You are on page 1of 133

GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENDERITA DEMAM BERDARAH

DENGUE (DBD) DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI


MEDAN TAHUN 2016

SKRIPSI

OLEH:
HERTATI PASARIBU
NIM. 131000470

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


GAMBARAN EPIDEMIOLOGI PENDERITA DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD) DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI
MEDAN TAHUN 2016

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
HERTATI PASARIBU
NIM. 131000470

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “GAMBARAN


EPIDEMIOLOGI PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI
RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2016” ini beserta
seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian
ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau
klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2018


Yang membuat pernyataan

Hertati Pasaribu

i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan


oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kota Medan merupakan
salah satu daerah yang dikategorikan endemis di Provinsi Sumatera Utara. Pada
tahun 2013 terdapat 1.270 kasus dengan Case Fatality Rate (CFR) 0,7%
cenderung meningkat pada tahun 2014 dengan 1.699 kasus dan CFR 0,9 %. Di
RSU Sundari Medan pada tahun 2015 sebanyak 297 kasus dan 338 kasus pada
tahun 2016. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran epidemiologi
penderita DBD di RSU Sundari Medan tahun 2016.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series. Populasi
penelitian sebanyak 338 data dan sampel 183 data penderita DBD dengan
menggunakan teknik Simple Random Sampling. Analisis statistik menggunakan
uji Exact Fisher, Chi-Square, Kruskal Wallis, Kolmogorov Smirnov, and Mann-
Whitney.
Proporsi tertinggi penderita DBD adalah umur 15-24 tahun (24,6%), laki-
laki (54,1%), Islam (89,1%), pendidikan SLTA (29,5%), pekerjaan
pelajar/mahasiswa (32,8%), tempat tinggal Kota Medan (94,0%), waktu (bulan)
Desember (12,6%), jumlah trombosit saat masuk rumah sakit ≤100.000/mm3
(55,2%), jumlah trombosit saat keluar rumah sakit >100.000/mm3 (78,7%),
persentase hematokrit saat masuk rumah sakit <20% (73,8%), persentase
hematokrit saat keluar rumah sakit <20% (95,6%), tingkat keparahan I (86,3%),
lama rawatan rata-rata 5,14 hari, pulang sembuh (76,0%), sumber biaya bukan
biaya sendiri (83,1%). Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara
tingkat keparahan berdasarkan umur, tingkat keparahan berdasarkan keadaan
sewaktu pulang. Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah trombosit
saat keluar berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit, persentase
hematokrit saat keluar berdasarkan persentase hematokrit saat masuk rumah sakit,
lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang, lama rawatan rata-
rata berdasarkan sumber biaya.
Disarankan kepada pihak RSU Sundari Medan agar terus meningkatkan
mutu pelayanan kepada masyarakat serta dapat mengantisipasi apabila terjadi
peningkatan penderita DBD.

Kata Kunci : DBD, Epidemiologi Penderita, RSU Sundari

iii

Universitas Sumatera Utara


ABSTRACT

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by dengue virus


through Aedes aegypti mosquito bites. Medan city is one of the areas categorized
as endemic in North Sumatera Province. In 2013 there are 1,270 cases with 0.7%
Case Fatality Rate (CFR) increase in 2014 with 1,699 cases and CFR 0.9%. In
RSU Sundari Medan in 2015 as many as 297 cases and 338 cases in 2016. The
aims to identify the epidemiology of DHF patients at Sundari General Hospital
Medan in 2016.
This is a descriptive study with case series design. Population of this
research is 338 data and 183 samples of data DHF patients using Simple Random
Sampling. Statistical analysis use Exact Fisher, Chi-Square, Kruskal Wallis,
Kolmogorov Smirnov, and Mann-Whitney.
The result shows that the largest proportion of DHF patients was 15-24
years old (24,6%), male (54.1%), Islam (89,1%), senior high school (29.5%),
student (32,8%), from Medan (94,0%), time is December (12.6%), platelet count
at hospital ≤100.000/mm3 (55,2%), platelet count when out of hospital
>100.000/mm3 (78,7%), percentage of hematocrit at hospital <20% (73,8%),
percentage hematocrit when out of hospital <20% (95,6%), grade I (86.3 %),
average length of stay 5,14 days, recovery (76,0%), source of cost is not own
expense (83,1%). There was no significant difference in severity based on age, the
severity based on the condition when returned. There was a significant difference
in proportion between platelet when out of hospital based on platelet when first
day in hospital, hematocrit when out of hospital based on hematocrit when first
day in hospital, the average length of stay based on the condition when returned,
the average length of stay based on the source of cost.
It was suggested that RSU Sundari Medan should improve the quality of
service to people and can anticipate if there is an increase of DHF patients.

Keywords: DHF, Patient Epidemiology, Sundari General Hospital

iv

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat

yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Gambaran Epidemiologi Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) Di

Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

pendidikan pada program studi strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak

menerima bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Departemen Epidemiologi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Kalsum, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah banyak

memberikan bimbingan dan motivasi selama studi di FKM USU.

5. dr Fazidah A. Siregar, M.Kes, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I dan drh.

Hiswani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

v
Universitas Sumatera Utara
6. Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH selaku dosen Penguji I dan Drs. Jemadi,

M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan bimbingan

dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Direktur Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang telah memberikan ijin

kepada penulis untuk melakukan penelitian serta Kepala Rekam Medis

beserta pegawai rekam medis yang turut membantu dalam pengumpulan data.

8. Pada kesempatan ini penulis juga berkesempatan mengucapkan terimakasih

kepada kedua orangtua tercinta, Pentius Pasaribu dan Tiarma Hutajulu, yang

senantiasa mendoakan, memberi motivasi, nasehat dan kasih sayang,

dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada abang dan kakak tercinta Lusiana Pasaribu, Rismanto Pasaribu,

Hermaslin Pasaribu, Kris Simatupang, Maria Hasugian, serta keponakan

tercinta Seanna Simatupang, Regina Pasaribu, Tobit Simatupang terimakasih

atas dukungan dan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

10. Paduan Suara Gloria UKM KMK Santo Albertus Magnus USU dan teman-

teman Ex-BPH Paduan Suara Gloria kepengurusan 2014-2016 (Avery,

Clinton, Melva, Mehwa, Monitha, Frits, Buntora) yang telah memberi

semangat, dukungan dan doa kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat yang saya kasihi, Teman-teman Thumbnail (Bath, Yossi,

Debora, Monitha, Ruth, Heppy, Theresia), Teman-teman BMP (Kristian,

Ikbal, Yossi, Arta, Mega, Sinta), Kelompok PBL Desa Sennah, Kelompok

LKP Puskesmas Kampung Baru, Teman-teman Peminatan Epidemiologi

vi
Universitas Sumatera Utara
FKM USU 2013, Teman-teman Mahasiswa FKM USU yang telah banyak

memberikan dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak

yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Medan, Januari 2018


Penulis

Hertati Pasaribu

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................... i


HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii
ABSTRAK........................................................................................... iii
ABSTRACT .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .......................................................................... v
DAFTAR ISI ....................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv
RIWAYAT HIDUP .............................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................... 6

2.1 Demam Berdarah Dengue ..................................................... 6


2.1.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue ........................ 6
2.1.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue ............................ 7
2.1.3 Patofisiologi Demam Berdarah dengue ..................... 8
2.1.4 Patogenesis Demam Berdarah Dengue ...................... 8
2.1.5 Proses Timbulnya Penyakit ....................................... 9
2.1.6 Diagnosis Demam Berdarah Dengue ......................... 10
2.1.7 Peningkatan Kasus .................................................... 12
2.2 Vektor Penular Demam Berdarah Dengue ............................. 13
2.2.1 Morfologi ................................................................. 13
2.2.2 Siklus Hidup ............................................................. 14
2.2.3 Bionomik Vektor ...................................................... 15
2.2.4 Surveilans Entomologi .............................................. 16
2.3 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue ............................... 20
2.3.1 Distribusi dan Frekuensi Penyakit Demam Berdarah
Dengue ..................................................................... 21
2.3.2 Determinan Penyakit Demam Berdarah Dengue ....... 24
2.4 Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue ................... 25
2.4.1 Pencegahan Primer ................................................... 26
2.4.2 Pencegahan Sekunder ............................................... 28

viii
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Pencegahan Tersier ................................................... 29
2.5 Stratifikasi Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue ............ 30
2.6 Kerangka Konsep .................................................................. 30

BAB III METODE PENELITIAN .................................................... 31

3.1 Jenis Penelitian ..................................................................... 31


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 31
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................... 31
3.2.2 Waktu Penelitian....................................................... 31
3.3 Populasi dan Sampel ............................................................. 31
3.3.1 Populasi .................................................................... 31
3.3.2 Sampel...................................................................... 32
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ................................................. 32
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................... 33
3.6 Definisi Operasional ............................................................. 33
3.7 Metode Analisis Data ............................................................ 37

BAB IV HASIL PENELITIAN.......................................................... 38

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 38


4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sundari
Medan ...................................................................... 38
4.2 Deskriptif ............................................................................. 39
4.2.1 Sosiodemografi Penderita DBD ................................ 39
4.2.2 Waktu (Bulan) .......................................................... 41
4.2.3 Jumlah Trombosit ..................................................... 41
4.2.4 Persentase Hematokrit .............................................. 42
4.2.5 Tingkat Keparahan.................................................... 43
4.2.6 Lama Rawatan Rata-rata ........................................... 43
4.2.7 Keadaan Sewaktu Pulang .......................................... 44
4.2.8 Sumber Biaya ........................................................... 44
4.3 Analisi Bivariat .................................................................... 45
4.3.1 Tingkat Keparahan Berdasarkan Umur ..................... 45
4.3.2 Jumlah Trombosit Saat Masuk Berdasarkan
Jumlah Trombosit saat Keluar ................................... 46
4.3.3 Persentase Hematokrit Saat Masuk Berdasarkan
Persentase Hematokrit Saat Keluar ........................... 47
4.3.4 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang ........................................................ 48
4.3.5 Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan Sewaktu
Pulang ...................................................................... 48
4.3.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber
Biaya ........................................................................ 49

ix
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN..................................................................... 51

5.1 Deskriptif ............................................................................. 51


5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin ........................................... 51
5.1.2 Agama ...................................................................... 52
5.1.3 Pendidikan ................................................................ 53
5.1.4 Pekerjaan .................................................................. 55
5.1.5 Tempat Tinggal ........................................................ 56
5.1.6 Waktu (Bulan) .......................................................... 57
5.1.7 Jumlah Trombosit ..................................................... 58
5.1.8 Persentase Hematokrit .............................................. 61
5.1.9 Tingkat Keparahan.................................................... 63
5.1.10 Lama Rawatan Rata-rata ........................................... 64
5.1.11 Keadaan Sewaktu Pulang .......................................... 65
5.1.12 Sumber Biaya ........................................................... 66
5.2 Analisis Bivariat ................................................................... 67
5.2.1 Tingkat Keparahan Berdasarkan Umur ..................... 67
5.2.2 Jumlah Trombosit Saat Masuk berdasarkan
Jumlah Trombosit Saat Keluar .................................. 68
5.2.3 Persentase Hematokrit Saat Masuk
Berdasarkan Persentase Hematokrit Saat Keluar ....... 70
5.2.4 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang ........................................................ 71
5.2.5 Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan Sewaktu
Pulang ...................................................................... 73
5.2.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya 74

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 71

6.1 Kesimpulan .......................................................................... 76


6.2 Saran .................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 78


LAMPIRAN

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................... 39

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan Agama,


Pendidikan, Pekerjaan, dan Tempat Tinggal di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 .......................................................................... 40

Tabel 4.3 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Waktu (Bulan) di RSU


Sundari Medan Tahun 2016 ............................................................. 41

Tabel 4.4 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit di RSU


Sundari Medan Tahun 2016 ............................................................. 42

Tabel 4.5 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Persentase Hematokrit di


RSU Sundari Medan Tahun 2016 ..................................................... 42

Tabel 4.6 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Tingkat Keparahan di


RSU Sundari Medan Tahun 2016 ..................................................... 43

Tabel 4.7 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata


di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................................. 44

Tabel 4.8 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang


di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................................. 44

Tabel 4.9 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Sumber Biaya di RSU


Sundari Medan Tahun 2016 ............................................................. 45

Tabel 4.10 Distribusi Perbedaan Tingkat Keparahan Penderita DBD


Berdasarkan Umur di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................... 45

Tabel 4.11 Distribusi Perbedaan Jumlah Trombosit saat Masuk Penderita


DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit saat Keluar di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 .......................................................................... 46

Tabel 4.12 Distribusi Perbedaan Persentase Hematokrit saat Masuk Penderita


DBD Berdasarkan Persentase Hematokrit saat Keluar di RSU
Sundari Medan Tahun 2016 ............................................................. 47

Tabel 4.13 Distribusi Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Penderita DBD


Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan
Tahun 2016 ...................................................................................... 48

xi

Universitas Sumatera Utara


Tabel 4.14 Distribusi Perbedaan Tingkat Keparahan Penderita DBD
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan
Tahun 2016 ...................................................................................... 48

Tabel 4.15 Distribusi Perbedaan Lama Rawatan Rata-rata Penderita DBD


Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ...... 49

xii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Penularan Virus Dengue ................................................... 9

Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk .................................................................. 15

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 30

Gambar 5.1 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Umur dan Jenis Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ..... 51

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Agama di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................. 53

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Pendidikan di RSU Sundari Medan Tahun 2016 .......................... 54

Gambar 5.4 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Pekerjaan di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ............................. 55

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Tempat Tinggal di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................... 56

Gambar 5.6 Poligon Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan Waktu


(Bulan) di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................ 57

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Jumlah Trombosit Saat Masuk di RSU Sundari Medan Tahun
2016 ............................................................................................ 59

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Jumlah Trombosit Saat Keluar di RSU Sundari Medan Tahun
2016 ............................................................................................ 60

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Persentase Hematokrit Saat Masuk di RSU Sundari Medan
Tahun 2016 .................................................................................. 61

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Persentase Hematokrit Saat Keluar di RSU Sundari Medan
Tahun 2016 .................................................................................. 62

Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Tingkat Keparahan di RSU Sundari Medan Tahun 2016 .............. 63

xii

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.12 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan
Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2016 .... 65

Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ...................... 66

Gambar 5.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Penderita


DBD Berdasarkan Umur di RSU Sundari Medan Tahun 2016 ..... 67

Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jumlah Trombosit Saat Keluar
Penderita DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit Saat Masuk di
RSU Sundari Medan Tahun 2016 ................................................. 68

Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Persentase Hematokrit Saat


Keluar Penderita DBD Berdasarkan Persentase Hematokrit
Saat Masuk di RSU Sundari Medan Tahun 2016 .......................... 70

Gambar 5.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata


Penderita DBD Berdasarkan Keadaan sewaktu Pulang di RSU
Sundari Medan Tahun 2016 ......................................................... 72

Gambar 5.18 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Penderita


DBD Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 ...................................................................... 73

Gambar 5.19 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata


Penderita DBD Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari
Medan Tahun 2016 ...................................................................... 74

xiii

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jumlah Trombosit


Lampiran 2 Persentase Hematokrit
Lampiran 3 Master Data
Lampiran 4 Output Master Data
Lampiran 5 Surat Izin Survey Pendahuluan
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian
Lampiran 7 Surat Selesai penelitian

xiv

Universitas Sumatera Utara


RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Hertati Pasaribu, lahir di Bukit Lima pada tanggal 31 Mei
1995. Beragama Katolik dan bersuku Batak Toba, berasal dari Perdagangan III
Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun dan bertempat tinggal di Jl. Jamin
Ginting, No. 819 Beringin, Medan Selayang, Kota Medan. Penulis merupakan
anak keempat dari empat bersaudara, pasangan Bapak Pentius Pasaribu dan Ibu
Tiarma Hutajulu.
Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD N 091697 Bukit Lima
(2001-2007), SMP Swt. PTP N IV Bukit Lima (2007-2010), SMA Swt. RK
Bintang Timur Pematangsiantar (2010-2013), dan penulis menempuh pendidikan
strata 1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
Departemen Epidemiologi pada tahun 2013 sampai tahun 2017.

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya (Depkes RI, 2008).

Untuk mencapai tujuan tersebut, diselenggarakan upaya kesehatan yang

terpadu dan menyeluruh dalam bentuk kesehatan perseorangan dan kesehatan

masyarakat melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif

secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Salah satu program yang

telah ditetapkan yaitu penanggulangan penyakit menular termasuk pemberantasan

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Depkes RI, 2009).

Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit yang cenderung meningkat

jumlah kasus dan penyebarannya, serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa

(KLB) dan kematian (Kemenkes RI, 2011).

World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden demam

dengue telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden demam dengue terdapat

di daerah tropik maupun subtropik, terjadi lebih dari 100 juta penduduk tiap

tahun, termasuk 500.000 kasus DBD dengan Case Fatality Rate (CFR) 6%

terutama pada anak-anak (Achmadi, 2010).

Tahun 2016 ditandai oleh wabah demam berdarah besar di seluruh dunia.

Di Amerika terjadi lebih dari 2,38 juta kasus dan di Brazil terjadi 1,5 juta kasus,

1
Universitas Sumatera Utara
2

kira-kira tiga kali lebih tinggi daripada tahun 2014 dengan CFR 0,7% (WHO,

2016).

Pada tahun 2015 terdapat sebanyak 102.801 kasus DBD dengan CFR

0,27% di Malaysia (WHO, 2015). Pada tahun 2016 terdapat 1.771 kasus di

Kamboja dengan CFR 0,22%, di Laos sebanyak 5.373 kasus dengan CFR 0,18%

(WHO, 2016). Di Philipina terdapat 176.411 kasus dengan CFR 0,23% dan di

Vietnam terdapat sebanyak 122.020 kasus dengan CFR 0,03% (WHO, 2017).

Di Indonesia penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1968 di

Surabaya dengan jumlah penderita 58 orang dan CFR sebesar 41,37%, namun

konfirmasi virologis baru didapat pada tahun 1972 (Lestari, 2007). Terhitung

sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat Negara Indonesia sebagai

negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara (Achmadi, 2010).

Kementerian Kesehatan RI (2015), menyatakan bahwa jumlah penderita

DBD yang dilaporkan sebanyak 129.650 kasus dengan Insidens Rate (IR) 50,7 per

100.000 penduduk dan CFR sebesar 0,83%, terjadi kenaikan kasus pada tahun

2015 dibandingkan tahun 2014 yaitu sebanyak 100.347 kasus dengan IR 39,8 per

100.000 penduduk.

Provinsi yang mengalami angka kesakitan DBD tertinggi terdapat di Bali

yaitu 257,7 per 100.000 penduduk, Kalimantan Timur 188,4 per 100.000

penduduk, dan Kalimantan Utara 112 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI,

2016).

Di Sumatera Utara kasus DBD terjadi setiap tahun. Pada tahun 2016

terdapat 8.618 kasus dengan IR 61,11/100.000 penduduk dan CFR 0,53%

Universitas Sumatera Utara


3

(Kemenkes RI, 2017). IR DBD yang sangat tinggi dalam tiga tahun terakhir

umumnya dilaporkan dari daerah perkotaan yaitu Kota Medan, Deli Serdang,

Pematang Siantar, Langkat dan Simalungun (Dinkes Provinsi Sumatera Utara,

2014).

Kota Medan merupakan salah satu daerah yang dikategorikan endemis di

Provinsi Sumatera Utara. Data laporan Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013

terdapat 1270 kasus dengan CFR 0,70%, pada tahun 2014 sebanyak 1.699 kasus

dengan IR 77,5/100.000 penduduk dan CFR 0,90%, dan di tahun 2015 sebanyak

1.362 kasus dan CFR 0,66% (Dinkes Kota Medan, 2016). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Simanjuntak (2016), menunjukkan bahwa di RSUD Dr. Pirngadi

Medan terdapat sebanyak 612 orang yang menderita DBD pada tahun 2013-2015

dengan CFR 1,83%.

Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan, pada tahun 2015 sebanyak 297 kasus dan meningkat

tahun 2016 terdapat sebanyak 338 kasus DBD. Berdasarkan uraian latar belakang

di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran epidemiologi

penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Sundari

Medan tahun 2016.

1.2 Rumusan Masalah

Belum diketahui gambaran epidemiologi penderita Demam Berdarah

Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran epidemiologi penderita demam berdarah

dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi proporsi penderita DBD berdasarkan karakteristik

sosiodemografis yaitu umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan

dan tempat tinggal di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

b. Mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan waktu di Rumah Sakit

Umum Sundari Tahun 2016.

c. Mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit di

Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

d. Mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan persentase hematokrit

di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

e. Mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan tingkat keparahan

penyakit di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

f. Mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan lama rawatan rata-rata

di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

g. Mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu

pulang di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

h. Mengetahui distribusi penderita DBD berdasarkan sumber biaya di Rumah

Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


5

i. Mengetahui distribusi tingkat keparahan penyakit penderita DBD

berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

j. Mengetahui distribusi jumlah trombosit saat masuk penderita DBD

berdasarkan jumlah trombosit saat keluar di Rumah Sakit Umum Sundari

Medan tahun 2016.

k. Mengetahui distribusi persentase hematokrit saat masuk penderita DBD

berdasarkan persentase hematokrit saat keluar di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan tahun 2016.

l. Mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata penderita DBD berdasarkan

keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

m. Mengetahui distribusi tingkat keparahan penyakit penderita DBD

berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Sundari

Tahun 2016.

n. Mengetahui distribusi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya di

Rumah Sakit Umum Sundari Tahun 2016.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan bagi Rumah Sakit Umum Sundari Medan untuk

peningkatan pelayanan dan penatalaksanaan penderita DBD.

