You are on page 1of 7

B.

Kajian pustaka
1. Kesalahan Dalam Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kesalahan berarti
kekeliruan yang dilakukan dengan tidak sengaja. Kesalahan merupakan
bentuk penyimpangan dari hal benar dan sifatnya sistematis, konsisten
maupun insidental pada bagian tertentu (Agustia, Ndia, & Ikman, 2016).
Kesalahan merupakan bentuk penyimpangan terhadap suatu hal yang
benar, prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya atau bentuk
penyimpangan dari suatu hal yang diharapkan (Agustiawan, Uno, &
Ismail, 2013). Kesalahan dalam penelitian ini merupakan bentuk
penyimpangan dari hal benar terhadap prosedur yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Terkait dengan pembelajaran matematika, siswa banyak melakukan
kesalasan salah satunya pada saat menyelesaikan soal matematika
(Rahmania & Rahmawati, 2016). Berdasarkan hasil penelitian
terdahulu, kesalahan yang dilakukan siswa adalah kesalahan terkait
dengan konsep, operasi, fakta, dan prinsip (Fitria, 2009). Penelitian
lainnya mengungkapkan bahwa, kesalahan yang terjadi pada siswa
yakni kesalahan konsep, kesalahan prinsip, dan kesalahan operasi
(Lipianto & Budiarto, 2013). Terdapat beberapa penelitian lainnya yang
membahas tentang kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan soal matematika. Jadi, pendidik perlu menganalisis
kesalahan siswa agar pendidik mengetahui kesalahan apa saja yang
dialami oleh siswa, sehingga pendidik dapat mengidentifikasi dan
meninjau kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa yang pada
akhirnya akan mengganggu pemahaman siswa terhadap suatu materi
(Brown & Skow, 2019).
Penyelesaian soal dalam matematika harus dilakukan secara
berurutan atau memiliki tahapan yang sistematis. Kemampuan
intelektual yang dimiliki peserta didik yang satu dengan peserta didik
yang lainnya kemungkinan memiliki kemampuan intelektual yang

5
berbeda-beda (Rahmania & Rahmawati, 2016). Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan
masalah dapat menjadi petunjuk bagi pendidik untuk mengetahui sejauh
mana peserta didik menguasai atau memahami materi. Kesalahan yang
dialami siswa perlu untuk diidentifikasi.
Menurut polya ada empat langkah dalam pemecahan masalah, maka
letak kesalahan dalam menyelesaikan masalah matematika (Amir, 2015;
Ayu Yarmayani, 2016), yaitu:
a) Kesalahan pada memahami masalah: 1) siswa tidak dapat
menentukan hal-hal dalam soal tentang apa yang diketahui dan
hal-hal yang ditanyakan pada suatu masalah; 2) siswa tidak dapat
menceritkan kembali tentang masalah dengan menggunakan
bahasa yang dipahami oleh dirinya sendiri.
b) Kesalahan pada merencanakan penyelesaian masalah: 1) siswa
tidak mengetahui syarat cukup dan syarat perlu dalam suatu
masalah; 2) siswa tidak menggunakan semua informasi yang
telah dikumpulkan.
c) Kesalahan pada menyelesaikan masalah: 1) siswa tidak
menggunakan langkah-langkah secara benar; 2) siswa tidak
terampil dalam algoritma dan ketepatan manjawab soal.
d) Kesalahan memeriksa kembali jawaban, dimana siswa tidak
melakukan pemeriksaan kembali terhadap jawaban mereka
sendiri.
Pada penelitian ini terdapat tiga kesalahan yang akan menjadi titik
fokus yakni kesalahan konsep, kesalahan prinsip, dan kesalahan teknis.
Berikut penjelasan beserta indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti
pada penelitian ini terkait dengan kesalahan-kesalahan dalam
menyelesaikan soal materi relasi dan fungsi dari masing-masing jenis
kesalahan:

