You are on page 1of 13
{OSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Ketan (SEMITAN 11) ISSN 2686-0681 Unsiat Tehnclog! Adi Tama Serabaya (ITATS), Indonesia, 10 Jali 2021 Wo. 3, No.1 Jo 2021 Pemetaan Geologi Daerah Rawan Longsor Berdasarkan Analisis Logika Fuzzy, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi ‘Nusa Tenggara Barat Muhammad Lege Syailendral,Jusridl” Teknik Geologi, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS) SJL Avief Rahman Hakim 100, Surabaya, e-mail: leggas2796@ gmail.com Giakibatkan oleh tanah longsor jadi di Indonesia, dan sering memakan korban jiwa, struktur dan hancurnya Iaban, Oleh karena itlah perhi adanya pete suatu zona daerah rawan longsor sebagai bagian dari upaya penanggulangan bencana tana longsor dan menjadi suatu parameter dalam pertimbangan pengambilan keputusan pembangunan bagi suatu instansi terkait agar meminimalisirjatuhnya korban jiva maupun ‘kerusakan infrastruktur. Secara administatf,lokasi penelitian pada studi kasus ini terietak di Kecomatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa ‘Tenggara Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pengambilan data secara langsung maupun tidak langsung. Setelah kedua data tersebut terkumpul, kemudian akan dilakukan analisis data rawan longsor menggunakan metode logika fuzzy. Hasil dari analisis terscbut ddidapatkan 3 Kelas tingkat Kerawanan longsor diantaranya Kelas Kurang rawan, Kelas rawan dan Kelas sangat rawan, Peta daerah rawan longsor Kecamatan Batukliang Utara yang dihasilkan memiliki 5 kelas yaitu: tidak rawan, kKerawanan rendah, Kerawanan sedang, Kerawanan tinggi dan sangat rawan Kata kunci: Tingkat Kerawanan Longsor, Tipe Longsor, Kecamatan Batukliang Utara, Metode Logika Fuzzy Abstract Disasters due to landslides often occur in Indonesia and bring a lot of victims, infrastructure damage, and land destruction. Therefore, 2 map describing landslide-prone zone is necessary asa part of strategies to prevent landslide disaster and to provide parameters in considering the decision of development for certain institutions so that losses of victims and infrastructure damage can be minimized, Administratively, the research site of this caso study is located in North Batukliang District, Central Lombok Regency, West Nusa Tenggara Province, The data of landslide vulnerability collected directly and indirectly were then analyzed by Fuzzy Logie. The result of analysis obtained 3 classes of landslide vulnerability levels ie, less vulnerable, vulnerable, and highly vulnerable classes, The map of landslide vulnerable area in North Batukliang District gained 5 classes as follows: invulnerable, low ‘vulnerability, medium vulnerability high vulnerability, and high vulnerable. Keywords: Landslide Vuln bility Level, Landslide Type, North Batukliang District, Fuzzy Logie Method PENDATTULUAN ‘manusia dalam —mengastisipasi alam — dan emungkinan bencana yang dapat _menimpanya. Masyarakat yang tinggal di lereng gumung curam, rmengaadapi risiko kermungkinan terjadinya tanah longsor (Soehatman, 2010:17) Tanah longsor socara_umom. adalah perpindahan ‘material pembentuk lereng berupa batuan, bahan romibakan, tanah, atau material laporan, bergerak ke bawah atau keluar lereng, Secera geologi tanah Jongsor adalah suatu peristiwa geologi dimana terjadi Bencena merupakansuatu—peristiva yang ‘mengencam dan mengganggu kehidupan dan Penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonslam maupun faktor manusia schingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, Kerusakan lingkungan, kerugian harta bbenda, dan dampak psikologis. Bencana tidak terjadi begitu saja, namun ada faktor kesalahan dan kelalaian 18 PROSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Kelutan (SEMITAN 11) Tesi Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Indonesia, 1 ISSN 2686-0681, ol. 3, No.1 Jo 2021 ergerakan tanah seperti jatuhnya bebatwan atau guropalan besar tana (Nandi, 2007:6), Berdasarkan Undang-Undang No 24 Tahun 2007, tentang penanggulangan bencana, perlindungan ‘masyarakat terhadap bencana dimulai sejak pra bbencana, pada saat dan pasea beneana, secara terencana, terpady dan terkoordinasi. Melalui Kkebijakan ini maka upaya yang diambil dalam pperencanaan wilayah adalah melalui pelaksanaan ruang berbasis mitigasi bencana alam agar dapat ditingkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan ddan penghidupan masyerakat Kecamatan Batukliang Utara termasuk salah satu ddaerah yang berpotensi mengalami beneana tanah Jongsor. Hal ini disebabkan topograli wilayshnya yang bergumung, Dissmping itu, juga disebebkan oleh Danyaknya aktivitas