You are on page 1of 16

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“ ZAKAT “

DOSEN PENGAJAR :

DR. H NURDIN, SH., M.ED

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 11

• MUTIA ZAHRO : 2109056007 ( FT)

• HARTINAH : 2109056045 (FT)

• INTAN WULANDARI : 2109056004 (FT)

• JULIANA : 2109056042 (FT)

• AUGUST THIARY : 2108016033 (FH)

• NANDA SUKMA MELATI : 2108016005 (FH)

FAKULTAS TEKNIK DAN HUKUM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2021
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah tentang zakat ini. Shalawat serta salam senantiasa kita
sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua
umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan
syafaatnya

Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah Zakat ini.
Harapan kami semoga makalah Zakat yang telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah wawasan serta pengalaman,
sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah Zakat ini menjadi
lebih baik lagi.

Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik
dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….ii

BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………………...iii

1. Latar Belakang………………………………………………………………………..iii
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….iv
3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….………..iv
4. Manfaat Penulisan…………………………………………………………………....iv

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………1

1. Pengertian Zakat menurut bahasa dan istilah………………………………………...1


2. Macam macam zakat…………………………………………………………………1
3. Pengertian Haul dan Nisab dalam zakat……………………………………………...6
4. Penjelasan Mustahik dalam Al-Qur’an………………………………………………6
5. Mustahik dalam skala prioritas………………………………………………………8
6. Badan amil zakat menurut UU 23 tahun 2011……………………………………….8
7. Pengertian zakat konsumtif dan produktif dalam pandangan islam…………………9

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………..10

Kesimpulan…………………………………………………………………………………10

Saran ……………………………………………………………………………………….10

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..11
BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Meningkatnya orang-orang kaya muslim tentu saja perlu mendapat apresiasi


dari semua kalangan. Hal tersebut diharapkan mampu menjadi solusi dari sebagian
masyarakat Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan. Betapa tidak, dari mereka
diharapkan terjadi jembatan penghubung antara orang-orang kaya (agniya) dan orang-
orang miskin (kaum du’afa). Tentu saja dengan posisi mereka sebagai pengusaha muslim
akan diperoleh sekian banyak kontribusi dalam upaya membantu mereka yang masih
sangat membutuhkan. Dana yang terkumpul tersebut, baik berupa zakat mal, infak,
śadaqah, atau wakaf akan sangat berarti dalam upaya membantu kaum fakir miskin.

Demikian itu karena sesungguhnya Islam membenci berputarnya kekayaan di


tangan orang-orang tertentu saja, sementara sebagian besar orang tidak memilikinya.
Islam senang kalau harta itu tidak hanya berkisar pada orang-orang kaya saja. Sistem
ekonomi Islam merupakan suatu sistem yang indah, yang membawa keseimbangan dan
keharmonisan antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif yang membawa misi
kebersamaan agar jurang pemisah antara orang kaya tidak terlalu jauh dengan kaum orang
miskin

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian zakat menurut bahasa maupun istilah ?
2. Apa saja jenis-jenis zakat ?
3. Apa pengertian Haul dan Nisab dalam zakat ?
4. Apa yang dimaksud mustahik ?
5. Jelaskan badan amil zakat menurut UU 23 tahun 2011 ?
6. Apa hikmah dan keutamaan ibadah zakat ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui tentang definisi zakat
2. Untuk mengetahui macam-macam zakat
3. Untuk mengetahui arti Haul dan Nisab
4. Untuk mengetahui definisi mustahik
5. Untuk mengetahui penjelasan badan amil zakat
6. Untuk mengetahui perbedaan zakat konsumtif dan produktif dalam islam
B. MANFAAT PENULISAN

a. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat, pembaca, dan orang-orang yang


berkepentingan dalam masalah ini
b. Mempelajari lebih dalam mengenai zakat
c. Mempelajari perbedaan zakat konsumtif dengan zakat produktif
BAB 2

PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ZAKAT MENURUT BAHASA DAN ISTILAH

Zakat menurut bahasa (lughat) artinya tumbuh, suci, dan berkah. Menurut istilah,
zakat adalah pemberian yang wajib diberikan dari harta tertentu, menurut sifat-sifat dan
ukuran kepada golongan tertentu. Zakat merupakan salah satu dari lima rukun Islam dan
disebutkan secara beriringan dengan kata salat pada 82 ayat di dalam al-Qur’ān. Allah Swt.
telah menetapkan hukum wajib atas zakat sebagaimana dijelaskan di dalam Al-Qur’ān,
Sunnah Rasul, dan ijmak ulama.

