You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang pernah memiliki sebutan zambrut katulistiwa. Sebutan
tersebut sesuai dengan kondisi Indonesia yang memiliki keberagaman tumbuhan. Tumbuhan-
tumbuhan tersebut memiliki masa pertumbuhan yang berbeda-beda. Tumbuhan memerlukan
unsur hara baik mikro maupun makro yang sudah tersedia oleh tanah dan ada pula tanah yang
kurang akan unsur hara. Populasi manusia di bumi ini semakin banyak begitu pula dengan
masalah akan kekurangan tumbuhan-tumbuhan yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup.
Manusia memiliki otak untuk berfikir dan memecahkan masalah tersebut dengan menambahkan
kebutuhan yang dapat menunjang pertumbuhan tumbuhan, misalnya ketika tumbuhan
kekuarangan unsur nitogen akan menimbulkan daun bercak kuning dan daun berukuran lebih
kecil.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi kholifa di bumi ini dengan
kesempurnaannya memiliki akal untuk berfikir dan untuk memecahkan masalah, lalu dijadikan
bumi untuknya, hal tersebut sesuai firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 29-30 “Dia-lah allah,
yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (mencipatakan)
langit lalu di jadikannya tujuh langit. Dan dia maha mengetahui segala sesuatu. Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang
khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.” (QS Al Baqarah : 30). Ayat
tersebut menjelaskan bahwa manusia sebagai khalifah di muka bumi ini dikarnakan manusia
memiliki akal yang dapat dipakai untuk berfikir. Allah menciptakan bumi untuk manusia yang
mana untuk kebutuhan, memecahkan masalah dan sebagainya.
Manusia mulai berfikir akan kekurangan unsur hara yang ada di tanah dengan
penambahan. Penambahan unsur hara dapat melalui pupuk. Petani merogoh kocek yang cukup
dalam untuk membeli pupuk buatan pabrik. Penekanan pengeluaran dana yang cukup besar dapat
menggunakan pupuk organik. Plant Grow Promoting Rhizobacteria atau Bakteri Perakaran
Pemacu Pertumbuhan Tanaman merupakan salah satu contoh dari pilihan pemupukan organik.
Pemilihan akar bambu sebagai starter disebabkan mudah dalam pencarian akar bambu dan biaya
yang digunakan tidakah banyak. Bedasarkan paparan diatas melatarbeakangi dilakukannya mini
riset ini.
Berdasarkan ulasan singkat informasi diatas, peneliti memiliki tujuan untuk mengetahui
peranan Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) dalam meningkatkan produktivitas
tanaman serta mengetahui efektivitas lama perendaman terhadap kualitas Plant Growth
Promoting Rhizobacteria (PGPR).

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah mini riset ini, yaitu :
a. Bagaimana peranan PGPR dalam meningkatkan produktivitas tanaman ?
b. Bagaimana perbandingan lama perendaman starter akar bambu terhadap kualitas
PGPR ?
C. Tujuan
Adapun tujuan mini riset ini, yaitu :
a. Mengetahui peranan PGPR dalam meningkatkan produktivitas tanaman.
b. Mengetahui perbandingan lama perendaman starter akar bambu terhadap kualitas
PGPR.
BAB II
TINJAUAN PUSSTAKA

Tanaman menbutuhkan sedikitnya 13 unsur hara untuk pertumbuhan dan perkembangan.


