Professional Documents
Culture Documents
KANDIDIASIS INTERTRIGINOSA
Oleh:
Preseptor:
dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV), Sp.DV
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan lapkas ini dengan judul
“Kandidiasis Intertriginosa". Penyusunan lapkas ini merupakan pemenuhan
syarat untuk menyelesaikan tugas Kepaniteraan Klinik Senior pada Bagian Ilmu
Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit
Umum Cut Meutia Aceh Utara.
Seiring rasa syukur atas terselesaikannya lapkas ini, dengan rasa hormat
dan rendah hati kami sampaikan terima kasih kepada:
1. Pembimbing, dr. Wizar Putri Mellaratna, M.Ked(DV), Sp.DV atas
arahan dan bimbingannya dalam penyusunan lapkas sini.
2. Sahabat-sahabat kepaniteraan klinik senior di Bagian Ilmu Kulit dan
Kelamin Kedokeran Universitas Malikussaleh Rumah Sakit Umum
Cut Meutia Aceh Utara, yang telah membantu dalam bentuk
motivasi dan dukungan semangat.
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu dan saya mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dalam penyempurnaan referat ini. Semoga lapkas ini
dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Lhokseumawe, April 2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
BAB 2 LAPORAN KASUS....................................................................................2
BAB 3 DISKUSI......................................................................................................6
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11
ii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
LAPORAN KASUS
Gambar 2.1 bercak kemerahan pada bagian lipatan perut dan bawah payudara
3
Gambar 2.2 Lesi erosi akibat garukan
4
Diagnosis kerja pada pasien ini kemungkinan adalah kandidiasis
intetriginosa. Diagnosis banding kasus ini adalah eristrasma, tinea korporis, tinea
kruris. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dengan
kerokan kulit dengan penambahan KOH 10% akan memperlihatkan adanya
pseudohifa dan blastospora. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan biakan
dengan Sabouraud Dextrose Agar (SDA), pemeriksaan serologi, serta
pemeriksaan histologi didapatkan bahwa spesimen biopsi kulit dengan pewarna
periodic acid-schi (PAS) menampakkan hifa tak bersepta
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dermatologis
maka diagnosis kerja pada pasien ini adalah kandidiasis intertriginosa. Pasien ini
diberikan pengobatan flukonazol 150mg cap 1x1, ketokonazol cream 2x1
(dibawah payudara dan perut), mometason cream 2x1, dan cetirizin 10mg tab 1x1.
Pada pasien diberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang
penyakit, penyebab penyakit, faktor resiko, dan terapi. Pada disarankan untuk
menghindari kelembapan dengan cara cepat berganti baju apabila berkeringat,
mengenakan pakaian dengan bahan tipis yang menyerap keringat. Mandi
menggunakan sabun antiseptik dan mencampur air mandi dengan larutan
antiseptik juga harus dihentikan dan pasien disarankan menggunakan sabun bayi.
Pasien juga disarankan untuk memotong kukunya agar tidak menimbulkan luka
saat menggaruk lesi. Pasien disarankan untuk kontrol kembali 1 minggu kemudian
untuk mengetahui respon terhadap terapi dan mengevaluasi keluhan subyektif
maupun tanda obyektif yang masih ada.
Prognosis pada pasien ini quo ad vitam bonam, quo ad fnctionam bonam,
quo ad sanactionam bonam.
5
6
BAB 3
DISKUSI
7
membiakkanna pada cronmeal agar. Pada kandidasis sitemik dengan lesi kulit,
diagnosis biasanya dapat dibuat dengan pemeriksaan histopatologi dan kultur
biopsi kulit. Hasil kultur darah biasanya negatif. 3. Patologi. Kandidiasis
superfisial memiliki karakteristik pustul sub korneal. Organismeya kadang terlihat
di dalam pustul namun dapat dilihat di dalam stratum korneum dengan bantuan
pewarnaan periodik acid-schiff (PAS). Pemeriksaan histologik dari granloma
kandida memperlihatkan papilomatosis dan hiperkeratinosis dan infiltrate dermal
yang terdiri limosit, granulosit, sel plasma, dan multi nukleated giant cell (8)(9).
Diagnosis banding pada kandidiasis tergantung lokasi yang terkena bila di
kulit maka dapat mengarah ke dermatitis seboroik, dermatitis kontak alergi, dan
terkena eritrasma. Secara praktis dapat dibedakan melalui kerokan kulit atau
preparat langsung KOH dengan elemen jamur negatif. Sedangkan di kuku dapat
mengarah ke peronikia, onikomikosis, psoariasis kuku dapat dibedakan dari
biakan skuama yaitu bentuk koloni, serta elemen jamu yang tumbuh (7).
Penatalaksanaan yang tepat yaitu a. Menghilangkan atau menghindari
faktor predisposis; b. Pengobatan topikal yaitu larutan ungu gentian 0,5-1% untuk
selaput lendir, 1-2% untuk kulit, dioleskan sehari sekali selama 3 hari, Nitatin;
berupa krim, salep, emulsi; c. Amfoterisin B2. Memiliki cara kerja yang sama
dengan nistatin, selain memiliki efek anti fungi juga memiliki efek anti protozoa;
d. Grup azol antara lain: mikonazol 2% berupa krim atau bedak, klotrimazol 1%
berupa bedak, larutan dan krim, tiokonazol, bufonazol, isokonazol,
siklopiroksolamin 1% larutan atau krim. 3. Sistemik. Obat anti jamur oral
diindikasikan untuk infeksi jamur di kulit yang luas, tinea pedis, onikomikosis,
dan tinea kapitis yaitu golongan alinamin misalnya terbinafin, golongan triazol
misalnya itrakonazol dan flukonazol serta golongan imidazol misalnya
ketokonazole. Adapun komplikasi kutaneus kandidiasis yang bisa terjadi, antara
lain: rekurens atau infeksi berulang kandida pada kulit, infeksi pada kuku yang
mungkin berubah menjadi bentuk yang aneh dan mungkin menginfeksi daerah
sekitar kuku serta diseminated candidiasis yang mungkin terjadi pada tubuh yang
immunocompromised (3)(8)(9).
8
Prognosis kutaneus kandidiasis umumnya baik, bergantung pada berat
ringannya faktor predisposisi. Biasanya dapat diobati tetappi sekali-sekali sulit
dihilangkan. Infeksi berulang merupakan hal yang umum terjadi. Upaya
pencegahan yang dapat dilakukan misalnya seperti keadaan umum dan higenitas
yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandidam, yakni dengan menjaga
kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu pencegahan
infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan kontrol
gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi
tersebut (3)(8).
9
10
BAB 4
KESIMPULAN
11