Zakat secara harfiah berarti “apa yang membersihkan”. Zakat dianggap sebagai cara
untuk memurnikan pendapatan dan kekayaan seseorang dari cara mendapatkan harta duniawi
yang terkadang tidak murni. Sama seperti wudu memurnikan tubuh dan salat memurnikan
jiwa, maka zakat memurnikan harta.

Pengertian zakat, baik dari segi bahasa maupun istilah tampak berkaitan sangat erat,
yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci, bersih, baik,
berkah, tumbuh, dan berkembang, sebagaimana dipaparkan dalam QS. At-taubah: 103 dan
arRum: 39

2. MACAM MACAM ZAKAT

Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam, yaitu :

a.Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari raya Idul
Fitri atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5 liter (2,5
kilogram) makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan pokok di Indonesia
adalah nasi, maka yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras

b.Zakat Maal

Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil pertambangan,
hasil laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis
penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.

Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998,


pengertian zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang Muslim atau
badan yang dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang
berhak menerimanya.
UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.

Zakat maal sendiri dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :

a. Zakat Perdagangan

Macam-macam zakat dari jenis zakat mal yaitu zakat perdagangan. Setiap kekayaan maupun
penghasilan hasil dari berdagang atau berniaga wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Kekayan
dari berdagang ini termasuk stok barang dagangan yang dimiliki, ditambah dengan uang
kontan serta piutang yang kemungkinan masih dapat kembali

Apabila nilai dari total kekayaan hasil kegiatan berdagang tersebut, setelah dikurangi
kewajiban utang, telah mencapai batas nishab (yaitu setara dengan nilai 85 gram emas) dan
telah berusaha satu tahun haul, maka besar zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5 persen

Rumus dari zakat perdagangan adalah (modal yang diputar + keuntungan + piutang yang
dapat dicairkan) – (utang-kerugian) x 2,5 persen. Untuk zakat yang dikeluarkan dapat berupa
barang dagangan maupun uang seharga barang tersebut.

Rasulullah saw bersabda yang artinya: “Wahai para pedagang, sesungguhnya jual beli itu
selalu dihadiri (disertai ) kemaksiatan dan sumpah oleh karena itu kamu wajib
mengimbanginya dengan sedekah (zakat)”. (HR. Ahmad)

b. . Zakat Pertanian (Zakat Ziro’ah)

Apabila anda memiliki mata pencaharian sebagai petani yang menghasilkan makanan pokok
ternyata juga terdapat hitungan zakatnya. Macam-macam zakat mal yang salah satunya zakat
pertanian memiliki ketentuan nisab yaitu apabila yang dihasilkan makanan pokok sebesar 520
dan sebesar 653 kg gabah. Untuk zakat pertanian ini dibayarkan setiap masa panen.

Apabila selain makanan pokok, maka nisabnya disamakan dengan makanan pokok yang
paling umum pada sebuah daerah. Kadar zakat apabila diairi dengan air hujan, sungai,
ataupun mata air, maka besar zakatnya adalah 10 persen. Sedangkan kadar zakat apabila
diairi dengan cara disiram (dengan menggunakan alat maupun saluran irigasi maka zakatnya
cukup 5 persen saja.

