You are on page 1of 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik


Polivinil asetat (PVAc) merupakan suatu polimer termoplastik yang telah
dikenalkan secara luas sebagai suatu bahan baku dalam industri perekat. PVAc
baik yang dimodifikasi ataupun tidak, dalam bentuk larutan atau emulsi, sebagai
homopolimer ataupun kopolimer, menunjukkan suatu keanekaragaman yang
membuat perekat ini cocok sebagai pengikat berbagai bahan khususnya produk
kayu dan turunannya [1]. Polivinil asetat emulsi memiliki beberapa kelebihan
yaitu harganya murah, penggunaannya mudah, dan pengaplikasiannya sederhana
[2].
Berdasasrkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait impor polivinil
asetat selama tahun 2016 - 2020, sempat terjadi penurunan jumlah impor sebesar
50 % pada tahun 2017 dibanding tahun sebelumnya, yaitu 401,509 ton/tahun
menjadi 201,735 ton/tahun. Setelah tahun 2017, mulai terjadi kenaikan jumlah
impor polivinil asetat dan trend-nya menunjukkan peningkatan hingga tahun
2020, yaitu mencapai 432,164) ton/tahun. Peningkatan jumlah impor tersebut
menunjukkan tingginya permintaan dan diperkirakan akan terus meningkat setiap
tahunnya, sehingga perlu didirikan pabrik polivinil asetat di Indonesia untuk
memenuhi kebutuhan impor dalam negeri [3].

1.2 Tujuan Pendirian Pabrik


Faktor-faktor yang menjadi alasan pendirian pabrik polivinil asetat ini
adalah:
1) Kebutuhan polivinil asetat dalam negeri masih dipenuhi dari impor.
Memenuhi kebutuhan impor polivinil asetat dalam negeri.
2) Polivinil asetat banyak digunakan sebagai bahan baku pada pembuatan
perekat, bahan untuk pembuatan produk lanjutan seperti polivinil alkohol,
polivinil asetat phthalate dan lain-lain.

1
2

3) Berdirinya pabrik ini dapat menghimpun tenaga kerja lokal yang secara tidak
langsung dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

1.3 Penentuan Kapasitas


Dalam penetuan kapasitas pabrik, hal-hal yang harus dilakukan adalah
mengetahui data kebutuhan impor produk, menghitung proyeksi kebutuhan impor
dengan menggunakan metode least square, melihat kapasitas dari pabrik sejenis
dan ketersediaan bahan baku.

1.3.1 Data Kebutuhan Impor


Prospek pendirian pabrik polivinil asetat di Indonesia dilihat dari aspek
pasar, dimana tiap tahunnya kenutuhan impor polivinil asetat cenderung
mengalami kenaikan, Berdasarkanrikut data yang diperoleh dari Badan Pusat
Statistik dari tahun 2016-2020, setiap tahunnya kebutuhan impor polivinil asetat
cenderung mengalami kenaikan..

Tabel 1.1. Data Impor Polivinil Asetat di Indonesia Tahun 2016-2020 [3]

Tahun Kebutuhan Impor Ton/Tahun


2016 401,509
2017 201,735
2018 207,663
2019 271,021
2020 432,164
3

Data Impor Polivinil Asetat Tahun


2016-2020
500
400
300 Impor
Ton

200
100
0
2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021
Tahun

Gambar 1.1 Grafik Data Kebutuhan Impor Polivinil Asetat di Indonesia selama
Tahun 2016-2020

1.3.2 Proyeksi Kebutuhan Impor


Salah satu data yang dibutuhkan dalam prosesP penentuan kapasitas
pabrik polivinil asetat dilihat adalah datadari hasil proyeksi kebutuhan impor,
yang didapatkan dari perhitungan menggunakan metode least square. Dimana
Dalam proses pra rancangan ini, pabrik mulai akan mulai didirikan pada tahun
2023 dan mulai beroperasi pada tahun 2025 hingga 10 tahun mendatang, yaitukni
hingga pada tahun 2034.

Tabel 1.2. Perhitungan Estimasi Kebutuhan Polivinil Asetat dengan Metode Least
Square
Tahun Impor (Ton) X XY X²
2016 401,509 -2 -803,018 4
2017 201,735 -1 -201,735 1
2018 207,663 0 0 0
2019 271,021 1 271,021 1
2020 432,164 2 864,328 4
Total 1514,09 0 130,596 10
4

Berdasarkan data pada tabel 1.2 dapat digunakan untuk menentukan


proyeksi kebutuhan impor pabrik pada tahun 2025 hingga tahun 2034. proyeksi
menggunakan metode least square y = a + bx, dimana y menyatakan jumlah
kebutuhan polivinil asetat dan x adalah indeks tahun, maka:

