Professional Documents
Culture Documents
Amrizaldi Fitk
Amrizaldi Fitk
This research was conducted in the Class VIII-A (using the experiment)
and Class VIII-B (use control) SMP Al-Ikhlas Cipete South Jakarta on Vibrations
and Waves materials. Election of the two classes based on purposive sampling
techniques and testing of homogeneity of the two classes. This study takes
approximately one month, ie in March 2010. The instrument used is a test
instrument in the form of multiple choice questions and instruments such as
observation sheets nontes. Data from the test instrument, were compared by using
statistical analysis of posttest value comparison test both classes, while the data
observation sheet nontes instrument results were analyzed qualitatively and used
to describe the level of achievement for the learning process.
Based on the analysis of survey data and found that differences in the two-
class learning outcomes significantly. This conclusion is based on hypothesis test
results using t test to the second posttest values. The result is a value t = 3.130
while the value ttable on 1% significance level is 2.684 and at 5% significance
level is 2.012. Therefore, it can be concluded that the study of physics students
who use the CTL approach is better than using conventional approaches.
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas
segala rahmat, hidayah dan ridho-Nya, penulis mampu menyelesaikan skripsi ini
yang berjudul ”Pengaruh Pembelajaran Melalui Pendekatan Contextual Teaching
and Learning Terahadap Hasil Belajar Siswa” (Penelitian Kuasi Eksperimen di
SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan)”. Shalawat dan salam kepada Rasulullah
Muhammad SAW yang dijadikan sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia,
juga kepada segenap keluarga dan sahabatnya yang selalu menjaga kemurnian
sunnah-nya.
Apresiasi dan terima kasih yang setinggi-tingginya, disampaikan kepada
semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini. Semoga menjadi amal
baik dan dibalas oleh Allah dengan balasan yang lebih baik. Secara khusus,
apresiasi dan terima kasih tersebut disampaikain kepada:
1. Ayahanda Asmadi dan Ibunda Esniwati, yang kasih sayangnya kepada peneliti
tak terbatas, semoga Allah selalu menyayangi keduanya sebagaimana
keduanya menyayangi peneliti.
2. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak DR. Sujiyo Miranto, M.Pd, Dosen Pembimbing I dan Ibu Erina
Hertanti, M.Si., Dosen Pembimbing II, yang selalu ada ketika peneliti
kesulitan dalam penelitian ini.
5. Bapak Drs. H. Prasetyo, Kepala SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan, dan
Bapak Indra Dwi, S.Pd., guru mata pelajaran Fisika, yang telah memberikan
ijin penelitian dan menjadi konsultan terbaik selama eksperimen, dan seluruh
sivitas akademika SMP Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan.
6. Adik-adik tercinta: Dwi, Heri, Apri, dan Delvi tempat berkeluh kesah dan
sumber inspirasi serta semangat, bagian kehidupan yang tak tergantikan.
7. Sitti Aisyah sebagai teman yang baik, Thanks for you Best Friend.
i
8. Keluarga besar dari Papa dan Mama, yang selalu memberi perhatian dan kasih
sayang kepada peneliti, khususnya kepada Ronika Putra.
9. Keluarga Besar Gerakan Mahasiswa Kuantan Singingi (GEMAKUSI), yang
menjadi keluarga kedua bagi peneliti. Lebih khusus kepada Nopryanto, Imam
Maryoko Dosantos Leite, Irwan Siska, John Paisal, Radinal Fauzi, Harry
Muswen, Febrian Sudarta, Oktamiadi, M. Ikbal Fikri dan Ridho.
10. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Fisika Angkatan 2005, Lebih khusus
kepada Khaerul Anwar, Samsul Bahri, Arip Rahman Fauzi, Ade Yusman,
Muhammad Nurudin, dan Sulaeman.
Atas semuanya semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang lebih
baik, jazákum ahsan al-jazâ’.
Amrizaldi
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTA TABEL ............................................................................................ vii
iii
10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .............. 33
11. Hubungan Pendekatan CTL dengan Hasil Belajar ............ 35
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 36
C. Kerangka Pikir ......................................................................... 37
D. Pengajuan Hipotesis ................................................................ 39
iv
2. Uji Homogenitas ................................................................ 57
3. Uji Analisis ........................................................................ 58
E. Hasil Observasi ........................................................................ 58
F. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 59
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
ESQ. (Jakarta: Agra. 2001) hal. 41.
1
2
bagi siswa. Dan itu akan terwujud jika dalam pembelajaran terdapat upaya untuk
menghadirkan suasana realistis yang bisa menghubungkan antara pengetahuan
yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Pada dasarnya pendekatan yang
bersifat realistik akan membimbing siswa untuk menemukan kembali konsep-
konsep fisika yang memungkinkan siswa dapat menemukan hal yang sama sekali
belum pernah ditemukan.
Dalam mempelajari fisika, sebetulnya siswa dapat lebih mengenal alam
sekitar. Pada akhirnya, siswa akan lebih bijaksana dalam melakukan eksplorasi
sumber daya alam tanpa melakukan eksploitasi. Permasalahan yang muncul
kemudian adalah andaipun siswa mengetahui dan hafal akan konsep fisika yang
diajarkan, tetapi hanya sebagian kecilnya saja yang memahami konsep tersebut.
Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka
pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan
dipergunakan/dimanfaatkan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep
akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan yaitu dengan menggunakan
sesuatu yang abstrak atau hanya dengan metode ceramah.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah di atas, menurut
Elaine B. Johnson adalah menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis
Contextual Teaching Learning (CTL). Pendekatan ini terdiri dari delapan
komponen: membuat keterkaitan yang bermakna, pembelajaran mandiri,
melakukan pekerjaan yang berarti, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif,
membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, mencapai standar yang tinggi,
dan menggunakan penilaian autentik. 2
Pendekatan ini memungkinkan siswa yang lemah, yang terbiasa mengulang
pelajaran maupun siswa yang beruntung, yang mendapatkan nilai A dengan
mudah, untuk menyadari potensi mereka. Ternyata pendekatan ini sekaligus dapat
membantu siswa untuk menghubungkannya dengan konsep-konsep pelajaran lain.
Lebih lanjut Elaine B. Johnson mengungkapkan berdasarkan penemuan dalam
ilmu saraf, otak mencari makna dan ketika otak menemukan makna ia belajar dan
2
Elaine B. Johnson, Contextual Teaching Learning (CTL), (Bandung: Mizan Learning
Center, 2009), hal. 65.
3
ingat. Misi utama dari otak manusia adalah bertahan hidup. Kelangsungan
hidupnya bergantung sebagian besar pada kemampuannya menemukan makna di
dunia luar. 3
Berdasarkan uraian di atas, maka diasumsikan bahwa pendekatan CTL dapat
meningkatkan hasil pembelajaran dan menjadikan pembelajaran berlangsung
menyenangkan. Pendekatan ini dianggap mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan sebagaimana diuraikan pada penjelasan di atas. Pendekatan ini
diharapkan dapat membantu siswa lebih cepat memahami materi pelajaran fisika,
khususnya dalam penelitian ini yaitu tentang materi Getaran dan Gelombang. Hal
itu dikarenakan pendekatan tersebut merupakan pendekatan yang lebih bermakna
sehingga dapat membekali siswa dalam menghadapi permasalahan hidup yang
akan mereka hadapi dalam kehidupannya. Berdasarkan masalah-masalah yang
telah dikemukakan di atas, maka peneliti mengangkat judul sebagai berikut.
“PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND
LEARNING (CTL) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Bagaimana signifikansi peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan
perlakuan dalam pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and
Learning (CTL)?
2. Bagaimana pengaruh hasil belajar siswa setelah menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL)?
3. Bagaimana pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
terhadap penguasaan materi pelajaran siswa?
3
Ibid, hal. 63.
4
C. Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa
yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan hasil tes kognitif saja. Ranah
kognitif yang dinilai berdasarkan taksonomi Bloom. 4 Ranah kognitif yang akan
diukur pada penelitian ini dari tingkat C1 sampai dengan C4.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan di atas,
penelitian merumuskan permasalahan berupa pertanyaan, yaitu: Adakah pengaruh
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) terhadap hasil belajar
siswa?
4
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hal. 117 – 121.
5
6
BAB II
DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Landasan Filosofis Contextual Teaching and Learning (CTL)
Landasan filosofis CTL adalah konstruktivisme, yaitu filosofis belajar
yang menekankan bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal. Peserta didik
harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Pengetahuan tidak
dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi
mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan belajar yang menyatakan
bahwa siswa akan belajar dengan lebih baik jika siswa secara aktif membangun
(construct) sendiri pengetahuan dan pemahamannya. 1 Dalam hal ini, siswa belajar
dengan mengembangkan pengetahuan awal yang sudah terlebih dahulu
dimilikinya. Dengan bermodalkan pengetahuan awal ini, siswa mencoba
membangun sendiri pengetahuan dan pemahamannya didasarkan pada informasi-
informasi baru yang diterimanya baik dari lingkungan maupun dari orang-orang
yang berada di sekitarnya.
Oleh karena itu, para pakar konstruktivisme (constructivist) yakin bahwa
pengetahuan itu tidak mutlak, melainkan dibangun oleh pembelajar berdasarkan
pengetahuan awal yang telah dimilikinya dan pandangannya terhadap dunia di
sekitarnya. 2 Para pakar konstruktivisme juga mengemukakan bagaimana
pengetahuan dapat disusun sehingga dapat dipelajari, yaitu dengan cara para
pembelajar sendiri yang harus aktif sehingga pembelajar dapat memilih dan
menginterpretasikan informasi yang diperolehnya dari lingkungan di sekitar
dirinya.
Konstruktivisme menjelaskan bahwa pemahaman bisa didapat dari interaksi
seseorang dengan lingkungannya, konflik kognitif dapat mendorong seseorang
1
John W Santrock, Educational Psychology, 2nd Edition, (New York: McGraw Hill
Companies Inc., 2004), hal. 314.
2
Maggi Savin-Baden dan Claire Howell Major, Foundation of Problem-based Learning,
(London: SRHE, tt), hal. 29.
7
3
Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 255.
4
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hal. 163.
5
Mark Smith, dkk., Teori Pembelajaran dan Pengajaran, (Yogyakarta: Mirza Media
Pustaka, 2009), hal. 84.
8
6
John W Santrock, Op.Cit., hal. 39 dan Kro’s Report, Theories of Human Learning (The
Koron Exploration Department, tt), hal. 204.
9
kognitif berikutnya. Kenaikan tahap kognitif ini terjadi ketika seorang anak
mengalami konflik kognitif atau diekulibrium dalam memahami lingkungannya.
Piaget yakin bahwa perubahan akibat konflik kognitif ini disebabkan oleh
asimilasi atau akomodasi.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukannya, Piaget mengelompokkan
perkembangan kognitif ke dalam empat tahapan. Keempat tahapan perkembangan
kognitif ini berhubungan dengan perkembangan usia seseorang yang diikuti
perkembangan cara berpikirnya. Keempat tahapan tersebut adalah tahap
sensorimotor (0–2 tahun), preoperational (2–7 tahun), concrete operational (7–11
tahun), dan formal operational (11–menjelang dewasa). 9 Phillips menggolongkan
tahapan-tahapan perkembangan kognitif Piaget menjadi tiga periode, yaitu periode
sensorimotor (0 – 2 tahun), periode concrete operation (2 – 11 tahun), dan periode
formal operation (11 – 15 tahun). 10
Berkaitan dengan proses pembelajaran, B. Carrol dan Benjamin Bloom
dalam Bruce Joyce dkk. mengemukakan bahwa pembelajaran dengan model
merupakan metode yang menarik dalam meningkatkan kemungkinan siswa untuk
mampu mencapai level performa yang memuaskan. 11 Pembelajaran yang baik
harus melibatkan pemberian situasi-situasi sehingga seorang anak dapat secara
mandiri melakukan eksperimen atau mencoba segala sesuatu yang terjadi,
memanipulasi tanda-tanda, simbol-simbol, mengajukan pertanyaan, dan
menemukan sendiri jawabannya, mencocokan yang ia temukan pada suatu saat
dengan yang ia temukan pada saat yang lain, dan membandingkan temuannya
dengan temuan anak lain. Pernyataan ini sangat berkaitan dan didasarkan dengan
konsep Piaget tentang konstruktivisme kognitif dan tahapan-tahapan
perkembangan kognitif seseorang.
9
John W Santrock, Op.Cit. hal. 41.
10
John Phillips, Jr., Op. Cit. hal. xvii – xviii.
11
Bruce Joyce, dkk, Models of Teaching, (New Jersey: Upper Saddle River, 2009), hal. 409
11
12
John W Santrock, Op. Cit., hal. 51.
13
Ibid.
12
lain, seperti guru, orang tua, atau teman sejawat yang mempunyai kemampuan
lebih tinggi. Zona antara tingkat perkembangan aktual seseorang dengan tingkat
perkembangan potensial disebut zona perkembangan terdekat yang didefinisikan
sebagai tingkat perkembangan yang sedikit di atas tingkat perkembangan
seseorang saat itu. 16
ZPD yang diusulkan Vygotsky ini mempunyai batas bawah dan batas atas.
