You are on page 1of 7

DISKUSI 3

MODUL 3 PENERIMAAN DAN PENGELUARAN NEGARA


KB 1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA (APBN)
1. Prinsip Anggaran Berimbang
Yang dimaksud dengan anggaran berimbang adalah sisi penerimaan sama dengan sisi
pengeluaran. Pada anggaran berimbang, defiist anggaran ditutup dengan
bantuan/pinjaman/utang luar negeri, bukan dengan mencetak uang baru. Dalam APBN,
bantuan/pinjaman/utang luar negeri dikategorikan sebagai penerimaan pembangunan.
Pada prinsipnya, anggaran berimbang mmeiliki dua sisi pandang.
a. Orientasi dalam negeri.
Orientasi penerimaan dalam negeri (Rd) mengurangi daya beli atau permintaan
masyarakat dalam negeri, misalnya pajak-pajak dlam negeri atau penerimaan
nonmigas. Sedangkan orientasi pengeluaran dalam negeri (Gd) merupakan bagian
permintaan.
b. Orientasi luar negeri.
Penerimaan yang berorientasi dari luar negeri (Rf) mengurangi daya beli
masyarakat asing, misalnya penerimaan migas dan penerimaan pembangunan,
sedangkan pengeluaran orientasi luar negeri (Gf) tidak merupakan bagian
penerimaan agregat di dalam negeri, misalnya bunga/cicilan utang luar negeri dan
Belanja pegawai luar negeri serta Belanja barang luar negeri.
2. Prinsip anggaran dinamis
Soeharsono Sagir (1984) mengemukakan dua pengertian prinsip Anggaran Dinamis, yaitu
anggaran dinamis absolut dan relatif. Anggaran dinamis absolut diartikan sebagai
penigkatan jumlah tabungan pemerintah dari tahun ke tahun (peningkatan surplus anggarn
rutin) sehingga kemampuan menggali sumber dalam negeri bagi pembiayaan
pembangunan dapat tercapai. Indikator ini umumnya bisa diukur melalui laju pertumbuhan
tabungan pemerintah yang selalu positif dalam perkembangannya.
Anggaran dinamis secar relatif diartikan sebagai semakin kecilnya presentase
ketergantungan pembiayaan terhadap bantuan luar negeri atau pinjaman luar negeri.
3. Prinsip anggaran fungsional
Prinsip ini berkaitan erat dengan bantuan luar negeri. Kita ketahui bahwa asas bantuan luar
negeri kita adalah “bantuan luar negeri sebagai pelengkap semata”. Hal ini berarti fungsi
bantuan luar negeri sebenarnya hanya untuk membiayai anggaran belanja pembangunan
(pengeluaran pembangunan) dan bukan untuk membiayai anggaran rutin.
4. Utang luar negeri
Utang luar negeri menyebabkan sistem perekonomian kita semakin peka terhadap
pengaruh luar negeri. Perubahan yang dialami oleh negara donor akan mudah
menggoyangkan sistem ekonomi kita. Keadaan ini jika dibiarkan terus-menerus akan
mempengaruhi kemandirian bangsa kita dalam melaksanakan pembangunan. Hal tersebut
terjadi karena pada umumnya pola pembangunan yang dibiayai dengan utang luar negeri
lebih banyak didikte oleh negara-negara donor dan tentu saja sebagian besar aliran utang
tersebut kembali ke negera aslinya.
Fisher Parados, yakni situasi, di mana semakin kita melunasi kewajiban membayar utang
luar negeri beserta cicilan bunganya, semakin banyak akumulasi utang luar negeri. Hal ini
dikarenakan untuk membayar utang beserta cicilan bunga utang, dibutuhkan uang baru.
Data APBN sendiri memperlihatkan bahwa cicilan utang luar negeri pokok dan bunganyaa
cenderung lebih besar dibandingkan dengan perolehan utang dari negara-negara donor.

KB 2 DASAR DAN STRUKTUR PENERIMAAN NEGARA

Dalam upaya pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah, terutama pelaksanaan


pembangunan di segala bidang diperlukan pendapatan/penerimaan negara untuk membiayai
kegiatan yang makin meningkat. Pendapatan/penerimaan negara secara umum dapat digolongkan
menjadi berikut ini.

