You are on page 1of 14

MAKALAH FILSAFAT

" Sejarah Filsafat "

Dosen Pengampu :
Disusun Oleh:
1. Fina puji hati ( 210104105 )
2. M. Indra jati bagaskara
3. Baiq. Yunik apria apriza

TADRIS IPA-BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjat kan kehadirat tuhan yang maha esa yang telah berikan rahmat
hidayah nya, sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini, dan kami buat dengan waktu
yang telah di tentukan Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak pihak yang telah memberi sumbangsi
kepada kami dalam penyelsaian makalah ini. Dan tentunya penulis juga menyadari, bahwa
masi terdapat banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Dan hal ini karena
keterbatasan kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini kita dapat belajar demi kemajuan kita dan ilmu
pengetahuan.

Mataram, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Filsafat
B. Sejarah Masa Abad Yunani
C. Sejarah Masa Abad Pertengahan
D. Sejarah Masa Abad Modern
E. Sejarah Masa PascaModern
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum, filsafat biasanya di pahami dari dua sisi, yaitu sebagai disiplin
ilmu dan sebagai landasan filosofis bagi proses keilmuan. Sebagai sebuah disiplin
ilmu, filsafat ilmu merupakan cabang dari ilmu filsafat yang membicarakan okyek
khusus yaitu ilmu pengetahuan dan sudah memiliki sifat dan karakter hamper sama
dengan filsafat pada umumnya. Sementara sebagai landasan filosofis bagiproses
keilmuan dan merupakan krangka dasar dari proses keilmuan itu sendiri.[1] Artinya
filsafat itu mecakup makna yang mengarahkan kepada penelaahan secara ilmiah
sebagai smber pengetahuan dan ilmu.
Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah
berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif.
Karenanya, untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan harus
melakukan pembagian atau klasifikasi secara periodik.
Setiap periode sejarah pekembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas
tertentu. Perkembangan pemikiran secara teoritis senantiasa mengacu kepada
peradaban Yunani. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Dewasa ini kajian filsafat sudah menjadi bahan ajar bagi tiap-tiap universitas,
berbagai kajian mengenai hakikat kehidupan. Bagaimanakah kehidupan ini? Dan
untuk apa kehidupan ini?, manusia mempunyai seperangkat pengetahuan yang bisa
membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk. Orang lain yang mampu
memberikan penilaian secara objektif dan tuntas serta pihak lain yang melakukan
penilaian sekaligus memberikan arti, itu adalah pengetahuan yang disebut filsafat.
Ditinjau dari segi historis, hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan
mengalami perkembangan yang sangat menyolok.Pada permulaan sejarah filsafat di
Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya
kecenderungan yang lain.
Mengetahui perkembangan filsafat sangatlah penting peranannya terhadap
perkembangan pemikiran manusia untuk kedepannya. Sebab, pembahasan tentang
filsafat akan menyelidiki, menggali, dan menelusuri sedalam, sejauh, dan seluas
mungkin semua tentang hakikat hidup dan aspek di dalamnya. Dalam hal ini, kita bisa
mendapatkan gambaran bahwa filsafat merupakan akar dari semua ilmu dan
pengetahuan yang berkembang di muka bumi ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Yunani Kuno ?
2. Bagaimanakah Sejarah Perkembangan Filsafatat Pada Abad Pertengahan ?
3. Bagaimana Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Modern ?
4. Bagaimana Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa pasca modern
C. Tujuan
1. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Yunani
2. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafatat Pada Abad Pertengahan
3. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa modern
4. Menjelaskan Sejarah Perkembangan Filsafat Pada Masa Pasca Modern
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Filsafat
Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti semesta dalam hal makna
(hakikat) dan nilai-nilainya (esensi) yang tidak cukup dijangkau hanya dengan panca
