You are on page 1of 9

Nama : NATHALIA CH TANGKUDUNG

INSTITUTES OF CHRISTIAN RELIGION

Sebuah karya yang sangat penting, seluruh Calvinisme terdapat di dalam Institutes. Karya yang
Calvin sendiri paling hargai. Calvin mencurahkan seluruh hidupnya untuk merevisi, membentuk
ulang serta memperkaya isi buku ini. Institutes bukan hanya menempati posisi sentra di dalam
keseluruhan karya tulis Calvin yang berlimpah dan mencakup berbagai topik, juga merupakan
karya di mana Calvin, selama karirnya sebagai reformator menuliskan secara sistematis seluruh
pemasalahan yang harus ia pikirkan atau pendalam pemikirannya sendiri dan membuatnya
meneaah permasalahan itu lebih cermat. Institutes adalah ringkasan yang setia dari ide-ide yang
ia jabarkan di dalam karya-karya lain. Institutes memberikan uraian lengkap tentang ajaran
Kristen. Institutes memberikan sintesis pemikiran Calvinis, suatu sintesis yang memadai pada
dirinya sendiri.

I EDISI-EDISI INSTITUTES

Institutes diterbitkan pada Maret 1536 oleh Thomas Platter dan Balthasar Lasius, juru cetak
Basel. Edisi ini terbit sebagai satu jilid berisi 516 halaman dalam ukuran kecil, sehingga mudah
dimasukkan ke dalam saku pakaian yang pada zaman itu berukuran besar.

Karya ini berisi enam bab: empat bab pertama membahas tentang Taurat, Kredo (Pengakuan
Iman Rasuli), Doa Bapa Kami, dan Sakramen Baptisan serta Perjamuan Kudus – merupakan
urutan klasik di dalam Catechisms Luther. Karya ini memang dirancang sebagai katekismus. Bab
kelima dan keenam, masing-masing membahas tentang kebebasan orang-orang percaya,
diinspirasi oleh alasan-alasan khusus yang juga mendorong lahirnya tulisan “Surat kepada Raja”
(“Epistle to the King”) yang di cetak di awal buku tersebut. Di bab kelima Calvin melawan natur
sacramental dari pengakuan dosa, imamat, krisma, pengurapan orang sakit, dan pernikahan. Di
bab keenam, Calvin bukan hanya memaparkan konsepnya tentang kebebasan Kristen, tetapi juga
pemikiran-pemikirannya tentang apa relasi Gereja dan Negara di suatu masyarakat yang
diinspirasi oleh Injil. Bab ini merupakan jawaban terhadap putusan hukum resmi terhadap
peristiwa Plakat tahun 1534 sekaligus protes terhadap sikap Kerajaan Prancis terhadap
Reformasi. Calvin dengan keras menegaskan bahwa raja harus menghormati iman rakyatnya,
selama iman tersebut sejalan dengan Injil. Surat tersebut murni, bersifat apologetic dan
dimaksudkan untuk membersihkan kaum Reformed di Prancis dari tuduhan pemeberontakan
yang telah dijatuhkan kepada mereka, dan dikembangkan oleh Guillaume du Bellay ke dalam
sebuah memorandum yang ditujukan kepada kaum Protestan di Jerman, ia mencoba untuk
menjustifikasi penganiayaan-penganiayaan yang terjadi setelah plakat. Kebehasilan ini makin
luar biasa jika kita mengingat bahwa edisi ini terbit dalam bahasa Latin, sehingga daya tariknya
terbatas hanya kepada kalangan pembaca terpelajar.

Kesibukan Cavin di Geneva dan beberapa hambatan di sana membuatnya tidak bisa
menyempurnakan edisi-edisi baru secepat yang ia harapkan. Edisi tersebut tampaknya sudah
diselesaikan pada akhir tahun 1539. Edisi kedua yang terbit pada tahun 1539 kembali ditulis
dalam bahasa Latin. Untuk menolong penyebarannya di Prancis, sebagian edisi ini diedarkan
dengan nama “Alcuin,” sebuah nama “Calvin” dalam bahasa Prancis. Institutes edisi tahun 1539
tidak lagi dalam format kecil dan sederhana. Edisi ini diterbitkan dalam format folio yang besar
dan isinya hampir tiga kali lipat isi edisi sebelumnya karena Calvin telah menambahkan sebelas
bab ke dalam edisi awal.