6
1) Kesalahan konsep
Konsep merupakan pengertian atau ide abstrak dimana
seseorang bisa mengelompokkan benda atau objek disekitarnya
ke dalam bentuk contoh dan non contoh. Sehingga dalam
penelitian ini indikator dari kesalahan kosep yakni a) kesalahan
memberikan contoh dan bukan contoh fungsi; dan b)
ketidaktepatan menggunakan model, diagram, dan simbol-
simbol seperti mempresentasikan fungsi seperti tidak menamai
diagram dan tidak menggambar bundaran untuk masing-masing
himpunan pada saat mempresentasikan dalam bentuk diagram
panah.
2) Kesalahan prinsip
Kesalahan dalam menggunakan rumus-rumus atau sebuah
kesalahan dalam mengaitkan beberapa fakta dan beberapa
konsep yang berhubungan. Indokator kesalahan prinsip dalam
penelitian ini yakni salah dalam menafsirkan dan menggunakan
rumus banyaknya pemetaan dari 𝐴 ke 𝐵.
3) Kesalahan teknis
Kesalahan yang dilakukan siswa dikarenakan ketidakmampuan
melakukan proses perhitungan dengan tepat dan benar serta
kesalahan memanipulasi aljabar. Indikator kesalahan teknik
dalam penelitian ini yakni a) kesalahan siswa dalam melakukan
perhitungan yang tidak tepat; b) ketidakmampuan dalam
melakukan perhitungan dalam bentuk aljabar pada saat mencari
nilai fungsi.
Berikut contoh kesalahan yang dialami oleh peserta didik dalam
menyelesaikan soal materi relasi dan fungsi (Kamariah & Marlissa,
2016):

7
Gambar 1 Kesalahan Konsep dalam Menyatakan Relasi
dalam Bentuk Diagram Panah
Pada contoh Gambar 1 siswa mengalami kesalahan konsep, di mana
kesalahan yang dilakukan siswa yakni tidak menyatakan relasi dengan
benar, dimana letak kesalahan siswa yakni pada saat menggambar
kurva untuk himpunan dalam menyatakan dalam bentuk diagram
panah.

Gambar 2 Kesalahan Konsep Dalam Menyatakan Relasi


Dalam Bentuk Grafik
Pada Gambar 2 siswa juga mengalami kesalahan konsep dalam
menggunakan simbol-simbol, dimana kesalahan yang dilakukan siswa
tidak dapat menyatakan relasi dengan benar dalam bentuk diagram
cartesius. Dimana letak kesalahan siswa tidak memberikan simbol
noktah (titik) pada saat memasangkan anggota himpunan 𝐴 dengan
anggota himpunan 𝐵.

8
Gambar 3 Kesalahan Teknis dalam
Menyelesaikan Perhitungan
Pada contoh Gambar 3 kesalahan teknis, dimana siswa salah dalam
pengoperasian hitung matematika. Siswa juga tidak mampu
memanipulasi operasi hitung dalam aljabar. Karena siswa
mendefinisikan 𝑥 sebagai bentuk perkalian, sehingga yang dilakukan
siswa dalam perhitungan (2 × 𝑥) − 5 = 10 merupakan bentuk
kesalahan. Jelas bahwa (2 × 𝑥) − 5 merupakan penjumlahan bentuk
aljabar, dimana memiliki dua suku tak sejenis. Presepsi siswa tentang 𝑥
ada sebagai bentuk perkalian juga salah, kenyataannya bahwa 𝑥
merupakan suatu variabel di mana jika ingim melakukan perhitungan
harus mencari nilai 𝑥 nya terlebih dahulu.

