Professional Documents
Culture Documents
Gambaran Epidemiologi Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016
Gambaran Epidemiologi Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016
SKRIPSI
OLEH:
HERTATI PASARIBU
NIM. 131000470
OLEH:
HERTATI PASARIBU
NIM. 131000470
Hertati Pasaribu
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iii
iv
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
4. Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah banyak
v
Universitas Sumatera Utara
6. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku dosen Penguji I dan Drs. Jemadi,
7. Direktur Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang telah memberikan ijin
beserta pegawai rekam medis yang turut membantu dalam pengumpulan data.
kepada kedua orangtua tercinta, Pentius Pasaribu dan Tiarma Hutajulu, yang
dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis
atas dukungan dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
10. Paduan Suara Gloria UKM KMK Santo Albertus Magnus USU dan teman-
semangat, dukungan dan doa kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Ikbal, Yossi, Arta, Mega, Sinta), Kelompok PBL Desa Sennah, Kelompok
vi
Universitas Sumatera Utara
FKM USU 2013, Teman-teman Mahasiswa FKM USU yang telah banyak
untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
Hertati Pasaribu
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
viii
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Pencegahan Tersier ................................................... 29
2.5 Stratifikasi Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue ............ 30
2.6 Kerangka Konsep .................................................................. 30
ix
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN..................................................................... 51
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................... 39
xi
xii
xii
Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jumlah Trombosit Saat Keluar
Penderita DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit Saat Masuk di
RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................................. 68
xiii
xiv
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
jumlah kasus dan penyebarannya, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa
dengue telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden demam dengue terdapat
di daerah tropik maupun subtropik, terjadi lebih dari 100 juta penduduk tiap
tahun, termasuk 500.000 kasus DBD dengan Case Fatality Rate (CFR) 6%
Tahun 2016 ditandai oleh wabah demam berdarah besar di seluruh dunia.
Di Amerika terjadi lebih dari 2,38 juta kasus dan di Brazil terjadi 1,5 juta kasus,
1
Universitas Sumatera Utara
2
kira-kira tiga kali lebih tinggi daripada tahun 2014 dengan CFR 0,7% (WHO,
2016).
Pada tahun 2015 terdapat sebanyak 102.801 kasus DBD dengan CFR
0,27% di Malaysia (WHO, 2015). Pada tahun 2016 terdapat 1.771 kasus di
Kamboja dengan CFR 0,22%, di Laos sebanyak 5.373 kasus dengan CFR 0,18%
(WHO, 2016). Di Philipina terdapat 176.411 kasus dengan CFR 0,23% dan di
Vietnam terdapat sebanyak 122.020 kasus dengan CFR 0,03% (WHO, 2017).
Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dan CFR sebesar 41,37%, namun
konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972 (Lestari, 2007). Terhitung
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat Negara Indonesia sebagai
DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan Insidens Rate (IR) 50,7 per
100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,83%, terjadi kenaikan kasus pada tahun
2015 dibandingkan tahun 2014 yaitu sebanyak 100.347 kasus dengan IR 39,8 per
100.000 penduduk.
yaitu 257,7 per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur 188,4 per 100.000
penduduk, dan Kalimantan Utara 112 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI,
2016).
Di Sumatera Utara kasus DBD terjadi setiap tahun. Pada tahun 2016
(Kemenkes RI, 2017). IR DBD yang sangat tinggi dalam tiga tahun terakhir
umumnya dilaporkan dari daerah perkotaan yaitu Kota Medan, Deli Serdang,
2014).
Provinsi Sumatera Utara. Data laporan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013
terdapat 1270 kasus dengan CFR 0,70%, pada tahun 2014 sebanyak 1.699 kasus
dengan IR 77,5/100.000 penduduk dan CFR 0,90%, dan di tahun 2015 sebanyak
1.362 kasus dan CFR 0,66% (Dinkes Kota Medan, 2016). Hasil penelitian yang
Medan terdapat sebanyak 612 orang yang menderita DBD pada tahun 2013-2015
Umum Sundari Medan, pada tahun 2015 sebanyak 297 kasus dan meningkat
tahun 2016 terdapat sebanyak 338 kasus DBD. Berdasarkan uraian latar belakang
Tahun 2016.
khususnya serta pihak lain tentang penyakit DBD dan sebagai salah satu
Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Zulkoni, 2011).
Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat terjadi pada
semua kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan
mortalitas yang tinggi. Ditandai dengan kantuk dan badan lesu, gejala spesifiknya
yaitu perdarahan dan penurunan sel darah putih serta pembesaran hati. DBD dapat
0
menyebabkan suhu tubuh sangat tinggi lebih dari 40,5 C, yang dapat
dari 20% dan kadar hemoglobin lebih dari 20% (Soedarto, 2010).
bak mandi, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Insiden penyakit dengue telah
bertambah terutama di daerah tropis (Sembel, 2009). DBD tidak menular melalui
berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini
2004).
6
Universitas Sumatera Utara
7
Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
tergolong Arthropod Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD
ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau
Secara serologis terdapat 4 tipe virus dengue, yaitu virus dengue tipe 1,
tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Virus dapat berkembang biak pada berbagai macam
kultur jaringan, misalnya sel mamalia BHK (Baby Hamster Kideney Cell) dan sel
kasus parah. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan
terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak untuk serotipe yang lain.
DBD, seseorang dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada waktu yang
sama namun berbeda dalam menimbulkan penyakit kembali meski baru beberapa
bulan terjadi infeksi dengan salah satu virus tersebut (Kemenkes RI, 2011).
Secara alami kurva panas penderita infeksi virus dengue akan berwujud
bentuk pelana kuda atau seperti gunung es dengan puncak pada hari ke satu dan
dua atau pada hari ketiga dan keempat rawat tinggal. Jumlah trombosit
pada hari ke-3, 4, dan 5. Jika jumlah trombosit turun sampai di bawah 50.000
20.000, kondisi ini merupakan pertanda terjadinya perdarahan spontan, dalam hal
ini akan ditemukan tanda-tanda perdarahan seperti epitaksis, batuk keluar darah,
muntah darah, perut kembung, muka pucat, berak darah hitam (Soegijanto, 2006).
Penularan virus dengue dapat terjadi apabila ada sumber penular (orang
sakit), ada vektor dan ada orang sehat (Kemenkes RI, 2013). Penularan virus
dengue ke orang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,
mulai 4-7 hari setelah gigitan nyamuk dan biasanya berlangsung 3-10 hari. Dalam
hari, hal ini menyebabkan virus masuk ke dalam darah, periode ini biasanya
dimulai sebelum timbul gejala pada orang yang di gigit nyamuk. Beberapa orang
yang digigit tidak menimbulkan gejala namun masih dapat menginfeksi nyamuk.