2. Sebagai bahan referensi dan menambah studi kepustakaan bagi mahasiswa

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis

khususnya serta pihak lain tentang penyakit DBD dan sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)

2.1.1 Pengertian Demam Berdarah dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Zulkoni, 2011).

Penyakit DBD dapat muncul sepanjang tahun dan dapat terjadi pada

semua kelompok umur. Penyakit ini berkaitan dengan kondisi lingkungan dan

perilaku masyarakat (Kemenkes RI, 2016).

DBD merupakan bentuk infeksi dengue dengan tingkat keparahan dan

mortalitas yang tinggi. Ditandai dengan kantuk dan badan lesu, gejala spesifiknya

yaitu perdarahan dan penurunan sel darah putih serta pembesaran hati. DBD dapat
0
menyebabkan suhu tubuh sangat tinggi lebih dari 40,5 C, yang dapat

mengakibatkan kekejangan (Chakraborty, 2008). Pemeriksaan darah penderita

menunjukkan trombosit yang rendah (kurang dari 100.000/mm3), hematokrit lebih

dari 20% dan kadar hemoglobin lebih dari 20% (Soedarto, 2010).

Tempat perkembangbiakan nyamuk adalah penampungan air bersih seperti

bak mandi, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain. Insiden penyakit dengue telah

bertambah terutama di daerah tropis (Sembel, 2009). DBD tidak menular melalui

kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam

berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk. Oleh karena itu, penyakit ini

termasuk dalam kelompok Arthropod Borne Diseases (Satari dan Meiliasari,

2004).

6
Universitas Sumatera Utara
7

2.1.2 Etiologi Demam Berdarah Dengue

Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang

tergolong Arthropod Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili Flaviviridae. DBD

ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama Aedes aegypti atau

Aedes albopictus (Kemenkes RI, 2015).

Secara serologis terdapat 4 tipe virus dengue, yaitu virus dengue tipe 1,

tipe 2, tipe 3, dan tipe 4. Virus dapat berkembang biak pada berbagai macam

kultur jaringan, misalnya sel mamalia BHK (Baby Hamster Kideney Cell) dan sel

artropoda, misalnya Aedes albopictus cell (Soedarto, 2010).

Keempat serotipe ini menimbulkan gejala yang berbeda-beda jika

menyerang manusia. Serotipe yang menyebabkan infeksi paling berat di

Indonesia, yaitu DEN-3. (Rezeki dan Satari, 2004).

Serotipe DEN-3 merupakan jenis yang sering dihubungkan dengan kasus-

kasus parah. Infeksi oleh salah satu serotipe akan menimbulkan kekebalan

terhadap serotipe yang bersangkutan tetapi tidak untuk serotipe yang lain.

Keempat jenis virus tersebut semuanya terdapat di Indonesia. Di daerah endemik

DBD, seseorang dapat terkena infeksi semua serotipe virus pada waktu yang

bersamaan (Widoyono, 2008).

Meskipun keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya antigenis yang

sama namun berbeda dalam menimbulkan penyakit kembali meski baru beberapa

bulan terjadi infeksi dengan salah satu virus tersebut (Kemenkes RI, 2011).

Universitas Sumatera Utara


8

2.1.3 Patofisiologi Demam Berdarah dengue

Secara alami kurva panas penderita infeksi virus dengue akan berwujud

bentuk pelana kuda atau seperti gunung es dengan puncak pada hari ke satu dan

dua atau pada hari ketiga dan keempat rawat tinggal. Jumlah trombosit

mempunyai kecenderungan menurun pada saat terjadi kebocoran plasma, yaitu

pada hari ke-3, 4, dan 5. Jika jumlah trombosit turun sampai di bawah 50.000

dapat mengakibatkan bahaya perdarahan terutama bila trombosit kurang dari

20.000, kondisi ini merupakan pertanda terjadinya perdarahan spontan, dalam hal

ini akan ditemukan tanda-tanda perdarahan seperti epitaksis, batuk keluar darah,

muntah darah, perut kembung, muka pucat, berak darah hitam (Soegijanto, 2006).

2.1.4 Patogenesis Demam Berdarah dengue

Penularan virus dengue dapat terjadi apabila ada sumber penular (orang

sakit), ada vektor dan ada orang sehat (Kemenkes RI, 2013). Penularan virus

dengue ke orang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus,

yang ditemukan di seluruh dunia (CDC, 2016).

Serangga penular penyakit ini merupakan vektor. Gejala infeksi biasanya

mulai 4-7 hari setelah gigitan nyamuk dan biasanya berlangsung 3-10 hari. Dalam

mentransmisikan virus, nyamuk harus makan darah manusia selama periode 5

hari, hal ini menyebabkan virus masuk ke dalam darah, periode ini biasanya

dimulai sebelum timbul gejala pada orang yang di gigit nyamuk. Beberapa orang

yang digigit tidak menimbulkan gejala namun masih dapat menginfeksi nyamuk.

Setelah darah dimakan dan masuk ke tubuh nyamuk, virus akan memerlukan

Universitas Sumatera Utara


9

tambahan 8-12 hari inkubasi sebelum kemudian dapat ditularkan kepada manusia

lain. Nyamuk tetap terinfeksi selama sisa hidupnya (CDC, 2016).

Gambar 2.1 Proses Penularan Virus Dengue (Kemenkes RI, 2013)

2.1.5 Proses Timbulnya Penyakit

Menurut WHO (2009), perjalanan penyakit DBD terdiri atas 3 fase yaitu

fase febris, fase kritis dan fase pemulihan.

1) Fase febris

Biasanya demam mendadak tinggi 2–7 hari, disertai muka kemerahan,

eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, mialgia, artralgia dan sakit kepala. Pada

beberapa kasus ditemukan nyeri tenggorok, injeksi farings dan konjungtiva,

anoreksia, mual dan muntah. Pada fase ini dapat pula ditemukan tanda perdarahan

seperti ptekie, perdarahan mukosa, walaupun jarang dapat pula terjadi perdarahan

pervaginam dan perdarahan gastrointestinal.

2) Fase kritis

Terjadi pada hari 3 – 7 hari sakit dan ditandai dengan penurunan suhu

tubuh disertai kenaikan permeabilitas kapiler dan timbulnya kebocoran plasma

Universitas Sumatera Utara


10

yang biasanya berlangsung selama 24 – 48 jam. Kebocoran plasma sering di

dahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung trombosit. Pada fase ini

dapat terjadi syok.

3) Fase pemulihan

Bila fase kritis terlewati maka terjadi pengembalian cairan dari

ekstravaskuler ke intravaskuler secara perlahan pada 48 – 72 jam setelahnya.

Keadaan umum penderita membaik, nafsu makan pulih kembali, hemodinamik

stabil dan dieresis membaik.

2.1.6 Diagnosis Demam Derdarah Dengue

Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO

tahun 1997 yang terdiri atas kriteria klinis dan laboratoris (Soegijanto, 2006).

a. Kriteria Klinis

1) Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-

menerus selama 2-7 hari.

2) Terdapat manifestasi perdarahan, biasanya muncul pada hari ke 2-3

demam termasuk uji tourniket positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis,

perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.

Uji tourniket positif merupakan manifestasi perdarahan paling

ringan, dapat dinilai sebagai presumptive test yang terlihat pada hari-hari

pertama penderita DBD. Uji tourniket dilakukan dengan memompa manset

tekanan darah sampai suatu titik tengah antara tekanan sistolik dan

diastolik selama lima menit. Hasil uji dinyatakan positif jika tampak 10

atau lebih ptekiae per 2,5 cm2. Pada kasus DHF, uji tersebut biasanya

Universitas Sumatera Utara


11

memberikan hasil yang pasti positif bila tampak 20 ptekiae atau lebih.

Ptekiae merupakan manifestasi perdarahan berikutnya yang sering

ditemukan. Manifestasi ini muncul pada hari-hari pertama demam dan

berlangsung selama 3-6 hari. Epistaksis lebih jarang ditemukan, sedangkan

perdarahan gastrointestinal biasanya menyertai syok.

3) Pembesaran hati (Hepatomegali). Pembesaran hati pada umumnya dapat

diketahui pada permulaan demam. Derajat pembesaran hati tidak sejajar

dengan beratnya penyakit. Nyeri terkadang ditemukan tetapi biasanya

tidak disertai ikterus.

4) Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi,

hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

Syok biasanya terjadi pada saat demam menurun, yaitu antara hari ketiga

dan ketujuh sakit. Tekanan nadi menurun menjadi 20 mm Hg atau kurang,

dan tekanan sistolik sampai 80 mm Hg atau lebih rendah (WHO, 2005).

b. Kriteria Laboratoris

1) Trombositopenia (<100.000/mm3)

Penurunan jumlah trombosit sampai di bawah 100.000/mm3

biasanya ditemukan antara hari ke tiga dan delapan penyakit sejak

timbulnya demam. Pemeriksaan ini dilakukan dengan hitung trombosit

secara langsung atau dengan preparat sediaan apus darah tepi (cara tidak

langsung).

Universitas Sumatera Utara


12

2) Hemokonsentrasi

Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari ketiga demam.

Hemakonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan hematokrit 20% atau

lebih, menurut standar umur dan jenis kelamin. Peningkatan

hemakonsentrasi dan hematokrit sampai 20% atau lebih dianggap sebagai

bukti objektif adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan

kebocoran plasma (WHO, 2005). Setelah mendapat terapi cairan, biasanya

terjadi penurunan hematokrit >20% dibandingkan dengan nilai hematokrit

sebelumnya.

WHO membagi DBD menjadi empat kategori penderita menurut derajat

berat ringannya manifestasi klinis penderita sebagai berikut:

1) Derajat I: adanya demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi

perdarahan hanya berupa torniket tes yang positif

2) Derajat II: gejala demam diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya

berupa perdarahan di bawah kulit dan atau berupa perdarahan lainnya.

3) Derajat III: adanya kegagalan sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,

penyempitan tekanan nadi (< 20 mmHg), atau hipotensi, dengan disertai

akral yang dingin dan gelisah.

4) Derajat IV: adanya syok yang berat dengan nadi tak teraba dan tekanan

darah yang tidak dapat terukur.

2.1.7 Peningkatan Kasus

Meningkatnya jumlah kasus akibat penularan serta bertambahnya wilayah

yang terjangkit, ditentukan oleh beberapa faktor antara lain:

Universitas Sumatera Utara


13

a. Faktor host: faktor host yang dimaksud adalah kerentanan (susceptibility)

dan respon imun seseorang terhadap demam berdarah.

b. Faktor environment: yaitu kondisi geografi (ketinggian dari permukaan

laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim), kondisi demografi

(kepadatan, mobilitas, perilaku, adat-istiadat, sosial ekonomi penduduk).

c. Faktor agent: yaitu faktor yang berhubungan dengan sifat virus dengue

yang hingga saat ini beredar yaitu ada 4 tipe yaitu DEN 1, 2, 3.

d. Jenis nyamuk sebagai vektor: yaitu saat ini ada dua jenis yaitu nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus, kedua jenis nyamuk ini ada di seluruh

wilayah Indonesia kecuali daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 meter

di atas permukaan laut (Zulkoni, 2011).

2.2 Vektor Penular Demam Berdarah dengue

2.2.1 Morfologi

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran kecil bila dibandingkan dengan

rata-rata nyamuk lain, berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih pada

bagian badan, kaki, dan sayap. Pada toraks bagian belakang terdapat garis-garis

putih keperak-perakan. Pada bagian toraks ini terdapat sepasang kaki depan,

sepasang kaki tengah, dan sepasang kaki belakang. Kaki berwarna hitam dan

bergelang-gelang putih, sedang sayap mempunyai sisi yang simetris. Bagian

abdomen terdiri dari 8 segmen, berbentuk silinder yang ditandai dengan warna

agak gelap dan pangkal segmen berwarna cerah (Hasan, 2006).

Stadium telur nyamuk Aedes aegypti berwarna hijau seperti sarang tawon.

Telur dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu -20C sampai 420C. Namun bila

Universitas Sumatera Utara


14

kelembaban terlalu rendah maka telur akan menetas dalam waktu 2-3 hari. Dalam

keadaan normal perkembangan telur sampai menjadi dewasa berlangsung

sekurang-kurangnya 9 hari. Larva berada di dalam air jernih dan tidak mengalir.

Pada toraks terdapat sepasang kait, abdomen mempunyai 8 segmen. Pada segmen

ke-8 terdapat sederet gigi sisir yang berjumlah 8 sampai 12 buah. Corong udara

atau sipon mempunyai bentuk yang gemuk dan berwarna gelap. Pada sipon

terdapat rambut yang gelap. Larva sering berada di dasar kontainer. Posisi

istirahat pada permukaan air dengan membentuk sudut 45 0, dengan posisi kepala

berada di bawah. Larva bergerak cepat sekali dan stadium ini berlangsung 4-9

hari, untuk selanjutnya menjadi pupa. Stadium pupa sukar dibedakan dengan

spesies lainnya. Pupa selalu berada sejajar dengan permukaan air dengan bentuk

sipon kecil/langsing. Pupa tidak membutuhkan makanan tetapi membutuhkan

oksigen yang diambil melalui corong napas. Untuk tumbuh menjadi stadium

dewasa memerlukan waktu 1-2 hari (Hasan, 2006).

2.2.2 Siklus Hidup

Aedes aegypti dan nyamuk lainnya memiliki siklus hidup yang sempurna,

yaitu perubahan dalam bentuk, fungsi, dan habitatnya. Nyamuk betina bertelur di

dalam air, dan larva menetas saat air menggenangi telur. Pada hari-hari

berikutnya, larva akan memakan mikroorganisme dan bahan organik partikulat,

memperbarui kulitnya hingga tiga kali untuk tumbuh dari instar pertama sampai

instar yang keempat (CDC, 2016).

Ketika larva sudah mencapai ukuran instar keempat kemudian

metamorfosis dimulai, larva berubah menjadi pupa. Dalam kondisi ini pupa tidak

Universitas Sumatera Utara


15

makan, hanya terjadi perubahan dari pupa sampai menjadi nyamuk dewasa,

hingga sayap terbentuk. Kemudian, nyamuk dewasa baru keluar dari kulit

kepompong yang ada di dalam air. Seluruh siklus hidup berlangsung 8-10 hari

pada suhu kamar, tergantung pada tingkat makannya. Dalam siklus hidup nyamuk

Aedes aegypty terdapat fase air (larva, pupa) dan fase terestrial (telur, nyamuk

dewasa) (CDC, 2016).

Gambar 2.2 Siklus Hidup Nyamuk (CDC, 2016)

2.2.3 Bionomik Vektor

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga

untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina

ini lebih menyukai darah manusia daripada hewan (bersifat antropofilik). Darah

diperlukan untuk pematangan sel telur, agar dapat menetas. Waktu yang

diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk

mengisap darah sampai telur dikeluarkan, waktunya bervariasi antara 3-4 hari.

Universitas Sumatera Utara


16

Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam satu

siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian

nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit (Kemenkes RI, 2011).

Jangkauan terbang (flight range) rata-rata nyamuk Ae. aegypti adalah

sekitar 100 m, tetapi pada keadaan tertentu nyamuk ini dapat terbang sampai

beberapa kilometer dalam usahanya untuk mencari tempat perindukan untuk

meletakkan telurnya. Kebiasaan menghisap darah terutama pada siang hari yaitu

pukul 08.00-12.00 WIB dan sore hari pukul 15.00-17.00 WIB. Kebiasaan istrahat

lebih banyak di dalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap

dan di tempat-tempat lain yang terlindung (Soegijanto, 2006).

2.2.4 Surveilans Entomologi

Menurut WHO (2009), surveilans entomologi digunakan untuk

operasional dan penelitian bertujuan untuk menentukan perubahan dalam

distribusi geografis vektor, monitoring dan kontrol evaluasi program, memperoleh

ukuran relatif populasi vektor dari waktu ke waktu, dan untuk memfasilitasi

keputusan yang tepat serta tepat waktu dalam mengintervensi (Kemenkes RI,

2011).

Surveilans dapat berfungsi untuk mengidentifikasi area tinggi densitas

kutu atau periode peningkatan populasi nyamuk. Pengawasan entomologis sangat

penting dilakukan pada daerah yang sudah tidak terdapat vektor, untuk

mendeteksi vektor baru dengan cepat sebelum meluas dan sulit untuk dihilangkan.

Pemantauan kerentanan vektor penduduk untuk insektisida juga harus menjadi

Universitas Sumatera Utara


17

bagian integral dari setiap program yang menggunakan insektisida. Beberapa

diantaranya adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2011).

a. Survei telur

Survei ini dilakukan dengan cara memasang perangkap telur (ovitrap)

yang dinding sebelah dalamnya dicat hitam, kemudian diberi air secukupnya.

Ovitrap berbentuk tabung yang dapat dibuat dari potongan bambu, kaleng dan

gelas plastik/kaca. Ovitrap diletakkan di dalam dan di luar rumah atau tempat

yang gelap dan lembab. Cara kerja ovitrap adalah padel (berupa potongan

bilah bambu atau kain yang tenunannya kasar dan berwarna gelap) yang

dimasukkan kedalam tabung tersebut berfungsi sebagai tempat meletakkan

telur nyamuk. Setelah 1 minggu dilakukan pemeriksaan ada atau tidaknya

telur nyamuk di padel, kemudian dihitung ovitrap index. Untuk mengetahui

gambaran kepadatan populasi nyamuk penular secara lebih tepat, telur-telur

padel tersebut dikumpulkan dan dihitung jumlahnya.

b. Survei jentik

Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut: pertama,

memeriksa tempat penampungan air dan kontainer yang dapat menjadi habitat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di dalam dan di luar rumah untuk

mengetahui ada tidaknya jentik. Kedua, jika pada penglihatan pertama tidak

menemukan jentik, tunggu kira-kira 1/2 -1 menit untuk memastikan bahwa

benar-benar tidak ada jentik. Ketiga, gunakan senter untuk memeriksa jentik

di tempat gelap atau air keruh. Metode survei jentik yang dilakukan, yaitu:

Universitas Sumatera Utara


18

1) Single larva

Cara ini dilakukan dengan mengambil satu jentik di setiap tempat

genangan air yang ditemukan jentik untuk diidentifikasi lebih lanjut.

2) Visual

Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di

setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Biasanya dalam

program DBD mengunakan cara visual.

Ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Aedes

aegypti (Susanna dan Sembiring, 2011).

1. House Index (HI), yaitu persentase antara rumah dimana ditemukan

jentik nyamuk terhadap seluruh rumah yang diperiksa.

2. Container Index (CI), yaitu persentase antara kontainer yang

ditemukan jentik terhadap seluruh kontainer yang diperiksa.

3. Breteau Index (BI), yaitu Jumlah kontainer yang (+) jentik/100

rumah yang diperiksa.

Dari ukuran diatas dapat diketahui persentase Angka Bebas Jentik

(ABJ), yaitu jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik per jumlah rumah

yang diperiksa dikalikan 100%. ABJ dilakukan oleh kader kesehatan dalam

Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) dengan kategori tidak memenuhi target :

ABJ < 95% dan memenuhi target : ABJ ≥ 95%. Pemeriksaan Jentik Berkala

(PJB) merupakan bentuk evaluasi hasil kegiatan yang dilakukan tiap 3 bulan

sekali disetiap Desa/Kelurahan endemis pada 100 rumah/bangunan yang

dipilih secara acak (random sampling).

Universitas Sumatera Utara


19

Nilai House Index (HI), Container Index (CI), dan Breteau Index (BI)

bertujuan untuk menentukan distribusi secara umum perubahan musim,

habitat utama jentik, dan evaluasi program sanitasi lingkungan disamping

mengetahui infestasi jentik, tetapi tidak menunjukkan jumlah kontainer yang

positif jentik, sedang kontainer indeks memberikan informasi tentang

hubungan antara kontainer (+) dengan jumlah rumah.

c. Survei nyamuk

Survei nyamuk dilakukan dengan cara menangkap nyamuk

menggunakan umpan orang di dalam dan di luar rumah, masing-masing

selama 20 menit per rumah serta penangkapan nyamuk yang hinggap di

dinding dalam rumah. Penangkapan nyamuk biasanya dilakukan dengan

menggunakan aspirator. Indeks-indeks nyamuk yang digunakan yaitu Landing

rate dan Resting per rumah.