indera manusia sekalipun. Bidang filsafat sangatlah luas dan mencakup secara keseluruhan
sejauh dapat dijangkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa
yang merupakan tujuan hidupnya. Metode filsafat adalah metode bertanya. Objek formal
filsafat adalah ratio yang bertanya. Obyek materinya adalah semua yang ada.
Kata filsafat ilmu merupakan hal yang sangat penting utamanya dalam pengkajian
ilmu pengetahuan, karena filsafat ilmu merupakan keinginan mendalam untuk mengetahui
sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya.berdasar kepada pengertian filsafat tersebut, dpat
didefenisikan bahwa filsafat itu memang sudah ada sejak adanya manusia pertama yaitu
nabi adam AS. Berikut periodesasi filsafat ilmu:
Pengertian filsafat menurut para ahli:
1. Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika.
2. Socrates menyebutkan bahwa filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami
hakikat alam dan realitas ada dengan mengandalkan akal budi. Menurut Plato (427-
347 SM), pengertian filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang hakekat. Ilmu filsafat
adalah upaya untuk mencapai pengetahuan dan mengetahui tentang kebenaran yang
sebenarnya.
B. Zaman Yunani Kuno
1. Zaman Yunani kuno (abad-7-2 SM)
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian
karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, di mana arah
dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya. Mereka membuat
pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal
pikir) dan tidak berdasarkan mitos belaka. Mereka mencari asas yang pertama dari
alam semesta yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba
berubah.
Zaman Yunani kuno dipandang sebagai zaman keemasan filsafat, karena pada masa
ini orang memiliki kebebasan untuk mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya, Yunani
pada masa itu dianggap sebagai gudangnya ilmu dan filsafat. Bangsa Yunani juga tidak
dapat menerima pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada sikap menerima saja
(receptive attitude) tetapi menumbuhkan anquiring attitude (senang menyelidiki secara
kritis).
Sikap inilah yang menjadikan bangsa Yunani tampil sebagai ahli-ahli pikir yang
terkenal sepanjang masa.slaha satu tokoh Yunani yang terkenal pada waktu itu
PARMENIDES dengan pendapatnya ”hanya yang ada itu ada” menides tidak
mendefinisikan apa itu "yang ada", tetapi dia menyebutkan beberapa sifatnya yang
meliputi segala sesuatu. Menurutnya, "yang ada" itu tidak bergerak, tidak berubah, dan
tidak terhancurkan. "Yang ada" itu juga tidak tergoyahkan dan tidak dapat disangkal.
Kalau orang menyangkal bahwa "yang ada" itu tidak ada, dengan pernyataannya sendiri
orang itu mengakui bahwa "yang ada" itu ada. Sebab, kalau benar "yang ada" itu tidak
ada, orang itu tidak dapat menyangkal adanya "yang ada". Jadi, kenyataan bahwa "yang
ada" itu dapat ditolak keberadaannya menunjukkan "yang ada" itu memang ada,
sedangkan "yang tidak ada" itu tidak ada! Sesuatu "yang tidak ada" sama sekali tidak
dapat dikatakan atau dipikirkan, apalagi didiskusikan (disanggah atau diiyakan).
Sebaliknya, "yang ada" itu selalu dapat dikatakan, dipikirkan, dan didiskusikan. Oleh
sebab itu, pernyataan Parmenides ini menjadi terkenal, "Ada dan pemikiran itu satu dan
sama." Maksudnya, "yang ada" itu selalu bisa dipikirkan, dan "yang dapat dipikirkan"
selalu ada. Parmenides membuat suatu pemisahan tajam antara apa yang kelak disebut
"pengetahuan empiris", yakni pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman
atau pencerapan indrawi (empeiria, Yunani), dengan "pengetahuan akal budi" yang
murni dan sejati. Jenis pengetahuan yang terakhir ini hanya diperoleh berkat akal budi
yang mampu menangkap "ada" yang bersifat satu dan tidak berubah, di balik segala
sesuatu yang bersifat indrawi melulu dan tidak mantap. Dengan gaya seorang penyair,
Parmenides menantang siapa pun untuk berani memakai daya akal budinya melawan
arus pendapat umum, "Jangan biarkan dirimu didesak ke jalan yang salah oleh kuatnya
kebiasaan dan pandangan umum. Jangan percaya pada penglihatan yang menyesatkan
