You are on page 1of 16

TEORI KENEGARAAN DALAM ISLAM MASA KLASIK :

KHAWARIJ DAN SYIAH

Dosen pengampu :

Dr. Ismail Jalili, M.A.

Disusun oleh :

Kusmiati 2011120012

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI SUKARNO BENGKULU

TAHUN 2022/2023
PEMBAHASAN

Konsep Dan Pembagian Akhlak Dalam Islam Berdasarkan Objeknya

A. Latar Belakang
Membahas tentang akhlak maka tidak terlepas dari adanya
pemahaman kata akhlak itu sendiri. Dari pemahaman kata sebagai
awal modal untuk belajar, maka dalam perkembangannya pengertian
dari akhlak sebagai ilmu akhlak pasti memiliki perbedaan pemaknaan.
Oleh karenanya, sebagai tindak lanjut sebelum mendalami seluk beluk
pembahasan di dalamnya, maka modal pemahaman haruslah dimiliki
oleh setiap yang ingin dan akan belajar. Jika modal pemahaman telah
diketahui, maka unsur – unsur pembagian bahasan yang ada di dalam
ilmu akhlak dapat dipaparkan sebagai bahan kelanjutan mempelajari
ilmu akhlak.
Akhlak merupakan salah satu ajaran yang sangat diperhatikan
Islam. Kata akhlak berasal dari bahasa arab khuluq yang menurut
bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi‟at.
Menurut Imam Ghozali, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam
jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
tidak memerlukan pertimbangan pikiran lebih dahulu.1
Di dalam pembagian bahasan ilmu akhlak, ada beberapa bentuk
pendekatan yang dapat digunakan sebagai bahan adanya batasan –
batasan yang menjadikan terkotak – kotaknya pemahaman dalam
pemaparannya. Oleh karena itu, pembagian ilmu akhlak antara lain
dapat digolongkan menjadi; berdasarkan sifatnya dan berdasarkan
objek yang dikajinya.
Namun dalam makalah ini penulis lebih memfokuskan dan
membahas tentang "Konsep Dan Pembagian Akhlak Dalam Islam
Berdasarkan Objeknya”.
1
Erwin Yudi Prahara, Materi Pendidikan Agama Islam (Ponorogo: STAIN PO Press, 2009),
181

1
B. Konsep Dan Pembagian Akhlak Dalam Islam Berdasarkan
Objeknya
Kata akhlak secara etimologis berasal dari bahasa arab
“akhlak“ yang merupakan bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. 2 Secara terminologis,
Imamal-Ghazali menyatakna bahwa akhlak adalah sifat yang tertanam
dalam jiwa yang menimbulakan perbuatan-perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.3
Berdasarkan objeknya, akhlak dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu akhlak terhadap Khaliq (Allah) dan Akhlak terhadap makhluk.
Akhlak terhadap makhluk terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
akhlak terhadap Rasulullah, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap
diri sendiri, akhlak terhadap orang lain atau masyarakat dan akhlak
terhadap lingkungan.
1. Akhlak vertikal dalam Islam ( Akhlak Terhadap Tuhan )
Akhlak kepada Allah Swt. yaitu sikap/perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
yang Khaliq.4 Dalam hal ini, setidaknya ada empat alasan mengapa
manusia perlu berakhlak kepada Allah:
a. Karena Allah telah menciptakan manusia dari air yang
ditumpahkan keluar di antara tulang punggung dan tulang
rusuk. (lihat: Q.S. al-Thariq: 5-7). Dalam ayat lain, Allah
menyatakan bahwa manusia diciptakan dari tanah kemudian
diproses menjadi benih yang disimpan dalam tempat yang
kokoh (rahim) setelah ia menjadi segumpal darah, daging,
dijadikan tulang dan dibalut dengan daging, dan selanjutnya
diberikan ruh. (lihat: Q.S. al-Mu’minun: 12-13). Karena Allah

2
Ibid,h. 182
3
Yanuhar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest, 2001), 1-2.
4
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers: 2013),h.
127.