Apabila ingin diketahui rata-rata umur nyamuk di suatu wilayah,

dilakukan pembedahan perut nyamuk-nyamuk yang ditangkap untuk

memeriksa keadaan ovariumnya di bawah mikroskop. Jika ujung pipa-pipa

udara (tracheolus) pada ovarium masih menggulung, berarti nyamuk itu

belum pernah bertelur (nuliparous). Jika ujung pipa-pipa udara sudah

terurai/terlepas gulungannya, maka nyamuk itu sudah pernah bertelur

(parous). Untuk mengetahui rata-rata umur nyamuk, apakah merupakan

nyamuk nyamuk baru (menetas) atau nyamuk-nyamuk yang sudah tua

digunakan indeks parity rate.

Universitas Sumatera Utara


20

Bila hasil survei entomologi suatu wilayah, parity rate-nya rendah

berarti populasi nyamuk-nyamuk di wilayah tersebut sebagian besar masih

muda. Sedangkan bila parity rate-nya tinggi menunjukkan bahwa keadaan

dari populasi nyamuk di wilayah itu sebagian besar sudah tua (Kemenkes RI,

2011).

2.3 Epidemiologi Demam Berdarah Dengue

Sampai saat ini penyebaran dengue masih terpusat di daerah tropis, yaitu

Australia Utara bagian Timur, Asia Tenggara, India dan sekitarnya, Afrika,

Amerika Latin, dan sebagian Amerika Serikat (Sembel, 2009).

Penyakit ini juga sering menyebabkan KLB di Amerika Selatan, Amerika

Tengah bahkan sampai ke Amerika Serikat sampai akhir tahun 1990-an. Epidemi

dengue pertamakali di Asia terjadi pada tahun 1779, di Eropa tahun 1784, di

Amerika Selatan tahun 1835-an, dan di Inggris tahun 1922. Di Indonesia kasus

DBD pertamakali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyakit DBD ditemukan

di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD (Widoyono, 2008).

Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 hingga saat ini jumlah

kasus DBD dilaporkan meningkat dan penyebarannya semakin meluas mencapai

seluruh provinsi di Indonesia (33 provinsi). Penyakit ini seringkali menimbulkan

KLB di beberapa daerah endemis tinggi DBD (Kemenkes RI, 2011). Selama

periode tahun 2009 sampai tahun 2015 jumlah kabupaten/kota terjangkit DBD

cenderung meningkat (Kemenkes RI, 2016).

Universitas Sumatera Utara


21

2.3.1 Distribusi dan Frekuensi Penyakit Demam Berdarah Dengue

a. Berdasarkan Orang

Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue adalah penyakit virus yang

tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis (Soedarto, 2010). Sejak

awal tahun epidemik pada setiap negara penyakit ini kebanyakan meyerang anak-

anak dan 95% kasus yang dilaporkan berumur kurang dari 15 tahun (Soegijanto,

2006).

Kasus DBD perkelompok umur dari tahun 1993-2009 terjadi pergeseran.

Dari tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah

kelompok umur <15 tahun, tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar kasus DBD

cenderung pada kelompok umur ≥ 15 tahun. Tampak telah terjadi perubahan pola

penyakit DBD, dimana dahulu DBD adalah penyakit pada anak-anak dibawah 15

tahun, saat ini telah menyerang seluruh kelompok umur, bahkan lebih banyak

pada usia produktif (Kemenkes RI, 2016).

Berdasarkan jenis kelamin, diketahui dari laporan beberapa negara bahwa

kelompok wanita dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) menunjukkan angka

kematian yang tinggi dibandingkan dengan kelompok laki-laki. Sedangkan untuk

distribusi berdasarkan etnik, Singapura dan Malaysia pernah mencatat adanya

perbedaan angka kejadian infeksi diantara kelompok etnik (Soegijanto, 2006).

b. Berdasarkan Tempat

Aedes aegypti tersebar luas di seluruh Indonesia meliputi semua provinsi

yang ada. Walaupun spesies ini ditemukan dikota-kota pelabuhan yang

penduduknya padat, namun spesies nyamuk ini juga ditemukan di daerah

Universitas Sumatera Utara


22

pedesaan yang terletak di sekitar kota pelabuhan. Penyebaran Aedes aegypti dari

pelabuhan ke desa disebabkan karena larva Aedes aegypti terbawa melalui

transportasi yang mengangkut benda-benda berisi air hujan pengandung larva

spesies ini (Gandahusada, dkk. 2000).

Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah

seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Kemenkes RI,

2010). Penyakit DBD ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB

akibat DBD (Widoyono, 2008).

c. Berdasarkan Waktu

Perubahan iklim (climate change) global yang menyebabkan kenaikan

rata-rata temperatur, perubahan pola musim hujan dan kemarau juga dapat

menyebabkan risiko terhadap penularan DBD bahkan berisiko terhadap

munculnya KLB DBD (Kemenkes RI, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Sukowati (2010), perubahan iklim dapat

memperpanjang masa penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan

mengubah luas geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang

kekebalan populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat

yang kurang. Selain perubahan iklim faktor risiko yang mungkin mempengaruhi

penularan DBD adalah faktor lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk,

kepadatan penduduk dan transportasi.

Indeks Curah Hujan (ICH) tidak secara langsung memengaruhi

perkembang-biakan nyamuk, tetapi berpengaruh terhadap curah hujan ideal.

Curah hujan ideal artinya air hujan tidak sampai menimbulkan banjir dan air

Universitas Sumatera Utara


23

menggenang di suatu wadah/media yang menjadi tempat perkembang-biakan

nyamuk yang aman dan relatif masih bersih (misalnya cekungan di pagar bambu,

pepohonan, kaleng bekas, ban bekas, atap atau talang rumah). Tersedianya air

dalam media akan menyebabkan telur nyamuk menetas dan setelah 10 – 12 hari

akan berubah menjadi nyamuk. Bila manusia digigit oleh nyamuk dengan virus

dengue maka dalam 4-7 hari kemudian akan timbul gejala DBD. Sehingga bila

hanya memperhatikan faktor risiko curah hujan, maka waktu yang dibutuhkan dari

mulai masuk musim hujan hingga terjadinya insiden DBD adalah sekitar 3

minggu (Sukowati, 2010).

Epidemik dengue dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor lingkungan,

faktor biologi, dan demografi. Insidens dengue berhubungan dengan cuaca yang

hangat dan kelembaban tinggi. Suhu yang tinggi dapat merangsang

perkembangbiakan vektor dan perilaku nyamuk menggigit (Karyanti, 2009).

Musim penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada awal

musim hujan (permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim

hujan vektor penyakit demam berdarah populasinya meningkat dengan bertambah

banyaknya sarang nyamuk di luar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang

kurang bersih, sedang pada musim kemarau Aedes aegypti bersarang di bejana

yang selalu terisi air seperti bak mandi, tempayan, drum dan penampungan air

(Depkes RI, 2010).

Universitas Sumatera Utara


24

2.3.2 Determinan Penyakit Demam Berdarah Dengue

Menurut WHO (2015), epidemiologi dengue merupakan fenomena yang

tergantung pada hubungan antara faktor-faktor epidemiologi, yaitu host (manusia

dan nyamuk), agen (virus) dan lingkungan (abiotik dan faktor biotik).

a. Faktor Host (Penjamu)

Virus dengue menginfeksi manusia dan primata dengan jenis spesies yang

lebih rendah. Dilihat berdasarkan usia dan jenis kelamin, semua orang beresiko

terkena penyakit demam berdarah. Infeksi dengue kedua kali merupakan faktor

resiko untuk DBD. Perjalanan ke daerah endemis adalah faktor yang paling

beresiko.

Namun, jika pasien mengalami demam lebih dari dua minggu setelah

perjalanan, kemungkinan bukan karena infeksi virus dengue. Apabila seseorang

yang sedang mengalami masa viremia dalam tubuhnya melakukan migrasi

kedaerah non-endemik, dapat mengakibatkan virus dengue terbawa ke daerah

tersebut. Penyebaran virus dengue secara geografis dilaporkan terjadi terutama

oleh orang-orang yang bepergian dari daerah endemik ke daerah non-endemik.

b. Faktor Agent (Penyebab)

Virus dengue ditularkan dari orang yang terinfeksi kepada orang lain

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Di India, Aedes aegypti menjadi

vektor utama di sebagian besar wilayah perkotaan. Namun, Ae. albopictus juga

dicurigai sebagai penyebab demam berdarah di berbagai negara.

Universitas Sumatera Utara


25

c. Faktor Environment (Lingkungan)

Populasi Aedes aegypti dipengaruhi oleh curah hujan dan penyimpanan

air. Umur nyamuk Aedes aegypti dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban. Aedes

aegypti dapat bertahan pada suhu antara 160C dan 300C dengan kelembaban

yaitu sekitar 60-80%. Ketinggian juga merupakan salah satu faktor pembatas bagi

distribusi nyamuk. Nyamuk hanya bisa bertahan diantara ketinggian laut 1000

kaki di atas permukaan laut. Aedes aegypty merupakan anthropophilic dan sering

beristirahat di tempat teduh dan sejuk.

Penyebaran nyamuk yang terjadi di pedesaan merupakan penyebaran yang

masih tergolong baru, penyebaran ini terjadi akibat perubahan sosial dan gaya

hidup di daerah pedesaan, ditambah dengan kegiatan pembangunan, perbaikan

sistem transportasi, dll. Aedes aegypti telah menimbulkan ancaman serius bagi

penularan DBD di wilayah geografis tertentu dengan lingkungan yang banyak

tumbuh-tumbuhannya, khususnya di negara-negara semenanjung dan timur laut

(WHO, 2015).

2.4 Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)

Menurut Kemenkes RI (2011), pengendalian DBD yang tepat adalah

pemutusan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektornya, karena vaksin

dan obat belum ada. Vektor DBD sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia,

hal ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim global, kemajuan teknologi

transportasi, mobilitas penduduk, urbanisasi, dan infrastruktur penyediaan air

bersih yang kondusif untuk perkembangbiakan vektor DBD, serta perilaku

masyarakat yang belum mendukung upaya pengendalian.

Universitas Sumatera Utara


26

2.4.1 Pencegahan Primer

Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belum mulai

dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.

a. Host (Manusia)

Untuk melindungi pribadi dari risiko penularan virus DBD dapat

dilakukan secara individu dengan menggunakan repellent, menggunakan pakaian

yang mengurangi gigitan nyamuk. Baju lengan panjang dan celana panjang bisa

mengurangi kontak dengan nyamuk meskipun sementara. Untuk mengurangi

kontak dengan nyamuk di dalam keluarga bisa memasang kelambu pada waktu

tidur dan kasa anti nyamuk. Insektisida rumah tangga seperti semprotan aerosol

dan repellent: obat nyamuk bakar, vaporize mats (VP), dan repellent oles anti

nyamuk bisa digunakan oleh individu. Pada 10 tahun terakhir dikembangkan

kelambu berinsektisida atau dikenal sebagai insecticide treated nets (ITNs) dan

tirai berinsektisida yang mampu melindungi gigitan nyamuk (Kemenkes RI,

2015).

b. Agent (Virus Dengue)

Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat untuk penyakit

DBD belum ada dan masih dalam proses penelitian, sehingga pengendaliannya

terutama ditujukan untuk memutus rantai penularan, yaitu dengan pengendalian

vektornya (Kemenkes RI, 2015).

c. Environment (Lingkungan)

Metode pengendalian lingkungan yang dilakukan adalah dengan

pemberantasan nyamuk dewasa dan pemberantasan jentik nyamuk. Untuk

Universitas Sumatera Utara


27

memberantas nyamuk dewasa, kegiatan yang dilakukan berupa fogging

(pengasapan) (Kemenkes RI, 2013).

Fogging dilakukan saat aktifitas puncak nyamuk menghisap darah yaitu

pada pagi hari jam 07.00 – 09.00 atau sore hari jam 15.00 – 17.00 waktu setempat.

Fogging sebaiknya dilaksanakan pada kondisi tidak ada hujan, angin, dan

menghindari suhu udara yang relatif panas. Penyemprotan dilakukan di rumah

penderita DBD dan rumah/bangunan/lingkungan sekitarnya dalam radius 200

meter, 2 siklus dengan interval 1 minggu (Kemenkes RI, 2013).

Sedangkan untuk memberantas jentik nyamuk, kegiatan yang dilakukan

adalah :

a. Kimiawi dengan insektisida dan larvasida.

b. Biologi dengan menggunakan musuh alami seperti predator, bakteri dll.

c. Managemen lingkungan seperti mengelola atau meniadakan habitat

perkembangbiakan nyamuk yang terkenal dengan “3M plus” atau gerakan

PSN (pengendalian sarang nyamuk) (Kemenkes RI, 2011).

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus, yaitu:

1) Menguras adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat

penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air

minum, penampung air lemari es, dan lain-lain.

2) Menutup yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti

drum, kendi, toren air, dan sebagainya.

3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki

potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD.

Universitas Sumatera Utara


28

Adapun yang dimaksud dengan “Plus” adalah segala bentuk kegiatan

pencegahan, seperti:

1. Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit

dibersihkan.

2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk.

3. Menggunakan kelambu saat tidur.

4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk.

5. Menanam tanaman pengusir nyamuk.

6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah.

7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa

menjadi tempat istrahat nyamuk dan lain-lain.

PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba,

karena meningkatnya curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat

perkembangbiakan nyamuk penular DBD, sehingga seringkali menimbulkan

kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan (Kemenkes RI,

2015).

2.4.2 Pencegahan Sekunder

Upaya pencegahan yang dilakukan saat proses penyakit belangsung (awal

periode potogenesis) dengan tujuan proses penyakit yang tidak berlanjut .

Penderita dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji tourniket positif atau

disertai perdarahan spontan tanpa peningkatan hematokrit, dan trombositopenia

ringan.

Universitas Sumatera Utara


29

Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis.

Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran

plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan.

Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi

antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses

kebocoran plasma akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial

ke intravaskular. Terapi cairan pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi.

Penderita berikan minum sebanyak 1-2 liter/hari atau 1 sendok makan setiap 5

menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah air putih, teh manis, sirup, jus

buah, susu, atau oralit. Obat antipiretik (parasetamol) diberikan bila suhu >38 0C.

Pada anak dengan riwayat kejang dapat diberikan obat anti konvulsif (Chen dkk,

2009).

2.4.3 Pencegahan Tersier

Upaya yang dilakukan saat proses penyakit sudah lanjut (akhir periode

patogenesis) dengan tujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan

rehabilitasi. Dilakukan dengan cara terapi nonfarmakologis yang diberikan

meliputi tirah baring (pada trombositopenia yang berat) dan pemberian makanan

dengan kandungan gizi yang cukup, lunak dan tidak mengandung zat atau bumbu

yang mengiritasi saluaran cerna. Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan

antipiretik berupa parasetamol, serta obat simptomatis untuk mengatasi keluhan

dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat antiinflamasi nonsteroid sebaiknya

dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna bagaian atas

(lambung/duodenum) (Chen dkk, 2009).

Universitas Sumatera Utara


30

2.5 Stratifikasi Daerah Rawan Demam Berdarah Dengue

Menurut Kemenkes RI (2013), stratifikasi daerah rawan DBD adalah

endemisitas suatu daerah berdasarkan kriteria:

1. Endemis: Kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir, setiap tahun ada

penderita DBD.

2. Sporadis: Kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir terdapat penderita DBD

tetapi tidak setiap tahun.

3. Potensial: Kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir tidak pernah ada

penderita DBD, tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan

transportasi yang ramai dengan wilayah lain dan persentase rumah yang

ditemukan jentik ≥ 5%.

4. Bebas: Kecamatan yang tidak pernah ada penderita DBD selama 3 tahun

terakhir dan persentase rumah yang ditemukan.

2.6 Kerangka Konsep

Gambaran Epidemiologi Penderita Demam


Berdarah Dengue (DBD)
1. Sosiodemografi
Umur, Jenis kelamin, Agama, Pendidikan,
Pekerjaan, Tempat tinggal
2. Waktu
3. Jumlah Trombosit
4. Persentase Hematokrit
5. Tingkat Keparahan Penyakit
6. Lama rawatan rata-rata
7. Keadaan Sewaktu Pulang
8. Sumber Biaya

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif dengan menggunakan

desain studi case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Sundari Medan. Pemilihan

lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa data yang diperlukan dalam

penelitian ini tersedia dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai gambaran

epidemiologi penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan tahun 2016 di lokasi penelitian tersebut.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai dengan bulan

November 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh data penyakit DBD yang

tercatat di Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 yang berjumlah 338

kasus.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah penderita DBD di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan tahun 2016 dengan jumlah penderita sebanyak 183 orang. Sampel

diperoleh dengan rumus :

31
Universitas Sumatera Utara
32

diketahui :

N= Ukuran populasi

n= ukuran sampel minimal

d= presisi yang ditetapkan =0,05

Berdasarkan perhitungan dengan rumus, diperoleh besar sampel yang

dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 183 penderita.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple Random

Sampling dengan menggunakan tabel bilangan atau angka acak (random number).

Pengambilan sampel dengan dilakukan dengan membentuk kerangka penarikan

dengan mendaftarkan seluruh kartu status dan diberi nomor urut dalam tiga digit

dari 1-383 (list seluruh penderita DBD tersedia). Penentuan jumlah digit

disesuaikan dengan ukuran populasi. Untuk menentukan sampel yang pertama,

ditunjuk dengan sembarang pada tabel bilangan/random number. Pembacaan

dilakukan secara horisontal (ke samping) secara berurutan dengan mengambil

angka acak sesuai jumlah digit yang telah ditentukan sebanyak sampel yang

dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


33

3.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang

diperoleh dari kartu status pasien DBD di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

tahun 2016. Selanjutnya dilakukan tabulasi dari semua data kasus DBD yang di

peroleh dari kartu status tersebut.

3.6 Defenisi Operasional

3.6.1 Penderita DBD adalah orang yang dinyatakan sakit/menderita DBD

berdasarkan diagnosa dokter dan tercatat di kartu status.

3.6.2 Umur adalah usia seseorang pada saat menderita penyakit DBD,

berdasarkan data yang tercatat di kartu status (Riskesdas, 2007).

Dibedakan atas:

1) <1 tahun
2) 1-4 tahun
3) 5-14 tahun
4) 15-24 tahun
5) 25-34 tahun
6) 35-44 tahun
7) 45-54 tahun
8) 55-64 tahun
9) 65-74 tahun
10) >75 tahun

Pada analisis bivariat di kategorikan menjadi:

1) < 15 tahun
2) ≥ 15 tahun

3.6.3 Jenis Kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki penderita

sesuai dengan yang tercatat di kartu status RSU Sundari :

1) Laki-laki
2) Perempuan

Universitas Sumatera Utara


34

3.6.4 Agama adalah kepercayaan yang dianut penderita yang tercatat di kartu

status dan dikategorikan atas:

1) Islam
2) Kristen Protestan
3) Katolik
4) Budha

3.6.5 Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal terakhir yang dijalani

penderita DBD yang tercatat di kartu status, dikategorikan atas:

1) Belum/Tidak Sekolah
2) SD
3) SLTP
4) SLTA
5) Akademi/Perguruan Tinggi

3.6.6 Pekerjaan adalah kegiatan utama penderita DBD yang tercatat di kartu

status, dikategorikan atas:

1) Tidak Bekerja
2) Pelajar/Mahasiswa
3) PNS/Pensiunan PNS
4) Karyawan
5) Wiraswasta
6) Ibu Rumah Tangga (IRT)
7) Lain-lain

3.6.7 Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita DBD tinggal dan menetap

yang tercatat pada kartu status, dikategorikan atas:

1) Kota Medan
2) Luar Kota Medan

3.6.8 Waktu adalah periode dalam satu tahun pada saat penderita DBD

pertamakali di rawat di RSU Sundari, yaitu dari bulan Januari sampai

dengan bulan Desember pada tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


35

3.6.9 Jumlah trombosit saat masuk Rumah Sakit adalah jumlah trombosit yang

terdapat pada darah penderita yang didapat melalui hasil pemeriksaan

laboratorium pada saat datang pertama kali berobat sesuai dengan yang

tercatat di kartu status RSU Sundari Medan dan dikelompokkan menurut

WHO 2007:

1) ≤100.000/mm3
2) >100.000/mm3

3.6.10 Jumlah trombosit saat keluar Rumah Sakit adalah jumlah trombosit yang

terdapat pada darah penderita yang didapat melalui hasil pemeriksaan

laboratorium pada saat penderita keluar (pulang) dari Rumah Sakit sesuai

dengan yang tercatat di kartu status RSU Sundari Medan dan

dikelompokkan menurut WHO 2007:

1) ≤100.000/mm3
2) >100.000/mm3

3.6.11 Persentase hematokrit pada saat masuk Rumah Sakit adalah persentase

kenaikan hematokrit yang terdapat pada darah penderita yang didapat

melalui hasil pemeriksaan laboratorium pada saat datang pertama kali

berobat sesuai dengan yang tercatat di kartu status RSU Sundari

dikelompokkan menjadi:

1) <20%
2) ≥20%

3.6.12 Persentase hematokrit pada saat keluar Rumah Sakit adalah persentase

kenaikan hematokrit yang terdapat pada darah penderita yang didapat

melalui hasil pemeriksaan laboratorium pada saat penderita keluar

Universitas Sumatera Utara


36

(pulang) dari Rumah sakit sesuai dengan yang tercatat di kartu status

RSU Sundari dikelompokkan menjadi:

1) <20%
2) ≥20%

3.6.13 Tingkat keparahan adalah tingkat penyakit DBD yang di derita oleh

penderita DBD berdasarkan diagnosa dokter dan tercatat di kartu status,

dikategorikan menjadi:

1) Derajat I: Demam 2-7 hari disertai gejala yang tidak khas,

manifestasi perdarahan hanya berupa tes tourniket positif.