Setelah darah dimakan dan masuk ke tubuh nyamuk, virus akan memerlukan
tambahan 8-12 hari inkubasi sebelum kemudian dapat ditularkan kepada manusia
Menurut WHO (2009), perjalanan penyakit DBD terdiri atas 3 fase yaitu
1) Fase febris
eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada
anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan
seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan
2) Fase kritis
Terjadi pada hari 3 – 7 hari sakit dan ditandai dengan penurunan suhu
dahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini
3) Fase pemulihan
tahun 1997 yang terdiri atas kriteria klinis dan laboratoris (Soegijanto, 2006).
a. Kriteria Klinis
ringan, dapat dinilai sebagai presumptive test yang terlihat pada hari-hari
tekanan darah sampai suatu titik tengah antara tekanan sistolik dan
diastolik selama lima menit. Hasil uji dinyatakan positif jika tampak 10
atau lebih ptekiae per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut biasanya
memberikan hasil yang pasti positif bila tampak 20 ptekiae atau lebih.
4) Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.
Syok biasanya terjadi pada saat demam menurun, yaitu antara hari ketiga
b. Kriteria Laboratoris
1) Trombositopenia (<100.000/mm3)
secara langsung atau dengan preparat sediaan apus darah tepi (cara tidak
langsung).
2) Hemokonsentrasi
sebelumnya.
3) Derajat III: adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,
4) Derajat IV: adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan
c. Faktor agent: yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat virus dengue
yang hingga saat ini beredar yaitu ada 4 tipe yaitu DEN 1, 2, 3.
d. Jenis nyamuk sebagai vektor: yaitu saat ini ada dua jenis yaitu nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus, kedua jenis nyamuk ini ada di seluruh
wilayah Indonesia kecuali daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter
2.2.1 Morfologi
rata-rata nyamuk lain, berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada
bagian badan, kaki, dan sayap. Pada toraks bagian belakang terdapat garis-garis
putih keperak-perakan. Pada bagian toraks ini terdapat sepasang kaki depan,
sepasang kaki tengah, dan sepasang kaki belakang. Kaki berwarna hitam dan
abdomen terdiri dari 8 segmen, berbentuk silinder yang ditandai dengan warna
Stadium telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hijau seperti sarang tawon.
Telur dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -20C sampai 420C. Namun bila
kelembaban terlalu rendah maka telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Dalam
sekurang-kurangnya 9 hari. Larva berada di dalam air jernih dan tidak mengalir.
Pada toraks terdapat sepasang kait, abdomen mempunyai 8 segmen. Pada segmen
ke-8 terdapat sederet gigi sisir yang berjumlah 8 sampai 12 buah. Corong udara
atau sipon mempunyai bentuk yang gemuk dan berwarna gelap. Pada sipon
terdapat rambut yang gelap. Larva sering berada di dasar kontainer. Posisi
istirahat pada permukaan air dengan membentuk sudut 45 0, dengan posisi kepala
berada di bawah. Larva bergerak cepat sekali dan stadium ini berlangsung 4-9
hari, untuk selanjutnya menjadi pupa. Stadium pupa sukar dibedakan dengan
spesies lainnya. Pupa selalu berada sejajar dengan permukaan air dengan bentuk
oksigen yang diambil melalui corong napas. Untuk tumbuh menjadi stadium
Aedes aegypti dan nyamuk lainnya memiliki siklus hidup yang sempurna,
yaitu perubahan dalam bentuk, fungsi, dan habitatnya. Nyamuk betina bertelur di
dalam air, dan larva menetas saat air menggenangi telur. Pada hari-hari
memperbarui kulitnya hingga tiga kali untuk tumbuh dari instar pertama sampai
metamorfosis dimulai, larva berubah menjadi pupa. Dalam kondisi ini pupa tidak
makan, hanya terjadi perubahan dari pupa sampai menjadi nyamuk dewasa,
hingga sayap terbentuk. Kemudian, nyamuk dewasa baru keluar dari kulit
kepompong yang ada di dalam air. Seluruh siklus hidup berlangsung 8-10 hari
pada suhu kamar, tergantung pada tingkat makannya. Dalam siklus hidup nyamuk
Aedes aegypty terdapat fase air (larva, pupa) dan fase terestrial (telur, nyamuk
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga
untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina
ini lebih menyukai darah manusia daripada hewan (bersifat antropofilik). Darah
diperlukan untuk pematangan sel telur, agar dapat menetas. Waktu yang
mengisap darah sampai telur dikeluarkan, waktunya bervariasi antara 3-4 hari.
Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu
nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit (Kemenkes RI, 2011).
sekitar 100 m, tetapi pada keadaan tertentu nyamuk ini dapat terbang sampai
meletakkan telurnya. Kebiasaan menghisap darah terutama pada siang hari yaitu
pukul 08.00-12.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Kebiasaan istrahat
lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap
ukuran relatif populasi vektor dari waktu ke waktu, dan untuk memfasilitasi
keputusan yang tepat serta tepat waktu dalam mengintervensi (Kemenkes RI,
2011).
penting dilakukan pada daerah yang sudah tidak terdapat vektor, untuk
mendeteksi vektor baru dengan cepat sebelum meluas dan sulit untuk dihilangkan.
a. Survei telur
yang dinding sebelah dalamnya dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya.
Ovitrap berbentuk tabung yang dapat dibuat dari potongan bambu, kaleng dan
gelas plastik/kaca. Ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah atau tempat
yang gelap dan lembab. Cara kerja ovitrap adalah padel (berupa potongan
bilah bambu atau kain yang tenunannya kasar dan berwarna gelap) yang
b. Survei jentik
memeriksa tempat penampungan air dan kontainer yang dapat menjadi habitat
mengetahui ada tidaknya jentik. Kedua, jika pada penglihatan pertama tidak
benar-benar tidak ada jentik. Ketiga, gunakan senter untuk memeriksa jentik
di tempat gelap atau air keruh. Metode survei jentik yang dilakukan, yaitu:
1) Single larva
2) Visual
Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di
(ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah
yang diperiksa dikalikan 100%. ABJ dilakukan oleh kader kesehatan dalam
ABJ < 95% dan memenuhi target : ABJ ≥ 95%. Pemeriksaan Jentik Berkala
(PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan
Nilai House Index (HI), Container Index (CI), dan Breteau Index (BI)
c. Survei nyamuk
dari populasi nyamuk di wilayah itu sebagian besar sudah tua (Kemenkes RI,
2011).