Teks edisi 1539 diawal dengan pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang manusia
merupakan garis besar edisi 1539 di bawah topik Taurat. Konsekuansi dari diskusinya dengan
kaum Anabaptis, dan kontroversinya yang manyakitkan dengan Caroli, mungkin karena kesan
yang membekas dalam pikirannya setelah membaca tulisan-tulisan Servetus, Calvin cukup
memperkuat uraiannya tentang Trinitas. Dengan memberi penolakan terhadap pandangan
Anabaptis, ia menambahkan satu bab baru tentang relasi antara Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru. Motif yang mendorong Calvin untuk menyisipkan pembelaan formal bagi doktrin baptisan
anak, dan beberapa perikop tentang nilai-nilai Kitab Suci, tentang pengudusan, dan
penolakannya terhadap milenarianisme. Calvin terdorong untuk memasukkan ke dalam Institutes
ia mensistematiskan gagasan-gagasan tentang predestinasi dan providensi Allah. Calvin
memberikan penekanan pada bagian yang harus dimainkan oleh uraian tentang predestinasi
dalam dogmatika Kristen. Berlawanan dengan Calvin, Melanchton (di dalam Loci Communes
edisi 1535) kembali menolak semua spekulasi tentang predestinasi dan menganggapnya tidak
bermanfaat serta membingungkan. Bab tambahan terakhir membahas tentang kehidupan juga
menutup edisi kedua. Dalam bab ini Calvin memanfaatkan pengalaman pastoralnya dan refleksi-
refleksi yang ia dapatkan setelah membaca karya Bucer yang berjudul On the Cure of Souls,
yang terbit satu tahun sebelumnya. Bersama tafsirannya tentang Surat Roma, Institutes edisi
tahun 1539 merupakan hasil yang matang dari kerja keras Calvin dengan surat terpenting Rasul
Paulus. Edisi ini memaparkan alur-alur theologis fundamental yang nantinya akan diikuti oleh
edisi-edisi Institutes selanjutnya. Calvin tidak pernah berhenti memperdalam filsafat kuno
bahkan sesudah pertobatannya, Plato, yang sepertinya belum ia kenal sebelumnya, sekarang
menjadi salah satu penulis yang paling sering ia rujuk, meskipun kadang-kadang Calvin
menghindari untuk menyebut nama Plato. Sejarah gerejawi sekarang mendapat lebih banyak
perhatiannya jika kita menilainya berdasarkan frekuensi rujukan kepadanya, dan rujukan-rujukan
ini akan semakin banyak dalam edisi-edisi selanjutnya. Dalam edisi 1539 perikop-perikop yang
membahas tentang pengetahuan tentang Allah tidak semua dikelompokkan dalam satu bab yang
sama, sebagaimana seharusnya, dan urutan tentang providensi jelas tidak berada di tempat yang
tepat, seperti Calvin sendiri akui.

Pada tahun 1543, Calvin menerbitkan edisi baru karyanya dalam bahasa Latin, dan edisi ini pun
diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis pada tahun 1545. Edisi ini diawali dengan eulogi untuk
Calvin yang ditulis oleh Jean Strum, merupakan kenangan akan persinggahan Calvin di
Strasbourg. Edisi 1543 membahas tentang Pengakuan Iman Rasui akan menjadi semacam
kerangka kerja bagi seluruh karya tersebut ketika ditata ulang dalam edisi tahun 1559. Edisi
tahun 1550 dengan terjemahannya tahun 1551 ditunjukkan dengan tambhan mengenai Kitab Suci
dan otoritasnya, mengenai penyembahan kepada orang-orang suci, patung, yang terakhir dengan
uraian orisinal mengenai hati nurani manusia.