2) Derajat II: Derajat I disertai dengan perdarahan spontan di

kulit/perdarahan lain.

3) Derajat III: Derajat II di tambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu

nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun disertai kulit yang

dingin dan penderita gelisah.

4) Derajat IV: Derajat III di tambah syok yang berat dengan nadi yang

tidak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur

Pada analisis bivariat di kategorikan menjadi:


1) Ringan (Derajat I dan II)
2) Berat (Derajat III dan IV)

3.6.14 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lama hari rawatan penderita DBD

di hitung dari tanggal mulai di rawat inap sampai keluar yang tercatat di

kartu status.

3.6.15 Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita DBD waktu keluar dari

Rumah Sakit Umum Sundari dan dikategorikan atas :

1) Pulang berobat jalan (PBJ)

Universitas Sumatera Utara


37

2) Pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

3.6.16 Sumber Biaya adalah biaya yang di gunakan oleh penderita DBD untuk

membiayai kebutuhannya selama di rawat inap di RSU Sundari di

kategorikan menjadi:

1) Biaya sendiri
2) Bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya)

3.7 Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan dicatat dan kemudian diolah dengan

menggunakan bantuan komputer. Analisis univariat secara deskriptif dan analisis

bivariat dengan menggunakan uji Exact Fisher, Chi-Square, Kruskal Wallis,

Kolmogorov Smirnov, dan uji Mann-Whitney kemudian disajikan dalam bentuk

tabel distribusi frekuensi, diagram batang, diagram pie dan diagram garis.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Sundari Medan

Rumah Sakit Umum Sundari Medan yang terletak di Jalan T.B.

Simatupang (jl. Pinang Baris No. 31) berdiri pada tahun 1987 yang didirikan oleh

Bapak H. Usman. Rumah Sakit Umum Sundari pada awal mulanya hanyalah

tempat praktik bidan yang dibuat di Rumah. Tempat praktik ini berada di

Lingkungan Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal yang penduduknya belum

terlalu banyak, namun pertumbuhan penduduk yang cukup signifikan membuat

Desa Lalang Kecamatan Medan Sunggal banyak pasien yang ingin berobat,

terutama pasien yang mau melahirkan.

Dikarenakan banyaknya pasien di sekitar rumah yang datang ke Bidan Hj.

Sundari untuk melahirkan sehingga tempat praktik yang awalnya hanyalah rumah

tidak lagi mencukupi untuk memberikan pelayanan kesehatan bersalin. Setelah

mendapat izin, maka didirikanlah klinik bersalin.

Pada tahun 1995, Klinik Bersalin Sundari meningkat statusnya menjadi

Rumah Sakit Umum Sundari yang diperkuat dengan surat keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No.YN.02.04.4.5963. Dengan surat keputusan itu

maka sampai dengan saat ini RSU Sundari Medan telah melakukan pelayanan

medis sebagai rumah sakit yang memiliki fungsi lebih bukan hanya tempat

persalinan, tetapi juga telah menjadi sarana dan prasarana untuk pengobatan medis

lainnya.

38
Universitas Sumatera Utara
39

4.2 Deskriptif

4.2.1 Sosiodemografi Penderita DBD

Distribusi proporsi penderita DBD di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

tahun 2016 berdasarkan sosiodemografi dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2 di

bawah ini:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Umur (tahun) Jenis Kelamin f %
Laki-laki % Perempuan %
<1 tahun 2 2,0 0 0,0 2 1,1
1-4 tahun 5 5,1 9 10,7 14 7,7
5-14 tahun 25 25,3 14 16,7 39 21,3
15-24 tahun 24 24,2 21 25,0 45 24,6
25-34 tahun 21 21,2 11 13,1 32 17,5
35-44 tahun 13 13,1 10 11,9 23 12,6
45-54 tahun 5 5,1 7 8,3 12 6,6
55-64 tahun 2 2,0 10 11,9 12 6,6
65-74 tahun 1 1,0 0 0,0 1 0,5
≥75 tahun 1 1,0 2 2,4 3 1,6
Total 99 100 84 100 183 100

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD pada laki-

laki paling banyak pada kelompok umur 5-14 tahun yaitu sebanyak 25 orang

(25,3%). Sementara pada perempuan paling banyak pada kelompok umur 15-24

tahun yaitu sebanyak 21 orang (25,0%). Namun secara keseluruhan pada laki-laki

dan perempuan, penderita DBD tertinggi pada kelompok umur 15-24 tahun

sebanyak 45 orang (24,6%). Berdasarkan jenis kelamin penderita DBD lebih

banyak pada laki-laki yaitu 99 orang (54,1%) daripada perempuan 84 orang

(45,9%).

Universitas Sumatera Utara


40

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan Agama,


Pendidikan, Pekerjaan dan Tempat Tinggal di RSU Sundari
Medan Tahun 2016
Agama f %
Islam 163 89,1
Kristen Protestan 14 7,7
Katolik 3 1,6
Budha 3 1,6
Total 183 100
Pendidikan f %
Belum/Tidak Sekolah 21 11,5
SD 42 23,0
SLTP 21 11,5
SLTA 54 29,5
Akademi/Perguruan Tinggi 45 24,5
Total 183 100
Pekerjaan f %
Tidak Bekerja 22 12,0
Pelajar/Mahasiswa 60 32,8
PNS/Pensiunan PNS 12 6,6
Karyawan Swasta 31 16,9
Wiraswasta 26 14,2
Ibu Rumah Tangga (IRT) 26 14,2
Lain-Lain 6 3,3
Total 183 100
Tempat Tinggal f %
Kota Medan 172 94,0
Luar Kota Medan 11 6,0
Total 183 100

Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD berdasarkan

agama, proporsi agama tertinggi pada agama Islam sebanyak 163 orang (89,1%)

dan terendah pada agama Katolik dan Budha masing-masing sebanyak 3 orang

(1,6%). Berdasarkan pendidikan, proporsi pendidikan tertinggi pada SLTA

sebanyak 54 orang (29,5%) dan terendah pada pendidikan belum/tidak sekolah

dan SLTP masing-masing sebanyak 21 orang (11,5%).

Berdasarkan pekerjaan, proporsi pekerjaan tertinggi pada pekerjaan

pelajar/mahasiswa sebanyak 60 orang (32,8%) dan terendah pada pekerjaan lain-

Universitas Sumatera Utara


41

lain (petani dan supir) sebanyak 6 orang (3,3%). Berdasarkan tempat tinggal,

proporsi tempat tinggal lebih tinggi berasal dari Kota Medan sebanyak 172 orang

(94,0%) daripada yang berasal dari luar Kota Medan sebanyak 11 orang (6,0%).

4.2.2 Waktu (Bulan)

Distribusi penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Waktu (Bulan) di RSU


Sundari Medan Tahun 2016
Waktu (Bulan) f %
Januari 20 10,9
Februari 17 9,3
Maret 16 8,7
April 15 8,2
Mei 7 3,9
Juni 11 6,0
Juli 9 4,9
Agustus 13 7,1
September 17 9,3
Oktober 16 8,7
November 19 10,4
Desember 23 12,6
Total 183 100

Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa distribusi penderita DBD

berdasarkan waktu (bulan) terbanyak pada bulan Desember yaitu sebanyak 23

orang (12,6%), dan terendah pada bulan Mei yaitu sebanyak 7 orang (3,9%).

4.2.3 Jumlah Trombosit

Distribusi penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


42

Tabel 4.4 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit di RSU


Sundari Medan Tahun 2016
Jumlah Trombosit Saat Masuk f %
≤100.000/mm3 101 55,2
>100.000/mm3 82 44,8
Total 183 100
Jumlah Trombosit Saat Keluar f %
≤100.000/mm3 39 21,3
>100.000/mm3 144 78,7
Total 183 100

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa distribusi penderita DBD

berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada jumlah

trombosit ≤100.000/mm3 sebanyak 101 orang (55,2%), daripada jumlah trombosit

>100.000/mm3 yaitu sebanyak 82 orang (44,8%).

Berdasarkan jumlah trombosit saat keluar rumah sakit lebih tinggi pada

jumlah trombosit >100.000/mm3 sebanyak 144 orang (78,7%), daripada jumlah

trombosit ≤100.000/mm3 yaitu sebanyak 39 orang (21,3%).

4.2.4 Persentase Hematokrit

Distribusi penderita DBD berdasarkan persentase hematokrit di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.5 di

bawah ini:

Tabel 4.5 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Persentase Hematokrit di


RSU Sundari Medan Tahun 2016
Hematokrit Saat Masuk (% kenaikan) f %
<20% 135 73,8
≥20% 48 26,2
Total 183 100
Hematokrit Saat Keluar (% kenaikan) f %
<20% 175 95,6
≥20% 8 4,4
Total 183 100

Universitas Sumatera Utara


43

Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa distribusi penderita DBD

berdasarkan persentase hematokrit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada

hematokrit dengan kenaikan <20% sebanyak 135 orang (73,8%) daripada

hematokrit dengan kenaikan ≥20% yaitu sebanyak 48 orang (26,2%).

Berdasarkan persentase hematokrit saat keluar rumah sakit tertinggi yaitu

hematokrit dengan kenaikan <20% sebanyak 175 orang (95,6%), dan terendah

pada hematokrit dengan kenaikan ≥20% yaitu sebanyak 8 orang (4,4%).

4.2.5 Tingkat Keparahan

Distribusi penderita DBD berdasarkan tingkat keparahan di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.6 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Tingkat Keparahan di


RSU Sundari Medan Tahun 2016
Tingkat Keparahan f %
Derajat I 158 86,3
Derajat II 21 11,5
Derajat III 4 2,2
Total 183 100

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa distribusi penderita DBD

berdasarkan tingkat keparahan tertinggi yaitu pada derajat I sebanyak 158 orang

(86,3%), dan terendah pada derajat III yaitu sebanyak 4 orang (2,2%).

4.2.6 Lama Rawatan Rata-rata

Distribusi penderita DBD berdasarkan lama rawatan rata-rata di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.7 di

bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


44

Tabel 4.7 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Lama Rawatan Rata-rata


di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Lama Rawatan Rata-rata
Mean 5,14
SD ( Standard Deviasi) 95% Confidence Interval 1,628
Minimum 1
Maksimum 9

Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata- rata penderita

DBD di Rumah Sakit Umum Sundari Medan Tahun 2016 adalah 5,14 (5 hari),

dengan lama rawatan tersingkat (minimum) 1 hari dan terlama (maksimum) 9

hari.

4.2.7 Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.8 di

bawah ini:

Tabel 4.8 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang


di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Keadaan Sewaktu Pulang f %
Pulang Sembuh 139 76,0
Pulang Berobat Jalan (PBJ) 36 19,7
Pulang Atas Permintaan Sendiri 8 4,4
(PAPS)
Total 183 100

Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa penderita DBD berdasarkan keadaan

sewaktu pulang tertinggi pada pulang sembuh sebanyak 139 orang (76,0%) dan

terendah pada pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 8 orang (4,4%).

4.2.8 Sumber Biaya

Distribusi penderita DBD berdasarkan sumber biaya di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


45

Tabel 4.9 Distribusi Penderita DBD Berdasarkan Sumber Biaya di RSU


Sundari Medan Tahun 2016
Sumber Biaya f %
Biaya Sendiri 31 16,9
Bukan Biaya Sendiri (JKN dan 152 83,1
jaminan kesehatan lain)
Total 183 100

Dari tabel 4.9 dapat diketahui bahwa distribusi penyakit DBD berdasarkan

sumber biaya lebih tinggi pada bukan biaya sendiri (JKN dan Jaminan Kesehatan

Lainnya) yaitu 152 orang (83,1%) daripada biaya sendiri sebanyak 31 orang

(16,9%).

4.3 Analisis Bivariat

4.3.1 Tingkat Keparahan berdasarkan Umur

Perbedaan proporsi tingkat keparahan penderita DBD berdasarkan umur di

Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.10

di bawah ini:

Tabel 4.10 Distribusi Perbedaan Tingkat Keparahan Penderita DBD


Berdasarkan Umur di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Umur Tingkat Keparahan Total
Ringan (Derajat I Berat (Derajat III
dan II) dan IV)
f % f % f %
<15 tahun 53 96,4 2 3,6 55 100
≥15 tahun 126 98,4 2 1,6 128 100
p= 0,585

Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pada kelompok umur <15 tahun

yang menderita DBD lebih tinggi pada tingkat keparahan ringan sebanyak 53

orang (96,4%) daripada tingkat keparahan berat sebanyak 2 orang (3,6%) dan

pada kelompok umur ≥15 tahun yang menderita DBD lebih tinggi pada tingkat

Universitas Sumatera Utara


46

keparahan ringan sebanyak 126 orang (98,4%) daripada tingkat keparahan berat

sebanyak 2 orang (1,6%).

Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,585 (p >0,05),

artinya tidak ada perbedaan proporsi tingkat keparahan yang bermakna pada

penderita DBD berdasarkan umur di RSU Sundari Medan Tahun 2016.

4.3.2 Jumlah Trombosit Saat Keluar berdasarkan Jumlah Trombosit Saat

Masuk

Perbedaan proporsi jumlah trombosit saat keluar penderita DBD

berdasarkan jumlah trombosit saat masuk di Rumah Sakit Umum Sundari Medan

pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini:

Tabel 4.11 Distribusi Perbedaan Jumlah Trombosit saat keluar Penderita


DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit saat masuk di RSU
Sundari Medan Tahun 2016
Jumlah Trombosit Jumlah Trombosit Saat Keluar Total
3 3
Saat Masuk (/mm ) (/mm )
≤100.000 >100.000
f % f % f %
≤100.000 32 31,7 69 68,3 101 100
>100.000 7 8,5 75 91,5 82 100
p=0,000

Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD yang

jumlah trombosit saat masuknya ≤100.000/mm3 terdapat penderita DBD yang

keluar rumah sakit dengan jumlah trombosit tertinggi saat keluar >100.000/mm3

sebanyak 69 orang (68,3%) dan proporsi penderita DBD yang jumlah trombosit

saat masuknya >100.000/mm3 terdapat penderita DBD yang keluar rumah sakit

dengan jumlah trombosit tertinggi saat keluar >100.000/mm3 sebanyak 75 orang

(91,5%).

Universitas Sumatera Utara


47

Berdasarkan hasil uji Chi Square diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya

ada perbedaan proporsi jumlah trombosit saat keluar yang bermakna pada

penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit saat masuk di RSU Sundari Medan

Tahun 2016.

4.3.3 Persentase Hematokrit Saat Keluar Berdasarkan Persentase


Hematokrit Saat Masuk
Perbedaan proporsi persentase hematokrit saat keluar penderita DBD

berdasarkan persentase hematokrit saat masuk di Rumah Sakit Umum Sundari

Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini:

Tabel 4.12 Distribusi Perbedaan Persentase Hematokrit saat keluar


Penderita DBD Berdasarkan Persentase Hematokrit saat
masuk di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Persentase Persentase Hematokrit Saat Total
Hematokrit Keluar
Saat Masuk <20% ≥20%
f % f % f %
<20% 134 99,3 1 0,7 135 100
≥20% 41 85,4 7 14,6 48 100
p=0,000

Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada proporsi penderita DBD yang

persentase hematokrit saat masuknya <20% terdapat penderita DBD yang keluar

rumah sakit dengan persentase hematokrit tertinggi saat keluar <20% sebanyak

134 orang (99,3%) dan proporsi penderita DBD yang persentase hematokrit saat

masuknya ≥20% terdapat penderita DBD yang keluar rumah sakit dengan

persentase hematokrit tertinggi saat keluar <20% sebanyak 41 orang (85,4%).

Berdasarkan hasil uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05),

artinya ada perbedaan proporsi persentase hematokrit saat keluar yang bermakna

Universitas Sumatera Utara


48

pada penderita DBD berdasarkan persentase hematokrit saat masuk di RSU

Sundari Medan Tahun 2016.

4.3.4 Lama Rawatan Rata-Rata berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata penderita DBD berdasarkan

keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016

dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini:

Tabel 4.13 Distribusi Perbedaan Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DBD


Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan
Tahun 2016
Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-rata
f Means SD
Pulang Sembuh 139 5,25 1,611
Pulang Berobat Jalan (PBJ) 36 5,06 1,638
Pulang Atas Permintaan 8 3,63 1,188
Sendiri(PAPS)
p=0,013

Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata 139 orang

penderita DBD dengan keadaan sembuh adalah 5,25 (5 hari), lama rawatan rata-

rata 36 orang penderita DBD pulang berobat jalan (PBJ) adalah 5,06 (5 hari) dan

lama rawatan rata-rata 8 orang penderita DBD pulang atas permintaan sendiri

(PAPS) adalah 3,63 (4 hari).

Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p=0,013 (p<0,05),

artinya ada perbedaan lama rawatan rata-rata yang bermakna penderita DBD

berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Sundari Medan Tahun 2016.

4.3.5 Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Perbedaan proporsi tingkat keparahan penyakit penderita DBD

berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada

tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


49

Tabel 4.14 Distribusi Perbedaan Tingkat Keparahan penderita DBD


Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari Medan
Tahun 2016
Keadaan Tingkat Keparahan Total
Sewaktu Pulang Ringan (derajat I Berat (derajat III
dan II) dan IV)
f % f % f %
Pulang Sembuh 135 97,1 4 2,9 139 100
Pulang Berobat Jalan 36 100 0 0 36 100
(PBJ)
Pulang atas permintaan 8 100 0 0 8 100
sendiri (PAPS)
p=0,972

Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD yang

pulang sembuh tertinggi pada tingkat keparahan ringan (derajat I dan II) sebanyak

135 orang (97,1%), proporsi penderita DBD yang pulang berobat jalan (PBJ)

tertinggi pada tingkat keparahan ringan (derajat I dan II) sebanyak 36 orang

(100%) dan proporsi penderita DBD yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

tertinggi pada tingkat keparahan ringan sebanyak 8 orang (100%).

Berdasarkan hasil uji Kolmogorov Smirnov diperoleh nilai p=0,972

(p>0,05), artinya tidak ada perbedaan proporsi tingkat keparahan yang bermakna

pada penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSU Sundari Medan

Tahun 2016.

4.3.6 Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya

Perbedaan proporsi lama rawatan rata-rata penderita DBD berdasarkan

sumber biaya di Rumah Sakit Umum Sundari Medan pada tahun 2016 dapat

dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


50

Tabel 4.15 Distribusi Perbedaan Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DBD


Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-rata
f Means SD
Biaya Sendiri 31 4,16 1,098
Bukan Biaya Sendiri 152 5,34 1,648
(JKN dan Jaminan
Kesehatan Lainnya)
p=0,000

Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa lama rawatan rata-rata 31orang

penderita DBD dengan sumber biaya yaitu biaya sendiri adalah 4,16 (4 hari), lama

rawatan rata-rata 152 orang penderita DBD dengan sumber biaya yaitu bukan

biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya) adalah 5,34 (5 hari).

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05),

artinya ada perbedaan lama rawatan rata-rata yang bermakna penderita DBD

berdasarkan sumber biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara


BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Deskriptif

5.1.1 Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita DBD berdasarkan umur dan jenis kelamin di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.1 di bawah

ini:

≥75
65-74
55-64
Proporsi (Tahun)

45-54
35-44
Perempuan
25-34
15-24 Laki-Laki

5-14
1-4
<1

30 20 10 0 10 20 30
Persen (%)
Gambar 5.1 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan
Umur dan Jenis Kelamin di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.1 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DBD pada laki-laki paling banyak pada kelompok umur 5-14 tahun

sebanyak 25 orang (25,3%). Sementara pada perempuan paling banyak pada

kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 21 orang (25,0%). Namun secara

keseluruhan pada laki-laki dan perempuan, penderita DBD paling banyak pada

kelompok umur 15-24 tahun sebanyak 45 orang (24,6%). Berdasarkan jenis

kelamin penderita DBD lebih banyak pada penderita laki-laki yaitu 99 orang

(54,1%) daripada perempuan yaitu 84 orang (45,9%).

