You are on page 1of 8

PORTOFOLIO

DEMAM TIFOID

Oleh :
dr. Muhammad Kahfi

Pembimbing :
dr. Amari Aqmar

DOKTER INTERNSIP
PUSKESMAS KECAMATAN PESANGGRAHAN
DKI JAKARTA
2019
Kasus
Topik : Demam Tifoid
Tanggal Kasus : 5 Agustus 2019 Presenter : dr. Muhammad Kahfi
Tanggal Presentasi : Pendamping : dr. Amari Aqmar
Tempat Presentasi : Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Obyektif Presentasi :
 Keilmuan  Keterampilan  Penyegaran  Tinjauan Pustaka

 Diagnostik  Manajemen  Masalah  Istimewa


 Neonatus  Bayi  Anak  Remaja  Dewasa  Lansia  Bumil
 Deskripsi : Seorang wanita datang dengan keluhan deman sejak 10 hari naik turun.
Keluhan awal BAB cair di 3 hari pertama disertai mual muntah demam naik turun dan
sakit kepala.
 Tujuan : Identifikasi dan manajemen Demam Tifoid
Bahan Bahasan  Tinjauan Pustaka  Riset  Kasus  Audit
Cara Membahas  Diskusi  Presentasi  Email  Pos
Data Pasien Nama : Ny. W
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Seorang wanita datang dengan keluhan deman sejak 10 hari naik turun. Keluhan awal BAB
cair di 3 hari pertama disertai mual muntah, demam naik turun dan sakit kepala. Namun
demam masih dirasakan sampai saat ini, biasanya demam mulai sore atau menjelang malam
hari. BAB sudah tidak cair, Mimisan atau perdarahan gusi disangkal, BAK tidak ada keluhan,
Riwayat haid teratur
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya. DM dan hipertensi
disangkal
3. Riwayat Pengobatan
Pasien baru berobat ke dokter saat ini.
4. Riwayat Keluarga
Saat ini tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan pasien.
5. Riwayat Lingkungan
Di lingkungan perumahan pasien, tidak ada tetangga yang mengalami gejala serupa.

6. Riwayat Kebiasaan
Aktivitas Pasien sehari-hari adalah bekerja sebagai ibu runah tangga
Daftar Pustaka:
1. World Health Organization. Bulletin of the World Health Organization : Typhoid.
2015. Diunduh dari : http://www.who.int/immunization/diseases/typhoid/en/. Diakses
pada tanggal 12 Agustus 2017.
2. Badan Litbang Kesehatan. Riset Keseha-tan Dasar 2007. Jakarta; 2008. Diunduh di:
https:// www.k4health.org/sites/defa ult/files/laporan Nasional Riskesdas 2007. pdf.
Diakses pada 12 Agustus 2017.
3. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi
Revisi. Jakarta;2010.Hal 201-3.
4. Soedarmo S.S, Garna H, Hadinegoro S.R, Satari H.I. 2012. Buku Ajar Infeksi &
Pediatri Tropis; Edisi Kedua. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta. Hal 338-346.
Hasil Pembelajaran:
1. Gejala dan tanda Demam Tifoid
2. Identifikasi dan diagnosis Demam Tifoid
3. Diagnosis banding Demam Tifoid
4. Manejemen Demam Tifoid
5. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi akibat Demam Tifoid
Rangkuman Pembelajaran Portfolio:
1. Subjective
Pasien Seorang wanita datang dengan keluhan deman sejak 10 hari naik turun. Keluhan
awal BAB cair di 3 hari pertama disertai mual muntah, demam naik turun dan sakit kepala.
Namun demam masih dirasakan sampai saat ini, biasanya demam mulai sore atau menjelang
malam hari. BAB sudah tidak cair, Mimisan atau perdarahan gusi disangkal, BAK tidak ada
keluhan, riwayat haid teratur. Saat ini bekerja sebagai ibu rumah tangga
2. Objective
Keadaan Umum
- Kesan Sakit : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Kesan Gizi : Obesitas
- Berat Badan : 75 kg
- Tinggi Badan : 168cm

Status Gizi
- IMT = BB/TB (m2)
BB 75/168(m2)
= 26,60 kg/m2
Menurut WHO (Asia Pasific) Indeks Massa Tubuh (IMT) pasien ini adalah Obesitas 1.