Theodore de Beza di dalam buku life of Calvin yang pertama menulis: edisi terakhir Institutes of
the Christian Reigion dalam tekanan fisiknya yang paling buruk karena sakitnya, tetapi ia bahkan
menerjemahkan versi ini ke dalam bahasa Prancis dari awal hingga akhir. Di dalam edisi 1560,
Calvin telah mengalami penurunan kondisi kesehatan, tidak memperhatikan masalah bentuk,
meskipun edisi 1560 ini tetap ditulis dalam bentuk yang indah. Bagi Calvin, edisi terakhir ini
adalah memberikan presisi yang ketat dan struktur yang logis mungkin bagi pemikirannya.
Tambahan-tambahan yang diberikan oleh sang penulis bisa dijelaskan, dari perenungannya atas
kontroversi-kontroversi yang ia alami selama beberapa tahun sebelumnya. Cukup banyak tempat
diberikan kepada perselisihan dengan kaum Lutheran, khususnya dengan Westphal, dalam
masalah perjamuan Kudus. Terhadap doktrin-doktrin Osiander tentang gambar dan rupa Allah
dalam manusia, Karya Kristus dan pembenaran,Calvin memberikan sanggahan resmi. Perikop-
perikop lainnya mengingatkan tentang pergumulan-pergumulan melawan kaum “libertin
spiritual”. Bagian-bagian yang telah ditulis sebelumnya untuk melawan kesalahan-kesalahan
Servetus sangat dikembangkan. Yang terakhir Cavin menyatakan posisinya melawan ajaran
Lelius Socinus mengenai jasa-jasa Kristus dan kebangkitan tubuh. Masih ada tambahan-
tambahan lain yang tidak bersifat polemis, ia berusaha mengisi kekosongan dengan
melengkapkan apa yang ia telah tulis sebelumnya tentang kekuatan-kekuatan alamiah dalam diri
manusia, atau tentang karya penebusan Kristus.

Keempat buku dalam Institutes edisi 1559 membahas pengetahuan tentang Allah “di
dalam gelar dan atribut-Nya sebagai Pencipta dan Pemerintah yang berdaulat atas dunia,
“tentang pengetahuan tentang Allah Penebus sebagaimana Ia telah menyatakan diri-Nya sendiri
di dalam Yesus Kristus, yang pertama-pertama dikenal oleh para Bapa Leluhur di dalam Taurat
dan yang kemudian dinyatakan kepada kita di dalam Injil, “tentang cara mengambil bagian di
dalam anugerah Yesus Kristus, tentang hasil-hasil anugerah itu bagi kita dan dampak-dampak
yang diberikan, “ tentang sarana-sarana eksternal yang Allah gunakan untuk membawa kita
kepada Yesus Kristus Anak-Nya dan untuk memelihara kita di dalam-Nya.

Format katekisasi yang pernah digunakan kini telah ditinggalkan dan diganti dengan penguraian
yang, dalam susunan umumnya, mengikuti struktur empat bagian dari Pengakuan Iman Rasuli,
yang telah Calvin gunakan dalam edisi tahun 1543.

Buku yang ketiga, yang jika demi konsistensi seharusnya mengikuti urutan-urutan dalam
Pengakuan Iman Rasuli membahas tentang Roh Kudus, hanya membahas tentang aktivitas Roh
Kudus dalam manusia. Calvin juga berbicara tentang Kebangkitan sebelum masuk ke dalam
pembahasan tentang Gereja, dan tidak mengikuti urutan ide-ide dalam Pengakuan Iman Rasuli.
Meskipun relasi-relasi edisi terakhir Institutes dan format tradisional Pengakuan Iman Rasuli
tetap lebih bersifat eksternal dan formal.
Uraian dogmatik dalam buku barunya terdiri dari dua bagian:

Bagian pertama membahas tentang doktrin Allah (Trinitas, Pencipta, Providensi) , pewahyuan
Alkitab, dan manusia (tidak mencakup dosa dan kebutuhan akan keseamatan). Bagian kedua
membahas tentang pewahyuan di dalam sejarah dan rencana keselamatan. Dan dibagi menjadi
dua subbagian : pertama, persiapan bagi karya keselamatan di dalam kovenan lama dan
penggenapannya di dalam inkarnasi Anak Allah.

Buku II ; kedua, penguraian dan penerapan karya keseamatan oleh Roh Kudus, (a) melalui
karya-Nya di dalam orang percaya yang bahkan sampai kepada penyempurnaannya dalam
kehidupan di masa yang akan datang

Buku III : dan (b) melalui sarana-sarana eksternal yang Roh Kudus gunakan untuk menggenapi
karya keselamatan ini dan membawanya kepada tujuan akhirnya (Buku IV).

Dalam edisi terakhir Calvin melontarkan beragam kecaman yang terasa kurang pantas
terhadap lawan-lawannya, yang sangat kontras dengan uraiannya yang sangat berhati-hati dan
dimaksudkan sebagai uraian yang imiah. Edisi 1559-60 merupakan karya yang monumental;
sebuah summa theologis dari Protestantisme Reformed. Bahkan di masa hidup Calvin
kesuksesan edisi ini sungguh luar biasa, dan edisi ini tidak pernah di cela di masa-masa
kemudian. Edisi ini adalah salah satu alasan bagi bangkitnya ortodoksi Calvinis dengan sangat
pesat, yang dengan ketat berpegang pada rumusan-rumusan yang bahkan tidak bisa dimodifikasi
dengan mudah oleh kontroversi-kontroversi yang muncul.