2
telah memberikan anggota badan yang kokoh dan sempurna
pada manusia beserta perlengkapan panca indera, berupa
pendengaran, penglihatan, akal, pikiran, hati sanubari.
b. Karena Allah telah menyediakan berbagai bahan dan sarana
yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti
bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air udara,
binatang dan ternak dan lain sebagainya. (lihat: Q.S. al-
Jathiyah: 12-13)
c. Karena Allah memuliakan manusia dengan diberikannya
kemampuan untuk menguasai daratan dan lautan. (lihat: Q.S.
al-Isra: 70).5
Di antara beberapa akhlak terhadap Allah adalah:
a. Al-Hubb yaitu mencintai Allah melebihi cinta kepada apa dan
siapapun juga dengan mempergunakan firman-Nya dalam Al-
Qur‟an sebagai pedoman hidup. Kecintaan kepada Allah
diwujudkan dengan cara melakasanakan segala perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya.
b. Al-Raja’ yaitu mengharapkan dan berusaha untuk memperoleh
keridhaan Allah.
c. Qona’ah yaitu menerima dengan ikhlas semua qada dan qadar
Allah setelah berihtiyar secara maksimal (sebanyak-banyaknya
hingga batas tertinggi).
d. Taubat, bertaubat hanya kepada Allah. Taubat yang paling
tinggi adalah taubat nasuhah, yaitu benar-benar taubat, tidak
lagi melakukan perbuatan yang sama yang dilarang Allah, dan
tertib melaksanakan semua perintahNya dan menjauhi
laranganNya.
e. Tawakal yaitu membebaskan hati dari segala ketergantungan
kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan

5
Ibid, h. 127

3
seutuhnya kepadaNya. Seorang muslim hanya boleh
bertawakal kepada Allah semata
f. Ikhlas adalah berbuat tanpa pamrih, hanya semata-mata
mengharap ridha Allah. Menurut pendapat Yuhanar Ilyas
persoalan ikhlas itu ditentukan oleh tiga faktor yaitu niat yang
ikhlas, beramal dengan sebaik-baiknya, dan pemanfaatan hasil
usaha yang tepat.
g. Taqwa adalah seseorang memelihara dirinya dari segala sesuatu
yang mengundang kemarahan Tuhannya dan dari segala
sesuatu yang mendatangkan kejelekan, baik bagi dirinya
maupun orang lain.6
h. Zikr Allah (mengingat Allah). Mengingat Allah merupakan
asal dari setiap ibadah kepada Allah Swt. karena merupakan
pertanda hubungan antara hamba dan pencipta pada setiap saat.
i. Al-Shukr. Syukur merupakan sikap di mana seseorang
menggunakan nikmat yang diberikan Allah swt. untuk
melakukan maksiat kepadaNya.7
2. Akhlak Horizontal ( Akhlak Terhadap Manusia )
Akhlak Terhadap Manusia terbagi menjadi 3 yaitu :
1) Akhlak terhadap orang tua
Seorang muslim berkeyakinan terhadap hak dan
kewajiban menghormati, mentaati dan berbuat baik terhadap
kedua orang tua. Bukan hanya karena keduanya merupakan
faktor penyebab keberadaannya atau keduanya lebih dahulu
berbuat kebajikan kepadanya sehingga dia wajib membalas
budi yang setara dengan mereka. Allah telah mewajibkan untuk
mentaati dan berbuat kebajikan kepada keduanya.30
Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat al-Isra ayat 23
yaitu:

6
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Jakarta: Rajawali Pers: 2013), 127.
7
Ibid

4
َ ‫ك اَاَّل تَ ْعبُد ُْٓوا آِاَّل اِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن اِحْ ٰسنً ۗا اِ َّما يَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد‬
ْ‫ك ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َمٓا اَو‬ ٰ َ‫ق‬
َ ُّ‫ضى َرب‬
‫ِك ٰلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َمٓا اُفٍّ َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل َك ِر ْي ًما‬
Artinya:
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di
antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya Perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
Perkataan yang mulia.
2) Akhlak Terhadap Tetangga
Akhlak terhadap tetangga diwujudkan dalam bentuk
saling mengunjungi, membantu di waktu senang terlebih di
waktu susah, saling beri-memberi, saling hormat menghormati,
saling menghindari pertengkaran dan permusuhan. Adapun
akhlak dalam masyarakat dapat diwujudkan dalam bentuk
memuliakan tamu, mengormati nilai dan norma yang ada di
masyarakat, saling menolong dalam melakukan kebajikan dan
taqwa, menganjurkan anggota masyarakat dan diri sendiri
berbuat baik dan mencegah perbuatan keji dan munkar.
Memberi makan fakir miskin dan berusaha melapangkan
hidupnya untuk bermusyawarah dalam segala urusan mengenai
kepentingan bersama, mentaati putusan yang diambil dan
menepati janji.8
3). Akhlak Terhadap Guru
Guru layaknya orang tua kita di sekolah. Jadi sudah
selayaknya untuk kita hormati, muliakan dan berbuat baik kepada
mereka-mereka semuanya. Akhlak Yang Baik Terhadap Guru yaitu
:

8
Azmi, Pembinaan Anak Usia Pra Sekolah, Yogyakarta : Belukar. 2006. h. 66-67.

5
a. Berusaha untuk senantiasa menghormati dan memuliakan guru.
b. Memperhatikan dengan sungguh-sunggu ketika mereka
mengajar.
c. Menjaga adab dan etika ketika berbicara atau diskusi dengan
mereka.
d. Bertutut kata dengan lemah lembut ketika berbiacara dengan
mereka.
e. Ta’at kepada mereka dalam setiap perkara-perkara yang baik.
f. Rendah hari kepada mereka khususnya tatkala bicara kepada
mereka.
Senantiasa mendoakan kebaikan untuk mereka.
3. Akhlak Terhadap Lingkungan
1) Akhlak Terhadap Lingkungan Sosial
Pokok utama kerasulan Nabi Muhammad SAW adalah
menyempurnakan akhlak yang mulia. Mencakup semua bentuk
sikap dan perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang
(masyarakat) yang bertakwa. Akhlak mulia merupakan akhlak
yang berlaku dan berlangsung diatas jalur Al-Qur’an dan
perbuatan Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah hadist
terdapat kewajiban-kewajiban muslim terhadap muslim
lainnya, yaitu :

َ ‫ك فََأ ِج ْبهُ َوِإ َذا ا ْستَ ْن‬


َ‫ص َحك‬ ٌّ ‫ق ْال ُم ْسلِ ِم َعلَى ْال ُم ْسلِ ِم ِس‬
َ ‫ ِإ َذا لَقِ ْيتَهُ فَ َسلِّ ْم َعلَ ْي ِه َوِإ َذا َدعَا‬:‫ت‬ ُّ ‫َح‬
َ ‫س فَ َح ِم َد هللاُ فَ َش ِّم ْتهُ وَِإ َذا َم َر‬
ُ‫ض فَ ُع ْدهُ َوِإ َذا َماتَ فَاتَّبِ ْعه‬ َ ‫فَا ْن‬
َ َ‫صحْ هُ َوِإ َذا َعط‬

Artinya: “Kewajiban seorang muslim terhadap muslim ada


enam, yaitu: “apabila engkau berjumpa dengannya ucapkanlah
salam kepadanya, apabila ia mengundang engkau hendaklah
engkau menepatinya, apabila ia meminta nasehat kepada
engkau hendaklah engkau menasehatinya, apabila ia bersin
kemudian ia mengucapkan hamdalah hendaklah engkau

6
mengucapkan tasymit (yarhamaukallah/i), apabila ia sakit
hendaklah engkau menjenguknya, dan apabila ia meninggal
dunia hendaklah melayatnya dan mengantarkan
kepemakamannya”. (HR.Bukhori)
Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan terhadap sesama
muslim terdapat 9 sarana akhlak, sebagai berikut:
a. Tata Cara Berbahasa
Setiap muslim dan semua orang diperintahkan untuk selalu
berbahasa dengan bahasa yang jelas dan baik, bahasa yang
mudah dimengerti oleh lawan bicara. Penggunaan bahasa
bermacam-macam baik pada anak-anak, remaja, atau
dewasa. Bahasa kadang mudah diucapkan pada orang
berdua, bertiga dan seterusnya. Ada bahasa untuk
pertemuan, perpisahan atau bahasa pengabdian, karena ada
perbincangan atau percakapan bahasa, maka orang yang
diajak bicara diperintahkan untuk memperhatikan..
b. Tata Cara Salam
Setiap masyarakat, agama atau bangsa memiliki tata cara
memberi salam, sebagaimana juga dengan Islam “Salam”
telah menempati kedudukan sendiri dalam islam, lebih
istimewa dibanding dengan agama diluar Islam9. Adapun
tata caranya:

‫ عن أبي هريرة رضي هللا عنه‬:‫قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
(‫اع ِد َو ْالقَلِ ْي ِل َعلَى‬
ِ َ‫ص ٍغ ْي ُر َعلَى ْال َكبِي ِْر َو ْال َمرُّ َعلَى ْالق‬
َّ ‫يُ َسلِّ ُم ال‬
‫ْال َكثِي ِْر(متفق عليه‬
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
SAW bersabda “Hendaklah salam itu diucapkan yang muda
kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk, dan
yang sedikit kepada yang banyak.” (Muttafaqun Alaihi).