1) Pajak
2) Retribusi
3) Keuntungan dari perusahaan-perusahaan negara
4) Denda-denda dan perampasan yang dilakukan oleh pemerintah
5) Sumbangan masyarakat
6) Percetakan uang kertas
7) Hasil dan undian negara
8) Pinjaman
9) Hadiah
10) Hibah

Di antara berbagai sumber dan melihat sifat masing-masing, penerimaan negara yang
terpenting dan terbesar dari pajak. Sumber penerimaan negara kita dapat dikategorikan dalam
beberapa kelompok sebagai berikut.

1) Peneriman perpajakan.
a) Pajak dalam negeri
b) Pajak perdagangan internasional
2) Penerimaan bukan pajak
a) Penerimaan sumber daya alam
b) Bagian pemerintah atas laba badan usaha milik negara
c) Pemerintah negara bukan pajak lainnya
3) Penerimaan hibah
a) Sumbangan swasta dalam negeri
b) Sumbangan swasta luar negeri
c) Sumbangan pemerintah luar negeri

Sumber-sumber penerimaan daerah meliputi:

1) Pajak daerah
2) Retribusi daerah
3) Bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan
4) Bagian daerah dari penerimaan dan perolehan hak atas tanah dan atas bangunan (BPHTB).
5) Bagian daerah dari penerimaan PPh orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21.
6) Bagian daerah dari penerimaan sumber daya alam
7) Dana alokasi umum
8) Dana alokasi khusus
9) Pembiayaan dekonsentrasi
10) Pembiayaan tugas pembantuan
11) Pinjaman daerah
KB 4 PAJAK SEBAGAI SUMBER PENERIMAAN NEGARAA

Iuran dan pungutan timbul karena adanya suatu pertanyaan mengenai siap yang akan
membiayai segala kepentingan dan kebutuhan bersama. Dalam suatu lingkunga peradaban,
manusia pasti mempunyai kepentingan dan kebutuhan yang sama seperti misalnya kepentingan
akan rumah peribadatan dan sebagainya. Demikian juga halnya dengan negara. Negara
membutuhkan dana pembangunan yang besar untuk membiayai segala keperluannya. Pengeluaran
utaam negara adalah untuk pengeluaran rutin seperti biaya pegawai, subsidi, utang, bunga dan
cicilannya yang dipenuhi dari penerimaan dalam negeri yang berupa penerimaan sektor migas
(minyak dan gas) dan nonmigas (pajak dan nonpajak). Sisa penerimaan untuk berbagai
pengeluaran di atas merupakan tabungan pemerintah yang akan digunakan untuk membiayai
keperluan pengeluaran pembangunan di bidang pertahanan keamanan, pendidikan dan
kebudayaan, kesehatan, kesejahteraan sosial, kependukakan, perumahan rakyat, ekonomi, agama,
ketenagakerjaan, lingkungan hidup dan pengeluaran pembangunan lainnya. Penngeluaran
pembangunan sedemikian besarnya, hingga untuk menutupi segala kekurangannya diperlukan
bantuan luar negeri berupa bantuan proyek dan bantuan program. Jika dari pengeluaran
pembangunan yang sudah dianggarkan ternyata ada dana yang tersisa, kondisi itu berarti surplus
pembangunan bagi negara.

Oleh karena itu, jelaslah bagi kita bahwa untuk membiayai seluruh kepentingan umum, salah
satu yang dibutuhkan dan terpenting adalah suatu peran serta aktif dari warganya untuk ikut
memberikan iuran kepada negaranya dalam bentuk pajak, sehingga segala keperluan
pembangunan dapat dibiayai. Dana selebihnya merupakan tabungan kesejahteraan bagi
masyarakat dan negara demi keadilan yang merata.

Secara umum, sistem pemungutan pajak yaang berlaku ada empat cara:

1. Official Assessment System, adalah sistem pemungutan pajak yng wewenang pemungutan
pajak ada pada fiscus. Fiscus berhak menentukan besarnya utang pajak orang pribadi
maupun badan dengan mengeluarkan surat ketetapan pajak, yang merupakan bukti
timbulnya suatu utang pajak. Jadi, dalam sistem ini, para wajib pajak (selanjutnya kami
sebut WP) bersifat pasif dan menunggu ketetapan fiscus mengenai utang pajaknya.
2. Semi self assessment system, adalah sistem pemungutan pajak di mana wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada kedua belah pihak,
yaitu WP dan fiscus. Mekanisme pelaksanaan dalam sistem ini berdasarkan suatu anggapan
bahwa WP pada awal tahun menaksir sendiri besarnya utang pajak yang harus dibayarkan
pada akhir tahun pajak besarnya pajak terutang yang sesungguhnya ditetapkan oleh fiscus.
3. Full assessment system, adalah sistem pemungutan pajak yang diberlakukan untuk
membiakan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkaan
kesadaran dan peran serta masyarakat dalam menyetorkan pajaknya.

