You are on page 1of 10

JURNAL TENGKAWANG (2021)

Vol. 11 (2): 128 - 137

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL SENGON (Paraserianthes falcataria L.


Nielsen) DAN NANAS (Ananas comosus) DENGAN POLA TANAM
AGROFORESTRI DI PT. SUMATERA ALAM ANUGERAH
SUMATERA SELATAN

Finansial Feasibility Analysis Of Sengon (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) And Pineapple


(Ananas comosus) through Agroforestry In PT. Sumatera Alam Anugerah Sumatera Selatan

Delfy Lensari*1), Yayat Hidayat 2), Abdul Latief 1)


1
Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Palembang
Jalan A. Yani 14 Ulu Plaju Kota Palembang, Sumatera Selatan
2
PT. Sumatera Alam Anugerah, Sumatera Selatan, Kecamtan Gelumbang Kabupaten Muara
Enim, Sumatera Selatan
*email : dhel_fyie@yahoo.co.id

Abstract
PT Sumatra Alam Anugerah owns land planted with Sengon and Pineapple with an agroforestry
cropping pattern. This agroforestry cropping pattern has not paid attention to the feasibility
aspect in terms of profit (financial). This researched aims to analyze the financial feasibility of
agroforestry with Sengon and pineapple cropping patterns at PT. Sumatera Alam Anugerah. The
researched was conducted in July-September 2020. The researched method was a survey method.
The analysis uses the Net Present Value (NPV),benefit Cost Ratio ( BCR), Break Even Point
(BEP), dan Payback Periode calculation method. The results of the researched that the
agroforestry business between Sengon and Pineapple plants was feasible or profitable to be
cultivated based on the results of financial analysis which produces an NPV of Rp. 3.516.185.198
for Sengon and Rp. 722.733.233. NPV produced by Pineapple plants. The BCR value of sengon
plants is 4,86 and the BCR value of pineapple is 37,06 with an interest rate calculation of 5.75%.
The value of the Break Even Point or BEP and Payback Period for sengon plants occurs in the
5th year and for pineapple plants in the 1st (first) year.
Keywords: Feasibility, Financial, Agroforestry
Abstrak
PT Sumatera Alam Anugerah memiliki lahan yang ditanami Sengon dan Nanas dengan pola
tanam Agroforestri. Pola tanam Agroforestri ini belum memperhatikan segi kelayakan dalam hal
keuntungan (finansial). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial
agroforestri dengan pola tanam sengon dan nanas di PT. Sumatera Alam Anugerah. Penelitian
dilakukan pada bulan juli-september 2020. Metode penelitian dengan metode survey. Analisis
dengan menggunakan metode perhitungan Net Present Value (NPV),benefit Cost Ratio ( BCR),
Break Even Point (BEP), dan Payback Periode. Hasil penelitian bahwa usaha agroforestri
antara tanaman Sengon dan Nanas layak atau menguntungkan untuk diusahakan berdasarkan
hasil analisis finansial yang menghasilkan NPV sebesar Rp. 3.516.185.198 untuk tanaman
Sengon dan Rp. 722.733.233. NPV yang dihasilkan tanaman Nanas. Nilai BCR tanaman sengon
4,86 dan nilai BCR yang dihasilkan nanas 37,06 dengan perhitungan suku bunga 5.75%. Nilai
titik impas atau BEP dan Payback Periode pada tanaman Sengon terjadi pada tahun ke 5 dan
untuk tanaman Nanas pada tahun ke 1 (pertama).
Kata Kunci : Kelayakan, finansial, Agroforestri
PENDAHULUAN pada satu unit lahan dengan
Agroforestri adalah istilah kolektif mengkombinasikan tumbuhan berkayu
untuk sistem dan teknologi penggunaan (pohon, perdu, palem, bambu dan lain
lahan, yang secara terencana dilaksanakan sebaginya) dengan tanaman pertanian

