Professional Documents
Culture Documents
PGPR Makalah PDF Free
PGPR Makalah PDF Free
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang pernah memiliki sebutan zambrut katulistiwa. Sebutan
tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia yang memiliki keberagaman tumbuhan. Tumbuhan-
tumbuhan tersebut memiliki masa pertumbuhan yang berbeda-beda. Tumbuhan memerlukan
unsur hara baik mikro maupun makro yang sudah tersedia oleh tanah dan ada pula tanah yang
kurang akan unsur hara. Populasi manusia di bumi ini semakin banyak begitu pula dengan
masalah akan kekurangan tumbuhan-tumbuhan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup.
Manusia memiliki otak untuk berfikir dan memecahkan masalah tersebut dengan menambahkan
kebutuhan yang dapat menunjang pertumbuhan tumbuhan, misalnya ketika tumbuhan
kekuarangan unsur nitogen akan menimbulkan daun bercak kuning dan daun berukuran lebih
kecil.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi kholifa di bumi ini dengan
kesempurnaannya memiliki akal untuk berfikir dan untuk memecahkan masalah, lalu dijadikan
bumi untuknya, hal tersebut sesuai firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 29-30 “Dia-lah allah,
yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (mencipatakan)
langit lalu di jadikannya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu. Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30). Ayat
tersebut menjelaskan bahwa manusia sebagai khalifah di muka bumi ini dikarnakan manusia
memiliki akal yang dapat dipakai untuk berfikir. Allah menciptakan bumi untuk manusia yang
mana untuk kebutuhan, memecahkan masalah dan sebagainya.
Manusia mulai berfikir akan kekurangan unsur hara yang ada di tanah dengan
penambahan. Penambahan unsur hara dapat melalui pupuk. Petani merogoh kocek yang cukup
dalam untuk membeli pupuk buatan pabrik. Penekanan pengeluaran dana yang cukup besar dapat
menggunakan pupuk organik. Plant Grow Promoting Rhizobacteria atau Bakteri Perakaran
Pemacu Pertumbuhan Tanaman merupakan salah satu contoh dari pilihan pemupukan organik.
Pemilihan akar bambu sebagai starter disebabkan mudah dalam pencarian akar bambu dan biaya
yang digunakan tidakah banyak. Bedasarkan paparan diatas melatarbeakangi dilakukannya mini
riset ini.
Berdasarkan ulasan singkat informasi diatas, peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui
peranan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dalam meningkatkan produktivitas
tanaman serta mengetahui efektivitas lama perendaman terhadap kualitas Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR).
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mini riset ini, yaitu :
a. Bagaimana peranan PGPR dalam meningkatkan produktivitas tanaman ?
b. Bagaimana perbandingan lama perendaman starter akar bambu terhadap kualitas
PGPR ?
C. Tujuan
Adapun tujuan mini riset ini, yaitu :
a. Mengetahui peranan PGPR dalam meningkatkan produktivitas tanaman.
b. Mengetahui perbandingan lama perendaman starter akar bambu terhadap kualitas
PGPR.
BAB II
TINJAUAN PUSSTAKA
2. Terasi
Terasi merupakan produk awetan ikan-ikan kecil atau rebon yang telah diolah
melalui proses pemeraman, penggilingan atau penumbukan, dan penjemuran yang
berlangsung selama 20 hari. Kandungan unsur yang terdapat dalam terasi adalah protein,
lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, fosfor, besi, air dan garam. Kandungan garam yang
berfungsi sebagai bahan pengawet (Lies, 2002)
Kandungan asam amino utama yang terdapat dalam fermentasi udang bergaram
(terasi) selama penyimpanan 3 bulan adalah asam aspartat, asam glutamat, alanina,
leusina, dan lisina. Sampel terasi dengan kandungan protein tertinggi merupakan terasi
terbaik, karena komponen zat gizi yang mendukung kualitas terasi dapat dilihat dari
tingginya kadar protein (Peralta et al. 2005; Anggo, 2014). Asam amino yang diperoleh
dari proses fermentasi garam melalui pemecahan komponen bahan baku oleh aktivitas
enzim pendegradasi (misalnya protease, amilase, dan lipase) merupakan prekursor
timbulnya rasa gurih (umami). Selama proses fermentasi ikan berlangsung, semakin besar
produksi enzim dari mikroorganisme dapat menghasilkan pembentukan asam amino
semakin tinggi oleh aktivitas enzim proteolitik, terutama asam glutamat dan asam
aspartat (Susilowati, 2010; Anggo, 2014).