( ∑ y ) ( ∑ x 2 )− ( ∑x ) ( ∑ xy )
a=
n ( ∑ x )− ( ∑ x )
2 2

Karena ∑X = 0, maka nilai a dapat ditentukan sebagai berikut :


(∑ y )
a=
n
( ∑ y ) 1514,092
a= = =302,818
n 5

n (∑ xy )−(∑ x )(∑ y )
b=
n ( ∑ x )−(∑ x)
2 2

Karena ∑X = 0, maka nilai b dapat ditentukan sebagai berikut :


( ∑ xy )
b=
( ∑ x2 )
( ∑ xy ) 130,596
b= = =13,060
(∑x )2 10

Jadi kebutuhan impor polivinil astetat pada tahun 2025, nilai x = 7


y= a+ b x
y = 302,818 + 13,060 (7)
y = 394,236 ton/tahun

Berdasarkan perhitungan di atas diperolehlah persamaan metode least


square y = 320,818 + 13,060X yang digunakan untuk melihat perkiraan
kebutuhan impor polivinil asetat tiap tahunnya mulai dari tahun 2025 hingga
tahun 2034. Proyeksi kebutuhan impor pada tahun 2025-2034 tersebut dapat
dilihat pada Tabel 1.3 dan Gambar 1.2
5

Tabel 1.3. Perkiraan Kebutuhan Polivinil Asetat Tahun 2025 – 2034

Persamaan Metode Proyeksi


Tahun Time Periode (x)
Least Square (Ton/Tahun)
2025 7 394,238
2026 8 407,298
2027 9 420,358
2028 10 433,418
2029 11 446,478
y = 320,818 + 13,060X
2030 12 459,538
2031 13 472,598
2032 14 485,658
2033 15 498,718
2034 16 511,778
Rata-rata 453,008

Proyeksi Kebutuhan Impor


Polivinil Asetat
Proyeksi (Ton/Tahun)
550

500

450
Ton

400

350
2023 2025 2027 2029 2031 2033 2035
Tahun

Gambar 1.2. Grafik Proyeksi Kebutuhan Polivinil Asetat 2025-20345


6

Proyeksi kebutuhan impor polivinil asetat di Indonesia diperoleh dengan


nilai rata-rata sebesar 453,008 ton/tahun dengan kenaikan proyeksi kebutuhan
polivinil asetat dari tahun 2025-2034 sebesar 13,060 ton/tahun.

1.3.3 Data Kapasitas Pabrik Sejenis


Kapasitas pabrik sejenis yang talah ada juga harus diperhitungkan dalam
penentuan kapasitas pabrik polivinil asetat. Hal ini sebagai gambaran apakah
kapasitas pabrik yang ingin ditentukan dapat bernilai ekonomis atau tidak. Jika
kapasitas pabrik hanya ditentukan dari total rata-rata proyeksi kebutuhan impor
berada dibawah rentang kapasitas pabrik sejenis yang telah ada, maka
dikhawatirkan kapasitas pabrik yang akan didirikan tidak bernilai ekonomis
meskipun dengan kapasitas tersebut mampu menutupi kebutuhan impor produk
polivinil asetat dalam negeri. Berikut beberapa kapasitas pabrik sejenis yang telah
ada dapat dilihat pada Tabel 1.4

Tabel 1.4. Daftar Pabrik Polivinil Asetat yang Telah Berdiri [4].

Pabrik Lokasi Ton/Tahun


Guangdong Maydos Building
Cina 60000
Materials Limited Company
Shandong Ruisan Chemical
Taiwan 2400
Technology Co., Ltd
LocOC NamAM VietIET CoO.,
Vietnam 24000
LtdTD
Filane Fresh Pty Ltd South Africa 48000

1.3.4 Ketersediaan Bahan Baku


7

Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu aspek penting yang harus
diperhatikan. Hal ini dikarenakan apabila dalam merancang suatu pabrik dengan
kapasitas yang sudah ditentukan namun ketika ketersediaan bahan baku yang
dibutuhkan tidak mencukupi untuk membuat produk yang diinginlan maka perlu
dilakukan pertimbangan ulang dalam menentukan kapasitasnya.
Pembuatan polivinil asetat dibuat dari bahan baku vinil asetat monomer
yang diimpor dari PT Dow Chemical dengan kapasitas pabrik 65000 ton/tahun [5]
sedangkan polivinil alkohol diperoleh dari PT Sika Gresik dengan kapasitas
pabrik 45000 ton/tahun [6].
Berdasarakan data kebutuhan impor, proyeksi kebutuhan polivinil asetat
10 tahun mendatang, data kapasitas pabrik sejenis dan ketersediaan bahan baku,
maka. kKapasitas pabrik polivinil asetat yang akan didirikan adalah sebesar 2400
ton/tahun melihat dari kapasitas pabrik yang telah ada. . Dengan kapasitas
demikian tersebut, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan impor polivinil asetat
di Iindonesia. a dan Kkelebihan produk juga dapat dijual atau diekspor ke
negaranegara-negara Aasia Ttenggara pengimpor produk polivinil asetat, seperti
Malaysia dan Thailand [7].