Tugas-tugas dalam ZPD terlalu sulit bagi anak untuk dikerjakan sendiri. Oleh
karena itu, mereka membutuhkan bimbingan dari orang dewasa atau anak yang
mempunyai kemampuan lebih tinggi. Selama pengalamannya dalam pengajaran
verbal dan demonstrasi, seorang anak mengorganisasikan informasi yang ada
dalam struktur mentalnya, sehingga pada akhirnya mereka dapat melakukan
keterampilan yang dibimbingkan tersebut secara mandiri. 17
Konsep yang sangat erat kaitannya dengan ZPD adalah konsep scaffolding
yang diartikan sebagai sebuah cara untuk mengubah tingkatan bimbingan. Setelah
sesi rangkaian pembelajaran, seseorang yang mempunyai keterampilan lebih
tinggi (guru atau anak yang mempunyai kemampuan lebih tinggi) memberikan
sejumlah bimbingan untuk menyesuaikan tingkatan keterampilan pada saat itu.
Ketika tugas yang diberikan kepada siswa yang sedang belajar merupakan tugas
baru, orang yang mempunyai keterampilan yang lebih tinggi ini menggunakan
pengajaran langsung (direct instruction). Setelah kompetensi siswa tersebut
bertambah, maka pemberian bimbingan mulai dikurangi. 18
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa perbedaan
antara teori konstruktivisme kognitif Piaget dan konstruktivisme sosial Vygotsky.
Pada tabel berikut ini, disajikan perbandingan antara konstruktivisme kognitif
Piaget di satu sisi dan konstruktivisme sosial Vygotsky di sisi lain.
16
Ibid., hal. 53.
17
John W Santrock, Op. Cit., hal. 52.
18
Ibid.
14
20
Wina Sanjaya, Op. Cit, hal 255.
21
Saepul Hamdani, DIDAKTIS Jurnal Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan, (Surabaya:
UNMUH Surabaya. 2004), hal. 43.
22
Isjoni, “Sejarah Pembelajaran Kontekstual”, berita diakses pada tanggal 14 Februari 2010
dari www.riaupos.com, hal. 33.
16
pada berpikir tingkat lebih tinggi, transfer pengetahuan lintas disiplin, serta
pengumpulan, penganalisaan dan pensintesisan informasi dari berbagai sumber
dan pandangan. 23 Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami
makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka
sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi
sendiri secara aktif pemahamannya. 24
Seperti hal di atas pendekatan kontekstual merupakan strategi yang
dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan
bermakna, tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dengan siswa
diajak bekerja dan mengalami, siswa akan mudah memahami konsep suatu materi
dan nantinya diharapkan siswa dapat menggunakan daya nalarnya untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang ada.
Sementara itu siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari
konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri
sebagai bakal untuk meningkatkan prestasi akademik. CTL mengaktifkan
berbagai aspek yang dimiliki siswa, yaitu aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik. Sehingga proses belajar akan lebih menyenangkan dan
berimplementasi kepada keberhasilan yang membanggakan.
Sejalan dengan pengertian CTL diatas Dan Hull mengatakan bahwa
“Student’s involvement in their schoolwork increases significantly when they are
learning the concept can be used outside the classroom. And the most students
learn much more effeciently when they are allowed to work cooperatively with
other students in groups or teams”. 25 Keterlibatan siswa akan meningkat secara
signifikan ketika mereka belajar konsep lalu dapat diterapkan di luar kelas dan
23
Trianto, Op. Cit, hal. 102.
24
Bandono, Contextual Teaching and Learning, diakses dari:
http://bandono.web.id/2008/03/07/menyusun-model-pembelajaran-contextual-teaching-and-
learning-ctl.php. Maret 2008.
25
Anonoim, ”Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual”, diakases dari
http://219.94.96.174/sainsmath2002/pedagogi%20ubahsuai/Kontekstual.pdf, agustus 2008.
17
sebagian besar siswa belajar banyak secara efisien ketika mereka kerja sama
dengan teman sekelompoknya.
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sistem yang
menyeluruh. 26 CTL menawarkan strategi pembelajaran sedemikian rupa sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Selain menghadirkan jalan
terbaik untuk mencapai prestasi akademik yang unggul, CTL adalah proses yang
tidak bisa diukur dengan menggunakan pengukuran standar. 27 Selaian itu, strategi
ini akan efektif dalam membantu siswa yang termasuk dalam kelompok di bawah
rata-rata. Anak-anak dari kelompok ini bukan hanya terdiri dari mereka yang
benar-benar tergolong lambat belajar, tetapi juga anak-anak yang karena
lingkungannya menjadi anak yang kurang kreatif. Dengan kata lain guru harus
memiliki berbagai keterampilan strategi mengajar yang akan dituangkan dalam
kegiatan mengajar sehari-hari.
Hal penting yang perlu mendapat perhatian adalah perlunya guru
membekali diri dengan sikap positif seperti keinginan untuk selalu memperbaiki
diri, selalu ingin tahu hal baru, dan bersedia menerima kegagalan atau kritikan.
Mendorong guru untuk mula-mula belajar melakukan pengamatan serta
mencatatnya, dan lama kelamaan belajar membuat penelitian tindakan kelas, yang
pada gilirannya akan sangat bermanfaat untuk penyempurnaan pembelajaran.
26
Elanie B. Johnson, Op. Cit, hal.65.
27
Ibid, hal. 150.
28
Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hal. 41-42.
18
29
Elanie B. Johnson, Op. Cit, hal. 45-48.
19
5. Komponen CTL
Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme
(Constructuvism), penemuan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat
belajar (Learning Community), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya
(Authentic Assessment). 30
1) Konstruktivisme
Konstruktivisme (Constructuvism) merupakan landasan berpikir
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh siswa sedikit demi
sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteksnya yang terbatas. Siswa harus
mengkonstruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu
yang berguna bagi dirinya. Dengan demikian pembelajaran harus dikemas
menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Landasan
berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang
lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Strategi “memperoleh” lebih
30
Saepul Hamdani, Op. Cit, hal. 43.
20
31
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), hal. 108.
21
32
National Research Council, Inquiri and The National Science Education Standards: A
Guided for Teaching and Learning, (Washington DC: National Academy Press, 2000) hal. 1.
22
4) Masyarakat Belajar
Masyarakat belajar dapat terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah,
dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran peserta
didik, memberi informasi yang diperlukan oleh teman belajarnya dan meminta
informasi yang diperlukan dari teman belajarnya. Konsep masyarakat belajar
menyadarkan bahwa hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang
lain. Hasil belajar diperoleh dari sharring antar teman, antar kelompok dan antara
yang tahu dengan yang belum tahu. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang
lain memiliki pengetahuan, pengalaman dan keterampilan berbeda yang perlu
dipelajari.
Membangun pendidikan berbasis masyarakat sebagaimana di atur dalam
pasal 55 UUSPN, masyarakat di beri hak oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan pendidikan formal dan nonformal sesuai dengan kekhasan
agama, lingkungan sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. 33
Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran
dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang kurang, yang tahu
mengajari yang belum tahu, yang cepat mendorong yang lambat, dan yang
berinisiatif memberikan gagasannya.
5) Pemodelan
Dalam proses pembelajaran yang dimaksud dengan pemodelan adalah
suatu bentuk pengetahuan atau keterampilan dengan memberi model yang dapat
ditiru atau cara melakukan sesuatu. Dalam pembelajaran fisika proses modeling
sering dilakukan ketika komunitas belajar sedang mengubah masalah dalam
kehidupan sehari-hari menjadi kalimat fisika. Dalam pembelajaran CTL, guru
bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
Seorang siswa bisa ditunjuk untuk menjadi contoh kepada siswa lain.
33
Depdiknas Pustekinkom Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (vol. 15 No.
2, maret 2009) hal 244.
23
6) Refleksi
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
kebelakang tentang apa-apa yang telah dilakukan di masa lalu. Siswa diberi
kesempatan untuk “mengedepankan” apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur
pengetahuan baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang
lama. Dengan demikian siswa merasa telah memperoleh pengetahuan baru yang
berguna bagi dirinya.
7) Penilaian yang Sebenarnya
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan siswa
perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran dengan benar. Apabila data yang diperoleh menunjukkan bahwa
siswa mengalami kesulitan belajar, maka secepatnya guru mengambil tindakan
yang tepat untuk mengatasinya. Assessment tidak harus selalu di akhir proses
pembelajaran, tetapi dilakukan bersama-sama secara integral dalam proses
pembelajaran.
Kemajuan siswa dinilai dari proses, tidak hanya hasil. Pembelajaran yang
benar seharusnya ditekankan pada upaya membentuk siswa bagaimana seharusnya
belajar (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak
mungkin informasi di akhir proses pembelajaran. Guru yang ingin melihat
perkembangan hasil belajar fisika siswanya, harus mengumpulkan data dari
perilaku nyata siswanya dikelas maupun di luar kelas dalam mengaplikasikan
fisika, bukan hanya dari hasil mengerjakan soal tes fisika. Proses pengambilan
data seperti inilah yang dimaksud dengan Authentic Assessment.
Mansur mengutip pendapat John A. Zahorik dalam Constructivist
Teaching mencatat lima elemen yang harus diperhatikan dalam praktik
pembelajaran CTL. Lima elemen yang dimaksud sebagai berikut. 34
1) Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
2) Pemerolehan pengetahuan baru dengan cara mempelajari secara keseluruhan
dulu kemudian memerhatikan detailnya.
34
Masnur Muslich, Op. Cit, hal. 52.
24
35
Trianto, Op. Cit, hal. 106.
25
dan berinteraksi dengan siswa lainnya. Keadaan seperti ini membuat proses
belajar menjadi tidak efektif, karena waktu siswa hanya dihabiskan untuk mengisi
buku tugas, mendengarkan pengajar dan menyelesaikan latihan-latihan yang
membosankan. Selebihnya siswa diminta untuk mengikuti ujian yang bisa
mengungkapkan pemahaman siswa, mereka hanya mengikuti ujian yang
mengukur kemampuan mereka dalam menghapal fakta.
Untuk lebih lengkapnya, perbedaan pendekatan CTL dengan pendekatan
tradisional (konvensional) dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Perbedaan pendekatan CTL dan pendekatan konvensional
No CTL Konvensional
1 Menyandarkan pada memori spasial Menyandarkan pada hafalan
(pemahaman makna)
2 Cenderung mengintegrasikan beberapa Pemilihan informasi ditentukan oleh
bidang (disiplin) guru
5 Siswa secara aktif terlibat dalam Siswa adalah penerima informasi pasif
pembelajaran
6 Siswa belajar dari teman melalui kerja Siswa belajar secara individual
kelompok, diskusi, dan saling mengoreksi
tradisional, menggunakan papan buletin dan poster, dan menggunakan papan tulis
dalam kegiatan pembelajaran. 38
9. Hasil Belajar
Pengertian belajar menurut konstruktivisme, adalah perubahan proses
mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata yang dialami peserta
didik sebagai hasil interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Pengetahuan yang
mereka peroleh sebagai hasil interpretasi pengalaman yang disusun dalam
pikirannya. Belajar atau juga yang disebut dengan learning, adalah perubahan
yang secara relatif berlangsung lama pada prilaku yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman. 39
38
John L. Scott, “Implementing Contextual Teaching and Learning: Case Study of David,
a High School Technology Education Novice Teacher”, (University of Georgia, 2003) dari:
http://www.coe.uga.edu/ctl/casestudy/scott.pdf. Juli 2008, hal. 13-14.
39
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri dan lingkungan, (jakarta: KIZI
BROTHER’S, 2006) hal. 76.
30
40
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hal. 89.
41
Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,
2002), hal. 21.
42
Ahmat Sofian, dkk, Evaluasi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta:UIN Jakarta
Press, 2006), hal. 13.
31
43
Ibid, hal. 14-27.
44
Ibid, hal. 15-17.
32
45
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), hal.
36-37.
46
Ahmad Sofyan, dkk.,Op. Cit, hal. 23.
33
47
Depdiknas Pustekinkom, Jurnal Teknodik (No. 17/IX/Teknodik, Desember 2005) hal
178.
48
Zikri Neni Iska, Op. Cit, hal. 85.
49
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999), Cet. 1,
hal.131-138.
34
pusing- pusing kepala misalnya, dapat menurunkan ranah cipta kognitif sehingga
materi yang dipelajarinya kurang atau tidak berbekas.
Jadi orang yang sehat akan berbeda dengan pengaruhnya terhadap belajar
dibandingkan dengan jasmani yang kurang sehat. Kondisi fisiologi siswa terdiri
atas kondisi kesehatan dan kebugaran fisik serta kondisi panca inderanya,
terutama sekali indera penglihatan dan pendengaran.