BAB III
METODOLOGI
E. Langkah kerja
a. Pembuatan starter
1. Akar bambu di potong dan dimasukkan ke dalam botol 1,5 liter.
2. Siapkan 1 liter air dan campur dengan 20 gram gula merah.
3. Masukkan air yang sudah tercampur dengan gula merah, kemudian tutup rapat.
4. Biarkan hingga hari ke 6. Setiap pagi hari buka dan kocok botol secara perlahan.
5. Jadikan starter menjadi 2 fase. Fase pertama 4 hari perendaman dan fase kedua 6 hari
perendaman.
b. Pembuatan media
1. Masukan air 3 lt, dedak 200gr, terasi 12gr, gula 80 gr kedalam panci.
2. Panci dipanaskan diatas kompor dan diaduk hingga mendidih
3. Sisihkan dan biarkan hingga dingin.
4. Ulangi langkah 1-3 untuk pembuatan media fase perendaman 6 hari.
c. Pembuatan PGPR
1. Saring perendaman fase 3 hari kedalam botol 6 liter menggunakan saringan / kain.
2. Saring media dengan menggunakan saringan / kain.
3. Campurkan hasil starter dan media kemudian kocok.
4. Biarkan selama 14hari. Buka dan kocok setiap pagi hari. Ulangi langkah 1-4 pada fase
perendaman 6 hari.
d. Pengaplikasian
Warna 7 7 6 6 6 6 5 5 5 5 4 4 4 4
Aroma busuk 6 6 6 7 7 7 8 8 7 7 6 6 5 5
Aroma asam 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 3
Warna 7 7 7 6 6 6 6 5 5 5 4 4 4 3
Aroma busuk 7 7 8 8 8 9 8 8 7 7 7 6 6 5
Aroma asam 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 3 3 3
b. Pengaplikasian
hari ke-3 hari ke-6 hari ke-9 hari ke-3 hari ke-6 hari ke-9 hari ke-3 hari ke-6 hari ke-9
Proses pembuatan PGPR harus memerlukan akar bambu sebagai media mendapatkan bakteri.
Pemilihan akar bambu didukung oleh pernyataan Iswati, (2012) dalam Syamsiyah (2014) “Akar
bambu yang sudah lapuk diduga mengandung bakteri yang mampu menghasilkan enzim selulase
(terutama lingo selulase) “. Bakteri-bakteri dalam akar bambu dibiakan dalam media.Beberapa
bakteri dari kelompok PGPR adalah bakteri penambah nitrogen seperti genus Rhizobium,
Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat seperti genus Bacillus, Pseudomonas,
Arthrobacter, Bacterium, dan Mycobacterium (Biswasetal,. 2000; Widawati,2015). Bakteri
Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat mempunyai peran dan fungsi
penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses,
seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara,
nitrifikasi dan denitrifikasi (Saraswati dan Sumarno 2008; Widawati, 2015).
Pembuatan media pertumbuhan starter menggunakan dedak, terasi dan gula aren.
Pemilihan bahan tersebut berfungsi untuk memberi nutrisi terhadap bakteri dalam melakukan
metabolisme. Hal ini didukung oleh kandungan zat gizi yang dimiliki bekatul yaitu protein
13,11–17,19 persen, lemak 2,52 – 5,05 persen, karbohidrat 67,58–72,74 persen, dan serat kasar
370,91 - 387,3 kalori serta kaya akan vitamin B, terutama vitamin B1 (thiamin)(Wulandari dan
Erma,2010). Kandungan asam amino utama yang terdapat dalam fermentasi udang bergaram
(terasi) selama penyimpanan 3 bulan adalah asam aspartat, asam glutamat, alanina, leusina, dan
lisina. Sampel terasi dengan kandungan protein tertinggi merupakan terasi terbaik, karena
komponen zat gizi yang mendukung kualitas terasi dapat dilihat dari tingginya kadar protein
(Peralta et al. 2005; Anggo, 2014). Hasil penelitian Pontoh (2007) dengan teknik kromatografi
cair, menunjukan bahwa nira aren mengandung sukrosa dan gula reduksi yaitu glukosa dan
fruktosa. Nira aren juga mengandung polisakarida yang diduga adalah dextran (Pontoh,2010).