II. SUMBER-SUMBER INSTITUTES

Alkitab merupakan asal dari ide-ide yang Calvin ekspresikan dalam tulisan-tulisan
theologisnya – sebagaimana halnya Alkitab juga merupakan fondasi bagi bangun pemikiran
Luther dan Zwingly, maka para Reformator yang mendahului dia tidak mungkin menghasilkan
karya-karya tulis semata-mata hanya berdasarkan refleksi pribadi. Sejarah pemikiran filsafat,
moral, dan theologis menunjukkan bahwa sebuah pengajaran yang tampak baru dan bahkan
revolusioner berutang atas orisinalitas mereka lebih kepada penyusunan ulang konsep-konsep
yang telah lama diketahui ketimbang kepada daya kreatif orang-orang yang dianggap sebagai
pencetusnya. Bisa dikata Calvin mengikuti aturan tersebut, karena meskipun ia terhitung sebagai
salah satu di antara para Reformator, ia satu generasi lebih muda daripada Luther, Zwingli,
Melanchton, dan Bucer, dan tidak dapat melakukan seperti yang telah ia capai tanpa merujuk
kepada tulisan-tulisan dan tindakan-tindakan para pendahulunya. Jika ada kesulitan mengenai
sumber-sumber pemikiran Luther, maka lebih banyak lagi masalah mengenai sumber-sumber
pemikiran Calvin. Bahkan dalam menentukan apa yang benar-benar berasal dari Calvin sendiri.

Perhatian para sejarawan tertuju pada ciri khas pikiran Calvin, sebuah pikiran yang lebih
bersifat konstruktif daripada imajinatif, pada cara penjabaran humanis daripada membuat
penemuan-penemuan yang orisinal. Calvin adalah murid Luther yang paling setia; sebagaian
berkata bahwa Calvin adalah orang yang melawan pemikiran Lutheran; yang lain lagi
berpendapat bahwa Calvin mendapatkan pemikirannya, secara keseluruhan atau sebagian, dari
Agustinus atau Bucer; dan ada pula pendapat-pendapat dari murid-muridnya, merasa mereka
harus menolak ide tentang adanya pengaruh-pengaruh lain.

Posisi yang Calvin berikan kepada Kitab-Kitab Suci sebagai dasar pengajarannya, dan
pentingnya karya-karya eksegetis dalam seluruh karya tulisannya. Pendalaman Calvin yang
tekun akan Alkitab, khususnya akan Kitab-kitab Para Nabi dan surat-surat Paulus, kita
mendapatkan sumber dari makna theologisnya yang begitu mendalam, dan lebih umum,
penjelasan bagi mentalitas religiusnya. Calvin tidak mempelajari atau menafsirkan Alkitab
sebagai seorang ilmuwan yang tidak memihak, tetapi sebagai seorang theolog yang menjadi
murid Agustinus dan Luther, yang perhatiannya terus berfokus pada pencapaian peneguhan bagi
posisi-posisi dogmatikanya sendiri.

Kedua, Calvin mendalami sungguh-sungguh tulisan-tulisan Bapa-bapa Gereja.


