You are on page 1of 51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bijih Besi mulai dikenal sejak pertama kali ditemukan pada tahun
1843 oleh Van Wrede. Bijih Besi merupakan salah satu komoditas utama
dalam perdagangan internasional. Hingga saat ini, dalam peradaban
manusia yang sudah jauh lebih maju, kebutuhan akan Bijih Besi semakin
meningkat untuk menunjang industri-industri dunia.
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya
mineral yang melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nikel, Emas, Perak,
Timah, Bijih Besi, dan sebagainya. Salah satu pulau di Indonesia yang
memiliki cadangan mineral cukup banyak adalah Pulau Timor.
Kabupaten Timor Tengah Utara adalah salah satu kabupaten yang
terletak di Pulau Timor, tepatnya berada di provinsi Nusa Tenggara Timur
dengan luas wilayah ± 2.670 km2. Kabupaten Timor Tengah Utara juga
termasuk daerah yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang cukup,
seperti emas, mangan dan mineral berharga lainnya, salah satunya adalah
Bijih Besi. Bijih Besi di Kabupaten Timor Tengah Utara tersebar di
beberapa daerah, salah satu diantaranya adalah di Desa Femnasi dan Desa
Aplasi, Kecamatan Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Keterdapatan Bijih Besi di Miomaffo Timur dinilai cukup ekonomis,
dengan kadar Bijih Besi yang memenuhi standar industri serta cadangan
Bijih Besi yang cukup. Perusahaan kami menilai bahwa kegiatan
pertambangan di Kabupaten Timor Tengah Utara khususnya Kecamatan
Miomaffo dapat dilaksanakan. Sebelum melakukan kegiatan penambangan
perlu adanya dibutuhkan suatu perencanaan tambang yang baik agar
kegiatan penambangan dapat dilakukan terus-menerus.
Perencanaan tambang merupakan kegiatan pembuatan rancangan
tambang dimana kegiatan penambangan tersebut dapat mencapai Ultimate
Pit Limit (UPL) dalam jangka waktu tertentu secara aman dan
menguntungkan hingga pembuatan tahapan penambangan itu sendiri.

1
Tahap-tahap dalam perencanaan tambang adalah pembuatan desain batas
akhir cast, penjadwalan produksi (pushback), menentukan kebutuhan
peralatan, menentukan sarana penyaliran tambang, menentukan pengolahan
bijih yang akan dilakukan, menentukan pengelolaan lingkungan yang akan
digunakan, menentukan K3 yang akan diterapkan, pengelolaan sumber
daya manusia, menentukan corporate social responsibility (CSR), dan
analisis keekonomian yang pada akhirnya dalam perencaan tambang ini
akan menentukan apakah perencaan tersebut menguntungkan atau tidak
untuk dilakukan.
PT. Timor Iron merupakan perusahaan tambang yang telah memiliki
Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi untuk bijih besi dengan
luas ± 66,4577 hektar. PT. Timor Iron telah melakukan kegiatan eksplorasi
sehingga telah memperoleh informasi mengenai bentuk endapan serta
penyebarannya sebelum PT. Timor Iron melakukan tahap penambangan,
diperlukan suatu perencanaan tambang yang akan menjadi pedoman
perusahaan tersebut pada kelayakan teknis dan ekonomi untuk itu akan
disusun laporan perencanaan tambang ini, untuk memenuhi kebutuhan
tersebut dengan judul “Laporan Perencanaan Tambang PT. Timor Iron”
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana permodelan cadangan endapan bijih besi menggunakan
software surpac ?
2. Bagaimana sistem penambangan yang diterapkan pada endapan bijih besi
menggunakan software surpac ?
3. Bagaimana model desain jalan tambang yang dapat di gunakan pada
penambangan endapan bijih besi menggunakan softwere surpac ?
4. Bagaimana model lereng yang tepat pada endapan bijih besi ?
5. Apa saja peralatan mekanis yang di butuhkan dalam penambangan
endapan bijih besi ?
6. Bagaimana penempatan perkantoran dan gudang ?
7. Bagaiamana menganalisis keuntungan pada penambangan endapan bijih
besi ?

2
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk permodelan cadangan bijih besi menggunakan
softwere surpac pada PT.Timor Iron
2. Untuk mengetahui sistem penambangan yang diterapkan pada endapan
bijih besi menggunakan softwere surpac pada PT.Timor Iron
3. Untuk mengetahui model desain jalan tambang yang dapat di gunakan
pada penambangan endapan bijih besi menggunakan softwere surpac
pada PT.Timor Iron
4. Untuk mengetahui model lereng yang tepat pada endapan bijih besi pada
PT.Timor Iron
5. Untuk mengetahui jenis peralatan mekanis yang dibutuhkan proses
perencanaan tambang pada PT.Timor Iron
6. Untuk mengetahui penempatan perkantoran dan gudang pada PT.Timor
Iron.
7. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh pada kegiatan
penambangan bijih besi di PT.Timor Iron
1.4 Manfaat
1. Bagi Perusahaan
Sebagai acuan dalam pelaksanaan penambangan sesuai dengan
perancanaan yang dibuat.
2. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan referensi dalam mengaplikasikan ilmu dalam mata kuliah
perancanaan tambang

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Eksplorasi
Eksplorasi merupakan penyelidikan lanjutan setelah ditemukannya endapan
mineral berharga, yang meliputi pekerjaan untuk mengetahui dan mendapatkan
ukuran, bentuk, letak (posisi), kadar rata-rata dan jumlah cadangan dari
endapan. Kegiatan eksplorasi bertujuan untuk meningkatkan potensi
sumberdaya mineral (resources) yang terdapat di bumi menjadi cadangan
terukur yang siap untuk ditambang (mineable reserve).
Tahapan eksplorasi ini mencakup kegiatan untuk mencari dimana keterdapatan
suatu endapan mineral, menghitung berapa banyak dan bagaimana kondisinya,
serta ikut memikirkan bagaimana sistem pendayagunaanya. Untuk eksplorasi
bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga
diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman
dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan
penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam
melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan. Pedoman teknis
eksplorasi bijih besi primer meliputi tata cara dan tahapan eksplorasi. Tata cara
eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum
pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan.
Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur
dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi,
peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi,
loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan
peralatan geofisika. Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah
penyelidikan geologi meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji,
pengukuran topografi, survei geofisika dan pemboran inti.
Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya
dilakukan melalui empat tahap sebagai berikut : Survei tinjau, prospeksi,
eksplorasi umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk
mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada

4
skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah
yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap
eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang
teridentifikasi . Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara
rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari
pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.
Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek
geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah
pengamatan dan pengambilan contoh yang berkaitan dengan aspek geologi
dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi,
ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa
batuan terpilih. Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan
sifat fisik batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri
cebakan mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical
yang mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun
tidak langsung. Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan
penyelidikan geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral
yang mempunyai nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji,
dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan
berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil
yang akan diperoleh. Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu
diperhatikan antara lain:
- Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.
- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan
korelasi seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis
contoh, dll.
- Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade,
Stripping Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan
minimum dan sebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi
geologi dan sebaran bijih besi bawah permukaan.

5
2.2 Sumber Daya
Sumber daya Mineral (Mineral Resource) adalah endapan mineral yang
diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral
dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan
setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria
layak tambang. Adapun jenis-jenis sumberdaya mineral antara lain
(Anonim, 1998) :
Sumber daya Mineral Hipotetik (Hypothetical Mineral Resource)
adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh
berdasarkan perkiraan pada tahap Survei Tinjau.
a. Sumber daya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)
adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Prospeksi.
b. Sumber daya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource)
adalah sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Eksplorasi Umum.
c. Sumber daya Mineral Pra-Kelayakan (Prefeasibility Mineral
Resource) adalah sumberdaya mineral yang dinyatakan
berpotensi ekonomis dari hasil Studi Pra-Kelayakan yang
biasanya dilaksanakan di daerah Eksplorasi Rinci dan Eksplorasi
Umum.
d. Sumber daya Mineral Kelayakan (Feasibility Mineral Resource)
adalah sumberdaya mineral yang dinyatakan berpotensi
ekonomis dari hasil Studi Kelayakan atau suatu kegiatan
penambangan sebelumnya yang biasanya dilaksanakan di daerah
Eksplorasi Rinci.
e. Sumber daya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)
adalah sumberdaya mineral yang kuantitas dan kualitasnya
diperoleh berdasarkan perkiraan pada tahap Eksplorasi Rinci.
2.3 Cadangan
Cadangan mineral adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur dan/
atau tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk

6
tambahan material dilusi ataupun material hilang, yang kemungkinan
terjadi ketika material tersebut ditambang. Pada klasifikasi ini
pengkajian dan studi yang tepat sudah dilakukan, dan termasuk
pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis atas faktor-
faktor penambangan, pengolahan/ pemurnian, ekonomi, pemasaran,
hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Cadangan
mineral dipisahkan berdasarkan naiknya tingkat keyakinan menjadi
cadangan mineral terkira dan cadangan mineral terbukti.
Cadangan mineral dibagi menjadi dua, sebagai berikut:
a. Cadangan Mineral Terkira
Cadangan mineral terkira merupakan bagian sumberdaya mineral
tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa kondisi,
juga merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur. Ini termasuk
material dilusi dan material hilang yang kemungkinan terjadi pada saat
material ditambang. Pengkajian dan studi yang tepat harus sudah
dilaksanakan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai
asumsi faktor-faktor yang realistis mengenai penambangan,
pengolahan/pemurnian, ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan,
sosial, dan peraturan pemerintah. Pada saat laporan dibuat, pengkajian
ini menunjukkan bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan.
Cadangan mineral terkira memiliki tingkat keyakinan yang lebih rendah
dibanding dengan cadangan mineral terbukti, tetapi sudah memiliki
kualitas yang cukup sebagai dasar membuat keputusan untuk
pengembangan suatu cebakan.
b. Cadangan Mineral Terbukti
Cadangan mineral terbukti merupakan bagian dari sumberdaya
mineral terukur yang ekonomis untuk ditambang. Hal ini termasuk
material dilusi dan material hilang yang mungkin terjadi ketika material
di tambang. Pengkajian dan studi yang tepat harus telah dilaksanakan,
dan termasuk pertimbangan dan modifikasi mengenai asumsi faktor-
faktor yang realistis mengenai penambangan, pengolahan/pemurnian,
ekonomi, pemasaran, hukum, lingkungan, sosial, dan peraturan

7
pemerintah. Pada saat laporan dibuat, pengkajian ini menunjukkan
bahwa ekstraksi telah dapat dibenarkan.
2.4 Geoteknik
Geoteknik merupakan bagian dari rekayasa sipil dan pertambangan yang
didasarkan pada pengetahuan yang terkumpul beberapa tahun
terakhir ini. Seorang ahli geoteknik yang merancang terowongan, jalan
raya, bendungan atau yang lainnya memerlukan suatu estimasi
bagaimana tanah dan batuan akan merespon tegangan. Sehingga dalam
hal ini penyelidikan geoteknik merupakan bagian dari uji lokasi dan
merupakan dasar untuk pemilihan lokasi. Bagian dari ilmu geoteknik
yang berhubungan dengan respon material alami terhadap gejala
deformasi, tegangan dan regangan disebut dengan geomekanika, yang
pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu mekanika tanah dan mekanika
batuan.
A. Lereng Alami
Secara umum lereng dapat diartikan sebagai “bentang alam
yang bentuknya miring terhadap bidang horizontal”. Lereng dapat
dibedakan menjadi lereng alam dan lereng buatan. Lereng Alam
merupakan lereng yang terbentuk karena proses-proses alam dalam
hal ini misalkan lereng suatu bukit atau gunung.
B. Lereng Buatan
Lereng buatan adalah lereng yang terbentuknya akibat aktifitas
manusia misalnya pada penggalian suatu tambang atau kontruksi
galian pada pekerjaan sipil. Pada pembahasan ini dibatasi pada
pengertian lereng untuk suatu galian tambang.
Adapun beberapa jenis lereng bukaan tambang terdiri sebagai
berikut :
 Single slope, lereng tunggal yang terbentuk dari satu
jenjang bench yang terdiri dari tinggi lereng (sama dengan
tinggi bench), sudut lereng, kaki lereng Toe, dan siku
lereng Crest.

8
 Inter-ramp slope, lereng yang terbentuk antar jalan
tambang, dapat terbentuk dari beberapa jenjang benches.
 Lereng keseluruhan Overall Pit Slope, lereng yang
terbentuk dari Crestteratas dan Toe terbawah, dengan
tinggi total lereng sama dengan kedalaman bukaan
tambang.
1. Factor keamanan lereng
Dalam menentukan kestabilan atau kemantapan lereng dkenal istilah
factor keamanan (safety factor) yang merupakan perbandingan
kekuatan geser maksimum yang dimiliki tanah bidang longsoran (
gaya penahan ) dengan tahanan geser yang diperlukan untuk
keseimbangan ( gaya penggerak ), bila dirumuskan sebagai berikut :
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎𝑛
Faktor Keamanan (FK) =
𝑔𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘
𝑐 .𝐴+ 𝜎𝑛.𝐴 .tan ∅
FK =
𝑊 sin 𝜑𝐹
𝑐 .𝐴+𝑊 cos 𝜑𝐹.tan ∅
FK =
𝑊 sin 𝜑 𝐹

Dimana untuk keadaan :


 F > 1,25 : lereng dalam keadaan mantap
 F = 1,25 : lereng dalam keadaan seimbnag, dan siap untuk
longsor
 F < 1,25 : lereng tidak mantap

Jadi dalam menganalisis kemantapan lereng akan selalu berkaitan


dengan perhitungan untuk mengetahui angka faktor keamanan dari
lereng tersebut. Data yang diperlukan dalam suatu perhitungan
sederhana untuk mencari nilai FK (Faktor keamanan lereng) adalah
sebagai adalah sebagai berikut :

1) Data lereng atau geometri lereng (terutama diperlukan untuk


membuat penampang lereng). Meliputi : sudut Kemiringan
lereng, tinggi lereng dan lebar jalan angkut atau berm pada
lereng tersebut.

9
2) Data mekanika tanah
a) Sudut geser dalam (ɸ)
b) Bobot isi tanah atau batuan (γ)
c) Kohesi (c)
d) Kadar air tanah (ω)
3) Faktor Luar
a) Getaran akibat kegiatan peledakan,
b) Beban alat mekanis yang beroperasi, dll.
Data mekanika tanah yang diambil sebaiknya dari
sampel tanah yang tidak terganggu (Undisturb soil ).
Kadar air tanah (ω) diperlukan terutama dalam
perhitungan yang menggunakan computer (terutama
bila memerlukan data γdryatau bobot satuan isi tanah
kering, yaitu : γdry = γwet / ( 1 + ω).
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
menganalisa kestabilan lereng penambangan adalah
sebagai berikut :
1. Kuat Geser Tanah atau Batuan
Kekuatan Kekuatan yang sangat berperan dalam
analisa kestabi yang sangat berperan dalam analisa
kestabilan leren lan lereng terdiri dari sifat g terdiri
dari sifat fisik dan sifat mekanik dari batuan tersebut.
Sifat fisik batuan yang digunakan dalam menganalisa
kemantapan lereng adalah bobot isitanah, sedangkan
sifat mekaniknya adalah kuat geser batuan yang
dinyatakan dengan parameter kohesi (c) dan sudut
geser dalam. Kekuatan geser batuan ini adalah
kekuatan yang berfungsi sebagai gaya untuk
melawan atau menahan gaya penyebab kelongsoran.
a. Bobot Isi Tanah Atau Batuan
Nilai bobot isi tanah atau batuan akan
menentukan besarnya beban yang diterima pada

10
permukaan bidang longsor, dinyatakan dalam
satuan berat per volume. Bobot isi batuan juga
dipengaruhi oleh jumlah kandungan air dalam
batuan tersebut. Semakin besar bobot isi pada
suatu lereng tambang maka gaya geser penyebab
kelongsoran akan semakin besar. Bobot isi
diketahui dari pengujian laboratorium. Nilai
bobot isi batuan untuk analisa kestabilan lereng
terdiri dari 3 parameter yaitu nilai bobot isi
batuan pada kondisi asli, kondisi kering dan
bobot isi pada kondisi basah.
b. Kohesi
Kohesi adalah gaya Tarik menarik antara partikel
dalam batuan, dinyatakan dalam satuan berat per
satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar
jika kekuatan gesernya makin besar. Nilai kohesi
(c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu
pengujian kuat geser langsung (direct shear
strength test) dan pengujian triaxial (triaxial
test).
c. Sudut geser dalam
Sudut geser dalam merupakan sudut yang
dibentuk dari hubungan anatara tegangan normal
dan tegangan geser di dalam material tanah atau
batuan. Sudut geser dalam adalah sudut rekahan
yang dibentuk jika suatu material dikenal
tegangan atau gaya terhadapnya yang melibihi
tegangan gesernya. Semakin besar sudut geser
dalam suatu material maka material tersebut akan
lebih tahan menerima tegangan luar yang
dikenekan terhadapnya.

11
Untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser
dalam, dinyatakan dalam persamaan berikut :
𝜏𝑛𝑡 = 𝜎𝑛𝛷 + 𝑐
Dimana :
τnt = Tegangan Geser
σn = Tegangan Tegangan Normal
ϕ = Sudut Geser Dalam
C = Kohesi
Prinsip pengujian direct shear strength test atau
juga dikenal dengan shear box test adalah
menggeser langsung contoh tanah atau batuan di
bawah kondisi beban normal tertentu. Pergeseran
diberikan terhadap bidang pecahnya, sementara
untuk tanah dapat dilakukan pergeseran secara
langsung pada contoh tanah tersebut. Beban
normal yang diberikan diupayakan mendekati
kondisi sebenarnya di lapangan.
2. Struktur Geologi
Keadaan struktur geologi yang harus diperhatikan
pada analisa kestabilan lereng penambangan adalah
bidang-bidang lemah dalam hal ini bidang
ketidakselarasan (discontinuity). Ada dua macam
bidang ketidakselarasan yaitu :
a) Mayor discontinuity, seperti kekar dan
patahan.
b) Minor discontinuity, seperti kekar dan
bidang-bidang perlapisan.
Struktur geologi ini merupakan hal yang penting di
dalam analisa kemantapan lereng karena struktur
geologi merupakan bidang lemah di dalam suatu
masa batuan dan dapat menurunkan atau
memperkecil kestabilan lereng.