tambang yang belum tetkontrol di dacrah terscbut. Bahaya tanah longsor dapat diidemtifikasi secera fangsung dilapangan maupun secara tidak langsung, emudian data yang. sesuai dengan parameter parameter penyebab tanah longsor seperti: curah hhyjan, jenis tana, Kemiringan lereng, jenis batuan, dan tutupan lohan akan ditumpang susun atau overlay, Dari kelima parameter terscbut akan dilakukan proses analisa dengenmenggunakan metode logiks fuzzy untuk menentukan tingkat ‘Kerawanan tanah longsor. Maksud dari penelitian ini adslah-melakukan pemetaan geologi permukaan detail menggunakan skala peta 1:80,000 dan menganalisis potenst daerah rawan longsor berdasarkan analisis Fuazy Logie di Kecamatan Batukliang Utera, Kabupaten Lombok ‘Tenge, Provinsi Nusa Tenggara Bara, Adapun tujuan dari penclitian ini adalat 1. Mengetahuikondisigeologi dan Pengaruhnya tethadsp tingkat kerawanan Jongsor di Kecamatan Batukliang Utara 2. Mengetahui sebaran-kawasan—rawan bencana longsor di Kecamatan Batukliang Utara Mengetahui pengaruhmasing-masing parameter terhadap tingkat kerawanan Jongsor di Kecamatan Batukliang Utara, Lokasi Penet Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa ‘Tenggara Barat, Lokasi penelitian memiliki koordinat X: 418000432000 dan Y: 9047000-9061000 dengan sistem proyeksi Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) Zona 50S, WGS (World Geodetic System) 1984, Gambar 1. Peta Administraif Kecamatan Bawtiong Utara (ina-Geoportal, 2017) KAJIAN PUSTAKA, Geologi Regional Fisiografi Kendisi geologi wilayah Nusa Tenggara Barat pada dasornya terdiri dari batuan Tersier (batuan tertua), dan batuan Kuarter (batuan termuda), —serta idominasi batuan vulkenik dan slluvium, Batuan {ersiemya merupekan persclingan antara sandstone suarsa, breksi, lava, tuff, batugamping, dan dasi. ada pulau Sumbawa, terri atas lava, beeksi, tu, andesit, batupasit, tufltan, batulempung, dasit, ‘onalt, batugamping berlapis, dasitan, batugarping ‘uffaan, serta lempung tufaan. Batuan termudanya, pulau Lombok merupakan perselingan dari breksi gampingan, lava, breksi, lava tuff til, batuapung, serta breksi Ishar. Sedang di pulau Sumbava, terdiri ats terumbu, koralterangkat, onglomerat, tanah merah hasil vulkanik, gunungapi (ua, gunungepi Sangeangapi, gunungapi Tambora, gunungapi muda dan batugamping koral, Pada kedua pulau tersebut, terdapat endapan pantai dan alluvium ccukup hs. Tatanan geologi Nuse Tenggara Barat merupakan wilayah yang berada pada kawasan pertemuan dua Jempeng, ysitu lempeng Eurasia dan lempeng Indo- Australia yang bertumbukan, menghasilken tiga vvulkan aktif bertipe A, yaitu gunung Rinjani, gonong Tambora, dan gunungapi Sangeang. Pada pulau Flores justru memiliki struktur geologi yang sama dengan pulau Jawa, Namun terdapat perbedsan pada 19 PROSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Kelutan (SEMITAN 11) Insti Teknologi Ahi Tama Surabaya TTATS), Indonesia, 10 Jl 2021 ISSN 2686-0681, ol. 3, No.1 Jo 2021 Sruktur genatitlinal yang sebagian besar mengalami proses tektonik sckunder dermal, ysitu proses eluncuran menuju dasar laut, Khususnya begian utara Secara fisik, fisiografi Pulaa Lombok terbagi dalam empat satuan, yaitu dataran rendah alluvial, perbukitan selatan karst yang bergelombang, egunungan vulkanik muda dan pegunungan ‘wutkanike tua, Daerah dataran rendah merupekan dataran alluvial yang terleak di bagian tenga, bagian timur serta sebagian kev di sebelah beratlaut pulau Lombok, Dataran alluvial ini merupakan satuan batuan termuda, Daerah perbukitan bergelombang rmerupakan daerah karst yang terdapat di sebelah selatanpulau Lombok. Sedangkan pada deerah egunungen, yang merupaken daerah yang paling mendominasi, terbagi atas dua bagian, yaitu ppegunungan vulkanik muda yang masih aktif sera pegunungan vulkanik tua yang sudub tidak aktif lagi (Gupta, 2002). ‘Stratigrafi Regional Batuan tertua di Puleu Lombok adalah dari Formasi Pengulung terdii dari satuan batuan breksi volkanik, tufa andesit, dasit piroklastik, lava andesit bersamaan dengan batuan G. Api tua sgabungen, Sebaran batuannys dijumpai di bagian Barat dan Selatan, Setempat telah mengalami ‘ubahan hidrotermal dan menganung bijih sulfide serta urat Kuarsa, Umur dari formasi ini diperkirakan Oligosen Akhir-Miosen Awal, Batuan terobosan yang dijumpai di daerah ini bersusunan andesit, dasit, diorit dan betuan intrusi gabungan. Batuan intrusi sebagian berupa tetas menerobos batuan volkanik dati Formasi Pengulung, Umur batuennya didugs Miosen Tengah. Formas Ekas terdiri dari batugamping kealkarenit, umamnya berwama putih, kuning ‘muda dan coklat kemerahan, Seterpat berlubang dan