Tafsirannya De Clementia, sudah menunjukkan ketertarikannya pada tulisan Agustinus, City of
God, maka karya-karya yang ia hasilkan sesudah pertobatannya menunjukkan bahwa hingga
akhir hidupnya, Calvin tidak pernah berhenti memperdalam pemikirannya tentang Bapa-bapa
Gereja Yunani dan Latin. Sejak Institutes edisi 1536, mengenai kemampuan-kemampuan jiwa
manusia, ia mengutip Plato, Aristoteles, Themistius, Cicero dan juga Jhon Chrysostom, Origen,
dan Agustinus. “Koleksi kutipan yang begitu kaya dan padat, sulit ditemukan dalam tulisan para
Reformator lainnya. Calvin sejak awal karirnya terlihat lebih menaruh perhatian kepada Jhon
Chrysostom, yang Homilies-nya pernah Calvin rencanakan untuk terbitkan dalam terjemahan
bahasa Prancis. Calvin tanpa ragu-ragu menyatakan bahwa dalam hal penafsiran Alkitab,
Chrysostom melebihi semua Bapa-Bapa Gereja yang masih kita miliki karya-karyanya. Pengaruh
Agustinus atas Reformator ini jauh lebih penting dan unik. Calvin terus mendalami Agustinus,
dan merasa bahwa ia sepaham dengan Agustinus. Hampir setiap kesempatan yang
memungkinkan, meminjam pengungkapan-pengungkapan darinya, dan memandangnya sebagai
seorang sekutu yang paling berharga di dalam menghadapi kontroversi-kontroversi. Dalam
beberapa poin doktrin, Calvin mengambil dari Agustinus dan menginspirasi dari doktrin
Agustinus tentang kehendak bebas dan sakramen, dan mengenai anugerah dan predestinasi,
Calvin menggunakan semua argumentasi Agustinian untuk mendukung pendapatnya.

Kesamaan di dalam poin-poin doktrin tertentu tidak berarti bahwa Calvin kembali kepada
ide tradisional tentang otoritas patristic. Hanya Alkitab yang memiliki nilai normatif bagi iman,
tidak bisa di klaim bagi Bapa-bapa Gereja. Calvin tidak ragu menyatakan ketidaksetujunnya
terhadap Bapa-bapa Gereja di setiap bagian di mana ia merasa mereka telah menyimpang dari
jalan Alkitab yang lurus. Bucer, yang banyak memakai tulisan Bapa-bapa Gereja tanpa selalu
menarik garis pemisah yang Calvin pandang mutlak dilakukan, mendapat celaan dari Calvin
karena telah memberikan otoritas yang berlebihan kepada pemahaman mereka tentang doa-doa
orang-orang suci. Dalam Treatise on Scandals, Calvin menentang ajaran Bapa-bapa Gereja
mengenai kehendak bebas dan keterbukaan mereka terhadap filsuf. Keputusan-keputusan mereka
harus diteliti dengan memperhatikan situasi-situasi historis di mana Konsili-konsili tersebut
dilakukan, dan dievaluasi berdasarkan kriteria Alkitab yang adalah satu-satunya kriteria yang
sah. Dengan syarat tersebut, “Kita dengan sepenuh hati menerima Konsili-konsili kuno, yaitu
Konsili Nicea, Konsili Konstantinopel, Konsili Efesus yang pertama, Konsili Kalsedon dan yang
telah dilaksanakan untuk mengutuk kesalahan-kesalahan yang fasik dan ajaran-ajaran sesat. Kita
menghargai dan menghormati mereka sejauh menyangkut pasal-pasal yang telah didefinisikan di
sana. Konsili-konsili tersebut berisi penafsiran yang murni dan alami atas Alkitab. Calvin bisa
menjadi pembela yang berapi-api bagi theology yang terdapat dalam Konsili-Konsili kuno,
terbukti dari sikapnya mengenai doktrin Trinitarian dan Kristologis tradisional, di dalam
kontroversi-kontroversinya melawan dengan Servetus, Gentilis, dan Socinus.

Konsep Calvin tentang Allah yang berada di atas hukum sangat mungkin merupakan
“transposisi theologis dari prinsip politik princeps legibus solutus. Ide tentang Allah membawa
kita kepada perbandingan dengan theologinya Scotus. A. Rictshl yaitu bahwa ide tentang Allah
mendominasi doktrin predestinasi ganda mengimplikasikan konsep potential absoluta dari kaum
nominalis. Dalam sebuah analisis terhadap ide-ide Calvin, Lecerf menegaskan, “Calvinisme
Calvin dan Calvinisme dalam pengakuan-pengakuan iman bertolak belakang secara fundamental
dengan ajaran Scotus dan Ockham yang sering kali secara tidak adil dikenakan kepada Calvin.
Kekuasaan Allah bukanlah potential absoluta-nya Duns Scotus dan Ockham. Allah tidak
mungkin melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keagungan -Nya, atau berbohong, atau
memberikan perintah untuk melakukan sesuatu yang salah atau berkontradiksi; itu bukan karena
Allah tidak sanggup, tetapi karena kuasa-Nya sama sekali bukan seperi kekuatan alam yang buta.
Inti perdebatan ini sebenarnya adalah kesalahpahaman terhadap pemikiran Duns Scotus yang
sebenarnya. Menurut Duns Scotus kuasa Allah yang mutlak sifatnya dibatasi oleh prinsip
nonkontradiksi, yang meniadakan setiap keputusan Allah yang bertentangan dengan dekrit-dekrit
Allah sebelumnya, serta oleh natur Allah sendiri, yaitu oleh kebaikan-Nya. Di dalam Institutes
Calvin menulis “kehendak Allah adaah aturan keadilan yang tertinggi dan berdaulat sehingga apa
pun yang Allah kehendaki harus diterima sebagai sesuatu yang adil sejauh Allah menghendaki
itu. Mengapa Allah melakukan ini dan itu? Karena Allah menghendakinya.