51
Universitas Sumatera Utara
52

Pada awalnya penyakit DBD lebih banyak menyerang anak-anak, namun

dalam dekade terakhir telah terjadi pergeseran umur pada penderita DBD. Dari

tahun 1993 sampai tahun 1998 kelompok umur terbesar kasus DBD adalah <15

tahun dan pada tahun 1999-2009 kelompok umur terbesar cenderung pada

kelompok umur ≥15 tahun (Depkes RI, 2010). Tampak telah terjadi perubahan

pola penyakit DBD, saat ini DBD telah menyerang seluruh kelompok umur,

bahkan lebih banyak pada usia produktif (Kemenkes RI, 2016).

Dari gambar 5.1 juga dapat diketahui bahwa proporsi penderita DBD

secara keseluruhan terbanyak pada laki-laki. Berdasarkan jenis kelamin, semua

orang beresiko terkena penyakit DBD (WHO,2015). Namun hal ini kemungkinan

karena mobilitas yang lebih tinggi daripada perempuan. Mobilitas dan kepadatan

penduduk berpengaruh terhadap peningkatan penderita DBD (Kemenkes RI,

2010).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rajanayagam (2016) di RSUP Haji Adam Malik Medan yang menyatakan bahwa

proporsi penderita DBD tertinggi pada kelompok umur ≥ 15 tahun sebesar 74,5%

dengan proporsi laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan sebesar 53,5%.

5.1.2 Agama

Proporsi penderita DBD berdasarkan Agama di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.2 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


53

1.6%
1.6%
7.7%

Islam
Kristen Protestan
Katolik
Budha

89.1%

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Agama di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Berdasarkan Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DBD berdasarkan agama adalah agama Islam sebanyak 163 orang

(89,1%), diikuti agama Kristen Protestan sebanyak 14 orang (7,7%), dan proporsi

terendah yaitu agama Katolik dan Budha masing-masing sebanyak 3 orang

(1,6%). Hal ini bukan berarti penganut agama Islam lebih beresiko untuk

menderita DBD, namun hanya menunjukkan penderita DBD yang datang berobat

ke RSU Sundari Medan mayoritas beragama Islam.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan

(2012) di RSUD Lubuk Pakam menemukan proporsi tertinggi penderita DBD

beragama Islam sebesar 74,6%.

5.1.3 Pendidikan

Proporsi penderita DBD berdasarkan pendidikan di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


54

11.5%
29.5%
11.5% SLTA
Akademi/Perguruan Tinggi
SD
SLTP
Belum/Tidak Sekolah
23%

24.6%

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Pendidikan di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Gambar 5.3 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DBD berdasarkan pendidikan adalah SLTA yaitu sebanyak 54 orang

(29,5%), kemudian diikuti dengan Akademi/Perguruan tinggi 45 orang (24,5%),

SD 42 orang (23,0%), dan proporsi terendah yaitu SLTP dan belum/tidak sekolah

masing-masing sebanyak 21 orang (11,5%).

Hal ini kemungkinan disebabkan penderita yang datang berobat di RSU

Sundari Medan adalah sebagian besar perpendidikan SLTA. Jika dilihat dari segi

umur yang datang berobat ke RSU Sundari Medan yang tertinggi adalah umur 15-

24 tahun, hal ini membuktikan bahwa yang datang ke rumah sakit ini adalah

penderita dengan tingkat pendidikan yang pernah dijalaninya adalah SLTA. Hal

ini juga dapat dikaitkan dengan pekerjaan penderita lebih banyak adalah

pelajar/mahasiswa.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni

dan Sabir (2011) di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar menemukan

Universitas Sumatera Utara


55

proporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan pendidikan adalah SLTA sebesar

41,0%.

5.1.4 Pekerjaan

Proporsi penderita DBD berdasarkan pekerjaan di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.4 di bawah ini:

35 32.8%
30
25
Proporsi (%)

20 16.9%
14.2% 14.2%
15 12.0%
10 6.6%
3.3%
5
0

Gambar 5.4 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Pekerjaan di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan Gambar 5.4 dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DBD berdasarkan pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa sebanyak 60

orang (32,8%) diikuti karyawan swasta 31 orang (16,9%), wiraswasta dan Ibu

Rumah Tangga masing-masing 26 orang (14,2%), tidak bekerja 22 orang (12,0%),

PNS/Pesiunan PNS 12 orang (6,6%) dan proporsi terendah adalah lain-lain (petani

dan supir) sebanyak 6 orang (3,3%).

Hal ini kemungkinan disebabkan karena umur penderita DBD pada

umumnya yaitu remaja yang masih tergolong dalam usia sekolah. Kebiasaan

nyamuk menggigit pada pagi dan sore hari menyebabkan penularan virus terjadi

Universitas Sumatera Utara


56

di berbagai lokasi tempat dan sebagian besar waktu di luar rumah, seperti di

sekolah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Idharmawan (2014) di RS Al-Ihsan Bandung menemukan proporsi tertinggi

penderita DBD berdasarkan pekerjaan adalah pelajar/mahasiswa yaitu sebesar

79,35%.

5.1.5 Tempat Tinggal

Proporsi penderita DBD berdasarkan tempat tinggal di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.5 di bawah ini:

6.0%

Kota Medan
Luar Kota Medan

94.0%

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Tempat Tinggal di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan gambar 5.5 diketahui bahwa proporsi penderita DBD

berdasarkan tempat tinggal lebih banyak berasal dari kota Medan sebanyak 172

orang (94,0%) daripada dari luar kota Medan yaitu 11 orang (6,0%). Hal ini

mungkin disebabkan sebagian besar yang berobat adalah warga kota Medan itu

sendiri dimana RSU Sundari Medan ini lebih dekat untuk warga kota Medan. Hal

Universitas Sumatera Utara


57

ini juga didukung karena kota Medan merupakan daerah endemis untuk

terjangkitnya penyakit DBD.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rajanayagam (2016) di RSUP Haji Adam Malik Medan bahwa poporsi tertinggi

penderita DBD berasal dari kota Medan sebesar 55,8%.

5.1.6 Waktu (Bulan)

Proporsi penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) di Rumah Sakit

Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.6 di bawah ini:

14
12
10
Proporsi (%)

8
6
4
2
0

Gambar 5.6 Poligon Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Waktu (Bulan) di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan gambar 5.6 diketahui bahwa pada tahun 2016 kasus tertinggi

penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) terjadi pada bulan Desember sebanyak

23 orang diikuti bulan Januari 20 orang (10,9%), November sebanyak 19 orang

(10,4%), Februari dan September masing-masing sebanyak 17 orang (9.3%),

Maret dan Oktober masing-masing sebanyak 16 orang (8,7%), April sebanyak 15

orang (8,2%), Agustus 13 orang (7,1%), Juni 11 orang (6,0%), Juli 9 orang (4,9%)

dan terendah pada bulan Mei 7 orang (3,8%).

Universitas Sumatera Utara


58

Curah hujan berpengaruh terhadap perkembang-biakan nyamuk. Musim

penularan demam berdarah pada umumnya terjadi pada awal musim hujan

(permulaan tahun dan akhir tahun). Hal ini dikarenakan pada musim hujan vektor

penyakit demam berdarah populasinya meningkat menyebabkan bertambah

banyaknya sarang nyamuk di luar rumah sebagai akibat sanitasi lingkungan yang

kurang bersih, dan saat musim kemarau nyamuk bersarang di bejana yang selalu

terisi air (Depkes RI, 2010).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yuswulandary (2008) di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe

bahwa poporsi tertinggi penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) adalah bulan

Desember sebesar 16,3%.

5.1.7 Jumlah Trombosit


a. Jumlah Trombosit Saat Masuk
Proporsi penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit saat masuk di

Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.7 di

bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


59

44.8%

55.2%
≤100.000/mm3
>100.000/mm3

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Jumlah Trombosit Saat Masuk di RSU Sundari Medan Tahun
2016
Berdasarkan gambar 5.7 diketahui bahwa proporsi penderita DBD

berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada trombosit

≤100.000/mm3 sebanyak 101 orang (55,2%) daripada trombosit >100.000/mm3

sebanyak 82 orang (44,8%). Hal ini sesuai dengan kriteria untuk mendiagnosis

DBD menurut WHO (2007), bahwa salah satu parameter laboratorium dalam

menegakkan diagnosis DBD adalah trombositopenia dengan jumlah trombosit

≤100.000/ mm3. Penurunan jumlah trombosit ≤100.000/ mm3 ditemukan pada hari

ketiga sampai hari kedelapan sakit (Soegijanto, 2006).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mandriani (2008) di RSU Dr. Pirngadi Medan bahwa poporsi tertinggi penderita

DBD berdasarkan jumlah trombosit pada saat masuk rumah sakit yaitu ≤100.000/

mm3 sebesar 54,8%.

Universitas Sumatera Utara


60

b. Jumlah Trombosit Saat Keluar

Proporsi penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit saat keluar di

Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.8 di

bawah ini:

21.3%

>100.000/mm3
≤100.000/mm3
78.7%

Gambar 5.8 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Jumlah Trombosit Saat Keluar di RSU Sundari Medan Tahun
2016
Berdasarkan gambar 5.8 diketahui bahwa proporsi penderita DBD

berdasarkan jumlah trombosit saat keluar rumah sakit lebih tinggi pada trombosit

>100.000/mm3 sebanyak 144 orang (78,7%) daripada trombosit ≤100.000/mm3

sebanyak 39 orang (21,3%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah trombosit

penderita DBD meningkat setelah diberikan terapi pada saat penderita di rawat di

Rumah Sakit.

Meningkatnya trombosit menggambarkan kondisi penderita sudah

membaik. Trombosit pada saat keluar rumah sakit sudah lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah trombosit penderita DBD saat pertamakali masuk

rumah sakit.

Universitas Sumatera Utara


61

Terapi DBD yang dilakukan bertujuan untuk mengganti kehilangan cairan

akibat kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi komponen darah bila

diperlukan (Chen dkk, 2009).

5.1.8 Persentase Hematokrit

a. Persentase Hematokrit Saat Masuk

Proporsi penderita DBD berdasarkan persentase hematokrit saat masuk di

Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.9 di

bawah ini:

26.2%

<20% ≥20%
73.8%

Gambar 5.9 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Persentase Hematokrit Saat Masuk di RSU Sundari Medan
Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.9 diketahui bahwa proporsi penderita DBD

berdasarkan persentase hematokrit saat masuk rumah sakit lebih tinggi pada

hematokrit dengan kenaikan <20% sebanyak 135 orang (73,8%) daripada

hematokrit dengan kenaikan ≥20% sebanyak 48 orang (26,2%).

Persentase hematokrit saat masuk rumah sakit tertinggi pada hematokrit

dengan kenaikan <20%, hal ini menggambarkan tidak semua penderita DBD

Universitas Sumatera Utara


62

mencapai peningkatan hematokrit ≥20% dari kadar normal sebagai parameter

hemokonsentrasi diagnosis DBD.

Pada demam berdarah dengue peningkatan hematokrit mengindikasikan

terjadinya perembesan plasma yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas

pembuluh darah yang berperan penting dalam patogenesis terjadinya syok

(Kemenkes RI, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rasyada,

dkk (2014) di RSUP Dr. M. Djamil Padang bahwa proporsi tertinggi penderita

DBD berdasarkan persentase hematokrit pada saat masuk rumah sakit adalah

<20% sebesar 51,8%.

b. Persentase Hematokrit Saat Keluar

Proporsi penderita DBD berdasarkan persentase hematokrit saat keluar di

Rumah Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.10 di

bawah ini:

4.4%

<20% ≥20%

95.6%

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Hematokrit Saat Keluar di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


63

Berdasarkan gambar 5.10 diketahui bahwa proporsi penderita DBD

berdasarkan persentase hematokrit saat keluar rumah sakit lebih tinggi pada

hematokrit dengan kenaikan <20% sebanyak 175 orang (95,6%) daripada

hematokrit dengan kenaikan ≥20% sebanyak 8 orang (4,4%).

Setelah penderita DBD mendapat terapi cairan, biasanya terjadi penurunan

hematokrit >20% dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya (WHO,

2005). Menurunnya hematokrit menggambarkan kondisi penderita sudah

membaik. Hematokrit saat keluar rumah sakit sudah lebih tinggi dibandingkan

hematokrit penderita DBD saat pertamakali masuk rumah sakit.

5.1.9 Tingkat Keparahan

Proporsi penderita penyakit DBD berdasarkan tingkat keparahan di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.11 di bawah

ini:

2.2%
11.5%

Derajat I
Derajat II
Derajat III
86.3%

Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Tingkat Keparahan di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


64

Berdasarkan gambar 5.11 diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita

DBD berdasarkan tingkat keparahan adalah derajat I sebanyak 158 orang (86,3%),

kemudian derajat II 21 orang (11,5%) diikuti derajat III 4 orang (2,2%).

Hal ini kemungkinan berkaitan dengan tingkat pendidikan tertinggi

penderita DBD yaitu SLTA, sehingga sudah memiliki pengetahuan yang lebih

baik mengenai tanda dan gejala DBD dan dengan segera mencari pertolongan

dengan memeriksakan diri ke rumah sakit.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan

(2012) di RSUD Lubuk Pakam menyatakan bahwa proporsi tertinggi derajat

keparahan penyakit DBD adalah derajat I sebesar 76,1%.

5.1.10 Lama Rawatan Rata-Rata

Lama rawatan rata-rata penderita DBD yang dirawat inap di RSU Sundari

Medan tahun 2016 adalah 5,14 (5 hari) dengan standar deviasi (SD) 1,628 hari

dimana lama rawatan tersingkat (minimum) adalah 1 hari dan paling lama

(maksimum) adalah 9 hari.

Berdasarkan karakteristik penderita DBD yang dirawat selama 1 hari

berjumlah 3 orang dan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Keadaan sewaktu

pulang yaitu pulang berobat jalan (PBJ) sebanyak 3 orang. Penderita DBD yang

paling lama dirawat yaitu 9 hari berjumlah 5 orang. Jenis kelamin laki-laki

sebanyak 4 orang dan perempuan 1 orang. Keadaan sewaktu pulang yaitu pulang

berobat jalan (PBJ) sebanyak 5 orang.

Universitas Sumatera Utara


65

5.1.11 Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang di Rumah

Sakit Umum Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.12 di bawah

ini:

80 76.0%

70
60
Proporsi (%)

50
40
30
19.7%
20
10 4.4%
0
Pulang Sembuh PBJ PAPS

Gambar 5.12 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Keadaan Sewaktu Pulang Penyakit di RSU Sundari Medan
Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.12 diketahui bahwa proporsi tertinggi penderita

DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang terbanyak dalam kondisi pulang

semuh sebanyak 36 orang (19,7%) diikuti berobat jalan sebanyak 175 orang

(95,6%) dan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 8 orang (4,4%).

Hal ini dikaitkan dengan cepatnya penanganan pada penderita DBD yang

datang ke rumah sakit sehingga mempercepat masa penyembuhannya. Hal ini

kemungkinan karena pelayanan dan penanganan penderita DBD di RSU Sundari

Medan sudah bagus sehingga pasien DBD pulang dalam kondisi membaik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh di

Hasibuan (2012) di RSUD Lubuk Pakam menyatakan bahwa proporsi tertinggi

Universitas Sumatera Utara


66

keadaan sewaktu pulang penderita DBD adalah pulang berobat jalan (PBJ)

sebesar 87,7%.

5.1.12 Sumber Biaya

Proporsi penderita DBD berdasarkan sumber biaya di Rumah Sakit Umum

Sundari Medan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.13 di bawah ini:

16.9%

Bukan Biaya Sendiri (JKN dan


jaminan kesehatan lain)

Biaya Sendiri

83.1%

Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DBD Berdasarkan


Sumber Biaya di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.13 diketahui bahwa proporsi penderita DBD

berdasarkan sumber biaya lebih tinggi pada bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan

kesehatan lainnya) sebanyak 152 orang (83,1%) daripada biaya sendiri sebanyak

31 orang (16,9%).

Tingginya proporsi penderita DBD yang datang berobat dengan bukan

biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya) menunjukkan bahwa RSU

Sundari Medan menerima pasien dengan pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional

(JKN) dan jaminan kesehatan lainnya tahun 2016.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan

(2012) di RSUD Lubuk Pakam menyatakan bahwa proporsi tertinggi penderita

Universitas Sumatera Utara


67

DBD berdasarkan sumber biaya adalah bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan

kesehatan lainnya) sebesar 62,3%.

5.2 Analis Bivariat

5.2.1 Tingkat Keparahan berdasarkan Umur

Perbedaan tingkat keparahan penderita DBD berdasarkan umur di RSU

Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.14 di bawah ini:

120

96.4% 98.4%
100

80
Proporsi (%)

60 Ringan (Derajat I dan II)


Berat (Derajat III dan IV)
40

20
3.6% 1.6%
0
<15 tahun ≥15 tahun

Gambar 5.14 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Penderita


DBD Berdasarkan Umur di RSU Sundari Medan Tahun 2016
Berdasarkan gambar 5.14 diketahui bahwa proporsi umur <15 tahun

tertinggi pada tingkat keparahan ringan (Derajat I dan II) yaitu sebanyak 53 orang

(96,4%) dan terendah pada tingkat keparahan berat sebanyak 2 orang (3,6%).

Proporsi umur ≥15 tahun tertinggi pada tingkat keparahan ringan (Derajat I dan II)

yaitu sebanyak 126 orang (98,4%) dan terendah pada tingkat keparahan berat

sebanyak 2 orang (1,6%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak

memenuhi syarat karena terdapat 2 sel yang Expected Count kurang dari 5

sehingga menggunakan uji Exact Fisher. Hasil analisis statistik dengan

Universitas Sumatera Utara


68

menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p=0,585 (p>0,05) artinya tidak ada

perbedaaan antara proporsi tingkat keparahan penyakit berdasarkan umur.

Proporsi umur penderita DBD ≥15 tahun dan <15 tahun tertinggi pada

tingkat keparahan ringan (derajat I dan II), hal ini berkaitan dengan pengetahuan

penderita DBD. Hal ini kemungkinan disebabkan penderita DBD sudah memiliki

pengetahuan yang lebih baik mengenai tanda dan gejala DBD, sehingga dapat

memeriksakan diri lebih cepat dengan berobat ke rumah sakit.

5.2.2 Jumlah Trombosit Saat Keluar Berdasarkan Jumlah Trombosit Saat

Masuk

Perbedaan jumlah trombosit saat keluar penderita DBD berdasarkan

jumlah trombosit saat masuk di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat

dilihat pada gambar 5.15 di bawah ini:

100 91.5%
90
80
68.3%
70
Proporsi (%)

60
50
≤100.000/mm3
40 31.7%
30 >100.000/mm3
20
8.5%
10
0
≤100.000/mm3 >100.000/mm3
Jumlah Trombosit Saat Masuk Rumah Sakit
Gambar 5.15 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jumlah Trombosit Saat
Keluar Penderita DBD Berdasarkan Jumlah Trombosit Saat
Masuk di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.15 diketahui bahwa proporsi penderita DBD yang

jumlah trombosit saat masuknya ≤100.000/mm3 terdapat penderita DBD yang

Universitas Sumatera Utara


69

keluar rumah sakit dengan jumlah trombosit tertinggi saat keluar >100.000/mm3

sebanyak 69 orang (68,3%) dan terendah dengan jumlah trombosit saat keluar

≤100.000/mm3 sebanyak 32 orang (31,7%). Proporsi penderita DBD yang jumlah

trombosit saat masuknya >100.000/mm3 terdapat penderita DBD yang keluar

rumah sakit dengan jumlah trombosit tertinggi saat keluar >100.000/mm3

sebanyak 75 orang (91,5%) dan terendah dengan jumlah trombosit saat keluar

≤100.000/mm3 sebanyak 7 orang (8,5%).

Penderita dengan jumlah trombosit pada saat masuk rumah sakit

≤100.000/mm3 pada awalnya tinggi, setelah mendapatkan penanganan di rumah

sakit cenderung menurun jika dibandingkan dengan penderita DBD saat keluar

rumah sakit dengan jumlah trombosit ≤100.000/mm3. Penderita DBD dengan

jumlah trombosit >100.000 saat keluar rumah sakit mengalami peningkatan dari

trombosit saat masuk rumah sakit, hal ini berarti pasien DBD mendapatkan terapi

dan penanganan yang baik di rumah sakit.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai

p=0,000 (p<0,05) artinya ada perbedaaan antara proporsi jumlah trombosit

penderita DBD saat keluar rumah sakit berdasarkan jumlah trombosit saat masuk

rumah sakit.