Sampai saat ini penyebaran dengue masih terpusat di daerah tropis, yaitu
Australia Utara bagian Timur, Asia Tenggara, India dan sekitarnya, Afrika,
Tengah bahkan sampai ke Amerika Serikat sampai akhir tahun 1990-an. Epidemi
dengue pertamakali di Asia terjadi pada tahun 1779, di Eropa tahun 1784, di
Amerika Selatan tahun 1835-an, dan di Inggris tahun 1922. Di Indonesia kasus
DBD pertamakali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan
di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD (Widoyono, 2008).
Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah
KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD (Kemenkes RI, 2011). Selama
periode tahun 2009 sampai tahun 2015 jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD
a. Berdasarkan Orang
Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue adalah penyakit virus yang
tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis (Soedarto, 2010). Sejak
awal tahun epidemik pada setiap negara penyakit ini kebanyakan meyerang anak-
anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun (Soegijanto,
2006).
Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah
kelompok umur <15 tahun, tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar kasus DBD
cenderung pada kelompok umur ≥ 15 tahun. Tampak telah terjadi perubahan pola
penyakit DBD, dimana dahulu DBD adalah penyakit pada anak-anak dibawah 15
tahun, saat ini telah menyerang seluruh kelompok umur, bahkan lebih banyak
b. Berdasarkan Tempat
pedesaan yang terletak di sekitar kota pelabuhan. Penyebaran Aedes aegypti dari
2010). Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB
c. Berdasarkan Waktu
rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga dapat
yang kurang. Selain perubahan iklim faktor risiko yang mungkin mempengaruhi
Curah hujan ideal artinya air hujan tidak sampai menimbulkan banjir dan air
nyamuk yang aman dan relatif masih bersih (misalnya cekungan di pagar bambu,
pepohonan, kaleng bekas, ban bekas, atap atau talang rumah). Tersedianya air
dalam media akan menyebabkan telur nyamuk menetas dan setelah 10 – 12 hari
akan berubah menjadi nyamuk. Bila manusia digigit oleh nyamuk dengan virus
dengue maka dalam 4-7 hari kemudian akan timbul gejala DBD. Sehingga bila
hanya memperhatikan faktor risiko curah hujan, maka waktu yang dibutuhkan dari
mulai masuk musim hujan hingga terjadinya insiden DBD adalah sekitar 3
faktor biologi, dan demografi. Insidens dengue berhubungan dengan cuaca yang
musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim
banyaknya sarang nyamuk di luar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang
kurang bersih, sedang pada musim kemarau Aedes aegypti bersarang di bejana
yang selalu terisi air seperti bak mandi, tempayan, drum dan penampungan air
dan nyamuk), agen (virus) dan lingkungan (abiotik dan faktor biotik).
Virus dengue menginfeksi manusia dan primata dengan jenis spesies yang
lebih rendah. Dilihat berdasarkan usia dan jenis kelamin, semua orang beresiko
terkena penyakit demam berdarah. Infeksi dengue kedua kali merupakan faktor
resiko untuk DBD. Perjalanan ke daerah endemis adalah faktor yang paling
beresiko.
Namun, jika pasien mengalami demam lebih dari dua minggu setelah
Virus dengue ditularkan dari orang yang terinfeksi kepada orang lain
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Di India, Aedes aegypti menjadi
vektor utama di sebagian besar wilayah perkotaan. Namun, Ae. albopictus juga
air. Umur nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Aedes
aegypti dapat bertahan pada suhu antara 160C dan 300C dengan kelembaban
yaitu sekitar 60-80%. Ketinggian juga merupakan salah satu faktor pembatas bagi
distribusi nyamuk. Nyamuk hanya bisa bertahan diantara ketinggian laut 1000
kaki di atas permukaan laut. Aedes aegypty merupakan anthropophilic dan sering
masih tergolong baru, penyebaran ini terjadi akibat perubahan sosial dan gaya
sistem transportasi, dll. Aedes aegypti telah menimbulkan ancaman serius bagi
(WHO, 2015).
dan obat belum ada. Vektor DBD sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia,
hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim global, kemajuan teknologi
a. Host (Manusia)
yang mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa
kontak dengan nyamuk di dalam keluarga bisa memasang kelambu pada waktu
tidur dan kasa anti nyamuk. Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol
dan repellent: obat nyamuk bakar, vaporize mats (VP), dan repellent oles anti
kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets (ITNs) dan
2015).
Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat untuk penyakit
DBD belum ada dan masih dalam proses penelitian, sehingga pengendaliannya
c. Environment (Lingkungan)
pada pagi hari jam 07.00 – 09.00 atau sore hari jam 15.00 – 17.00 waktu setempat.
Fogging sebaiknya dilaksanakan pada kondisi tidak ada hujan, angin, dan
adalah :
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air
pencegahan, seperti:
dibersihkan.
kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan (Kemenkes RI,
2015).
Penderita dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji tourniket positif atau
ringan.
antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses
kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial
Penderita berikan minum sebanyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5
menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah air putih, teh manis, sirup, jus
buah, susu, atau oralit. Obat antipiretik (parasetamol) diberikan bila suhu >38 0C.
Pada anak dengan riwayat kejang dapat diberikan obat anti konvulsif (Chen dkk,
2009).
Upaya yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode
meliputi tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan
dengan kandungan gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu
dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas
penderita DBD.
transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase rumah yang
4. Bebas: Kecamatan yang tidak pernah ada penderita DBD selama 3 tahun
lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa data yang diperlukan dalam
penelitian ini tersedia dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan bulan
November 2017.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penyakit DBD yang
tercatat di Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 yang berjumlah 338
kasus.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah penderita DBD di Rumah Sakit Umum
Sundari Medan tahun 2016 dengan jumlah penderita sebanyak 183 orang. Sampel
31
Universitas Sumatera Utara
32
diketahui :
N= Ukuran populasi
Sampling dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number).
dengan mendaftarkan seluruh kartu status dan diberi nomor urut dalam tiga digit
dari 1-383 (list seluruh penderita DBD tersedia). Penentuan jumlah digit
angka acak sesuai jumlah digit yang telah ditentukan sebanyak sampel yang
dibutuhkan.