kasar, seterpat berupa batugamping_halus dan tipis mengandung fosil Lepidocydina Sp, Cydodipeus Sp, Miogypsina Sp. Kumpulan fosil ini menunjukken Kisaran umur Miosen Awal hhingga MiosenAkhir dengan lingkungan pengendapan laut dalam terbuka. Formasi batuan ini menindih tak selaras Formasi Pengulng dan ‘aluan terobosan. Formasi Kalipalung terdiri dari perselingan breksi gampingan, tufi andesit dan lava Tersingksp di sebelah Utara dacrah Sengkol Satuan batuan dari Formasi ini menindin tak ‘elaras Keliga Formasi di alas, Umurnya diperkiraken Plio-Plistosen [Ratuan G. Api muda gabungan terdiri dari fava, breksi dan tuft yang merupakan hasil kegiotan G. Api Pusuk Nangi dan G. Rinjani bagian Utara dan merupakan satuan batuan G. ‘Api termmda berumur Kuarter. Aluvium merupakan endapan permukaan bberurmur Resen terditi dari kerakal, kerikil, pair, lempung dan pecahan koral, Sebarannya terdapat ppada sungai besar seperti di dacrah Pelangan, Sekotong , Pantai Sepi dan Panlai Kuta. Stratigrati regional Pulau Lombok dapat dilihat pada Gambar 2.2. ‘Adapun stratigrafi geologi Kecamatan Batukliang Utara yang terdapat dalam Peta Geologi Regional Lembar Lombok (Mangea Andi, 1994) dari muda ke tua adalah sebagai Derkut 1, Batuan Gunungapi Tak Terpisshlean (Qhy- 1: tersusun oleh lava, breksi dan tu 2. Formasi Lekopiko (Qu): tersusn oleh tut Derbatuapung, breksi Iahar dan lava, 3. Formasi Kalibabak (1Qb): tersusun oleh Dreksi dan lava, i i ill Gambar 2. Swratigrafi: Regional Pulau Lombok. ‘Sumber: Peta Geologi Regional Lembar Lombok (Mangga Andi, 1994) Struktur Geologi Berdasarkan Peta Geologi Regional Lembar Lombok (Mangga Andi, 1994), stuktur geologi yang terdapat 4 daerah ini berupa sesar normal dan sesar geser berarah Baratdaya-Timurlaut, Ulara-Selatan dan ‘Tengara-Baratlaut, Peta geologi regional Palau Lombok dapat dlihat pada Gambar 2.3 20 ISSN 2686-0681, 7 ol. 3, No.1 Jo 2021 PROSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Kelutan (SEMITAN 11) Tesi Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Indonesia, 1 Gambar 3. Geologi Regional Pulau Lombok dan Lokasi Penelitian. Sumber: Peta Geologi Regional Lembar Lombok (Manga Andi, 1994) Longsor ‘Tanah longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, baban rombakan, tana, atau material campuran terscbut, bergerak ke Dawah atau keluarlereng Pada prinsipnya tanah longsor tesjadi bila gaye pendorong pada lereng lebih besar daripada gaya peoahan. Gaya penahan umumnya dipengarubi oleh keekuatan betwan dan kepadatan tanah, Sedangkan aya pendorong dipengaruhi oleh bessrnya sudut Jereng, air, beban serta berat jenis tanah betuan (Nandi, 2007.6), roses terjadinya tanah longsor dapat diterangkan sebagai berikut = air yang meresap ke dalam tanah kan menambah bobot tazah, Jika air tersebut rmenembus sempai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi lcin dan tanah pelapukan diatasnya akan bergerak mengikuti Tereng dan luarlereng (Nandi, 2007-6), Jenis:jenis Longsor Longsor terri dari beberpa jenis, diantaranya yeita (Nand, 2007:14) 1. Longsoran Translasi Longsorantranslasi adalah bergeaknya ‘massa tenah dan batuan pada bidang elicit derventuk rata atau smenggelombang lands 2 Longsoran Rotast LLongsoran rotasi adalah bergeraknya massa tanah dan batuan pada bidang _clincirberbentuk cekung, 3. Pergerakan Blok Perpindahan batuan yang. bergerak pada bidang.gelincir berbentuk rata TLongsoran ini disebut juga Tongsoran translasi blok batu, 4, Runtuhan Batu Runtuhan batu terjadi ketika sejumlah besar hatuan atau material lain bergerak ke bawah dengan cara jatua bebas. Umurnya terjadi pada lereng yang terjal hinggamenggantung ferutama di dacrah pantai, Batu-batw besar yang jatuh dapat menyebabkan kerusakan yang parah 5. Rayopan Tanah Rayepan tanah adslah jenis tanah longsor yang. bergerak lamba, Jenis tanahnya berupe butiran kasar dan halus. Setelah wakta yang. cukup lama longsor jenis rayapan ini bisa menyebabkan tiang-tiang felepon, pohon, stau rumah miring ke bawah. 6, Aliran Bahan Rombekan Jenis tanah longsor ini terjadi ketike massa tanah bergerak didorong oleh air. Kecepatan sliran tergantung pada kemiringan lereng, volume dan tekanan air, dan jenis ‘materiainya. Gerakannya—terjadi di sepanjang lembah dan mampu mencapai ratusan meter jeuhnya, Di beberapa tempat bisa sampai ribuan meter seperti di daerah aliran sungai di sckitar gunungepi. Aliran tanh ini dapat menelan Koran cukup banyak. 