

I. komplikasi………………………………………………………………15

J. diagnosa keperawatan…………………………………………………..16

K. fokus intervensi…………..……………………………………………17

Bab III Penutup...............................................................................................................

Kesimpulan...................................................................................................

Daftar Pustaka..............................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya atas
terselesainya makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN JUVENIL
DIABETES” ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak II yang diampu
oleh
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurnaan. Karena itu, untuk kesempurnaan lebih lanjut kami sangat mengharapkan
kritikan dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan
dari makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide atau gagasan yang
menambah kekayaan intelektual bangsa.

Semarang, 29 Oktober 2020


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada disbetes berhubungan dengan kerusakan
jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung dan pembuluh darah.
World Health Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM
merupakan suatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban yang jelas dan singkat
tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai suatu kumpulan problema anatomic dan
kimiawi akibat dari sejumlah factor dimana didapat defisiensi insulin absolute atau
relative dan gangguan fungsi insulin (WHO, 2007). Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO)
menyatakan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes diatas umur 20 tahun
berjumlah 150 juta jiwa (WHO, 2005).
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di Indonesia,
kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4 dengan 1,6%, kecuali di dua tempat
yaitu di Pekajangan, suatu desa dekat Semarang, 2,3% dan di Manado 6%. Penelitian
terakhir antara tahun 2001 dan 2005 di daerah Depok didapatkan prevalensi DM tipe 2
sebesar 14.7%, suatu angka yang sangat mengejutkan. Demikian juga di Makasar terakhir
tahun 2005 yang mencapai 12.5%. Melihat tendensi kenaikan kekerapan diabetes secara
global yang tadi dibicarakan terutama oleh karena peningkatan kemakmuran suatu
populasi dan gaya hidup, maka dengan demikian dapat dimengerti bila suatu saat yang
akan datang kekerapan diabetes melitus di Indonesia akan meningkat drastis (WHO,
2007). Penyakit diabetes melitus sering dianggap sebagai penyakit monopoli orang tua.
Namun diabetes bukan hanya karena faktor usia saja, faktor keturunan, pola makan, gaya
hidup kurang baik menjadi faktor lain penyebab penyakit diabetes melitus.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memahami tentang patofisiologi kelainan pada system endokrin
dan asuhan keperawatan pada anak juvenile diabetes dan dampaknya terhadap
pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi kelainan pada system
endokrin
b. Mahasiswaa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien
juvenile diabetes
c. Pasien mampu menjelaskan dampa terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia
C. Metode penulisan
Metode penulisan dan pengumpulan data untuk makalah ini, kami menggunakan
metode penulisan sebagai berikut:
- Metode Pustaka
Yaitu metode penulisan yang dilakukan dengan mempelajari atau membaca dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan dengan materi yang kita cari
baik melalui buku maupun internet.
- Metode Diskusi
Yaitu metode penulisan yang dilakukan dengan berdiskusi antar teman maupun
kelompok yang mendapatkan topik atau suatu kasus yang sama sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal dan sesuai apa yang diharapkan.
A. Sistematika Penulisan
BAB I LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

A. Konsep Penyakit
B. Konsep Asuhan Keperawatan

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Uraian Kasus
B. Pengkajian Keperawatan
C. Diagnosa Keperawatan
D. Rencana Keperawatan

BAB IV Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik.
hiperglikemia ini dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, diantaranya adalah gangguan
kedua duanya (WeinzimerSA, Magge S. 2005)
Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup
pesat, terutama dibeberapa daerah tertentu. pertumbuhan ini juga diikuti dengan
perubahan dalam masyarakat baik dalam bidang pengetahuan, gaya hidup, perilaku dan
sebagainya. Namun, perubahan-perubahan ini juga tak luput dari efek negatif, salah satu
efek negatif yang timbul dari perubahan gaya hidup masyarakat modern diindonesia
antara lain adalah semakin meningkatnya angka kejadian diabetes Mellitus (DM) atau
biasanya disebut oleh masyarakat awam sebagai kencing manis.