12
3. Geometri Lereng
Geometri lereng yang dapat mempengaruhi geometri
lereng yang dapat mempengaruhi kestabilan
kestabilan lereng meliputi tinggi lereng, lereng
meliputi tinggi lereng, kemiringan lereng dan lebar
berm (b), baik itu lereng tunggal (Single slope)
maupun lereng keseluruhan (overall slope). Suatu
lereng disebut disebut lereng tunggal tunggal (Single
slope) jika dibentuk oleh satu jenjang saja dan
disebut keseluruhan (overall slope) jika dibentuk
oleh beberapa jenjang.
Lereng yang terlalu tinggi akan cenderung untuk
lebih mudah longsor disbanding dengan lereng yang
tidak terlalu tingi dan jenis batuan penyusun yang
sama atau homogeny. Demikian pula dengan sudut
lereng, semakin besar sudut kemiringan lereng, maka
lereng tersebut akan semakin tidak stabil. Sedangkan
semakin besar lebar berm maka lereng tersebut akan
semakin tidak stabil. Sedangkan semakin besar lebar
berm maka lereng tersebut akan semakin stabil.
4. Tinggi Muka Air Tanah
Muka air tanah yang dangkal menjadikan lereng
sebagian besar basah dan batuannya mempunyai
kandungan air yang tinggi, kondisi ini menjadikan
kekuatan batuan menjadi rendah dan batuan juga
akan menerima tambahan beban air yang dikandung
sehingga menjadikan lereng lebih mudah longsor.
5. Iklim
Iklim berpengaruh terhadap kestabilan lereng karena
iklim mempengaruhi perubahan temperature.
Temperature yang cepat sekali berubah dalam waktu
yang singkat akan mempercepat proses pelapukan

13
batuan. Untuk daerah tropis pelapukan lebih cepat
dibandingkan dengan daerah dingin, oleh karena itu
singkapan batuan pada lereng di daerah tropis akan
lebih cepat lapuk dan ini akan mengakibatkan lereng
mudah tererosi dan terjadi kelongsoran.
6. Gaya Luar
Gaya luar yang mempengaruhi kestabilan lereng
penambangan adalah beban alat mekanis yang
beroperasi diatas lereng, getaran yang diakibatkan
oleh kegiatan peledakan, dll.
2. Klasifikasi Kelongsoran
Jenis atau bentuk longsoran tergantung pada jenis material penyusun
dari suatu lereng dan juga struktur geologi yang berkembang di
daerah tersebut. Karena batuan mempunyai sifat yang berbeda,
maka jenis longsorannya pun akan berbeda pula. Menurut Made
Astawa Rai, Dr. Ir, (1998) longsoran pada kegiatan pertambangan
secara umum diklasifikaskan menjadi empat bagian, yaitu :
a. Longsoran Bidang ( plane failure)
Longsoran bidang merupakan suatu longsoran batuan yang
terjadi disepanjang
bidangluncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut
dapat berupa rekahan, sesar maupun bidang perlapisan
batuan.
Syarat-syarat terjadinya longsoran bidang adalah :
 Bidang luncur mempunyai arah yang tidak berbentuk
lingkaran.
 Jejak bagian bawah bidang lemah yang menjadi
bidang luncur dapat dilihat di muka lereng, dengan
kata lain kemiringan bidang gelincir lebih kecil dari
kemiringan lereng.
 Kemiringan bidang luncur lebih besar dari pada
sudut geser dalamnya.

14
 Terdapat bidang bebas pada kedua sisi longsoran.
b. Longsoran Baji (wedge failure)
Sama halnya dengan longsoran bidang, longsoran baji juga
diakibatkan oleh adanya struktur geologi yang berkembang.
Perbedaannya adalah adanya dua struktur geologi (dapat
sama jenis atau berbeda jenis) yang berkembang dan saling
berpotongan. Syarat terjadinya longsoran baji adalah sebagai
berikut :
 Longsoran baji ini terjadi bila dua buah jurus bidang
diskontinyu saling berpotongan pada muka lereng
 Sudut garis potong kedua bidang tersebut terhadap
horizontal (Ψfi) lebih besar dari pada sudut geser
dalam (ϕ) dan lebih kecil dari pada sudut kemiringan
lereng (Ψi)
 Longsoran terjadi menurut garis potong kedua
bidang tersebut.
c. Longsoran Guling (toppling failure)
Longsoran guling terjadi pada lereng terjal untuk batuan
yang keras dengan bidang-bidang lemah tegak atau hampir
tegak dan arahnya berlawanan dengan arah kemiringan
lereng. Kondisi untuk menggelincir atau mengguling
ditentukan oleh sudut geser dalam dan kemiringan sudut
bidang gelincirnya.
d. Longsoran Busur (circular failure)
Longsoran busur merupakan longsoran yang paling umum
terjadi di alam, terutama pada tanah dan batuan yang telah
mengalami pelapukan sehingga hampir menyerupai tanah.
Pada batuan yang keras longsoran busur hanya dapat terjadi
jika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan
mempunyai bidan-bidang lemah (rekahan) dengan jarak
yang sangat rapat kedudukannya.

15
Dengan demikian longsoran busur juga terjadi pada batuan
yang rapuh atau lunak serta banyak mengandung bidang
lemah, maupun pada tumpukan batuan yang hancur. Pada
dasarnya longsoran akan terjadi karena dua sebab, yaitu
naiknya tegangan geser (shear stress) dan menurunnya
kekuatan geser (shear strenght). Adapun faktor yang dapat
menaikkan tegangan geser adalah :
a. Pengurangan penyanggaan lateral, antara lain karena erosi,
longsoran terdahulu yang menghasilkan lereng baru dan
kegiatan manusia.
b. Pertambahan tegangan, antara lain karena penambahan
beban, tekanan air rembesan, dan penumpukan.
c. Gaya dinamik, yang disebabkan oleh gempa dan getaran
lainnya. Pengangkatan atau penurunan regional, yang
disebabkan oleh gerakan pembentukan pegunungan dan
perubahan sudut kemiringan lereng.
d. Pemindahan penyangga, yang disebabkan oleh pemotongan
tebing oleh sungai, pelapukan dan erosi di bawah
permukaan, kegiatan pertambangan
e. dan terowongan,berkurangnya/hancurnya material dibagian
dasar.
f. Tegangan lateral, yang ditimbulkan oleh adanya air di
rekahan serta pembekuan air, penggembungan lapisan
lempung dan perpindahan sisa tegangan.

Sedangkan faktor yang mengurangi kekuatan geser adalah :

a. Keadaan atau rona awal, memang sudah rendah dari awal


disebabkan oleh komposisi, tekstur, struktur dan geometri
lereng.
b. Perubahan karena pelapukan dan reaksi kimia fisik, yang
menyebabkan lempung berposi menjadi lunak, disinteggrasi
batuan granular, turunnya kohesi, pengggembungan lapisan
lempung, pelarutan material penyemen batuan.

16
c. Perubahan gaya antara butiran karena pengaruh kandungan
air dan tekanan air pori.
d. Perubahan struktur, seperti terbentuknya rekahan pada
lempung yang terdapat di tebing / lereng
2.5 Penambangan
1. System Penambangan Open Pit
Penambangan dengan cara open pit adalah Penambangan dengan
penambangan terbuka yang penambangan terbuka yang
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti
endapan bijih besi,endapan endapan bijih tembaga, dan dan
endapan bijih nikel. Penambangan dengan cara open pit biasanya
dilakukan untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada
daerah datar atau daerah lembah. Tanah akan digali keyang
terdapat pada daerah datar atau daerah lembah. Tanah akan digali
ke bagian bawah sehingga akan membagi bagian bawah sehingga
akan membentuk cekungan atau pit.bentuk cekungan atau pit.
Cara pengangkutan pada open pit dari kedalaman endapan tergantung
dari topografinya. Pada dasarnya cara pengangkutannya ada 2 (dua)
macam,yaitu:
 Cara konvensional atau cara langsung, yaitu hasil galian
atau peledakan diangkut oleh truck / belt conveyor / mine
car / skip dump type rail cars, dan sebagainya, langsung
dari tempat penggalian ke tempat dumping dengan
sebagainya dengan menelusuri tebing-tebing sepanjang
bukit enelusuri tebing-tebing sepanjang bukit.
 Cara inkonvensionalatau cara tak langsung adalah cara
pengangkutan hasil galian/peledakan ke tempat
dumping dengan kombinasi alat-alat angkut. Misalnya
dari permuka/medan kerja (front) ketempat crusher
digunakan truk, dan selanjutnya melalui ore pass ke
loading tempat crusher digunakan truk, dan selanjutnya

17
melalui ore pass ke loading point; point; dari dari sini
sini diangkut diangkut ke ore bin dengan dengan
memakai belt conveyor dan ahkirnya diangkut keluar
tambang dengan cage.

