You are on page 1of 14

Lapkas

KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani


Kepaniteraan Klinik Senior Pada Ilmu Kulit Dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Cut Meutia

Oleh:

Mohd. Nizam Bin Faisal, Sked


NIM:2006112044

Preseptor:
dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV), Sp.DV

DEPARTEMEN ILMU KULIT DAN KELAMIN


FAKULTASKEDOKTERANUNIVERSITASMALIKUSSALEH
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIAACEHUTARA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan lapkas ini dengan judul
“Kandidiasis Intertriginosa". Penyusunan lapkas ini merupakan pemenuhan
syarat untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Seiring rasa syukur atas terselesaikannya lapkas ini, dengan rasa hormat
dan rendah hati kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Pembimbing, dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV), Sp.DV atas
arahan dan bimbingannya dalam penyusunan lapkas sini.
2. Sahabat-sahabat kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kulit dan
Kelamin Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Aceh Utara, yang telah membantu dalam bentuk
motivasi dan dukungan semangat.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dalam penyempurnaan referat ini. Semoga lapkas ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Lhokseumawe, April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS....................................................................................2
BAB 3 DISKUSI......................................................................................................6
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

Kandidiasis (kandidosis) merupakan suatu penyakit kulit akut atau sub


akut disebabkan jamur intermdiate yaitu candida albicans yang menyerang kulit,
kuku, selaput lendir, dan alat-alat dalam. Spesies Candida merupakan microlora
normal pada kulit manusia, namun dapat berubah menjadi patogen bila faktor
penjamu terutama status imun berubah, atau terganggu. Lesi dapat terjadi pda
beberapa tempat pada tubuh, terutama pada tempat yang lembab dan hangat
biasanya sering terinfeksi C. Albicans merupakan penyebab tersering.
Infeksi candida terjadi jika terdapat faktor yang menyuburkan
pertumbuhannya atau ada yang memudahkan terjadi invasi jaringan karena daya
tahan yang lemah dari penjamu. Faktor-faktor penyebab kandidiasis dibagi
menjadi dua, yaitu faktor predisposisi endogen dan eksogen. Faktor predisposis
endogen seperti: perubahan fisiologik pada kehamilan, kegemukan, iatrogenik,
endokrinopati, diabetes melitus (DM), penyakit kronik, umur, dan imunologik.
Faktor predisposisi eksogen seperti: iklim, kebersihan kulit, kebiasaan berendam
kaki dan kontak dengan penderita.
Conant (1971) membagi kandidiasis berdasarkan bagian tubuh yang
terinfeksi yaitu kandidiasis selaput lendir (mukosa), kandidiasis kutis, kandidiasis
sistemik, dan reaksi id (kandidid). Perempuan lebih sering terkena kandidiasis
kutis dibandingkan laki-laki, 45-64 tahun merupakan kelompok umur yang paling
banyak menderita kandidiasis kutis dan yang paling sedikit adalah kelompok
umur <1 tahun. Salah contoh kandidiasis kutis adalah kandidiasis intertriginosa.
Kandidiasis intertriginosa adalah jenis kandidiasis kutis yang letak lesinya di
daerah lipatan ketiak, lipat paha, inergluteal, lipat payudara, antara jari tangan atau
kaki, glans penis, dan umbilikus.
Kandidosis intertriginosa sering terjadi pada orang-orang yang gemuk,
menyerang lipatan-lipatan kulit yang besar seperti inguinal, aksila, dan lipatan
payudara. Temuan khas merupakan bercak kemerahan yang agak lebar pada
lipatan kulit tersebut dengan dikelilingi oleh lesi-lesi satelit.
2

