You are on page 1of 3

Neonatal Refeeding Syndrome

Adanya malnutrisi yang diikuti dengan pemberian makanan baik secara enteral atau
IV dapat membuat terhadap gangguan cairan dan elektrolit yang berpotensi fatal yang dikenal
sebagai sindrom refeeding (RS).

Pada bayi prematur, kelompok gangguan ini diperkirakan dipicu oleh suplai asam
amino dan glukosa IV secara tiba-tiba setelah periode nutrisi rendah, seperti yang terjadi pada
insufisiensi plasenta atau asupan energi dan protein IV yang tidak memadai selama beberapa
hari setelah lahir. Ada upaya yang berlebih mengejar ketertinggalan atau target nutrisi pada
bayi prematur ataukan bayi berat lahir rerndah. Pasokan asam amino IV dan glukosa
merangsang sekresi insulin endogen dan transfer fosfat dari tulang ke dalam sel untuk energi
dan produksi protein. Asupan elektrolit dan vitamin yang tidak mencukupi untuk mendukung
peningkatan kebutuhan fosfat, natrium, kalium, magnesium, dan thiamin khususnya
kemudian menghasilkan gangguan biokimia khas RS (Refeeding Syndrome). Keadaan yang
dimaksudkan dalah hipofosfatemia, hiperkalsemia, hipokalemia hipomagnesemia,
hiperglikemia, dan defisiensi tiamin.

Hiperkalsemia terjadi karena kalsium dilepaskan dari tulang bersama dengan fosfat
yang dibutuhkan untuk mempertahankan konsentrasi fosfat serum. RS (Refeeding Syndrome)
neonatus telah dikaitkan dengan asidosis metabolik, hipernatremia, hipovolemia, iskemia,
alkalosis respiratorik, keterlambatan makan enteral penuh, dan masalah klinis, seperti sepsis
dan penyakit paru kronis. Hal tersebut dapat dilihat secara jelas pada bagan ini:
Meningkatnya intake asam amino mengakibatkan peningkatan produksi insulin dan
menstimulasi glikogen, lemak dan sintesis protein. Hal ini menyebabkan meningkatnya
pengambilan fosfat, kalium, dan magnesium ke sel untuk sintesis energi dan protein.
Ditambah dengan rendahnya intake elektrolit menyebabkan Neonatal Refeeding Syndrome.

Pada Neonatal Refeeding Syndrome fosfat, kalium dan magnesium di serum kadarnya
rendah, sedangkan kalsium, glukosa, dan natrium di serum kadarnya tinggi.

Cairan mengikuti elektrolit ke dalam sel dengan cara osmosis, menyebabkan deplesi
STP dan gangguan fagosit sehingga terjadi Sepsis. Terjadi hipovolemia sehingga
menyebabkan peningkatan kebutuhan dari obat vasoaktif. Akibat hipovolepi menyebabkan
iskemi dan menurunkan aliran tekanan darah di otak, menyebabkan kerusakan pada white
matter otak dan perdarahan intraventrikel.
Hipernatremi dan dehidrasi hipertonis menyebabkan hipofosfatemia berat yang juga
menyebabkan perdarahan intraventrikel dan meningkatnya radikal bebas dan sitokin
proinflamasi.

Hipofosfatemia berat menyebabkan kelemahan pada otot pernafasan dan meyebabkan


peningkatan kebutuhan ventilasi mekanik sehingga menyebabkan penyakit paru kronis.

Baik sepsis, kerusakan otak, perdarahan intraventrikel, dan peyakt paru kronis
membuat gangguan pada neurodevelopment dan meningkatkan kematian.

Hipofosfatemia berat dikaitkan dengan peningkatan perdarahan intraventrikular


secara substansial. Bayi kecil masa kehamilan berada pada risiko terbesar. Peningkatan
pemantauan fosfat dan elektrolit lainnya pada minggu pertama setelah lahir lebih dianjurkan.
Komposisi larutan nutrisi IV terkait dengan kejadian RS, menunjukkan bahwa
mengoptimalkan kandungan fosfat dan kalsium dari larutan ini dapat mengurangi RS
neonatus, perdarahan intraventrikular berat, dan kematian selama dirawat di NICU.

You might also like