Berikut ini, beberapa jenis tarif:

1. Tarif tetap, adalah bentuk tarif yang besarnya tetap terhadap berbagai nilai objek yang
dikenakan pajak. Misalnya bentuk tarif yang ditetapkan untuk bea materai.
2. Tarif Proporsional, disebut juga sebagai tarif sebanding yang artinya dikenakan dengan
presentase tetap terhadap nilai dan objek pajak. Sehingga jumlah pajak yang dibayar
dengan menggunakan tarif ini jumlah nominalnya akan berubah, tidak seperti dalam tarif
tetap, jumlah nominal pajak yang harus dibayar adalah tetap, tidak berubah.
3. Tarif Progresif, adalah bentuk tarif yang presentase pengenaannya akan semakin
meningkat sejalan dengan peningkatan penerimaan orang pribadi maupun badan.
4. Tarif degresif, dalah tarif yang presentase pengenaannya akan semakin menurun sejalan
dengan pertambahan penghasilan.

KB 4 PENGELUARAN NEGARA

Perkembangan kegiatan pemerintah dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dengan


semakin meningkatnya peranan pemerintah ini maka pengeluaran negara pun semakin besar.
Adapun sebab-sebab kegiatan pemerintah selalu meningkat adalah karena:

1. Adanya perang;
2. Adanya kenaikan tingkat penghasilan dalam masyarakat;
3. Adanyaa urbanisasi sebagai konsekuensi perkembangan ekonomi
4. Adanya perkembangan demokrasi
5. Adanya inefisiensi dan birokrasi
6. Kondisi negara yang sedang berkembang
7. Adanya program kesejahteraan masyarakat
8. Meningkatnya fungsi pertahanan, keamanan dan ketertiban
9. Meningkatnya fungsi kesejahteraan
10. Meningkatnya fungsi perbankan
11. Meningkatnya fungsi pembangunan

Berdasarkan sifatnya, pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi:

1. Pengeluaran yang bersifat exhaustive;


2. Pengeluaran yang bersifat transfer

Berdasarkan tujuannya, pengeluaran pemerintah dapat dibedakan menjadi pengeluaran


yang:

1. Self-liquidating;
2. Reproduktif
3. Menambah kegembiraan dan kesejahteraan masyarakat
4. Merupakan pemborosan
5. Merupakan penghematan di masa yang akan datang

Untuk mengefisienkan pengeluaran negara, ada tujuh prinsip yang harus dipenuhi dalam
pengeluaran negara, yaitu asas:

1. Moralita
2. Nasionalitas
3. Kerakyatan
4. Rasionalitas
5. Fungsionalitas
6. Perkembangan
7. Keseimbangan dan keadilan.

Secara garis besar, pengeluaran negara dapat digolongkan mejadi berikut ini.

A. Pengeluaran Rutin.
1. Belanja Pegawai.
a. Gaji/Pensiun
b. Tunjangan Beras
c. Uang Makan/Lauk-Pauk
d. Lain-lain Belanja Pegawai dalam Negeri
e. Belanja Pegawai Luar Negeri
2. Belanja Barang
a. Belanja barang dalam negeri
b. Belanja barang luar negeri
3. Belanja Rutin Daerah
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Nonpegawai
4. Bunga dan Cicilan Utang.
a. Utang dalam negeri
b. Utang luar negeri
5. Pengeluaran Rutin Lainnya.
a. Subsidi/BBM
b. Lain-lain.
B. Pengeluaran Pembangunan.
1. Pembiayaan Rupiah
2. Pembiayaaan Proyek.

REFERENSI
ADPU4333 ADMINISTRASI KEUANGAN OLEH RAHMAN MULYAWAN, ENCENG
Edisi 3,Universitas Terbuka.

You might also like