dan telinga yang hanya mengumpulkan bunyi-bunyi. Juga jangan percaya pada lidah:
hanya akal budi semata-mata hendaklah menjadi penguji dan hakim segala sesuatu."
C. Zaman Abad Pertengahan (Abad 2- 14 SM)
Zama Filsafat abad pertengahan adalah filsafat pada era yang dikenal sebagai abad
pertengahan, periode sejarah yang membentang dari jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat
pada abad ke-5 masehi hingga periode Renaissance pada abad ke-16. Filsafat abad
pertengahan, dipahami sebagai sebuah proyek penyelidikan filosofis yang independen,
yang dimulai di Baghdad, di tengah-tengah abad ke-8, dan di Prancis, dalam masa
pemerintahan Charlemagne, pada kuartal terakhir abad ke-8. Periode ini juga didefinisikan
sebagai proses menemukan kembali budaya kuno yang pernah berkembang pada masa
Yunani dan Roma pada periode klasik, dan juga kebutuhan untuk mengatasi masalah
teologis dan untuk mengintegrasikan ajaran suci dengan pembelajaran sekuler.n
pertengahan (middle age) ditandai dengan para tampilnya theolog di lapangan ilmu
pengetahuan. Ilmuwan pada masa ini artinya hampir semuanya para theolog, sehingga
aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Atau menggunakan istilah lain
kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran kepercayaan . Semboyan di masa
ini artinya Anchila Theologia (abdi kepercayaan ). Peradaban global Islam terutama abad 7
yaitu Zaman bani Umayah telah menemukan suatu cara pengamatan stronomi, 8 abad
sebelum Galileo Galilie dan Copernicus. Sedangkan peradaban Islam yg menaklukan
Persia di abad 8 Masehi, telah mendirikan Sekolah kedokteran serta Astronomi pada
Jundishapur.
Ada masa pertengahan ini, terdapat periode yang membuat perkembangan filsafat
tidak berlanjut, yaitu pada masa skolastik Kristen.Hal ini dikarenakan pihak gereja
membatasi para filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan terhambat dan tidak
bisa berkembang, karena semuanya diatur oleh doktirn-doktrin gereja yang berdasarkan
kenyakinan. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dari keyakinan para
gerejawan, maka filosof tersebut dianggap murtad dan akan dihukum berat samapai pada
hukuman mati.
Secara garis besar filsafat abad pertengahan dapat dibagi menjadi dua periode yaitu:
periode Scholastik Islam dan periode Scholastik Kristen.
1. Pada periode Scholastik Islam, para filosof Islamlah yang pertama mengenalkan
filsafatnya Aristoteles. Diantaranya adalah Ibnu Rusyd, ia mengenalkan kepada
orang-orang barat yang belum mengenal filsafat Aristoteles. Para ahli pikir Islam
yang lain (Scholastik Islam) yaitu Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dan
lain-lain. Mereka itulah yang memberi sumbagan sangat besar bagi para filosof
Eropa yang menganggap bahwa filsafat Aristoteles, Plato, dan Al-Quran adalah
benar. Namun dalam kenyataannya bangsa Eropa tidak mengakui atas peranan ahli
pikir Islam yang mengantarkam kemoderenan bangsa Barat.
2. Pada masa ini Scholastik Kristen, kekuasaan agama masih begitu berpengaruh
terhadap perkembangan kehidupan filasafat, khususnya di kawasan Eropa. Adanya
tren perbudakan membuat para pemikir ahli terbatas hanya dari kaum agamis yang
berada di gereja saja, karena mereka yang diluar gereja terlalu disibukkan dengan
urusan melayani orang lain, daripada memikirkan hal- hal yang tidak
mengenyangkan seperti filsafat. Pada masa inilah perkembangan filsafat dan ilmu
pengetahuan sangat buruk. Karena pihak gereja membatasi dan melarang para
filosof dalam berfikir, sehingga ilmu pengetahuan dan filsafat tidak berkembang.
E. Perkembangan Filsafat Zaman Modern
Filsafat Modern adalah pembagian dalam sejarah Filsafat Barat yang menjadi
tanda akhir-akhirnyanya era skolastisisme. Kala munculnya filsafat modern adalah
tahun ke-17 sampai awal ratus tahun ke-20 di Eropa Barat dan Amerika Utara.[3]
Filsafat Modern ini pun dimulai sejak munculnya rasionalisme lewat pemikiran
Descartes, seorang filsuf terkemuka pada 100 tahun Modern.
Zaman ini ditandai dengan berbagai dalam bidang ilmiah, serta filsafat dari