2. Miskonsepsi Dalam Matematika


Menurut Gagne, konsep adalah sebuah ide abstrak yang
memungkinkan setiap individu menggabungkan benda-benda yang ada
disekitar kehidupannya kedalam bentuk contoh dan bukan contoh
(Karso, 2014). Perlunya pemahaman konsep lebih mendalam, karena
jika pemahaman konsep yang dimiliki siswa kuat dan benar maka akan
berpengaruh baik pada jenjang pendidikan selanjutnya yang lebih tinggi.
Pada setiap pembelajaran matematika penguasaan konsep harus
ditekankan pada siswa agar memiliki konsep dasar yang baik untuk
tercapainya kemampuan dasar seperti penalaran, komunikasi matematis,
koneksi matematis, dan pemecahan masalah.
Pemahaman konsep merupakan tahapan dasar yang harus dicapai
dan dipahami oleh siswa dengan tujuan sisws mudah untuk melanjutkan

9
tingkat pemahaman matematika ke tahap selanjutnya (Napitupulu &
Surya, 2018). Ada indikator pemahaman konsep (Rismawati &
Hutagaol, 2018): 1) mampu menjelaskan sebuah definisi dengan kata-
kata sendiri menurut sifat atau ciri-ciri yang esensial; 2) mampu
membuat atau menyebutkan contoh dan yang termasuk bukan contoh;
dan 3) mampu menggunakan konsep dalam menyelesaikan masalah.
Pemahaman dan pemikiran pada suatu konsep berbeda-beda ini
disebut konsepsi. Konsepsi bisa terbentuk dari pengalaman dalam
menafsirkan suatu peristiwa yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Konsepsi adalah kemampuan menafsirkan suatu konsep yang diperoleh
(Suci & Purnomo, 2016). Menurut Berg, konsepsi yaitu penafsiran
seseorang terhadap suatu konsep tertentu yang sudah ada dalam
pikirannya dan setiap konsep baru diperoleh dengan konsep-konsep
yang telah dimiliki. Menurut Handjoyo, konsepsi adalah suatu konsep
yang dimiliki seseorang dengan melalui penalaran. Ada tiga kriteria
konsepsi (Haidar & Abraham, 1991), yaitu: 1) paham: respon yang
sesuai dengan komponen-komponen yang telah ditetapkan walaupun
tidak lengakap; 2) miskonsepsi: respon yang diberikan peserta didik
tidak logis, respon yang diberikan tidak sesuai dengan pendapat para
ahli; dan 3) tidak paham: siswa tidak memberikan respon, respon yang
diberikan tidak relevan dengan jawaban sebenarnya. Untuk itu agar
mempermudah proses identifikasi miskonsepsi dalam penelitian ini
dibutuhkan acuan mengenai pemahaman konsep dan oleh karena itu
dalam penelitian ini menggunakan tiga kriteria pemahaman konsep yang
diadaptasi oleh Haidir & Abraham.
Miskonsepsi adalah suatu konsep dimana konsep itu tidak sesuai
dengan konsep yang diakui oleh para ahli (Paul, 2013). Menurut
Hammer, miskonsepsi didefinisikan sebagai presepsi yang memiliki
makna sangat berbeda dengan pendapat para ahli tentang topik atau
bidang tertentu (Hammer, 1996). Menurut Ojose, Miskonsepsi adalah
semacam kesalahpahaman dan salah menafsirkan yang berasal dari

10
makna yang tidak akurat dengan pendapat para ahli (Ojose, 2015).
Miskonsepsi dalam penelitian ini merupakan bentuk kesalahpahaman
dalam menafsirkan suatu makna yang dihasilkan dari presepsi masing-
masing individu yang berbeda dengan pendapat para ahli.
Miskonsepsi menunjuk pada suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pendapat para ahli, dan bentuknya dapat berupa konsep awal, kesalahan
yang hubungannya tidak benar antara konsep-konsep, atau gagasan yang
salah. Ada beberapa hal yang dapa meyebabkan terjadinya miskonsepsi,
yakni peserta didik itu sendiri, pendidik, buku teks, konteks, dan metode
mengajar (Paul, 2013).

11

You might also like