18
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Keadaan Umum


1. Lokasi dan Luas Wilayah Izin Usaha Pertambangan
PT. Timor Iron adalah pemegang Izin Usaha Penambangan Produksi
yang berlokasi di Desa Femnasi dan Desa Aplasi, Kecamatan
Miomaffo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Luas wilayah Izin Usaha Pertambangan ± 66,4577
hektar.
Batas-batas wilayah IUP :
Tabel. Lokasi IUP Operasi Produksi PT. Timor Iron

Batas Wilayah IUP Longitude Latitute

1 124°30'26.86"E 9°24'53.93"S

2 124°30'50.20"E 9°25'3.20"S
3 124°30'21.76"E 9°25'28.78"S

4 124°30'38.89"E 9°25'32.97"S

Gambar 3.1 Peta WIUP PT. Timor Iron

19
2. Keadaan Geologi dan Topografi
a. Keadaan geologi
Berdasarkan peta lembar geologi timor lokasi Izin Usaha
Pertambangan terdapat formasi geologi kompleks mutis :
Batuan malihan berderajat rendah sampai tinggi yang meliputi
batusabak, filit, sekis, amfibolit, sekis amfibolit, kwarsit, genes
amfibolit, granulit. Batusabak keabu-abuan, kecoklatan sampai
coklat tua dengan belah sabak sempurna merupakan sebagian
kecil singkapan yang terdapat di Gunung Miomafo dan Mutis.
Filitnya adalah filit serisit, filit arkosa-albit, filit grafit dan filit
kwarsitan. Sekis terdiri dari sekis epidot-klorit-aktinolit, sekis
kwarsa-karbonat-muskovit-klorit dan setempat ditemukan pula
sekis kwarsitan-granat pidmontit. Amfibolit merupakan bagian
terbesar di dalam Komplek Mutis dan terdiri dari amfibolit
plagioklas, amfibolit epidot, sekis amfibolit, genes granat
amfibolit. Batuan berderajat granulit adalah genes amfibolit
granat, genes granat yang mengandung staurolit-kianit dan
anortosit hornblende pirop. Kadang-kadang di dalam amfibolit
ditemukan pula batuan granitan, gnanodioritan dan dioritan yang
termalihkan. Kwarsit filitan yang tersingkap di bagian hulu
sungai Besasi sebelah barat Gunung Mutis mengandung lensa-
lensa dan lapisan tipis kwarsit pejal, berwarna kemerahan dan
sebagian mengandung klorit. Terdapat juga baturijang
gampingan yang terlipat kuat. Bebenapa bongkah gabro dan
gabro leuko dengan mineral-mineral yang terarah ditemukan pula
di aliran sungai (Noil) Besi sebehah timur Gunung Mutis,
sedangkan pegmatit granitan yang terkloritkan tersingkap di kaki
Gunung Miomafo. Komplek Mutis diterobos oleh retas yang
bersusunan diabas, diorit hornblende, diorit kwarsa dan retas
tersebut agak termalihkan. Lokasi tipenya tersingkap bagus dan
luas di bagian hulu sungai Besasi di sekitar Gunung Mutis.
Singkapannya di Gunung Mutis menunjukkan bahwa batuan ini

20
menutupi secara tektonik Formasi Aitutu. Kontaknya dengan
Formasi Haulasi dan Formasi Noni yang tak teruraikan
menunjukkan hubungan yang dekat selalu ditandai oleh retas
yang menerobos keduanya. Komplek Mutis ini ditutupi secara
tektonik oleh Formasi Maubisse yang berumur Perem. Umur
Komplek Mutis diperkirakan berkisar dari Perem (Molengraaff,
1915) sampai PraKarbon (Tappenbeck, 1940). van West (1941)
dan Audley-Charles (1968) menduganya 12 berumur Pra Perem.
Satuan serupa di Timor Timur dinamakan Komplek Lolotoi
(AudleyCharles, 1968).

Gambar 3.2 Peta Geologi PT. Timor Iron


b. Topografi
Peta topografi adalah salah satu jenis peta khusus yang
menggambarkan bentuk relief permukaan bumi, meliputi tinggi
renadhnya kawasan dengan gambaran garis-garis. Garis yang
dimaksud adalah garis kontur, yaitu garis yang menghubungkan
daerah dengan ketinggian yang sama. Dengan adanya garis tersebut,

21
maka akan memudahkan pengguna peta memahami ketinggian suatu
tempat sehingga dapat memperkirakan kecuraman atau kemiringan
lereng.
Keadaan topografi pada daerah IUP bervariasi. Variasi ketinggian
rendah adalah 480 dan variasi ketinggian tinggi 720 dengan
kemiringan lereng 60o.
3.2 Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah diolah terlebih dahulu dan
baru didapatkan oleh peneliti dari sumber yang lain sebagai tambahan
informasi. Beberapa sumber data sekunder adalah buku, jurnal,
publikasi pemerintah, serta situs atau sumber lain yang mendukung.
Dalam perancanaan penambangan ini data-data yang dipergunakan
berupa data sekunder. Adapun data-data yang diperoleh yaitu profil
perusahaan,data pemboran, sumber daya, cadangan, kondisi geologi,
keadaan topografi, dan lain-lain.

22
3.3 Diagram Alir

Mulai

Penentuan Lokasi Perancanaan

Studi Pustaka

Pengambilan Data

Data Sekunder

Pengolahan Data

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Diagram Alir Laporan

23
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Eksplorasi
PT. Timor Iron melakukan ekplorasi rinci dengan menggunakan metode
pemboran, sehingga dapat diketahui litologi bawah permukaan dan juga
kadar dari pada endapan bijih besi, adapun data-data bor tersebut
terlampir dalam table dibawah ini :

Tabel 4.1 Data Geologi


hole_id samp_id from to rock_type
GT20 GT20 0 10 OB
GT20 GT20 10 130 Fe
GT38 GT38 0 10 OB
GT38 GT38 10 102 Fe
GT42 GT42 0 1.26 OB
GT42 GT42 1.26 34 Fe
GT43 GT43 0 140 OB
GT50 GT50 0 1.26 OB
GT50 GT50 1.26 40 Fe
GT58 GT58 0 10 OB
GT58 GT58 10 60 Fe
GT65 GT65 0 1.26 OB
GT65 GT65 1.26 35 Fe
GT65 GT65 35 45 IB
GT65 GT65 45 85.5 Fe
GT77 GT77 0 49 OB
GT79 GT79 0 1.26 OB
GT79 GT79 1.26 49 Fe
GT80 GT80 0 20 OB
GT80 GT80 20 105 Fe

Tabel 4.2 Data Collar


hole_id x y z max_depth hole_path
GT20 665676 8957952 619 130 curved
GT38 665706 8957958 613 102 curved
GT42 665731 8958005 619 34 curved
GT43 665733 8958025 630 140 curved
GT50 665737 8958071 639 40 curved
GT58 665746 8958169 676 60 curved
GT65 665752 8958266 665 40.5 curved
GT77 665756 8958361 634 49 curved
GT79 665795 8958394 656 49 curved
GT80 665822 8958413 652 105 curved

24
Tabel 4.3 Data Survey

hole_id depth dip azimuth


GT20 130 -90 0
GT38 102 -90 0
GT42 34 -90 0
GT43 140 -90 0
GT50 40 -90 0
GT58 60 -90 0
GT65 40.5 -90 0
GT77 49 -90 0
GT79 49 -90 0
GT80 105 -90 0
Tabel 4.4 Data Assay

hole_id samp_id from to fe


GT20 10 130 0.47
GT38 10 102 0.48
GT42 1.26 34 0.22
GT50 1.26 40 0.26
GT58 10 60 0.45
GT65 1.26 35 0.68
GT65 45 85.5 0.39
GT79 1.26 49 0.25
GT80 20 105 0.56

4.2 Estimasi Sumberdaya dan Cadangan


1. Estimasi Sumberdaya
a. Metode
Perhitungan sumberdaya endapan bijih besi diawali dengan
pengolahan data eksplorasi berdasarkan pada pengeboran yang telah
diperoleh. Pada tahap awal pemodelan bijih besi dimulai dengan
pemberian kode litologi untuk membedakan lapisan over burden dan
Bijih besi pada data pengeboran.
b. Pemodelan
Data pengeboran dari hasil eksplorasi dibuat menjadi sebuah
model blok geologi menggunakan software surpac. Pada model
blok, masing-masing lapisan litologi dilambangkan dengan indeks
tertentu. Data kontur topografi dibutuhkan untuk melakukan proses
estimasi sumberdaya. Data kontur digunakan untuk membuat bentuk

25
permukaan 3D dari topografi. Kemudian dilakukan report data dari
wireframe topografi dan model blok yang akan menghasilkan data
estimasi sumberdaya yang dapat diklasifikasikan menjadi
sumberdaya terukur, tertunjuk, dan tereka berdasarkan indeks data
kelasnya.
c. Jumlah dan klasifikasi sumberdaya
Klasifikas sumberdaya endapan bijih nikel laterit dibedakan
menjadi tiga kategori, berdasarkan tingkat kepercayaan terhadap
perhitungan jumlah sumberdaya dan kualitasnya, yaitu
sumberdaya terukur (measured), sumberdaya tertunjuk
(indicated), dan sumberdaya tereka (inferred). Ketiga klasifikasi
sumberdaya tersebut dibedakan berdasarkan tingkat kerapatan
data bor yang digunakan untuk mendefinisikan badan bijih.
Sumberdaya terukur, adalah klasifikasi sumberdaya yang
mampu memberikan informasi yang cukup mengenai jumlah
sumberdaya dan kandungan logam sebuah proyek dengan
tingkat keakuratan. Sumberdaya tertunjuk yaitu klasifikasi
sumberdaya yang mampu memberikan informasi yang cukup
mengenai jumlah sumberdaya dan kandungan logam.
Sumberdaya tereka yaitu klasifikasi sumberdaya yang mampu
memberikan informasi yang cukup mengenai jumlah
sumberdaya dan kandungan logam. Jumlah sumberdaya terukur,
tertunjuk, dan tereka bijih besi adalah 1.434.000 ton, Sedangkan
sumberdaya terukur, tertunjuk, dan tereka dari overburden
adalah 752,666 ton.