berbagai aliran muncul. Pada dasarnya corak secara keseluruhan bercorak sufisme
Yunani. Paham–paham yang muncul dalam garis besarnya adalah Rasionalisme,
Idialisme, dengan Empirisme. Paham Rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah
alat terpenting dalam memperoleh dan menguji pengetahuan. Ada tiga tokoh penting
pendukung rasionalisme, yaitu Descartes, Spinoza, dan Leibniz.
Sedangkan aliran Idialisme mengajarkan hakekat fisik adalah jiwa., spirit, Para
pengikut aliran/paham ini pada umumnya, sumber filsafatnya mengikuti filsafat
kritisisismenya Immanuel Kant. Fitche (1762-1814) yang dijuluki sebagai penganut
Idealisme subyektif merupakan murid Kant. Sedangkan Scelling, filsafatnya dikenal
dengan filsafat Idealisme Objektif .Kedua Idealisme ini kemudian disintesakan dalam
Filsafat Idealisme Mutlak Hegel. Pada Paham Empirisme mengajarkan bahwa tidak
ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oleh pengalaman. ini bertolak belakang
dengan paham rasionalisme. Mereka menentang para penganut rasionalisme yang
berdasarkan atas kepastian-kepastian yang bersifat apriori. Pelopor aliran ini adalah
Thomas Hobes Jonh locke,dan David Hume.
Pada masa Modern terjadi perkembangan yang pesat pada bagian ekonomi. Hal ini
terlihat dari kota-kota yang mengembang menjadi pusat perdagangan, pertukaran
barang, perkara ekonomi monoter, dan perbankan. Kaum kelas menengah menerapkan
upaya sebagai bangun dari keterpurukan dengan mengembangkan suatu kebebasan
tertentu. Kebebasan ini berkaitan dengan syarat-syarat landasan kehidupan. Segala
jenis barang kebutuhan dapat dibeli dengan uang. Makanisme pasar pun sudah mulai
mengambil peranan penting sebagai menuntut manusia sebagai rajin, cerdik, dan tajam
cara melakukan sesuatu. Dari sudut pandang sosio-ekonomi menjelaskan bahwa
individu berhadapan dengan tuntutan-tuntutan baru dan praktis yang mesti dijawab
berlandaskan kemampuan adat yang mereka miliki. Kemampuan ini tanpa mesti
mengacu kepada otoritas lain, entah itu dari kekuasaan gereja, tuntutan tuan tanah
feodal, maupun nasihat muluk-muluk dari para filsuf.
Dari sudut pandang sejarah Filsafat Barat melihat bahwa masa modern adalah
periode dimana beragam arus pemikiran baru mulai muncul berulang-ulang dan beradu
dalam kancah pemikiran filosofis Barat. Filsafat Barat menjadi penggung perdebatan
antar filsuf terkemuka. Setiap filsuf tampil dengan gaya dan argumentasinya yang
khas. Argumentasi mereka pun tidak jarang yang bersifat kasar dan sini, kadang tajam
dan pragmatis, hadir juga yang sentimental. Sejarah filsafat pada masa modern ini
dibagi ke dalam tiga 100 tahun atau periode, yaitu: 100 tahun Renaissans
(Renaissance), 100 tahun Pencerahan Budi (Aufklarung), dan 100 tahun Romantik,
khususnya periode Idealisme Jerman.
Hadir beberapa tokoh yang menjadi perintis yang membuka jalan baru menuju
perkembangan ilmiah yang modern. Mereka adalah Leonardo da Vinci (1452-1519),
Nicolaus Coperticus (1473-1543), Johannes Kepler (1571-1630) dan Galileo Galilei
(1564-1643). Sedangkan Francis Bacon (1561-1623) adalah filsuf yang meletak
landasan filosofisnya sebagai perkembangan dalam bagian ilmu ilmu. Dia adalah
bangsawan Inggris yang terkenal dengan karyanya yang bermaksud sebagai
menggantikan teori Aristoteleles tentang ilmu ilmu dengan teori baru.
Sekalipun demikian, Rene Descartes adalah filsuf yang sangat terkenal pada masa
filsafat modern ini. Rene Descartes (1596-1650) diberikan gelar sebagai bapa filsafat
modern. Dia adalah seorang filsuf Perancis. Descartes berupaya bisa filsafat pada
Kolese yang dipimpin Pater-pater Yesuit di desa La Fleche. Descartes menulis sebuah
buku yang terkenal, yaitu Discours de la method pada tahun 1637. Bukunya tersebut
mengandung tentang uraian tentang perkara perkembangan intelektuilnya. Dia dengan
lantang mencetuskan bahwa tidak merasa puas dengan filsafat dan ilmu ilmu yang
menjadi bahan pendidikannya. Dia juga menjelaskan bahwa di dalam alam ilmiah
tidak hadir sesuatu pun yang diasumsikannya pasti. Segala sesuatu bisa dipersoalkan
dan pada kenyataannya memang dipersoalkan juga.