9
H.A. Mustofa. Akhlak Tasawuf. Bandung, Pustaka Setia: Cet .VI , 2014.(hal.189-190)

7
Dari hadist diatas, ucapan salam adalah penganjuran bagi
orang yang gidup dimasyarakat atau rumah sendiri. Sebagai
landasan salam didalam firman Allah surah An-Nur ayat 27
dijelaskan :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta
izin dan memberi salam kepada penghuninya, yang
demikian itu lebih baik bagimu, agar salam kamu (selalu)
ingat”.10
c. Tata Cara Makan dan Minum
Dalam makan minum juga mempunyai tata cara tersendiri,
sebagai berikut:
1) Memakai tangan kanan
2) Membaca do’a
3) Tidak berdiri Tidak berbicara dan bersandar
4) Berhenti sebelum kenyang
5) Tidak boleh menggunakan peralatan dari emas dan
perak
6) Jangan menarik nafas dan menghembuskan kembali
kedalam cangkir
7) Bila didalam suatu perkumpulan hendaknya mengambil
makanan yang terdekat
d. Tata Cara di Majelis Pertemuan
Bagaimana adab kita berada di majelis pertemuan?
Jawabannya adalah pertama kali baru masuk harus
memberikan salam, kemudian baru dapat duduk yang telah
disediakan, menyalami teman yang mendahului duduk,
jangan sekali-kali menggeser tempat duduk milik orang
lain, jangan menggunakan bahasa yang dapat menyinggung
perasaan teman duduk. Ketika ingin meninggalkan tempat

10
Ibid, h.190

8
minta izin, juga bila keluar membaca doa kifarat ke luar
majelis.
e. Tata Cara Minta Izin Masuk
Di dalam masyarakat ataupun negara pastinya mempunyai
aturan-aturan tertentu baik izin masuknya, seperti ingin
memasuki kamar, rumah orang lain atau Negara. Dan
aturan islam bagi seseorang yang ingin memasuki rumah
orang lain, maka paling awal yang dilakukan adalah
memberi salam, dan mengetuk pintu dilakukan sewajarnya,
tidak boleh berdiri tepat ditengah-tengah pintu ketika
dibuka. Apabila ditolak tidak boleh sedih hati namun harus
dikendalikan dengan hati yang bersih. 11
f. Tata Cara Memberi Ucapan Selamat
Ada 7 rangkaian (munasabah) yang ada dalam islam ketika
mengucapkan “ucapan selamat”. Ke-7 rangkaian tersebut
antara lain.
1) Dalam rangka acara pernikahan
2) Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunya
3) Kembalinya seorang musafir (yang berpergian)
4) Pulangnya seseorang dari jihad
5) Sekembalinya dari haji
6) Pada hari raya idul fitri dan idul adha
7) Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti
kenaikan pangkat, mendapat hadiah apa saja yang
membuat seseorang merasakan kebahagiaan.
g. Tata Cara Berkelakar
Dalam ajaran islam bercanda diperbolehkan namun hal itu
bukan berarti bebas, sesuka hati sehingga tak ingat norma
sosial. Ada tiga syarat di perbolehkan bercanda yaitu