5.2.3 Persentase Hematokrit Saat Keluar Berdasarkan Persentase

Hematokrit Saat Masuk

Perbedaan persentase hematokrit saat keluar penderita DBD berdasarkan

persentase hematokrit saat masuk di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat

dilihat pada gambar 5.16 di bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


70

120
99.3%
100
85.4%
80
Proporsi (%)

60
<20%
40 ≥20%

20 14.6%
0.7%
0
<20% ≥20%
Persentase Hematokrit Saat Masuk Rumah Sakit
Gambar 5.16 Diagram Bar Distribusi Proporsi Persentase Hematokri Saat
Keluar Penderita DBD Berdasarkan Persentase Hematokri
Saat Masuk di RSU Sundari Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.16 diketahui bahwa proporsi penderita DBD yang

persentase hematokrit saat masuknya <20% terdapat penderita DBD yang keluar

rumah sakit dengan persentase hematokrit tertinggi saat keluar <20% sebanyak

134 orang (99,3%) dan terendah dengan persentase hematokrit saat keluar ≥20%

sebanyak 1 orang (0,7%). Proporsi penderita DBD yang persentase hematokrit

saat masuknya ≥20% terdapat penderita DBD yang keluar rumah sakit dengan

persentase hematokrit tertinggi saat keluar <20% sebanyak 41 orang (85,4%) dan

terendah dengan persentase hematokrit saat keluar ≥20% sebanyak 7 orang

(14,6%).

Penderita DBD dengan persentase hematokrit pada saat keluar rumah sakit

<20% meningkat dibandingkan dengan persentase hematokrit saat masuk <20%,

dan penderita DBD dengan persentase kenaikan hematokrit ≥20% saat keluar

rumah sakit menurun dari persentase kenaikan hematokrit ≥20% saat masuk

rumah sakit. Hal ini berkaitan dengan fase pemulihan pasien DBD.

Universitas Sumatera Utara


71

Pasien DBD akan mendapatkan terapi cairan, pemberian terapi pengobatan

yang optimal pada penderita DBD dapat menurunkan jumlah kasus dan kematian

akibat penyakit ini (Chen,dkk, 2009).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak

memenuhi syarat karena terdapat 1 sel yang Expected Count kurang dari 5

sehingga menggunakan uji Exact Fisher. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05) artinya ada

perbedaaan antara proporsi persentase hematokrit saat keluar rumah sakit

berdasarkan persentase hematokrit saat masuk rumah sakit.

5.2.4 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Perbedaan lama rawatan rata-rata penderita DBD berdasarkan keadaan

sewaktu pulang di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada

gambar 5.17 di bawah ini:

Pulang Sembuh 5.25

Pulang Berobat Jalan


5.06
(PBJ)

Pulang Atas Permintaan


3.63
Sendiri (PAPS)

0 1 2 3 4 5 6
Lama Rawatan (Hari)

Gambar 5.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Lama Rawatan Rata-rata


Penderita DBD Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di
RSU Sundari Medan Tahun 2016

Universitas Sumatera Utara


72

Berdasarkan gambar 5.17 diketahui bahwa lama rawatan rata-rata 139

orang penderita DBD yang pulang sembuh adalah 5,25 (5 hari), lama rawatan

rata-rata 36 orang pulang berobat jalan (PBJ) adalah 5,06 (5 hari), dan lama

rawatan rata-rata 8 orang penderita DBD pulang atas permintaan sendiri (PAPS)

adalah 3,63 (4 hari).

Pada fase pemulihan terjadi pengembalian cairan dari ekstravaskuler ke

intravaskuler pada hari ketiga sampai hari keenam (WHO, 2009). Setelah

berakhirnya masa rawat penderita DBD, umumnya pada saat itu penderita sudah

mulai membaik.

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji One way anova tidak

memenuhi syarat karena di dapatkan nilai p<0,05 atau tidak berdistribusi normal,

kemudian dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Kruskal Wallis diperoleh nilai p=0,013 (p<0,05), artinya ada

perbedaaan antara proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu

pulang.

5.2.5 Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Perbedaan tingkat keparahan penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu

pulang di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.18 di

bawah ini:

Universitas Sumatera Utara


73

120
97.1% 100% 100%
100

80
Proporsi (%)

60 Ringan (Derajat I dan II)


Berat (Derajat III dan IV)
40

20
2.9% 0% 0%
0
Pulang Sembuh PBJ PAPS

Gambar 5.18 Diagram Bar Distribusi Proporsi Tingkat Keparahan Penderita


DBD Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSU Sundari
Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.18 diketahui bahwa proporsi penderita DBD yang

Pulang sembuh tertinggi pada tingkat keparahan ringan sebanyak 135 orang

(97,1%) dan terendah pada tingkat keparahan berat yaitu 4 orang (2,9%), proporsi

penderita DBD yang pulang berobat jalan (PBJ) tertinggi pada tingkat keparahan

ringan yaitu 36 orang (100%), dan proporsi penderita DBD yang pulang atas

permintaan sendiri (PAPS) tertinggi pada tingkat keparahan ringan yaitu 8 orang

(100%).

Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi Square tidak

memenuhi syarat karena terdapat 3 sel yang Expected Count kurang dari 5

sehingga menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh p=0,972 (p>0,05) artinya tidak

ada perbedaaan antara proporsi tingkat keparahan penyakit berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

Universitas Sumatera Utara


74

Hal ini kemungkinan karena proporsi penderita DBD pulang berobat jalan

(PBJ) dan pulang atas permintaan sendiri (PAPS) tertinggi pada tingkat keparahan

ringan, sehingga setelah mendapat perawatan di rumah sakit pasien dapat pulang

dengan kondisi lebih baik.

5.2.6 Lama Rawatan Rata-rata Berdasarkan Sumber Biaya

Perbedaan lama rawatan rata-rata penderita DBD berdasarkan sumber

biaya di RSU Sundari Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar 5.19 di

bawah ini:

Bukan Biaya Sendiri (JKN dan


5.34
Jaminan Kesehatan Lainnya

Biaya Sendiri 4.16

0 1 2 3 4 5 6
Lama Rawatan (Hari)
Gambar 5.19 Diagram Bar Proporsi Lama Rawatan Rata-rata Penderita
DBD Berdasarkan Sumber Biaya di RSU Sundari Medan
Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.19 diketahui bahwa lama rawatan rata-rata 31 orang

penderita DBD yang menggunakan sumber biaya yaitu biaya sendiri adalah 4,16

(4 hari) sedangkan lama rawatan rata-rata 152 orang yang menggunakan sumber

biaya bukan biaya sendiri (JKN dan Jaminan Kesehatan Lainnya) adalah 5,34 (5

hari).

Universitas Sumatera Utara


75

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji t tidak berpasangan tidak

memenuhi syarat karena di dapatkan nilai p<0,05 atau tidak berdistribusi normal,

kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p=0,000 (p<0,05), artinya ada

perbedaan lama rawatan rata-rata penderita DBD berdasarkan sumber biaya di

RSU Sundari Medan tahun 2016.

Hal ini menunjukkan bahwa lama rawatan rata-rata penderita DBD yang

menggunakan sumber biaya bukan biaya sendiri secara bermakna lebih lama

daripada dengan sumber biaya sendiri. Penderita yang menggunakan biaya yaitu

bukan biaya sendiri (JKN dan jaminan kesehatan lainnya) sebagai sumber biaya di

rumah sakit karena biaya ditanggung oleh pemerintah/perusahaan tempat bekerja

dalam perawatan dan pengobatan serta urusan administrasi di RSU Sundari

Medan.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Karakteristik penderita DBD berdasarkan sosiodemografi dengan proporsi

tertinggi adalah umur 15-24 tahun (24,6%), laki-laki (54,1%), agama

Islam (89,1%), pendidikan SLTA (29,5%), pekerjaan pelajar/mahasiswa

(32,8%), dan tempat tinggal berada di Kota Medan (94,0%).

6.1.2 Proporsi penderita DBD berdasarkan waktu (bulan) tertinggi adalah bulan

Desember (12,6%).

6.1.3 Proporsi penderita DBD berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah

sakit tertinggi adalah jumlah trombosit ≤100.000/mm3 (55,2%) dan jumlah

trombosit saat keluar rumah sakit tertinggi adalah jumlah trombosit

>100.000/mm3 (78,7%).

6.1.4 Proporsi penderita DBD berdasarkan persentase hematokrit saat masuk

rumah sakit tertinggi pada hematokrit dengan kenaikan <20% (73,8%) dan

persentase hematokrit saat keluar rumah sakit tertinggi pada hematokrit

dengan kenaikan <20% (95,6%).

6.1.5 Proporsi penderita DBD berdasarkan tingkat keparahan tertinggi adalah

derajat I (86,3%).

6.1.6 Proporsi penderita DBD berdasarkan lama rawatan rata-rata penderita

DBD adalah 5,14 hari.

6.1.7 Proporsi penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi

adalah pulang sembuh (76,0%).

76

Universitas Sumatera Utara


77

6.1.8 Proporsi penderita DBD berdasarkan sumber biaya tertinggi adalah bukan

biaya sendiri (JKN dan Jaminan Kesehatan Lainnya) (83,1%).

6.1.9 Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tingkat keparahan

penderita DBD berdasarkan umur (p=0,585).

6.1.10 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara jumlah trombosit saat

keluar rumah sakit berdasarkan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit

(p=0,000).

6.1.11 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara persentase hematokrit saat

keluar rumah sakit berdasarkan persentase hematokrit saat masuk rumah

sakit (p=0,000).

6.1.12 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata-rata

penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,013).

6.1.13 Tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara tingkat keparahan

penderita DBD berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,972).

6.1.14 Ada perbedaan proporsi yang bermakna antara lama rawatan rata-rata

penderita DBD berdasarkan sumber biaya (p=0,000).

6.2 Saran

6.2.1 Kepada pihak RSU Sundari Medan agar terus meningkatkan mutu

pelayanan kepada masyarakat serta dapat mengantisipasi apabila terjadi

peningkatan penderita DBD.

6.2.2 Kepada pihak RSU Sundari Medan disarankan untuk lebih melengkapi

pencatatan variabel penderita DBD khususnya variabel suku bangsa dari

penderita DBD.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F., 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis Wilayah.


Jakarta: Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi, hal: 15.

Afrina DR, Hasanah DS, Sulistiowati DE., 2011. Karakteristik Penderita


Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Lima RSUD Jakarta Tahun
2010. Pusat Teknologi Terapan Kesehatan Dan Epidemiologik Klinik,
Badan Litbang Kesehatan. Jakarta

Centers for Disease Control and Prevention (CDC)., 2016. Transmission of the
Dengue Virus. https://www.cdc.gov/dengue/epidemiology/. Diakses
tanggal 15 Maret 2016.

__________________________________________.,2016. Mosquito Life-Cycle.


https://www.cdc.gov/dengue/entomologyecology/m_lifecycle.html.
Diakses tanggal 15 Maret 2016.

Chakraborty, T., 2008. Deadly Diseases and Epidemics: Dengue Fever and
Other Hemorrhagic Viruses. New York: Chelsea House.

Chen, K., Herdiman.T.P., Robert. S., 2009. Diagnosis dan Terapi Cairan pada
Demam Berdarah Dengue. Scientific Journal of Pharmaceutical
Development and Medical Application. 22 (1):7, Jakarta.

Dinkes Provinsi Sumatera Utara., 2014. Profil Kesehatan Sumatera Utara 2013.
Medan.

Dinkes Kota Medan., 2016. Profil Kesehatan Kota Medan 2015. Medan.

Depkes RI., 2008. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun
2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

_________., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

_________., 2009. UU Kesehatan No.36 Tentang Kesehatan. Jakarta. Hal. 12.

_________., 2010. Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta: Vol 2.

78
Universitas Sumatera Utara
79

Gandahusada, S., Heri Ilahude., Wita Pribadi., 2000. Parasitologi Kedokteran


Edisi Ketiga. Jakarta: Gaya Baru.

Hasan, W., 2006. Mengenal Nyamuk Aedes Aegypti Vektor Demam Berdarah
Dengue. The Journal of Public Health. 10(1): 86, Medan.

Hasibuan, K.T., 2012. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue


(Dbd) Yang Rawat Inap Di RSUD Lubuk Pakam Tahun 2011.
Skripsi FKM USU, Medan.

Idharmawan dkk., 2014. Gambaran Karakteristik Dan Angka Kejadian


Pasien Demam Berdarah Dengue Di RS Al-Ihsan Tahun 2014. p.
388, Bandung.

Karyanti, M.R., Hadinegoro, S.R., 2009. Perubahan Epidemiologi Demam


Berdarah Di Indonesia. Jurnal Sari Pediatri. 10(6): 7, Jakarta.

Kemenkes RI., 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:


Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

___________., 2013. Buku Saku Pengendalian Demam Berdarah Dengue


Untuk Pengelola Program DBD di Puskesmas. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.

___________., 2013. Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta.

___________., 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2013. Jakarta.

___________., 2014. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta:


Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan.

___________., 2015. Demam Berdarah Biasanya Mulai Meningkat di


Januari. http://www.depkes.go.id/article/view/15011700003/demam-
berdarah-biasanya-mulai-meningkat-di-januari.html. Di akses tanggal 12
Maret 2016.

___________., 2015 Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta.

___________., 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta.

___________., 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta.

Universitas Sumatera Utara


80

Lestari, K., 2007. Epidemiologi Dan Pencegahan Demam Berdarah Dengue


(DBD) Di Indonesia. Jurnal Farmaka 5(3): 1, Jatinangor.

Mandriani, E., 2009. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue


(DBD) Yang Mengalami Dengue Shock Syndrome (DBD) Rawat
Inap Di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008. Skripsi FKM USU,
Medan.

Rajanayagam, G.T., 2016. Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue Di


RSUP Haji Adam Malik Pada Tahun 2015. Skripsi FK USU. Medan.

Rasyada, A., Nasrul, E., Edward, Z., 2014. Hubungan Nilai Hematokrit
Terhadap Jumlah Trombosit Pada Penderita Demam Berdarah
Dengue. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3): 346, Padang.

Rezeki, H.S., Satari Hindra Irawan., 2004. Demam Berdarah Dengue: Naskah
lengkap. Jakarta: UI Press.

Satari, H., Meiliasari, M., 2004. Demam Berdarah Perawatan Di Rumah &
Rumah Sakit + Menu. Jakarta: Puspa Swara, Anggota IKAPI.

Sembel, D. T., 2009. Entomologi Kedokteran. Yogyakarta: ANDI

Simanjuntak, P., 2016. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue


(DBD) Dengan Dengue Shock Syndrome (DSS) Dan Non DSS Di
RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2013-2015. Skripsi FKM USU.
Medan

Soedarto., 2009. Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: Anggota IKAPI.

_______., 2010. Virologi Klinik Clinical Virology. Jakarta: Anggota IKAPI.

Soegijanto, S., 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi ke-dua. Surabaya:


Airlangga University Press.

____________., 2006. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di


Indonesia. Jilid 5. Surabaya: Airlangga University Press.

Sukowati, S., 2010. Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) dan
Pengendaliannya di Indonesia. Jakarta: Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi, hal: 26.

Universitas Sumatera Utara


81

Susanna, D.; Terang U.S., 2011. Entomologi Kesehatan (Arthropoda


Pengganggu Kesehatan Dan Parasit yang Dikandungnya). Jakarta:
UI Press.

Ta’adi, Ns., 2011. Hukum Kesehatan : Sanksi & Motivasi bagi Perawat. Edisi
ke-dua. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

Wahyuni, R.D; Sabir. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue


(DBD) Di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar Periode
Januari-Desember 2010. Jurnal Inspirasi 14 (11): 25, Makassar.

WHO., 2005. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Bedarah.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

_____., 2009. Treatment, Prevention And Control. Switzerland: WHO Press.

_____., 2009. Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention And


Control. Switzerland: WHO Press.

_____., 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of


Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. Switzerland: WHO Press

_____., 2015. National Guidelines for Clinical Management of Dengue Fever.


Switzerland: WHO Press.

_____., 2015. Dengue in the Western Pacific Region. Switzerland: WHO.

_____., 2016. Dengue in the Western Pacific Region. Switzerland: WHO.

_____., 2017. Dengue in the Western Pacifi Region. Switzerland: WHO.

Widoyono., 2008. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.

Yuswulandary, V., 2008. Karakteristik Penderita Demam Berdarah Dengue


Di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Lhokseumawe Dan
Kegiatan Pemberantasannya Tahun 2003-2007. Skripsi FKM USU.
Medan.

Zulkoni, H.A., 2011. Parasitologi Untuk Keperawatan, Kesehatan


Masyarakat, dan Teknik Lingkungan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 1 Jumlah Trombosit

No. Jumlah Trombosit (mm3)


I II III Pulang
1. 131000 98.000 135.000 149.000
2. 180000 168000 171000 182000
3. 145000 - - 148000
4 152000 150000 154000 169000
5 193000 182000 176000 183000
6 160000 194000 - 201000
7 168000 155000 140000 172000
8 89000 99000 88000 101000
9 122000 100000 120000 127000
10 94000 46000 39000 170000
11 80000 52000 41000 83000
12 75000 13000 24000 37000
13 145000 145000 - 164000
14 145000 106000 118000 147000
15 160000 116000 136000 238000
16 131000 158000 162000 171000
17 65000 92000 71000 208000
18 83000 46000 28000 82000
19 82000 188000 171000 179000
20 48000 23000 33000 92000
21 95000 92000 128000 164000
22 185000 142000 150000 161000
23 21000 42000 31000 201000
24 34000 41000 67000 176000
25 122000 113000 132000 151000
26 132000 169000 238000 242000
27 98000 31000 38000 107000
28 27000 15000 14000 135000
29 76000 37000 38000 127000
30 42000 30000 36000 186000
31 79000 78000 54000 100000
32 88000 89000 - 103000
33 148000 125000 - 146000
34 147000 103000 31000 136000
35 87000 78000 68000 89000
36 62000 79000 69000 168000
37 129000 132000 - 146000
38 91000 87000 21000 84000
39 28000 15000 39000 120000
40 157000 171000 176000 183000

Universitas Sumatera Utara


41 139000 - - 144000
42 60000 67000 78000 180000
43 92000 62000 135000 147000
44 155000 110000 156000 106000
45 25000 26000 43000 97000
46 160000 153000 127000 166000
47 123000 105000 116000 126000
48 49000 47000 74000 190000
49 138000 159000 - 203000
50 133000 127000 131000 153000
51 101000 27000 32000 152000
52 98000 - - 98000
53 102000 119000 121000 138000
54 145000 137000 86000 152000
55 92000 84000 - 101000
56 190000 109000 88000 120000
57 137000 35000 36000 116000
58 78000 86000 73000 86000
59 98000 77000 61000 121000
60 46000 118000 - 133000
61 91000 39000 33000 59000
62 63000 67000 134000 108000
63 147000 88000 128000 286000
64 157000 131000 72000 142000
65 75000 50000 57000 128000
66 99000 96000 - 117000
67 101000 73000 73000 240000
68 83000 64000 47000 79000
69 167000 161000 - 182000
70 67000 66000 117000 128000
71 130000 28000 26000 52000
72 94000 85000 48000 103000
73 50000 19000 12000 185000
74 31000 26000 109000 123000
75 89000 79000 58000 66000
76 86000 74000 76000 195000
77 73000 85000 77000 389000
78 42000 42000 24000 134000
79 117000 33000 44000 97000
80 108000 69000 45000 67000
81 136000 - - 136000
82 38000 22000 23000 163000
83 88000 95000 - 79000
84 76000 169000 253000 268000

Universitas Sumatera Utara


85 132000 127000 143000 157000
86 69000 92000 134000 144000
87 33000 21000 23000 161000
88 120000 - - 56000
89 28000 21000 21000 96000
90 21000 29000 30000 31000
91 71000 26000 27000 97000
92 164000 - - 164000
93 99000 107000 143000 155000
94 29000 23000 69000 195000
95 10000 11000 22000 183000
96 76000 94000 82000 91000
97 74000 35000 56000 144000
98 120000 100000 123000 206000
99 143000 147000 - 178000
100 17000 42000 98000 100000
101 33000 31000 78000 132000
102 149000 99000 34000 113000
103 140000 135000 170000 223000
104 122000 133000 136000 195000
105 112000 115000 168000 172000
106 124000 119000 191000 223000
107 156000 140000 133000 158000
108 103000 134000 118000 143000
109 142000 138000 169000 266000
110 147000 154000 - 159000
111 73000 54000 29000 156000
112 143000 84000 35000 191000
113 72000 53000 66000 279000
114 102000 91000 107000 121000
115 13000 17000 60000 56000
116 90000 68000 93000 159000
117 157000 32000 38000 79000
118 100000 113000 117000 130000
119 65000 56000 103000 264000
120 78000 53000 34000 111000
121 164000 153000 159000 172000
122 157000 135000 146000 168000
123 53000 39000 38000 87000
124 100000 29000 25000 164000
125 135000 100000 - 247000
126 26000 32000 69000 132000
127 174000 168000 78000 147000
128 76000 66000 90000 111000