Dalam tafsiran Calvin tentang Kitab Keluaran bahwa Allah “independen terhadap segala
hukum, bahwa ia adalah hukum bagi diri-Nya sendiri dan norma bagi segala sesuatu. Dan
“manusia fana tidak berhak untuk mempertanyakan atau mencari kesalahan di dalam perintah-
perintah Allah, bahkan perintah yang paling sederhana sekalipun, bukan karena pemerintahan-
Nya melampaui semua hukum, tetapi karena kehendak-Nya adalah norma yang paling sempurna
bagi semua hukum. Jika Allah adalah hukum bagi diri-Nya sendiri, itu berarti bahwa Allah
terikat oleh segala sesuatu yang telah Ia tetapkan, bahwa kehendak-Nya tidak mungkin berubah
tetapi tidak tunduk kepada kausalitas eksternal apapun.

Dalam tafsirannya yang terkenal atas karya Peter Lombard, Sentences, Duns Scotus menyatakan
bahwa penderitaan Kristus pada dirinya sendiri tidak menyatakan bahwa penderitaan Kristus
pada dirinya sendiri tidak memiliki nilai atau efektivitas apa pun. Nilai dan efektivitas telah
dicurahkan kepadanya oleh kehendak Allah, yang berkenan untuk menerima penderitaan Kristus
sebagai sesuatu yang cukup, dan menetapkan untuk memakainya bagi karya penebusan. Ini juga
pandangan Calvin kepada Socinus pada tahun 1555 dalam Institutes buku II.

Pengaruh Lutheran atas Calvin sudah terlihat sejak perencanaan Institutes edisi tahun
1536, mengikuti struktur Little Catechism (Katekismus Singkat) Luther. Institutes juga berutang
pada pemikiran Luther, khususnya di dalam uraian mengenai Sepuluh Perintah Allah dan tentang
Pengakuan Iman Rasuli. Ia mengawali babnya tentang Taurat dengan menunjukkan bahwa
pengetahuan tentang Allah dan pengetahuan tentang diri sendiri. Calvin melanjutkan, Adam,
karena kejatuhannya kepadanya dan persekutuan mula-mulanya dengan Allah: manusia telah
menjadi orang-orang yang dimurkai Allah. Sejak saat itu, kasih kepada diri telah
membutakannya dari kondisinya yang sebenarnya. Taurat diberikan kepada manusia untuk
menunjukkan betapa jauhnya ia menyimpang dari jalan yang benar. Melalui Taurat, kita dapat
melihat, seperti di depan cermin, keberdosaan kita dan kondisi kita yang berada dalam hukuman.
Maka kesadaran akan dosalah yang membawa kita kembali kepada Allah, yang telah
memberikan anugerah baru di dalam Yesus Kristus, asalkan kita menerimanya dengan iman.
Pengetahuan tentang keberdosaan kita, dan tentang iman yang memampukan kita untuk
memperoeh belas kasihan Allah, adalah karunia yang cuma-cuma dari Allah.

Tahun 1536, Calvin berbeda pandangan dengan Luther mengenai Perjamuan Kudus.
perbedaan-perbedaan diantara keduanya cenderung menjadi semakin meruncing, baik dalam
masalah kanon Alkitab, predestinasi, doktrin Gereja, Kristologi, maupun sakramen-sakramen.
Yang lebih memisahkan mereka daripada doktrin-doktrin adalah perbedaan di dalam latar
belakang pendidikan mereka serta mentalitas religius keduanya. Alasan utama perbedaan
diantara keduanya lebih berakar di dalam perbedaan konsepsi-konsepsi mereka tentang relasi
antara Kristus dan orang-orang percaya. Uraian-uraian Calvin mengenai Sepuluh Perintah, iman,
pengharapan dan kasih, tentang pertobatan dan tentang kemerdekaan Kristen menunjukkan
adanya jejak-jejak karya dogmatik Melanchthon. Hal yang sama juga dapat dijumpai dalam
doktrin umum tentang sakramen-sakramen dan baptisan. Ketika berada di Rotisbon, Calvin tidak
ragu-ragu ikut menandatangi pengakuan iman.