BAB 2
LAPORAN KASUS

Seorang wanita berusia 64 tahun, suku Aceh, suda menikah, pekerjaan ib


rumah tangga, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Cut Meutia pada
tanggal 19 April 2022 dengan keluhan bercak merah disertai rasa gatal pada area
perut, bawah payudara dan selangkangan sejak lebih kurang 3 bulan yang lalu.
Pada awalnya pasien hanya mengeluh terasa gatal, rasa gatal dirasakan
bertambah semakin hebat saat pasien berkeringat dan biasanya pasien
menggaruknya untuk mengurangi rasa gatal sehingga daerah tersebut menjadi
perih.
Pasien mengaku bercak kemerahan semakin lama semakin bertambah
banyak dan bercak tersebut pertama kali muncul di daerah paha dan selangkangan
kemudian perlahan menyebar ke area perut dan selanjutnya ke bawah payudara.
Hal ini diakui pasien mengganggu aktivitasnya dan semakin diperberat dengan
kondisi lingkungan yang panas dan lembab. Dikarenakan gatal yang tidak
tertahankan dan semakin menyebar.
Pasien mempuyai riwayat hygiene yang kurang karena pasien sering
berkeringat dan tidak langsung mengganti baju atau mandi, membiarkan keringat
tersebut kering di baju. Pasien mengaku memiliki kebiasaan mandi dua kali dalam
sehari, dan teratur mengganti celana dalam. Pasien tidak memiliki kebiasaan
merokok dan minum alkohol. Pasien mengatakan bawa dirinya tidak pernah
mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Keluarga pasien juga tidak ada yang
mengalami keluhan yang serupa. Pasien juga menyangkal mengkonsumsi obat
sebelumnya. Pasien memiliki riwayat penyakit asam lambung sejak beberapa
tahun terakhir sampai sekarang.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum baik, tampak sakit sedang,
kesadaran kompos mentis, status gizi baik, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu
tubuh 36.5˚C, frekuensi nadi 89 kali/ menit, dan frekuensi pernapasan 20 kali/
menit. Pada pemeriksaan dermatologis ditemukan lesi kuit berupa makulopapular
eritematosa multiple, berbatas tegas dengan skuama halus, dikelilingi oleh lesi
satelit dengan ukuran bervariasi mulai dari lentikuler hingga plakat. Terdapat lesi
kulit erosi pada bagian bawa perut pasien dan meninggalkan dasar kemerahan.

Gambar 2.1 bercak kemerahan pada bagian lipatan perut dan bawah payudara

3
Gambar 2.2 Lesi erosi akibat garukan

4
Diagnosis kerja pada pasien ini kemungkinan adalah kandidiasis
intetriginosa. Diagnosis banding kasus ini adalah eristrasma, tinea korporis, tinea
kruris. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dengan
kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% akan memperlihatkan adanya
pseudohifa dan blastospora. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan biakan
dengan Sabouraud Dextrose Agar (SDA), pemeriksaan serologi, serta
pemeriksaan histologi didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna
periodic acid-schi (PAS) menampakkan hifa tak bersepta
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis
maka diagnosis kerja pada pasien ini adalah kandidiasis intertriginosa. Pasien ini
diberikan pengobatan flukonazol 150mg cap 1x1, ketokonazol cream 2x1
(dibawah payudara dan perut), mometason cream 2x1, dan cetirizin 10mg tab 1x1.
Pada pasien diberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang
penyakit, penyebab penyakit, faktor resiko, dan terapi. Pada disarankan untuk
menghindari kelembapan dengan cara cepat berganti baju apabila berkeringat,
mengenakan pakaian dengan bahan tipis yang menyerap keringat. Mandi
menggunakan sabun antiseptik dan mencampur air mandi dengan larutan
antiseptik juga harus dihentikan dan pasien disarankan menggunakan sabun bayi.
Pasien juga disarankan untuk memotong kukunya agar tidak menimbulkan luka
saat menggaruk lesi. Pasien disarankan untuk kontrol kembali 1 minggu kemudian
untuk mengetahui respon terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif
maupun tanda obyektif yang masih ada.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam bonam, quo ad fnctionam bonam,
quo ad sanactionam bonam.