diperoleh dari kartu status pasien DBD di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
tahun 2016. Selanjutnya dilakukan tabulasi dari semua data kasus DBD yang di
3.6.2 Umur adalah usia seseorang pada saat menderita penyakit DBD,
Dibedakan atas:
1) <1 tahun
2) 1-4 tahun
3) 5-14 tahun
4) 15-24 tahun
5) 25-34 tahun
6) 35-44 tahun
7) 45-54 tahun
8) 55-64 tahun
9) 65-74 tahun
10) >75 tahun
1) < 15 tahun
2) ≥ 15 tahun
3.6.3 Jenis Kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki penderita
1) Laki-laki
2) Perempuan
3.6.4 Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita yang tercatat di kartu
1) Islam
2) Kristen Protestan
3) Katolik
4) Budha
1) Belum/Tidak Sekolah
2) SD
3) SLTP
4) SLTA
5) Akademi/Perguruan Tinggi
3.6.6 Pekerjaan adalah kegiatan utama penderita DBD yang tercatat di kartu
1) Tidak Bekerja
2) Pelajar/Mahasiswa
3) PNS/Pensiunan PNS
4) Karyawan
5) Wiraswasta
6) Ibu Rumah Tangga (IRT)
7) Lain-lain
3.6.7 Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita DBD tinggal dan menetap
1) Kota Medan
2) Luar Kota Medan
3.6.8 Waktu adalah periode dalam satu tahun pada saat penderita DBD
3.6.9 Jumlah trombosit saat masuk Rumah Sakit adalah jumlah trombosit yang
laboratorium pada saat datang pertama kali berobat sesuai dengan yang
WHO 2007:
1) ≤100.000/mm3
2) >100.000/mm3
3.6.10 Jumlah trombosit saat keluar Rumah Sakit adalah jumlah trombosit yang
laboratorium pada saat penderita keluar (pulang) dari Rumah Sakit sesuai
1) ≤100.000/mm3
2) >100.000/mm3
3.6.11 Persentase hematokrit pada saat masuk Rumah Sakit adalah persentase
dikelompokkan menjadi:
1) <20%
2) ≥20%
3.6.12 Persentase hematokrit pada saat keluar Rumah Sakit adalah persentase
(pulang) dari Rumah sakit sesuai dengan yang tercatat di kartu status
1) <20%
2) ≥20%
3.6.13 Tingkat keparahan adalah tingkat penyakit DBD yang di derita oleh
dikategorikan menjadi:
kulit/perdarahan lain.
nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun disertai kulit yang
4) Derajat IV: Derajat III di tambah syok yang berat dengan nadi yang
3.6.14 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan penderita DBD
di hitung dari tanggal mulai di rawat inap sampai keluar yang tercatat di
kartu status.
3.6.15 Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita DBD waktu keluar dari
3.6.16 Sumber Biaya adalah biaya yang di gunakan oleh penderita DBD untuk
kategorikan menjadi:
1) Biaya sendiri
2) Bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya)
tabel distribusi frekuensi, diagram batang, diagram pie dan diagram garis.
Simatupang (jl. Pinang Baris No. 31) berdiri pada tahun 1987 yang didirikan oleh
Bapak H. Usman. Rumah Sakit Umum Sundari pada awal mulanya hanyalah
tempat praktik bidan yang dibuat di Rumah. Tempat praktik ini berada di
Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal banyak pasien yang ingin berobat,
Sundari untuk melahirkan sehingga tempat praktik yang awalnya hanyalah rumah
Rumah Sakit Umum Sundari yang diperkuat dengan surat keputusan Menteri
maka sampai dengan saat ini RSU Sundari Medan telah melakukan pelayanan
medis sebagai rumah sakit yang memiliki fungsi lebih bukan hanya tempat
persalinan, tetapi juga telah menjadi sarana dan prasarana untuk pengobatan medis
lainnya.
38
Universitas Sumatera Utara
39
4.2 Deskriptif
tahun 2016 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 di
bawah ini:
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Umur (tahun) Jenis Kelamin f %
Laki-laki % Perempuan %
<1 tahun 2 2,0 0 0,0 2 1,1
1-4 tahun 5 5,1 9 10,7 14 7,7
5-14 tahun 25 25,3 14 16,7 39 21,3
15-24 tahun 24 24,2 21 25,0 45 24,6
25-34 tahun 21 21,2 11 13,1 32 17,5
35-44 tahun 13 13,1 10 11,9 23 12,6
45-54 tahun 5 5,1 7 8,3 12 6,6
55-64 tahun 2 2,0 10 11,9 12 6,6
65-74 tahun 1 1,0 0 0,0 1 0,5
≥75 tahun 1 1,0 2 2,4 3 1,6
Total 99 100 84 100 183 100
Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD pada laki-
laki paling banyak pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 25 orang
(25,3%). Sementara pada perempuan paling banyak pada kelompok umur 15-24
tahun yaitu sebanyak 21 orang (25,0%). Namun secara keseluruhan pada laki-laki
dan perempuan, penderita DBD tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun
(45,9%).
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD berdasarkan
agama, proporsi agama tertinggi pada agama Islam sebanyak 163 orang (89,1%)
dan terendah pada agama Katolik dan Budha masing-masing sebanyak 3 orang
lain (petani dan supir) sebanyak 6 orang (3,3%). Berdasarkan tempat tinggal,
proporsi tempat tinggal lebih tinggi berasal dari Kota Medan sebanyak 172 orang
(94,0%) daripada yang berasal dari luar Kota Medan sebanyak 11 orang (6,0%).
Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
orang (12,6%), dan terendah pada bulan Mei yaitu sebanyak 7 orang (3,9%).
Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada jumlah
Berdasarkan jumlah trombosit saat keluar rumah sakit lebih tinggi pada
Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.5 di
bawah ini:
berdasarkan persentase hematokrit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada
hematokrit dengan kenaikan <20% sebanyak 175 orang (95,6%), dan terendah
Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
berdasarkan tingkat keparahan tertinggi yaitu pada derajat I sebanyak 158 orang
(86,3%), dan terendah pada derajat III yaitu sebanyak 4 orang (2,2%).
Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.7 di
bawah ini:
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata- rata penderita
DBD di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016 adalah 5,14 (5 hari),
hari.
Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.8 di
bawah ini:
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa penderita DBD berdasarkan keadaan
sewaktu pulang tertinggi pada pulang sembuh sebanyak 139 orang (76,0%) dan
terendah pada pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 8 orang (4,4%).
Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:
Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa distribusi penyakit DBD berdasarkan
sumber biaya lebih tinggi pada bukan biaya sendiri (JKN dan Jaminan Kesehatan
Lainnya) yaitu 152 orang (83,1%) daripada biaya sendiri sebanyak 31 orang
(16,9%).
Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.10
di bawah ini:
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pada kelompok umur <15 tahun
yang menderita DBD lebih tinggi pada tingkat keparahan ringan sebanyak 53
orang (96,4%) daripada tingkat keparahan berat sebanyak 2 orang (3,6%) dan
pada kelompok umur ≥15 tahun yang menderita DBD lebih tinggi pada tingkat
keparahan ringan sebanyak 126 orang (98,4%) daripada tingkat keparahan berat
artinya tidak ada perbedaan proporsi tingkat keparahan yang bermakna pada
Masuk
berdasarkan jumlah trombosit saat masuk di Rumah Sakit Umum Sundari Medan
pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD yang
keluar rumah sakit dengan jumlah trombosit tertinggi saat keluar >100.000/mm3
sebanyak 69 orang (68,3%) dan proporsi penderita DBD yang jumlah trombosit
saat masuknya >100.000/mm3 terdapat penderita DBD yang keluar rumah sakit
(91,5%).
Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya
ada perbedaan proporsi jumlah trombosit saat keluar yang bermakna pada
penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit saat masuk di RSU Sundari Medan
Tahun 2016.
Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini:
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada proporsi penderita DBD yang
persentase hematokrit saat masuknya <20% terdapat penderita DBD yang keluar
rumah sakit dengan persentase hematokrit tertinggi saat keluar <20% sebanyak
134 orang (99,3%) dan proporsi penderita DBD yang persentase hematokrit saat
masuknya ≥20% terdapat penderita DBD yang keluar rumah sakit dengan
artinya ada perbedaan proporsi persentase hematokrit saat keluar yang bermakna
keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016
Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata 139 orang
penderita DBD dengan keadaan sembuh adalah 5,25 (5 hari), lama rawatan rata-
rata 36 orang penderita DBD pulang berobat jalan (PBJ) adalah 5,06 (5 hari) dan
lama rawatan rata-rata 8 orang penderita DBD pulang atas permintaan sendiri
artinya ada perbedaan lama rawatan rata-rata yang bermakna penderita DBD
berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD yang
pulang sembuh tertinggi pada tingkat keparahan ringan (derajat I dan II) sebanyak
135 orang (97,1%), proporsi penderita DBD yang pulang berobat jalan (PBJ)
tertinggi pada tingkat keparahan ringan (derajat I dan II) sebanyak 36 orang
(100%) dan proporsi penderita DBD yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS)
(p>0,05), artinya tidak ada perbedaan proporsi tingkat keparahan yang bermakna
pada penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Sundari Medan
Tahun 2016.
sumber biaya di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat
Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata 31orang
penderita DBD dengan sumber biaya yaitu biaya sendiri adalah 4,16 (4 hari), lama
rawatan rata-rata 152 orang penderita DBD dengan sumber biaya yaitu bukan
biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya) adalah 5,34 (5 hari).
artinya ada perbedaan lama rawatan rata-rata yang bermakna penderita DBD
5.1 Deskriptif
Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.1 di bawah
ini:
≥75
65-74
55-64
Proporsi (Tahun)
45-54
35-44
Perempuan
25-34
15-24 Laki-Laki
5-14
1-4
<1
30 20 10 0 10 20 30
Persen (%)
Gambar 5.1 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2016
penderita DBD pada laki-laki paling banyak pada kelompok umur 5-14 tahun
keseluruhan pada laki-laki dan perempuan, penderita DBD paling banyak pada
kelamin penderita DBD lebih banyak pada penderita laki-laki yaitu 99 orang
51
Universitas Sumatera Utara
52
dalam dekade terakhir telah terjadi pergeseran umur pada penderita DBD. Dari
tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah <15
tahun dan pada tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar cenderung pada
kelompok umur ≥15 tahun (Depkes RI, 2010). Tampak telah terjadi perubahan
pola penyakit DBD, saat ini DBD telah menyerang seluruh kelompok umur,
Dari gambar 5.1 juga dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD
orang beresiko terkena penyakit DBD (WHO,2015). Namun hal ini kemungkinan
karena mobilitas yang lebih tinggi daripada perempuan. Mobilitas dan kepadatan
2010).
Rajanayagam (2016) di RSUP Haji Adam Malik Medan yang menyatakan bahwa
proporsi penderita DBD tertinggi pada kelompok umur ≥ 15 tahun sebesar 74,5%
5.1.2 Agama
Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.2 di bawah ini:
1.6%
1.6%
7.7%
Islam
Kristen Protestan
Katolik
Budha
89.1%
penderita DBD berdasarkan agama adalah agama Islam sebanyak 163 orang
(89,1%), diikuti agama Kristen Protestan sebanyak 14 orang (7,7%), dan proporsi
(1,6%). Hal ini bukan berarti penganut agama Islam lebih beresiko untuk
menderita DBD, namun hanya menunjukkan penderita DBD yang datang berobat
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan
5.1.3 Pendidikan
Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah ini:
11.5%
29.5%
11.5% SLTA
Akademi/Perguruan Tinggi
SD
SLTP
Belum/Tidak Sekolah
23%
24.6%
SD 42 orang (23,0%), dan proporsi terendah yaitu SLTP dan belum/tidak sekolah
Sundari Medan adalah sebagian besar perpendidikan SLTA. Jika dilihat dari segi
umur yang datang berobat ke RSU Sundari Medan yang tertinggi adalah umur 15-
24 tahun, hal ini membuktikan bahwa yang datang ke rumah sakit ini adalah
penderita dengan tingkat pendidikan yang pernah dijalaninya adalah SLTA. Hal
ini juga dapat dikaitkan dengan pekerjaan penderita lebih banyak adalah
pelajar/mahasiswa.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni
41,0%.
5.1.4 Pekerjaan
Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.4 di bawah ini:
35 32.8%
30
25
Proporsi (%)
20 16.9%
14.2% 14.2%
15 12.0%
10 6.6%
3.3%
5
0
orang (32,8%) diikuti karyawan swasta 31 orang (16,9%), wiraswasta dan Ibu
PNS/Pesiunan PNS 12 orang (6,6%) dan proporsi terendah adalah lain-lain (petani
umumnya yaitu remaja yang masih tergolong dalam usia sekolah. Kebiasaan
nyamuk menggigit pada pagi dan sore hari menyebabkan penularan virus terjadi
di berbagai lokasi tempat dan sebagian besar waktu di luar rumah, seperti di
sekolah.
79,35%.
Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.5 di bawah ini:
6.0%
Kota Medan
Luar Kota Medan
94.0%
berdasarkan tempat tinggal lebih banyak berasal dari kota Medan sebanyak 172
orang (94,0%) daripada dari luar kota Medan yaitu 11 orang (6,0%). Hal ini
mungkin disebabkan sebagian besar yang berobat adalah warga kota Medan itu
sendiri dimana RSU Sundari Medan ini lebih dekat untuk warga kota Medan. Hal
ini juga didukung karena kota Medan merupakan daerah endemis untuk
Rajanayagam (2016) di RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa poporsi tertinggi
Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.6 di bawah ini:
14
12
10
Proporsi (%)
8
6
4
2
0
penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) terjadi pada bulan Desember sebanyak
orang (8,2%), Agustus 13 orang (7,1%), Juni 11 orang (6,0%), Juli 9 orang (4,9%)
penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada awal musim hujan
(permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim hujan vektor
banyaknya sarang nyamuk di luar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang
kurang bersih, dan saat musim kemarau nyamuk bersarang di bejana yang selalu
bahwa poporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) adalah bulan
Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.7 di
bawah ini:
44.8%
55.2%
≤100.000/mm3
>100.000/mm3
berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada trombosit
sebanyak 82 orang (44,8%). Hal ini sesuai dengan kriteria untuk mendiagnosis
DBD menurut WHO (2007), bahwa salah satu parameter laboratorium dalam
≤100.000/ mm3. Penurunan jumlah trombosit ≤100.000/ mm3 ditemukan pada hari
Mandriani (2008) di RSU Dr. Pirngadi Medan bahwa poporsi tertinggi penderita
DBD berdasarkan jumlah trombosit pada saat masuk rumah sakit yaitu ≤100.000/
Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.8 di
bawah ini:
21.3%
>100.000/mm3
≤100.000/mm3
78.7%
berdasarkan jumlah trombosit saat keluar rumah sakit lebih tinggi pada trombosit
penderita DBD meningkat setelah diberikan terapi pada saat penderita di rawat di
Rumah Sakit.
membaik. Trombosit pada saat keluar rumah sakit sudah lebih banyak
rumah sakit.
akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bila
Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.9 di
bawah ini:
26.2%
<20% ≥20%
73.8%
berdasarkan persentase hematokrit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada
dengan kenaikan <20%, hal ini menggambarkan tidak semua penderita DBD
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasyada,
dkk (2014) di RSUP Dr. M. Djamil Padang bahwa proporsi tertinggi penderita
DBD berdasarkan persentase hematokrit pada saat masuk rumah sakit adalah
Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.10 di
bawah ini:
4.4%
<20% ≥20%
95.6%
berdasarkan persentase hematokrit saat keluar rumah sakit lebih tinggi pada
membaik. Hematokrit saat keluar rumah sakit sudah lebih tinggi dibandingkan
Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.11 di bawah
ini:
2.2%
11.5%
Derajat I
Derajat II
Derajat III
86.3%
DBD berdasarkan tingkat keparahan adalah derajat I sebanyak 158 orang (86,3%),
penderita DBD yaitu SLTA, sehingga sudah memiliki pengetahuan yang lebih
baik mengenai tanda dan gejala DBD dan dengan segera mencari pertolongan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan
Lama rawatan rata-rata penderita DBD yang dirawat inap di RSU Sundari
Medan tahun 2016 adalah 5,14 (5 hari) dengan standar deviasi (SD) 1,628 hari
dimana lama rawatan tersingkat (minimum) adalah 1 hari dan paling lama
pulang yaitu pulang berobat jalan (PBJ) sebanyak 3 orang. Penderita DBD yang
paling lama dirawat yaitu 9 hari berjumlah 5 orang. Jenis kelamin laki-laki
sebanyak 4 orang dan perempuan 1 orang. Keadaan sewaktu pulang yaitu pulang
Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.12 di bawah
ini:
80 76.0%
70
60
Proporsi (%)
50
40
30
19.7%
20
10 4.4%
0
Pulang Sembuh PBJ PAPS
semuh sebanyak 36 orang (19,7%) diikuti berobat jalan sebanyak 175 orang
(95,6%) dan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 8 orang (4,4%).
Hal ini dikaitkan dengan cepatnya penanganan pada penderita DBD yang
Medan sudah bagus sehingga pasien DBD pulang dalam kondisi membaik.
keadaan sewaktu pulang penderita DBD adalah pulang berobat jalan (PBJ)
sebesar 87,7%.
Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.13 di bawah ini:
16.9%
Biaya Sendiri
83.1%
berdasarkan sumber biaya lebih tinggi pada bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan
kesehatan lainnya) sebanyak 152 orang (83,1%) daripada biaya sendiri sebanyak
31 orang (16,9%).
biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya) menunjukkan bahwa RSU
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan
DBD berdasarkan sumber biaya adalah bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan
Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.14 di bawah ini:
120
96.4% 98.4%
100
80
Proporsi (%)
20
3.6% 1.6%
0
<15 tahun ≥15 tahun
tertinggi pada tingkat keparahan ringan (Derajat I dan II) yaitu sebanyak 53 orang
(96,4%) dan terendah pada tingkat keparahan berat sebanyak 2 orang (3,6%).
Proporsi umur ≥15 tahun tertinggi pada tingkat keparahan ringan (Derajat I dan II)
yaitu sebanyak 126 orang (98,4%) dan terendah pada tingkat keparahan berat
memenuhi syarat karena terdapat 2 sel yang Expected Count kurang dari 5
menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p=0,585 (p>0,05) artinya tidak ada
Proporsi umur penderita DBD ≥15 tahun dan <15 tahun tertinggi pada
tingkat keparahan ringan (derajat I dan II), hal ini berkaitan dengan pengetahuan
penderita DBD. Hal ini kemungkinan disebabkan penderita DBD sudah memiliki
pengetahuan yang lebih baik mengenai tanda dan gejala DBD, sehingga dapat
Masuk
jumlah trombosit saat masuk di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat
100 91.5%
90
80
68.3%
70
Proporsi (%)
60
50
≤100.000/mm3
40 31.7%
30 >100.000/mm3
20
8.5%
10
0
≤100.000/mm3 >100.000/mm3
Jumlah Trombosit Saat Masuk Rumah Sakit
Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jumlah Trombosit Saat
Keluar Penderita DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit Saat
Masuk di RSU Sundari Medan Tahun 2016
keluar rumah sakit dengan jumlah trombosit tertinggi saat keluar >100.000/mm3
sebanyak 69 orang (68,3%) dan terendah dengan jumlah trombosit saat keluar
sebanyak 75 orang (91,5%) dan terendah dengan jumlah trombosit saat keluar
sakit cenderung menurun jika dibandingkan dengan penderita DBD saat keluar
jumlah trombosit >100.000 saat keluar rumah sakit mengalami peningkatan dari
trombosit saat masuk rumah sakit, hal ini berarti pasien DBD mendapatkan terapi
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai
penderita DBD saat keluar rumah sakit berdasarkan jumlah trombosit saat masuk
rumah sakit.
persentase hematokrit saat masuk di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat
120
99.3%
100
85.4%
80
Proporsi (%)
60
<20%
40 ≥20%
20 14.6%
0.7%
0
<20% ≥20%
Persentase Hematokrit Saat Masuk Rumah Sakit
Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Persentase Hematokri Saat
Keluar Penderita DBD Berdasarkan Persentase Hematokri
Saat Masuk di RSU Sundari Medan Tahun 2016
persentase hematokrit saat masuknya <20% terdapat penderita DBD yang keluar
rumah sakit dengan persentase hematokrit tertinggi saat keluar <20% sebanyak
134 orang (99,3%) dan terendah dengan persentase hematokrit saat keluar ≥20%
saat masuknya ≥20% terdapat penderita DBD yang keluar rumah sakit dengan
persentase hematokrit tertinggi saat keluar <20% sebanyak 41 orang (85,4%) dan
(14,6%).