Mengenai zakat pertanian atau zakat ziro’ah, Allah swt telah menetapkan dalam Al-Quran
surat Al-An’am ayat 141 yang artinya:

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung serta yang tidak berjunjung,
pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun, serta delima yang
serupa (bentuk dan warnanya) dan yang tidak sama (rasanya). Makanlah buahnya (yang
bermacam-macam itu) apabila berbuah, dan tunaikanlah haknya dari memetik hasilnya
(dengan dikeluarkannya zakat), dan janganlah kamu berlebihan, sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebihan”.
c. Zakat Hewan Ternak

Macam-macam zakat mal yang selanjutnya adalah zakat hewan ternak, ketentuan dari zakat
hewan ternak ini berlaku untuk setiap muslim yang memiliki hewan ternak dengan aturan
yang berlaku. Dalil yang mendasari seseorang wajib mengeluarkan zakat hewan ternak
adalah sebagai berikut:

“Tidak ada seorang laki-laki yang memiliki unta, lembu, atau kambing yang tidak diberikan
zakatnya, melainkan datanglah binatang-binatang itu pada hari kiamat keadaannya lebih
gemuk serta lebih besar dibandingkan ketika di dunia, lalu mereka menginjak-injaknya
dengan telapak-telapaknya dan menanduknya dengan tanduk-tanduknya setelah binatang-
binatang itu berbuat demikian, diulanginya lagi dan demikianlah terus-menerus hingga Allah
selesai menghukum para manusia”. (HR. Bukhari).

Binatang ternak yang dimaksud untuk wajib dikeluarkan zakatnya adalah apa yang dalam
bahasa arab disebut Al-An’am, yaitu binatang yang diambil manfaatnya. Binatang-binatang
tersebut seperti unta, kambing, / biri-biri, sapi, serta kerbau.

Dalil selanjutnya yang memperkuat seseorang untuk mengeluarkan zakat hewan ternak
adalah: “Setiap unta yang di gembalakan, zakatnya setiap 40 ekor adalah seekor anak unta
betina yang selesai menyusui”. (HR. Ahmad, Nasa’I, Abu Dawud).

Serta penggalan dari HR. Abu Daud yang artinya “…Dan pada kambing yang di gembalakan,
bila ada 40 ekor, zakatnya seekor kambing. Jika hanya memiliki 39 ekor, maka terkena
kewajiban zakat”. Pengeluaran zakat ternak ini pada setiap tahun dan dengan catatan apabila
telah mencapai nisab

d. Zakat Emas dan Perak

Apabila saat ini anda telah memiliki simpanan emas serta perak, jangan sampai lupa untuk
membayarkan zakatnya. Dalam macam-macam zakat emas dan perak memiliki ketentuan
tersendiri seperti untuk emas telah mencapai satu tahun dengan nisab sebesar 85 gram emas
murni, maka besarnya zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5 pernsennya.

Cara menghitung zakat emas yaitu: apabila seluruh emas yang dimiliki, tidak dipakai atau
dipakainya hanya setahun sekali, maka zakat emasnya adalah emas yang dimiliki X harga
emas X 2,5 persen.

Namun apabila emas yang dimiliki ada yang dipakai seperti dalam bentuk perhiasan, maka
hitungan zakat emasnya adalah emas yang dimiliki dikurangi emas yang dipakai kemudian
dikalikan dengan harga emas serta dikalikan 2,5 persen. Untuk perak yang telah mencapai
haul setahun, mencapai nishab 595 gram perak, maka besarnya zakat yang dikeluarkan adalah
sama yaitu 2,5 persen.

Untuk cara menghitung zakat perak yaitu: apabila seluruh perak yang dimiliki, tidak dipakai
atau dipakai hanya setahun sekali, maka hitungan zakatnya adalah banyaknya perak yang
dimiliki dikali dengan harga perak dan kemudian dikali 2,5 persen.
Apabila perak yang dimiliki ada yang dipakai, maka hitungan zakatnya adalah jumlah perak
yang dimiliki dikurangi dengan banyaknya perak yang dipakai dikali dengan harga perak dan
dikali 2,5 persen.

Untuk dalil dari zakat emas dan perak yang wajib seseorang keluarkan zakatnya terdapat
dalam surat Attaubah ayat 34 hingga 35 yang artinya:

“Orang-orang yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah,
peringatkanlah mereka tentang azab yang pedih. Pada hari emas dan perak dipanaskan dalam
api neraka, kemudian dibakar dengannya dahi-dahi mereka, rusuk-rusuk, serta punggung,
maka dikatakan kepada mereka, “inilah kekayaan yang kalian timbun dahulu, rasakanlah oleh
kalian kekayaan yang kalian simpan itu”.