0 Longsor akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, Tereng lahan, geologi atau tatuan, Keberadaan sesar/patahangawir, kedalaman tanah sampai lapisan kedap. Sedangkan longsor akibat aktivites manusia iscbabkan Karena ulah manusia yang menycbabkan perubahan-perubahan Tingkungan seperti penggunaan lahan, inffastruktur, dan kepadatan Jingkungan (Sebastian, 2008 dalam Saputra Wahyu, 2016), Gejala_umum tanah longsor ditandai_ dengan munculaya retakan-retakan di lereng yang sejjar dengan arah tebing, biasanya terjadi sctelah hujan, smunculaya mata air baru secara tibatiba dan tebing rapah serta kerikil mulai berjatuhan, (Nandi, 2007). Parameter Kerawanan Longsor DBerikut adalah beberapa parameter kerawanan Jongsor yang digunakan dalam penelitian ini: Jeni tanah 21 @ {OSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Ketan (SEMITAN 11) Unsiat Tehnclog! Adi Tama Serabaya (ITATS), Indonesia, 10 Jali 2021 Tanab (soil) merapakan lapisan teratas dari bbumi. Tanah sengst penting bagi manusia arena Kebidupan manusia berada di sasnya, Tanah terbentuk dari bebatuan yang mengalami pelapukan. Proses Pelapukan ini terjadi dalam waktw yang lama bahkan hingga ratusan —tabun, Pelapukan batuan menjadi tanah juga dibantu dengen beberapa mikroorganisme, perubahan suhu dan air. Jenis tanah dari satu dacrah dengan dara lainnya berbeds tergantung dari Komponen yang ada di dalam dactab tersebut. Komponen yang ada di dalam tanah yang baik untuk tanaman adalah tanah yang mengandung ‘mineral $0%, bahan organik 5% dan air 25% (Yulia, 2015), Jenis tanah yang kurang padat adalah tana lempung atay tanh Tat dengan ketsbalan lebih dari 2,5 m dari sudut lereng lebih dari 220. Tanah jenis ini momiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor terutama bila terjadi hujan. Selain ‘tu tanah ini sangat rentan tethadap pergerakan tanah karen menjedi lemivek terkena air dan pecah Ketika hawa terlalu ppanas (Nandi, 2007-7) Menurut SK Me 837/Kpts/Umi/1 1/1980, mengklasifikasikan jenis—tanah berdasarkankepekaan tanah_terhadap erosi. Berikut adalah jenis tanah beserta bobo: eri Pertanian No, Tabel 1. Klasifiasi kepekaan jenis tanah terkadap tingkat erost Tenis Tanah] Tingkat ] Bobot Ero “a Tak Geren! | Task | itaromort_|_? sate] > tatoot | a > Brown Forest Soil, Non Calcis | Agak Brown, peka . edteran Fado Later, Gromosol | Pla | 4 Podiol Pods egos. Litesol Organov, | St | 5 Renna 2. Kemiringan lereng TLereng atau tebing yang. terjal akan memperbesar gaya pendorong. Leteng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengaya tera ddan bidang longsorannya mendatar (Nandi, 2007-7) Terdapat tiga tipe lereng. yang rentan untuk bergerak menurut (Karnawati, 2003, dalam Sugianti, 2014), yaitw 1, Lereng yang tersusun oleh tumpukan tanah residu yang didasari oleh batuan atau tanah yang, lebih kompak 2. Lereag yang tersusun oleh perlapisan hatuen yang miring scarah kemiringan Tereng mau pun berlawanan dengan kemiringan lereng, 3. Lereng yang tersusun oleh blok-blok batuen Tabel 2. Klasifikast Kemiringan Lereng berdasarkan (Wan Zuidam, 1983 dalam Sugianti, 2014) eninge |e | Se (%) Lereng | Morfologi | Bobot Oa Bese [Das [1 PRIS | Tantei | peretierhatus |? “em sedang ce | a oas | S| herctien |S Mem | sangat kasar Cah jn Anecaman tanah longsor biasanya dima pada bulan November karena meningkatnya intensites curah hujan, Musim keting yang panjang akan -menyebabkan — terjadinya enguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar, Hal ity mengakibatkan ‘munculaya pori-pori stau rongea tana hingea terjadi retakan dan merckahnyatanah permukaan. Ketika hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak schingge tanah dengan ‘cepat mengeminang Kembali Pada aval musima ‘nyjan, intenstes hyjan yang tinggi biasanya 22 @4 {OSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Ketan (SEMITAN 11) UnsiatTehnclog! Adi Tama Surabaya (TATS), Indonesia, 10 J 2 ‘ering terjadi, sehingga kandungan air pi fanah menjadi jenuh dalam waktu yang singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat ‘menimbulkan longsor karena melalui tanah yang. merekah air akan masuk dan ferakumulasi dibagian dasar lereng, sehingga rmenimbulkan gerakan lateral. Bila ada pepehonan dipermukaannya, tanah longsor dapat dicegah karena air akan diserap oleh ‘Akar tumbuban juga akan berfingsi mengikattanah (Nandi, 2007-6). tumbubaa, Tabel 3. Kiasifikasi intensitascurah—hujan Pusliaanak, 2004 dalam Falahnsia, 2015) Tataguna Tingkat Erosi Bobot Lakin tan dak “ap cost wangiek | crak po erin 1 ee 2 Perkebunan | Agak peketerhadap evosi | 3 Permukinan 7 Becmukian, | pekaterhadap csi 4 “Tegan, Tanah | — Sangatpeka terhadap 3 terbuka esi 4, Penggunaan lahan Tanah longsor banyak terjadi di dacrah sata lahan persawahan, perladangen, dan adanya sgenangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya Kurang