Penderita DBD dengan persentase hematokrit pada saat keluar rumah sakit
dan penderita DBD dengan persentase kenaikan hematokrit ≥20% saat keluar
rumah sakit menurun dari persentase kenaikan hematokrit ≥20% saat masuk
rumah sakit. Hal ini berkaitan dengan fase pemulihan pasien DBD.
yang optimal pada penderita DBD dapat menurunkan jumlah kasus dan kematian
memenuhi syarat karena terdapat 1 sel yang Expected Count kurang dari 5
menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) artinya ada
sewaktu pulang di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada
0 1 2 3 4 5 6
Lama Rawatan (Hari)
orang penderita DBD yang pulang sembuh adalah 5,25 (5 hari), lama rawatan
rata-rata 36 orang pulang berobat jalan (PBJ) adalah 5,06 (5 hari), dan lama
rawatan rata-rata 8 orang penderita DBD pulang atas permintaan sendiri (PAPS)
intravaskuler pada hari ketiga sampai hari keenam (WHO, 2009). Setelah
berakhirnya masa rawat penderita DBD, umumnya pada saat itu penderita sudah
mulai membaik.
Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji One way anova tidak
memenuhi syarat karena di dapatkan nilai p<0,05 atau tidak berdistribusi normal,
kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p=0,013 (p<0,05), artinya ada
pulang.
pulang di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.18 di
bawah ini:
120
97.1% 100% 100%
100
80
Proporsi (%)
20
2.9% 0% 0%
0
Pulang Sembuh PBJ PAPS
Pulang sembuh tertinggi pada tingkat keparahan ringan sebanyak 135 orang
(97,1%) dan terendah pada tingkat keparahan berat yaitu 4 orang (2,9%), proporsi
penderita DBD yang pulang berobat jalan (PBJ) tertinggi pada tingkat keparahan
ringan yaitu 36 orang (100%), dan proporsi penderita DBD yang pulang atas
permintaan sendiri (PAPS) tertinggi pada tingkat keparahan ringan yaitu 8 orang
(100%).
memenuhi syarat karena terdapat 3 sel yang Expected Count kurang dari 5
sewaktu pulang.
Hal ini kemungkinan karena proporsi penderita DBD pulang berobat jalan
(PBJ) dan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) tertinggi pada tingkat keparahan
ringan, sehingga setelah mendapat perawatan di rumah sakit pasien dapat pulang
biaya di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.19 di
bawah ini:
0 1 2 3 4 5 6
Lama Rawatan (Hari)
Gambar 5.19 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita
DBD Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan
Tahun 2016
penderita DBD yang menggunakan sumber biaya yaitu biaya sendiri adalah 4,16
(4 hari) sedangkan lama rawatan rata-rata 152 orang yang menggunakan sumber
biaya bukan biaya sendiri (JKN dan Jaminan Kesehatan Lainnya) adalah 5,34 (5
hari).
memenuhi syarat karena di dapatkan nilai p<0,05 atau tidak berdistribusi normal,
Hal ini menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita DBD yang
menggunakan sumber biaya bukan biaya sendiri secara bermakna lebih lama
daripada dengan sumber biaya sendiri. Penderita yang menggunakan biaya yaitu
bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya) sebagai sumber biaya di
Medan.
6.1 Kesimpulan
6.1.2 Proporsi penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) tertinggi adalah bulan
Desember (12,6%).
6.1.3 Proporsi penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah
>100.000/mm3 (78,7%).
rumah sakit tertinggi pada hematokrit dengan kenaikan <20% (73,8%) dan
derajat I (86,3%).
76
6.1.8 Proporsi penderita DBD berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah bukan
6.1.9 Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tingkat keparahan
6.1.10 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah trombosit saat
keluar rumah sakit berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit
(p=0,000).
6.1.11 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara persentase hematokrit saat
sakit (p=0,000).
6.1.12 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata-rata
6.1.13 Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tingkat keparahan
6.1.14 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata-rata
6.2 Saran
6.2.1 Kepada pihak RSU Sundari Medan agar terus meningkatkan mutu
6.2.2 Kepada pihak RSU Sundari Medan disarankan untuk lebih melengkapi
penderita DBD.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC)., 2016. Transmission of the
Dengue Virus. https://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/. Diakses
tanggal 15 Maret 2016.
Chakraborty, T., 2008. Deadly Diseases and Epidemics: Dengue Fever and
Other Hemorrhagic Viruses. New York: Chelsea House.
Chen, K., Herdiman.T.P., Robert. S., 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam Berdarah Dengue. Scientific Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Application. 22 (1):7, Jakarta.
Dinkes Provinsi Sumatera Utara., 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2013.
Medan.
Dinkes Kota Medan., 2016. Profil Kesehatan Kota Medan 2015. Medan.
Depkes RI., 2008. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun
2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
78
Universitas Sumatera Utara
79
Hasan, W., 2006. Mengenal Nyamuk Aedes Aegypti Vektor Demam Berdarah
Dengue. The Journal of Public Health. 10(1): 86, Medan.
Rasyada, A., Nasrul, E., Edward, Z., 2014. Hubungan Nilai Hematokrit
Terhadap Jumlah Trombosit Pada Penderita Demam Berdarah
Dengue. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3): 346, Padang.
Rezeki, H.S., Satari Hindra Irawan., 2004. Demam Berdarah Dengue: Naskah
lengkap. Jakarta: UI Press.
Satari, H., Meiliasari, M., 2004. Demam Berdarah Perawatan Di Rumah &
Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI.
Sukowati, S., 2010. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Pengendaliannya di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi, hal: 26.
Ta’adi, Ns., 2011. Hukum Kesehatan : Sanksi & Motivasi bagi Perawat. Edisi
ke-dua. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.