B. Etiologi
a.   Faktor genetik
Terjadi pada individu yang memiliki HLA (Human Leukosit Antigen) yang
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas transplantasi dan proses imun.
b.      Faktor lingkungan 
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta. (Masih dalam proses penelitian).
c.       Faktor imunologi 
Terdapat respon autoimun yang merupakan respon abnormal dimana antibodi
terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan yang
dianggap seolah-olah sebagai jaringan asing.

C. Patofisiologi
Diabetes juvenile atau biasa disebut dengan diabetes melitus yang tergantung
insulin (IDDM). Pada IDDM terdapat kekurangan insulin absolut sehingga pada pasien
IDDM membutuhkan suplai insulin dari luar. Keadaan ini disebabkan karena sel beta
pankreas 13 mengalami lesi akibat dari mekanisme autoimun, yang pada keadaan tertentu
dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh limfosit T dan ditemukan
autoantibodi terhadap jaringan pulau yaitu ICCA (Islet Cell Cytoplasmic Antibodies) dan
autoantibodi insulin (IAA). ICCA pada beberapa kasus dapat dideteksi selama
bertahuntahun sebelum onset penyakit. Ketika sel beta mati, maka ICCA akan
menghilang kembali. Sekitar 80% pasien membentuk antibodi terhadap glutamat
dekarboksilase yang diekspresikan di sel beta. IDDM lebih sering terjadi pada pembawa
antigen HLA tertentu (HLA-DR3 dan HLA-DR4), hal ini menunjukkan terdapat faktor
predisposisi genetic.

D. Manifestasi klinik
Penyakit Diabtes Mellitus ini pada awalnya sering tidak dirasakan dan tidak disadari oleh
penderita. Gejala-gejala muncul tiba-tiba pada anak atau orang dewasa muda. Sedangkan pada
orang dewasa > 40 tahun, kadangkadang gejala dirasakan ringan sehingga mereka menganggap
tidak perlu berkonsultasi ke dokter. Penyakit DM diketahui secara kebetulan ketika penderita
menjalani pemeriksaan umum (general medikal check-up). Biasanya mereka baru datang
berobat, bila gejala-gejala yang lebih spesifik timbul misalnya penglihatan mata kabur, gangguan
kulit dan syaraf, impotensi. Pada saat itu, mereka baru menyadari bahwa dirinya menderita DM.
Berdasarkan Tokropawiro (2006) menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus antara lain :

1. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa > 120 mg/dl (nilai rentang normal 70 – 120
mg/dL).
3. Kadar glukosa 2jam sesudah makan > 200 mg/dl (nilai rentang normal 90 – 140 mg/dL)
4. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin)
5. Mudah lelah, kesemutan
6. Rasa tebal dikulit, kram, mudah mengantuk.
7. Berat badan menurun, kelemahan.
8. Bila terdapat luka susah sembuh.