Kemudian ada pula sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah, bahwa
Nabi saw bersabda yang artinya:

“Tidak ada seorangpun yang memiliki emas dan perak yang dia tidak berikan zakatnya,
melainkan pada hari kiamat akan dijadikan hartanya itu beberapa keping api neraka. Setelah
dipanaskan di dalam neraka jahanam, kemudian digosokkan pada lambung, dahi, serta
punggungnya, dengan kepingan itu. Setiap kepingan itu dingin, akan dipanasakan kembali.
Pada (hitungan) satu hari yang lamanya 50 ribu tahun, sehingga Allah menyelesaikan urusan
dengan hambanya”.

e. Zakat Profesi atau Penghasilan

Macam-macam zakat mal yang perlu anda ketahui selanjutnya adalah zakat profesi atau
penghasilan. Ini merupakan zakat yang dikeluarkan dari pendapatan maupun penghasilan
anda, sehingga disebut dengan zakat penghasilan. Zakat ini wajib anda keluarkan apabila
pendapatan anda telah mencapai nisab ataupun ukuran tertentu.

Untuk zakat profesi atau penghasilan saat ini, ukurannya adalah setara dengan 520 kilogram
beras dan wajib mengeluarkan zakat sebesar 2,5 persen. Terhitung dari pendapatan kasar
(brutto) besar zakat yang wajib dikeluarkan adalah pendapatan total (keseluruhan) dikali 2,5
persen menghitung dari pendapatan bersihnya (netto).

Untuk pendapatan wajib zakat adalah pendapatan total dikurangi pengeluaran perbulan. Maka
besar zakat yang harus dibayarkan adalah pendapatan wajib zakat dikali 2,5 persen.
Pengeluaran perbulan adalah pengeluaran untuk kebutuhan primer (sandang, pangan, dan
papan). Pengeluaran perbulan termasuk juga pengeluaran diri, istri, 3 anak, orang tua serta
cicilan rumah.

Apabila seorang istri, maka yang termasuk kebutuhan primer perbulan adalah selain
kebutuhan diri, 3 anak, serta cicilan rumah.
f. Zakat Investasi

Zakat investasi merupakan salah satu dari macam-macam zakat mal yang dikenakan pada
harta hasil investasi seperti bangunan maupun kendaraan yang disewakan. Zakat investasi
dikeluarkan pada saat menghasilkan, dan untuk modal tidak dikenai zakat. Besarnya zakat
yang dikeluarkan 5 persen untuk penghasilan kotor serta 10 persen untuk penghasilan bersih.

g. Zakat Tabungan

Setiap orang, khususnya bagi anda seorang muslim pasti memiliki uang dan telah disimpan
selama satu tahun dengan nilai yang setara dengan 85 gram emas maka wajib mengeluarkan
zakat sebesar 2,5 persen.

h. Zakat Rikaz atau Barang Temuan

Setiap penemuan harta yang telah terpendam dalam tanah bertahun-tahun atau disebut juga
dengan rikaz, seperti emas maupun perak yang sudah tidak diketahui lagi pemiliknya, maka
wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 20 persen. Macam-macam zakat mal seperti zakat rikaz
atau harta temuan yang sering juga dikenal dengan sebutan harta karun tidak terdapat nisab
dan haul, zakat rikaz yang dikeluarkan oleh penemunya cukup sekali saja yaitu saat harta
rikaz itu ditemukan.

Untuk dalilnya adalah sebagai berikut yang terdapat dalam sebuah hadist yang diriwayatkan
oleh Ibnu Majah yang artinya:

“Sesungguhnya Nabi saw bersabda mengenai harta kanzun (simpanan lama) yang didapatkan
seseorang ditempat yang tidak didiami orang. Apabila engkau mendapatkan harta itu di
tempat yang didiami orang, hendaklah engkau beritahukan, dan jika engkau dapatkan harta
itu ditempat yang tidak didiami orang, maka disitulah wajib zakat, dan pada harta rikaz
(zakatnya) 1/5”.