Tanda Vital
- Nadi : 85 x / menit, kuat, isi cukup, regular
- Tekanan Darah : 110/70 mmHg
- Nafas : 22 x / menit
- Suhu : 37.7 OC (diukur dengan termometer digital)

Status Generalis
Kepala : Normocephali
Rambut : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal
Wajah : Wajah asimetris, tidak ada edema, luka ataupun jaringan parut
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Hidung : Bentuk simetris, mukosa tidak hiperemis, sekret tidak ada
Bibir : Mukosa berwarna merah muda, tidak sianosis
Mulut : Oral hygiene baik, gigi sudah tumbuh lengkap, tidak hiperemis
Lidah : Normoglossia, lidah kotor
Tenggorokan: Faring merah muda, ukuran tonsil T1-T1
Leher : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,
tidak tampak deviasi trakea.
Jantung : BJ I-II regular, murmur dan gallop tidak ada
Paru : Suara napas vesikuler, reguler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Ekstremitas : Akral hangat pada keempat ekstremitas, edema (-)
Kulit : Status Dermatologis
Status Lokalis
Pemeriksaan Langsung Abdomen :
Inspeksi : Perut datar, tidak tampak membuncit
Auskultasi : Bising usus (+) 8x/menit, Metalic sound (-)
Perkusi : Timpani pada seluruh kuadran,
Palpasi : Supel, nyeri tekan regio epigastrium dan Hipocondrica sinistra, hepar/lien
tidak membesar

3. Assessment
DEMAM TIFOID
Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella Typhi,
biasanya melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyakit akut ditandai
dengan demam yang berkepanjangan, sakit kepala, mual, kehilangan nafsu makan, dan
sembelit atau kadang diare. Gejala sering tidak spesifik dan secara klinis tidak dapat dibedakan
dari penyakit demam lainnya. Namun, keparahan gejala klinis bervariasi dan kasus yang parah
dapat menyebabkan komplikasi serius atau bahkan kematian.1
Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena
penyakit ini bersifat endemis dan mengancam kesehatan masyarakat. Permasalahannya
semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan resistensi
terhadap obat-obat yang dipakai, sehingga menyulitkan upaya pengobatan dan pencegahan.
Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan sebesar 81,7 per 100.000
penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur 0,0/100.000 penduduk (0–1 tahun),
148,7/100.000 penduduk (2–4 tahun), 180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16
tahun). Angka ini menunjukkan bahwa penderita terbanyak adalah pada kelompok usia 2-15
tahun.3
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella, yaitu kuman yang berbentuk
batang, tidak berspora pada pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 1-3,5 m, besar
koloni rata – rata 2 – 4 m, mempunyai flagel peritrikh. Oleh Ewing salmonella
diklasifikasikan dalam tiga spesies yaitu : salmonella choleraesus, salmonella tphii, salmonella
enteridis dan kuman dengan tipe antigenik yang lain dimasukkan ke dalam serotip dari
salmonella paratyphi enteritidis bukan sebagai spesie baru lainnya.
Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-41C (suhu
pertumbuhan optimum 37,5C) dan pH pertumbuhan 6-8. Pada umumnya isolat kuman
salmonella dikenal dengan sifat-sifatnya; gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan
sorbitol positif dan memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase,
urease, Voges Proskauer, reaksi terhadap fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, adonitol serta
tidak tumbuh dalam larutan KCN
Perbedaan Hasil Reaksi Biokimia pada Ketiga Spesies Salmonella
S. Choleraesuis S. enteritidis S. typhi
Sitrat Negatif Positif Negatif
Ornitin dekarboksilase Positif Positif Negatif
Gas dari fermentasi flukosa Positif Positif Negatif
Fermentasi Trehalosa Negatif Positif Positif
Dulsitol Negatif Positif Negatif