E. Penatalaksanaan
Terdapat beberapa tindakan yang dapat dilakukan pada pasien yang menderita diabetes
melitus, yaitu :

a. Penatalaksanaan umum

Penatalaksanaan umum penderita diabetes melitus bertujuan untuk mengevaluasi


kondisi medis pasien, seperti skrining riwayat penyakit pasien termasuk gaya hidup,
riwayat penyakit dan pengobatan, serta faktor resiko terjadinya penyakit DM.
Selanjutnya adalah pemeriksaan fisik lengkap head to toe dan tanda-tanda vital untuk
mengetahui status vital pasien secara aktual, pemeriksaan laboratorium juga perlu
dilakukan untuk mengukur kadar glukosa darah puasa dan HbA1c. Selain itu penting
juga dilakukan beberapa tes untuk mengetahui adanya komplikasi pada pasien yang
sudah terdiagnosa DMT2, seperti tes kolesterol total, tes fungsi hati dan ginjal,
rontgen thoraks dan lainlain (ADA, 2016; Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015).
b. Penatalaksanaan khusus
Berikut adalah beberapa tindakan yang digolongkon pada penatalaksanaan
khusus pasien DM :
1) Edukasi Pemberian materi edukasi dapat dilakukan melalui materi edukasi
tingkat awal dan tingkat lanjut. Materi edukasi tingkat awal dilakukan pada
pelayanan kesehatan primer bertujuan memperkenalkan penyakit DM terkait
perjalanan, faktor risiko, 22 pencegahan dan lain-lain. Sedang edukasi tingkat
lanjut yang dilakukan di pelayanan kesehatan sekunder untuk mengontrol
kesehatan penderita DM dan mencegah terjadinya komplikasi sseperti pencegahan
penyulit DM, penelitian terkini terkait DM, perawatan kaki DM dan lain-lain
(Perkeni, 2015).
2) Terapi Nutrisi Medis (TNM) Susunan makanan yang direkomendasikan terdiri
dari karboohidrat 45-65%, lemak 20-25%, protein 10-20%, serat 20-35 g/hari dan
natrium < 200 mg/hari (Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015).
3) Jasmani Latihan jasmani dianjurkan dengan intensitas 3-5 kali perminggu
selama 30-45 menit tiap latihan, hal ini bertujuan untuk menjaga kebugaran
pasien, selain itu juga menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
glukosa (Kemenkes, 2011; Perkeni, 2015).
4) Terapi Farmakologi Pemberian terapi medis atau pengobatan meliputi obat
antihiperglikemia oral yang berdasarkan kerjanya dibagi lima 23 golongan yaitu
pemacu sekresi insulin, meningkatkan sensitivitas insulin, penghambat absorpsi
glukosa di saluran pencernaan, dan penghambat sodium glucose co-transporter 2
(GLP 1). Selanjutnya Obat antihiperglikemia suntik termasuk insulin, agonis
GLP-1 dan kombinasi antara insulin pada agonis GLP-1 (Muchid, Umar, Ginting,
Basri, Wahyuni, Helmi & Istiqomah, 2005; Perkeni, 2015).
5) Terapi kombinasi Terapi ini merupakan gabungan dari diet terkontrol dan
latihan jasmani serta terapi farmakologi obat antihiperglikemi oral atau suntik.
(Perkeni, 2011).
- Penatalaksanaan medis

Dalam jangka pendek, penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan /


mengurangi keluhan atau gejala DM. Sedangkan untuk tujuan jangka panjangnya adalah
mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar
glukosa, lipid dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan
dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan
mandiri.

Tabel kriteria pengendalian DM.

Baik Sedang Buruk

Glukosa darah plasma vena (mg/dl)

- Puasa 80-109 110-139 >140


- 2jam
110-159 160-199 >200

HbA1c(%) 4-6 6-8 >8

Kolestrol total (mg/dl) < 200 200-239 >240

Kolestrol LDL

- Tanpa pjk < 130 130-159 >159


- Dengan pjk
< 100 11-129 >129

Kolestrol HDL (mg/dl) >45 35-45 < 35

Trigliserida (mg/dl)

- Tanpa pjk <200 < 200-249 >250


- Dengan pjk
<150 < 150-199 >200

BMI/IMT

- Perempuan 18,9-23,9 23-25 >25 atau


- Laki-laki
20-24,9 25-27 <18,5

>27 atau
<20

Tekanan darah (mmHg) <140/90 140-160/90-95 >160/95

Penatalaksanaan DM tipe I menurut sperling dibagi menjadi 3 fase yaitu :

1. Fase akut/ ketoasidosis


Koma dan dehidrasi dengan pemberian cairan, memperbaiki keseimbangan asam
basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/ transisi
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi, dll, stabilitas penyakit
dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan kepada penyandang DM /
keluarga mengenai pentingnya pemantauan penyakitnya secara teratur dengan
pemantauan glukosa darah, urin, pemakaian insulin, dan komplikasinya serta
perencanaan diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolik dalam batas
normal serta mencegah terjadinya komplikasi.
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM I, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit.
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhnya.
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakiynya.
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaan, yaitu diusahakan
supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal.
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah serendah
mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia.
4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada.
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM , keluarga, maupun oleh
lingkungan.
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan tarif usia dan intelegensinya.

F. Pemeriksaan penunjang
a. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa
1. Glukosa plasma sewaktu >200mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa > 140mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2jam post prandial (pp) >200mg/dl)

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai patokan
penyaring dan diagnosa DM (mg/dl)4.