Beberapa unsur berada dalam bentuk tersedia dalam semua jenis tanah, sedangkan lainnya dalam
bentuk tida tersedia sehingga membutuhkan tambahan dari luar tanah dalam bentuk pemupukan.
Unsur hara ini berperan sebagai nutrisi bagi tanaman, sestem yang mengendalikan pertumbuhan
dan perkembangan tanaman adalah substansi kimia yang koonsentrasinya sangat rendah,
fitohormon (hormon peertumbuhan tanaman), dan plant growth regulator(pengatur pertumbuhan
tanaman) (Gardner dkk, 1991).
Nitrogen merupakan unsur hara tanaman yang esensial. Kecukupan suplai nitrogen pada
tanaman dicirikan dengan kecepatan pertumbuhan tanaman dan warna daun hijau gelap.
Ketidakseimbangan nitrogen atau terlalu besar unsur hara ini dibandingkan dengan unsur lain
seperti P, K, dan S dapat mengakibatkan memanjangnya periode tumbuh dan tertundanya
kematangan. Umumnya hara N tanah dalam kondisi kekurangan, hal ini memberikan kontribusi
terhadap penurunan hasil (Danapriatna, 2010).
Berdasarkan data statistik, sekitar 43 juta ton pupuk N digunakan setiap tahun oleh
seluruh negara untuk memproduksi tiga makanan pokok yaitu gandum, padi, dan jagung dengan
rincian berturut-turut 17, 9, dan 16 juta ton pupuk N. Keadaan di Indonesia tidak berbeda jauh
dalam penggunaan pupuk nitrogen terutama dalam bentuk urea. Pertanian membutuhkan pupuk
urea bersubsidi yang setiap tahunnya mengalami kenaik sebesar 6,11%. Kebutuhan pupuk urea
bersubsidi pada tahun 2009 sebesar 6.407.045 ton dan tahun 2010 diperkirakan menjadi
6.791.811 ton. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan pupuk terjadi pula peningkatan anggaran
subsidi pupuk dari tahun ke tahun. Dalam lima tahun ke depan anggaran subsidi pupuk
diperkirakan mencapai lebih dari Rp. 20 trilyun. Angka ini akan membebani anggaran
pemerintah. Oleh karena itu, anggaran subsidi pupuk diturunkan dari Rp. 17 trilyun menjadi
sekitar Rp. 11 trilyun pada tahun 2010. Hal ini akan berakibat pada meningkatnya harga eceran
tertinggi pupuk oleh sebab itu diperlukan pupuk yang murah dan efisien seperti penggunaan
PGPR sebagai pupuk (Danapriatna, 2010).
PGPR (Plant Growth Promoting Rhyzobium) adalah sejenis bakteri yang hidup di sekitar
perakaran tanaman. Bakteri tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi
tanaman keberadaan mikroorganisme ini akan sangat baik karena bakteri ini memberi
keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya (Gandanegara, 2007). Plant
Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan miroba tanah yang terdapat pada akar
tanaman yang dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan perlindungan terhadap patogen
tertentu. PGPR mampu menghasilkan hormon tumbuhan seperti auxin, giberellin dan sitokinin,
sebagai pelarut fosfat dan fiksasi nitrogen. Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa yang
sangat vital guna mengawali, menginisiasi terjadinya pertumbuhan tanaman, berperan penting
dari pertumbuhan perakaran sampai pembentukan buah. Menariknya bahwa ZPT juga bisa
dihasilkan oleh mikroba perkaran (Plant Growth Promoting Rhizobacteria/PGPR) yang jauh
lebih baik manfaatnya dibanding ZPT yang disinthesis melalui reaksi kimia biasa. Untuk itu
PGPR penghasil hormon tumbuh berperan vital dalam pembuatan pupuk oganik hayati (POH)
seri StarTmik, Beyonic-LIPI. Pupuk hayati majemuk mengandung lebih dari satu jenis/strain
mikroba, diantaranya adalah bakteri penambat N dan bakteri pelarut P yang juga mampu
menghasilkan hormon pertumbuhan serta bakteri yang berperan sebagai agen
biokontrol(Apriyana & Kailaku, 2015).
Kemampuan PGPR dalam mensintesis dan mengubah konsentrasi fitohormon
mengakibatkan tanaman tahan terhadap serangan penyakit, sehingga menarik untuk dikaji. Untuk
tujuan perlindungan tanaman akan sangat membantu dalam pengurangan penggunaan pestisida
kimia sistesis yang diketahui dapat menurunkan kualitas produk pertanian akibat efek residu
yang ditinggalkan. Khususnya bagi tanaman hortikultura yang dikonsumsi dalam keadaan tidak
dimasak seperti tomat bagi masyarakat Gorontalo selalu menjadi sayuran utama karena
dibutuhkan dalam jumlah banyak. Formula PGPR yang diintroduksi ke pertanaman budidaya
dapat bersumber dari perakaran bambu, rumput gajah atau putri malu. Dalam penggunaan
produk ini telah ditentukan dosis penggunaan, guna memaksimalkan penggunaan PGPR yang
berlebihan. PGPR dapat diaplikasikan ke tanaman sayuran, padi maupun palawija dan tanaman
tahunan. Beberapa komoditas sayuran yang telah dicoba dengan hasil yang memuaskan, seperti
bawang merah dan cabai merah (Iswati, 2012).
Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman atau Plant Growth Promoting Rhizobcteria
(PGPR) adalah bakteri pemacu perakaran tanaman dan bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Bakteri ini hidup dan berkembang dengan memanfaatkan eksudat yang dikeluarkan oleh
perakaran tanaman. PGPR dapat memiliki satu atau lebih peran di bawah ini tergantung dari
spesies dan strainnya. Berikut manfaat PGPR bagi tanaman (Medianti dkk, 2010 ) :
a. Menghasilkan fitohormon,, di antaranya Indole Acetic Acid (IAA), sitokinin, giberelin
dan senyawa pengahmbat produksi etilen.
b. Sebagai pupuk hayati, PGPR dapat membuat unsur hara dalam tanah mudah terserap oleh
tanaman melalui proses mineralisasi dan transformasi.
c. Sebagai bioprotektan, yaitu kemampuan untuk mengendalikan hama dan penyakit dengan
cara menghasilkan antibiotik dan menginduksi tanaman untuk memproduksi senyawa ketahanan
dalam jumlah yang cukup untuk menjaga kesehatan tanaman.
Bakteri yang di gunakan harus memiliki media untuk bertahan hidup dan berkembang
biak sehingga dapat digunakan kepada tanaman, diantara media yang di butuhkan adalah:
1. Dedak
Dedak merupakan hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari
lapisan sebelah luar dari butiran padi dengan sejumlah lembaga biji, sementara bekatul
adalah lapisan sebelah dalam dari butiran padi, termasuk sebagian kecil endosperm
berpati. Karena alat penggilingan tidak memisahkan antara dedak dan bekatul, maka
umumnya dedak dan bekatul ini bercampur menjadi satu yang disebut dengan dedak atau
bekatul. Kandungan zat gizi yang dimiliki bekatul yaitu protein 13,11–17,19 persen,
lemak 2,52 – 5,05 persen, karbohidrat 67,58–72,74 persen, dan serat kasar 370,91 - 387,3
kalori serta kaya akan vitamin B, terutama vitamin B1 (thiamin)(Wulandari dan
Erma,2010).