kuat rmengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan ‘untuk daerah perladangan penyebabnya adalah arena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnye teradi di daerah longsoran lama (Nandi, 200738) ‘untuk Tatensitas Curah Hujan_| Parameter | Bobot (MovTabun) 000 Renda | T > ‘Agak, > 1000-2000 | one | 2 2000-2500 | Sedang | > 2.500-3.000 | ABtk 4 Tinggi 55000 Tinggi 5 Tabel % Klasifikasi Penggunaan —Lahan (Karavi, 2003 dalam Sugianti, 2014) 5. Jenis batuan Faktor geologi yang mempengaruhi teriadinya gerakan tena steuktur _gcologi,sifat batuan, hilangnys perekat tanah kkarena proses alami (pelarutan), dan gempa {Suron0, 2003 dalam Effendi, 2008) Batuan endapan gunung api dan sedimen Derukuran pasir dan campuran antara Kerik, pasir, dan lempung umumnya kurang kuat, BBatuan tersebut akan mudah menjadi tanal apabila mengalami proses pelepukan dan umumnya rentan tethadap tanah longsor bila terdapat pada lereng yang terjal (Nandi; 2007.8), Menurut Falabnsia (2015), batuan dalam ima geologi tidak selak merupakan massa ‘yang padat, teapi pasir yang lepas, batubara ‘yang ringan etaupun lat yang gembur masuk di dalam istilah batuan, Sehingga dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu yang ‘menjadi bahan pembentuk kerak bumi adalah Dbatuan, Batuan-batuan dapat patah den pecah ‘menjadi lempengan-lempengan Karena sifat batuan yang rapuhy dan mengalemi patahan selama deformasi. Jenis baluan senditi dapat dikelompokan menjadi 3, yaitu betuan beku Ugneous Rocks), atuan (Sedimentary Rocks) dan batuan metamort (Metamorphic Rocks). Menurut (Muni, 2003 dalam Falahnsia, 2015), batuan beku adalah Dbatuan yang terjedi dari pembeku materi ‘adalah sedimen 23 {OSIDING, Seminar Teknologi Kebumi UnsiatTehnclog! Adi Tama Surabaya (TATS), Indonesia, 10 J 2 Kelastan(SENITAN tt) 7 Wo. 3, No.1 Jal 20 ‘ental yang berasal dari dalam bumi (magma) Magma panas yang bergerak dati dalam bumi ke permukaan bumi makin lama makin dingin dan akhimyamembeku, Batuan_sedimen rmerupaken batuan yang terjadi karen pengendapan materi hasil etosi, Diana proses terjadinya, diawali dari batuen yang telah ada, baik berupa batuan beku, metamorf atau batuan sedimen lainnnya yang mengalarsi pelapukan, tererosi, dan terbawa pergi serta emudian diondapkan di tempat lain, Betuan ‘metamorf adalah batuan yang telah mengalarsi perubsban dari bentuk asalnya, yakni betuan yang sudah ada baik batuan beku, sedimen ‘maupun batuan metamorf yang lain schingga terjadi perubahan dari bentuk asalnya, Tabel 5. Klasifikasi Jeni Barwan _menurut (Pustivanak, 2004 dalam Falahnsia, 2015). ‘Tenis Batwan | Keterangan | Bobot Batuan Alovial | Rendah | _1 Batuan Vulkan Sedang |? Batuan “Teak 3 Sedimen Tinggi Batuan Sedimen dan Batuan Tinggi | 4 Vulkanik 6, Dari parameter di alas akan menghasilkan peta tingkat kerawanan longsor yang terbagi ‘menjadi 3 kelas, yaitu 1. Kurang Rawan, 2 Rawan, 3. Sangat Rawan Metode Fuzzy Logi Secara umum, fuzzy logic adalah sebuah metodologi berhitung dengan vaviabel kata-kata (linguistic variable), sebagai pengganti herhitung dengan bilangan (Naba, 2009), Logika fuzzy adalah suatu cara yang tepat untuk memetakan suatu ruang input ke dalam suatu ruang ouput. Teori himpunan logika amar ini dikembangkan oleh Prof. Lofti Zadeh pada tahun 1965. Zadeh berpendapat bahwa logika benar dan salah dalam logika Konvensional tidak dapat ‘mengalasi masalah gradasi yang berada pada dunia nyata, Tidak seperti logika boolean, logike fiery mempunysi nilai yang continue. Samar dinyatakan dalam derajat dari suatu keanggotaan dan dergjat dari Kebenaran. Oleh sebab itu, sesuatu dapat dikatakan sebagian benar dan sebagian salah pada waktu yang sama (Al Hakim, 2010). Suatu sistem berbasis aturan fuzzy logie terdiei dari tiga komponon utama yaitu. Fuzification, Inference dan Defuzzifcation (Suyanto, 2008:28 dalam Akshar, 2013); ~~ elle \ Facey oviet —Oytout u _— Gambar 4. Komponen Utama Fuzzy Logie Sumber: Penentuan TingkatKerawanan Longsor Menggunakan Metode Fuzzy Logie (Akshar, 2013) 1. Fuzzyfieation Fuzzifikasi merupakan proses pemetaan silai-nilai ‘input (crisp input) yang berasal dati sistem yang kontrol ke dalam himpunan fuzzy menurut fangsi eanggotaannys. Himpunan fuzzy —_tersebut ‘merupakan fuzzy input yang akan diolah secara fuzzy pada proses berikutnya Fuzifikasi dijelaskan secara lebih detail. oleh (Akshar, 2013:100) yang sudah dimodifikasi sebagai berikut: 4. Tenis Tanab Tabel 6. Nilai Linguist Jenis Tanah Nilai Linguistik [Nita Tidak Poke xs10 SedikitPeka_[ 103000 mmitabun, TBerdasarkan data iklim harian yeng di analisis dari Badan Motereologi dan Klimatologi Geofisika Tabun 