Universitas Sumatera Utara


129 177000 166000 - 179000
130 155000 41000 67000 130000
131 130000 117000 65000 129000
132 186000 168000 100000 132000
133 94000 86000 33000 58000
134 82000 39000 37000 60000
135 131000 146000 131000 168000
136 72000 55000 160000 163000
137 46000 61000 98000 112000
138 87000 100000 104000 123000
139 99000 82000 34000 74000
140 73000 60000 69000 99000
141 128000 167000 143000 169000
142 440000 390000 270000 283000
143 93000 89000 65000 120000
144 35000 59000 98000 181000
145 82000 43000 41000 160000
146 94000 84000 42000 75000
147 147000 - - 136000
148 37000 - - 39000
149 141000 188000 176000 178000
150 53000 52000 75000 171000
151 117000 21000 20000 153000
152 88000 21000 31000 94000
153 33000 45000 155000 167000
154 134000 122000 91000 155000
155 116000 19000 36000 93000
156 76000 100000 - 162000
157 140000 130000 139000 158000
158 176000 153000 - 183000
159 91000 46000 - 47000
160 138000 137000 190000 198000
161 136000 105000 37000 89000
162 58000 51000 60000 159000
163 100000 34000 59000 257000
164 72000 50000 42000 173000
165 125000 109000 163000 170000
166 116000 107000 123000 299000
167 95000 128000 119000 143000
168 92000 89000 37000 110000
169 122000 133000 150000 159000
170 108000 139000 112000 143000
171 231000 219000 198000 213000
172 86000 66000 15000 72000

Universitas Sumatera Utara


173 59000 44000 30000 103000
174 99000 76000 54000 113000
175 100000 99000 - 115000
176 39000 45000 58000 109000
177 68000 57000 78000 123000
178 89000 76000 93000 133000
179 37000 43000 59000 97000
180 127000 122000 133000 138000
181 135000 127000 89000 153000
182 76000 92000 112000 134000
183 58000 76000 99000 100000

Keterangan :
Jumlah Trombosit Normal: 100.000/mm3 - 450.000/mm3

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 2 Persentase Hematokrit

No. Jenis Hematokrit (%)


Kelamin I II III Pulang
1. Lk 38 35 37 31
2. Pr 46 51 40 37
3. Lk 47 - - 45
4 Pr 40 40 39 37
5 Lk 39 40 37 36
6 Lk 33 34 - 32
7 Lk 41 41 43 39
8 Lk 30 31 37 35
9 Lk 36 30 31 32
10 Pr 46 41 54 40
11 Lk 45 46 46 46
12 Lk 49 56 55 45
13 Lk 38 35 - 33
14 Pr 43 37 37 33
15 Lk 35 31 41 38
16 Lk 42 43 40 37
17 Lk 46 51 41 38
18 Pr 44 44 43 41
19 Lk 45 43 43 42
20 Lk 51 53 60 42
21 Pr 37 34 34 35
22 Pr 35 35 33 32
23 Lk 51 47 40 36
24 Lk 53 47 37 36
25 Pr 41 43 40 37
26 Lk 43 44 42 36
27 Pr 41 37 38 35
28 Lk 39 38 41 37
29 Lk 46 48 47 41
30 Pr 44 33 37 36
31 Lk 42 42 40 39
32 Pr 36 34 37 36
33 Pr 33 34 - 30
34 Pr 42 38 39 38
35 Pr 42 41 39 39
36 Pr 39 41 37 32
37 Lk 36 35 - 33
38 Pr 42 42 43 37
39 Lk 55 58 47 46
40 Lk 34 32 32 30

Universitas Sumatera Utara


41 Pr 45 - - 42
42 Lk 42 43 41 39
43 Pr 40 41 42 40
44 Pr 41 40 41 40
45 Lk 60 53 45 43
46 Lk 41 37 38 36
47 Pr 39 45 39 38
48 Lk 30 27 26 28
49 Pr 40 40 - 37
50 Pr 46 47 44 36
51 Lk 44 53 47 40
52 Lk 36 - - 36
53 Lk 43 42 40 38
54 Pr 38 40 42 39
55 Pr 44 45 - 40
56 Lk 43 47 48 42
57 Lk 45 49 49 40
58 Pr 44 45 44 43
59 Pr 40 34 30 40
60 Pr 43 33 - 31
61 Pr 40 36 43 39
62 Pr 17 20 22 33
63 Pr 40 39 37 38
64 Lk 43 40 38 37
65 Lk 42 45 45 42
66 Lk 32 23 - 21
67 Lk 37 42 42 33
68 Pr 40 36 34 38
69 Pr 36 36 - 35
70 Lk 44 40 37 36
71 Pr 47 52 42 40
72 Lk 51 49 48 44
73 Lk 51 47 48 44
74 Pr 51 38 32 34
75 Lk 44 41 45 46
76 Lk 46 48 45 43
77 Lk 53 51 49 46
78 Lk 40 45 45 33
79 Lk 45 45 42 41
80 Lk 46 44 48 45
81 Lk 37 - - 37
82 Pr 50 48 41 36
83 Pr 49 51 - 44
84 Pr 43 40 38 36

Universitas Sumatera Utara


85 Lk 29 30 29 28
86 Pr 48 46 44 43
87 Lk 38 37 42 35
88 Lk 45 45 - 45
89 Pr 29 29 25 25
90 Lk 43 46 46 44
91 Pr 36 40 42 34
92 Lk 38 - - 38
93 Pr 41 38 37 36
94 Lk 50 37 39 39
95 Pr 46 42 36 39
96 Lk 46 45 43 47
97 Pr 32 35 30 30
98 Lk 48 50 49 46
99 Pr 37 38 - 35
100 Pr 45 48 49 45
101 Pr 33 32 35 30
102 Pr 38 37 39 42
103 Pr 38 36 31 32
104 Lk 39 39 36 36
105 Lk 42 39 40 39
106 Pr 32 31 33 37
107 Pr 37 37 39 41
108 Pr 37 35 35 42
109 Lk 43 47 42 36
110 Pr 38 38 - 36
111 Lk 41 39 44 38
112 Lk 39 36 38 36
113 Lk 39 38 37 32
114 Pr 39 33 32 31
115 Lk 48 48 39 39
116 Lk 40 36 36 33
117 Pr 39 40 41 36
118 Lk 42 41 40 43
119 Lk 50 36 36 38
120 Pr 45 45 45 42
121 Lk 36 38 37 32
122 Pr 43 47 48 37
123 Lk 47 48 48 37
124 Pr 37 35 50 34
125 Pr 43 46 - 34
126 Pr 45 47 39 32
127 Lk 40 38 41 37
128 Pr 41 43 37 35

Universitas Sumatera Utara


129 Lk 54 56 - 45
130 Pr 39 39 37 41
131 Lk 43 44 46 42
132 Lk 48 41 49 46
133 Pr 44 43 44 44
134 Lk 48 48 49 51
135 Lk 43 41 43 39
136 Pr 39 35 38 37
137 Pr 48 38 36 34
138 Lk 41 42 49 40
139 Pr 40 39 37 36
140 Pr 43 40 39 36
141 Lk 42 40 41 38
142 Lk 37 39 42 40
143 Lk 48 43 44 47
144 Lk 42 37 35 37
145 Lk 49 46 47 49
146 Pr 38 38 37 35
147 Lk 39 - - 42
148 Pr 42 - - 34
149 Pr 37 41 39 39
150 Pr 46 36 33 34
151 Lk 49 48 52 43
152 Pr 37 45 39 38
153 Lk 46 41 40 38
154 Lk 33 36 33 30
155 Pr 46 50 45 39
156 Pr 42 37 - 34
157 Lk 33 36 33 30
158 Lk 46 47 - 43
159 Pr 36 35 - 37
160 Lk 45 42 43 41
161 Lk 41 40 46 42
162 Pr 39 33 35 30
163 Pr 39 36 34 35
164 Pr 31 29 34 27
165 Lk 41 48 44 42
166 Pr 36 34 32 31
167 Lk 36 37 39 33
168 Lk 46 52 60 49
169 Lk 37 36 37 36
170 Pr 34 36 37 34
171 Lk 43 45 46 41
172 Lk 39 46 53 41

Universitas Sumatera Utara


173 Lk 35 36 38 31
174 Pr 40 41 42 39
175 Lk 42 43 - 42
176 Lk 47 47 43 38
177 Lk 44 45 40 37
178 Pr 41 42 39 35
179 Pr 48 48 46 39
180 Lk 40 41 39 39
181 Pr 49 49 50 40
182 Pr 39 37 34 32
183 Lk 44 42 40 37

Keterangan:

1. Lk= Laki-laki ; Pr= Perempuan

2. Persentase hematokrit normal:


a. Laki-laki: 40%-45%
b. Perempuan: 36%-47%

3. Persentase hematokrit setelah kenaikan 20% atau lebih dari hematokrit


normal menjadi:
a. Laki-laki: 48%-53%
b. Perempuan: 43%-54%

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3 Master Data

No. U U1 U2 JK Agama Pddk Pkrj TT Wkt TM TK HM HK TK1 TK2 LR KSP SB


1 10 3 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 7 1 2
2 23 4 2 2 2 4 4 1 1 2 2 2 1 1 1 5 1 2
3 28 5 2 1 1 5 3 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2
4 22 4 2 2 1 4 6 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 2
5 23 4 2 1 1 4 5 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 2
6 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 1 2
7 40 6 2 1 1 4 5 1 1 2 2 1 1 1 1 4 1 2
8 62 8 2 1 1 5 3 2 1 1 2 1 1 1 1 8 2 2
9 10 3 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 7 1 2
10 10 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 6 1 2
11 19 4 2 1 1 5 2 1 1 1 1 1 1 2 1 7 1 2
12 25 5 2 1 1 4 5 1 1 1 1 2 1 1 1 8 1 2
13 27 5 2 1 1 4 4 1 1 2 2 1 1 1 1 3 1 2
14 32 5 2 2 1 5 3 1 1 2 2 2 1 1 1 4 1 2
15 0 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 7 2 2
16 20 4 2 1 1 5 2 1 1 2 2 1 1 1 1 5 1 2
17 37 6 2 1 1 4 4 1 1 1 2 1 1 1 1 7 1 2
18 58 8 2 2 1 4 6 1 1 1 1 2 1 1 1 6 1 1
19 25 5 2 1 1 5 5 1 1 1 2 1 1 1 1 4 1 2
20 14 3 1 1 1 3 2 1 1 1 1 2 1 1 1 7 1 2
21 11 3 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 5 1 2
22 20 4 2 2 1 4 2 1 2 2 2 1 1 1 1 4 1 2
23 10 3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 6 1 2
24 9 3 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 5 1 2

Universitas Sumatera Utara


25 17 4 2 2 4 4 2 1 2 2 2 1 1 1 1 4 1 1
26 25 5 2 1 1 5 4 1 2 2 2 1 1 1 1 5 1 2
27 30 5 2 2 1 2 6 2 2 1 2 1 1 1 1 5 1 2
28 13 3 1 1 1 3 2 1 2 1 2 1 1 2 1 5 1 2
29 29 5 2 1 1 4 5 1 2 1 2 1 1 1 1 4 1 1
30 8 3 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 5 1 1
31 12 3 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 5 3 2
32 22 4 2 2 1 5 4 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 2
33 19 4 2 2 1 4 4 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 1
34 22 4 2 2 1 3 6 1 2 2 2 1 1 2 1 5 1 1
35 20 4 2 2 1 5 2 1 2 1 1 1 1 1 1 5 1 1
36 7 3 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 5 1 2
37 20 4 2 1 1 4 4 1 2 2 2 1 1 1 1 3 1 2
38 44 6 2 2 1 2 6 1 3 1 1 1 1 2 1 6 1 2
39 26 5 2 1 1 4 4 1 5 1 2 2 1 1 1 5 2 1
40 22 4 2 1 1 4 5 1 5 2 2 1 1 1 1 5 1 1
41 20 4 2 2 1 5 5 1 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1
42 27 5 2 1 1 5 5 1 3 1 2 1 1 1 1 5 1 2
43 63 8 2 2 1 5 6 1 3 1 2 1 1 1 1 6 1 2
44 19 4 2 2 1 4 4 1 3 2 2 1 1 1 1 6 1 2
45 42 6 2 1 1 4 5 1 3 1 1 2 1 1 1 4 1 2
46 15 4 2 1 1 3 2 1 3 2 2 1 1 1 1 6 1 2
47 32 5 2 2 1 5 6 1 3 2 2 1 1 1 1 6 1 2
48 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 1 1 8 1 2
49 56 8 2 2 1 2 6 2 3 2 2 1 1 1 1 3 1 2
50 15 4 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 1 1 5 1 2
51 12 3 1 1 1 2 2 1 3 2 2 1 1 1 1 6 1 2
52 75 10 2 1 4 5 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 1 2
53 19 4 2 1 1 4 4 1 3 2 2 1 1 1 1 9 1 2

Universitas Sumatera Utara


54 28 5 2 2 1 4 4 1 3 2 2 1 1 1 1 8 1 2
55 25 5 2 2 1 3 6 1 3 1 2 2 1 1 1 3 1 2
56 21 4 2 1 1 5 2 1 4 2 2 1 1 1 1 8 1 2
57 40 6 2 1 1 2 4 1 4 2 2 1 1 2 1 5 2 2
58 40 6 2 2 1 3 5 1 4 1 1 2 2 1 1 4 1 2
59 44 6 2 2 3 2 4 1 4 1 2 1 1 1 1 5 1 2
60 22 4 2 2 1 3 5 1 4 1 2 2 1 1 1 3 2 2
61 9 3 1 2 1 2 2 1 4 1 1 1 1 1 1 5 3 1
62 10 3 1 2 1 2 2 1 4 1 2 1 1 1 1 7 1 2
63 5 3 1 2 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 1 7 1 2
64 54 7 2 1 2 5 3 1 4 2 2 1 1 1 1 4 3 2
65 9 3 1 1 1 2 2 1 4 1 2 1 1 1 1 7 1 2
66 9 3 1 1 1 2 2 1 4 1 2 1 1 1 1 3 3 1
67 2 2 1 1 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 1 5 1 1
68 57 8 2 2 1 4 6 1 4 1 1 1 1 1 1 4 3 2
69 2 2 1 2 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 1 3 1 1
70 42 6 2 1 1 4 4 1 4 1 2 1 1 1 1 5 1 2
71 35 6 2 2 1 5 4 1 5 2 1 2 1 2 1 4 1 1
72 35 6 2 1 1 5 4 1 5 1 2 2 1 1 1 4 1 1
73 27 5 2 1 1 5 4 1 5 1 2 2 1 2 1 4 1 2
74 4 2 1 2 1 1 1 1 5 1 2 2 1 1 1 5 1 1
75 19 4 2 1 1 4 2 1 5 1 1 1 1 1 1 6 1 2
76 16 4 2 1 1 4 2 1 6 1 2 1 1 1 1 6 1 2
77 16 4 2 1 4 4 2 1 6 1 2 2 1 1 1 5 1 2
78 57 8 2 1 1 3 5 1 6 1 2 1 1 1 1 5 2 2
79 11 3 1 1 1 2 2 1 6 2 1 1 1 1 1 6 1 2
80 28 5 2 1 1 4 4 2 6 2 1 1 1 1 1 5 1 2
81 6 3 1 1 1 1 1 1 6 2 2 1 1 1 1 1 1 2
82 17 4 2 2 1 4 2 1 6 1 2 2 1 3 1 7 1 2

Universitas Sumatera Utara


83 9 3 1 2 1 2 2 1 6 1 1 2 2 1 1 3 1 1
84 63 8 2 2 1 4 6 1 6 1 2 2 1 1 1 5 1 2
85 35 6 2 1 1 3 5 1 6 2 2 1 1 1 1 5 1 2
86 48 7 2 2 1 4 6 1 6 1 2 2 2 1 1 4 2 2
87 8 3 1 1 1 2 2 1 7 1 2 1 1 3 2 7 1 2
88 30 5 2 1 1 4 5 1 7 2 1 1 1 1 1 2 3 2
89 6 3 1 2 1 2 2 1 7 1 1 1 1 1 1 6 2 2
90 47 7 2 1 2 3 5 1 7 1 1 1 1 1 1 4 2 1
91 51 7 2 2 1 2 6 1 7 1 1 1 1 1 1 7 2 2
92 9 3 1 1 1 2 2 1 7 2 2 1 1 1 1 1 2 2
93 16 4 2 2 1 4 2 1 7 1 2 1 1 1 1 5 1 2
94 5 3 1 1 2 1 1 1 7 1 2 2 1 1 1 5 1 2
95 35 6 2 2 1 3 6 1 7 1 2 2 1 3 2 5 1 2
96 20 4 2 1 1 5 2 1 8 1 1 1 1 1 1 5 1 2
97 59 8 2 2 2 4 6 1 8 1 2 1 1 2 1 5 2 2
98 35 6 2 1 1 5 3 1 8 2 2 2 1 1 1 5 1 2
99 2 2 1 2 1 1 1 1 8 2 2 1 1 1 1 3 1 1
100 18 4 2 2 1 5 2 1 8 1 1 2 2 1 1 5 2 2
101 75 10 2 2 1 3 6 1 8 1 2 1 1 1 1 7 1 2
102 34 5 2 2 1 5 6 1 8 2 2 1 1 2 1 7 1 2
103 8 3 1 2 1 2 2 2 8 2 2 1 1 1 1 4 2 2
104 33 5 2 1 1 4 4 1 8 2 2 1 1 1 1 7 1 2
105 16 4 2 1 1 4 2 1 8 2 2 1 1 1 1 6 1 2
106 6 3 1 2 1 2 2 1 8 2 2 1 1 1 1 5 1 2
107 18 4 2 2 1 5 2 1 8 2 2 1 1 1 1 4 3 1
108 54 7 2 2 1 5 6 1 8 2 2 1 1 1 1 7 1 2
109 16 4 2 1 1 4 2 1 9 2 2 1 1 1 1 5 1 2
110 20 4 2 2 1 5 2 1 9 2 2 1 1 1 1 3 1 2
111 16 4 2 1 1 2 7 1 9 1 2 1 1 1 1 7 1 2

Universitas Sumatera Utara


112 13 3 1 1 1 3 2 2 9 2 2 1 1 1 1 9 1 2
113 0 1 1 1 1 1 1 1 9 1 2 1 1 1 1 5 1 2
114 39 6 2 2 1 3 4 1 9 2 2 1 1 1 1 5 1 2
115 51 7 2 1 3 5 3 1 9 1 1 2 1 2 1 4 1 2
116 31 5 2 1 1 3 7 1 9 1 2 1 1 1 1 6 1 2
117 31 5 2 2 1 4 5 1 9 2 1 1 1 1 1 6 1 2
118 18 4 2 1 1 4 2 1 9 1 2 1 1 1 1 9 2 2
119 9 3 1 1 3 2 2 1 9 1 2 2 1 1 1 5 1 1
120 27 5 2 2 1 5 6 1 9 1 2 2 1 1 1 6 1 2
121 4 2 1 1 1 1 1 1 9 2 2 1 1 1 1 5 1 2
122 6 3 1 2 1 1 1 1 9 2 2 2 1 1 1 6 2 1
123 33 5 2 1 1 5 4 1 9 1 1 1 1 1 1 5 1 1
124 55 8 2 2 1 4 6 1 9 1 2 1 1 1 1 9 1 2
125 2 2 1 2 1 1 1 2 9 2 2 2 1 1 1 3 1 2
126 54 7 2 2 1 4 6 1 10 1 2 2 1 1 1 5 1 2
127 44 6 2 1 1 4 4 1 10 2 2 1 1 1 1 8 1 2
128 35 6 2 2 1 5 7 1 10 1 2 1 1 1 1 5 1 2
129 42 6 2 1 1 3 4 1 10 2 2 2 1 1 1 3 1 2
130 17 4 2 2 1 4 2 1 10 2 2 1 1 1 1 6 1 2
131 28 5 2 1 1 5 4 1 10 2 2 1 1 1 1 5 1 2
132 13 3 1 1 1 3 1 1 10 2 2 2 1 1 1 5 1 2
133 31 5 2 2 1 5 3 1 10 1 1 2 2 2 1 6 1 2
134 50 7 2 1 1 5 5 1 10 1 1 2 2 2 1 5 1 2
135 54 7 2 1 2 5 3 1 10 2 2 1 1 1 1 6 1 2
136 32 5 2 2 1 2 5 1 10 1 2 1 1 2 1 5 2 2
137 50 7 2 2 1 4 5 1 10 1 2 2 1 1 1 5 2 2
138 14 3 1 1 2 3 2 1 10 1 2 1 1 1 1 4 2 2
139 18 4 2 2 1 4 2 1 10 1 1 1 1 1 1 6 2 2
140 30 5 2 2 1 5 3 1 10 1 1 2 1 2 1 5 2 2