2. Terasi
Terasi merupakan produk awetan ikan-ikan kecil atau rebon yang telah diolah
melalui proses pemeraman, penggilingan atau penumbukan, dan penjemuran yang
berlangsung selama 20 hari. Kandungan unsur yang terdapat dalam terasi adalah protein,
lemak, karbohidrat, mineral, kalsium, fosfor, besi, air dan garam. Kandungan garam yang
berfungsi sebagai bahan pengawet (Lies, 2002)
Kandungan asam amino utama yang terdapat dalam fermentasi udang bergaram
(terasi) selama penyimpanan 3 bulan adalah asam aspartat, asam glutamat, alanina,
leusina, dan lisina. Sampel terasi dengan kandungan protein tertinggi merupakan terasi
terbaik, karena komponen zat gizi yang mendukung kualitas terasi dapat dilihat dari
tingginya kadar protein (Peralta et al. 2005; Anggo, 2014). Asam amino yang diperoleh
dari proses fermentasi garam melalui pemecahan komponen bahan baku oleh aktivitas
enzim pendegradasi (misalnya protease, amilase, dan lipase) merupakan prekursor
timbulnya rasa gurih (umami). Selama proses fermentasi ikan berlangsung, semakin besar
produksi enzim dari mikroorganisme dapat menghasilkan pembentukan asam amino
semakin tinggi oleh aktivitas enzim proteolitik, terutama asam glutamat dan asam
aspartat (Susilowati, 2010; Anggo, 2014).