2020, curah faujan di Kecamatan Batukliang Utara ‘memiliki intenstas curah bujan rate-rata barian paling readah adalah 3.7 mm/Tlari ddan 1.361 mm/Tahun, sedangkan intensitas ccurah hujan ratarata harian paling tinggt adalah 5.1 mnv/Hari dan 1870 mev’Tahun. Dari hasil Klasiikasi terhadap lokasi penelitian didspatkan 1 tipe Kelas curah hhujan, ya kelas dengan intensitas hyjan 1000-2000 mavtahun. See | Gambar 8. Peta Curah Hujan (Has pengolahan ‘berdasarkan data Badan Metereologi dan Klimatologi Geofisika, 2020) Peta Penggunaan Lalan Peta penggunaan Iahan, adalah peta yong menggambarken penggunan laban i daerah penelitian dan dikelompokkan dalam hutan tidak sejenis, hutan sejenis, perkebunan, pemukiman, sawah, kolam, tegalan dan tanah terbuka. Citra satelit Google Earth dalam bentuk raster di Georeferencing menggunakan software Arcgis lalu digitasi data raster tersebut schingga menjadi data dalam bbentuk vektor, kemudian baru di digitasi, Berikut adalah hasil digitasi peta penggunaan lahan Kecamatan Batukliang tara: 26 PROSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Kelutan (SEMITAN 11) Tesi Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Indonesia, 1 ISSN 2686-0681, 7 ol. 3, No.1 Jo 2021 Lw# | Gambar 9, Peta Penggunaan Lahan (ail ‘pengolahan berdasarkan data Google Earth, 2020) 4. Peta Jenis Batuan Peta geologi adalah peta yang menggambarkan satuan batuan, straktur geologi dan susunan slratigrafinya. Kecamatan Batukliang Utara ‘memiliki peta lintesan yang dapat menunjukkan Jokasipengematan geologi sehingga dapat rmengetahui sebaran batuannya, Dalam peta geologi hasil penelitian terbagi dalam 3 satuan batuan, antara Jain: Batuan Gueungapi Tak Terpisahikan, Breksi Lahar dan Lava dan Tut Batuapung. dengan Kelas rawan hingga sangatrawan longsor yaitu Desa Teratak, Desa Tanah Beak, Desa Lantan, Desa Aik Bukag dan Desa Mas- mas. Sedangkan 3 desa di _Kecamatan Batukliang Utara, diperoleh 3 desa dengan kelas kurang rawan hingga rewan longsor Desa Karang Sidemen, Desa Aik Berik dan Desa Setiling. Gambar 11, Peta Daerah Rawan Longsor (Hasil ‘pengolahan data peneliian) Kelas Kerawanan Sedang merupakan yang terhias dari elas lainnya dengan luas 2798.242775 Hektar, sedangkan Kelas Sangat Rawan merupakan Kelas dengan luasan yang. terkecil, yaitu 133.284559 Hekta. Tabel 11, Kelas Daerah Rawan Longsor (Hasit ‘pengalahan data penelitian). Kelas Tuas Ha Tidak Rawan SAT BTOOTS Kerawanan Rendah | 2239,615204 Kerawanan Sedang | 2798 22775 Kerawanan Tinga T1258 529 Gambar 10, Peta Geologi (asl pengolahan data penelitian) Sungat Rawan THREES 2, Hasil Peta Daerah Rawan Longsor SIMPULA’ Dari hasil pengolaban overlay terhadap kelima parameter tanah longsor dengan sistem fuzzy logic pada ArcGIS, didapatkan hasil peta ddaerah rawan longsor. Dari basil. tersebut didapatkan 3 Kelas tingkat kerawanan longsor diantaranya Kelas Kurang rawan, Kelas rawan ddan Kelas sangat rawan. Dari 8 desa di Kecamatan Batukliang Utara, diperoleh 5 desa Kesimpulan yang didapat berdasarkan —hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1, Kondisi geologi yang terdapat di dacrah peneltian terdiri dari jenis batuan yang rentan ‘akan erosi dan pelapukan sehingge cukup ‘mempengaruhi adanya potensilongsor. 27 PROSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Kelutan (SEMITAN 11) Tesi Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Indonesia, 1 ISSN 2686-0681, mt Wo. 3, No.1 Ju 2021 2 Peta daerahrawan longsor —Kecamatan Batukliang Utara yang dihasitkan memiliki $ Kelas yaitu tidak rawan dengan luas 641,7 Hektar, Kerawanan rendah dengan luas 2239,6 Hektar, kerawanan sedang dengan huas 2798,2 Hektar, kerawanan tinggi dengan las 191,3 Hektar dan sangat rawan dengan luas 133,3 Hektar. Dari 8 desa terdapat 3 desa_ yang smomiliki Kelas tidak rawan hinge rawan, antara Iain Desa Lantan, Desa Karang Sidemen dan Desa Aik Berik 3. Metode fuzzy logic menggunakan 5 parameter berupa: peta kelerengan yang terdiri dari kelas lereng yang datar (0-8%) sampai sangat curam (45%) memiliki bobot 1-5 schingga memiliki pengaruh yang sangat tinggi terhadap potensi Jongsor, peta penggunaan lahan yang memiliki elas tataguna Jahan dari hutan tidak sejenis yang tidak peks terhadap erosi dengan bobot 1, fnutan sejenis yang kurang peke tethadap etosi dengan bobot 2, perkebuman yang agak peka terhadap —erosi_—dengan”—bobot— 3, emukimansawabvkolam yang peka terhsdap crosi dengan bobot 4, egalan/tanah yang sangat peka tethadap erosi dengan bobot 5. Dari pembagian kelastataguna lahan tersebut, daerah penelitian memiliki peagaruh dominan dari bobot 1,3 dan 4 schingga memiliki pengarth yang tinggi