Pembuatan proses PGPR rendaman H-4 dan rendaman H-6 menunjukan bahwa aroma
busuk, aroma asam dan perubahan warna menujukan adanya bakteri yang berkembang di dalam
media melakukan fermentasi. PGPR mengalami perubahan warna akibat metabolisme yang
dialami oleh bakteri. Bedasarkan perubahan yang terjadi pada PGPR H-4 terhadap perubahan
hari ke 3 sampai hari ke 6, menunjukan pertambahan tinggi rata-rata 0,53 cm. pertumbuhan yang
terjadi antara hari ke 6 menuju hari ke 9 menunujukan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,27 cm.
Pada PGPR H-6 perubahan hari ke 3 sampai ke 6 menunjukan pertumuhan yang terjadi rata-rata
0.83 cm. dan pertumbuhan yang terjadi 1,3 cm. Pada pertumbuhan selada sebagai kontrol
memeiliki pertumbuhan 1,13 cm, sedangkan pada pertubuhan hari 6 hingga hari 9 rata-rata
sebesar 0,73 cm.
Perbandingan pengaplikasian yang di peroleh menunjukan bahwa PGPR H-6 lebih efektif
dibandingkan PGPR H-4. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata pertumbuhan PGPR. Hal tersebut
dikarenaka Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator yang diukur untuk mengetahui suatu
keberhasilan tanaman (Indah Srirejeki, 2015, Chern at el, 1993)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Peranan PGPR dalam meningkatkan produktivitas tanaman adalah dengan
mempercepat pertumbuhan tanaman, memfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat,
produksi siderofor, menghasilkan hormon pertumbuhan (auxin, giberellin dan
sitokinin), sebagai pelarut fosfat dan fiksasi nitrogen dan memperbaiki kondisi
pertumbuhan dengan beberapa mekanisme.
2. Perendaman starter PGPR H-6 menunjukkan hasil yang lebih efektif
dibandingkan dengan PGPR H-4 hal ini dikarenakan jumlah bakteri yang terdapat
dalam PGPR H-6 lebih banyak daripada PGPR H-4.
B. Saran
Pembuatan PGPR membutuhkan waktu yang cukup lama maka diharapkan peneliti sabar
dan telaten dalam pembuatan PGPR. Lakukan setiap tahap pembuatan secara tepat dan
tempatkan hasil PGPR dan media pada tempat yang aman.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyana, Y., & Kailaku, T. E. (2015). Variabilitas iklim dan dinamika waktu tanam padi di wilayah
pola hujan monsunal dan equatorial. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2), 366–372.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/
Danapriatna, N. (2010). Biokimia pembuatan nitrogen oleh bakteri non simbiotis. CEFARS : Jurnal
Agribisnis Dan Pengembangan Wilayah, 1(2).
Gandanegara, S. 2007. Azora pupuk hayati untuk tanaman jagung dan sayur. Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi. BATAN.
Indah Srirejeki, Dewi, Mochammad Dawan Maghfoer, Ninuk Herlina. 2015. Aplikasi PGPR
dan Dekamon Serta Pemangkasan Pucuk Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Buncis
(Phaseolus vulgaris L. Tipe Tegak. Jurnal Produksi Tanaman Volume 3 nomor 4
Iswati, R. (2012). Pengaruh dosis formula PGPR asal perakaran bambu terhadap pertumbuhan
tanaman tomat (Solanum iycopersicum syn). JATT, 1(2252–3774), 9–12. Retrieved from
file:///C:/Users/toew/Downloads/486-485-1-PB.pdf
Lies suprapti, M. 2002. Pembuatan Terasi. Yogyakarta : Kanisius
Medianti,dkk. 2010. Petunjuk praktis pembuatan Pupuk Organik.Jakarta : AgroMedia Pustaka