3. Gula aren/ gula merah


Gula aren yang terdiri dari sukrosa, sukrosa merupakan bahan yang sangat
diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan. Senyawa ini dalam jaringan tumbuhan
tertentu seperti tebu dan bit disimpan sebagai cadangan makanan. Pada tanaman aren
sukrosa ditransfer dari daun ke empulur batang dalam bentuk sukrosa. Namun demikian
pada empulur tanaman aren, makanan cadangan disimpan dalam bentuk pati. Cairan yang
keluar dari mayang tersebut dinamakan nira yang biasa digunakan untuk pembuatan gula
maupun minuman beralkohol (Pontoh,2010).
Sukrosa merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan
tumbuhan. Senyawa ini dalam jaringan tumbuhan tertentu seperti tebu dan bit disimpan
sebagai cadangan makanan. Pada tanaman aren sukrosa ditransfer dari daun ke empulur
batang dalam bentuk sukrosa. Hasil penelitian (Pontoh, 2007) pada tanaman aren
menunjukan bahwa mayang (tangkai bunga) tanaman aren akan mengeluarkan cairan
yang mengandung sukrosa. Namun demikian pada empulur tanaman aren, makanan
cadangan disimpan dalam bentuk pati. Cairan yang keluar dari mayang tersebut
dinamakan nira yang biasa digunakan untuk pembuatan gula maupun minuman
beralkohol. Hasil penelitian Pontoh (2007) dengan teknik kromatografi cair, menunjukan
bahwa nira aren mengandung sukrosa dan gula reduksi yaitu glukosa dan fruktosa. Nira
aren juga mengandung polisakarida yang diduga adalah dextran (Pontoh,2010).

BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


a. Tempat
Adapun tempat pratikan melaksanakan mini riset berlokasi pada Jl. Joyosuko Timur Gg.
1 no 10 A, balkon ma’ahad putri Ummu Salamah lantai 2, dan halaman ma’had putri Ummu
Salamah.
b. Waktu
Adapun waktu yang akan digunakan dalam mini riset dari awal hingga akhir diakukan
selama 20 hari yaitu dimulai tanggal 2 April 2017 – 1 Mei 2017.
B. Metode
Metode penelitian yang kami gunakan berupa metode eksperimen. Penilitian dilakukan
dengan berbagai percobaan untuk mendapat hasil tersebut. Pemilihan metode ini di karenakan
objek dapat diamati dan teliti secara langsung Sehingga mini riset yang kami lakukan memiliki
bukti yang akurat.
C. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam pelaksanan mini riset ini sebagai pengamat penuh.
D. Bahan dan Alat
a. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah :
1. Dedak 400 gram
2. Terasi 24 gram
3. Air 7 liter
4. Gula merah 180 gram
5. Akar bambu 1 ons
6. Bibit selada 12 biji
b. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan penelitian ini adalah :
1. Panci 1 buah
2. Kompor 1 buah
3. Sendok 1 buah
4. Botol
a. Ukuran 1,5 liter 1 buah
b. Ukuran 6 liter 2 buah
5. Saringan / kain 1 buah
6. Corong 1 buah
7. Polybag 3 buah

E. Langkah kerja

a. Pembuatan starter
1. Akar bambu di potong dan dimasukkan ke dalam botol 1,5 liter.
2. Siapkan 1 liter air dan campur dengan 20 gram gula merah.
3. Masukkan air yang sudah tercampur dengan gula merah, kemudian tutup rapat.
4. Biarkan hingga hari ke 6. Setiap pagi hari buka dan kocok botol secara perlahan.
5. Jadikan starter menjadi 2 fase. Fase pertama 4 hari perendaman dan fase kedua 6 hari
perendaman.

b. Pembuatan media

1. Masukan air 3 lt, dedak 200gr, terasi 12gr, gula 80 gr kedalam panci.
2. Panci dipanaskan diatas kompor dan diaduk hingga mendidih
3. Sisihkan dan biarkan hingga dingin.
4. Ulangi langkah 1-3 untuk pembuatan media fase perendaman 6 hari.

c. Pembuatan PGPR

1. Saring perendaman fase 3 hari kedalam botol 6 liter menggunakan saringan / kain.
2. Saring media dengan menggunakan saringan / kain.
3. Campurkan hasil starter dan media kemudian kocok.
4. Biarkan selama 14hari. Buka dan kocok setiap pagi hari. Ulangi langkah 1-4 pada fase
perendaman 6 hari.