terhadap potensi longsor, peta jenis tanah_ yang terdiri dari jenis tanah Andosol ‘memiliki tingkat erosi yang peka dengan bobot 4 sehingga-memilikipengaruh yang_ tinggi terhadap potensi longsor, pela. geologi yang terdiri dari batuan vulkanik memiliki parameter sedang dengan bobot 2 schingga memiliki ppengaruh yang cukup tinggi terhadap potensi Jongsor, peta curah hujan yang memiliki Jntenstas curah hujan_ sebesar 1,000-2.000 rmmitahun memiliki parameter agak sedang dengan bobot 2 sehingea pengaruh yang cukup tinggi terhadap potensi longsor. Dari $ perameter tersebut yait parameter kelerengan, ppenggunaan shan dan jenis tana memiliki ppengaruh yang sungat besar terhadap peta ddecrah rawan longsor di Kecamatan Batukliang Utara, Sedangkan parameter jenis batuan dan curah hujan-memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap peta daerah rawan longsor di Kecamatan Batukliang Utara. Saran ‘Saran yang saya berikan pada basil penelitian adalah schagai berikut: T. Untuk peneliian selanjulnys, bisa dilakukan ‘menggunaken metode fuzzy logic yang lain seperti metode Fuzzy Logie Maméani, metode ‘Takagi Sugeno atau metode Tsukamoto karena metode Fuzzy Logie yang saya gunakan ‘momiliki keakuratan yang kurang deri 80%. 2. Sebaiknya membangun dinding penahan tanah pada bagian tebing lereng untuk mencegah terjadinya longsor, khususnya di daerah bekas tambang yang digunakan sebagai jalan uta. erly adanya optimalisasi peta dacrah rawan longsor di Keeamatan Batukliang Utara dengan menggunaken metode —geolistrik_— untuk mengetahui secara detail potensi geologi di bbawah permukean yang bisa mempengaruhi terjadinya longsor atau metode kinematik yang. ‘memiliki perhitungan lebih rinci terhadap potensi wan longsor. 4. Perla adanya sosialisasi yang lebih intensif kepada masyarakat di Kecamatan Batukliang Utara tentang has riset agar dapat meneegal kkerusakan maupun korban jiwa, UCAPAN TERIMA KASIH ‘Terimakasih disampaikan kepada pimpinan ITATS yang telah banyak mensupport penclitian ini, serta para pihak yang tidak bisa disebulkan satu persatu Akhimya, terima kasi disempaikan kepada penyelenggara SEMITAN II, sehingga penulis dapat -mepublikasikan karyailmiah ini. DAFTAR PUSTAKA Akshar, 2013. Penestuan Tingkat Kerawanan Longsor Menggunakan Metode Fuzzy Logie. Al-Hakim, Jabar, 2010, Perancangan Prediktor Cusca ‘Maritim Dengan Metode Logika Fuzzy Untuk Meningkatkan Jangkauan Ramalan: Studi -KasusPelayaran Surabaya Banjarmasin. Surebaya: Jurusan Teknik Fisika, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Anonim. 2013. Merumuskan Hipotesis, Jorusan Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa ddan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta Avief Yusuf Effendi, dan Teguh Iariyanto. 2016. Pembuatan Peta Daerah Rawan Bencana ‘Tanah Longsor dengan Menggunakan Metode Fuzzy logic (Studi Kasus: Kabupaten Probolinggo). Jurusan Teknik Geomatika, Fakultas Teknik Sipil dan 28 PROSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Kelutan (SEMITAN 11) Insti Teknologi Ahi Tama Surabaya TTATS), Indonesia, 10 Jl 2021 ISSN 2686-0681, Wo. 3, No.1 Ju 2021 Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2013. Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana Tingkat Kabupaten/Kota ‘Balai Besar Litbang Sumberdaya Laban Pertanian (BBSDLP). 2009, Identifkasi dan. Karakterisasi Laban Rawan Longsor dan Rawan Erosi di Dataran Tinggi untuk Mendukung Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian, BBSDLP, Bogor, Dewile, T'S. 2017. Zonasi Rawan Bencana Tanah Longsor Dengan Metode Analisis Gis: Studi Kasus Daerah Semono Dan Sekitarnys, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Upn “Veteran” Yogyakarta Effendi, A.D. 2008, Identifikasi Kejadian Longsor Dan Penentuan Faktor-Faktor Utama Penyebabnya Di Kecamatan Babakan Madang Kabupaten Bogor. Skripsi Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Falabnsia, A.R. 2015. Analisa Bencana Longsor Terdasarkan Nilai Kerapatan Vegetasi Menggunakan Citra Aster Dan Landsat 8 (Studi Kasus : Sekitar Sungai Bedadung, Kabupaten ember). Program Magister Bidang Keablian Geoinformasi, Jurusan ‘Teknik Geomatika, Fakulas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, Gunradi, R. 2003, Evaluasi Sumber Daya/Cadangan Bahan Galian Untuk Pertambangan Sekala Kecil, Daerah Pulau Lombok, Provinsi Nuss Tenggara Barat Gupta, Avijit. 