F. Filsafat Postmodern (pasca modern)


Filsafat pascamodern adalah aliran filsafat yang memiliki arahan proyeksi kritis
terhadap asumsi-asumsi dasar filsafat Barat dan terutama filsafat dari abad ke-18 pada
masa Pencerahan. Filsafat pada periode ini menekankan pentingnya hubungan kekuasaan,
personalisasi dan wacana dalam proses "konstruksi" suatu kebenaran ataupun suatu
pandangan dunia. Para pemikir pascamodern menyangkal bahwa realitas obyektif ada,
sebagaimana halnya yang dipercayai oleh para pemikir pada abad modern ataupun pada
masa-masa sebelumnya, dan menyangkal bahwa terdapat nilai-nilai moral yang objektif.
Filsafat pascamodern sering tampak sangat skeptis akan oposisi biner yang
merupakan ciri khas strukturalisme, menekankan bahwa para filsuf umumnya hanya
menekankan permasalahan pada pembedaan antara pengetahuan dan kebodohan, kemajuan
sosial dan kemunduran, dominasi dan kepatuhan, perihal yang baik dan yang buruk, serta
keberadaan dan ketiadaan.
Secara etimologis postmodernisme terbagi menjadi dua kata, post dan modern. Kata
post dalam Webste’s Dictionary Library adalah prefik, diartikan dengan “later or after”.
Bila kita menyatukannya menjadi post modern maka akan berarti sebagai koreksi terhadap
modern itu sendiri dengan mencoba menjawab pertanyaan – pertanyaan yang tidak
terjawab di zaman modern yang muncul karena adanya modernitas itu sendiri.
Sedangkan secara terminologi menurut tokoh dari post modern, Pauline Rosenau
(1992) mendefinisikan postmodern secara gamblang dalam istilah yang berlawanan antara
lain: pertama, post modernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan
kegagalannya memenuhi janji – janjinya. Juga pstmodern cenderung mengkritik segala
sesuatu yang diasosiasikan dengan modernitas. Yaitu pada akumulasi pengalaman
peradaban Barat adalah industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi, negara bangsa,
kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritas – prioritas modern
seperta karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi,
humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur
netral,peraturan impersonal dan rasionalitas. Kedua, teoritisi postmodern cenderung
menolak apa yang biasanya dikenal dengan pandangan dunia ( world view ), metanarasi,
totalitas, dan sebagainya.
Postmodern pertama kali muncul di Prancis sekitar tahun 1970-an. Pada awalnya
postmodern lahir terhadap kritik arsitektur, dan harus kita akui kata postmodern itu sendiri
muncul sebagai bagian modernitas. Benih posmo pada awalnya tumbuh di lingkungan
arsitektur. Charles Jencks dengan bukunya “The Language of Postmodern” . Architecture
(1975) menyebut postmodern sebagai upaya untuk mencari pluralisme gaya arsitektur
setelah ratusan tahun terkurung satu gaya. Pada sore hari di bulan juli 1972, bangunan
yang mana melambangkan kemodernisasian di ledakkan dengan dinamit. Peristiwa
peledakan ini menandai kematian modern dan menandakan kelahiran posrmodern.
Ketika postmodern mulai memasuki ranah filsafat, post dalam modern tidak
dimaksudkan sebagai sebuah periode atau waktu tetapi lebih merupakan sebuah konsep
yang hendak melampaui segala hal modern. Postmodern ini merupakan sebuah kritik atas
realitas modernitas yang dianggap telah gagal dalam melanjutkan proyek pencerahan.
Nafas utama dari posmodern adalah penolakan atas narasi – narasi besar yang muncul
pada dunia modern dengan ketunggalan gangguan terhadap akal budi dan mulai memberi
tempat bagi narasi – narasi kecil, lokal, tersebar dan beraneka ragam untuk untuk bersuara
dan menampakkan dirinya.
Postmodernisme bersifat relatif. Kebenaran adalah relatif, kenyataan atau realita
adalah relatif, dan keduanya menjadi konstruk yang tidak bersambungan satu sama lain.
Dalam postmodernisme, pikiran digantikan oleh keinginan, penalaran digantikan oleh
relativisme. Kenyataan tidak lebih dari konstruk sosial, kebenaran disamakan dengan
kekuatan atau kekuasaan.
Akhirnya, pemikiran postmodern ini mulai mempengaruhi berbagai bidang
kehidupan, termasuk dalam bidang filsafat, ilmu pengetahuan dan sosiologi. Postmodern
akhiryna menjadi kritik kebudayaan atas modernita. Apa yang dibanggakan oleh pikiran
modern sekarang dikutuk dan apa yang dulu dianggap rendah sekarang justru dihargai.
Tokoh atau Filusuf Postmodern