d. Pengaplikasian

1. Disiapkan media penanaman pada polybag sebanyak tiga buah.


2. Disemaika benih selada sebanyak empat biji disetiap polybag.
3. Diberi identitas pada setiap polybag, sebagai PGPR H-4, PGPR H-6 dan kontrol.
4. Dilakukan penyiraman terhadap PGPR H-4 20 ml dicampur dengan air hingga setengah
gelas air minum kemasan . Dilakukan perlakuan yang sama terhadap polybag PGPR H-6.
5. Dilakukan penyiraman terhadap polybag kontrol hanya dengan air sebanyak setengah
gelas air minum kemasan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
a. Tabel proses pembuatan PGPR

PGPR Rendaman H-4

Warna 7 7 6 6 6 6 5 5 5 5 4 4 4 4

Aroma busuk 6 6 6 7 7 7 8 8 7 7 6 6 5 5

Aroma asam 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 2 2 2 3

PGPR Rendaman H-6

Warna 7 7 7 6 6 6 6 5 5 5 4 4 4 3

Aroma busuk 7 7 8 8 8 9 8 8 7 7 7 6 6 5

Aroma asam 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 3 3 3
b. Pengaplikasian

PGPR rendaman H-4 PGPR rendaman H-6 Kontrol

hari ke-3 hari ke-6 hari ke-9 hari ke-3 hari ke-6 hari ke-9 hari ke-3 hari ke-6 hari ke-9