Bukan DM Belum DM Pasti DM

Kadar glukosa darah sewaktu

Plasma vena <110 110-199 >200

Darah kapiler <90 90-199 >200

Kadar glukosa darah puasa

Plasma vena <110 110-125 >126

Darah kapiler <90 90-110 >110

b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok


c. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolestrol meningkat
d. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330mOms/l
e. Elektrolit:
 Natrium : mungkin normal , meningkat , atau menurun.
 Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler), selanjutnya
akan menurun,
 Fosfor : lebih sering menurun.
f. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respitorik.
g. Trombosit darah : Ht mungkin meningkat (dehidrasi) , leukositosis,
hemokonsentrasi; merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
h. Ureum/ kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi / penurunan fungsi
ginjal).
i. Insulin darah : mungkin menurun atau bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau
normal sampai tinggi (pada tipe II) yang mengindikasikan infusiensi insulin/
gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen). Resisten insulin dapat
berkembang sekunder terhadap pembentukan antibody (autoantibody).
j. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
k. Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.

G. Pengkajian focus
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, keadaan umum pasien, tanda-tanda
vital, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Identitas Merupakan identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal
pengkajian dan diagnosa medis. Identitas ini digunakan untuk membedakan klien
satu dengan yang lain. Jenis kelamin, umur dan alamat dan lingkungan kotor
dapat mempercepat atau memperberat keadaan penyakit infeksi.
b. Keluhan utama Merupakan kebutuhan yang mendorong penderita untuk masuk
RS.
Ds yg mungkin timbul :
 Klien mengeluh sering kesemutan.
 Klien mengeluh sering buang air kecil saat malam hari
 Klien mengeluh sering merasa haus
 Klien mengeluh mengalami rasa lapar yang berlebihan (polifagia)
 Klien mengeluh merasa lemah
 Klien mengeluh pandangannya kabur

Do :

 Klien tampak lemas.


 Terjadi penurunan berat badan
 Tonus otot menurun
 Terjadi atropi otot
 Kulit dan membrane mukosa tampak kering
 Tampak adanya luka ganggren
 Tampak adanya pernapasan yang cepat dan dalam
c. Keadaan Umum Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal klien.
d. Tanda-tanda Vital Meliputi pemeriksaan: Tekanan darah: sebaiknya diperiksa
dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Biasanya
pada DM type 1, klien cenderung memiliki TD yang meningkat/ tinggi/
hipertensi.
 Pulse rate
 Respiratory rate
 Suhu
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penyakit ini biasanya didapatkan :
 Inspeksi : kulit dan membrane mukosa tampak kering, tampak adanya
atropi otot, adanya luka ganggren, tampak pernapasan cepat dan dalam,
tampak adanya retinopati, kekaburan pandangan.
 Palpasi : kulit teraba kering, tonus otot menurun.
 Auskultasi : adanya peningkatan tekanan darah.
f. Pemeriksaan Penunjang
 Glukosa darah : meningkat 200-100mg/dL
 Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
 Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
 Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l
 Elektrolit :
 Natrium : mungkin normal, meningkat, atau menurun
 Kalium : normal atau peningkatan semu ( perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun
 Fosfor : lebih sering menurun
 Hemoglobin glikosilat : kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal
yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan terakhir
( lama hidup SDM) dan karenanaya sangat bermanfaat untuk membedakan
DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan
dengan insiden ( mis, ISK baru)
 Gas Darah Arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolic) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
 Trombosit darah : Ht mungkin meningkat ( dehidrasi) ; leukositosis :
hemokonsentrasi ;merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
 Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi/
penurunan fungsiginjal) - Amilase darah : mungkin meningkat yang
mengindikasikan adanya pancreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
 Insulin darah : mungkin menurun / atau bahka sampai tidak ada ( pada tipe
1) atau normal sampai tinggi ( pada tipe II) yang mengindikasikan
insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaannya (endogen/eksogen).
Resisten insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan
antibody .( autoantibody)
 Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
 Urine : gula dan aseton positif : berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
 Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
g. Riwayat Kesehatan
 Riwayat Kesehatan Keluarga Adakah keluarga yang menderita penyakit
seperti klien ?
Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya Berapa lama klien
menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau
 tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
Hal-hal yang biasanya didapat dari pengkajian pada klien dengan diabetes mellitus :
a. Aktivitas/ Istirahat Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot
menurun.
b. Sirkulasi Adakah riwayat hipertensi, AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus padA kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan
tekanan darah.
c. Integritas Ego
Stress, ansietas
d. Eliminasi Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
e. Makanan / Cairan Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat
badan, haus, penggunaan diuretik.
f. Neurosensori Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,
parestesia,gangguan penglihatan.
g. Nyeri / Kenyamanan Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
h. Pernapasan Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi /
tidak)
i. Keamanan Kulit kering, gatal, ulkus kulit
H. Komplikasi
Diabetes melitus dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang menyerang beberapa organ dan
yang lebih rumit lagi, penyakit diabetes tidak menyerang satu alat saja, tetapi berhagai organ
secara bersamaan. Komplikasi ini dibagi menjadi dua kategori (Schteingart).