Dalam artikel yang ditulis tahun 1868, J Koestlin menunjukkan bahwa di dalam bagian-
bagian Institutes yang membahas tentang Perjamuan Kudus, Calvin “menempatkan dirinya
diantara theology-theolog yang menuliskan Tetrapolitan Confession tahun 1530.” J.M Usteri
juga mneunjukkan bahwa hubungan-hubungan dapat diperluas sampai meliputi doktrin Baptisan.
Tetapi pengaruh para Reformator Strasbourg belum diperluas secara memuaskan dalam
kaitannya dengan Buccer sampai Lang membahasnya di tahun 1900. Kaitan-kaiatan lebih lanjut
teah tersingkap, dan kesimpuan tentang kebergantungan Calvin pada Bucer telah didukung oleh
banyak pihak. Calvin sudah melakukan korespondensi dengan Bucer dan telah membaca paing
tidak tafsiran Bucer tentang Injil Matius dan Yohanes. Di Sinode Bern pada tahun 1537, di mana
Bucer dan Capiton hadir untuk memperkuat pendekatan kepada Luther yang terimplikasikan
dalam penandatanganan Concord of Wittenberg, Calvin memberikann kepada kedua Reformator
Starsbourg sebuah pengakuan iman tentang Perjamuan Kudus yang isinya mengikuti pandangan
Bucer. Calvin menegaskan persekutuan di dalam tubuh dan darah Kristus serta di dalam Roh-
Nya, dan realitas dari persekutuan ini, meskipun ia menolak kehadiran tubuh Kristus secara lokal
di dalam unsur-unsur Perjamuan Kudus. dokumen Calvin ini, yang ikut ditandatangani oleh
Bucer dan Capiton, sebagai titik berangkat yang sebanarnya bagi doktrin Calvinis tentang
Perjamuan Kudus, melebihi perikop-perikop yang terkait dalam Institutes edisi tahun 1536.
Calvin menggunakan edisi kedua dari tafsiran tersebut di dalam bab ketiga Institutes yang
berbicara tentang doa. Ia mengikuti seluruh urutan ide-ide yang diungkapkan Bucer dalam
tafsirannya tentang Matius 6:5-13. Sebagai contoh Calvin dan Bucer sama-sama menolak
pengertian bersyarat dalam klausa “seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada
kami” , dan hanya mengangapnya sebagai sebuah “smile” atau tanda.

Dalam institues edisi tahun 1539-1541 Calvin menjabarkan sistem yang lengkap tentang
predestinasi. Calvin mendasarkan pemilihan dan reprobasi atas setiap individu pada penetapan
kekal Allah dan alasan bagi kedua tindakan ini adalah untuk manifestasi kemuliaaan Allah.
Calvin memanfaatkan perkembangan-perkembangan khusus di dalam Commentary upon the
Epistle to the Romans karya Bucer, dan juga mengadopsi sudut pandang Bucer tentang arti
penting predestinasi bukan hanya secara praktis tetapi juga secara teoritis, tentang karakter
predestinasi yang definitive dan tidak mungkin dipungkiri, dan tentang peran panggilan,
pembenaran dan pemuliaan dalam predestinasi. Calvin menekankan distingsi antara predestinasi
dan pengetahuan kekal (feroknowledge) Allah, dan dengan tegas menolak adanya hugungan
sebab-akibat diantara keduanya. Sebaiknya dalam pandangan Bucer, pengetahuan kekal dan
predestinasi merupakan satu kesatuan. Selain itu di dalam tulisan Bucer, sangat terasa bahwa
reprobasi menjadi sekadar latar belakang, sedangkan dalam pemikiran Calvin dokrin tentang
pemilihan dan reprobasi daing menyeimbangkan. Seluruh pemikiran Calvin tentang Gereja
sudah dapat ditemukan dalam Commentary Bucer yang terbit pada tahun 1530. Tetapi pemikiran
Calvin telah meminjam langsung dari Bucer. Misalnya konsep tentang Gereja yang disatukan
dalam kedua aspek, Gereja yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, adalah konsep yang Calvin
temukan dalam tulisan Agustinus atau Bucer.