Apabila seseorang siswa memiliki kondisi fisiologi yang kurang baik
seperti indera pendengaran dan penglihatannya kurang baik, maka hampir dapat
dipastikan siswa tersebut akan mengalami kesulitan dalam belajar, sebagaimana
telah disebutkan pada awal penulisan. Jika hal tersebut tidak segera di tindak
lanjuti maka akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang akan diperoleh
siswa tersebut.
b) Faktor Psikologis
Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi belajar menyebutkan, yang
termasuk ke dalam faktor psikologis diantaranya adalah motivasi, minat, dan
bakat. 50 Apabila seseorang memiliki motivasi, minat, dan bakat maka ia akan
terpacu untuk terus belajar. Dengan kata lain ia memiliki semangat yang luar biasa
untuk terus belajar. Akan tetapi sebaliknya apabila keadaan individunya seperti
kurang sehat, gangguan pada inderanya, dan lain-lain, maka hal tersebut sedikit
banyak akan mempengaruhi kegiatan belajarnya.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor ini
terdiri dari faktor-faktor lingkungan dan faktor-faktor Intsrumental. 51
a) Faktor-Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : 52
(1) Lingkungan Sosial
Faktor linkingan sosial juga bisa berwujud manusia dan reprentasinya
termasuk budayanya akan mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar
50
Ibid, hal. 132.
51
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan berdasarkan Kurikulum Nasional, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 1996), Cet. 2, hal. 59.
52
Muhibbin Syah, op.cit, hal.138 – 140.
35
siswa. Lingungan sekolah seperti guru, para staf administrasi, dan teman-
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para
guru yang selalu menunjukan sikap dan prilaku yang simpatik dan
memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal
belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya
dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.
Selanjutnya juga yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah
masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan disekitar
perkampungan siswa tersebut. Kondisi masarakat dilingkungan kumuh yang
serba kekurangan dan anak-anak penganggur misalnya akan sangat
mempengaruhi aktifitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan
menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau
meminjam alat- alat belajar tertentu yang kebetulan belum dimiliki.
(2) Lingkungan Non Sosial
Lingkungan non sosial yang dimaksud adalah hal-hal yang dipandang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa yang tak terhitung
jumlahnya misalnya: keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, siang
atau malam), gedung sekolah dan letaknya, alat-alat sekolah yang digunakan
siswa untuk belajar, tempat tinggal siswa dan letak tempat tinggal tersebut.
b) Faktor-Faktor Instrumental
Faktor Instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana
pengajaran, guru, dan kurikulum pelajaran serta strategi belajar mengajar yang
digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. 53 Banyak psikolog
beranggapan bahwa belajar merupakan suatu proses yang asosiatif, yaitu asosiasi
atau koneksi antara suatu rangsang tertentu.
dalam mengembangkan keaktifan belajar yang dilakukan oleh peserta didik dan
guru.
Terdapat kecendrungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali
pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
sacara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalamai” sendiri apa
yang dialaminya, bukan “mengetahi”-nya. Pembelajaran yang berorientasi target
penguasaan materi terbukti berhasil dari kompetensi “mengingat” jangka pendek,
tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan
jangka panjang, pendekatan CTL adalah suatu pendekatan pengajaran yang
karakteristiknya memenuhi harapan itu.
Kuatnya arus globalisasi yang terus menerus terjadi menyebabkan nilai-
nilai yang menjadi pondasi pertahanan peserta didik akan runtuh. Dengan
penanaman pendidikan nilai dimaksudkan akan menambah ruh bagi para peserta
didik untuk menghadirkan kepekaan terhadap apa yang terjadi di lingkungan
sekitar dan memberi arahan untuk bisa berkontribusi terhadap lingkungannya.
54
Tri Murtono, Keefektifan Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning)
Terhadap Penalaran Matematika Pada Materi Komposisi Fungsi dan Invers Fungsi Pada Siswa
Kelas XI 1A SMA Negeri Semarang Tahun Ajaran 2006/2007, (skripsi Universitas Negeri
Semarang, 2007), diakses pada tanggal 12 Februari dari
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/index/assoc/HASH0134/ce1e0081.dir/doc.pdf
37
C. Kerangka Berpikir
Belajar merupakan faktor yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia belajar menjadikan manusia sebagai makhluk unik yang berbeda dengan
makhluk lain. Belajar merupakan perubahan yang relatif permanen pada perilaku,
pengetahuan, atau keterampilan.
Proses belajar setidaknya meliputi tiga tahapan, yaitu tahapan input, proses,
dan output. Ketiga tahapan ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar belajar (output), disamping
kualitas input-nya, adalah proses pembelajarannya. Untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimal maka diperlukan sebuah pendekatan yang baik dan
diharapkan nantinya akan menciptakan prestasi.
55
Lina Rahmawati, efektivitas pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and
Learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep pengelolaan lingkungan terintegrasi
nilai, (Skripsi UIN Jakarta. 2009).
56
Eko Suseno, Keefektifan CTL (Contextual Teaching and Learning) Terhadap
Pemahaman Konsep Siswa SMK Pelita Nusantara 2 Semarang Pada Pokok Bahasan Trigonometri
(skripsi Universitas Negeri Semarang, 2007), diakses pada tanggal 12 Februari dari
http://www.muhfida.com/modelpembelajaran.html
57
Astri, pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual
terhadap hasil belajar siswa, (skripsi UIN Jakarta, 2009).
38
Manusia
Belajar
Kualitas Proses Prestasi
Pembelajaran
Contextual Teaching
and Learning (CTL) Strategi Belajar Elanie
B. Johnson
Proses Pembelajaran
Landasan
Konstruktivisme
Filosofi
D. Pengajuan Hipotesis
Ho : Tidak terdapat pengaruh hasil belajar siswa antara siswa yang
diajar melalui pendekatan CTL dengan siswa yang diajar dengan
pendekatan konvensional.
Ha : Terdapat pengaruh hasil belajar siswa antara siswa yang diajar
melalui pendekatan CTL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
yang diajar dengan pendekatan konvensional.
31
BABIII
METODOLOGI PENELITIAN
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
exsperiment. Dalam eksperimen ini terdapat kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus (variabel
yang akan diuji akibatnya) yaitu metode pembelajaran CTL, sedangkan
kelompok kontrol dengan pembelajaran konvensional.
Desain penelitian yang digunakan ialah pretest-posttest control group
yang divisualisasikan sebagai berikut.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
A(kelompok Eksperimen) 01 X1 02
B(Kelompok kontrol) 01 X2 02
32
Identifikasi Masalah
Uji coba
Penyusunan Instrumen
Instrumen
Instrumen Penelitian
Pre Test Pre Test
Aktivitas
Aktivitas
Pembelajaran CTL
Pembelajaran
Konvensional
Observasi
Post Test Post Test
Hasi dan Pembahasan
Laporan
33
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, Variabel independen (variabel
bebas) adalah pendekatan CTL dan Variabel dependen (variabel terikat)
adalah hasil belajar.
Tabel 3.3 Variabel Penelitian
Variabel
Definisi Konseptual Definisi Operasional
Penelitian
Pendekatan CTL - Pendekatan lebih Guru merancang
(Variabel X) menekankan pada strategi pembelajaran sesuai
dalam perencanaan dengan pembelajaran CTL,
- CTL adalah konsep belajar kemudian keberhasilan
yang membantu guru siswa diukur dari hasil
34
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Tes (kognitif)
Tes kognitif berupa tes tertulis yang diberikan kepada responden
yang termuat dalam bentuk soal objektif dengan empat pilihan. Tes
pengetahuan ini digunakan untuk mengetahui penguasaan peserta didik
terhadap konsep getaran dan gelombang.
35
2. Instrumen Nontes
Penggunaan instrumen nontes ini bertujuan agar kesimpulan yang
dapat diperoleh dari penelitian ini lebih valid dan objektif dibandingkan
jika hanya menggunakan satu instrumen tes saja. Instrumen nontes yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Sebagaimana
instrumen tes, instrumen nontes juga harus memenuhi kriteria kelayakan.
Hanya saja kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen nontes berbeda
dengan instrumen tes. Begitu pula, berbeda dengan instrumen tes yang
pengujiannya menggunakan perhitungan-perhitungan statistik, instrumen
nontes lembar observasi ini pengujian kelayakannya cukup dengan
pertimbangan ahli saja. 1 Pertimbangan para ahli ini berhubungan dengan
validitas isi yang berkaitan dengan butir-butir pertanyaan-pertanyaan yang
akan diajukan kepada siswa. 2
Uji kelayakan ini dilakukan oleh dosen pembimbing dengan
pertimbangan kajian teoretis yang dilakukan penulis. Setelah diajukan
kepada dosen pembimbing dan beberapa perbaikan, akhirnya instrumen
nontes lembar observasi ini dianggap layak untuk digunakan. Berikut ini
adalah aspek-aspek yang diuji kelayakannya oleh dosen pembimbing
beserta kriterianya.
1
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), h. 123.
2
Yanti Herlanti, Op. Cit., h. 32.
36
37
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas instrumen atau alat evaluasi dalam mengukur ketepatan
peserta didik dalam menjawab alat evaluasi itu. Jika alat evaluasi itu
reliabel, maka hasil hasil dari dua kali atau lebih pengevaluasian dengan
dua atau lebih alat evaluasi yang senilai (equivalen) pada masing-masing
pengetesan, akan serupa. Suatu alat evaluasi (test atau non test) dikatakan
baik jika antara lain reliabelnya tinggi.
3. Tingkat Kesukaran
Melihat tingkat kesukaran butir soal berdasarkan pada kelompok
atas dan kelompok bawah peserta didik yang telah disusun dengan
menggunakan rumus.
P=
Keterangan:
P = indeks tingkat kesukaran
B = jumlah peserta didik yang menjawan soal benar
JS = jumlah seluruh peserta didik peserta tes
38
4. Daya pembeda
Penghitungan daya pembeda setiap butir soal menggunakan rumus
berikut.
D=
Keterangan:
D = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu
benar
PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
39
Keterangan:
Mx = mean / rata-rata hitung
∑ = jumlah dari hasil perkalian antara midpoint dari masing-
masing interval dengan frekuensinya
∑ = jumlah frekuensi, bisa digunakan juga N
6) Menentukan modus atau data terbanyak. Modus dicari dengan
rumus sebagai berikut 4 .
1
Mo = b + p 1 2
Keterangan:
Mo = Modus
b = batas bawah kelas modus
p = panjang kelas
3
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal
37‐58
4
Sudjana, Metode Statistik, (Bandung: Tarsito, 1996), edisi 6, hal 77
40
Keterangan:
Me = median
b = batas bawah kelas median
n = number of case
p = panjang kelas
F = jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas lebih kecil
dari tanda kelas median
f = frekuensi kelas median
5
David E. Meltzer, “The Realitionship Betweem Mathemathics Preparation and Conceptual
Learning Gain in Physic:A Possible “Hidden Variable” in Diagnotic Pretest Scores”, dari
http://physics.ia.state.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf.
41
3. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
yang diteliti berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.
Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Liliefors. 6 Dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1) Merumuskan Hipotesis
Ho : data sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi
normal
2) Urutkan data sampel dari kecil ke besar
3) Tentukan nilai Z dari tiap-tiap data, dengan rumus Z =
Keterangan:
xi = data tunggal
x = rata-rata data tunggal
S = simpangan baku data tunggal
4) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan
tabel Z sebut dengan F (Z) dengan aturan.
Jika Z > 0, maka F (Z) = 0,5 + nilai tabel
Jika Z < 0, maka F (Z) = 1 – (0,5 + nilai tabel)
5) Tentukan nilai Lo dengan rumus yang paling besar dan bandingkan
dengan nilai Lt dari tabel Lilliefors, yaitu dengan mengacu kepada
nilai kritis sebagai berikut.
0,886
Ltabel = √
Keterangan:
0,0886 = nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan N > 30
N = Number of case
6) Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.
Tolak Ho, jika Lo ≥ Lt
Terima Ho, jika Lo ≥ Lt
6
Supardi dan Darwyan Syah, Pengantar Satistik Pendidikan, (Jakarta: Diadit Media, 2009), hal 83
42
4. Uji homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara
dua keadaan atau populasi. Uji homogenitas dilakukan dengan melihat
keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas dengan
menggunakan uji fisher dengan rumus.
V1 ⎛ S12 ⎞
F = =⎜ ⎟⎟
V2 ⎜⎝ S 22 ⎠
Maksud dari setiap simbol pada persamaan uji F tersebut dijelaskan
sebagai berikut ini.
V1 = varians besar
V2 = varians kecil
S1 = deviasi standar data varians besar
S2 = deviasi standar data varians kecil
b. Uji Analisis
Uji analisis (hipotesis) digunakan untuk mengetahui adanya
pengaruh pembelajaran melalui pendekatan CTL terhadap hasil belajar
siswa. Uji analisis dalam penelitian ini menggunakan rumus “t” test. 7
t= dimana S =
7
Op. Cit. Sudjana, hal 275
43
keterangan:
1 = rata-rata hasil belajar kelas eksperimen
2 = rata-rata hasil belajar kelas kontrol
1 = jumalah siswa kelas eksperimen
2 = jumlah siswa kelas kontrol
2
1 = variabel kelas eksperimen
2
2 = variabel kelas kontrol
Adapun kriteria pengujian untuk uji t ini adalah sebagai berikut.