A. Komplikasi metabolik akut yang sering terjadi:

1. Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa, dengan tanda-
tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya. Hipoglikemia yaitu kadar
glukoa darah kurang dari 80 mg / dl. Hipoglikemi sering membuat anak emosional, mudah
marah, lelsh, keringat dingin, pingsan, dan kenusakan sel permanen sehingga mengganggu
fungsi organ dan proses tumbuh kembang anak. Hipoglikemik discbabkan oleh obat anti diabetes
yang diminum dengan dosis terklu tinggi. atau perderita terlambat makan, atau bisa juga karena
latihan fisik yang berlebihan.

2. Koma Diabetik

Koma diabetik ini timbul karena kadar darah dalam tubuh terlatu tinggi, dan biasanya lebih dari
600 mg / di. Gejala koma diabetik yang sering timbut adalah:

 Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempumyai nafsu makan yang besar)
 Minum banyak, kencing banyak
 kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan dalam. Serta
berbau aseton
 Sering digunakan panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma diabetik
harus segara dibawa ke rumah sakit

B. Komplikasi- komplikasi vaskular jangka panjang (biasanya terjadi setelah tahun ke-5)
berupa

 1. Mikroangiopati: retinopati, nefropati, neuropati. Nefropati diabetik dijumpai pada 1


diantara 3 penderita DM tipe-1.
2. Makroangiopati: gangren, ifark miokardium, dan angina. Komplikasi lainnya (FKUI. Umu
Keschatan Anak. 1988)

 Gangguan pertumbuhan dan pubertas


 Katarak Arteriosklerosis (sesudah 10-15 tahun)
 Hepatomegali

DM Tipe I

DKA (Diabetik Ketoasidosis) : gangguan metabolik yang berat, ditandai dengan adanya
hiperglikemia, hiperosmolaritas dan asidosis metabolik terjadi akibat lipolisis yang hasil
metabolisme akhirnya adalah badan keton.

 DM Tipe II
 HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik)

Terjadi jika asupan cairan kurang dan dehidrasi, memungkinkan resiko terjadinya koma.
Dehidrasi terjadi akibat hiperglikemia, sehingga cairan intrasel berpindah dan ke ekstrasel. Juga
karena diuresis osmotik (konsentrasi glukosa darah melebihi ambang ginjal) dapat terjadi
kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah yang besar.

a.) Perubahan makrovaskuler

Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-arteri besar.


Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih sering daripada penderita IDDM.
Insulin memainkan peranan utama dalam metabolisme lemak dan lipid. Selain itu, diabetes
dianggap memberikan peranan sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat
mempercepat aterosklerosis. Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan ischemia jaringan, dengan
akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit arteri koroner, stenosis arteri renalis
dan penyakit-penyakit vascular perifer.

b.) Perubahan mikrovaskuler

Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler, sering terjadi pada
penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya neuropati, retinopati diabetik.
1. Nefropati

Salah satu akibat dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan struktur dan fungsi ginjal.
Empat jenis lesi yang sering timbul adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-
lesi tubular yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap sesuai
dengan beratnya penyakit.

2. Neuropati

Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom, medula spinalis atau
sistim saraf pusat.Neuropati sensorik/neuropati perifer.Lebih sering mengenai ekstremitas bawah
dengan gejala parastesia (rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama
pada malam hari, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta gerakan tubuh
dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan dengan tubuh) dan penurunan
sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung,
penurunan sensibilitas nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami
cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.