5
6

BAB 3
DISKUSI

Kandidiasis adalah penyakit jamur, yang bersifat akut atau subakut


disebabkan oleh spesies Candida, biasanya oleh spesies Candida Albicans dan
dapat mengenai mulut, vagina, kulit, kuku, bronki, atau paru, kadang-kadang
dapat menyebabkan septikemia, endokarditis, atau meningitis. Penyebab tersering
adalah Candida Albicans. Spesies patogenik lainnya adalah C. Tropicalis, C.
Parapsilosis, C. Guilliermondii, C. Krusei, C. Pseudotropiscalis, C. Lusitaneae.
Jamur kandida telah dikenal dan dipelajari sejak abad ke-18 yang
menyebabkan penyakit yang dihubungkan dengan hygine yang buruk. Nama
kandida diperkenalkan pada Third International Microbiology Congress di New
York pada tahun 1938 dan dilakukan pada Eight Botanical Congress di Paris paad
tahun 1954. Candida albicans yaitu organisme monomorphic yeast and yeast like
organism yang tumbuh baik pada suhu 25˚C - 30˚C dan 35˚C - 37˚C.
Penyakit ini terdapat diseluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik
laki-laki maupun perempuan. Di Amerika spesis kandida merupakan penyebab
umum kandidosis intertrigo pada orang tua dan pasien diabetes. Spesis kandida
merupakan penyebab keempat infeksi aliran darah pada usia diatas 65 tahun. Di
Jepang, Nishimoto mendapatkan bahwa kandidosis kutis terdapat 1% pada pasien
rawat jalan. Dimana paling banyak menderita kandidosis intertriginosa.
Berdasarkan tempat yang terkena Conant dkk (1971), membaginya
sebagai berikut: 1. Kandidosis selaput lendir terdiri dari kandidosis oral (thrush),
perleche, C. Vulvovaginitis, balanitis atau balanopositis, kandidosis mukokutan
kronik, kandidosis bronkopulmonar dan pru; 2. Kandidosis kutis terdiri dari
lokalisata (daerah intertriginosa dan daerah perianal), generalisata, paronikia, dan
onikomikosis, kandidosis kutis granulomatosa; 3. Kandidosis sistemik terdiri dari
endocarditis, meningitis, pielonefritis, septikimia; 4. Reaksi Id (kandidid) (3).
Faktor resiko yang dapat mengalami kandidiasis ialah bayi, wanita hamil, usia
lanjut, adanya hambatan pada permukaan epitel karena gigi palsu atau pakaian,
gangguan fungsi imun, kemoterapi, penyakit endokrin, karsinoma, Miscellaneous
(kerusakan pada lipatan kuku) (3).
Manifestasi klinis pada kandidiasis intertriginosa ialah tempat predileksi
jamur berkoloni pada lipatan kulit yang lembap dan lecet yaitu di area
intertriginosa. Lokasi yang umum yaitu pada area genitokrural, ketiak, pantat,
antar jari, dan dibawah payudara. Faktor predisposis antara lain kegemukan,
menggunakan yang ketat, dan dabetes mellitus. Kandidosis kulit tampak sebagai
kulit gatal yang eritema dan terdapat maserasi paad area intertriginosa dengan lesi
satelit berupa vesikopustul. Pustule ini pecah dan akan meninggalkan dasar yang
eritema dengan keloret yang episermisnya mudah terlepas (3)(8)(9).
Kandidasis peranal ditemukan lesi berupa maserasi seperti infeksi
dermatofit tipe basah. Penyakit ini menimbulkan pruritus ani. Kandidasis kutis
generalisata ditemukan ditemukan lesi terdapat pada glabrous skin, stomatitis dan
paronikia. Lesi berupa ekzematoid, dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul.
Penyskit ini sering terdapat pada bayi, mungkin karena ibunya menderita
kandidosis vagina atau mungkin karena gangguan imnologik (3).
Paronikia dan onikomikosis umum terjad pada individu yang tangannya
digunakan untuk bekerja ditempat basah. Terrdapat kemerahan, pembengkakan
dan nyeri pada area paranichial dengan retraksi dari kutkula ke lipatan kuku
proksimal. Perubahan kuku sekunder antara lain, onycolisis dan depresi tranversal
dari lempeng kuku (Beau’s line) dengan perubahan warna menjadi kecoklatan
atau kehijauan sepanjang tepi lateral. Lesi juga tidak rapu, tetap berkilat dan tidak
terdapat sisa jaringan di bawah kuku seperti pada tinea unguium (3)(9)(10).
Pemeriksaan penunjang terdiri dari 1. Pemeriksaan langsung. Kerokan
kulit atau usapan mukokutan diperiksa dalam luratan KOH 10% atau dengan
pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastopora atau hifa semu, 2. Pemeriksaan
biakan. Bahkan yang diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa sabouraud, dapat
pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikal) untuk mencegah pertumbuhan
bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37˚C, koloni
tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like coloni. Koloni berwarna putih dan
berbentuk mukoid. Indentifikasi kandida albikans dilakukan dengan

7
membiakkanna pada cronmeal agar. Pada kandidasis sitemik dengan lesi kulit,
diagnosis biasanya dapat dibuat dengan pemeriksaan histopatologi dan kultur
biopsi kulit. Hasil kultur darah biasanya negatif. 3. Patologi. Kandidiasis
superfisial memiliki karakteristik pustul sub korneal. Organismeya kadang terlihat
di dalam pustul namun dapat dilihat di dalam stratum korneum dengan bantuan
pewarnaan periodik acid-schiff (PAS). Pemeriksaan histologik dari granloma
kandida memperlihatkan papilomatosis dan hiperkeratinosis dan infiltrate dermal
yang terdiri limosit, granulosit, sel plasma, dan multi nukleated giant cell (8)(9).
Diagnosis banding pada kandidiasis tergantung lokasi yang terkena bila di
kulit maka dapat mengarah ke dermatitis seboroik, dermatitis kontak alergi, dan
terkena eritrasma. Secara praktis dapat dibedakan melalui kerokan kulit atau
preparat langsung KOH dengan elemen jamur negatif. Sedangkan di kuku dapat
mengarah ke peronikia, onikomikosis, psoariasis kuku dapat dibedakan dari
biakan skuama yaitu bentuk koloni, serta elemen jamu yang tumbuh (7).
Penatalaksanaan yang tepat yaitu a. Menghilangkan atau menghindari
faktor predisposis; b. Pengobatan topikal yaitu larutan ungu gentian 0,5-1% untuk
selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari sekali selama 3 hari, Nitatin;
berupa krim, salep, emulsi; c. Amfoterisin B2. Memiliki cara kerja yang sama
dengan nistatin, selain memiliki efek anti fungi juga memiliki efek anti protozoa;
d. Grup azol antara lain: mikonazol 2% berupa krim atau bedak, klotrimazol 1%
berupa bedak, larutan dan krim, tiokonazol, bufonazol, isokonazol,
siklopiroksolamin 1% larutan atau krim. 3. Sistemik. Obat anti jamur oral
diindikasikan untuk infeksi jamur di kulit yang luas, tinea pedis, onikomikosis,
dan tinea kapitis yaitu golongan alinamin misalnya terbinafin, golongan triazol
misalnya itrakonazol dan flukonazol serta golongan imidazol misalnya
ketokonazole. Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara
lain: rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit, infeksi pada kuku yang
mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah
sekitar kuku serta diseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised (3)(8)(9).