26
Tabel 4.5 Estimasi Sumber Daya

2. Estimasi Cadangan
a. Metode
Perhitungan cadangan endapan bujih besi diawali dengan
pengolahan data eksplorasi berdasarkan data pengeboran yang
telah diperoleh. Pada tahap awal pemodelan bijih besi, dimulai
dengan pemberian kode litologi untuk membedakan lapisan over
burden dan bijih, pada data pengeboran. Pada tahap berikutnya,
konstruksi model lapisan dilakukan untuk menggambarkan
sebaran 3D lapisan-lapisan geologi yang ada, yaitu Limonit,
Saprolit. Konstruksi model geologi ini menggunakan software
surpac. Proses estimasi dilakukan dengan menghitung volume
pada masing-masing model blok litologi yang telah dibuat
menggunakan software.
b. Pemodelan
Data pengeboran dari hasil eksplorasi dibuat menjadi sebuah
model blok geologi menggunakan software surpac. Pada model
blok, masing-masing lapisan litologi dilambangkan dengan
indeks tertentu. Data kontur topografi dibutuhkan untuk
melakukan proses estimasi sumber daya. Data kontur digunakan
untuk membuat bentuk permukaan 3D dari topografi. Kemudian
dilakukan report data dari wireframe topografi dan model blok
yang akan menghasilkan data estimasi cadangan yang dapat di
tambang secara ekonomis.

27
Gambar 4.1 Blok Model Cadangan 3D

Gambar 4.2 Pemodelan 3D Over Burden

28
Gambar 4.3 Pemodelan 3D Bijih Besi

Gambar 4.4 Pemodelan 3D Pit

29
Gambar 4.5 Pemodelan 3D Keterdapatan Bijih Besi
4.3 Geoteknik
Studi geoteknik perlu dilakukan sebagai pertimbangan dalam
perencanaan dan pelaksanaan operasi penambangan. Dengan
melakukan studi geoteknik dapat diketahui kekuatan material dan
struktur geologi di sekitar daerah tambang, untuk perencanaan geometri
lereng tambang, timbunan, dan fasilitas pendukung lainnya sesuai
dengan good mining practice.
Berdasarkan pemodelan menggunkan aplikasi surpac didapatkan
kemringan single slope dan overall slope sebesar 600.
4.4 Rencana Penambangan
1. Metode/Sistem dan Tata Cara Penambangan
Seperti pada umumnya penambangan di daerah laterit, maka
metode penambangan yang akan diterapkan oleh PT. Timor Iron
adalah penambangan dengan sistem tambang terbuka dan
dilakukan secara open pit dimana penambangan akan dimulai dari
jenjang paling atas dan dilanjutkan ke bagian bawah secara
berjenjang. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan jenis dan
spesifikasi peralatan yang dipergunakan dan kondisi geoteknik
tanah dan batuan. Ketinggian jenjang disesuaikan dengan jenis dan

30
spesifikasi peralatan yang digunakan, kondisi geoteknik tanah dan
batuan, potensi terjadinya pengotoran pada saat penggalian bijih
dan tingkat produksi.
Daerah tambang akan dirancang untuk meminimalkan jarak angkut
jika memungkinkan dikarenakan tingginya biaya muat dan
pengangkutan material pelapis jalan. Untuk keperluan itu dozer
akan digunakan untuk mendorong overburden di dekat jalan.
Karena tanah laterit lunak, maka jalan untuk pemuatan dan
pengangkutan overburden dan bijih harus diperkeras dengan batuan
dan dibangun drainase yang baik, agar operasi penambangan bisa
bertahan terhadap semua kondisi cuaca. Peledakan tidak
dibutuhkan dalam operasi penambangan overburden dan bijih besi
karena overburden dan bijih bisa digali secara langsung.
Penambangan dilakukan secara berurutan dimulai dengan
pengupasan overburden dengan dozer setelah pembersihan tanam
tumbuh (land clearing) selesai. Top soil yang kaya akan humus
dikupas dan ditumpuk di tempat terpisah untuk keperluan reklamasi
di akhir tahapan penambangan. Penambangan akan dilakukan
dengan kombinasi excavator berkapasitas 0.9 m3 dan truck ukuran
20 ton, yang memungkinkan untuk dapat mengontrol kadar dengan
baik pada waktu penambangan. Bijih kemudian diangkut ke tempat
penumpukan bijih sementara (Stockpile). Tahapan penambangan
terdiri dari pembersihan lahan (land clearing), pengupasan tanah
pucuk dan overburden (stripping), penggalian bijih (mining), dan
rehabilitasi lahan.
2. Jadwal rencana produksi
Berikut adalah penjelasan mengenai tahapan penambangan
a. Pembersihan Lahan (Vegetation Clearing)
Sebelum stripping dilakukan, semua vegetasi terutama pohon-
pohon yang besar akan ditebang dan dipotong-potong kecil
dengan menggunakan mesin pemotong kayu (chainsaw) untuk
kemudian bisa dimanfaatkan untuk kegiatan reklamasi.

31
Idealnya clearing dilakukan 1-3 bulan sebelum penambangan
dimulai untuk mencegah/ mengurangi erosi.
b. Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup (overburden)
Land Clearing Pengupasan Top Soil dan Penggalian Bijih
Pengangkutan ke Stockpile Pengangkutan ke Pelabuhan
Rehabilitasi Lahan Gambar 6.2 Diagram Alir Penambangan 54
Tanah pucuk merupakan tanah yang mempunyai unsur hara
yang tinggi dan sangat diperlukan pada tahapan reklamasi lahan
untuk mengembalikan kesuburan tanah. Tebal lapisan tanah
pucuk yang dikupas antara 10-20 cm. Tanah ini dikumpulkan
di suatu tempat.
c. Penggalian bijih
Ada dua tipe bijih yang akan ditambang yaitu bijih limonit dan
bijih saprolit. Bijih limonit didefinisikan dengan menggunakan
cut off grade 1.2% nikel dan bijih saprolit dengan menggunakan
cut off grade 1.8% nikel. Kedua tipe bijih akan ditambang
secara terpisah dengan menggunakan excavator yang dibantu
oleh dozer sebagai pengupas dan pengumpan. Bijih limonit
yang sudah bersih dari pengotor (overburden/waste) dan sesuai
dengan spesifikasi bijih yang dibutuhkan pabrik akan
ditambang dan diangkut langsung ke Stockpile. Sementara itu
untuk bijih saprolitnya akan diangkut ke Grizzly sebelum ke
Stockpile, untuk selanjutnya diangkut melalui laut ke pabrik
smelter.
d. Revegetasi tambang
Setelah penambangan selesai, area yang telah selesai
ditambang (mined out) akan ditutup kembali dengan lapisan
penutup/tanah pucuk sesuai perlapisan alaminya dan ditanami
kembali dengan vegetasi yang baru. Top soil ditebarkan
kembali ke area bekas tambang yang sudah siap untuk
direhabilitasi kembali.

32
Gambar 4.6 Kondisi Awal Daerah Penambangan

Gambar 4.7 Land Clearing

Gambar 4.8 Pengupasan Over Burdden

Gambar 4.9 Penambangan Bijih Besi

33
Gambar 4.10 Pemulihan lahan bekas tambang dengan penanaman cover crop dan pohon

3. Peralatan Tambang
a. Jenis dan spesifikasi alat utama dan penunjang
Berikut adalah spesifikasi alat yang digunakan dalam membuat
perencanaan tambang.