Maksud dari hadis tersebut adalah barang siapa yang menemukan dalam suatu penggalian
harta simpanan orang bahari atau menemukannya di suatu desa yang tidak didiami orang.
Maka ia wajib mengeluarkan zakatnya sebesar 1/5 atau sebesar 20 persen.

i. Zakat Ma’adin (Barang Galian)

Macam-macam zakat mal selain barang temuan ada pula barang galian yaitu segala sesuatu
yang dikeluarkan dari bumi yang memiliki harga seperti timah, emas, besi, perak, perunggu
dan yang lainnya. adapun yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ma’adin itu adalah
segala sesuatu yang dikeluarkan (didapatkan) oleh seseorang dari laut ataupun darat (bumi),
selain tumbuhan dan makhluk hidup.

Untuk zakat ma’adin dikeluarkan setiap mendapatkannya tanpa hizab, kadar zakatnya yaitu
sebesar 2,5 persen. Dalil untuk zakat ma’adin atau barang temuan ini adalah:
“Bahwa Rasulullah saw telah menyerahkan ma’adin qabaliyah kepada Bilal bin Al-Harts Al-
Muzanny. Ma’adin itu hingga kini tidak diambil darinya, melainkan zakat saja”. (HR. Abu
Daud dan Malik).

Dari hadits di atas menunjukkan bahwa ma’adin itu ada zakatnya serta menyatakan bahwa
dari ma’adin tersebut tidak diambil melainkan zakat saja. Dari kedua keterangan itu dapat
dipahami bahwa zakat yang diambil dari ma’adin itu berupa zakat emas dan perak, yaitu
sebesar 2,5 persen.

3. PENGERTIAN HAUL DAN NIZAB DALAM ZAKAT

Haul secara bahasa berasal dari bahasa arab merupakan bentuk tunggal kata ahwalun
ataupun hu’ulun yang juga semakna dengan kata assanah yang diartikan dengan satu tahun.
Dari makna bahasa ini dapat diartikan bahwa haul dalam zakat yaitu batasan setahun
kepimilikan kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini juga dapat diartikan, jika
kekayaan yang kita miliki belum genap setahun maka tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

Sedangkan nisab diartikan sebagai batasan atau kadar kekayaan minimum yang
diwajibkan zakat. Bilamana batasan minimun ini tidak tercapai maka tidak diwajibkan
membayar zakat. Ketentuan nisab pada harta kekayaan memiliki perbedaan masing-masing,
dimana ditentukan berdasarkan spesifikasi harta dan jenisnya.

4. PENJELASAN MUSTAHIK DALAM AL-QUR’AN

Mustahik adalah orang-orang yang berhak menerima zakat. Ketentuan tentang siapa
saja yang berhak menerima zakat telah diatur dengan jelas dalam QS at-Taubah [9]: 60.

Artinya:

“Sesungguhnya Zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil zakat, yang
dilunakkan hatinya (muallaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk (membebaskan)
orang yang berutang, untuk kepentingan di jalan Allah, dan untuk orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Mahabijaksana.”(QS at-
Taubah [9]: 60).
5. MUSTAHIK DALAM SKALA PRIORITAS
Mustahik dalam skala prioritas yaitu:

1. Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta atau mata pencaharian yang layak
yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya baik sandang, papan dan pangan.
2. Miskin adalah orang yang memiliki mata pencaharian, tetapi tidak cukup
penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan.
3. Panitia amil zakat adalah atau badan yang dibentuk oleh pemerintah untuk
menangani masalah zakat dengan segala masalahnya, dan sesuai syarat.
4. Mualaf adalah orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang yang baru
masuk Islam yang imannya masih lemah.
5. Mukatab adalah budak yang melakukan transaksi dengan majikannya mengenai
kemerdekaan dirinya dengan cara mengeridit dan transaksinya dianggap sah.
6. Gharim adalah orang yang berhargag karena kepentingan yang bukan maksiat dan
tidak sanggup membayarnya. Adapun orang yang berhutang untuk memelihara
kebersamaan umat Islam membayar hutangnya dengan zakat, walaupun ia mampu
membayarnya.
7. Sabilillah adalah orang-orang yang berada di jalan Allah SWT dan mereka tidak
mendapatkan bayaran dari negara meskipun mereka tergolong orang-orang yang
kaya. Menurut madzhab Syafi'ie sabilillah tertentu bagi mereka yang bingung di
atas. Sementara ada yang berpendapat bahwa termasuk sabilillah adalah segala
sesuatu yang menjadi sarana untuk adalam agama seperti pembangunan madrasah,
masjid, rumah sakit Islam dan jalan raya atau seperti para guru dan kiai yang
berkonsentrasi mengajarkan agama Islam masyarakat. (lihat Jawahir al-Bukhari,
al-Tafsir al-Munir, Qurrah al-A'in al-Malikiyah).
8. Ibnu Sabil adalah musafir yang akan melewati atau yang sedang melewati tempat-
tempat harta zakat dan membutuhkan biaya perjalanan menurut Syafi'iyah dan
Hanabilah