1.4 Rencana Lokasi Pabrik


Dalam memilih lokasi usaha atau lokasi pabrik tidaklah mudah karena
harus mempertimbangkan beberapa faktor. Faktor - faktor tersebut pada
pelaksanaannya tentu akan berbeda antara usaha satu dengan usaha lainnya sesuai
dengan jenis usaha dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik seperti lokasi pasar, sumber bahan baku,
tenaga kerja, listrik, air, akses transportasi, sikap masyarakat, serta peraturan
pemerintah [8].
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas maka direncanakan
pendirian pabrik pembuatan polivinil asetat berlokasi di Kawasan Industri Java
Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur. JIIPE adalah
kawasan terintegrasi pertama di Indonesia, dengan total area 3.000 hektar, yang
8

terdiri dari kawasan industri, pelabuhan umum multifungsi,dan hunian berkonsep


kota mandiri. Berlokasi di Gresik, provinsi Jawa Timur, JIIPE menjadi kawasan
percontohan bagi pengembangan industri di Indonesia [9].

Gambar 1.3. Peta Lokasi Gresik

Gambar 1.4. Lokasi Kawasan Industri JIIPE

1.4.1 Sarana Transportasi


9

Sarana dan prasarana Tranportasi dangat diperlukan untuk mempermudah


proses penerimaan bahan baku dan pendistribusian produk yang akan dijulau ke
konsumen. Kawasan industri JIIPE sendiri memiliki infrasruktur yang lengkap
sepersti akses jalan tol Krian Legundi Bunder Manyar (KLBM). Jalan tol ini juga
bisa menjadi akses menuju ke daerah Jawa lainnya dan Jakarta. Selain itu, jalan
tol ini memberi akses menuju jalan arteri menuju Gresik, Surabaya, dan Tuban .
JIIPE pun memiliki akses menuju Bandara Internasional Juanda.
Kawasan JIIPE pun memiliki Pelabuhan Internasional JIIPE  yang telah
dibangun dermaga sepanjang sekitar satu kilometer dengan kedalaman 14 meter.
[10] serta memiliki Akses kereta api jalur ganda langsung, terhubung ke titik
akses di Pulau Jawa. Sehingga langsung dapat distribusikan ke pasar domestik dan
internasional [9].

1.4.2 Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku vinil asetat monomer (VAM) diimpor dari PT Dow
Chemicals, China. Sementara untuk polivinil alkohol dapat diambil dari PT. Sika
Indonesia di Gresik, Jawa Timur. Pabrik didirikan berada disekitar tempat yang
berhubungan langsung dengan laut untuk mempermudah impor pasokan bahan
baku dan distribusi produk.

1.4.4 Lokasi Pemasaran


Kawasan JIIPE memiliki potensial dari sisi pemasaran, sebab mudahnya
akses distribusi produk kepada konsumen baik industri kecil maupun industri
besar salah satunya seperti pabrik kayu yang berada di daerah Jawa Timur
diantaranya adalah PT Achmadi Pasca Perintis di Gresik, Agung Kharisma Jaya
Abadi di Surabaya, PT Alam Damai Mitra Raya di Magetan, dan lain – lain [11].

1.4.5 Utilitas
Fasilitas utilitas meliputi penyediaan air, bahan bakar, dan listrik.
Kebutuhan air untuk proses, air sanitasi, air umpan boiler, dan kebutuhan lainnya
10

dapat diperoleh dari pengolahan air yang dikelola oleh pihak kawasan JIIPE yang
di sumbernya di ambil dari kali Tanggok. Kebutuhan bahan bakar diperoleh dari
PT, Perusahaan Gas Negara Indonesia (PT. PGN Indonesia) sedangkan kebutuhan
listrik diperoleh dari PT. Pembangkit Listrik Negara (PT. PLN) [12].

1.4.5 Tenaga Keja


Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam
pembangunan. Secara makro, faktor - faktor masukkan pembangunan, seperti
sumberdaya alam, material, dan finansial tidak akan memberikan manfaat secara
optimal untuk perbaikan kesejahteraan rakyat tanpa di dukung oleh ketersediaan
faktor SDM yang memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas [13].
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa timur mencatat bahwa 6%
pengangguran di Jawa Timur didominasi sarjana. Tercatat tingkat pengangguran
terdidik dari komposisi sarjana kisaran 5-6 % seluruh Jawa Timur, angka ini
cukup tinggi apabila di bandingkan secara global yakni 3,84 % [14].
Dengan pendirian pabrik PVAc di Gresik, Jawa Timur akan membantu
penyerapan tenaga kerja lebih sehingga menurunnya tingkat pengangguran pada
Jawa Timur.

You might also like