Tabel 4.6 Jenis Alat & Harga Alat

No Jenis Alat Harga Alat


1 EXCAVATOR PC 200 $ 121.428,57
2 DOZER D85SS $ 41.071,43
3 DUMP TRUCK HINO 500 FG 235 JP $ 46.428,57
4 JAW CRUSHER DAIHO PE 600 x 900 $ 53.571,43

b. Jumlah alat utama dan penunjang


Dalam melakukan perhitungan jumlah kebutuhan unit peralatan
utama dan peralatan pendukung untuk operasi penambangan
bijih besi , operasi pengupasan tanah penutup, dan berakhir ke
pengangkutan harus diperhatikan beberapa batasan – batasan
yang berkaitan dengan karakteristik bijih besi, karakteristik
overburden, maupun karakteristik masing-masing peralatan
yang digunakan serta asumsi-asumsi yang perlu diterapkan
berkaitan dengan gambaran operasional penambangan yang
direncanakan.
Berdasarkan besarnya volume target penggalian bijih besi,
volume pekerjaan pemindahan ke stockpile serta volume
pekerjaan pemindahan tanah penutup ke dumping area, maka
dapat ditentukan jumlah kebutuhan peralatan utama dan

34
peralatan pendukung untuk operasi penambangan bijih besi,
seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7 Jumlah Peralatan Utama

No Jenis Alat jumlah alat


1 EXCAVATOR PC 200 4
2 DOZER D85SS 3
3 DUMP TRUCK HINO 500 FG 235 JP 8
4 JAW CRUSHER DAIHO PE 600 x 900 1

4. Akses Jalan Pada Daerah Penambangan


Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume
batuan yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan
yang akan dibuat maka perlu diketahui alat angkut yang akan
melaluinya. Jalan yang baik akan mendukung terpenuhinya target
produksi yang diinginkan. Setiap operasi penambangan
memerlukan jalan tambang sebagai sarana infrastruktur yang vital
di dalam lokasi penambangan dan sekitar-nya. Pada PT. Timor Iron
sendiri terdapat dua jalan yaitu jalan tambang yang terdapat
didalam lokasi tambang dan jalan angkut pada area lokasi
penambangan.
a. Jalan Tambang
Konstruksi pada jalan tambang secara garis besar sama dengan
jalan angkut di kota. Perbedaan yang khas terletak pada
permukaan jalannya (road surface) yang jarang sekali dilapisi
oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota.
b. Jalan Angkut
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk
menunjang kelancaran operasi penambangan terutama dalam
kegiatan pengangkutan. Medan berat yang mungkin terdapat
disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah
rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan
keselamatan kerja. Geometri jalan angkut yang harus
diperhatikan pada umumnya yaitu:
 Kondisi Jalan Angkut
Keadaan jalan di daerah kerja tambang Andesit PT.
Timor Iron kurang baik, karena pada saat hujan kondisi
jalan angkut menjadi cenderung menjadi licin, sehingga
dapat mengganggu operasi alat angkut. Sedangkan pada
musim kemarau kondisi jalan angkut tidak terlalu
berdebu, sehingga tidak terlalu mengganggu jarak
pandang operator.

35
 Kemiringan Jalan (Grade)
Lokasi daerah penambangan mempunyai kemiringan
jalan 10o sehingga alat angkut dapat bekerja baik pada
lokasi penambangan.
c. Perkerasan atau Lapisan Jalan
Tujuan utama dari perkerasan jalan angkut dan jalan tambang
adalah untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan
beban pada poros roda selain itu juga agar produksi alat angkut
dapat tercapai, agar waktu siklus alat angkut menjadi besar,
agar beban yang diterima jalan menjadi kecil. Lapisan
perkerasaan jalan angkut tambang terdiri lapisan permukaan,
lapisan pondasi atas, dan lapisan pondasi bawah. Perkerasan
jalan angkut dipengaruhi oleh berat kendaraan.
 Lapisan permukaan
o Sebagai lapis perkerasan penahan beban roda
yang mempunyai stabilitas tinggi untuk
menahan roda selama proses penambangan.
o Lapis kedap air, sehingga air hujan yang
mengalir diatasnya tidak meresap kedalamnya
dan tidak pula melemahkan lapisan tersebut.
o Sebagai lapisan yang menyebarkan beban ke
lapisan bawah, sehingga dapat dipikul oleh
lapisan lain yang mempunyai data dukung yang
lebih jelek.
Berdasarkan kriteria diatas PT. Timor Iron
menggunakan bahan untuk lapisan permukaan jalan
angkut adalah kerikil karena memiliki struktur yang
baik terhadap air dengan ketebalan 55 inchi.
 Lapisan fondasi atas
o Merupakan bagian perkerasan untuk menahan
gaya melintang dari beban roda dan
menyebarkannya ke lapisan dibawahnya.
o Sebagai lapis peresapan untuk lapisan
dibawahnya.
o Sebagai bantalan bagi lapis permukaan
Untuk lapisan fondasi atas PT. Timor Iron
menggunakan tanah galian overburden sebagai
lapisan fondasi atas dengan ketebalan 60 inchi.
 Lapisan Fondasi Bawah
o Merupakan bagian perkerasan untuk
menyebarkan beban roda kendaraan ke tanah
dasar.

36
o Untuk mengurangi tebal lapisan diatasnya
karena material atau bahan untuk fondasi bawah
umumnya lebih murah disbanding perkerasan
diatasnya.
o Sebagai lapis peresapan agar air tanah tidak
berkumpul di fondasi.
o Merupakan lapis pertama yang harus dikerjakan
cepat agar dapat menutup lapisan tanah dasar
dari pengaruh cuaca, atau melemahkan daya
dukung tanah dasar akibat selalu menahan roda
alat berat.
o Mencegah partikel-partikel halus dari tanah naik
ke lapis fondasi

37
5. Perhitungan jam kerja
a. Jumlah Hari Kerja Efektif
Jumlah hari kerja setelah dikurangi dengan hari libur dan hari
kehilangan kerja diperoleh hari kerja efektif per tahunnya
adalah 306 hari/tahun.

Table 4.8 Jumlah Hari Kerja Efektif

b. Jumlah Gilir Kerja


Perusahaan PT. Timor Iron beroperasi selama 12 jam per hari
memiliki satu shift dalam sehari. Alasan kenapa hanya
menggunakan satu shift dalam sehari karena produksi untuk
memenuhi target tidak terlalu besar, sehingga satu shift
dianggap sudah dapat memenuhi target per hari maupun
pertahun. Jadwal untuk shift tersebut yaitu dimulai dari pukul
06.00 WIB dan berakhir pukul 18.00 WIB.
c. Standby/Delay dan Idle Alat
Standby/Delay hours merupakan jumlah jam suatu alat yang
tidak dapat dipergunakan padahal alat tersebut tidak rusak dan
dalam keadaan siap beroperasi. Idle hours yaitu waktu yang
direncanakan atau yang sebenarnya sebuah operasi tidak
terlibat dalam waktu berjalan, atau produksi aktif dari alat.
Waktu idle biasanya dijadwalkan, untuk kegiatan pemasangan,
pemeliharaan atau lainnya, atau terjadwal karena kurangnya
sumber daya yang diperlukan. Standby/Delay hours
diasumsikan 140 jam per bulan yang digunakan untuk
perbaikan dan pemeliharaan peralatan, kegiatan survey, dan
kegiatan lain yang sekiranya dibutuhkan. Sedangkan Idle hours
diasumsikan sama dengan waktu slippery ketikan hujan yaitu

38
153 jam dalam satu tahun, dengan 6 bulan hujan dan 1 jam
hujan dalam satu hari.
d. Jam Kerja Efektif Alat
Diasumsikan bahwa dalam 1 tahun terdapat 365 hari dengan
hari libur 6 hari (Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Natal, Hari
Raya Nyepi, Hari Raya Waisak, Hari Kemerdekaan Indonesia
dan Tahun Baru). Selain itu adapun kehilangan jam kerja
selama 1.5 jam setiap harinya diakibatkan oleh istirahat makan,
hujan/banjir, dan lain sebagainya. Dalam satu hari terdapat 1
shift kerja, dengan 1 shift selama 12 jam. Efisiensi waktu yang
digunakan adalah 83%. Setelah dilakukan perhitungan
diperoleh bahwa jam efektif yang dipakai yaitu selama 2513.79
jam setiap tahunnya. Dengan jam kerja efektif yakni 10.5 jam
per hari. Serta dalam 1 hari terdapat tambahan jam lembur
selama 3jam untuk perbaikan alat.

Table 4.9 Jam Kerja Efektif

Lebaran idul fitri, natal, waisak, nyepi, kemerdekaan, tahun baru.

1 minggu 6 hari 52 minggu + 2 hari sholat jumat = 54 hari/tahun 306 hari/tahun

1 shift/hari = 1 shift kerja

Jam kerja sehari 12 jam (jam 5.50 berangkat sampai 6.00 waktu pengarahan
sebelum bekerja 30 menit. Mulai kerja jam 6.30 kehilangan jam kerja 1,5jam/hari (
10 menit isi minyak, 15 menit perbaikan alat, 45 menit ishoma, 20 menit ashar)

39
Efisiensi kerja 83% jam kerja efektis 10,5 jam/hari

Slippery 153 jam/tahun. Serta dalam 1 hari terdapat jam lembur sebanyak 3 jam
untuk perbaikan alat.