1. Frederich Wilhelm Nietzsche


Lahir di Rochen, Prusia 15 Oktober 1884. Pada masa sekolah dan mahasiswa, ia
banyak berkenalan dengan orang – orang besar yang kelak memberikan pengaruh
terhadap pemikirannya, swperti John Goethe, Richard Wagner, dan Fraderich Ritschl.
Karier bergengsi yang pernah didudukinya adalah sebagai Profesor di Universitas Base.
2. Charles Sanders Pierce
Charles Sanders Pierce, 10 September 1839 adalah seorang filsuf, ahli logika
semiotika, matematika dan ilmuan Amerika Serikat yang lahir di Cambridge,
Massachusetts.
3. Michel Foucault
Paul – Michel Foucault (Poitiers, 15 Oktober 1926 – Paris 25 Juni 1984) adalah
seorang filsuf asal Perancis. Ia adalah salah satu pemikir paling berpengaruh pada
zaman pasca perang dunia II. Foucault dikenal akan penelaahannya yang kritis terhadap
berbagai institusi sosial, terutama psikiatri, kedokteran dan sistem penjara, serta karya –
karyanya tentang riwayat seksualitas. Karyanya yang terkait kekuasaan dan hubungan
antara kekuasaan dengan pengetahuan telah banyak didiskusikan dan diterapkan, selain
pula pemikirannya yang terkait dengan “diskursus” dalam konteks sejarah filsafat barat.
Pemikiran Para Tokoh Mengenai Postmodern:
1. Friedrich Wilhelm Nietzsche (1844 – 1900)
Menurutnya manusia harus menggunakan skeptisme radikal kemampuan akal. Tidak
ada yang dapat dipercaya dari akal. Terlalu naif jika akal dipercaya mampu memperoleh
kebenaran. Kabenaran itu sendiri tidak ada. Jika orang beranggapan dengan akal
diperoleh pengetahuan atau kebenaran, maka akal sekaligus merupakan sumber
kekeliruan.
2. Charles Sanders Pierce
Pierce adalah orang yang mengembangkan teori umum tanda – tanda. Pada dasarmya
Pierce tidak banyak mempermasalahkan estetika dalam tulisan – tulisannya. Akan tetapi
teori – teorinya mengenal tanda menjadi dasar pemberian estetika generasi berikutnya.
Menurutnya makna tanda yang sesunnguhnya adalah mengemukakan sesuai tanda.
Tanda harus diinpresentasikan agar dari tanda orisinil berkembng tanda – tanda yang
selalu terikat dengan sistem budaya, tanda – tanda bersifat konfensional, dipahami
menurut perjanjian, tidak ada tanda yang bebas konteks. Tanda selalu bersifat plural,
tanda – tanda hanya berfungsi kaitannya dengan tanda lain. Dalam pengertian Pierce,
fungsi referensial didefinisikan melalui tradikikon, indeks dan simbol. Tetapi
interpretasi holistik juga harus mempertimbangkan tanda sebagai perwujudan gejala