11
Ibid.hal.191

9
1) Tidak boleh berlebih-lebihan sehingga menjadi lupa
kepada Allah
2) Tidak boleh berkelakar sehingga menyakiti baik yang
bersifat jasmaniyah atau ruhaniyah, seperti ucapan
hinaan
3) Tidak bersifat dusta atau penipuan dan kata-kata kotor
h. Tata Cara Menjenguk Orang Sakit
Dalam hidup bermasyarakat sudah selayaknya kita saling
memperhatikan keadaan tetangga atau kerabat yang dekat
dengan kita, salah satu wujud dari perhatian itu adalah
menjenguknya ketika sakit, adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan ketika menjenguk orang sakit adalah:
1) Segera menjenguk ketika mendengar kabar tentang
kondisi kerabat
2) Mengucapkan kata-kata yang meringankan beban batin
orang yang sakit.
3) Mendo’akan secara khusus ketika menjenguk orang
yang sakit,
4) Bila sudah mendekati sakaratul maut hendaknya kita
membimbing orang tersebut membaca talqin.
i. Tata Cara Ta’ziyah
Ta’ziyah dilakukan untuk meringankan beban orang yang
sedang kesusahan baik lahir maupun batin bagi keluarga
yang ditimpa musibah, maka sikap dan tindakan tersebut
untuk menentramkan hati mereka. Menurut agama islam
tata cara ta’ziyah antara lain:
1) Menunjukkan rasa bela sungkawa
2) Memberikan nasihat yang baik
3) Memberikan bantuan baik materil maupun non materil
2) Akhlak Terhadap Alam Semesta

10
Alam semesta ialah segala sesuatu yang ada di langit
dan di bumi beserta isinya, selain Allah. Allah melalui Al quran
mewajibkan kepada manusia untuk mengenal alam semesta
beserta isinya.
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah
untuk mengelola bumi dan mengelola alam semesta ini.
Manusia diturunkan ke bumi untuk membawa rahmat dan cinta
kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia
mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya,
yakni melestarikannya dengan baik. Ada kewajiban manusia
untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini didasarkan kepada
hal-hal sebagi berikut :
a) Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi.
b) Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang
dibicarakan oleh al quran.
c) Bahwa allah memerintahkan kepada manusia untuk
menjaga pelestarian alam yang bersifat umum dan yang
khusus.
d) Bahwa allah memerintahkan kepada manusia untuk
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari alam, agar
kehidupannya menjadi makmur.
e) Manusia berkewajiban mewujudkan kemakmuran dan
kebahagiaan di muka bumi.
Manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian
alam atau kerusaakannya, karena sangat memengaruhi
kehidupan manusia. Alam yang masih lestari pasti dapat
memberi hidup dan kemakmuran bagi manusia di bumi. Tetapi
apabila alam sudah rusak maka kehidupan manusia menjadi
sulit, rezeki sempit dan dapat membawa kepada kesengsaraan.
Pelestarian alam ini wajib dilaksanakan oleh semua lapisan
masyarakat, bangsa dan negara.

11
Manusia hidup bergantung pada alam sekitar. anusia
harus menjaga keharmonisan hubungannya dengan alam dan
makhluk di sekitarnya, yaitu dengan cara berakhlak yang baik
kepadanya. Dalam ajaran Islam, akhlak kepada alam seisinya
dikaitkan dengan tugas manusia sebagi khalifah di muka bumi.
Akhlak manusia terhadap alam bukan hanya semata-mata untuk
kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara,
melestarikan dan memakmurkan alam ini. Dengan memenuhi
kebutuhannya sehingga kemakmuran, kesejahteraan, dan
keharmonisan hidup dapat terjaga.
Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan
manusia dengan cara melestarikan alam sekitarnya sebagai
berikut :
1) Melarang penebangan pohon-pohon secara liar.
2) Melarang perburuan binatang secara liar.
3) Melakukan reboisasi.
4) Membuat cagar alam dan suaka margasatwa.
5) Mengendalikan erosi.
6) Menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai.
7) Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan
kepada seluruh lapisan masyarakat.
8) Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-
pelanggarnya.
Manusia di bumi sebagai khalifah, mempunyai tugas
dan kewajiaban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan
dan memeliharanya dengan baik. Allah berfirman dalam QS.
Al-Qashas : 77 yang artinya : “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat,
dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu

12
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Adapun akhlak manusia terhadap alam yang wajib
dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1) Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam. Allah
berfirman :
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal”. ( QS. Ali Imran : 190 )
2) Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan
alam dan isinya ini untuk manusia.

13
Kesimpulan

14
DAFTAR PUSTAKA

Azmi. 2006. Pembinaan Anak Usia Pra Sekolah, Yogyakarta : Belukar


Ilyas, Yanuhar. 2001. Kuliah Akhlak .Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offest.
Mustofa, H.A. 2014. Akhlak Tasawuf. Bandung, Pustaka Setia: Cet .VI.
Nata, Abuddin. 2013. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia. Jakarta: Rajawali
Pers.
Prahara, Erwin Yudi P, 2009. Materi Pendidikan Agama Islam. Ponorogo: STAIN
PO Press.

15

You might also like