1,4 cm 2 cm 3,7 cm 1,8 cm 3,0 cm 4,2 cm 1,6 cm 2,4 cm 3 cm

1,2 cm 1,8 cm 3,5 cm 1,6 cm 2,5 cm 3,9 cm 1,8 cm 3,0 cm 3,9 cm

0,9 cm 1,3 cm 2,5 cm 1,3 cm 2,0 cm 3,3 cm 1,5 cm 2,8 cm 3,5 cm

0 cm 0,5 cm 1 cm 0,8 cm 1,4 cm 2,7 cm 2,1 cm 3,3 cm 4 cm

Proses pembuatan PGPR harus memerlukan akar bambu sebagai media mendapatkan bakteri.
Pemilihan akar bambu didukung oleh pernyataan Iswati, (2012) dalam Syamsiyah (2014) “Akar
bambu yang sudah lapuk diduga mengandung bakteri yang mampu menghasilkan enzim selulase
(terutama lingo selulase) “. Bakteri-bakteri dalam akar bambu dibiakan dalam media.Beberapa
bakteri dari kelompok PGPR adalah bakteri penambah nitrogen seperti genus Rhizobium,
Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat seperti genus Bacillus, Pseudomonas,
Arthrobacter, Bacterium, dan Mycobacterium (Biswasetal,. 2000; Widawati,2015). Bakteri
Rhizobium, Azotobacter, Azospirillum dan bakteri pelarut fosfat mempunyai peran dan fungsi
penting dalam mendukung terlaksananya pertanian ramah lingkungan melalui berbagai proses,
seperti dekomposisi bahan organik, mineralisasi senyawa organik, fiksasi hara, pelarut hara,
nitrifikasi dan denitrifikasi (Saraswati dan Sumarno 2008; Widawati, 2015).
Pembuatan media pertumbuhan starter menggunakan dedak, terasi dan gula aren.
Pemilihan bahan tersebut berfungsi untuk memberi nutrisi terhadap bakteri dalam melakukan
metabolisme. Hal ini didukung oleh kandungan zat gizi yang dimiliki bekatul yaitu protein
13,11–17,19 persen, lemak 2,52 – 5,05 persen, karbohidrat 67,58–72,74 persen, dan serat kasar
370,91 - 387,3 kalori serta kaya akan vitamin B, terutama vitamin B1 (thiamin)(Wulandari dan
Erma,2010). Kandungan asam amino utama yang terdapat dalam fermentasi udang bergaram
(terasi) selama penyimpanan 3 bulan adalah asam aspartat, asam glutamat, alanina, leusina, dan
lisina. Sampel terasi dengan kandungan protein tertinggi merupakan terasi terbaik, karena
komponen zat gizi yang mendukung kualitas terasi dapat dilihat dari tingginya kadar protein
(Peralta et al. 2005; Anggo, 2014). Hasil penelitian Pontoh (2007) dengan teknik kromatografi
cair, menunjukan bahwa nira aren mengandung sukrosa dan gula reduksi yaitu glukosa dan
fruktosa. Nira aren juga mengandung polisakarida yang diduga adalah dextran (Pontoh,2010).
Pembuatan proses PGPR rendaman H-4 dan rendaman H-6 menunjukan bahwa aroma
busuk, aroma asam dan perubahan warna menujukan adanya bakteri yang berkembang di dalam
media melakukan fermentasi. PGPR mengalami perubahan warna akibat metabolisme yang
dialami oleh bakteri. Bedasarkan perubahan yang terjadi pada PGPR H-4 terhadap perubahan
hari ke 3 sampai hari ke 6, menunjukan pertambahan tinggi rata-rata 0,53 cm. pertumbuhan yang
terjadi antara hari ke 6 menuju hari ke 9 menunujukan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,27 cm.
Pada PGPR H-6 perubahan hari ke 3 sampai ke 6 menunjukan pertumuhan yang terjadi rata-rata
0.83 cm. dan pertumbuhan yang terjadi 1,3 cm. Pada pertumbuhan selada sebagai kontrol
memeiliki pertumbuhan 1,13 cm, sedangkan pada pertubuhan hari 6 hingga hari 9 rata-rata
sebesar 0,73 cm.
Perbandingan pengaplikasian yang di peroleh menunjukan bahwa PGPR H-6 lebih efektif
dibandingkan PGPR H-4. Hal ini dibuktikan dengan rata-rata pertumbuhan PGPR. Hal tersebut
dikarenaka Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator yang diukur untuk mengetahui suatu
keberhasilan tanaman (Indah Srirejeki, 2015, Chern at el, 1993)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Peranan PGPR dalam meningkatkan produktivitas tanaman adalah dengan
mempercepat pertumbuhan tanaman, memfiksasi nitrogen, melarutkan fosfat,
produksi siderofor, menghasilkan hormon pertumbuhan (auxin, giberellin dan
sitokinin), sebagai pelarut fosfat dan fiksasi nitrogen dan memperbaiki kondisi
pertumbuhan dengan beberapa mekanisme.
2. Perendaman starter PGPR H-6 menunjukkan hasil yang lebih efektif
dibandingkan dengan PGPR H-4 hal ini dikarenakan jumlah bakteri yang terdapat
dalam PGPR H-6 lebih banyak daripada PGPR H-4.
B. Saran
Pembuatan PGPR membutuhkan waktu yang cukup lama maka diharapkan peneliti sabar
dan telaten dalam pembuatan PGPR. Lakukan setiap tahap pembuatan secara tepat dan
tempatkan hasil PGPR dan media pada tempat yang aman.

DAFTAR PUSTAKA
Apriyana, Y., & Kailaku, T. E. (2015). Variabilitas iklim dan dinamika waktu tanam padi di wilayah
pola hujan monsunal dan equatorial. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2), 366–372.
https://doi.org/10.13057/psnmbi/
Danapriatna, N. (2010). Biokimia pembuatan nitrogen oleh bakteri non simbiotis. CEFARS : Jurnal
Agribisnis Dan Pengembangan Wilayah, 1(2).
Gandanegara, S. 2007. Azora pupuk hayati untuk tanaman jagung dan sayur. Pusat Aplikasi
Teknologi Isotop dan Radiasi. BATAN.
Indah Srirejeki, Dewi, Mochammad Dawan Maghfoer, Ninuk Herlina. 2015. Aplikasi PGPR
dan Dekamon Serta Pemangkasan Pucuk Untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Buncis
(Phaseolus vulgaris L. Tipe Tegak. Jurnal Produksi Tanaman Volume 3 nomor 4
Iswati, R. (2012). Pengaruh dosis formula PGPR asal perakaran bambu terhadap pertumbuhan
tanaman tomat (Solanum iycopersicum syn). JATT, 1(2252–3774), 9–12. Retrieved from
file:///C:/Users/toew/Downloads/486-485-1-PB.pdf
Lies suprapti, M. 2002. Pembuatan Terasi. Yogyakarta : Kanisius
Medianti,dkk. 2010. Petunjuk praktis pembuatan Pupuk Organik.Jakarta : AgroMedia Pustaka

You might also like