umum, sebagai representamen (qulisign, sinsign, dan legisign) dan tanda – tanda baru
yang terbentuk dalam batin penerima sebagai interpretant (rheme, dicent, dan
argument). Tetapi yang paling sering dibicarakan adalah object (ikon, indeks dan
simbol).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan filsafat pada masa yunani kuno lebih focus pembahasannya mengenai
kosmosentris artinya yang difikirkan oleh orang-orang terdahulu ialah alam semesta,
entah bumi maupun matahari menjadi pusat edar.
Perkembangan filsafat pada masa pertengahan lebih banyak membicarah tentang
theocentris yaitu dimana yang menjadi topic pembicaraannya pada masa itu ialah tentang
keTuhanan.
Sedangkan perkembangan filsafat pada masa modern atau bias juga disebut masa
eropa, lebih banyak kajiannya tentang antroposentris yakni membicara pada diri manusia
itu sendiri.
Dan terakhir masa perkemkembangan filsafat pada masa pascamodern sering tampak
sangat skeptis akan oposisi biner yang merupakan ciri khas strukturalisme, menekankan
bahwa para filsuf umumnya hanya menekankan permasalahan pada pembedaan antara
pengetahuan dan kebodohan, kemajuan sosial dan kemunduran, dominasi dan kepatuhan,
perihal yang baik dan yang buruk, serta keberadaan dan ketiadaan.
B. Saran
Telah kita ketahui bahwa filsafat merupakan induk dari semua disiplin ilmu, namun
perlahan lahan disiplin ilmu mulai memisahkan diri dari filsafat. Mula mula matematika
dan dan fisika dan terakhir psikologi mulai memisahkan diri walaupun masih ada yang
menyatu, namun dalam jumlah kecil. Artinya, cakupan filsafat menyentuh semua aspek
disiplin ilmu maka marilah kita dalami, pelajari dengan ikhtiar dan sungguh-sungguh
agar apabila kita menguasai filsafat maka pemikiran kita semakin luas dan dapat
menguasai ilmu pengetahuan secara ilmiah. Oleh karena itu berusahalah kita agar
menjadi filosof yang terkenal seperti mereka para ahli-ahli filsafat tersebut, InsyaAllah
amin.
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Miska M. Epistemologi Islam: Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam. Jakarta: UI
Press, 1983

Anshari, Endang S. Ilmu, filsafat, dan Agama. Bina Ilmu: Surabaya, 1985

Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta: Kanisius 1998

Sabri, Muhammad Dkk. Filsafat Ilmu. Makassar: Alauddin Press 2009

Raverts, Jerome R. Filsafat Ilmu.Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1982

http://sukman21.blogspot.com/2013/10/periodesasi-perkembangan-sejarah.html

You might also like