Ho diterima jika thitung < ttabel
Ho ditolak jika thitung > ttabel
Untuk mengetahui apakah pembelajaran CTL yang digunakan efektif atau
tidak dalam penelitian ini maka digunakan tafsiran presentase efektivitas
untuk rata-rata N-Gain yaitu.
Tabel 3.4 Persentase N-Gain 8
Persentase Tafsiran
< 40% Tidak efektif
40% - 55% Kurang efektif
56% - 75% Cukup efektif
76% - 100% efektif
I. Teknik Analisis Data Hasil Observasi
Data hasil observasi akan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang pelaksanaan
pembelajaran di kelas selama diberi perlakukan berupa pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) pada masing-masing kelompok.
8
Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), hal 142
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Pada subbab deskripsi data ini dijelaskan gambaran umum dari data
yang telah diperoleh. Data-data yang dideskripsikan di sini adalah data hasil
pretest dan posttest dari kedua kelas. Gambaran tentang data-data ini meliputi
nilai rata-rata, median, modus, dan nilai deviasi standar.
1. Hasil Pretest
a. Kelas VIII A
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil
belajar yang diperoleh pada pretest oleh kelas eksperimen, dari 30
siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai tertinggi 60 dan nilai
terendah 30. Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas VIII A
sebagai kelas eksperimen dari penelitian ini disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi berikut ini.
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas VIII A
Kelas Frekuensi Frekuensi Relatif
30 - 35 4 13.33 %
36 - 41 6 20.00 %
42 - 47 4 13.33 %
48 - 53 9 30.00 %
54 - 59 3 10.00 %
60 - 65 4 13.33 %
Jumlah (∑) 30 100 %
Perhitungan-perhitungan untuk menentukan tabel distribusi
frekuensi tersebut terdapat pada Lampiran 4. Berdasarkan tabel
distribusi frekuensi tersebut terlihat bahwa skor pretest yang paling
banyak diperoleh siswa kelas eksperimen terletak pada interval 48 –
53 dengan frekuensi relatif 30,00%. Berdasarkan tabel frekuensi diatas
40
41
dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada Gambar 4.1
berikut ini.
9
8
7
6
Frekuensi
5
4
3
2
1
0
30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65
Kelas
Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Pretest Kelas VIII A
Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat
beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest
tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Pretest
Kelas VIII A
No Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai
1 Rata-rata (Mean, X ) 47,10
2 Median (Median, Me) 53,61
3 Modus (Mode, Mo) 50,20
4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S) 9,45
b. Kelas VIII B
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil
belajar yang diperoleh pada pretest oleh kelas kontrol, dari 30 siswa
yang dijadikan sampel diperoleh nilai tertinggi 55 dan nilai terendah
20. Hasil yang diperoleh pada pretest oleh siswa kelas VIII B sebagai
kelas kontrol dari penelitian ini disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi berikut ini.
42
9
8
7
6
Frekuensi
5
4
3
2
1
0
20-25 26-31 32-37 38-43 44-49 50-55
Kelas
Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil pretest Kelas VIII B
Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat
beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai pretest
tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
43
2. Hasil Posttest
a. Kelas VIII A
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil
belajar yang diperoleh pada postest kelas eksperimen, dari 30 siswa
yang dijadikan sampel diperoleh nilai tertinggi 85 dan nilai terendah
40. Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelas VIII A
sebagai kelas eksperimen dari penelitian ini disajikan dalam tabel
distribusi frekuensi berikut ini.
Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelas VIII A
44
dapat dibuat sebuah diagram batang yang disajikan pada Gambar 4.3
berikut ini.
6
Frekuensi
0
40 - 47 48 - 55 56 - 63 64 - 71 72 - 79 80 - 87
Kelas
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil posttest Kelas VIII A
Berdasarkan perhitungan-perhitungan statistik, maka didapat
beberapa nilai pemusatan dan penyebaran data dari nilai posttest
tersebut yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6 Ukuran Pemusatan dan Penyebaran Data Hasil Posttest
Kelas VIII A
No Pemusatan dan Penyebaran Data Nilai
1 Rata-rata (Mean, X ) 62,17
2 Median (Median, Me) 58,14
3 Modus (Mode, Mo) 51,82
4 Deviasi Standar (Standar Deviation, S) 12,31
b. Kelas VIII B
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian tes hasil belajar
yang diperoleh pada postest oleh kelas kontrol, dari 30 siswa yang
dijadikan sampel diperoleh nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 30.
Hasil yang diperoleh pada posttest oleh siswa kelas VIII B sebagai
45
10
9
8
7
6
Frekuensi
5
4
3
2
1
0
30-37 38-45 46-53 54-61 62-69 70-77
Kelas
Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil posttest Kelas VIII B
46
3. Rekapitulasi
Berikut ini adalah tabel rekapitulasi data yang diperoleh selama
penelitian.
Tabel 4.15 Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
Kelas VIII A Kelas VIII B
Data
(Eksperimen) (Kontrol)
Mean 47,10 33,10
Median 53,61 31,50
Pretest
Modus 50,20 29,10
Deviasi Standar 9,54 8,72
Mean 62,17 52,70
Median 58,14 54,30
Posttest
Modus 51,82 57,10
Deviasi Standar 12,31 11,24
47
B. Analisis Data
Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, yang
dianalisis adalah perbedaan hasil belajar. Oleh karena itu, yang dianalisis
untuk keperluan pengujian hipotesis hanya nilai posttest yang diperoleh oleh
kedua kelas. Berikut ini adalah analisis data yang meliputi uji prasyarat
analisis statistik dan uji hipotesisnya.
1. Uji Prasyarat Analisis Statistik
a. Uji Normalitas
Pengujian uji normalitas dilakukan terhadap dua buah data yaitu
data nilai posttest Kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan data
nilai posttest Kelas kontrol sebagai kelas kontrol. Untuk menguji
normalitas kedua data digunakan rumus Uji Kai Kuadrat (chi square
test). Perhitungan uji normalitas ini disajikan pada Lampiran 8.
Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut.
Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Kai Kuadrat
Nilai Nilai
No Data Keputusan
X2hitung X2tabel
1 Nilai Posttest Kelas 6,5988 11,34 Data berdistribusi
VIII A (Eksperimen) normal
2 Nilai Posttest Kelas 2,7704 11,34 Data berdistribusi
VIII B (Kontrol) normal
48
b. Uji Homogenitas
Sama halnya yang dilakukan pada uji normalitas, uji
homogenitas juga diperlukan sebagai uji prasarat analisis statistik
terhadap kedua data nilai posttest. Pengujian homogenitas terhadap
kedua data menggunakan Uji F yang disajikan pada Lampiran 9.
Berikut ini adalah hasilnya.
Tabel 4.17 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas
Nilai Nilai Nilai
No Data Keputusan
Varians Fhitung Ftabel
1 Nilai Posttest
Kelas VIII A 151,5361
(Eksperimen) Kedua data
1,1990 1,885
2 Nilai Posttest homogen
Kelas VIII B 126,3376
(Kontrol)
Sama halnya dengan penentuan keputusan pada uji normalitas,
pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan pengujian
hipotesis homogenitas yaitu jika nilai Fhitung ≤ Ftabel maka dinyatakan
bahwa kedua data memiliki varians yang homogen, sebaliknya jika
nilai Fhitung > Ftabel maka dinyatakan bahwa kedua data tidak memiliki
varians yang homogen. Tampak bahwa hasil perhitungan tersebut nilai
Fhitung < Ftabel sehingga dinyatakan bahwa kedua data memiliki varians
yang homogen.
49
2. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat analisis statistik, diperoleh bahwa kedua
data berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, pengujian
hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Uji t. Untuk
menentukan nilai thitung digunakan rumus berikut ini.
X1 − X 2
t=
1 1
dsg +
n1 n 2
Perhitungan untuk menentukan nilai thitung disajikan pada Lampiran
10. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh bahwa nilai thitung adalah
3,130. Nilai ttabel pada taraf signifikansi 1% adalah 2,684 sedangkan pada
taraf signifikansi 5% adalah 2,012.
Berdasarkan perolehan nilai tersebut, tampak bahwa nilai thitung > ttabel
baik pada taraf signifikansi 1% maupun 5%. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar fisika siswa yang menggunakan
pendekatan CTL lebih baik dari pada yang menggunakan pendekatan
konvesional.
50
menjadi dua indikator. Berikut ini adalah ringkasan data hasil obervasi
tersebut.
Tabel 4.18 Data Hasil Observasi
Jumlah Jumlah
Indikator Indikator
No Tahap Pembelajaran
yang yang Tidak
Tercapai Tercapai
CTL
1 Menyampaikan tujuan dan
11 1
mempersiapkan siswa
2 Mendemonstrasikan pengetahuan dan
15 1
keterampilan
3 Membimbing pelatihan 12 4
4 Memeriksa pemahaman siswa dan
9 7
memberikan umpan balik
5 Memberikan kesempatan kepada siswa
0 8
untuk latihan lanjutan dan penerapan
47 21
Jumlah
(69,12%) (30,88%)
Jika disajikan dalam setiap pertemuan, maka data hasil observasi
tentang ketercapaian proses pembelajaran berdasarkan ketercapaian setiap
indikatornya ditampilkan pada Tabel 4.19 berikut ini. Nilai persentase
diperoleh dari perbandingan jumlah indikator yang tercapai dengan jumlah
indikator seluruhnya.
Tabel 4.19 Ketercapaian Proses Pembelajaran pada Setiap Pertemuan
Jumlah Indikator yang tercapai pada
Model
Pertemuan Ke- Jumlah
Pembelajaran
2 3 4 5
11 12 12 12 47
CTL
64,71 % 70,59 % 70,59 % 70,59 % 69,12 %
51
C. Interpretasi Data
1. Hasil Pretest
Perolehan nilai pretest pada kedua kelas, walaupun terdapat
perbedaan, namun tidak terlalu besar. Dalam hal ini, Kelas VIII A sebagai
eksperimen pada penelitian ini, memperoleh nilai rata-rata yang sedikit
lebih besar dari pada Kelas VIII B. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan rata-rata siswa kelas VIII A sedikit lebih tinggi dari pada
siswa kelas VIII B. Namun demikian, karena perbedaan rata-rata kedua
kelas tidak terlalu besar maka dapat disimpulkan kedua kelas memiliki
keragaman kemampuan yang homogen. Hal ini diperkuat dengan hasil uji
statistik untuk mengetahui perbedaan nilai pretest kedua kelas. Uji statistik
perbandingan tersebut terdapat pada Lampiran 12 dan hasilnya adalah
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest Kelas
VIII A dan Kelas VIII B. Dengan demikian, pengambilan kedua kelas ini
sebagai sampel penelitian adalah layak.
Sebaliknya, nilai deviasi standar yang diperoleh kelas VIII A lebih
besar dari pada Kelas VIII B. Hal ini menunjukkan bahwa di kelas VIII B,
keragaman kemampuan siswa-siswanya lebih merata dari pada siswa kelas
VIII A.
2. Hasil Posttest
Pada hasil perolehan posttest Kelas VIII A sebagai kelas eksperimen
mencapai rata-rata yang lebih tinggi dari pada rata-rata Kelas VIII B
sebagai kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan hasil
belajar siswa Kelas VIII A setelah diberikan perlakuan berupa penerapan
pembelajaran melalui pendekatan CTL lebih tinggi dari pada peningkatan
hasil belajar siswa Kelas VIII B yang diberi perlakuan berupa penerapan
pembelajaran konvensional.
Hasil perolehan posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata
yang lebih tinggi dari pada rata-rata kelas kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen setelah diberikan
52
3. Hasil Observasi
Berdasarkan hasil observasi, pelaksanaan pembelajaran di kelas yang
menggunakan pendekatan CTL berlangsung baik, hal tersebut dapat dilihat
dari persentase pencapaian indikator pada setiap pertemuan. Pencapaian
indikator pada pertemuan kedua yaitu sebesar 64,71%. Banyaknya
indikator yang tercapai pada pertemuan kedua yaitu sebanyak 11 indikator
dan indikator yang tidak tercapai sebanyak 6. Pada pertemuan pertama ini
dapat dikatakan pembelajaran yang telah dilakukan berlangsung baik
karena pencapaian indikator mencapai 64,71%.
Pada pertemuan ketiga, persentase pencapaian yaitu sebesar 70,59%.
Pada pertemuan ini mengalami peningkatan sekitar 5,88% dari pertemuan
53
54
55
untuk lebih melibatkan dirinya dan lebih aktif dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, sebaiknya sebelum diberikan perlakuan, pada kelas yang akan
menerapkan CTL, dibiasakan menggunakan CTL selama beberapa waktu
sebelum dilakukan penelitian sampai mereka terbiasa dengan karakter
pendekatan ini (CTL).
Perlunya pembiasaan ini dapat dianalogikan dengan hukum latihan (The Law
of Exercise) yang dikemukkaan oleh Edward Lee Thorndike, salah satu konsep
yang mendasari teori belajar behaviorisme. Menurutnya, semakin sering
sebuah tingkah laku diulang, dilatih, atau digunakan, maka asosiasi-asosiasi
yang mendasari tingkah laku tersebut semakin kuat. Sebaliknya, jika semakin
jarang digunakan, maka asosiasi tersebut semakin lemah. Berdasarkan analogi
ini, maka dapat dikatakan jika sebuah model pembelajaran baru terus
dibiasakan maka siswa juga pada akhirnya terbiasa dan merasa nyaman
dengan model tersebut. 1 Karena pembiasaan ini akan memperkuat asosiasi-
asosiasi yang mendasari perilaku siswa untuk mengikuti proses pembelajaran
dari model yang baru tersebut dengan cara memberikan respons yang sesuai
dengan yang diharapkan.