Universitas Sumatera Utara


141 30 5 2 1 1 5 4 1 10 2 2 1 1 1 1 4 1 2
142 34 5 2 1 1 5 4 1 11 2 2 1 1 1 1 4 2 1
143 34 5 2 1 1 5 7 1 11 1 2 2 1 1 1 5 2 2
144 11 3 1 1 1 2 2 1 11 1 2 1 1 2 1 4 1 2
145 33 5 2 1 1 4 5 1 11 1 2 2 2 1 1 6 1 2
146 18 4 2 2 2 4 2 1 11 1 1 1 1 1 1 4 2 2
147 12 3 1 1 2 2 2 1 11 2 2 1 1 1 1 2 3 1
148 11 3 1 2 1 2 2 1 11 1 1 1 1 3 2 2 1 2
149 57 8 2 2 1 2 6 1 11 2 2 1 1 1 1 8 1 2
150 4 2 1 2 1 1 1 1 11 1 2 2 1 1 1 5 1 2
151 34 5 2 1 1 4 4 1 11 2 2 2 1 1 1 7 1 2
152 55 8 2 2 2 3 7 1 11 1 1 1 1 2 1 8 2 2
153 23 4 2 1 1 4 4 1 11 1 2 1 1 2 1 4 1 2
154 11 3 1 1 1 2 2 1 11 2 2 1 1 1 1 6 1 2
155 42 6 2 2 1 3 6 1 11 2 1 2 1 2 1 6 2 2
156 41 6 2 2 1 4 6 1 11 1 2 1 1 1 1 3 1 2
157 1 2 1 1 1 1 1 1 11 2 2 1 1 1 1 4 2 1
158 24 4 2 1 1 4 4 1 11 2 2 1 1 1 1 3 1 1
159 24 4 2 2 1 5 2 1 11 1 1 1 1 1 1 3 2 1
160 23 4 2 1 1 5 7 1 11 2 2 1 1 1 1 4 1 2
161 29 5 2 1 1 4 5 1 12 2 1 1 1 1 1 5 2 2
162 3 2 1 2 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 6 1 2
163 8 3 1 2 1 2 1 1 12 1 2 1 1 1 1 6 1 2
164 2 2 1 2 2 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 9 1 2
165 16 4 2 1 1 4 2 1 12 2 2 1 1 1 1 7 1 2
166 1 2 1 2 1 1 1 1 12 2 2 1 1 1 1 5 1 2
167 23 4 2 1 1 3 5 1 12 1 2 1 1 1 1 5 2 2
168 20 4 2 1 1 5 2 1 12 1 2 1 2 1 1 6 2 2
169 7 3 1 1 2 2 2 1 12 2 2 1 1 1 1 6 1 2

Universitas Sumatera Utara


170 53 7 2 2 1 2 6 1 12 2 2 1 1 1 1 4 2 2
171 35 6 2 1 1 4 4 1 12 2 2 1 1 1 1 4 2 2
172 18 4 2 1 1 5 2 2 12 1 1 1 1 2 1 8 2 2
173 10 3 1 1 2 2 2 2 12 1 2 1 1 1 1 7 1 2
174 3 2 1 2 1 1 1 1 12 1 2 1 1 1 1 5 1 2
175 12 3 1 1 1 2 2 1 12 1 2 1 1 1 1 3 1 2
176 38 6 2 1 1 4 4 1 12 1 2 1 1 2 1 6 1 2
177 23 4 2 1 1 4 5 1 12 1 2 1 1 1 1 4 2 1
178 47 7 2 2 1 5 5 1 12 1 2 1 1 1 1 5 1 2
179 56 8 2 2 1 2 5 1 12 1 1 2 1 2 1 8 1 2
180 70 9 2 1 1 5 3 1 12 2 2 1 1 1 1 5 1 2
181 76 10 2 2 1 5 3 1 12 2 2 2 1 1 1 7 1 2
182 41 6 2 2 1 2 5 1 12 1 2 1 1 1 1 6 1 1
183 43 6 2 1 1 4 6 1 12 1 1 1 1 1 1 4 1 2

Keterangan :
U = Umur TT = Tempat Tinggal TK1 = Tingkat Keparahan 1
U1 = Umur 1 Wkt = Waktu TK2 = Tingkat Keparahan 2
U2 = Umur 2 TM = Trombosit Masuk LR = Lama Rawatan
JK = Jenis Kelamin TK = Trombosit Keluar KSP = Keadaan Sewaktu Pulang
Pddk= Pendidikan HM = Hematokrit Masuk SB = Sumber Biaya
Pkrj = Pekerjaan HK = Hematokrit Keluar

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 4 Output Master Data

1. Umur dan Jenis Kelamin

Umur Univariat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 2 1.1 1.1 1.1
2 14 7.7 7.7 8.7
3 39 21.3 21.3 30.1
4 45 24.6 24.6 54.6
5 32 17.5 17.5 72.1
6 23 12.6 12.6 84.7
7 12 6.6 6.6 91.3
8 12 6.6 6.6 97.8
9 1 .5 .5 98.4
10 3 1.6 1.6 100.0
Total 183 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 99 54.1 54.1 54.1
Perempuan 84 45.9 45.9 100.0
Total 183 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


Umurk * Jenis Kelamin Crosstabulation

Jenis Kelamin Total


Laki-Laki Perempuan Laki-Laki
Umurk 1 Count 2 0 2
% within Jenis Kelamin 2.0% .0% 1.1%
2 Count 5 9 14
% within Jenis Kelamin 5.1% 10.7% 7.7%
3 Count 25 14 39
% within Jenis Kelamin 25.3% 16.7% 21.3%
4 Count 24 21 45
% within Jenis Kelamin 24.2% 25.0% 24.6%
5 Count 21 11 32
% within Jenis Kelamin 21.2% 13.1% 17.5%
6 Count 13 10 23
% within Jenis Kelamin 13.1% 11.9% 12.6%
7 Count 5 7 12
% within Jenis Kelamin 5.1% 8.3% 6.6%
8 Count 2 10 12
% within Jenis Kelamin 2.0% 11.9% 6.6%
9 Count 1 0 1
% within Jenis Kelamin 1.0% .0% .5%
10 Count 1 2 3
% within Jenis Kelamin 1.0% 2.4% 1.6%
Total Count 99 84 183
% within Jenis Kelamin 100.0% 100.0% 100.0%

2. Agama
Agama

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 163 89.1 89.1 89.1
Kristen Protestan 14 7.7 7.7 96.7
Katolik 3 1.6 1.6 98.4
Budha 3 1.6 1.6 100.0
Total 183 100.0 100.0

3. Pendidikan
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum/TidakSekolah 21 11.5 11.5 11.5
SD 42 23.0 23.0 34.4
SLTP 21 11.5 11.5 45.9
SLTA 54 29.5 29.5 75.4
Akademi/Perguruan
Tinggi 45 24.5 24.5 100.0
Total 183 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


4. Pekerjaan
Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Belum/Tidak Bekerja 22 12.0 12.0 12.0
Pelajar/Mahasiswa 60 32.8 32.8 44.8
PNS/Pensiunan PNS 12 6.6 6.6 51.4
Karyawan Swasta 31 16.9 16.9 68.3
Wiraswasta 26 14.2 14.2 82.5
Ibu Rumah Tangga/IRT 26 14.2 14.2 96.7
Lain-lain 6 3.3 3.3 100.0
Total 183 100.0 100.0

5. Tempat Tinggal
Tempat Tinggal

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kota Medan 172 94.0 94.0 94.0
Luar Kota Medan 11 6.0 6.0 100.0
Total 183 100.0 100.0

6. Waktu (Bulan)

Waktu (Bulan)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Januari 20 10.9 10.9 10.9
Februari 17 9.3 9.3 20.2
Maret 16 8.7 8.7 28.9
April 15 8.2 8.2 37.2
Mei 7 3.9 3.9 41.0
Juni 11 6.0 6.0 47.0
Juli 9 4.9 4.9 51.9
Agustus 13 7.1 7.1 59.0
September 17 9.3 9.3 68.3
Oktober 16 8.7 8.7 77.0
November 19 10.4 10.4 87.4
Desember 23 12.6 12.6 100.0
Total 183 100.0 100.0

7. Jumlah Trombosit Saat Masuk

Jumlah Trombosit Saat Masuk

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 101 55.2 55.2 55.2
2 82 44.8 44.8 100.0
Total 183 100.0 100.0

Universitas Sumatera Utara


8. Jumlah Trombosit Saat Keluar

Jumlah Trombosit Saat Keluar

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <=100.000 39 21.3 21.3 21.3
>100.000 144 78.7 78.7 100.0
Total 183 100.0 100.0

9. Persentase Hematokrit Saat Masuk

Persentase Hematokrit Saat Masuk (% kenaikan)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20% 135 73.8 73.8 73.8
>=20% 48 26.2 26.2 100.0
Total 183 100.0 100.0

10. Persentase Hematokrit Saat Keluar

Persentase Hematokrit Saat Keluar (% Kenaikan)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <20% 175 95.6 95.6 95.6
>=20% 8 4.4 4.4 100.0
Total 183 100.0 100.0

11. Tingkat Keparahan


Tingkat Keparahan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Derajat I 158 86.3 86.3 86.3
Derajat II 21 11.5 11.5 97.8
Derajat III 4 2.2 2.2 100.0
Total 183 100.0 100.0

12. Lama Rawatan Rata-Rata

Statistics

Lama Rawatan Rata-Rata


N Valid 183
Missing 0
Mean 5.14
Median 5.00
Std. Deviation 1.628
Variance 2.650
Minimum 1
Maximum 9

Universitas Sumatera Utara


Lama Rawatan Rata-Rata

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 3 1.6 1.6 1.6
2 5 2.7 2.7 4.4
3 19 10.4 10.4 14.8
4 32 17.5 17.5 32.2
5 57 31.1 31.1 63.4
6 31 16.9 16.9 80.3
7 21 11.5 11.5 91.8
8 10 5.5 5.5 97.3
9 5 2.7 2.7 100.0
Total 183 100.0 100.0

13. Keadaan Sewaktu Pulang

Keadaan Sewaktu Pulang

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sembuh 139 76.0 76.0 76.0
Pulang Berobat Jalan
(PJB) 36 19.7 19.7 95.6
Pulang Atas Permintaan
Sendiri (PAPS) 8 4.4 4.4 100.0
Total 183 100.0 100.0

14. Sumber Biaya


Sumber Biaya

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Biaya Sendiri 31 16.9 16.9 16.9
Bukan Biaya Sendiri
(JKN dan Jaminan 152 83.1 83.1 100.0
Kesehatan Lainnya)
Total 183 100.0 100.0

15. Tingkat Keparahan Berdasarkan Umur

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur Bivariat *
Tingkat Keparahank 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Umur Bivariat * Tingkat Keparahank Crosstabulation

Tingkat Keparahank Total


1 2 1
Umur Bivariat 1 Count 53 2 55
Expected Count 53.8 1.2 55.0
% within Umur Bivariat 96.4% 3.6% 100.0%
% within Tingkat
Keparahank 29.6% 50.0% 30.1%
% of Total 29.0% 1.1% 30.1%
2 Count 126 2 128
Expected Count 125.2 2.8 128.0
% within Umur Bivariat 98.4% 1.6% 100.0%
% within Tingkat
Keparahank 70.4% 50.0% 69.9%
% of Total 68.9% 1.1% 69.9%
Total Count 179 4 183
Expected Count 179.0 4.0 183.0
% within Umur Bivariat 97.8% 2.2% 100.0%
% within Tingkat
Keparahank 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.8% 2.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value Df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square .774(b) 1 .379 .585 .349
Continuity
.108 1 .743
Correction(a)
Likelihood Ratio .710 1 .399 .585 .349
Fisher's Exact Test .585 .349
Linear-by-Linear
Association .770(c) 1 .380 .585 .349 .267
N of Valid Cases 183
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.20.
c The standardized statistic is -.877.

16. Jumlah Trombosit Saat Keluar Berdasarkan Jumlah Trombosit Saat Masuk
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Jumlah Trombosit * Jumlah
Trombosit Keluar 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Trombosit * Jumlah Trombosit Keluar Crosstabulation

Jumlah Trombosit Keluar Total

<=100.000 >100.000 <=100.000


Jumlah Trombosit <=100.000 mm3 Count 32 69 101
Expected Count 21.5 79.5 101.0
% within Jumlah
Trombosit 31.7% 68.3% 100.0%
% within Jumlah
Trombosit Keluar 82.1% 47.9% 55.2%
% of Total 17.5% 37.7% 55.2%
>100.000 mm3 Count 7 75 82
Expected Count 17.5 64.5 82.0
% within Jumlah
Trombosit 8.5% 91.5% 100.0%
% within Jumlah
Trombosit Keluar 17.9% 52.1% 44.8%
% of Total 3.8% 41.0% 44.8%
Total Count 39 144 183
Expected Count 39.0 144.0 183.0
% within Jumlah
Trombosit 21.3% 78.7% 100.0%
% within Jumlah
Trombosit Keluar 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 21.3% 78.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 14.459(b) 1 .000 .000 .000
Continuity
13.112 1 .000
Correction(a)
Likelihood Ratio 15.631 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 14.380(c) 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 183
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.48.
c The standardized statistic is 3.792.

17. Persentase Hematokrit Saat Keluar Berdasarkan Persentase Hematokrit Saat Masuk
Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PersentaseHematokritk *
Persentase Hematokrit 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%
Keluar

Universitas Sumatera Utara


PersentaseHematokritk * Persentase Hematokrit Keluar Crosstabulation

Persentase Hematokrit
Keluar Total

<20% >=20% <20%


PersentaseHematokritk <20% Count 134 1 135
Expected Count 129.1 5.9 135.0
% within
PersentaseHematokritk 99.3% .7% 100.0%
% within Persentase
Hematokrit Keluar 76.6% 12.5% 73.8%
% of Total 73.2% .5% 73.8%
>=20% Count 41 7 48
Expected Count 45.9 2.1 48.0
% within
PersentaseHematokritk 85.4% 14.6% 100.0%
% within Persentase
Hematokrit Keluar 23.4% 87.5% 26.2%
% of Total 22.4% 3.8% 26.2%
Total Count 175 8 183
Expected Count 175.0 8.0 183.0
% within
PersentaseHematokritk 95.6% 4.4% 100.0%
% within Persentase
Hematokrit Keluar 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 95.6% 4.4% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 16.231(b) 1 .000 .000 .000
Continuity
13.088 1 .000
Correction(a)
Likelihood Ratio 14.043 1 .000 .000 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
Association 16.142(c) 1 .000 .000 .000 .000
N of Valid Cases 183
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.10.
c The standardized statistic is 4.018.

18. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang


Case Processing Summary
Keadaan Sewaktu Pulang Cases
Valid Missing Total
Per
N Percent N Percent N cent
Lama Rawatan Sembuh 100
139 100.0% 0 .0% 139
Rata-Rata .0%
Pulang Berobat Jalan 100
(PBJ) 36 100.0% 0 .0% 36
.0%
Pulang Atas Permintaan 100
8 100.0% 0 .0% 8
Sendiri (PAPS) .0%

Universitas Sumatera Utara


Descriptives

Keadaan Sewaktu Pulang Statistic Std. Error


Lama Rawatan Sembuh Mean 5.25 .137
Rata-Rata 95% Confidence Lower Bound 4.98
Interval for Mean Upper Bound
5.52
5% Trimmed Mean 5.25
Median 5.00
Variance 2.596
Std. Deviation 1.611
Minimum 1
Maximum 9
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness .004 .206
Kurtosis .075 .408
Pulang Berobat Jalan Mean 5.06 .273
(PJB) 95% Confidence Lower Bound 4.50
Interval for Mean Upper Bound
5.61
5% Trimmed Mean 5.04
Median 5.00
Variance 2.683
Std. Deviation 1.638
Minimum 1
Maximum 9
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness .360 .393
Kurtosis .668 .768
Pulang Atas Permintaan Mean 3.63 .420
Sendiri (PAPS) 95% Confidence Lower Bound 2.63
Interval for Mean Upper Bound
4.62
5% Trimmed Mean 3.64
Median 4.00
Variance 1.411
Std. Deviation 1.188
Minimum 2
Maximum 5
Range 3
Interquartile Range 3
Skewness -.394 .752
Kurtosis -1.229 1.481

Universitas Sumatera Utara


Tests of Normality

Keadaan Sewaktu Pulang Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk


Si
Statistic df Sig. Statistic df g.
Lama Rawatan Sembuh .00
.159 139 .000 .960 139
Rata-Rata 0
Pulang Berobat Jalan .03
(PJB) .208 36 .000 .935 36
5
Pulang Atas Permintaan .16
Sendiri (PAPS) .249 8 .155 .875 8
8

a Lilliefors Significance Correction

Kruskal-Wallis Test
Ranks

Keadaan Sewaktu Pulang N Mean Rank


Lama Rawatan Sembuh 139 96.14
Rata-Rata Pulang Berobat Jalan
(PJB) 36 87.13
Pulang Atas Permintaan
Sendiri (PAPS) 8 42.06
Total 183

Test Statistics(a,b)

Lama
Rawatan
Rata-Rata
Chi-Square 8.636
df 2
Asymp. Sig. .013
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: Keadaan Sewaktu Pulang

19. Tingkat Keparahan Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Keadaan Sewaktu Pulang *
Tingkat Keparahank 183 100.0% 0 .0% 183 100.0%

Universitas Sumatera Utara


Keadaan Sewaktu Pulang * Tingkat Keparahan Kategorik Crosstabulation

Tingkat Keparahan
Kategorik Total
Derajat I Derajat III Derajat I
dan II dan IV dan II
Keadaan Pulang Sembuh Count 135 4 139
Sewaktu Expected Count 136.0 3.0 139.0
Pulang
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 97.1% 2.9% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 75.4% 100.0% 76.0%
% of Total 73.8% 2.2% 76.0%
Pulang Berobat Jalan Count 36 0 36
(PBJ) Expected Count 35.2 .8 36.0
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 100.0% .0% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 20.1% .0% 19.7%
% of Total 19.7% .0% 19.7%
Pulang Atas Permintaan Count 8 0 8
Sendiri (PAPS) Expected Count 7.8 .2 8.0
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 100.0% .0% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 4.5% .0% 4.4%
% of Total 4.4% .0% 4.4%
Total Count 179 4 183
Expected Count 179.0 4.0 183.0
% within Keadaan
Sewaktu Pulang 97.8% 2.2% 100.0%
% within Tingkat
Keparahan Kategorik 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 97.8% 2.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Asy mp. Sig. Exact Sig. Exact Sig. Point


Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided) Probability
Pearson Chi-Square 1.294a 2 .523 .651
Likelihood Ratio 2.228 2 .328 .518
Fisher's Exact Test .848 .651
Linear-by -Linear b
1.129 1 .288 .440 .329 .329
Association
N of Valid Cases 183
a. 3 cells (50.0%) hav e expect ed count less t han 5. The minimum expected count is .17.
b. The standardized st at ist ic is -1. 063.

Universitas Sumatera Utara


Two-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Frequencies

Tingkat Keparahank N
Keadaan Sewaktu Pulang 1 179
2 4
Total 183

Test Statistics(a)

Keadaan
Sewaktu
Pulang
Most Extreme Absolute .246
Differences Positive .000
Negative -.246
Kolmogorov-Smirnov Z .486
Asymp. Sig. (2-tailed) .972
a Grouping Variable: Tingkat Keparahank

20. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya


Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
Sumber Biaya N Percent N Percent N Percent
Lama Rawatan Biaya Sendiri 31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
Rata-Rata Bukan Biaya Sendiri
(JKN dan Jaminan 152 100.0% 0 .0% 152 100.0%
Kesehatan Lainnya)

Universitas Sumatera Utara


Descriptives

Sumber Biaya Statistic Std. Error


Lama Rawatan Biaya Sendiri Mean 4.16 .197
Rata-Rata 95% Confidence Lower Bound 3.76
Interval for Mean Upper Bound
4.56
5% Trimmed Mean 4.18
Median 4.00
Variance 1.206
Std. Deviation 1.098
Minimum 2
Maximum 6
Range 4
Interquartile Range 2
Skewness -.179 .421
Kurtosis -.650 .821
Bukan Biaya Sendiri Mean 5.34 .134
(JKN dan Jaminan 95% Confidence Lower Bound 5.08
Kesehatan Lainnya) Interval for Mean Upper Bound
5.61
5% Trimmed Mean 5.35
Median 5.00
Variance 2.717
Std. Deviation 1.648
Minimum 1
Maximum 9
Range 8
Interquartile Range 2
Skewness -.050 .197
Kurtosis .147 .391

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Sumber Biaya Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Lama Rawatan Biaya Sendiri .197 31 .004 .916 31 .019
Rata-Rata Bukan Biaya Sendiri
(JKN dan Jaminan .161 152 .000 .959 152 .000
Kesehatan Lainnya)
a Lilliefors Significance Correction

Mann-Whitney Test
Ranks

Sumber Biaya N Mean Rank Sum of Ranks


Lama Rawatan Biaya Sendiri 31 58.24 1805.50
Rata-Rata Bukan Biaya Sendiri
(JKN dan Jaminan 152 98.88 15030.50
Kesehatan Lainnya)
Total 183

Universitas Sumatera Utara


Test Statistics(a)

Lama
Rawatan
Rata-Rata
Mann-Whitney U 1309.500
Wilcoxon W 1805.500
Z -3.980
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a Grouping Variable: Sumber Biaya

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5 Surat Survey Pendahuluan

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6 Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7 Surat Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara

You might also like