Stuktur antigen kuman salmonella adalah antigen somatik, serupa dengan antigen
somatik (O) kuma enterobacteriaceae yang lainnya. Antigen ini tahan terhadap pemansan
100C, alkohol dan asam. Antibodi yang dibentuk terutama igM. Antigen flagel, pada
salmonella ditemukan dalam dua fase; fase 1 (spesifik) dan fase 2 (tidak spesifik). Antigen H
rusak pada pemanasan diatas 60C, alkohol dan asam. Antibodi yang dibentuk bersifat igG.
Antigen Vi adalah polimer dari polisakarida yang bersifat asam, terdapat pada bagian yang
paling luar dari badan kuman. Dapat dirusak dengan pemanasan 60C selama 1 jam, pada
penambahan fenol dan asam. Kuman yang memiliki antigen Vi ternyata lebih virulen baik
terhadap binatang maupun manusia.
Penggolongan Salmonella berdasarkan antigen O dan antigen H.
Antigen Antigen O Antigen H Antigen K
O Grup Fase 1 Fase 2
S. Enteritidis
Bioserotip paratyphi A A 1,2,12 a - -
Bioserotip paratyphi B B 1,4,5,12 b 1,2 -
Bioserotip paratyphi C C 6,7 c 1,5 Vi
S. Typhi D 9,12 d - Vi
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang mengikuti ingesti
organism, yaitu: 1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch, 2) bakteri bertahan hidup
dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer’s Patch, nodus limfatikus mesenterica, dan organ-
organ extra intestinal sistem retikuloendotelial 3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran
darah, 4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan
meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan keluarnya elektrolit dan
air ke dalam lumen intestinal.
Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus tepatnya di jejnum dan ileum.
Bila respon imunitas humoral mukosa usus (IgA) kurang baik maka kuman akan menembus
sel- sel epitel (sel-M merupakan selnepitel khusus yang yang melapisi Peyer Patch, merupakan
port de entry dari kuman ini) dan selanjutnya ke lamina propria. Di lamina propria kuman
berkembang biak dan difagosit oleh sel- sel fagosit terutama makrofag. Kuman dapat hidup
dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke peyer patch di ileum
distal dan kemudian kelenjar getah bening mesenterika.
Selanjutnya melalui ductus thoracicus, kuman yang terdapat dalam makrofag ini
masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang sifatnya
asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ Retikuloendotelial tubuh terutama hati dan
Limpa. Di organ- organ RES ini kuman meninggalkan sel- sel fagosit dan kemudian
berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya kembali masuk ke sirkulasi
sistemik yang mengakibatkan bakteremia kedua dengan disertai tanda- tanda dan gejala
infeksi sistemik.
Di dalam hepar, kuman masuk ke dalam kandung empedu, berkembang biak, dan
bersama cairan empedu diekskresikan secara “intermitten” ke dalam lumen usus. Sebagian
kuman dikeluarkan bersama feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi
dan hiperaktif maka pada saat fagositosis kuman Salmonella terjadi beberapa pelepasan
mediator inflamasi yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik
seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, diare diselingi konstipasi, sampai
gangguan mental dalam hal ini adalah delirium. Pada anak- anak gangguan mental ini
biasanya terjadi sewaktu tidur berupa mengigau yang terjadi dalam 3 hari berturut- turut.
Diagnosis
Dari hasil pemeriksaan fisik serta hasil pemeriksaan Widal test di dapatkan postif demam
tifoid
Hasil Test Widal di Laboratorium Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
Salmonella.Typhi O (+) 1/320
Salmonella.Typhi H (+) 1/320
Salmonella.Paratyphi A-O (-)
Salmonella.Paratyphi B-O (+) 1/320
Salmonella.Paratyphi C-O (+) 1/320
Salmonella.Paratyphi A-H (-)
Salmonella.Paratyphi B-H (+) 1/160
Salmonella.Paratyphi C-H (-)

Plan
Rencana Pengobatan
 Pemberian obat oral:
- Siproloxacin 2x500 mg selama 7 hari ( Antibiotik )
- Domperidon 3x10 mg selama 5hari ( Antiemetik )
- Parasetamol 3x500mg (analgetik-antipiretik)

Rencana Edukasi
- Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit pasien dan tatalaksana yang
diberikan
- Menjelaskan bahwa penyakit ini dapat sembuh namun bisa juga berulang bila
pengobatan tidak teratur
- Edukasi harus istirhat total selama 5 hari kedepan
- Edukasi mengenai kebersihan lingkungan dan cara penularan melalui media
makanan
- Menjelaskan mengenai komplikasi yang dapat terjadi jika tidak ditangani dengan
tepat

You might also like