Pada penerapan pembelajaran melalui pendekatan CTL, meskipun guru tidak
berperan secara maksimal, namun guru tetap mengontrol kinerja siswa. Pada
pertemuan pertama aktivitas belajar siswa yang diajar dengan melalui
pendekatan CTL masih belum tercapai dengan optimal, mungkin karena
mereka merasa belum terbiasa dengan pendekatan belajar yang baru mereka
hadapi. Dalam diskusi kelompok masih banyak siswa yang sibuk mengobrol,
bercanda, mengganggu kelompok yang lainnya dan tidak serius dalam
mengikuti prosedur yang dicantumkan dalam lembar kerja siswa (LKS). Pada
saat disuruh mempersentasikan hasil temuannya didepan kelas mereka masih
saling mengandalkan, dan siswa yang bertanya maupun yang menanggapi
hasil kelompok lain masih sedikit dan terbatas hanya pada siswa yang
memiliki kemampuan lebih dan memiliki keberanian. Hal ini disebabkan oleh
1
Artikel diakses pada tanggal 2 Desember dari http://wangmuba.com/2009/02/21/teori-
psikologi-belajar-dan-aplikasinya-dalam-pendidikan/
56
57
kerjasama siswa dalam proses belajar. Jika peneliti melihat bahwa siswa telah
memenuhi indikator tersebut, dengan demikian dapat dikategorikan metode
pembelajaran tersebut berhasil diterapkan.
Dari data yang telah dipaparkan pada deskripsi data, dapat dilihat bahwa hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan CTL lebih tinggi daripada
siswa yang diajarkan dengan metode konvensional. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, hal ini disebabkan karena siswa yang diajar dengan pendekatan
CTL mempunyai kesempatan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Pendekatan CTL juga melatih siswa untuk memadukan antara
konsep yang telah diperoleh dari penjelasan guru dikelas dengan konsep yang
didapat oleh mereka sendiri di kehidupan nyata, baik dari buku-buku maupun
internet. Dalam hal ini siswa juga diajarkan untuk dapat bekerja sama secara
berkelompok untuk dapat memecahkan masalah dan membuat alternative
untuk mengatasi permasalahan atau topik yang sedang dikaji.
Berdasarkan hasil pengamatan langsung yang didukung dengan lembar
observasi, menunjukkan komponen-komponen pendekatan CTL pada pokok
bahasan sebagai berikut:
1. Konstruktivisme
Data hasil pengamatan mengenai penerapan model konstruktivisme di
kelas menunjukkan bahwa siswa masih kurang mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri sehingga guru harus mengarahkan siswa
dengan berbagai pertanyaan.
2. Bertanya
Selama penelitian berlangsung dapat diamati bahwa bertanya tidak hanya
terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga terjadi antara siswa dengan
siswa pada pelaksanaan praktikum dan diskusi. Pertanyaan yang diajukan
guru bukan hanya untuk mengajak siswa terlibat dalam proses
pembelajaran tetapi juga digunakan siswa dalam menemukan konsep
materi pelajaran.
58
3. Menemukan
Kualitas menemukan cendrung baik. Artinya sebagian siswa mampu
menemukan konsep materi pelajaran dengan bantuan media.
4. Masyarakat belajar
Data hasil pengamatan komponen masyarakat belajar menunjukkan bahwa
kemampuan siswa bekerjasama dalam kelompoknya untuk memecahkan
masalah cukup bagus. Secara bergantian siswa melaksanakan tugas
masing-masing seperti mengambil alat dan bahan, mengamati perubahan
yang terjadi, mencatat hasil pengamatan serta memecahkan persoalan
dalam LKS. Siswa yang terpilih mengkomunikasikan hasil kerja kelompok
berusaha semaksimal mungkin untuk mempresentasikan dengan sebaik-
baiknya.
5. Pemodelan
Kualitas penerapan pemodelan, cendrung baik. Artinya guru bukan satu-
satunya model dalam pembelajaran tetapi dengan bantuan media serta
siswa dapat dijadikan model dalam mendemonstrasikan keterampilan.
6. Refleksi
Hasil observasi terhadap komponen refleksi sebagian besar siswa belum
menarik kesimpulan dan menelaah terhadap materi yang telah dipelajari.
Agar pemahaman siswa seragam maka diakhir pembelajaran guru
mengarahkan siswa untuk memantapkan pemahaman mereka tentang
materi yang dipelajari.
7. Penilaian autentik
Kualitas komponen penilaian sebenarnya cukup baik. Guru sudah
melaksanakan penilaian sebenarnya untuk melihat kemajuan belajar siswa.
Senada dengan hal itu, Elanie B. Johnson berpendapat bahwa penilaian
uatentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik
dalam konteks dunia nyata untuk tujuan bermakna. 2
2
Elanie B. Johnson, Contextual Teaching and Learning (CTL), (bandung: Mizan Media Utama,
2007), h. 288
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka kesimpulan yang
dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Berdasarkan analisis statistik yang dilakukan terhadap hasil belajar kedua
kelas yang ditunjukkan dengan perolehan nilai posttest diperoleh kesimpulan
bahwa hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada siswa
Kelas kontrol.
2. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa rata-
rata pemahaman konsep siswa melalui pendekatan CTL (Contextual Teaching
and Learning) pada Pokok Bahasan Getaran dan Gelombang di SMP Al-
Ikhlas Cipete Jakarta Selatan lebih baik dibandingkan dengan rata-rata
pemahaman konsep siswa dengan penerapan pembelajaran konvensional.
Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran melalui
pendekatan CTL terhadap hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan selama penelitian, penulis mengajukan
beberapa saran sebagai perbaikan di masa mendatang.
1. Salah satu yang yang menyebabkan temuan penelitian ini adalah karena jadwal
pelajaran fisika di Kelas kontrol selalu ditempatkan pada jam terakhir dan
setelah pelajaran eksakta lainnya. Oleh karena itu, sebaiknya diperhatikan
pengaturan jadwal pelajaran supaya siswa tetap merasa nyaman dan tidak
bosan. Disarankan bahwa pelajaran-pelajaran eksakta jangan diberikan pada
hari yang sama dan berurutan. Hal ini akan menjadikan siswa jenuh dan bosan.
Di samping itu, hendaknya pelajaran eksakta terutama fisika tidak ditempatkan
pada jam-jam terakhir.
2. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, sebaiknya sebelum
melakukan penelitian, pada kelas yang akan menggunakan CTL dilakukan
63
66
67
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep getaran dan gelombang untuk memahami keterkaitannya terhadap gejala
alam dalam kehiidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Konsep Getaran dan Gelombang serta Parameter-parameternya
C. Konsep
Getaran dan Gelombang
D. Indikator
1. Menyebutkan pengertian getaran dan peristiwa getaran dalam fisika
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi getaran
3. Menyelidiki pengaruh getaran terhadap suatu benda
4. Mengukur banyaknya getaran yang terjadi pada suatu benda
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan Pengertian
Getaran
F. Alokasi Waktu
10 x 45 menit (10 Jam Pelajaran)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Metode pembelajaran : bertanya, diskusi, demonstrasi, dan praktikum
70
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Pengantar pembelajaran
Pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 15 menit Memulai pembelajaran dengan Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan melakukan absensi
absensi siswa
Mengulang materi pada pertemuan Menjawab pertanyaan
sebelumnya tentang Getaran dan guru berkaitan dengan
Gelombang secara singkat dengan cara materi sebelumnya tentang
mengajukan beberapa pertanyaan getaran
kepada siswa. Misalnya dengan
menanyakan “jika sebuah benda
dipukul apa yang akan terjadi?”
Menjelaskan peta konsep Menyimak dan mencatat
Menjelaskan materi tentang pengertian Menyimak dan mencatat
getaran
2 Kembangkan 15 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan mencatat
pemikiran siswa prosedur pembelajaran berupa
tentang belajar penilaian dan sebagainya Menyimak dan mencatat
lebih bermakna Menyajikan permasalahan yang akan
dijadikan bahan pengamatan selama Memberikan respon
pembelajaran terhadap stimulus yang
Memberikan stimulus kepada siswa diberikan guru dengan
dengan menanyakan jawaban menjawab pertanyaan-
sederhana dari kedua permasalahan di pertanyaannya
atas
- Ketika suatu benda dipukul,
disekitar kita terasa bergetar. Apa
yang menyebabkan benda tersebut Secara aktif terlibat dalam
bergetar? diskusi itu
- Apa contoh getaran yang anda
ketahui dalam kehidupan sehari-
hari?
Menginventarisasi jawaban yang
diberikan oleh siswa
3 Kegiatan inkuiri 10 menit Menjelaskan apa yang terkandung Berpikir apa penyebab
dalam getaran getaran itu
Mengarahkan siswa memikirkan Menemukan gejala alam
kembali tentang gejala alam yang yang pernah dijumpai
berhubungan dengan getaran dalam kehidupan sehari-
hari
4 Kembangkan sifat 10 menit Menjelaskan permasalahan tentang Bertanya seputar
ingin tahu siswa materi berupa akibat getaran terlalu permasalahan tersebut
keras
5 Ciptakan 5 menit Membimbing siswa membentuk Membentuk kelompok
masyarakat kelompok diskusi
belajar Memberikan LKS yang telah disiapkan Bekerjasama menjawab
LKS yang diberikan
6 Menghadirkan 10 menit Mendemonstrasikan melalui alat Menyimak peragaan yang
model sebagai peraga atau mempresentasikan melalui diperlihatkan guru
contoh media tentang getaran
pembelajaran Memberi kesempatan kepada siswa Beberapa siswa mencoba
memperagakan didepan kelas untuk mendemonstrasikan
kepada teman-teman
tentang alat yang
71
dipergakan guru
sebelumnya
7 Melakukan 5 menit Mereview kembali materi yang telah Menyimak dan
refleksi disampaikan sebelumnya mendengarkan guru
8 Melakukan 10 menit Memberikan penghargaan kepada Menyimak dan
penilaian yang kelompok melakukan percobaan mendengarkan guru
sebenarnya dengan benar, berupa kepuasan dan
pujian
9 Penutupan 10 menit Menyimpulkan materi pembelajaran Menyimak dan mencatat
dan memberikan stimulus kepada yang diperlukan
siswa untuk mengerjakan tugas
penyelidikannya Mencatat dan
Memberikan pekerjaan rumah yang merencanakan pengerjaan
berkaitan dengan materi berikutnya PR tersebut
Menutup pembelajaran dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMP Kelas VIII 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas VIII 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W
Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Pekerjaan Rumah
72
RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep getaran dan gelombang untuk memahami keterkaitannya terhadap gejala
alam dalam kehiidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Konsep Getaran dan Gelombang serta Parameter-parameternya
C. Konsep
Getaran dan Gelombang
D. Indikator
1. Menunjukkan pengertian periode dan frekuensi getaran
2. Menjelaskan periode dan frekuensi getaran terhadap benda
3. Meramalkan periode dan frekuensi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
4. Menganalisis periode dan frekuensi getaran terhadap benda
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan periode dan
frekuensi getaran
F. Alokasi Waktu
10 x 45 menit (10 Jam Pelajaran)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Metode pembelajaran : bertanya, diskusi, demonstrasi, dan praktikum
73
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 15 menit Memulai pembelajaran dengan Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan melakukan absensi
absensi siswa
Mengulang materi pada pertemuan Menjawab pertanyaan
sebelumnya tentang Getaran secara guru berkaitan dengan
singkat dengan cara mengajukan beberapa materi sebelumnya
pertanyaan kepada siswa. Misalnya dengan tentang getaran
menanyakan “apa kalian pernah
mendengar kata periode dan frekuensi,
coba jelaskan?” Mengumpulkan
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang pekerjaan rumah yang
diberikan pada pertemuan sebelumnya diberikan sebelumnya
Memeriksa perkembangan penyelidikan Mendengarkan guru
masalah yang diberikan pada pertemuan
pertama Menyimak dan mencatat
Menjelaskan materi tentang pengertian
periode dan frekuensi
2 Kembangkan 15 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan mencatat
pemikiran prosedur pembelajaran berupa penilaian
siswa tentang dan sebagainya Menyimak dan mencatat
belajar lebih Menyajikan permasalahan yang akan
bermakna dijadikan bahan pengamatan selama Memberikan respon
pembelajaran terhadap stimulus yang
Memberikan stimulus kepada siswa dengan diberikan guru dengan
menanyakan jawaban sederhana dari kedua menjawab pertanyaan-
permasalahan di atas pertanyaannya
- Apa hubungan periode dan frekuensi
getaran?
