You are on page 1of 8

1.

Hakikat guru sebagai pendamping


Guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan
bantuan kepada siswa dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini
merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan, tetapi
juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa.
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan
pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu.
Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Karena sebagaimana diketahui tidak jarang beberapa peserta didik mengalami
kesukaran dalam perkembangannya atau dalam menentukan pilihan hidupnya.
Beberapa peserta didik yang bermasalah tersebut adakalanya sadar bahwa dia
mempunyai masalah, tetapi tidak tahu bagaimana mengatasinya dan juga tidak
mengerti kepada siapa ia harus meminta bantuan untuk menyelesaikan masalahnya
tersebut. Namun demikian, ada pula peserta didik yang tidak sadar bahwa ia sedang
dalam kondisi bermasalah dan tidak merasa harus menyelesaikan masalah tersebut.
Dalam kondisi peserta didik seperti itu, layanan guru bimbingan dan konseling
menjadi hal yang substansial, baik mengenai bimbingan belajar, bimbingan sosial,
maupun bimbingan terhadap masalah-masalah pribadi peserta didik. Bimbingan dan
konseling semakin harisemakin dirasakan perlu keberadaannya di setiap sekolah. Hal
ini didukung oleh berbagai macam faktor seperti yang dikemukakan oleh Koestoer
Partowisastro sebagai berikut.
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara individu maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara
optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kemampuan belajar dan perencanaan karier, melalui berbaga jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan merupakan suatu proses bantuan psikologis dan kemanusiaan
secara ilmiah dan profesional yang dibekali oleh pembimbing kepada yang
dibimbing (peserta didik) agar ia dapat berkembang secara optimal. Bimbingan itu
dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan, baik secara individual
maupun secara kelompok tanpa memandang keadaan umur. Bimbingan
hendaknya merupakan bantuan yang dapat menyadarkan orang itu akan
pribadinya sendiri (bakat, minat, kecakapan, dan kemampuannya) sehingga ia
sanggup memecahkan sendiri masalah-masalah yang dihadapinya.
Jadi pengertian bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang
terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang
dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya, menerima
dirinya, mengarahkan dirinya, dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi
atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik di
dalam keluarga, sekolah dan masyarakat
Sedangkan konseling adalah suatu proses yang berorientasikan belajar, yang
dilaksanakan dalam suatu lingkungan sosial, antara dua orang individu yang
disebut konselor dan klien, dimana seorang konselor harus memiliki kemampuan
profesional dalam bidang keterampilan dan pengetahuan psikologis. Konselor
berusaha membantu klien sehingga ia dapat memecahkan masalahnya berdasarkan
penentuan diri sendiri.
b. Hubungan antara Bimbingan dan Konseling
Menurut para ahli, kegiatan bimbingan dan konseling ini memiliki persamaan,
dan perbedaan. Menurut H. M. Umar dan Sartono (1988: 17), antara guidance dan
counseling mempunyai pengertian yang berbeda, baik dasarnya maupun cara
kerjanya, tetapi keduanya setidak-tidaknya merupakan kegiatan yang sejajar.
Counselling lebih identik dengan psikoterapi, yaitu usaha untuk menolong
individu yang mengalami kesukaran dan gangguan psikis yang serius, sedangkan
guidance identik dengan pendidikan.
Ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa antara bimbingan dan konseling
memiliki persamaan. Menurut Bimo Walgito (1988: 7), antara guidance dan
counseling mempunyai persamaan, di samping adanya sifat- sifat khas yang ada
pada kegiatan konseling.
Menurut Abu Ahmadi (1977: 10), dalam praktiknya, kegiatan guidance dan
counseling saling mengisi. Kegiatan guidance dan counseling, apabila
digabungkan, keduanya dapat saling melengkapi. Bimbingan ataupun konseling
memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk memandirikan individu. Bimbingan
ataupun konseling sama-sama digunakan di lingkungan pendidikan dan mengacu
pada norma yang berlaku. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang
bersumber pada aktivitas manusia, khususnya peserta didik. Peserta didik itu tidak
sama antara satu dengan yang lainnya, baik dalam sifat-sifatnya maupun dalam
kemampuannya. Ada peserta didik yang dapat mengatasi persoalan tanpa bantuan
orang lain dan tidak sedikit peserta didik yang tidak dapat mengatasi persoalannya
jika tidak dibantu oleh orang lain. Melalui bimbingan dan konseling, peserta didik
dibantu untuk mengenal diri dan lingkungannya sehingga ia dapat mengarahkan
dan menyesuaikan dirinya secara positif dan konstruktif demi pengembangan
potensi dirinya secara optimal. Dengan demikian, antara guidance dan counseling
secara umum memiliki persamaan yang sangat berarti dan tidak ada perbedaan
yang fundamental di antara keduanya.
Sehingga secara singkat dapat kita pahami konseling merupakan salah satu
teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan memberikan
bantuan secara individual. Dalam prakteknya, bimbingan dan konseling saling
menyangkut dan isi mengisi. Bimbingan menyangkut konseling, dan sebaliknya,
tetapi bimbingan bukan bagian konseling sedangkan konseling sebagai bagian dari
bimbingan.
c. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai tugas-
tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, sosial, dan pribadi.
Lebih lanjut tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu dalam
mencapai: (a) kebahagiaan hidup pribadi sebagai makhluk Tuhan, (b) kehidupan
yang produktif dan efektif dalam masyarakat, (c) hidup bersama dengan individu-
individu lain, (d) harmoni antara cita-cita mereka dengan kemampuan yang
dimilikinya. Dengan demikian peserta didik dapat menikmati kebahagiaan
hidupnya dan dapat memberi sumbangan yang berarti kepada kehidupan
masyarakat umumnya.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan
kesempatan untuk: (1) mengenal dan melaksanakan tujuan hidupnya serta
merumuskan rencana hidup yang didasarkan atas tujuan itu; (2) mengenal dan
memahami kebutuhannya secara realistis; (3) mengenal dan menanggulangi
kesulitan-kesulitan sendiri; (4) mengenal dan mengembangkan kemampuannya
secara optimal; (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan pribadi dan
untuk kepentingan umum dalam kehidupan bersama; (6) menyesuaikan diri
dengan keadaan dan tuntutan di dalam lingkungannya; (7) mengembangkan segala
yang dimilikinya secara tepat dan teratur, sesuai dengan tugas perkembangannya
sampai batas optimal.
 Tujuan umum bimbingan dan konseling di sekolah
Tujuan umum Bimbingan dan konseling adalah memandirikan peserta didik
dan mengembangkan potensi mereka secara optimal. Dengan demikian,
tujuan konseling secara umum adalah membantu individu mengembangkan
diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang
dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan bakatbakatnya) sesuai dengan
latar belakang mereka (seperti latar belakang keluarga, pendidikan, dan status
sosial ekonomi) serta sesuai dengan tuntutan positif dari lingkungannya.
Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam tujuan yang mengarah
keefektifan hidup sehari tujuan yang mengarah keefektifan hidup seharihari
dengan memperhatikan potensi peserta didik.
 Tujuan khusus bimbingan dan konseling di sekolah
Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ialah agar peserta
didik, dapat: (1) mengembangkan seluruh potensinya seoptimal mungkin; (2)
mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri; (3) mengatasi
kesulitan dalam memahami lingkungannya, yang meliputi lingkungan
sekolah, keluarga, pekerjaan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan; (4) mengatasi
kesulitan dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalahnya; (5)
mengatasi kesulitan dalam menyalurkan kemampuan, minat, dan bakatnya
dalam bidang pendidikan dan pekerjaan; (6) memperoleh bantuan secara
tepat dari pihak-pihak di luar sekolah untuk mengatasi kesulitan-kesulitan
yang tidak dapat dipecahkan di sekolah tersebut. Bimbingan dan konseling
bertujuan membantu peserta didik agar memiliki kompetensi
mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin atau mewujudkan nilai-
nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan yang harus
dikuasainya sebaik mungkin. Pengembangan potensi meliputi tiga tahapan,
yaitu: pemahaman dan kesadaran (awareness), sikap dan penerimaan
(accommodation), dan keterampilan atau tindakan (action) melaksanakan
tugas-tugas perkembangan.