6. Biaya Operasional Penambangan


o Biaya Penjualan bijih besi
Tabel 4.10 Biaya Penjualan Bijih Besi
Tonase cadangan nilai njual Fe /ton
1.434.000,00 $ 235,00

Total nilai jual cadangan Fe 336.990.000,00

o Biaya Pembongkaran Overburden


Tabel 4.11 Biaya Pembongkaran Overburden

jumlah OB Nilai Pembongkaran OB/m3

752666 $ 20,00
Total biaya pembongkaran $ 15.053.320,00

o Biaya Karyawan
Tabel 4.12 Biaya Karyawan

Pekerjaan Jumlah status gaji

KTT 1 staf $ 1.428,57


Direksi
Wakil KTT 1 staf $ 1.071,43
Manager Keuangan 1 staf $ 714,29
Manager HRG 1 staf $ 714,29
Manager
Manager K3 dan Lingkungan 1 staf $ 714,29
Mine Manager 1 staf $ 714,29
Survey Geologi 1 staf $ 500,00
Geoteknik 1 staf $ 500,00
Supervisi Procecing 1 staf $ 500,00
Workshop 1 staf $ 500,00
K3 dan lingkungan 1 staf $ 500,00
Mine Oparation 4 staf $ 357,14
Mine Planing 2 staf $ 357,14
Enggginer Mine Geologist 2 staf $ 357,14
K3 dan lingkungan 2 staf $ 357,14
Keuangan 2 staf $ 357,14
Crusser 1 non-staf $ 214,29
Dozer 3 non-staf $ 214,29
Operator
Excavator 4 non-staf $ 214,29
Dump Truck 8 non-staf $ 214,29
Jumlah pengeluaran Gaji perbulan $ 10.500,00

40
o Biaya Infrastruktur
Tabel 4.13 Biaya Infrastruktur

Jenis bangunan Luas bangunan (m2) Biaya


Kantor 60 $ 71.428,57
Mesh 200 $ 107.142,86
Bengkel 1000 $ 178.571,43
Tempat ibadah 20 $ 14.285,71
Kantin 10 $ 7.142,86
PLN 70 $ 214.285,71
Jumlah pengeluaran untuk bangunan $ 592.857,14

o Biaya Kebutuhan Bahan Bakar


Tabel 4.14 Biaya Kebutuhan Bahan Bakar

jenis Bahan bakar /hari dalam bulan harga solar/liter


excavator 600 15600 $ 72.800,00
Dozer 90 2340 $ 869,14
Dumb Truck 1600 41600 $ 15.451,43
Crusher 50 1300 $ 482,86
Total selama proses penambangan $ 89.603,43

4.5 Infrastruktur Pertambangan


Rencana kegiatan PT. Timor Iron yang berlokasi di Kecamatan
Miomaffo Timur, telah sesuai dengan RT/RW Kabupaten TTU.
Infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung pembangunan dan
operasi pertambangan meliputi:
a. Kantin
Kantin disediakan sebagai tempat beristirahat dan pengambilan
makanan
b. Stockpile
Stockpile disediakan di penambangan sebagai tempat penumpukan
bahan untuk diambil diolah,dipasarkan atau diolah kembali
c. Kantor

41
Kantor merupakan tempat yang disediakan dan digunakan oleh para
pekerja untuk melakukan pekerjaan di dalam ruangan
d. Disposal
Tempat atau lokasi yang dirancang untuk menampung material
buangan over burden dari tambang
e. Mesh
Mess disediakan untuk menampung pegawai pada masa konstruksi
dan masa operasi pasca konstruksi. Fasilitas yang termasuk dalam
mess meliputi: kamar tidur, fasilitas air minum dan air bersih untuk
MCK.
f. PLN
Merupakan tempat dimana semua pasokan listrik di dalam tambang
disediakan (sumber listrik di tambang)
g. Bengkel
Tempat perbaikan dan pemeliharaan alat
h. Crushing Plant
Merupakan tempat peremukan material oleh crusher yang
berlangsung untuk merubah ukuran bahan galian (bijih besi
dipisahkan daripada batuan samping)
i. Stocksoil
Tempat penyimpanan tanah yang mengandung unsur hara yang
nanti akan digunakan kembali saat pelaksanaan reklamasi
j. Tempat Ibadah
Tempat para pekerja melakukan ibadah menurut agama masing
masng

42
Gambar 4.15 Peta Area Tambang PT. Timor Iron

4.6 LINGKUNGAN PASCATAMBANG


1. Perlindungan Lingkungan
A. Dampak Kegiatan
Selain menghasilkan produk utama berupa material
pertambangan, kegiatan pertambangan juga menghasilkan
produk berupa limbah yang dapat berpotensi menurunkan daya
dukung lingkungan sekitar area pertambangan. Karenanya
diperlukan suatu kegiatan pengendalian kualitas air baik untuk
limbah cair maupun limbah lainnya. Salah satu kegiatan yang
dapat dilakukan adalah pembuatan kolam-kolam pengendapan
untuk menampung limbah cair hasil kegiatan pertambangan. Hal
ini sangat diperlukan agar limbah tersebut tidak mencemari
lingkungan.
2. Pengelolaan Lingkungan
Rencana pengelolaan lingkungan dibagi menjadi beberapa sektor,
yaitu:
A. Bentang alam
 Sumber dampak
Penambangan, penataan lahan dan fasilitas pendukung
 Rencana pengelolaan
o Membuat rencana penataan lahan berdasarkan
prinsip konservasi mineral dan lingkungan

43
o Meminimalkan pembukaan lahan pada luasan
lahan yang diperlukan untuk kegiatan
penambangan dan melakukan penataan kembali
lahan sesegera mungkin
o Menerapkan metode penambangan sistem
kompartemen untuk mempercepat proses
rehabilitasi lahan
B. Erosi dan Sedimentasi
 Sumber dampak
Pembukaan lahan,kegiatan penambangan dan
penimbunan
 Rencana pengelolaan
o Meminimalkan pembukaan lahan pada luasan
lahan yang diperlukan untuk kegiatan
penambangan dan melakukan penataan kembali
lahan sesegera mungkin
o Melakukan rehabilitasi lahan yang sudah tidak
dimanfaatkan sesegera mungkin
o Membuat perimeter drainage sebagai struktur
pengendali erosi
o Membangun fasilitas penangkap sedimen hasil
erosi berbentuk kolam pengendapan
C. Limpasan air permukaan
 Sumber dampak
Pembukaan lahan, kegiatan penambangan dan
penimbunan
 Rencana pengelolaan
o Meminimalkan pembukaan lahan pada luasan
lahan yang diperlukan untuk kegiatan
penambangan dan melakukan penataan kembali
lahan sesegera mungkin
o Melakukan rehabilitasi lahan yang sudah tidak
dimanfaatkan sesegera mungkin
o Membuat perimeter drainage sebagai struktur
pengendali erosi 4. Membangun fasilitas
penyaliran
D. Kualitas air permukaan
 Sumber dampak
Pembukaan lahan, kegiatan penambangan dan
penimbunan
 Rencana pengelolaan
o Melakukan rehabilitasi lahan yang sudah tidak
dimanfaatkan sesegera mungkin untuk
meminimalkan laju erosi dan sedimentasi

44
o Membangun fasilitas sediment control sesuai
kebutuhan
o Mengelola limpasan aliran permukaan pada
lokasi penempatan tanah penutup dan tambang
aktif dengan pembangunan saluran drainase dan
mengalirkan air limpasan permukaan ke dalam
kolam-kolam sedimentasi
E. Kualitas Udara
 Sumber dampak
Pengoperasian alat-alat berat tambang
 Rencana pengelolaan
o Penyiraman jalan tambang untuk mengurangi
efek debu terbang
o Rehabilitasi dan penghijauan untuk menciptakan
kelembaban mikro pada lahan terbuka sehingga
pembentukan debu terbang dapat ditekan.
F. Flora dan Fauna Darat
 Sumber dampak
Pembukaan lahan dan kegiatan penambangan
 Rencana pengelolaan
o Melakukan survei vegetasi dan inventarisasi pada
beberapa lokasi plot. Inventarisasi ditujukan
sebagai referensi pemilihan spesies untuk
rehabilitasi lahan
o Pembangunan fasilitas pembibitan (nursery)
perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan
reklamasi, serta bekerja sama dengan masyarakat
setempat untuk pengembangan secara swadaya.
G. Biodiversitas
 Sumber dampak
Pembukaan lahan dan kegiatan penambangan
 Rencana pengelolaan
o Rehabilitasi habitat dengan melakukan
rehabilitasi dan revegetasi tumbuhan pada area
yang terbuka dengan menanam tanaman endemik
dan lokal
o Melakukan Inventarisasi fauna utama (mamalia,
burung, amfibi dan serangga) sebelum
melakukan pembukaan lahan
o Menyediakan lahan penyangga sebagai referensi
rona awal untuk dijadikan rujukan kegiatan
penghijauan dan sebagai bank bibit dan fauna
alami

45
o Melakukan upaya konservasi fauna dengan
bekerja sama dengan pemerintah dan organisasi
non pemerintah
2.1 Pengelolaan Limbah
Ada beberapa bentuk limbah yang dihasilkan dari proses produksi
maupun kegiatan domestik lainnya. Untuk limbah yang berbentuk
cair, dilakukan beberapa tindakan seperti tindakan penampungan
serta pengolahan. Penampungan limbah cair dilakukan pada kolam
khusus lalu kemudian dilakukan pengolahan limbah dan secara
berkala tempat penampungan ini dipantau untuk dapat memastikan
kualitas limbah cair tersebut sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
2.2 Rencana Reklamasi
Kegiatan reklamasi yang akan dilakukan adalah kegiatan revegetasi
lahan menjadi kawasan hutan dan perkebunan.
2.3 Pengelolaan Lubang Bekas Tambang (Void)
Pada kegiatan penambangan secara terbuka dengan metode backfill,
dapat meninggalkan lahan bekas pertambangan berupa lubang bekas
tambang (void), hal ini dikarenakan penimbunan batuan penutup
tidak seluruhnya dapat dilakukan secara backfilling. Lubang bekas
tambang yang ditinggalkan pada akhir kegiatan penambangan tanpa
adanya perencanaan pemanfaatan dapat berpotensi menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan. Untuk itu diperlukan pengelolaan
lubang bekas tambang (void) agar tidak membahayakan masyarakat
sekitar. Lubang bekas tambang (void) yang ada kemudian dapat
ditutup atau jika dirasa perlu dapat dimanfaatkan menjadi beberapa
hal seperti kolam penampungan sumber air bersih atau dapat juga
dijadikan kolam budidaya ikan.
3. Pemantauan Lingkungan
A. Bentang alam
 Parameter Dampak Penting yang dipantau: Perubahan
bentang alam
 Sumber dampak yang dipantau: Penambangan, penataan
lahan dan fasilitas pendukung
 Rencana pemantauan:
o Melakukan pemantauan visual, survei
pengukuran langsung dan interpretasi satelit 77
o Melakukan analisis komparasi rona awal dan
setelah kegiatan operasi pada periode minimal 6
bulan sekali
 Lokasi pemantauan: area yang ditambang, ditimbun , dan
direklamasi di seluruh lokasi penambangan.
B. Erosi dan Sedimentasi
 Parameter dampak penting yang dipantau: Perubahan
kandungan/muatan sedimen