- Sebutkan contoh periode dan frekuensi Secara aktif terlibat
dalam kehidupan sehari-hari? dalam diskusi itu
Menginventarisasi jawaban yang diberikan
oleh siswa
3 Kegiatan 10 menit Menjelaskan bagaimana cara mengukur Mencari tahu cara
inkuiri periode dan frekuensi mengukur periode dan
frekuensi
Mengarahkan siswa memikirkan kembali Menemukan gejala alam
tentang gejala alam yang berhubungan yang pernah dijumpai
dengan periode dan frekuensi suatu benda dalam kehidupan sehari-
hari
4 Kembangkan 10 menit Menjelaskan permasalahan tentang Bertanya seputar
sifat ingin banyaknya periode dan frekuensi yang permasalahan tersebut
tahu siswa dilakukan suatu benda
5 Ciptakan 5 menit Membimbing siswa membentuk kelompok Membentuk kelompok
masyarakat Memberikan LKS yang telah disiapkan diskusi
belajar Bekerjasama menjawab
LKS yang diberikan
6 Menghadirkan 10 menit Mendemonstrasikan melalui alat peraga Menyimak peragaan
model sebagai atau mempresentasikan melalui media yang diperlihatkan guru
contoh tentang banyaknya periode dan frekuensi
pembelajaran yang dilakukan benda (contoh: ayunan
bandul) Beberapa siswa mencoba
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
memperagakan didepan kelas mendemonstrasikan
kepada teman-teman
tentang alat yang
dipergakan guru
sebelumnya
74
7 Melakukan 5 menit Mereview kembali materi yang telah Menyimak dan
refleksi disampaikan sebelumnya mendengarkan guru
8 Melakukan 10 menit Memberikan penghargaan kepada Menyimak dan
penilaian yang kelompok melakukan percobaan dengan mendengarkan guru
sebenarnya benar, berupa kepuasan dan pujian
9 Penutupan 10 menit Menyimpulkan materi pembelajaran dan Menyimak dan mencatat
memberikan stimulus kepada siswa untuk yang diperlukan
mengerjakan tugas penyelidikannya
Memberikan pekerjaan rumah yang Mencatat dan
berkaitan dengan materi berikutnya merencanakan
Menutup pembelajaran dengan pengerjaan PR tersebut
mengucapkan salam Menjawab salam
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMP Kelas VIII 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas VIII 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W
Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Pekerjaan Rumah
75
RENCANA PELAKSANAAN PENGAJARAN
(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep getaran dan gelombang untuk memahami keterkaitannya terhadap gejala
alam dalam kehiidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Konsep Getaran dan Gelombang serta Parameter-parameternya
C. Konsep
Getaran dan Gelombang
D. Indikator
a. Menunjukkan definisi macam-macam gelombang dalam fisika
b. Menjelaskan besaran-besaran yang dimiliki oleh gelombang
c. Menerapkan persamaan gelombang yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
d. Menganalisis pengaruh gelombang dalam kehidupan sehari-hari
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan Pengertian
Gelombang dan macam-macam gelombang
F. Alokasi Waktu
10 x 45 menit (10 Jam Pelajaran)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL)
Metode pembelajaran : bertanya, diskusi, demonstrasi, dan praktikum
76
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 15 menit Memulai pembelajaran dengan Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan melakukan absensi
absensi siswa
Mengulang materi pada pertemuan Menjawab pertanyaan guru
sebelumnya tentang Getaran secara berkaitan dengan materi
singkat dengan cara mengajukan sebelumnya tentang getaran
beberapa pertanyaan kepada siswa.
Misalnya dengan menanyakan “apa yang
kalian ketahui tentang gelombang, Mengumpulkan pekerjaan
sebutkan akibat dari gelombang?” rumah yang diberikan
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang sebelumnya
diberikan pada pertemuan sebelumnya Mendengarkan guru
Memeriksa perkembangan penyelidikan
masalah yang diberikan pada pertemuan Menyimak dan mencatat
pertama
Menjelaskan materi tentang pengertian
gelombang
2 Kembangkan 15 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan mencatat
pemikiran prosedur pembelajaran berupa penilaian
siswa tentang dan sebagainya Menyimak dan mencatat
belajar lebih Menyajikan permasalahan yang akan
bermakna dijadikan bahan pengamatan selama Memberikan respon
pembelajaran terhadap stimulus yang
Memberikan stimulus kepada siswa diberikan guru dengan
dengan menanyakan jawaban sederhana menjawab pertanyaan-
dari kedua permasalahan di atas pertanyaannya
- Sebutkan penyebab terjadinya
gelombang? Secara aktif terlibat dalam
- Sebutkan contoh gelombang dalam diskusi itu
kehidupan sehari-hari?
Menginventarisasi jawaban yang
diberikan oleh siswa
3 Kegiatan 10 menit Menjelaskan bagaimana cara mengukur Mencari tahu cara
inkuiri yang berkecepatan tinggi mengukur gelombang
Mengarahkan siswa memikirkan kembali tersebut
tentang gejala alam yang berhubungan
dengan gelombang Menemukan gejala alam
yang pernah dijumpai
dalam kehidupan sehari-
hari
4 Kembangkan 10 menit Menjelaskan permasalahan tentang Bertanya seputar
sifat ingin gelombang dalam kehidupan nyata permasalahan tersebut
tahu siswa
5 Ciptakan 5 menit Membimbing siswa membentuk Membentuk kelompok
masyarakat kelompok diskusi
belajar Memberikan LKS yang telah disiapkan Bekerjasama menjawab
LKS yang diberikan
6 Menghadirka 10 menit Mendemonstrasikan melalui alat peraga Menyimak peragaan yang
n model atau mempresentasikan melalui media diperlihatkan guru
sebagai tentang contoh gelombang sederhana
contoh yang dilakukan benda (contoh: gerak
pembelajaran naik turun seutas tali) Beberapa siswa mencoba
Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemonstrasikan
memperagakan didepan kelas kepada teman-teman
tentang alat yang
dipergakan guru
sebelumnya
77
7 Melakukan 5 menit Mereview kembali materi yang telah Menyimak dan
refleksi disampaikan sebelumnya mendengarkan guru
8 Melakukan 10 menit Memberikan penghargaan kepada Menyimak dan
penilaian kelompok melakukan percobaan dengan mendengarkan guru
yang benar, berupa kepuasan dan pujian
sebenarnya
9 Penutupan 10 menit Menyimpulkan materi pembelajaran dan Menyimak dan mencatat
memberikan stimulus kepada siswa untuk yang diperlukan
mengerjakan tugas penyelidikannya
Memberikan pekerjaan rumah yang Mencatat dan
berkaitan dengan materi berikutnya merencanakan pengerjaan
Menutup pembelajaran dengan PR tersebut
mengucapkan salam Menjawab salam
Pertemuan Ke-5
Diskusi kelas dengan melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya yang belum dipahami
dan mencari solusi mengenai pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Review secara keseluruhan tentang getaran dan gelombang.
Pertemuan Ke-6
Posttest.
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMP Kelas VIII 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas VIII 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W
Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes objektif posttest
78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KONVENSIONAL)
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep getaran dan gelombang untuk memahami keterkaitannya terhadap gejala
alam dalam kehiidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Konsep Getaran dan Gelombang serta Parameter-parameternya
C. Konsep
Getaran dan Gelombang
D. Indikator
a. Menyebutkan pengertian getaran dan peristiwa getaran dalam fisika
b. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi getaran
c. Menyelidiki pengaruh getaran terhadap suatu benda
d. Mengukur banyaknya getaran yang terjadi pada suatu benda
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan Pengertian
Gelombang dan macam-macam gelombang
F. Alokasi Waktu
10 x 45 menit (10 Jam Pelajaran)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab.
79
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-1
Pengantar pembelajaran
Pretest
Pertemuan Ke-2
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan melakukan absensi
absensi siswa
Memeriksa pekerjaan rumah siswa yang Menjawab pertanyaan guru
diberikan pada pertemuan sebelumnya berkaitan dengan materi
sebelumnya tentang getaran
Menjelaskan materi tentang pengertian Mendengarkan guru
getaran
Menyimak dan mencatat
2 Inti 25 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan mencatat
prosedur pembelajaran berupa penilaian
dan sebagainya
Menginventarisasi jawaban yang Menyimak dan mencatat
diberikan oleh siswa
Menjelaskan bagaimana cara mengukur Mencari tahu cara
getaran mengukur getaran tersebut
Mengarahkan siswa memikirkan kembali Menyimak dan mencatat
tentang gejala alam yang berhubungan yang diperlukan
dengan getaran
3 Penutup 10 menit Memberikan pekerjaan rumah yang Menyimak dan mencatat
berkaitan dengan materi berikutnya yang diperlukan
Menutup pembelajaran dengan Mencatat dan
mengucapkan salam merencanakan pengerjaan
PR tersebut
Menjawab salam
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMP Kelas VIII 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas VIII 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W
Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes objektif posttest
80
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KONVENSIONAL)
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep getaran dan gelombang untuk memahami keterkaitannya terhadap gejala
alam dalam kehiidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Konsep Getaran dan Gelombang serta Parameter-parameternya
C. Konsep
Getaran dan Gelombang
D. Indikator
a. Menunjukkan pengertian periode dan frekuensi getaran
b. Menjelaskan periode dan frekuensi getaran terhadap benda
c. Meramalkan periode dan frekuensi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
d. Menganalisis periode dan frekuensi getaran terhadap benda
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan Pengertian
Gelombang dan macam-macam gelombang
F. Alokasi Waktu
10 x 45 menit (10 Jam Pelajaran)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab.
81
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-3
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan melakukan absensi
absensi siswa
Menjelaskan materi tentang pengertian Mendengarkan guru
periode dan frekuensi
Menyimak dan mencatat
2 Inti 25 menit Menjelaskan tujuan pembelajaran dan Menyimak dan mencatat
prosedur pembelajaran berupa penilaian
dan sebagainya
Menginventarisasi jawaban yang Menyimak dan mencatat
diberikan oleh siswa
Memberikan stimulus kepada siswa Menyimak dan mencatat
dengan menanyakan jawaban sederhana yang diperlukan
dari kedua permasalahan di atas
- Apa hubungan periode dan frekuensi
getaran?
- Sebutkan contoh periode dan
frekuensi dalam kehidupan sehari-
hari?
3 Penutup 10 menit Memberikan pekerjaan rumah yang Menyimak dan mencatat
berkaitan dengan materi berikutnya yang diperlukan
Menutup pembelajaran dengan Menjawab salam
mengucapkan salam
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMP Kelas VIII 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas VIII 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W
Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes objektif posttest
82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(KONVENSIONAL)
A. Standar Kompetensi
Menerapkan konsep getaran dan gelombang untuk memahami keterkaitannya terhadap gejala
alam dalam kehiidupan sehari-hari
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan Konsep Getaran dan Gelombang serta Parameter-parameternya
C. Konsep
Getaran dan Gelombang
D. Indikator
a. Menunjukkan definisi macam-macam gelombang dalam fisika
b. Menjelaskan besaran-besaran yang dimiliki oleh gelombang
c. Menerapkan persamaan gelombang yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
d. Menganalisis pengaruh gelombang dalam kehidupan sehari-hari
E. Tujuan Pembelajaran
Siswa memahami konsep dan dapat mengerjakan soal yang berhubungan dengan Pengertian
Gelombang dan macam-macam gelombang
F. Alokasi Waktu
10 x 45 menit (10 Jam Pelajaran)
6 pertemuan
G. Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran
Konvensional
Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, tanya jawab.
83
H. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Ke-4
No Tahap Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit Memulai pembelajaran dengan Menjawab salam dan
mengucapkan salam dan melakukan absensi
absensi siswa
Menjelaskan materi tentang Gelombang Mendengarkan guru
Pertemuan Ke-5
Diskusi kelas dengan melakukan tanya jawab tentang materi sebelumnya yang belum dipahami
dan mencari solusi mengenai pemecahan masalah yang telah dilakukan.
Review secara keseluruhan tentang getaran dan gelombang.
Pertemuan Ke-6
Posttest.
I. Sumber Pembelajaran
Kangenan, Marten. Fisika Untuk SMP Kelas VIII 2B. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2002.
Ruwanto, Bambang. Asas-asas Fisika SMA Kelas VIII 2B. Jakarta: Yudhistira, 2007.
Tipler, Paul A. Fisika untuk Sains dan Teknik Alih Bahasa oleh Lea Prasetio dan Rahmad W
Adi. Jakarta: Erlangga, 1998.
J. Alat Pembelajaran
Alat presentasi berupa papan tulis dan lembar kerja siswa
K. Penilaian
Tes objektif posttest
84
Lampiran 1B
LEMBAR KERJA SISWA
(CTL 01)
Tujuan
Memahami Getaran yang terjadi pada suatu benda
Langkah-langkah Kerja
1. Jelaskan apa itu getaran
Tugas
Tuliskan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh
untuk dikumpulkan pada pertemuan berikutnya.
85
LEMBAR KERJA SISWA
(CTL 02)
Tujuan
Memahami periode dan frekuensi
Langkah-langkah Kerja
1. perhatikan gambar disamping. Susunlah bahan dan yang telah
tersedia seperti gambar disamping (buatlah bandul sederhana).