128
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, perusahaan menilai kawasan ini berpotensi
yang dilakukan pada waktu yang untuk dikembangkan sistem agroforestri
bersamaan atau bergiliran sehingga yang menguntungkan secara ekologi,
terbentuk interaksi ekologis dan ekonomis ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar
antar berbagai komponen yang ada (Diniati perusahaan. Tanaman yang ditanami di PT
et al., 2009). Menurut Tiurmasari et al SAA dengan pola tanam agroforestri
(2016) bahwa agroforestri teknik adalah Sengon dengan luas 38 Ha dan
pemanfaatan lahan dengan cara Nanas 8,5 ha. Dengan pola tanam yang
mengkombinasikan kayu-kayuan dengan digunakan adalah sistem lorong yang
tanaman pertanian, perkebunan maupun memanfaatkan jarak antar jalur tanaman
perternakan yang dikelola pada suatu lahan. pohon Sengon, untuk jarak tanam sengon 1
Pola agroforestri merupakan pola × 10 m sedangkan untuk tanaman nanas
pemanfaatan lahan dengan yaitu dengan jarak 20 × 30 cm.
mengkombinasikan tanaman pertanian Sistem agroforestri memiliki
(agriculture) dan pohon-pohon hutan atau keuntungan secara ekologi, ekonomi, sosial
kehutanan (forestry) dalam satu ruang dan masyarakat, begitupun juga sistem
waktu yang sama (Salampessy et al, 2012). agroforestri yang ada di PT Sumatera Alam
PT Sumatera Alam Anugerah (PT. Anugrerah namun dalam penanaman
SAA) telah ditetapkan berdasarkan sistem agroforestri yang dilakukan ini
keputusan Menteri Kehutanan SK dengan kombinasi tanaman Sengon dengan
568/Menhut-II/2011 memperoleh Izin Nanas belum melihat segi keuntungan
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu secara ekonomi (finansial).
Pada Hutan Tanaman Industri dengan luas Menurut Suharjito et.al (2003), untuk
± 5.560 ha. yang terbagi kedalam 4.354,59 melihat sejauh mana satu usaha agroforestri
ha (78,32%) merupakan gambut dengan memberikan keuntungan, maka analisis
fungsi lindung, 1.205,41 ha (21,68%) yang paling sesuai untuk dipakai adalah
merupakan gambut dengan fungsi analisis proyek yang berbasis finansial.
budidaya, dan seluas 209 ha (3,76%) dari Untuk itu perlu dilakukan analisis
gambut dengan fungsi budidaya telah kelayakan finansial. Tujuan dari penelitian
ditanam berdasarkan data fungsi ekosistem ini adalah untuk menganalisis kelayakan
gambut. finansial agroforestri dengan pola tanam
Jenis tegakan pohon yang terdapat di sengon dan nanas di PT. Sumatera Alam
dalam PT SAA di dominasi oleh Sengon Anugerah.
(Paraserianthes falcataria L. Nielsen), dan METODOLOGI PENELITIAN
tanaman lainnya seperti Perepat Tempat dan Waktu
(Sonneratia alba J.E. Smith), Gelam Penelitian selama tiga bulan dari Juli
(Melaleuca leucadendra), Pulai (Alstonia hingga September tahun 2020, berlokasi di
scholaris), Sendang, dan Kayu Arang Lahan PT. SAA di Kecamatan Gelumbang
(Diospyros conferfiflora (Heirn) Bakh). Kabupaten Muara Enim. Adapun peta areal
PT SAA sebagian besar memiliki kerja PT. Sumatera Alam Anugerah (PT.
tutupan lahan belukar rawa, sehingga

129
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

SAA) ditampilkan pada Gambar 1 dan Pola


Tanam Agroforestri PT SAA Gambar 2.

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian PT. Sumatera Alam Anugerah (Research


Location Map of PT. Sumatra Alam Anugerah)

Gambar 2. Pola tanam Agroforestri PT Sumatera Alam Anugerah


(Agroforestry cropping patterns of PT Sumatra Alam Anugerah)