6. BADAN AMIL ZAKAT MENURUT UU 23 TAHUN 2011

Menurut UU 23 tahun 2011 Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat,


dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara,
BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga
pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden
melalui Menteri. BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional.

Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan


pendayagunaan zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri.
LAZ wajib melaporkan secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan.
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai dengan syariat Islam.
Pendistribusian dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan, dan kewilayahan. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif
dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat apabila kebutuhan
dasar mustahik telah terpenuhi.

Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima infak, sedekah, dan
dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuai dengan
peruntukan yang diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan
tersendiri.

Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan


Belanja Negara dan Hak Amil. Sedangkan BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/kota
dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Hak Amil, serta juga dapat
dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

7. PENGERTIAN ZAKAT KONSUMTIF DAN PRODUKTIF DALAM


PANDANGAN ISLAM

A. Zakat konsumtif

Yaitu Pendistribusian harta zakat yang secara langsung diperuntukkan bagi mereka
yang tidak mampu dan sangat membutuhkan untuk menutupi kebutuhannya, spt.: kebutuhan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal secara wajar. Harta zakat hanya diarahkan pada
pemenuhan kebutuhannya yang menjadi sebab berhaknya seseorang menerima zakat, spt.:
fakir, al-riqab, al-gharimun.

1. Dalil

“Dari Ibnu Umar Radliyallaahu „anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu alaihi wa


Sallam mewajibkan zakat fitrah sebesar satu sho‟ kurma atau satu sho‟ sya‟ir atas seorang
hamba, orang merdeka, laki-laki dan perempuan, besar kecil dari orang-orang Islam, dan
beliau memerintahkan agar dikeluarkan sebelum orang-orang keluar menunaikan sholat Ied”.
(Muttafaq Alaihi).

2. Contoh zakat konsumtif

a. Kebutuhan Pokok: Makanan pokok, rehab rumah, pakaian;


b. Bantuan biaya obat;
c. Bantuan pembayaran hutang
d. Bantuan biaya sekolah;
e. Bantuan biaya kegiatan sosial keagamaan
B. Zakat Produktif

Pendistribusian harta zakat yang dapat membuat para penerimanya menghasilkan


sesuatu secara terus menerus, dengan harta zakat yang telah diterimanya.Pendistribusian
zakat produktif diarahkan kepada pengembangan usaha mustahiq sehingga harta zakat
tersebut dijadikan sebagai modal usaha Pendistribusian zakat produktif diiringin dengan
pembinaan keahlian mustahiq sehingga mampu mengembangkan harta zakat tersebut sebagai
peluang bisnis

1. Dalil

Secara sharih dan manthuq tidak ditemukan dalil mengenai pendistribusian zakat
secara produktif. Akan tetapi, ulama melakukan ijtihad dengan memperhatikan filosofi
zakat.Jika ditinjau dari dimensi kemanusiaan yang senantiasa memperhatikan hak-hak sosial,
maka memprioritaskan kelompok fuqara` dalam hadis sebelumnya mengindikasikan bahwa
salah satu filosofi yang dapat ditangkap dari pensyariatan zakat adalah mengentaskan
kefakiran dan kemiskinan. Dengan formulasi lain, dapat diungkapkan bahwa zakat
merupakan media untuk meminimalisir umat Islam yang termasuk dalam kategori fakir dan
miskin.