Bacalah teori tentang periode dan frekuensi.
a. Dari gambar disamping, apa yang dimaksud dengan periode
dan frekuensi?
b. Apa hubungan antara periode dan frekuensi tersebut?
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
2. Perhatikan gambar disamping. Jika pegas
tersebut melakukan 100 getaran dalam
waktu 5 sekon hitunglah periode dan
frekuensinya?
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
………
Tugas
Tuliskan hasil kerja dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang
telah dilakukan untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya!
86
LEMBAR KERJA SISWA
(CTL 03)
Tujuan
Memahami konsep gelombang
1. Tuliskan contoh gelombang yang kalian ketahui minimal 10 macam
gelombang yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
2. Perhatikan gambar disamping. Gambar
Apakah menurut kalian? Apa yang
Kalian ketahui tentang gelombang
seperti itu? Jelaskan!
……………………………………………
……………………………………………
……………………………………………
…………………………………………….
…………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………
Tugas
Tuliskan hasil dan kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan. Kumpulkan pada pertemuan selanjutnya.
129
Lampiran 10
Uji Hipotesis
Karena kedua data yang akan diuji perbedaannya bersifat normal dan
homogen (Lampiran 8 dan 9), maka rumus uji t yang digunakan adalah:
X1 − X 2
t=
1 1
dsg +
n1 n 2
dimana:
X1 = rata-rata data kelas eksperimen
X 2 = rata-rata data kelas kontrol
dsg = nilai deviasi standar gabungan data kelas eksperimen dan kelas kontrol
n1 = jumlah data kelas eksperimen
n2 = jumlah data kelas kontrol
X 2 = 52,70
V1 = S12 = (12,31)2 = 151,536
V2 = S22 = (11,24)2 = 126,337
130
2. Menentukan nilai deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus berikut ini.
(n1 − 1)V1 + (n 2 − 1)V2
dsg =
n1 + n 2 − 2
=
(30 − 1)151,53 + (30 − 1)126,33
30 + 30 − 2
4394,37 + 3663,57
=
58
8057,94
=
58
= 138,93
= 11,78
3. Menentukan nilai thitung berdasarkan rumus data-data yang telah diperoleh.
X1 −X 2
t hitung =
1 1
dsg +
n1 n 2
62,70 − 62,17
=
1 1
11,78 +
30 30
0,53
=
11,78 0,033 + 0,033
0,53
=
11,78 × 0,257
9,47
=
3,03
= 3,13
4. Menentukan nilai ttabel
Derajat kebebasan untuk mencari nilai ttabel adalah:
dk = n1 + n2 – 2 = 30 + 30 – 2 = 58
pada taraf signifikansi 5% nilai ttabel diperoleh dengan interpolasi.
t(0,95)(40) = 2,021
t(0,95)(60) = 2,000
131
Lampiran 11
Keterangan:
Maksud dari < 50% adalah bahwa jumlah siswa yang melakukan indikator ini kurang dari setengah jumlah yang diharapkan (indikator dianggap tidak
tercapai) sedangkan jika lebih dari atau sama dengan jumlah yang diharapkan maka ≥ 50% (indikator dianggap tercapai).
133
Lampiran 12
Nilai X2tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh
bahwa X2hitung > X2tabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data pretest
Kelas VIII A tidak berdistribusi normal.
134
KELAS VIII B
batas Z batas luas Z (Oi -
Kelas fi.xi xi fi. Xi2 Ei Oi
kelas kelas tabel Ei)^2/Ei
19.5 -1.56
20 - 25 135 22.5 3037.5 0.1328 3.9840 6 1.0201
25.5 -0.87
26 - 31 256.5 28.5 7310.25 0.2364 7.0920 9 0.5133
31.5 -0.18
32 - 37 241.5 34.5 8331.75 0.2629 7.8870 7 0.0998
37.5 0.50
38 - 43 162 40.5 6561 0.1915 5.7450 4 0.5300
43.5 1.19
44 - 49 93 46.5 4324.5 0.0869 2.6070 2 0.1413
49.5 1.88
50 - 55 105 52.5 5512.5 0.025 0.7500 2 2.0833
55.5 2.57
56 - 65
Jumlah 993 225 35077.5 X2 4.3879
Nilai X2tabel untuk derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Sehingga diperoleh
bahwa X2hitung < X2tabel. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa data pretest
Kelas VIII B berdistribusi normal.
2. Uji Homogentias
Untuk menguji homogenitas kedua data digunakan uji F yang dinyatakan
dengan rumus berikut ini.
V1
F=
V2
Dari Lampiran 6 dan Lampiran 7 diperoleh bahwa nilai deviasi standar pretest
kelas VIII A adalah 12,31, sedangkan nilai deviasi standar pretest kelas VIII
Nilai Ftabel untuk derjarat kebebasan (dk) = (29,30) adalah 1,890. Sehingga
diperoleh bahwa Fhitung < Ftabel. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan
a C4
Jika waktu untuk menempuh ac adalah 0,05 sekon, jumlah getaran yang terjadi dalam 2 sekon adalah….
a. 10 c. 20
b. 5 d. 25
9. Suatu benda bergetar di antara dua titik yang berjarak 30 cm. Benda itu melakukan 50 getaran dalam
waktu 25 s, simpangan terjauh yang dilakukan getaran benda tersebut adalah….
c C4
a. 0,2 cm c. 15 cm
b. 10 cm d. 30 cm
10. Pada bandul sederhana disamping, waktu untuk menempuh AB
adalah sekon. Selang waktu yang diperlukan untuk menempuh
satu getaran adalah…. c C4
a. 0,05 sekon c. 0,2 sekon A C
b. 0,1 sekon d. 0,4 sekon B
Periode Menunjukkan definisi 11. Selang waktu yang diperlukan untuk menempuh 1 getaran disebut….
dan macam-macam gelombang a. periode c. amplitudo a C1
Frekuensi dalam fisika b. frekuensi d. simpangan
Getaran
12. Frekuensi getaran adalah….
a. jarak terjauh yang dapat ditempuh dari titik keseimbangan
b. simpangan terbesar dari suatu getaran d C1
c. selang waktu yang perlukan untuk melakukan 1 getaran
d. banyaknya getaran yang dilakukan benda dalam 1 sekon
90
Menjelaskan periode dan 13. Periode getaran pada ayunan sederhana bergantung pada (1) Amplitudo, (2) Massa benda, (3) Panjang tali.
frekuensi getaran terhadap Pernyataan yang benar adalah…. b C2
benda a. (1) dan (2) c. (3) dan (1)
b. (3) saja d. (3) dan (2)
14. Hubungan antara periode (T) dan frekuensi (f) yang benar adalah….
a. T= c. f = T a C2
b. T = f d. T = f . T
Meramalkan periode dan 15. Perhatikan tabel percobaan ayunan bandul di bawah ini!
frekuensi yang terjadi Percobaan ke Amplitudo Periode Frekuensi
dalam kehidupan sehari-
hari 1 5 cm 0,5 s 2 Hz
2 10 cm …. …. a C3
Besarnya periode dan frekuensi pada percobaan ke-2 secara berurutan adalah….
a. 0,5 s dan 2 Hz c. 1,0 s dan 1 Hz
b. 0,5 s dan 4 Hz d. 1,0 s dan 4 Hz
16. Suatu benda yang bergetar dengan frekuensi 5 Hz, maka periodenya adalah….
a. 0,1 sekon c. 0,2 sekon c C3
b. 1,0 sekon d. 1,2 sekon
17. Periode sebuah getaran detik. Maka frekuensinya adalah….
a. 0,4 Hz c. 4,0 Hz d C3
b. 2,0 Hz d. 2,5 Hz
Menganalisis periode dan 18. Pada Bandul sederhana disamping, bergerak dari P ke R
frekuensi getaran terhadap memerlukan waktu sekon. Periode ayunan ini adalah….
benda
a. detik c. detik a C4
b. detik d. detik P R
Q
19. Sebuah penggaris plastik melakukan 40 getaran dalam waktu 1 menit. Frekuensi penggaris tersebut
adalah…. a C4
a. 0,67 Hz c. 40 Hz
b. 1,50 Hz d. 60 Hz
91
20. Suatu benda bergetar di atas sebuah meja. kemudian benda itu melakukan 100 kali getaran dalam waktu
50 sekon. Frekuensi getaran tersebut adalah…. d C4
a. 0,4 Hz c. 1,6 Hz
b. 0,8 Hz d. 2,0 Hz
Pengertain Menunjukkan definisi 21. Gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap arah getarannya disebut gelombang….
Gelombang macam-macam gelombang a. longitudinal c. transversal c C1
dan dalam fisika b. mekanik d. elektromagnetik
macam-
22. Gelombang yang memerlukan medium dalam perambatannya adalah….
macam
gelombang a. gelombang transversal c. gelombang elektromagnetik
b. gelombang mekanik d. gelombang bunyi b C1
Menjelaskan besaran- 23. Perbedaan dasar antara gelombang transversal dan gelombang longitudinal adalah perbedaan dalam….
besaran yang dimiliki oleh a. amplitudo c. frekuensi b C2
gelombang b. arah rambat terhadap arah getaran d. medium yang dilaluinya
24. Ketika amplitudo suatu gelombang periodik bertambah, maka panjang gelombangnya akan….
a. berkurang c. tetap sama c C2
b. bertambah d. bisa bertambah atau berkurang
Menerapkan persamaan 25. Pada gambar berikut ditunjukkan grafik simpangan terhadap waktu dari sebuah gelombang.
gelombang yang terjadi
dalam kehidupan sehari-
hari meter
2 4 6 8 10 12 14 a C3
A B D E F c C4
C
Panjang gelombang dari suatu gelombang periodik yang ditunjukkan pada gambar di atas adalah 6,0
meter. Jarak dari titik B ke titik C adalah….
a. 250 cm c. 150 cm
b. 200 cm d. 300 cm
Besaran- Menyebutkan pengertian 31. Selang waktu yang diperlukan untuk menempuh satu gelombang disebut….
besaran besaran-besaran a. frekuensi gelombang c. cepat rambat gelombang b C1
Gelombang gelombang b. periode gelombang d. panjang gelombang
32. Jarak yang ditempuh gelombang dalam suatu selang waktu tertentu disebut….
a. cepat rambat gelombang c. frekuensi gelombang a C1
b. periode gelombang d. panjang gelombang
Menghubungkan besaran- 33. Hubungan antara panjang gelombang ( ), frekuensi (f), dan cepat rambat (v) dari suatu gelombang
besaran gelombang dalam adalah…. b C2
kehidupan sehari-hari
a. f=v b. v = λ f c. = d. λ = v f
93
34. Satu lembah gelombang sama dengan….
a. c. d C2
b. d.
Menyelidiki karakteristik, 35. Sebuah sumber getar membentuk 20 gelombang dalam 4 detik. Periodenya adalah….
periode, frekuensi dan c. 0,2 detik c. 4 detik a C3
cepat rambat gelombang d. 0,05 detik d. 5 detik
36. Suatu gelombang panjangnya 0,75 m dan cepat rambatnya 150 m/s. Frekuensinya adalah….
a. 20 Hz c. 200 Hz c C3
b. 50 Hz d. 225 Hz
37. Suatu gelombang memiliki frekuensi 200 Hz dan panjang gelombang 0,5 m. Cepat rambat gelombangnya
adalah….
c C3
a. 4 m/s c. 100 m/s
b. 10 m/s d. 10.000 m/s
Menghitung hubungan 38. Dalam waktu 2,5 sekon terdapat 750 gelombang yang melewati suatu titik. Jika panjang gelombangnya
besaran-besaran yang 0,5 m, maka…. b C4
terjadi dalam kehidupan a. periodenya adalah 0,0033 sekon c. cepat rambatnya adalah 300 m/s
sehari-hari
b. frekuensinya adalah 150 Hz d. frekuensinya adalah 375 Hz
39. Perhatikan gambar di bawah ini!
S
P Q
10 m
d C4
Seorang guru mendemonstrasikan contoh gelombang tali yang diikatkan pada sebuah tiang. Sang guru
tersebut menggetarkan ujung tali sehingga panjang tali terbentuk gelombang. Jika waktu untuk gelombang
merambat dari titik P ke S adalah 2 sekon, Cepat rambat gelombang sepanjang tali adalah….
a. 1 m/s c. 2 m/s
b. 1,25 m/s d. 2,5 m/s
40. Cepat rambat gelombang transversal dalam seutas tali adalah 12 m/s. Jika frekuensi sumber yang
menghasilkan gelombang ini adalah 4,0 Hz, maka panjang gelombangnya adalah…. b C4
a. 0,33 m c. 4,0 m
b. 3,0 m d. 48 m
94
Lampiran 2C
INSTRUMEN NONTES (LEMBAR OBSERVASI)
Keterangan:
< 50 % = jumlah siswa melakukannya kurang dari setengah dari jumlah yang diharapkan.
> 50 % = jumlah siswa melakukannya lebih dari atau sama dengan setengah dari jumlah yang diharapkan.