46
 Sumber dampak penting yang dipantau: Pembukaan
lahan, penambangan dan penimbunan
 Rencana Pemantauan:
o Melakukan pemantauan kandungan TSS dan
debit air di saluran masuk kolam sedimentasi
o Melakukan pemantauan kandungan TSS dan
debit air di saluran keluar kolam sedimentasi
 Lokasi pemantauan: settling pond
C. Limpasan air permukaan
 Parameter dampak penting yang dipantau: Laju aliran air
permukaan
 Sumber dampak penting yang dipantau: Pembukaan
lahan, penambangan, dan reklamasi
 Rencana Pemantauan: Pengukuran tinggi muka air tanah
o Analisis komparasi debit pada kondisi rona awal dan
pasca operasi
 Lokasi pemantauan: paritan, fasilitas sediment control,
dan sungai
D. Kualitas air permukaan
 Parameter dampak penting yang dipantau: TSS, pH,
suhu, konduktivitas, DO, BOD, Total krom, dan
Logam terlarut dan komponen terkait sesuai
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 9
Tahun 2006
 Sumber dampak penting yang dipantau: Pembukaan
lahan, penambangan, penimbunan, dan reklamasi
 Rencana Pemantauan:
o Pengukuran pH, suhu, dan konduktivitas secara rutin
sesuai kebutuhan
o Mengumpulkan dan menganalisis sampel air
berdasarkan kepada SNI
 Lokasi pemantauan: Kolam sedimentasi

E. Kualitas Udara
 Parameter dampak penting yang dipantau: Kualitas udara
yang berasal dari dispersi TSP, Karbon dioksida
(CO2) dan Timbal (Pb)
 Sumber dampak penting yang dipantau: Asap dan debu
mobilisasi peralatan, land clearing dan
pembuatan jalan
 Rencana Pemantauan:
o Melakukan penyiraman jalan tambang untuk
mengurangi efek debu terbang

47
o Memasang plat penghalang pada ban kendaraan
pengangkut material
 Lokasi pemantauan: Jalan utama tambang
F. Flora dan Fauna Darat
 Parameter dampak penting yang dipantau: Jumlah area
yang telah dibuka dan direklamasi, jenis dan jumlah,
spesies, jenis-jenis tanaman yang digunakan untuk
reklamasi, jumlah benih yang ditanam, dan tingkat
pertumbuhan tanaman
 Sumber dampak penting yang dipantau: pembukaan
lahan dan penambangan
 Rencana Pemantauan:
o Melakukan pendataan terhadap: area yang telah
direklamasi, jumlah bibit yang diproduksi dan
ditanam dan jenis spesies dan tanaman yang
digunakan
o Membuat dokumentasi perkembangan area
reklamasi
o Memantau pertumbuhan tanaman
 Kegiatan pemantauan pertumbuhan tanaman dilakukan
dengan metode:
o Membuat plot-plot pemantauan secara acak di
lokasi reklamasi
o Mengukur tinggi dan diameter tanaman yang
terdapat pada plot-plot pemantauan iii.
Menentukan tingkat kelulusan hidup tanaman
yang ditanam
 Lokasi pemantauan: Lahan tambang dan area reklamasi
G. Biodiversitas
 Parameter dampak penting yang dipantau: Jumlah area
yang telah dibuka dan direklamasi, jenis dan jumlah,
spesies, jenis-jenis tanaman yang digunakan untuk
reklamasi, jumlah benih yang ditanam, dan tingkat
pertumbuhan tanaman
 Sumber dampak penting yang dipantau: pembukaan
lahan dan penambangan
 Rencana Pemantauan:
o Melakukan pendataan terhadap: area yang telah
direklamasi, jumlah bibit yang diproduksi dan
ditanam dan jenis spesies dan tanaman yang
digunakan
o Membuat dokumentasi perkembangan area
reklamasi
o Memantau pertumbuhan tanaman

48
 Kegiatan pemantauan pertumbuhan tanaman dilakukan
dengan metode:
o Membuat plot-plot pemantauan secara acak di
lokasi reklamasi
o Mengukur tinggi dan diameter tanaman yang
terdapat pada plot-plot pemantauan iii.
Menentukan tingkat kelulusan hidup tanaman
yang ditanam
 Lokasi pemantauan: Lahan tambang dan area reklamasi
4. Kegiatan Pascatambang
Kegiatan Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis, dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha
pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam dan
fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan.
A. Pemanfaatan Lahan Pascatambang
Lahan pasca tambang yang telah selesai dieksploitasi kemudian
akan dilakukan kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan menjadi
kawasan hutan dan/atau perkebunan.
B. Jadwal Pelaksanaan Pascatambang
Berikut adalah penjadwalan dalam melaksanakan kewajiban
pasca tambang, seperti melakukan reklamasi pada lahan bekas
fasilitas utama maupun fasilitas pendukung tambang.

Table 4.15 Jadwal Pelaksanaan Pascatambang


Tahun ke-
NO URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
8 9
A Reklamasi pada Lahan Bekas Tambang dan Lahan di Luar Bekas Tambang
1 Pembongkaran Fasilitas Tambang
2 Reklamasi Lahan Bekas Fasilitas Tambang
3 Pembongkaran dan Reklamasi Jalan Tambang
4 Reklamasi Lahan Bekas Tambang Permukaan
5 Reklamasi Lahan Bekas Kolam Pengendap
B Reklamasi Lahan Bekas Fasilitas Penunjang
1 Reklamasi Lahan Bekas Landfill
2 Pembongkaran Sisa - sisa Bangunan, Transmisi Listrik, Pipa Air, Fasilitas Lainnya

3 Reklamasi Lahan Bekas Bangunan, Transmisi Listrik, Pipa Air, Fasilitas Lainnya

4 Pembongkaran Peralatan, Mesin, Tangki Bahan Bakar Minyak , dan Pelumas

5 Penanganan Sisa Bahan Bakar Minyak, Pelumas, serta Bahan Kimia


6 Reklamasi Lahan Bekas Sarana Transportasi
7 Reklamasi Lahan Bekas Bangunan dan Fondasi Beton
Pemulihan (remediasi) Tanah yang Terkontaminasi Bahan Kimia, Minyak, serta
8
Bahan Berbahaya dan Beracun, dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
C Pengembangan Sosial, Budaya, dan Ekonomi
1 Pengurangan dan Pemutusan Hubungan Kerja
2 Bimbingan dan Bantuan untuk Pengalihan Pekerjaan bagi Karyawan
Pengembangan Usaha Alternatif untuk Masyarakat Lokal yang disesuaikan
3
dengan Program Sosial, Budaya, dan Ekonomi
D Pemeliharaan
1 Tapak Bekas Lahan Tambang

49
2 Tapak Bekas Lahan Fasilitas Penunjang
E Pemantauan
1 Kestabilan Fisik
2 Air Permukaan dan Air Tanah
3 Biologi Akuatik dan Teresterial

C. Keuntungan Perusahaan

Berdasarkan hasil perhitungan nilai jual cadangan dikurangi


dengan biaya yang dikeluarkan dalam proses awal
penambangan hingga rencana pasca tambang mendapatkan
keutungan $ 320.164.648,00 jika dirupiahkan menjadi Rp.
4.482.305.072.000,00.
Table 4.16 Tabel Perhitungan Keuntungan Perusahaan

50
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Perencanaan tambang bijih besi pada PT. Timor Iron yang berlokasi di Kecamatan
Miomaffo Timur dengan luas wilayah IUP 66,4577 Ha memiliki jumlah cadangan
bijih besi sebesar 1.434.000 ton. Kemudian dilakukan penambangan dengan sistem
open pit.

Umur tambang diperoleh dari perhitungan jumlah cadangan bijih besi sebesar
1.434.000 ton dibagi dengan target produksi perusahaan sebesar 210.000 ton/ tahun,
maka umur tambang yang didapatkan sebesar 6 tahun 8 bulan. Sedangkan
perhitungan volume overburden sebesar 752.666 m3, dan juga target waktu
pengupasan overburden selama 9 bulan.

Dari berbagai perhitungan biaya yang terlampir diatas, diperoleh besar keuntungan
sebesar $ 320.164.648,00 dan jika dirupiahkan sebesar Rp. 4.482.305.072.000,00.

5.2 Saran

Dalam melakukan perencanaan suatu tambang, hal yang harus diperhatikan terlebih
dahulu adalah mengenai penguasaan software perencanaan tambang. Dan juga
perlu memahami perhitungan yang digunakan dalam perencanaan tambang.

51

You might also like