2002. The Physical Geography of South Fast Asia. Oxford University Press. London, Intarawichian, N. and Dasananda, S. 2010, Analytical hierarchy process for landslide susceptibility mapping in lower Mae Chaem Watershed, Northern Thailand. Joursal of Science and ‘Technology 17(3):277-292, Kamawati, D. 2001. Bencana Alam Gerakan Tanah Indonesia Tabun 2000 (Evaluasi dan Rekomendasi). Jurusan Teknik Geologi Fakullas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Karnawati, D., 2003, “Bencana Alam Gerakan Massa ‘Tanah diIndonesiadanUpaya Penanggulangannya.” —Jurusan Teknik Geologi, Universitas Gajah Mada, ‘Yogyakarta Kusnadi, 2012. Geo-Factor Maps Sebagai Parameter Dalam Analisis ‘Tanah Longsor Dengan ‘Metode Statistik Bivariat Di Lombok. Dinas Energi Dan Pertambangan, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Federal Institute For Geosciences And Natural Resources (Bg), Terman, Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi ‘Bencana Geologi, Badan Geologi, Bandung. Kusumadewi, Sri 2002. Analisis Dan Desain Sistem Fuzzy Menggunakan Toolbox Matlab. ‘Yogyakarta: Graba Iimu. Kusumadewi, Sri, 2003, ‘Yogyakarta: Graba Tim tifcial Intelligent. Mangga Andi, 1994, Peta Geologi Regional Lembar Lombok. Nusa Tenggara Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung. Manga, S. A, Atmawinata, S, Hermanto, B., ‘Setyogroho, B, Amin, T. C. 1994 Geological Map of the Lombok Sheet, West Nusa Tenggara. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Mayasari, D. 2013. Analisis Tingkat Babaya Longsor ‘Tethadap —Keberadaan Pemukiman di Kecamatan Parongpong Kabupaten ‘Bandung Barat. Universitas Indonesia, Mentan, 1980, Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No S37/Kpts/UmvI 1/1980, Menteri Pertanian, Takarta Munir, Moch, (2003), Geologi Lingkungan, Edisi Pertama, Bayumedia Publishing, Malang. Nabe, Agus. 2009. Belajar Cepat Fuzzy Logic ‘Menggunakan Matlab, Yogyakarta: ANDI. ‘Nandi. 2007. Longsor, FPIPS-UPI. Parorak, C. 2019. Analisis Kualitas Batu Gaming. Sebagai Bahan Baku Semen Portland di esa Solokuro dan Sckitarnya, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongen, Provinsi Jawa Timur, Jurusan Teknik’ Geologi, 29 PROSIDING, Seminar Teknologi Kebumian dn Kelutan (SEMITAN 11) Tesi Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS), Indonesia, 1 ISSN 2686-0681, 7 Woh. 3, No.1 Ja Fakullas Teknologi Mineral dan Kelautan, Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya, Peraturen —-Menteri —_—Pekerjaan’ Umum No.22/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor, Prestininzi, A., Romeo, R, 2000, Earthquake induced ground failures in Italy. Engineering Geology, 58, 387-397, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (PUSLITANAK). 2004. Petunjuk Teknis Evaluasi Labas, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencane Geologi 2005, Pengenalan Gerakan Tanah. Jakarta: Mancamedia, Puslittanak, (2004), Laporan_Akhir Pengkajian Potensi Bencana Kekeringan, Banjir dan Longsor di Kawasan Satuan Wilayah Sungai Citarum-Ciliwung, Jawa Barat Begian Barat Berbasis Sistem Informasi Geografis. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor Rasyid Alkhoir Lubis, dkk. 2018, Pemetaan Tingkat Kerawanan Longsor Berdasarkan Curah Hiujan dan Geologi Menggunakan Metode Fuzzy Logic Di Kecamatan Leupung Kabupaten Acch Besar. Program Studi tlmu ‘Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah, Kuala, Riwandy. 2010. Pola Spasial Daerah Tujuan Wisata Pantai Di Pulau Lombok, Fakulas Matematika Dan Ima Pengetahuan Alam, Departemen —Geografi, Universitas Indonesia. Saputre Wahyu. 2016. Analisis Fuzzy Logie Mamdani: Tingkat Kerawanan Longsor Di Kawasan Pujon, Jurusan Fisika Fokultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Schastian, Ligsl, 2008, Pendekatan Pencegahan Dan Penanggulangan —Banjir. Palembang: akultas Teknik Universitas Palemibang, Sochatman, Ramli, 2010. Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat Sugianti, 2014, Pengklasan ‘Tingkst Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Sumedang. Selatan ‘Menggunakan — Melode Storie. Pusat Penelitian Geoteknologi IPL Surono. 2003, Potensi Bencana Geologi di Kabupaten Garut. Prosiding Semiloka Mitigasi Bencana Longsor di Kabupaten Garut. Pemerintah ‘Kabupaten Garut Suyanto, 2008. So Computing Membangun Mesin ‘Ber-1Q Tinggi. Bandung: Informatika, UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana ‘Van Zuiéam, RA., 1983, Guide to Geomorphologic ‘Aerial Photographie Interpretation and. ‘Mapping, ITC Enschede, Netherlands. Yulia. 2015. 18 Jenis-Fenis Tanah Di Indonesia: ‘Manfuat, Persebaran Gambarannya. Zadch, L. A. 1994. Fuzzy Logic, Neural Networks ‘and Soft Computing, Communication of The ACM, pp. 77-84 Zulmi, APP, dkk. 2015. Struktur Geologi Bali Dan ‘Nusa Tenggara, Jurusen Geografi, Program Studi $1 Geografi, Fakultas Tlmu Sosil, Universitas Negeri Malang. 30

You might also like