Wahid menyebutkan bahwa “Kemiskinan dapat menyebabkan seseorang kurang


mendapatkan pelayanan sosial dan birokrasi yang lebih kualitatif sehingga mudah sekali
terperangkap oleh tindakan kriminalitas dan kemurtadan atau “membarterkan” keimanannya
demi panggilan “isi perut” Oleh karena itu, masalah kemiskinan merupakan masalah yang
harus diperhatikan. Artinya, masalah kemiskinan merupakan masalah yang harus dicarikan
solusinya

2. Contoh zakat produktif

a. Memberikan modal usaha


b. Memberikan alat usaha, spt: becak, kedai, mesin jahit, binatang ternak
c. Memberikan pelatihan keahlian
d. Melakukan pembinaan kewirausahaan secara intensif atau berkala

Hikmah dan Keutamaan Ibadah Zakat

Banyak sekali hikmah dan keutamaan ibadah zakat yang Allah Swt. perintahkan
kepada hamba-Nya dan kaum muslimin. Di dalam al-Qur’ān Surat At-Taubah/9:103 Allah
Swt. berfirman, “Ambillah (sebagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), dengan
zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka ….” (Q.S. At-Taubah/9:103)

Dari penjelasan ayat di atas, bahwa tujuan zakat adalah untuk membersihkan mereka
(pemilik harta) dari penyakit kikir dan serakah, sifat-sifat tercela serta kejam terhadap fakir
miskin, orang-orang yang tidak memiliki harta, dan sifat-sifat hina lainnya. Di sisi lain, zakat
juga untuk menyucikan jiwa orang-orang berharta, menumbuhkan dan mengangkat
derajatnya dengan berkah dan kebajikan, baik dari segi moral maupun amal. Hingga dengan
demikian, orang tersebut akan mendapatkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat
BAB 3

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Sebuah ungkapan yang
menjelaskan tentang pentingnya berbagi. Islam menghendaki orang-orang yang memiliki
kelebihan harta (kaya) untuk menyisihkan sebagian hartanya bagi mereka yang membutuhkan
(miskin). Dalam ilmu fikih, membelanjakan atau memberikan sebagian harta yang dimiliki
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Cara-cara yang biasa dilakukan oleh kaum muslimin
di antaranya zakat, infak, śadaqah, dan wakaf. Masing-masing cara tersebut memiliki
ketentuan masing-masing.

Zakat adalah pengeluaran harta yang dimiliki seseorang ketika sudah mencapai niśab
(kadarnya) dan haul (waktunya). Besarnya harta yang dikeluarkan disesuaikan dengan harta
zakatnya. Śadaqah dan infak merupakan cara mengeluarkan harta yang dimiliki seseorang
dengan tidak ditentukan kadar dan waktunya. Adapun wakaf ialah memberikan harta berupa
benda yang dapat dimanfaatkan oleh orang banyak, baik harta tetap maupun bergerak.

Manfaat zakat dalam kehidupan adalah menolong orang yang kurang mampu (jika
zakat fitrah, pada saat idul fitri) agar dia dapat menunaikan kewajibannya terhadap allah dan
terhadap makhluk-nya.membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela serta
mendidik diri agar memiliki sifat mulia dan pemurah.ungkapan rasa syukur kepada allah atas
rizki yang telah diberikan kepada kita.

B. SARAN

Telah kita ketahui Setiap umat muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki
yang dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya, Alquran
hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak
wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat.

Segala hal baik yang telah kita lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah
SWT, seperti berzakat maka tidak akan mengurangi sedikitpun dari harta kita, tapi Allah
menjanjikan akan melipatgandakannya
DAFTAR PUSTAKA
Elsi Kartika Sari. 2006. Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf. Jakarta: Grasindo.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sarwat, Ahmad. 2011. Seri Fiqih dan Kehidupan (2): Thaharah. Jakarta: DU Publishing.

Qardhawi, Yusuf. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan. Jakarta: Gema Insani Press

https://www.tongkronganislami.net/nisab-dan-haul-zakat/

https://elibrary.unikom.ac.id/

You might also like