130
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

Alat dan Bahan 9. Tahapan kegiatan pembibitan


Alat yang digunakan pada penelitian agroforestri.
ini adalah alat tulis, laptop, kamera 10. Waktu panen untuk tanaman nanas
handphone. Bahan yang digunakan adalah selama satu tahun dan tanaman sengon
panduan wawancara. selama lima tahun.
Metode Penelitian Pengumpulan Data
Metode penelitian ini dengan Adapun data yang dikumpulkan diperoleh
menggunakan metode survei sehingga dari berbagai sumber antara lain:
dapat diketahui apakah usaha agroforestri 1. Data Observasi (pengumpulan data
di PT. SAA telah memenuhi kelayakan yang dilakukan dengan mengadakan
yang diharapkan untuk dapat pengamatan langsung dan wawancara
mengembangkan pola-pola usaha terhadap objek penelitian).
agroforestri yang serupa ke masa depan 2. Data perusahaan PT SAA yang
serta keberlanjutan sistem agroforestri di berhubugan dengan penelitian untuk
PT SAA. menganalisis kelayakan finansial
Data dan Informasi yang Agroforestri antara tanaman Sengon dan
Dikumpulkan Nanas yaitu biaya outflow dan biaya
Data dan informasi dalam penelitian inflow.
ini berupa data primer dan data sekunder. 3. Studi pustaka.
Data primer dikumpulkan berdasarkan Analisis Data
pengamatan langsung dilapangan yang Data yang telah diperoleh, disusun dan
dilakukan wawancara dengan informan diolah dalam bentuk tabulasi untuk
yang dituangkan dalam daftar pertanyaan mendapatkan informasi dan gambaran
yang telah disiapkan. Data sekunder kelayakan pola agroforestri dengan
diambil dari studi pustaka. memperhatikan variabel-variabel yang
Data dan informasi yang diperlukan dalam sudah ditentukan dan selanjutnya akan
penelitian ini adalah : dianalisis sesuai dengan indikator. Menurut
1. Luas lahan. Clive et al (1992) bahwa analisis finansial
2. Jumlah produksi tanaman Nanas dan dilakukan untuk mengetahui seberapa
Sengon. besar nilai Net Present Value (NPV),
3. Kebutuhan HOK untuk setiap Benefit Cost Ratio (BCR), Break even point
komoditas. dan Payback periode.
4. Harga jual setiap komunitas. 1. Net Present Value (NPV) / Nilai
5. Biaya yang diperlukan untuk setiap Bersih Sekarang
komunitas setiap tahun. Nilai sekarang (present value) sebagai
6. Upah tenaga kerja dan jumlah tenaga landasan untuk menyatakan apakah usaha
kerja yang tersedia. itu layak diusahakan atau tidak. Net Present
7. Penggunaan sarana pruduksi berupa Value (NPV) merupakan salah satu cara
bibit dan peralatan pertanian. yang dipakai untuk memperkirakan nilai
8. Modal yang dimiliki atau yang biaya dan manfaat usaha yang diperoleh..
tersedia.

131
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

Rumus umum untuk menghitung NPV t = Tahun dari 0 sampai T


adalah : Jika :
𝑇
𝐵𝑡−𝐶𝑡 BCR < 1 maka usaha tersebut dinyatakan
NPV = ∑ (1+𝑖) 𝑡 tidak layak.
𝑡=0
Dimana : BCR > 1 maka usaha tersebut dinyatakan
NPV = Nilai Bersih Sekarang layak/menguntungkan
Bt = Benefit atau Keuntungan 3. Break even point/ nilai titik impas
Ct = cost atau Biaya Break even point merupakan titik
N = Umur ekonomis pada pengusahaan
dimana total biaya produksi sama dengan
I = Suku bunga yang berlaku
Setiap arus kas yang masuk ke pendapatan, sehingga suatu usaha tidak
perusahaan per tahun akan dihitung satu mengalami kerugian atau keuntungan. Titik
persatu, dijumlahkan untuk mendapatakan impas memberikan petunjuk bahwa tingkat
nilai NPV kemudian dikurangi oleh biaya produksi telah menghasilkan pendapatan
investasi. Suatu usaha dapat dikatakan yang sama besarnya dengan biaya produksi
layak/ menguntungkan untuk yang dikeluarkan.
dikembangkan apabila nilai NPV adalah Rumus :
positif, jika nilai negative maka usaha TR = TC
tersebut tidak layak/tidak menguntungkan. P×X = TFC + V × X
2. Benefit Cost Ratio (BCR)/ P×X–V×X = TFC
Perbandingan biaya dan keuntungan (P – V) ×X = TFC
TFC
Selain NPV terdapat analisis 𝑋=
perbandingan antara manfaat dan biaya P−V
TR = Total revenue
proyek atau biasa disebut dengan Benefit
P = Harga Jual Per Buah
Cost Ratio. Menurut Suparmoko (2006)
X = Jumlah Buah
kelayakan suatu proyek digunakan analisis
Tc = Biaya Total (Total Cost)
biaya dan manfaat. Cara ini dilakukan
Tfc = Biaya Tetap Total (Total Fix
dengan membandingkan total manfaat
Cost)
usaha terhadap biaya total usaha, yang
V = Biaya Variabel Perunit
semuanya juga dinyatakan dalam nilai
(Produksi)
sekarang.
Titik BEP, total keuntungan dan
Nilai biaya dan manfaat itu juga harus
kerugian adalah 0 yang bearti perusahaan
dihitung dengan memasukan unsur manfaat
berada pada titik impas dan berposisi netral.
eksternal dan biaya eksternal. Rumus BCR
4. Payback periode / waktu
adalah sebagai berikut :
pengembalian
𝐵𝑡
∑𝑛𝑡=0 Payback periode merupakan analisis
(1 + 𝑖 )𝑡
𝐵/𝐶𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = yang mengukur seberapa cepat investasi
𝐶𝑡
∑𝑛𝑡=0
(1 + 𝑖 )𝑡 bisa kembali, karena itu satuan hasilnya
Keterangan : bukan persentase, tetapi satuan waktu
Bt = benefit/keuntungan (bulan, tahun dan sebagainya).
Ct = cost/ biaya Rumus :
I = Suku Bunga

132
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

Investasi Awal pembelian bibit, pembelian pupuk,


PBP =
Pendapatan pembelian alat-alat, upah harian kerja, dan
Jika payback periode ini lebih pendek sebagainya. Sedangkan biaya tidak
dengan yang disyaratkan dalam perusahaan langsung meliputi dari biaya pengendalian
adalah 5 tahun, maka usaha dinyatakan kebakaran, biaya karyawan bulanan, dan
menguntungkan sedangkan jika lebih lama biaya sosial.
usaha ditolak. Biaya pembelian bibit agroforestri PT
Asumsi Dasar Penelitian SAA terdiri dari dua jenis tananam yaitu
1. Semua harga input dan output yang tanaman sengon dan nanas lokal
digunakan dalam analisis ini Prabumulih. Adapun total bibit tanaman
berdasarkan harga yang berlaku sengon yang dibutuhkan dalam luasan 38
selama tahun penelitian di lokasi Ha terdiri dari 38.000 bibit dengan satuan
penelitian. harga Rp.1.500 per satuan, sedangkan
2. Suku bunga / diskonto yang digunakan untuk tanaman nanas yang luasan 8,3 ha
adalah suku bunga yang berlaku saat dibutuhkan bibit sebanyak 170.000 batang
penelitian yang di tetapkan oleh BI dengan asumsi harga Rp. 250 per satuan.
dengan suku bunga devosito. Biaya persiapan lahan agroforestri PT
3. Satuan yang digunakan adalah rupiah SAA yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
per hektar pertahun. memudahkan dalam kegiatan operasional
4. Satu HOK dinilai dengan upah yang yang terdiri dari pembersihan lahan,
berlaku dilokasi. pengaturan jarak tanam dan pembuatan
5. Pendapatan dihitung ketika lahan yang lobang tanam, pemasangan ajir, dan
ditanami sudah menghasilkan yaitu 5 sebagainya yang disesuaikan dengan upah
tahun. Rp. 70.000 per Hari.
6. Tanaman diasumsikan bebas dari Kegiatan pemeliharaan dalam
resiko terkena hama dan bencana agroforestri PT SAA merupakan biaya
alam. terdiri dari upah pemupukan, biaya
7. Pendapatan yang diterima dihitung pendangiran, biaya pengendalian hama,
dari nilai rataannya. Biaya perawatan tanaman baik sengon
HASIL DAN PEMBAHASAN maupun nanas sebesar Rp. 71.630.000,.
Analisis Outflow Usaha Agroforestri PT Tanaman sengon dilakukan pemeliharaan
Sumatera Alam Anugerah diawal tahun sedangkan untuk tanaman
Outflow merupakan proyeksi dari nanas dilakukan sampai tanaman tersebut
biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama menghasilkan buah. Kegiatan perlindungan
masa periode usaha yang akan dilakukan dan pengamanan hutan terdiri dari biaya
(Nugroho, 2004). Biaya yang akan pengamanan hutan dan biaya pengendalian
dikeluarkan dalam usaha agroforestri kebakaran dan biaya sosial dengan nominal
seluruhnya merupakan biaya operasional sebesar Rp. 8.150.000 setiap tahun.
yang terbagi menjadi dua yaitu biaya Analisis Inflow Usaha Agroforestri
langsung dan biaya tidak langsung, biaya Inflow untuk usaha agroforestri
langsung merupakan biaya yang terdiri dari PT.Sumatera Alam Anugerah berasal dari

133
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

penjualan produk yang dihasilkan dari dari analisis kelayakan finansial itu
nanas dan sengon, setiap hasil produk yang menentukan langkah lebih lanjut dari para
dihasilkan memiliki nilai jual yang berbeda pengusaha. Titik berat analisis finansial
di pasaran, pendapatan yang diperoleh adalah aspek keuangan, terutama lalu lintas
untuk tanaman nanas hasil dari sistem uang (cash flow) yang terjadi selama
agroforestri PT SAA yaitu memiliki nilai kegiatan usaha. Indikator yang dipilih perlu
jual Rp.1.500 per satuan buah, sedangkan disesuaikan dengan kebutuhan jenis dan
untuk tanaman kayu sengon memiliki nilai skala usaha. Kelayakan usaha agroforestri
jual Rp. 650.000 per kubik. ini dapat dilihat berdasarkan hasil analisis
Penjualan produk yang dihasilkan kelayakan finansial, kemampuan proyek
tergantung dengan jenis tanaman karena mengembalikan semua investasi yang
untuk tanaman nanas dapat dihasilkan sudah ditanamkan.
setiap tahun dan dimulai pada tahun Kelayakan usaha agroforestri PT SAA
pertama tanam. Untuk tanaman kayu yang dilakukan menggunakan tingkat suku
dengan jenis tanaman sengon baru dapat bunga terdiskonto 5,75% dengan
menghasilkan pada usia tanam 5 tahun perhitungan aliran kas dan di analisis untuk
karena tanaman sengon memiliki mengetahui apakah usaha tersebut layak
pertumbuhan yang cepat pada usia 3-8 atau tidak untuk dilakukan. Analsis
tahun sehingga waktu pemanenan kelayakan agroforestri PT SAA
dilakukan pada tahun kelima. (Mustari berdasarkan indikator Net Present Value,
2000). Oleh karena itu jenis tanaman kayu Benefit Cost Ratio, Break even point , dan
dan buah dapat menghasilkan pendapatan Payback periode.
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Suatu usaha dapat dikatakan layak
jenis tanaman monokultur yang relatif lebih apabila NPV > 0, nilai BCR ≥1, BEP
kecil dan memiliki umur pemanenan yang menunjukan titik impas antara pengeluaran
lebih lama. (Diniati et al 2013). dan pendapatan, sedangkan PBP
Kelayakan Usaha Agroforestri menunjukan jangka waktu pengembalian
Analisis kelayakan finansial usaha seluruh modal investasi. Hasil analisis dari
agroforestri ini menggambarkan layak atau kriteria finansial agroforestri PT SAA dapat
tidaknya suatu usaha, baik dari segi dilihat pada Tabel 1.
ekonomis, teknis, maupun finansial. Hasil
Tabel 1. Kriteria Analisis Finansial Sengon dan Nanas (Financial Analysis Criteria for
Sengon and Pineapple)
Kriteria Finansial Tanaman Sengon Tanaman Nanas
Net Present Value (NPV) 3.516.185.198 722.733.233
Benefit Cost Ratio (BCR) 4,86 37,06
Break even point (BEP) Tahun 5 Tahun 1
Payback periode (PBP) Tahun 5 Tahun 1

134
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

Hasil perhitungan NPV merupakan dapat membingungkan dalam pengambilan


gambaran mengenai keuntungan penjualan keputusan investasi dari pengaruh harga
produk selama jangka waktu pengusahaan, jual produk, keterlambatan pelaksanaan
untuk mengevaluasi keragaman dan dan kenaikan harga yang dapat berubah
menetapkan nilai suatu investasi. NPV sewaktu-waktu. Oleh karena itu, hasil
pada Tabel 1 dihasilkan sebesar Rp. perhitungan NPV merupakan gambaran
3.516.185.198, hal ini menunjukan bahwa mengenai keuntungan penjualan produk
penanaman investasi sengon dapat yang diperoleh selama jangka waktu
memberikan keuntungan sebesar pengusahaan dan kelebihan manfaat
Rp.3.516.185.198 selama lima tahun dibandingkan biaya..
menurut nilai sekarang. Adapun nilai NPV Untuk perhitungan indikator BEP
yang dihasilkan dari tanaman nanas yaitu menunjukan titik impas antara pendapatan
Rp. 722.733.233. Menurut Sucipto (2011) dan pengeluaran sehingga dapat diketahui
menyatakan bahwa nilai pendapatan lebih titik impas tersebut dilakukan perhitungan
besar dari nilai sekarang atau pengeluaran komulatif pendapatan dan total
disebut NPV positif (NPV > 0) maka pengeluaran. Pada pola tanaman sengon
investasi layak karena manfaat yang titik impas terjadi pada tahun ke lima
diterima lebih besar dari total biaya yang di dengan pengeluaran sebesar Rp.
keluarkan. 901.105.242,- dan pendapatan pada tahun
Nilai BCR pada Tabel 1 di dapat dari kelima sebesar Rp. 4.426.326.228,- adapun
hasil perbandingan antara pendapatan titik impas yang terdapat pada tanaman
terdiskonto dan biaya terdiskonto selama nanas terjadi pada tahun kesatu dengan nilai
waktu pengusahaan, hasil perhitungan rasio pengeluaran Rp. 70.025.000,-
manfaat biaya pada pola agroforestri menghasilkan nilai pendapatan sebesar Rp.
sengon dan nanas dengan perhitungan suku 241.134.752,-. Indikator payback priode
bunga 5.75%, nilai BCR yang didapatkan merupakan jangka waktu pengembalian
dari tanaman sengon yaitu 4,86 sedangkan seluruh jumlah investasi kapital yang
tanaman nanas dari perhitungan BCR yang ditanamkan yang dihitung mulai dari
didapatkan sebesar 37,06. Bila dilihat dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai
hasil BCR yang dikembangkan tanaman mencapai jumlah keseluruhan investasi
nanas memiliki nilai lebih besar yang ditanamkan. Nilai pengembalian
dibandingkan sengon karena nanas dapat investasi pada tanaman sengon diperoleh
menghasilkan buah setiap tahun, berbeda pada tahun kelima sedangkan tanaman
dengan sengon yang hanya dapat dipanen nanas diperoleh pada tahun pertama.
dalam jangka waktu lima tahun, namun Dari penjelasan di atas dan bila dilihat
untuk kedua jenis ini tetap layak untuk dari empat kriteria yang digunakan baik
dikembangkan karena memiliki nilai ≥1 NPV, BCR, BEP dan PBP maka sistem
Namun menurut pendapat Gittinger agroforestri di PT Sumatera Alam
(2008) bahwa untuk menentukan peringkat Anugerah dengan pola Sengon dan Nanas
pengelolaan usaha lebih baik menggunakan dapat dikembangkan dan layak untuk
NPV dibandingkan dengan BCR karena diusahakan karena menguntungkan. Hal ini

135
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

juga sejalan dengan hasil penelitian SARAN


Kusumedi et.al (2010) bahwa Agroforestri 1. Untuk mendapatkan hasil panen yang
di dengan tanaman Sengon dan Kapulaga optimal perusahaan harus
merupakan pilihan yang tepat dalam mengoptimalkan luasan yang yang
pemanfaatan lahan milik masyarakat/petani tersedia karena masih banyak lahan
di Desa Tirip, Kecamatan Wadaslintang, yang belum dikelola untuk ditanam.
Kabupaten Wonosobo karena mampu 2. Untuk meningkatkan SDM berkualitas
memberikan pendapat dalam jangka yang siap kerja dan mampu
pendek untuk biaya hidup harian dan mengelolah sistem agroforestri perlu
pendapatan jangka panjang sebagai adanya pelatihan pemberdayaan
tabungan. Selain itu juga hasil penelitian masyarakat di sekitar kawasan hutan.
Febryano (2007) tentang Analisis finansial 3. Perlu adanya kerja sama sistem
agroforestri jenis tanaman utama yang pemasaran produk dg perusahaan
dipilih oleh petani adalah kakao, dengan pengelola bahan dasar nanas sehingga
kombinasi utama pola tanam kakao+pisang keuntungan dari hasil penjualan nanas
di lahan hutan negara, dan kakao+petai dapat lebih meningkat.
serta kakao+durian di lahan milik. Ketiga 4. Perlu adanya deteksi dini mengenai
pola tanam tersebut layak untuk diusahakan hama dan penyakit sehingga dapat
berdasarkan hasil analisis finansial. Nilai mencegah dan penanganan yang lebih
NPV, BCR, dan IRR berturut-turut sebesar sigap ketika hama dan penyakit itu
Rp 17.452.336,56; 1,32; dan 23% (pola menyebar luas ke tanaman lain.
tanam kakao+pisang), Rp 41.860.069,85; UCAPAN TERIMA KASIH
1,77; dan 27% (pola tanam kakao+petai), Penulis mengucapkan terima kasih
dan Rp 42.864.090,38; 1,79; dan 28% (pola kepada pihak PT Sumatera Alam
tanam kakao+durian). Anugerah yang telah memberikan bantuan
KESIMPULAN selama penelitian ini hingga selesainya
Berdasarkan hasil penelitian dapat penulisan naskah.
disimpulkan bahwa pengelolaan DAFTAR PUSTAKA
agroforestri dengan menggabungkan Clive, G, Simanjuntak, P. Sabur, L. K
tanaman sengon dan nanas di PT. Sumatera Maspaitella, P. F dan Varley, R. C.
Alam Anugerah layak untuk diusahakan G. 1992. Pengantar Evaluasi Proyek
berdasarkan analisis finansial. NPV (Edisi kedua). PT. Gramedia Pustaka
tanaman sengon sebesar Rp. 3.516.185.198 Utama. Jakarta
dan NPV yang dihasilkan tanaman nanas Diniyati, D. (2009). Bentuk Insentif
sebesar Rp. 722.733.233. Nilai BCR Pengembangan Hutan Rakyat Di
tanaman sengon 4,86 dan nilai BCR Wilayah ekosistem Gunung Sawal,
tanaman Nanas sebesar 37,06 dengan Ciamis. Tesis, Program studi Ilmu
Kehutanan Program Pascasarjana
perhitungan suku bunga 5.75%. Nilai titik
Fakultas Kehutanan Universitas
impas atau BEP dan Payback periode pada Gadjah Mada. Yogyakarta.
tanaman sengon terjadi pada tahun ke 5 dan
Febriyano Indra Gumay. 2007. Financial
untuk tanaman nanas pada tahun ke 1.
Analysis of Cocoa Agroforestry in

136
JURNAL TENGKAWANG (2021)
Vol. 11 (2): 128 - 137

State Forest Land and Private Land. Salampessy, ML, Iskar Bone, Indra Gumai
Jurnal Perennial, 4(1) : 41-47 Febryano. 2012. Performansi
Dusung Pala sebagai Salah Satu
Gittinger JP. 2008. Analisa Ekonomi
Agroforestri Tradisional di Maluku.
Proyek Proyek Pertanian. Penerbit
Jurnal Tengkawang 4 (4): 55-65
UI Press. Jakarta
Sucipto A. (2011). Studi Kelayakan Bisnis
Kusumedi P, Jariah NA. (2010). Analisis
: Analisis Integrative Dan Studi
Finansial Pengelolaan Agroforestri
Bisnis. Malang (ID). UIN Malang
dengan Pola Sengon Kapulaga di
Press. Malang.
Desa Tirip, Kecamatan
Wadaslintang, Kabupaten Suharjito, D., L. Sundawati, Suyanto dan S.
Wonosobo. Jurnal penelitian Sosial R. Utami. (2003). Aspek Sosial
dan Ekonomi Kehutanan 7 (2), 93- Ekonomi Dan Sosial Agroforestry.
100 Bahan Ajaran 5. ICRAF. Bogor
Mustari, T. (2000). Hutan Rakyat Sengon ; Suparmoko M. (2006). Panduan &
Daur dan Kelestarian Hasil (Kasus Analisis Valuasi Ekonomi Sumber
Di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Daya Alam Dan Lingkungan
Jawa Barat ) Dalam Hutan Rakyat (Konsep, Metode Perhitungan, dan
Di Jawa; Perannya Dalam Aplikasi). BPFE-YOGYAKARTA.
Perekonomian Desa. Fakultas Yogyakarta.
Kehutanan IPB. Bogor.
Tiurmasari, S., Hilmanto, R. dan Herwanti,
Nugruho B. (2004). Ekonomi Keteknikan S. 2016. ANalisis Vegetasi pada
(Engineering Economics): Analisis Tingkat Kesejahteraan masyarakat
Finansial Investasi Kehutanan Dan pengelola agroforestri di Desa
Pertanian. Bogor (ID). Fakultas Sumber Agung Kecamatan
Kehutanan IPB. Bogor Kemiling Kota Bandar Lampung.
Jurnal Sylva Lestari. 4 (3) : 71-82.

137

You might also like