Bab kedelapan dari Institutes edisi tahun 1543, mengumpukan, mengembangkan dan
mensistematiskan unsur-unsur utama dari definisi tentang Gereja yang telah Bucer masukkan di
dalam karyanya Treatise on the Cure of the Souls, yang terbit pada tahun 1538. Pertama-tama
Calvin mengadopsi pernyataan Bucer bahwa oraganisasi-oraganisasi gerejawi tidak ditentukan
oleh keputusan manusia, tetapi organisasi-organisasi itu memiliki hak ilahi sebab ditentukan oleh
Allah dan Roh Kudus. Calvin juga mengambil teori tentang empat jenis pelayanan yang, ia
masukkan ke dalam Ecclesiastical Ordinances pada tahun 1541 dan dua tahun kemudian ia
masukkan pembelaandokrinal dalam Institutes. Sedangkan mengenai disiplin gereja sebelum ia
melayani di Strasbourg. Calvin memakai seluruh argumentasi Bucer untuk mendukung
tujuannya, temasuk digunakannya disiplin sebagai sarana untuk memulihkan jiwa. Untuk
pembenaran bagi disiplin gereja, treatise on Holy Communion yang ditulis Cavin ketika ia
berada di Strasbourg, meringkas ide-ide yang Bucer berikan garis besarnya dalam Catechism
tahun 1543 dan tulisan-tulisan lainnya.

III. TUJUAN INSTITUTES

Tujuan Calvin adalah menuliskan uraian doktrin Kristen secara keseuruhan seperti sebuah
katekismus, dalam bentuk yang seseerhana mungkin. Tetapi karena penganiayaan-penganiayaan
yang membanjiri negaranya dengan darah di awal tahun 1535, ia mengetahui bahwa sekelompok
orang mencoba membenarkan penganiayaan tersebut dengan anggapan bahwa penganiayaan
ditujukan terhadap “orang-orang Anabaptis dan para penghasut”. Calvin memutuskan untuk
menjadikan bukunya sebagai alat apoogetika.

Edisi 1536 dimaksudkan sebagai buku panduan dasar yang dirancang untuk memberikan
“beberapa hal dasar” yang perlu dipahami oleh para pembaca yang baru bertobat. Tujuan yang
praktis dan dalam pengertiannya yang paling dalam, membangun iman yang sangat dominan.
Dalam edisi kedua Institutes berbahasa Latin, tahun 1539, menunjukkan bahwa Calvin
menetapkan tujuannya dan memodifikasi tujuan awalnya. Ia tidak agi berpikir untuk memberika
kepada kaum terpelajar suatu uraian seingkat tentang doktrin Reformed, tetapi ia bermaksud
memberika sebuah pengantar dogmatic bagi pembacaan Kitab Suci. Ia ebih mengarahkan
tulisannya kepada siswa-siswi theology. Calvin melihat Institutes sebagai “pelengkap” bagi
pelajaran-pelajaran eksegesisnya; atau sebagai buku pedoman di mana ia menjabarkan seluruh
keyakinan dogmatiknya sekali untuk selamanya, dan yang melepas dia dari keharusan untuk
mengulangi keyakinan-keyakinan tersebut ketika ia membicarakan perikop-perikop Kitab Suci
yang ia jelaskan kepada pendengar atau pembacanya. Calvin berani menjanjikan satu hal yaitu
bahwa buku ini bisa menjadi seperti kunci dan gerbang; dan memberi jalan bagi orang-orang
percaya untuk sungguh-sungguh memahami Kitab Suci dengan baik. Bagi Calvin, Roh Kudus
memangil manusia, atau paling tidak mereka telah menerima iman, untuk memperlengkapi diri
mereka dengan pernyataan ilahi melalui pembacaan Alkitab. Calvin berpendapat bahwa sangat
mudah bagi seseorang untuk terjatuh dalam kesalahan, yaitu salah menafsirkan Kitab-Kitab Suci
jika tidak mempunyai panduan yang dapat dipercaya – yang memampukan pembaca untuk
mengetahui apa yang harus ia cari di sana dan bagaimana mendapatkannya. Pandangan ini
beraku bagi para theolog, yang harus dilatih secara khusus, dan yang akan mendapatkan tuntunan
ini dalam Institutes edisi bahasa Latin. Ini juga berlaku bagi semua orang percaya.

You might also like