Jadi, tujuan bimbingan konseling adalah sebuah pelayanan bantuan untuk


peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri
dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai
jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Tujuan bimbingan konseling di sekolah memang sangat penting bagi
pengembangan diri peserta didik dan  merencanakan masa depan. Oleh karena
itu, layanan bimbingan konseling ini wajib hukumnya dilaksanakan di tiap
sekolah.

d. Eksistensi Guru sebagai Pembimbing


Keberadaan guru pembimbing atau “konselor” dalam sistem pendidikan
nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik serta sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, guru, widyaiswara, fasilitator, dan guru
(UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 6). Setiap guru harus bisa menjadi
konselor bagi para siswanya. Kemampuan konseling perlu dimiliki pendidik
supaya mereka mampu mendampingi dan mengontrol siswanya saat sedang
menghadapi masalah atau kesulitan. Terlebih lagi, perkembangan informasi yang
merebak melalui internet dalam bentuk artikel maupun audio visual tidak
semuanya baik. Akibat pengaruh negatif, siswa dapat terpengaruh serta bertindak
diluar kontrol.
penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah bukan hanya menjadi
tanggung jawab guru bimbingan dan konseling (guru BK) melainkan menjadi
tanggung jawab bersama semua guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran
di bawah koordinasi guru bimbingan dan konseling. Sekalipun tugas dan tanggung
jawab utama guru kelas maupun guru mata pelajaran adalah menyelenggarakan
kegiatan belajar dan pembelajaran, bukan berarti dia sama sekali lepas dari
kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Peran dan konstribusi guru kelas
dan guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, bahkan dalam batas-batas
tertentu guru kelas maupun guru mata pelajaran dapat bertindak sebagai
pembimbing (konselor) bagi siswanya. Salah satu peran yang harus dijalankan
oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing yang baik
guru harus memiliki pemahaman tentang siswa yang dibimbingnya. Lebih jauh,
Makmun (2003) menyatakan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk
mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar,
melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya,
harus membantu pemecahannya (remedial teaching). Berkenaan dengan upaya
membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda
dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional.
Peran guru sebagai pelaksana layanan Bimbingan Konseling dalam
membangun sikap disiplin siswa dapat dilakukan dengan cara membimbing siswa,
menasehati siswa, memberi teguran kepada siswa yang tidak disiplin, memberi
pujian kepada siswa yang telah disiplin, memberi hukuman kepada siswa,
memberi contoh sikap disiplin kepada siswa, sebagai fasilitator bagi siswa,
bekerja sama atau berkolaborasi dengan orang tua siswa, sesama guru, dan kepala
sekolah, serta memberi motivasi kepada siswa yang telah disiplin
e. Tugas-tugas Guru Pembimbing (Konselor)
Tugas-tugas guru Bimbingan dan Konseling dimaksudkan agar guru
bimbingan dan konseling mengetahui mengenai tugas-tugasnya dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling. Melaksanakan layanan pada berbagai
bidang bimbingan terhadap sejumlah siswa yang menjadi tanggung jawabnya,
Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan kepada koordinator guru
pembimbing. Adapun tugas pokok guru pembimbing yaitu
1. Menyusun program BK. Tugas pokok pertama guru pembimbing ialah
membuat persiapan atau membuat rencana pelayanan, semacam persiapan
tertulis tentang pelayanan yang akan dilaksanakan. program yang perlu
disusun oleh guru pembimbing yaitu: program tahunan, semester, bulanan,
mingguan dan satuan layanan atau kegiatan pendukung.
2. Melaksanakan program BK Pelaksanaan kegiatan layanan dilakukan sesuai
dengan perencanaan yang telah disiapkan pada bidang bimbingan pribadi,
sosial, belajar, karier, kehiddupan beragama dan berkeluarga. Dilaksanakan
melalui 9 jenis layanan yaitu: layanan orientasi,informasi,
penempatan/penyaluran, layanan konten, layanan bimbingan kelompok,
layanan konseling kelompok, layanan mediasi dan konsultasi.
3. Mengevaluasi pelaksanaan BK merupakan kegiatan menilai keberhasilan,
layanan dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar,
bimbingan karier, bimbingan kehidupan beragama dan bimbingan kehidupan
berkeluarga.
4. Menganalisis hasil evaluasi pelayanan BK. Hasil evaluasi perlu dianalisis
untuk mengetahui seluk beluk kemajuan dan perkembangan yang diperoleh
siswa melalui program satuan layanan. Tindak lanjut pelaksanaan program
Upaya tindak lanjut didasarkan pada hasil analisis yang telah di laksanakan
Tugas pokok guru pembimbing dalam melaksanakan tugasnya sangat luas
namun bukan tanpa batas atau tidak jelas. Oleh karena sudah menjadi keseharusan
bagi guru pembimbing untuk mengetahui tugas pokoknya sebagi guru
pembimbing serta sanggup melaksanakan tugasnya dengan baik yaitu sesuai
dengan penyusunan program bimbingan dan konseling yang dibuat serta sesuai
dengan aturan yang berlaku.

.
DAFTAR PUSTAKA
Boharuddin. (2011). Tugas Pokok Guru Pembimbing. Diambil dari
http://boharudin.blogspot.com/2011/05/tugas-pokok-guru-pembimbing.html ,
diakses pada 29 april 2022
Dharma, S. (2008). Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Diambil dari
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101
981011-D._NUNU_HERYANTO/konsep_dasar%2C_prinsip%2C_asas
%2C_fungsi%2C_tujuan_BPPLS.PDF , diakses pada 29 april 2022
Larasati, U. (2016). Peran Guru sebagai Pelaksana Layanan Bimbingan Konseling
dalam Membangun Sikap Disiplin Siswa di SD Negeri Keputran 2 Yogyakarta
Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Ke-SD-an. Vol. 3, Nomor 1,
September 2016, hlm. 43-47
Sudrajat, A. (2008). Tujuan Bimbingan dan Konseling. Diambil dari
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/03/14/tujuan-bimbingan-dan-
konseling/ , diakses pada 29 april 2022
Wijaya, R. (2020). Guru Harus Bisa Jadi Konselor bagi Siswanya. Diambil dari
https://www.suaramerdeka.com/semarang-raya/pr-04121660/guru-harus-bisa-
jadi-konselor-bagi-siswanya , diakses pada 29 april 2022

You might also like