3. Retinopati diabetic

Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain retinopati,
penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak yang diakibatkan hiperglikemi
yang berkepanjangan sehingga menyebabkan pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.

I. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien dengan tipe DM meliputi:
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah yang berhubungan dengan penyakit
diabetes melitus
2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik timbangan
dengan sering lelah, lemah, pucat, klien tampak letargi / idak bergairah.

3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak


mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologis (defisiensi insufisiensi)
berkenaan dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun asupan makanan
adekuat, mual dan muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS> 200
mg / dl

J. Focus intervensi
1. Resiko Ketidakseimbangan kadar gula darah berhubungan dengan penyakit diabetes
melitus Intervensi
-Monitor kadar gula darah
-Monitor tanda dan gejala hiperglikemia dan hipoglikemia Monitor tanda-tanda vital
-Berikan terapi insulin sesuai program
-Instruksikan kepada pasien da keluarga mengenai pencegahan dan pengenalan tanda-
tanda hiperglikemia dan hipoglikemia dan managemen hiperglikemia dan hipoglikemia
-Instruksikan kepada pasien untuk selalu patuh terhadap diitnya

2. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energy metabolik ditandai dengan


sering lelah, lemah, pucat , klien tampak letargi/tidak bergairah Intervensi

-Diskusikan dengan pasien dan keluarga kebutuhan aktivitas


-Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari
-Monitor TTV
3. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
mampu dalam mengabsorbsi makanan karena faktor biologi (defisiensi insulin) ditandai
dengan lemas, berat badan pasien menurun walaupun intake makanan adekuat, mual dan
muntah, konjungtiva tampak pucat, pasien tampak lemah, GDS >200 mg/dl

- kolaburasi dengan ahki gizi untuk pemberian diit

-Monitor berat badan tiap hari


-libatkan kelurga pasien dalam perencanaan makanan sesuai dengan indikasi
-Berikan terapi insulin sesuai dengan program

- Ciptakan lingkungan yang optimal saat mengkomsumsi makanan


BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes melitus secara definisi adalah keadaan hiperglikemia kronik. hiperglikemia ini
dapat disebabkan oleh beberapa keadaan, diantaranya adalah gangguan kedua duanya. Etiologic
diabetes militus factor genetic, factor lingkungan, factor imunologi. Diabetes juvenile atau biasa
disebut dengan diabetes melitus yang tergantung insulin (IDDM). Pada IDDM terdapat
kekurangan insulin absolut sehingga pada pasien IDDM membutuhkan suplai insulin dari luar.
Keadaan ini disebabkan karena sel beta pankreas 13 mengalami lesi akibat dari mekanisme
autoimun, yang pada keadaan tertentu dipicu oleh infeksi virus. Pulau pankreas diinfiltrasi oleh
limfosit T dan ditemukan autoantibodi terhadap jaringan pulau yaitu ICCA (Islet Cell
Cytoplasmic Antibodies) dan autoantibodi insulin (IAA). ICCA pada beberapa kasus dapat
dideteksi selama bertahuntahun sebelum onset penyakit. Ketika sel beta mati, maka ICCA akan
menghilang kembali. Sekitar 80% pasien membentuk antibodi terhadap glutamat dekarboksilase
yang diekspresikan di sel beta
DAFTAR PUSTAKA

Arisman, 2011. Diabetes Mellitus : Dalam Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas dan Diabetes Mellitus
dan Dislipidemia. Jakarta: EGC
Baradero, M., Dayrit, M. W. & Siswadi, Y., 2015. Klien GangguanEndokrin: Seri Asuhan
Keperawatan. 1 ed. Jakarta: EGC.
Jelantik, G.M.G. 2014. Hubungan Faktor Resiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan dan
Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Mataram. Jurnal Kesehatan. Denpasar. Media Bina Ilmiah. Volume 8, No 1, Februari
2014.
Potter, P. A. & Perry., A. G., 2010. Fundamental Keperawatan Buku 1. 7 ed. Jakarta:
Salemba Medika

You might also like