8
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat
ringannya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetappi sekali-sekali sulit
dihilangkan. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan misalnya seperti keadaan umum dan higenitas
yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandidam, yakni dengan menjaga
kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu pencegahan
infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan kontrol
gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi
tersebut (3)(8).

9
10

BAB 4
KESIMPULAN

Kandidiasis merupakan penyakit yang disebabkan olehh infeksi jmur jenis


kandida. Jmaur kandida yang sering menyerang manusia adalah Candida
Albicans. Jamur ini merupakan flora normal kulit, dapat menjadi patogen
tergantung pada kondisi tertentu sesuai faktor resiko terjadinya kandidiasis.
Infeksi jamur ini dapat mengenai pasien yang immunocompromised dan
immunocompotent dengan perbandingan 50:50, infeksi banyak terjadi pada
negara kita yakni Indonesia, hal ini dikarenakan daerah Indonesia yang beriklim
tropis, sehingga memungkinkan jamur untuk bertumbuh dan berkembang biak.
Candida dapat menyerang manusia pada daerah selaput lendir atau mukosa, pada
daerah kulit dan juga siitemik.
Kandidosis kutis adalah suatu infeksi jamur pada kulit yang disebabkan
oleh jamur genus candida. Kandidosis kutis dibagi menjadi kandidosis
intertrginosa, kandidosis perianal, kandidosis kutis generalisata, pronikia, dan
onikomikosis, dan kandidosis granulonatosa. Perempuan lebih sering terkena
kandidiasis kutis dibandingkan laki-laki, 45-64 tahun merupakan kelompok umur
yang paling banyak menderita kanddiasis kutis dan yang paling sedikit ialah pada
kelompok umur <1%.
Untuk pengobatannya dapat diberikan pengobatan topikal menggunakan
nistatin dan krim imidazole. Kemudian dapat berikan bedak mikonazil sebaga
pencegaan. Prognosis apat membaik apabila faktor predisposisi dapat dihilangkan
atau dikurangi serta pasien menggunakan pengobatan sesuai dengan anjuran yang
semestinya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Hay R J, Asbee H R, Mycology. In: Rooks’ Textbook of dermatology vol


II. Backwell Publishing, UK: 2010. P 36.56-39.69
2. Marwalli, H. 2015. Ilmu Penyakit kulit. Jakarta: penerbit Hiprokates
3. Kuswadji. Kandidiasis. Edisi ke-4. Di dalam: Djuanda A, Hamzah M,
Aisah S, editor. Ilmu Penyski Kulit dan Kelamin, Edisi ke-4. Jakarta.
FKUI, p, 105-9
4. Mansjoer A, kusppuji T, Rakhmi S, Wahyu IW, dan wiwiek S. Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi ke -3. Jakarta: meda asculiap FKUI.
2009.p. 105-9
5. Seru, SR. Et al. Pofil Kandidiasis Kutis di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Prof, Dr, R, D, Kandau Manao Peiode 2009-2011. Journal e-
Biomedik (eBM). 2013; Vol 1 No. 1
6. Mutiawati, KV. Pemeriksaan Mikrobiologi pada Candida Albicans. Jurnal
Kedokterean Syiah Kuala. 2015
7. Siregar, RS. 2014. Sarripati Penyakit Kulit Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
8. Scheinfeld N.S: Candidiasas Cutaneus, Emedicine. Available at:
http://anedicine.medscape.com/article/article/1090631. (Accessesd April
22, 2022)
9. Medline: Cutaneus Candidiasis Available at
http://www.nlm.gov/medlineplus/ency/article/000880.htm (Accessed: 21
april 2019)
10. Boediardja, Siti Aisah. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin: Dermatitis
Atopik. [penyunt.] Kusmarinah Bramono, Wresti lndriatmi Sri Linuwih
SW Menaldi. Edisi ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2016. 978-979-496-852-9.

11

You might also like