Keterangan :
Jumlah Trombosit Normal: 100.000/mm3 - 450.000/mm3
Keterangan:
Keterangan :
U = Umur TT = Tempat Tinggal TK1 = Tingkat Keparahan 1
U1 = Umur 1 Wkt = Waktu TK2 = Tingkat Keparahan 2
U2 = Umur 2 TM = Trombosit Masuk LR = Lama Rawatan
JK = Jenis Kelamin TK = Trombosit Keluar KSP = Keadaan Sewaktu Pulang
Pddk= Pendidikan HM = Hematokrit Masuk SB = Sumber Biaya
Pkrj = Pekerjaan HK = Hematokrit Keluar
Umur Univariat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 1.1 1.1 1.1
2 14 7.7 7.7 8.7
3 39 21.3 21.3 30.1
4 45 24.6 24.6 54.6
5 32 17.5 17.5 72.1
6 23 12.6 12.6 84.7
7 12 6.6 6.6 91.3
8 12 6.6 6.6 97.8
9 1 .5 .5 98.4
10 3 1.6 1.6 100.0
Total 183 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 99 54.1 54.1 54.1
Perempuan 84 45.9 45.9 100.0
Total 183 100.0 100.0
2. Agama
Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 163 89.1 89.1 89.1
Kristen Protestan 14 7.7 7.7 96.7
Katolik 3 1.6 1.6 98.4
Budha 3 1.6 1.6 100.0
Total 183 100.0 100.0
3. Pendidikan
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum/TidakSekolah 21 11.5 11.5 11.5
SD 42 23.0 23.0 34.4
SLTP 21 11.5 11.5 45.9
SLTA 54 29.5 29.5 75.4
Akademi/Perguruan
Tinggi 45 24.5 24.5 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum/Tidak Bekerja 22 12.0 12.0 12.0
Pelajar/Mahasiswa 60 32.8 32.8 44.8
PNS/Pensiunan PNS 12 6.6 6.6 51.4
Karyawan Swasta 31 16.9 16.9 68.3
Wiraswasta 26 14.2 14.2 82.5
Ibu Rumah Tangga/IRT 26 14.2 14.2 96.7
Lain-lain 6 3.3 3.3 100.0
Total 183 100.0 100.0
5. Tempat Tinggal
Tempat Tinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kota Medan 172 94.0 94.0 94.0
Luar Kota Medan 11 6.0 6.0 100.0
Total 183 100.0 100.0
6. Waktu (Bulan)
Waktu (Bulan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Januari 20 10.9 10.9 10.9
Februari 17 9.3 9.3 20.2
Maret 16 8.7 8.7 28.9
April 15 8.2 8.2 37.2
Mei 7 3.9 3.9 41.0
Juni 11 6.0 6.0 47.0
Juli 9 4.9 4.9 51.9
Agustus 13 7.1 7.1 59.0
September 17 9.3 9.3 68.3
Oktober 16 8.7 8.7 77.0
November 19 10.4 10.4 87.4
Desember 23 12.6 12.6 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 101 55.2 55.2 55.2
2 82 44.8 44.8 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <=100.000 39 21.3 21.3 21.3
>100.000 144 78.7 78.7 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20% 135 73.8 73.8 73.8
>=20% 48 26.2 26.2 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20% 175 95.6 95.6 95.6
>=20% 8 4.4 4.4 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat I 158 86.3 86.3 86.3
Derajat II 21 11.5 11.5 97.8
Derajat III 4 2.2 2.2 100.0
Total 183 100.0 100.0
Statistics
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 1.6 1.6 1.6
2 5 2.7 2.7 4.4
3 19 10.4 10.4 14.8
4 32 17.5 17.5 32.2
5 57 31.1 31.1 63.4
6 31 16.9 16.9 80.3
7 21 11.5 11.5 91.8
8 10 5.5 5.5 97.3
9 5 2.7 2.7 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sembuh 139 76.0 76.0 76.0
Pulang Berobat Jalan
(PJB) 36 19.7 19.7 95.6
Pulang Atas Permintaan
Sendiri (PAPS) 8 4.4 4.4 100.0
Total 183 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Biaya Sendiri 31 16.9 16.9 16.9
Bukan Biaya Sendiri
(JKN dan Jaminan 152 83.1 83.1 100.0
Kesehatan Lainnya)
Total 183 100.0 100.0
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur Bivariat *
Tingkat Keparahank 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%
Chi-Square Tests
16. Jumlah Trombosit Saat Keluar Berdasarkan Jumlah Trombosit Saat Masuk
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jumlah Trombosit * Jumlah
Trombosit Keluar 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%
Chi-Square Tests
17. Persentase Hematokrit Saat Keluar Berdasarkan Persentase Hematokrit Saat Masuk
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PersentaseHematokritk *
Persentase Hematokrit 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%
Keluar
Persentase Hematokrit
Keluar Total
Chi-Square Tests
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Test Statistics(a,b)
Lama
Rawatan
Rata-Rata
Chi-Square 8.636
df 2
Asymp. Sig. .013
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: Keadaan Sewaktu Pulang
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Keadaan Sewaktu Pulang *
Tingkat Keparahank 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%
Tingkat Keparahan
Kategorik Total
Derajat I Derajat III Derajat I
dan II dan IV dan II
Keadaan Pulang Sembuh Count 135 4 139
Sewaktu Expected Count 136.0 3.0 139.0
Pulang
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 97.1% 2.9% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 75.4% 100.0% 76.0%
% of Total 73.8% 2.2% 76.0%
Pulang Berobat Jalan Count 36 0 36
(PBJ) Expected Count 35.2 .8 36.0
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 100.0% .0% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 20.1% .0% 19.7%
% of Total 19.7% .0% 19.7%
Pulang Atas Permintaan Count 8 0 8
Sendiri (PAPS) Expected Count 7.8 .2 8.0
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 100.0% .0% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 4.5% .0% 4.4%
% of Total 4.4% .0% 4.4%
Total Count 179 4 183
Expected Count 179.0 4.0 183.0
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 97.8% 2.2% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.8% 2.2% 100.0%
Chi-Square Tests
Tingkat Keparahank N
Keadaan Sewaktu Pulang 1 179
2 4
Total 183
Test Statistics(a)
Keadaan
Sewaktu
Pulang
Most Extreme Absolute .246
Differences Positive .000
Negative -.246
Kolmogorov-Smirnov Z .486
Asymp. Sig. (2-tailed) .972
a Grouping Variable: Tingkat Keparahank
Cases
Valid Missing Total
Sumber Biaya N Percent N Percent N Percent
Lama Rawatan Biaya Sendiri 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Rata-Rata Bukan Biaya Sendiri
(JKN dan Jaminan 152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Kesehatan Lainnya)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Sumber Biaya Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lama Rawatan Biaya Sendiri .197 31 .004 .916 31 .019
Rata-Rata Bukan Biaya Sendiri
(JKN dan Jaminan .161 152 .000 .959 152 .000
Kesehatan Lainnya)
a Lilliefors Significance Correction
Mann-Whitney Test
Ranks
Lama
Rawatan
Rata-Rata
Mann-Whitney U 1309.500
Wilcoxon W 1805.500
Z -3.980
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a Grouping Variable: Sumber Biaya