95
Lampiran 2D
LEMBAR UJI VALIDITAS
INSTRUMEN NONTES LEMBAR OBSERVASI
Kriteria
No Aspek yang Diuji
Baik Cukup Kurang
1 Pengembangan indikator dari setiap
tahap pembelajarannya
2 Keterwakilan semua tahap
pembelajaran oleh indikator yang
dikembangkan
3 Penskoran terhadap tiap-tiap indikator
4 Pemilihan kata dan kalimat dalam
pengembangan indikator
5 Kejelasan dan keefektifan bahasa
yang digunakan
Saran:
Lampiran 3A
UJI VALIDITAS
Perhitungan uji validitas dilakukan dengan menggunakan uji korelasional point
biserial berdasarkan rumus berikut ini.
Mp − Mt p
r pbi =
SD t q
Dimana:
rpbi = indeks point biserial
Mp = Mean (rata-rata) skor yang dijawab betul oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
Mt = Mean (rata-rata) skor yang dijawab salah oleh testee (peserta tes) pada
butir soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan.
SDt = Deviasi standar skor total.
p = proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya.
q = proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir soal yang sedang
diuji validitasnya
Untuk keperluan perhitungan nilai point biserial tersebut maka dibuatlah tabel
bantu perhitungan uji validitas. Berikut ini adalah ringkasan tabel perhitungan
untuk menguji validitas instrumen.
97
Lampiran 3B
Perhitungan Reliabilitas
Untuk keperluan perhitungan reliabilitas instrumen tes ini, digunakan rumus
Spearman-Brown berikut ini.
N ⋅ r 12
rn=
1 + (N − 1) ⋅ r 1 2
dimana:
rn = koefisien korelasi seluruh tes
N = perbandingan antara panjang tes secara keseluruhan dengan panjang
tes yang dikorelasikan
r½ = koefisien korelasi antara sebagian tes dengan bagian tes lainnya
r1/2
0.52
1/2
rn 0.688319
Dimana:
X : skor total subjek pada item bernomor ganjil
Y : skor total subjek pada item bernomor genap
Dari perhitungan tersebut diperoleh bahwa nilai reliabilitas instrumen ini adalah
0,68. Nilai ini termasuk kategori cukup.
(Perhitungan ini dengan menggunakan bantuan program aplikasi Microsoft Office
Excel 2007).
100
Lampiran 3C
Lampiran 3D
Daya Beda
Untuk menghitung daya beda setiap soal digunakan rumus berikut ini.
W − WH
DB = L
n
Maksud dari setiap simbol dari persamaan di atas adalah sebagai berikut.
DB = Daya Beda (discriminating power, DP)
WL = jumlah individu kelompok bawah yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
WH = jumlah individu kelompok atas yang tidak menjawab atau menjawab salah pada item tertentu
n = jumlah kelompok atas atau kelompok bawah
Lampiran 3E
Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes
Taraf
Item No Validitas Daya Pembeda Kesimpulan
Kesukaran
1 Valid Mdh Jelek Tidak dipakai
2 Valid Sdg Baik Dipakai
3 Valid Sdg Cukup Tidak dipakai
4 Valid Sdg Baik sekali Dipakai
5 Valid Sdg Jelek Dipakai
6 Valid Sdg Jelek Tidak dipakai
7 Valid Sdg Baik Dipakai
8 Valid Sdg Baik Dipakai
9 Valid Skr Cukup Tidak dipakai
10 Valid Sdg Jelek Tidak dipakai
11 Valid Skr Cukup Tidak dipakai
12 Valid Sdg Baik Dipakai
13 Tidak Valid Skr Cukup Dipakai
14 Tidak Valid Skr Jelek Tidak dipakai
15 Valid Sdg Baik sekali Dipakai
16 Valid Skr Jelek Tidak dipakai
17 Valid Sdg Jelek Tidak dipakai
18 Valid Skr Jelek Tidak dipakai
19 Valid Sdg Baik sekali Dipakai
20 Valid Skr Cukup Dipakai
21 Valid Sdg Cukup Tidak dipakai
22 Valid Sdg Baik sekali Dipakai
23 Valid Skr Jelek Dipakai
24 Tidak Valid Skr Jelek Tidak dipakai
25 Tidak Valid Skr Jelek Tidak dipakai
26 Valid Sdg Cukup Dipakai
27 Valid Sdg Cukup Dipakai
28 Valid Sdg Cukup Tidak dipakai
29 Tidak Valid Skr Cukup Tidak dipakai
30 Valid Sdg Baik Dipakai
31 Valid Sdg Baik sekali Dipakai
32 Valid Sdg Jelek Tidak dipakai
33 Valid Skr Cukup Dipakai
34 Tidak Valid Skr Cukup Tidak dipakai
35 Tidak Valid Skr Jelek Tidak dipakai
36 Valid Sdg Baik sekali Tidak dipakai
37 Valid Sdg Cukup Dipakai
38 Tidak Valid Skr Buang Tidak dipakai
39 Valid Skr Cukup Dipakai
40 Valid Skr Baik Dipakai
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
1413
=
30
= 47,1
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 47,5
P = panjang kelas = 6
n = banyaknya data = 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 4 + 6 + 4 = 14
f = nilai frekuensi kelas median = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .30 − 14 ⎟
Me = 47,5 + 6⎜ 2 ⎟
⎜ 9 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 47,5 + (6 × 0,11)
= 47,5 + 6,11
= 53,611
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 47,5
P = panjang kelas = 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–4=5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–3 =6
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 5 ⎞
Mo = 47,5 + 6⎜ ⎟
⎝5+ 6⎠
= 47,5 + (6 × 0,45)
= 47,5 + 2,70
= 50,20
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
(∑ f .x ) 2
∑ f .x − 2 i i
∑f
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
69193,5 −
(1413)2
= 30
30 − 1
1996569
69193,5 −
= 30
29
69193,5 − 66552,3
=
29
2641,2
=
29
= 91,08
= 9,54
Lampiran 5
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
993
=
30
= 33,10
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 25,5
P = panjang kelas = 6
n = banyaknya data = 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 6 + 0 = 6
f = nilai frekuensi kelas median = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .30 − 6 ⎟
Me = 25,5 + 6⎜ 2 ⎟
⎜ 9 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 25,5 + (6 × 1)
= 25,5 + 6
= 31,50
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 25,5
P = panjang kelas = 6
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–6=3
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–7=2
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 3 ⎞
Mo = 25,5 + 6⎜ ⎟
⎝3+ 2⎠
= 25,5 + (6 × 0,60)
= 25,5 + 3,60
= 29,10
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
(∑ f .x ) 2
∑ f .x − 2 i i
∑f
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
35077,5 −
(993)2
= 30
30 − 1
986049
35077,5 −
= 30
29
35077,5 − 32868,3
=
29
2209,2
=
29
= 76,18
= 8,72
Lampiran 6
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
1865
=
30
= 62,17
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 47,5
P = panjang kelas = 8
n = banyaknya data = 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 3
f = nilai frekuensi kelas median = 9
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
postest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .30 − 3 ⎟
Me = 47,5 + 8⎜ 2 ⎟
⎜ 9 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 47,5 + (8 × 1,33)
= 47,5 + 10,64
= 58,14
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 47,5
P = panjang kelas = 8
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 9–3=6
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 9–4=5
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
pretest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 6 ⎞
Mo = 47,5 + 8⎜ ⎟
⎝6 + 5⎠
= 47,5 + (8 × 0,54)
= 47,5 + 4,32
= 51,82
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
(∑ f .x ) 2
∑ f .x − 2 i i
∑f
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
120335,5 −
(1865)2
= 30
30 − 1
3478225
120335,5 −
= 30
29
120335,5 − 115940,83
=
29
4394,67
=
29
= 151,54
=`12,31
Lampiran 7
X =
∑ f ⋅x
i i
∑f i
1581
=
30
= 52,70
b. Median (Me)
Nilai median ditentukan dengan rumus statistik berikut ini.
⎛1 ⎞
⎜ n−F ⎟
Me = b + P⎜ 2 ⎟
⎜ f ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 53,5
P = panjang kelas = 8
n = banyaknya data = 30
F = nilai frekuensi kumulatif sebelum kelas median = 5 + 6 + 3 = 14
f = nilai frekuensi kelas median = 10
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai Median dari hasil
postest ini adalah sebagai berikut.
⎛1 ⎞
⎜ .30 − 14 ⎟
Me = 53,5 + 8⎜ 2 ⎟
⎜ 10 ⎟
⎜ ⎟
⎝ ⎠
= 53,5 + (8 × 0,10)
= 53,5 + 0,80
= 54,30
c. Modus (Mo)
Nilai modus ditentukan dengan menggunakan rumus statistik berikut ini.
⎛ b1 ⎞
Mo = b + P⎜⎜ ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠
Dimana:
b = batas bawah kelas median = 53,5
P = panjang kelas = 8
b1 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sebelumnya = 10 – 5 = 5
b2 = frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi
kelas sesudahnya = 10 – 4 = 6
Berdasarkan data tersebut, maka dapat ditentukan nilai modus dari hasil
postest ini adalah sebagai berikut.
⎛ 5 ⎞
Mo = 53,5 + 8⎜ ⎟
⎝5+ 6⎠
= 53,5 + (8 × 0,45)
= 53,5 + 3,60
= 57,10
d. Deviasi Standar (S)
Nilai deviasi standar ditentukan dengan rumus statistika berikut ini.
(∑ f .x ) 2
∑ f .x − 2 i i
∑f
i ii
=
i
S
∑ f −1 i
86979,5 −
(1581)2
= 30
30 − 1
2499561
86979,5 −
= 30
29
86979,5 − 83318,70
=
29
3660,8
=
29
= 126,23
= 11,24
121
Lampiran 8
(Oi − E1 )2
X =∑
2
Ei
A. Kelas VIII A
Perolehan Nilai Posttest Kelas VIII A
60 75 50 75 50
70 50 75 60 55
85 65 50 60 50
70 50 75 50 85
40 75 45 70 75
50 60 65 40 75
122
b. Kelas 48 – 55
z = 0,3830 – 0,2054 = 0,1776
c. Kelas 56 – 63
z = 0,2054 + 0,0438 = 0,2492
d. Kelas 64 – 71
z = 0,2764 – 0,0438 = 0,2326
e. Kelas 72 – 79
z = 0,4207 – 0,2764 = 0,1443
f. Kelas 80 – 87
z = 0,4713 – 0,4207 = 0,0506
4. Menghitung nilai Ei (frekuensi ekspektasi) dengan menggunakan rumus:
E i = ∑ f i × luas z tabel
5. Menentukan nilai kai kuadrat tiap-tiap kelas berdasarkan rumus berikut ini.
(Oi − Ei )2
X2 =
Ei
6. Menentukan jumlah kai kuadrat hitung (X2hitung) dengan menjumlahkan nilai
kai kuadrat tiap-tiap kelas.
7. Menguji hipotesis normalitas.
Nilai X2tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 adalah 11,34. Untuk menguji
normalitas data dibandingkan X2hitung dengan X2tabel . Didapat bahwa X2hitung <
X2tabel . Sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (data berdistribusi normal).
B. Kelas VIII B
Perolehan Nilai Posttest Kelas VIII B
50 75 40 40 70
30 50 50 55 65
35 60 40 45 45
55 65 30 65 60
50 65 60 50 55
55 55 55 45 55
124
b. Kelas 38 – 45
z = 0,4115 – 0,2389 = 0,1726
c. Kelas 46 – 53
z = 0,2389 + 0,0279 = 0,2668
d. Kelas 54 – 61
z = 0,2823 – 0,0279 = 0,2544
e. Kelas 62 – 69
z = 0,4332 – 0,2823 = 0,1509
f. Kelas 70 – 77
z = 0,4788 – 0,4332 = 0,0456
Lampiran 9
dimana:
V1 : varians besar atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempunyai deviasi standar terbesar.
V2 : varians kecil atau nilai kuadrat deviasi standar data kelompok yang
mempuyai deviasi standar terkecil.
Kriteria pengujian uji F didasarkan pada ketentuan berikut ini.
a. jika Fhitung ≤ Ftabel, maka Ha diterima dan Ho ditolak (data memiliki varians
yang homogen)
b. jika Fhitung > Ftabel,, maka Hoditerima dan Ha ditolak (data memiliki varians
yang tidak homogen).
(∑ f .x ) 2
∑ f .x − 2 i i
∑f
i ii
=
i
S1
∑ f −1 i
120335,5 −
(1865)
2
= 30
30 − 1
3478225
120335,5 −
= 30
29
120335,5 − 115940,83
=
29
4394,67
=
29
= 151,54
=`12,31
128
2. Kelas VIII B
(∑ f .x ) 2
∑ f .x − 2 i i
∑f
i ii
=
i
S2
∑ f −1 i
121599,5 −
(1881)
2
= 30
30 − 1
3538161
121599,5 −
= 30
29
121599,5 − 117938,7
=
29
3660,80
=
29
= 126,23
= 11,24
adalah:
V (S ) 2
Fhitung = 1 = 1 2
V 2 (S 2 )
12,312
=
11,24 2
151,5361
=
126,3376
= 1,199
Ftabel. Didapat bahwa derajat kebebasannya adalah (29;30), sehingga nilai Ftabel
= 1,890 . Terlihat bahwa Fhitung < Ftabel, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak