You are on page 1of 34

BAB II

HASIL KAJIAN

A. Profil/ Gambaran Umum Ruang IGD


Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan
yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan
pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya
sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan
response time yang cepat dan penanganan yang tepat
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana,
prasarana,sumberdaya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat
Rumah Sakit sesuai dengan standar.
Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telah memberikan peluang
daerah untuk mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya serta siap mengambil alih tanggung jawab yang selam ini
dilakukan oleh pusat.
Untuk itu daerah harus dapat menyusun perencanaan di bidang
kesehatan khususnya pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar
mutu pelayanan kesehatan tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan
pesat. Oleh karenanya Depkes perlu membuat standar yang baku dalam
pelayanan gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam
mengembangkan pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat
Darurat RS.
1. Prinsip Umum
a. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang
memiliki kemampuan :
1) Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat
2) Melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
b. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam
seminggu.
c. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di
rumah sakit diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT
DARURAT (IGD).
d. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat
menangani kasus gawat darurat.
e. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit
setelah sampai di IGD.
f. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada
organisasi multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan
struktur organisasi fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan
unsur pelaksana, yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pelayanan terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat
(IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.
g. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan
gawat daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi berikut

2. Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari :

a. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar


minimal untuk Rumah Sakit Kelas A.
b. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar
minimal untuk Rumah Sakit Kelas B.
c. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar
minimal untuk Rumah Sakit Kelas C.
d. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar
minimal untuk Rumah Sakit Kelas D.

Ruang Instalasi Gawat Darurat RSI Hj. Siti Muniroh Tasikmalaya


merupakan ruang bagian di rumah sakit yang menyediakan penanganan
awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera yang dapat mengancam
kelangsungan hidupnya. Di IGD pasien biasanya menjalani pemilahan
(triage) terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan tingkat
keparahan penyakitnya, IGD RSI Hj Siti Muniroh memiliki 6 jumlah
tempat tidur, 3 tempat tidur di ruang tindakan, 2 tempat tidur di ruang
Triase, dan 1 tempat tidur di ruang isolasi.

Ruang IGD RSI Hj Siti Muniroh dipimpin oleh kepala Instalasi IGD
dan Kepala Ruangan serta dibantu 4 PJ, yang terdiri dari Sie Alkes, Sie
Non Alkes, Sie Inventaris Obat, Sie Rujukan, dan Sie K.3.

Visi dan Misi ruang IGD mengikuti Visi dan Misi RSI Hj Siti
Muniroh yang memiliki visi dan misi sebagai berikut :

a. Visi : Terwujudnya RSI Tasikmalaya yang profesional,


berkualitas dan islami serta terjangkau oleh masyarakat demi
tegaknya syi'ar Islam dan Ukhuwwah Islamiyah
b. Misi :
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang prima dan islami.
2) Melakukan peningkatan mutu manajemen terus menerus.
3) Melaksanakan kerjasama dengan pihak terkait.
4) Memotivasi kinerja karyawan melalui peningkatan
profesionalisme dan penghasilan pegawai.
Struktur Organisasi Ruang IGD

Komite Bidang
keperawat Kepala Instalasi IGD Keperawat
an dr.H Yopy Firdaus an

Kepala Ruangan
Syamsul Rizal, AMK

SIE ALKES SIE K3


Doni Septiawan, Amd.Kep Ira Husnidaty, Amd.Kep
Rika Eka Laelasari, Amd.Kep

SIE RUJUKAN
SIE NON ALKES Ghalih Firmansyah, Amd.Kep
Yuyun Andraeni, Amd.Kep
Rifki Fauzi, Amd.Kep

SIE INVENTARIS OBAT


Elia Sapitri, Amd.Kep
Denah ruang IGD

IGD R. R. ISOLASI R. LAB


TRIAGE PERAWAT

WC R. R.
DOKTER PERAW
AT

N
SP0EL
S
R.FARMASI
HOEK R. TINDAKAN

B. Unsur Input/ Masukan : Pasien, Mahasiswa Praktek & 5M


1. Pasien (Jumlah, 10 Penyakit terbanyak, demografi, asal rujukan dll)
a. Pasien

Pada suatu pelayanan professional, jumlah tenaga yang diperlukan


tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien.
Klasifikasi derajat ketergantungan dibagi 3 kategori, yaitu:

- Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam /24 jam


- Perawatan intermediet memerlukan waktu 3-4 jam / 24 jam
- Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam /24 jam
Tabel 2.1
Klasifikasi tingkat ketergantungan pasien (berdasarkan teori D.Orem:
self-care Deficit):

No Klasifikasi dan Kriteria


Minimal Pasien bisa mandiir / hampir tidak memerlukan bantuan
care 1. Mampu naik turun tempat tidur
2. Mampu ambulasi dan berjalan sendiri
3. Mampu makan dan minum sendiri
4. Mampu mandi sendiri / mandi sebagaian dengan
bantuan
5. Mampu membersihkan mulut (menggosok gigi sendiri)
6. Mampu berpakaian dan mendandan dengan sedikit
bantuan
7. Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
8. Status psikologi stabil
9. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostic
10. Operasi ringan

Pada ruang IGD RSI Hj Siti Muniroh Tasikmalaya proses


klasifikasi derajat ketergantungan pasien menggunakan perawatan
minimal care yang dilihat dari jumlah pasien.
Tabel 2.2
Jumlah Pasien

JUMLAH PASIEN TOTAL


NO TANGGAL
PAGI SIANG PASIEN
22 MARET PAGI : 2
1 2 2
2022 SIANG : 2
23 MARET PAGI :3
2 3 2
2022 SIANG :2
24 MARET PAGI :1
3 1 1
2022 SIANG :1
Berdasarkan tabel diatas bahwa pada tanggal 22 maret dinas pagi
terdapat 2 pasien siang 2 pasien, dan pada tanggal 23 dines pagi 3
pasien siang 2 pasien, pada tanggal 24 maret pasien pada dines pagi 1
pasien dan siang 1 pasien.

b. Daftar penyakit terbanyak


Jumlah penyakit terbanyak yang ada di ruang IGD RSI Hj Siti
Muniroh Tasikmalaya 3 bulan terakhir.
Tabel 2.3
Daftar penyakit terbanyak Ruang IGD

No Penyakit Jumlah
Nov Des Jan Jumlah
1 Vulnus Laceratum 12 21 19 52
2 Observasi Febris 10 8 15 38
3 Thypoid Fever 9 - 4 13
4 Dhyspepsia 6 8 10 24
5 Colic abdomen 5 - - 5
6 Cedera Kepala Ringan 7 2 3 12
7 Ispa 3 - - 3
8 Kejang Demam 3 8 3 14
Sederhana
9 Vertigo Central 3 - - 3
10 Anemia 3 2 2 7
11 GEA - 9 6 15
12 Asma Bronciale - 2 - 2
13 Osteoarthitis - 2 - 2
14 Stroke infark - - 3 3
Total 61 62 65 188

Berdasarkan hasil pengkajian dan wawancara terdapat


selama 3 bulan terdapat 10 penyakit terbanyak diantaranya vulnus
laceratum, observasi febris, thypoid fever, dhyspepsia, colic
abdomen, cedera kepala ringan, ispa, kejang demam, vertigo
central dan anemia.
2. Mahasiswa Praktek (Jumlah, Institusi, lama dll)

Pendidikan dan praktek keperawatan professional merupakan aspek


yang ridak dapat dipisahkan dalam mengenban calon perawat professional
secara komperhensif dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pengetahuan yang didapat dari pendidikan, baik dikelas maupun di
laboratorium akan digunakan pada situasi nyata dilapangan / klinik,
sehingga keselarasan antara pendidikan dan praktik klinis sangatlah
penting. Mahasiswa praktikan berhak mendapatkan bimbingan yang
optimal dari pembimbing, baik pembimbing klinik maupun pembimbing
akademik.

RSI Hj Siti Muniroh ini menerima siswa dan mahasiswa yang sedang
menjalankan praktek belajar lapangan dari institute pendidikan di bidang
kesehatan salah satunya program studi Ners dari universitas Bhakti
Kencana Tasikmalaya.
Tabel 2.4

Daftar mahasiswa praktek

No Nama Institusi Lama praktik


1 Univ. Bhakti Kencana 4 hari – 7 minggu
Tasikamalaya (Ners Extensi)
2 SMK Khusnul Khotimah 4 hari – 6 minggu
3 SMK Al-Ihwan 4 hari - 1 minggu

Berdasarkan hasil wawancara terdapat 3 institusi mahasiswa yang


praktek di RSI Hj. Siti Muniroh Kota tasikmalaya diantaranya Universitas
Bhakti Kencana, SMK Khusnul khotimah dan SMK Al-Ikhwan.

3. Unsur 5M
a. Ketenagaan / Mean (Kualitas dan Kuantitas)

Kebutuhan atau permintaan akan sumber daya manusia oleh


suatu organisasi adalah merupakan ramalan kebutuhan akan sumber
daya manusia ini bukan sekedar kuantitas atau jumlah saja tetapi juga
menyangkut soal kuantitas (Thomas H, 2011). Merencanakan
kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dalam organisasi adalah
Langkah awal dalam manajemen sumber daya manusia. (Taufik,
2021)

Analisis kebutuhan perawat di ruangan IGD berdasarkan


klasifikasi pasien, perhitungan berdasarkan

- Tingkat ketergantungan pasien berdasarkan klasifikasi


pasien, perhitungannya berdasarkan jenis kasus
- Rata-rata pasien per hari
- Jumlah perawatan yang diperlukan / hari/pasien
- Jam perawatan yang diperlukan / ruangan / hari
- Jam kerja efektif tiap perawat 7 jam per hari
Penetapan jumlah tenaga keperawatan merupakan suatu proses
membuat perencanaan untuk menentukan berapa banyak tenaga
yang dibutuhkan dan dengan kriteria seperti apa pada suatu unit
untuk setiap shiftnya. Untuk penetapan ini ada beberapa rumus
yang dikembangkan oleh para ahli. Rumus ini juga dapat
digunakan untuk menilai dan membandingkan apakah tenaga yang
ada saat ini cukup, kurang atau berlebihan. Rumus tersebut antara
lain dengan menggunakan rumus Douglas dan rumus Gillis.
Sebagai acuan dari standard perhitungan kebutuhan tenaga
yang ada di instalasi gawat darurat (IGD) dengan rumus (Gillies
1996) .

1) Konsep perhitungan ketenagaan menurut Douglas


Menurut Douglas (1984)
Perhitungan jumlah tenaga keperawatan menurut douglas
dihitung berdasarkan tingkat ketergantungan setiap sift seperti
pada tabel berikut:
Kebutuhan perawat:
Tabel 2.5
Jumlah tenaga keperawatan berdasarkan klasifikasi ketergantungan
klien
Kasifikasi pasien
Minimal Partial Total
Pag Sian Mala Pag Sian Mala Pag Sian Mala
i g m i g m i g m
0,1 0,14 0,10 0,2 0,15 0,07 0,3 0,30 0,20
7 7 6
Sumber : douglas, 1984
Tabel 2.6

Jumlah pasien di ruang IGD tanggal 22-24 Maret 2022

No Tanggal Jumlah pasien


Pagi Siang Malam
M P T M P T M P T
1 22/03/2022 2 - - 2 - - 1 - -
2 23/03/2022 3 - - 2 - - 0 - -
3 24/03/2022 1 - - 1 - - 0 - -
Jumlah 6 5 1
Rata-rata 2 1, 0,3
6 (1)
(2)

Tabel 2.7
Perhitungan kebutuhan perawat hari selasa (22 Maret 2022)

Karaktristik Dines Dines Perawat di


Pasien ruangan
Pagi Siang malam Pagi sian malam
g
Minimal 2x0,17 2x0,14 1x0,10 2 2 2
(0,34) (0,28) (0,10)
Total 0 0 0
Jumlah 0,34 0,28 0,10 2 2 2
(1) (1) (1)
Sumber: observasi
Tabel 2.8
Perhitungan kebutuhan perawat hari Rabu (23 Maret 2022)
Sumber: Karaktristik Dines Dines Perawat di
observasi ruangan
Pasien Pagi Siang malam Pagi siang malam
Minimal 3x0,17 2x0,14 0 2 2 2
(0,51) (0,28)

Jumlah 0,51 0,28 0 2 2 2


(1) (1) 1

Tabel 2.9
Perhitungan kebutuhan perawat hari Kamis (24 maret 2022)
Sumber:
Karaktristik Dines Dines Perawat di
observasi
ruangan
pasien
Pasien Pagi siang Malam Pagi siang malam
Minimal 1x0,1 1x0,14 0 2 2 2
7 (0,14)
(0,17)
Jumlah 0,17 0,14 0 2 2 2
(1) (1)

Tabel 2.10
Nilai Rata-Rata Kebutuhan Perawat Dan Jumlah Dinas Perawat

Kebutuhan perawat Dines perawat


Tanggal
Sumber Pagi Siang malam pagi siang malam
22/03/2022 1 1 1 2 2 2
23/03/2022 1 1 1 2 2 2
24/03/2022 1 1 1 2 2 2
Jumlah 3 3 3 6 6 6
1 1 1 2 2 2
Rata-rata

Tabel diatas menunjukah bahwa rata-rata kebutuhan tenaga


keperawatan yang mengacu pada rumus douglas yaitu diantaranya
dinas pagi berjumlah 1 orang siang 1 orang malam 1 orang.
Sedangkan rata-rata jumlah tenaga perawat yang dinas pada pagi
hari berjumlah 2 orang, siang 2 orang dan malam 2 orang.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak
kekurangan tenaga keperawatan.

Menurut Gillies
A x B x 365
Tenaga perawat (TP) =
365−C x jam kerja/ hari

Keterangan :
A = jam perawatan /24 jam  waktu perawatan yang dibutuhkan
B = sensus harian  BOR x jumlah tempat tidur
C = jumlah hari libur
365 = jumlah hari kerja selama setahun
TP = 2 /24 x 4 x365 = 2920 = 1,67 = 2
325-76 x 7 jam 1743
Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu:
Kebutuhan perawatan langsung setiap pasien adalah 4 jam/hari,
sedangkan untuk
a) Keperawatan Mandiri 2 pasien 2 x 2 jam = 4 jam
b) Keperawatan Parsial 0 pasien = -
c) Keperawatan Total 0 orang = -
Jumlah 4 Jam
d) Keperawatan tidak langsung 2 x 1 jam = 2 jam
e) Penyuluhan kesehatan 2 x 0,25 = 0,5 jam
Jumlah 6,5 Jam
Total jumlah secara keseluruhan adalah 6,5 jam

2) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan


klien perhari adalah 6,5 jam = 3,25 di bulatkan jadi 3 jam
2 orang
3) Kebutuhan tenaga perawat ketergantungan pasien menurut
DEPKES 2013
Rumus = Jumlah jam perawat
Jumlah jam epektif/shif
= 6,5
7
= 0,9 = 1 orang

Tabel 2.11
Distribusi BOR pasien di Ruangan Instalasi Gawat Darurat RSI
Hj. Siti Muniroh Kota Tasikmalaya

No Periode Jumlah hari Jumlah BOR


rawat bed

1 Desember – 467 5 467/ (5x31) x


februari 100% = 3,01 %
Total 467 5 3,01%

Adapun menurut Nursalam RI 2015 ideal untuk BOR


adalah 70-85 % dengan kategori jika < 70% tempat tidur belum
dapat di manfaatkan sebagaimana mestinya atau kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat,
sedangkan jika > 85% kemungkinan terjadi infeksi nasokomial
tinggi atau menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang
tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa RSI Hj. Siti Muniroh Kota
Tasikmalaya ruang instalasi gawat darurat adalah 3,01 % artinya
kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan di rumah sakit oleh
masyarakat yang mungkin diakibatkan oleh pandemic covid.
Di ruang instalasi gawat darurat yang berkapasitas 5 tempat
tidur, rata-rata
pasien yang di rawat (BOR) di satu bulan terakhir Februari.

Tabel 2.12
Tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan

No Kategori Jumlah Presentase

1 D3 Keperawatan 8 100%

Jumlah 8 100%

Berdasarkan wawancara seluruh tenaga perawat IGD di


RSI Hj. Siti Muniroh Kota Tasikmalaya, berlatar pendidikan D3.
Tabel 2.13
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Pelatihan Yang
Diperoleh di Ruangan Instalasi Gawat Darurat Tahun 2020

No Pendidikan Pelatihan Jumlah Presentase

1 D3 Keperawatan BTCLS 5 62,5%

2 D3 Keperawatan PPGD 3 37,5%

Jumlah 8 100%

Berdasarkan tabel diatas, sebanyak 8 orang (100%) di


ruang Instalasi Gawat Darurat pernah mengikuti pelatihan
BTCLS sebanyak 5 orang (62,5%) dan 3 orang (37,5%) sisanya
pernah mengikuti pelatihan PPGD.
Maka dapat disimpulkan bahwa tenaga perawat yang ada di
ruang IGD RSI Hj Siti Munaroh berkompeten dalam
melaksanakan tindakan yang ada di ruang IGD.

b. Money

Pada proses didalam manajemen, uang atau money sangat


dibutuhkan sekali. Dalam menjalankan aktivitas perusahaan, maka
diperlukan biaya usaha dalam bentuk uang sebagai modal utama
perusahaan. Pengelolaan uang yang baik akan berpengaruh sekali
pada sukses atau tidaknya manajemen. (Erita, 2019).

Administrasi dan keuangan di ruang IGD dilakukan oleh


bagian administrasi, pengelolaan administrasi ini meliputi
pencatatan dan pelaporan pasien masuk dan keluar, pasien
meninggal dan pasien pindahan sesuai dengan indikasi, input tarif
tindakan, jasa konsultasi maupun jasa pelayanan dan visite dokter.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan


didapatkan program kesejahteraan karyawan di RSI Hj Siti
Muniroh Tasikmalaya bahwa perawat mempunyai jaminan
pelayanan kesehatan yaitu berupa BPJS

Terdapat Remonerasi berupa penghargaan gaji yang sesuai


dengan UMR dan THR bagi seluruh pegawai Tetap maupun
Pegawai Tidak Tetap (PTT).

Berdasarkan data yang diperoleh sumber dana pendapatan


ruangan dalam 6 bulan terakhir dapat dilihat dalam tabel berikut:

Jenis pembayaran pasien di ruang IGD RSI Hj Siti Muniroh


yaitu Umum dan BPJS.

Tabel 2.14

Daftar pembayaran pasien di Ruang Instalasi Gawat Darurat


dalam beberapa bulan terakhir

Jenis
No Bulan Total
pembayaran

Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 Umum 99 94 127 155 160 152 787

2 BPJS 162 150 245 235 275 198 1265

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar pasien yang


berkunjung ke RSI Hj Siti Muniroh menggunakan pembayaran
menggunakan BPJS.
Tabel 2.15
Tarif Rumah Sakit di Ruang Instalasi Gawat Darurat
No Jenis Biaya Jumlah Biaya
.
1 Biaya Pendaftaran Rp.  25.000 (Rawat Jalan)
Rp. 60.000 (Rawat Inap)
2 Biaya Pemeriksaan a.      Dokter Umum : Rp. 52.000
b.      Dokter Spesialis : Rp. 110.000
3 Biaya Tindakan Tergantung jenis tindakannya
Medik Operatif dan
Non
Operatif
4 Biaya Pelayanan   Pemeriksaan EKG : Rp. 70.000
Penunjang Pemeriksaan CT scan
Diagnostik Pemeriksaan Rongen Tergantung Jenis
Pemeriksaan
Pemeriksaan Lab

5 Biaya Obat Tergantung Diagnosa Penyakit


6 Biaya Asuhan -
Keperawatan
 7 Biaya Pemakaian Rincian:
Mobil Ambulance/ 1. Mobil Ambulance
Mobil Jenazah No URAIAN Tarif (Rp)
1 Tarif Pemakaian Rp. 85.000
ambulan dengan tujuan <
10 Km
2 Tarif Pemakaian
ambulan Per-Km > 10
Km (Perjalanan di hitung
pulang-pergi)
3 Jasa Sopir
< 200 Km
> 200 Km
4 Pendamping para medis
< 200 Km
> 200 Km
5 Pendamping Dokter
< 200 Km
> 200 Km
6 Tarif Ambulance Resque
< 10 Km
7 Termasuk Jasa Perawat
(1 orang) & Helper

No URAIAN Tarif (Rp)


1 Tarif Pemakaian ambulan Rp. 85.000
dengan tujuan < 10 Km

2 Tarif Pemakaian ambulan


Per-Km > 10 Km
(Perjalanan di hitung
pulang-pergi)
3 Jasa Sopir
< 200 Km
> 200 Km
Berdasarkan tabel diatas ruang IGD memiliki tarif tertentu
dalam melakukan tindakan medis.

Tabel 2.16

Distribusi pendapatan IGD

No Bulan Total

1 Januari 750,000

2 Februari 1,850,000

3 Maret 2,000,000

4 April 2,150,000

5 Mei 4,050,000

6 Juni 600,000

7 Juli 1,560,000

8 Agustus 2,400,000

9 September 1,100,000

10 Oktober 2,350,000

11 November 3,250,000

12 Desember 3,800,000

Jumlah 25,860,000

Di ruang IGD biasanya pasien yang masuk dalam keadaan


cukup serius biasanya akan ada yang masuk keruang rawat inap
serta untuk pasien yang keadaanya termasuk ringan akan
diteruskan ke rawat jalan.

c. Material / machines

Mesin merupakan alat untuk membantu dan memudahkan


pekerjaan manusia agar bisa mengelola waktu lebih efektif dan
cepat. Disamping itu bisa mengurangi tingkat kesalahan yang
dilakukan oleh manusia human error. Yang tentunya juga harus
dengan pemenuhan daya dukung yang diperlukan (Susanti, 2018)

Bahan dan peralatan menjadi faktor pendukung tersedianya


pelayanan keperawatan yang berkualitas. Sebaiknya bahan-bahan
dan peralatan diatur dengan baik, agar kebutuhannya selalu
tercukupi dan dan tidak sampai kekurangan (bakri, 2017)

Di dalam manajemen keperawatan sangat diperlukan adanya


pengolahan peralatan sebagai faktor pendukung dan penunjang
terlaksananya pelayanan keperawatan, peralatan kesehatan untuk
pelayanan keperawatan adalah semua bentuk alat kesehatan yang
dipergunakan dalam melaksanakan tindakan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan asuhan keperawatan sehingga diperoleh
tujuan keperawatan yang efektif.

Tabel 2.17

Fasilitas Sarana Untuk Perawat Yang Ada di IGD RSI Hj Siti


Muniroh

Di ruangan Keadaan KE
No Sarana dan Prasarana
Ada Tdk Layak Tdk T.
1. Nurse station √ √
2. Meja dan Kursi √ √
3. Alat tulis kerja √ √
4. Tempat istirahat perawat √ √
5. Tempat istirahat dokter √ √
6. Mushola √ √
7. Kamar ganti perawat √ √
8. Telepon ruangan √ √
10. Ruang kepala ruangan √ √
11. Wastafel √ √
12. Loker perawat √ √
13. Lemari dokumentasi
√ √
keperawatan

Tabel 2.18

Fasilitas Sarana Untuk Pasien Yang Ada di IGD RSI Hj Siti


Muniroh

No Nama Sarana Ketersediaan Keadaan


a. Ruang Tunggu (area publik) Ada Baik
b. Toilet Pasien Ada Cukup baik
c. Ruang Triase Ada Baik
1.
d. Ruang Penyimpanan Strecher Tidak ada -
e. Ruang Informasi dan
Ada Baik
Komunikasi
6. a. Ruang Resusitasi Ada Cukup baik
b. Ruang Tindakan Ada Cukup baik
o Bedah Tidak
o Non Bedah/Medical Tidak
o Anak Tidak
o Kebidanan Tidak
12. Ruang Observasi Ada Cukup baik
13. Ruang Khusus/Isolasi Ada Cukup baik

Tabel 2.19

Fasilitas Sarana Medis Yang Ada di IGD RSI Hj Siti Muniroh

No Nama Barang Jumlah Kondisi


1 Flowmeter 2 Baik
2 Tabung O2 kecil 2 Baik
3 Monitor 1 Cukup baik
4 DC shock 1 Cukup baik
5 Oximetri 1 Baik
6 Lemari kaca - -
7 Lemari besi - -
8 Tensimeter 2 Baik
9 Set heacting
10 EKG 1 Baik
11 Suction fortable 1 Baik
12 Telepon 1 Baik
13 Komputer 1 Baik
14 Alat pemadam kebakaran 1 Baik
15 Troli 4 Cukup baik
16 Standar infus 10 Baik
17 Ambubag 1 Cukup baik
18 Nebulizer 2 Baik
19 Tromol besar 1 Baik
20 Tromol sedang 1 Baik
21 Tempat sampah 3 Kurang baik
22 Bengkok - -
23 Stetoskop 3 Baik
24 Thermometer 2 Baik
25 Tempat tidur 5 Baik
26 Blangkar 2 Baik

d. Metode
Method adalah suatu cara yang dikehendaki perusahaan atau
Lembaga dalam menjalankan manajemennya. Setiap perusahaan
tentunya memiliki metode yang berbeda, semakin bagus metode yang
digunakan maka akan semakin bagus pula, proses pengelolaan
perusahaan tersebut. Untuk mendapatkan metode yang tepat maka kita
harus memiliki kemampuan dalam memahami permasalahan serta
kebutuhan perusahaan. (Susanti, 2018)
Menurut Nursalam (2014) Pengkajian method berisi tentang
pengkajian metode suatu ruangan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien, mulai dari pasien masuk hingga pasien
pulang. Yang dibahas dalam method yaitu mulai dari model MAKP
(Metode Asuhan Keperawatan Profesional), timbang terima,
sentralisasi obat penerimaan pasien baru, Discharge Planing, supervise
dan ronde keperawatan (Rachmania, 2019)
Standar praktek keperawatan adalah norma atau penegasan tentang
mutu pekerjaan seorang perawat yang dianggap baik, tepat, dan benar,
yang dirumuskan sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan
serta sebagai tolak ukur dalam penilaian penampilan kerja seorang
perawat (Nursalam, 2002). Menurut Gillies (1994), Standar Asuhan
Keperawatan mempunyai tiga tujuan, yaitu:
 Meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan
memusatkan upaya meningkatkan motivasi perawat
terhadap pencapaian tujuan.
 Mengurangi biaya asuhan keperawatan dengan
mengurangi kegiatan asuhan keperawatan yang tidak
penting.
 Memberikan landasan untuk menentukan kelalaian
keperawatan dengan mengantisipasi suatu hasil yang
tidak memenuhi standar asuhan keperawatan serta
menentukan bahwa kegaggalan dari perawat untuk
memenuhi standar, membahayakan pasien.

Standar yang di gunakan adalah assesment awal keperawatan IGD,


assesment awal keperawatan IGD adalah pengidentifikasian kebutuhan
dan jenis pelayanan pasien IGD.

Proses assesment pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan


tentang pengobatan pasien yang harus segera di lakukan dan
kebutuhan pengobatan berlanjut untuk emergensi, efektif atau
pelayanan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah (Standar
Akreditasi Rumah Sakit, 2012).

Semua proses assesment pasien tersebut dicatat dalam berkas


rekam medis. Menurut peraturan menteri Kesehatan No
:269/MENKES/PER/III/2008 yang dimaksud rekam medis adalah
berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien,
hasil pemeriksaan, pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan
pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Catatan merupakan
tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter mengenai tindakan yang
dilakukan kepada pasien dalam rangka pelayanan kesehatan.

Tujuan dilakukan assesment awal :

 Memahami pelayanan apa yang dicari pasien


 Memilih jenis pelayanan yang terbaik bagi pasien
 Menetapkan diagnosis awal
 Memahami respon pasien terhadap pengobatan
sebelumnya

Tujuan assesment awal adalah :

 Untuk menetapkan alasan kenapa pasien perlu datang


berobat ke IGD rumah sakit
 Untuk mendapatkan informasi yang tergantung
kebutuhan pasien dan jenis pelayanan yang harus di
berikan
 Menetapka bagaimana proses assesment berjalan dan
informasi yang harus dikumpulkan dan di
dokumentasikan
 Menetapkan diagnosis awal keperawatan

Prosedur :

 Perawat IGD melaksanakan assesment awal


keperawatan meliputi anamnesis: pemeriksaan fisik,
pemeriksaan psikologis
 Anamnesis meliputi : identitas pasien, social ekonomi
tanggal dan waktu pemeriksaan, keluhan utama, riwayat
penyakit
 Anamnesis keluhan utama dan riwayat perjalanan
penyakit pasien dapat diperoleh dari pasien dan
keluarga
 Kerangka waktu untuk menentukan assesment awal
keperawatan IGD antara 10 s/d 15 menit. Apabila
diperlukan pemeriksaan penunjang ataupun konsultasi
spesialistik maka assesment dapat dilakukan dalam
waktu 2 jam
 Apabila ada saat bersamaan banyak pasien yang datang
ke IGD maka assesment awal menyesuaikan waktu
kedatangan dan kondisi kegawatdaruratan pasien
 Perawat memberikan tindakan sesuai intruksi dokter
dan harus menjelaskan indikasi dilakukannya tindakan
serta kemungkinan timbulnya efek samping (misalnya:
pemasangan infuse,NGT, penyuntikan pemberian obat
dan tindakan lainnya)
 Semua hasil assesment, observasi klinis, hasil
pengobatan/tindakan dan intruksi dokter (konsultasi
dokter spesialis) dicatat dalam rekam medis khusus
From IGD dan dibubuhi nama serta tanda tangan
perawat yang melakukan assesment.

Suatu ruang perawatan di dalam sebuah rumah sakit idealnya


mempunyai prosedur tetap (protap) tindakan yang berlaku secara resmi
yang dipahami dan diterapkan oleh seluruh staff di ruangan, ruang
perawatan mempunyai prosedur tetap semua tindakan perawatan dan
SAK.
Saat dilakukan pengkajian di ruang IGD RSI Hj Siti Muniroh
metode yang digunakan diruangan adalah metode fungsional, serta
SAK yang digunakan di RSI belum ada yang secara spesifik hanya
untuk ruang IGD.
Untuk lembaran format Assesment awal yang terdapat diruangan
tampak mudah dipahami oleh perawat dan mudah untuk diisi secara
manual, terdapat 3 lembar asesmen yang harus diisi oleh perawat
ketika akan menganamnesa pasien yang datang diantaranya ada lembar
Asesmen Keperawatan IGD, Asesmen Medis IGD, dan Triage IGD.

e. Market

Market atau pasar adalah tempat dimana suatu Lembaga


menyebarluaskan (memasarkan) jasanya. Pasar dapat dijadikan sebagai
tolak ukur keberhasilan sebuah Lembaga. Klien sebagai point penting
dalam lembaga harus mendapatkan cukup perhatian yang lebih
terutama dalam kepuasannya, karena kepuasan klien adalah
keberhasilan lembaga. Untuk menguasai segmen pasar ini maka pihak
manajemen harus memiliki strategi pemasaran yang bagus dan kreatif
agar dapat bersaing dengan lembaga yang lain.

RSI Hj Siti Muniroh merupakan Rumah sakit umum islam yang


ada di Tasikmalaya motto untuk ikhlas melayani barokah yang dicari,
dengan begitu setiap tindakan yang dilakukan pasti akan sangat
menjungjung tinggi rasa kemanusian dengan tetap menjalankan syariat
islam.

C. Unsur Proses
1. Proses Asuhan Keperawatan

Proses asuhan keperawatan adalah metode ilmiah dalam pemberian


asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan juga merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan Kerjasama antara perawat dengan
klien, keluarga dan atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal (carpenito, 1989 cit keliat 1999). The wasihington Board Of
Nursing (Swansburg, 1996)

SAK terdiri dari 6 standar

a) Standar pengkajian keperawatan


b) Standar diagnosa keperawatan
c) Standar perencanaan keperawatan
d) Standar pelaksanaan
e) Standar evaluasi
f) Standar catatan perkembangan asuhan keperawatan (Depkers
RI).
Hasil kajian di ruang IGD dimana diruang tersebut tidak menggunakan
format askep yang lengkap namun lebih menekankan tindakan awal serta
menegakkan diagnosa dan melaksanakan implementasi untuk mengurangi
resiko keparahan suatu penyakit sebelum dipindahkan ke ruang rawat inap.

Dilihat dari hasil dokumen Asesmen keperawatan IGD sudah sesuai


dengan Prosedur yang disediakan oleh Rumah Sakit.

Untuk Ronde Keperawatan diruang IGD tidak terlaksana dengan baik


dan bahkan hasil dari kajian dilihat Ronde Keperawatan tidak dilakukan.

2. Proses Manajemen Pelayanan

Proses manajemen pelayanan meliputi planning, organizing, staffing,


actuating, dan controlling.

Dari hasil observasi dan wawancara didapatkan bahwa proses


manajemen ruang IGD adalah sebagai berikut:

a. Terdapat Visi dan misi di ruangan mengikuti rumah sakit


b. Tidak Terdapat Rencana tahunan
c. Tidak Terdapat Rencana bulanan
d. Program peningkatan mutu pelayanan keperawatan

1) Pengorganisasian

a. Terdapat SK direktur terkait visi dan misi


b. Terdapat Struktur organisasi rumah sakit
c. Terdapat Struktur organisasi bidang keperawatan
d. Terdapat Struktur organisasi ruangan namun masih berubah-ubah
e. Pasien diklasifikasikan berdasarkan jenis penyakit di setiap
ruangan
f. Metode asuhan dengan menggunakan metode Asesmen Awal
g. Setiap staff (kepala ruangan, PJ,) memiliki uraian wewenang dan
tugas masing-masing.
h. Sistem pendokumentasian asuhan keperawatan sesuai SAK
(Standar Asuhan Keperawatan) di ruangan.
i. Sistem pendokumentasian asesmen awal ditulis manual di format
yang sudah disediakan

2) Staffing

a. Terdapat Uraian tugas kepala bidang keperawatan


b. Terdapat Uraian tugas kepala instalasi rawat inap
c. Terdapat Uraian tugas kepala ruangan
d. Terdapat Uraian tugas perawat pelaksana
e. Terdapat Program rotasi tenaga keperawatan
f. Terdapat Program pengembangan kompetensi keperawatan
g. Tidak ada kesulitan dalam mengatur jadwal dinas.
h. Terdapat jenjang karir
i. Sistem operan di ruangan yaitu 3 sestem operan (pagi ke siang,
siang ke malam, malam ke pagi)

3) Actuating / pengarahan / pengawasan

a. Terdapat Pedoman atau standar pendokumentasian keperawatan


b. Tidak ada jadwal pertemuan rutin dengan perawat
c. Belum terdapat ronde keperawatan
d. Memiliki koordinasi dan hubungan baik dengan profesi lain dan
selalu berkolaborasi

4) Controling/pengontrolan

a. Terdapat Standar asuhan keperawatan (SAK)


b. Terdapat Standar operasional prosedur (SOP)
c. Terdapat Format Asesmen Keperawatan IGD
d. Terdapat Format Triage
e. Terdapat Format Asesmen Medis IGD
f. Terdapat Media komunikasi terawat dan teman sejawat
g. Tidak terdapat angket kepuasan karyawan
h. Terdapat Jadwal dinas
i. Terdapat Standar peralatan keperawatan
j. Terdapat Pedoman rekruitment, orientasi, dan bimbingan staf baru
k. Terdapat Pedoman dan program penilaian kinerja perawat
l. Sistem informasi manajemen keperawatan
m. Ruang IGD memiliki program pengendalian mutu pelayanan
keperawatan dan memiliki SOP

D. Unsur output/ Keluaran

audit hasil adalah audit produk kerja yangdapat berupa kondisi pasien,
kondisi SDM, atau indicator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan
pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektivitas dan efisiensi serta
kepuasan. Untuk indicator mutu umum dapat berupa BOR, aLOS, TOI, angka
infeksi nasokomial dan angka decubitus.

Pada ruang IGD yang menerapkan model praktek keperawatan


professional (MPKP), pengendalian dapat diukur dalam bentuk kegiatan
pengukuran yang menggunakan indicator umum, indicator mutu pelayanan,
indicator pasien dan SDM seperti berikut:

1. Efisiensi ruang rawat (BOR)


a. Perhitungan tempat tidur terpakai (BOR)
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada
satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar
internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 % sedangkan standar
nasional BOR adalah 70 – 80 %. Rumus penghitungan BOR sbb
jumlah hari perawatan
rumus : x 100 %
jumlah TT x jumlah hari persatuan waktu
keterangan:
- Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam
satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
- Jumlah hari per satuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28 – 31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan
tersebut.
Ruang Instalasi Gawat Darurat terdiri dari ruangan
tindakan, ruang resusitasi, ruang triage, dan ruang isolasi
kapasitas tempat tidur 5 bed.
BOR (Efisiensi Pelayanan di Ruangan Instalasi Gawat Darurat)

Tabel 2.20
BOR

No Periode Jumlah Jumlah BOR


hari Bed
rawat

1 Desember 155 5 155/(5x31)x 100% = 1


%

2 Januari 160 5 160/(5x31) x 100% =


1,03%

3 Februari 152 5 152/ (5x28) x 100% =


1,08 %

Total 467 5 467/(5x31) x 100% =


3,01 %

Berdasarkan hasil pengkajian BOR pasien diruangan IGD dalam 3


bulan terakhir Desember sampai Februari di RSI Hj, Siti Muniroh
Kota Tasikmalaya
kapasitas tempat tidur ruang perawatan IGD yaitu 5 tempat tidur
dengan rincian berikut :
Desember :1%
Januari : 1,03 %
Februari : 1,08%
Total : 3,01%
Sehingga dapat disimpulkan untuk periode Desember – Februari
2022 BOR di dapatkan 3,01% dan menurut (Depkes 2015) ideal
untuk BOR adalah 60-85% dengan kategori jika ≤ 60 % tempat
tidur belum dimanfaatkan sebagaimana mestinya atau kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat,
sedangkan jika ≥ 85% kemungkinan terjadi infeksi nasokomial
tinggi atau menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang
tinggi.

2. Hasil evaluasi penerapan SAK (instrumen ABC)


Tabel 2.21
Audit dokuentasi keperawatan

No Pelaksanaan SOP Frekuensi Presentase

1. Ada 10 100%

2 Tidak - -

Jumlah 10 100%

Berdasarkan hasil observasi ketersediaan dokumentasi audit dokumentasi


keperawatan di dapatkan hasil seluruh 100%, dokumentasi keperawatan
sudah sesuai dengan SOP yang tersedia.
3. Kepuasan kerja karyawan (Wawancara mendalam/ angket/dll).
Berdasarkan hasil dari wawancara tidak didapatkan angket penilaian
kepuasan kerja karyawan.

4. Indicator mutu pelayanan


a. Keselamatan pasien (pasien savety)
Indicator penilaian peningkatan mutu pelayanan dapat dilihat dari
angka
kejadian phlebitis, kejadian kesalahan pemberian obat dan kejadian
jatuh. Dari
pengukuran indicator mutu pelayanan keperawatan klinik yang
dilakukan pada
bulan agustus, September dan oktober tidak ditemukan dan menurut
wawancara
kepala ruangan indicator mutu sudah berjalan baik mengenai kejadian
phlebitis,
kejadian kesalahan pemberian obat, kejadian dekubitus dan kejadian
jatuh.
b. Kepuasan pasien
Hasil dari wawancara di ruang IGD tidak terdapat lembaran penilaian
kepuasan pasien.

You might also like