You are on page 1of 12

ILMU NAHWU DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB

Diajukan untuk memenuhi tugas kuliah

Teknik penulisan karya ilmiah

Dosen pembimbing :

Dr. Faried Permana, M.Pd. I

Disusun oleh :
Melyyani
Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
Kelas B semester 1

PENDIDIKAN BAHASA ARAB (PBA)


SEKOLAH TINGGI ILMU AL QURAN
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang senantiasa
melimpahkan rahmat-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
ILMU NAHWU ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
besar Muhammad SAW, kepada para kerabat, sahabat dan seluruh umat beliau
sampai hari kiamat.
Dalam makalah ini dipaparkan tentang asal muasal munculnya ilmu nahwu,
tokoh-tokoh nahwu dan kitab-kitab nahwu yang populer dipelajari oleh banyak
orang. Kita kaum muslim memaklumi bahwa bahasa Arab adalah bahasa alquran.
Setiap orang muslim yang menyelami ajaran islam yang sebenarnya dan lbih
mendalam, tiada jalan lain kecuali harus menggali dari sunber aslinya, yaitu
alquran sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, menurut kaidah hukum islam,
mngerti akan ilmu nahwu dan shorof bagi mereka yang ingin memahami alquran,
hukumnya fardhu’ain. Akan tetapi dalam makalah ini kami hanya membahas
tentang ilmu nahwu saja.
Akhirnya, saya menghaturkan terima kasih yang sedalam-dalam nya kepada
semua pihak yang telah membantu saya, sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini walau dengan berbagai kekurangan dan kesalahan-kesalahan. Saya berharap
makalah ini dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu-ilmu agama
islam dan mendapat ridha dari Allah SWT.

Amuntai, 09 September 2019

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………...……. 1
KATA PENGANTAR………………………………………..….2
DAFTAR ISI…………………….. ………………………..….…3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………....…........ 4
B. Rumusan Masalah………………………………………..4
C. Tujuan Pembahasan Masalah………. …………. …... … 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kelahiran Ilmu Nahwu………………………………….. 5
B. Pengertian Ilmu Nahwu…………………………………. 5
C. Peran Ilmu Nahwu Dalam Bahasa Arab………………… 6
D. Macam-macam Aliran Nahwu………….……………….. 7
E. Kitab-kitab Nahwu yang populer…………………. ……. 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan……………………………. ………………………. 11
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Nahwu merupakan ilmu pokok yang harus dikuasai kalau seseorang
ingin belajar Bahasa Arab. Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa yang diakui
dunia dan menjadi salah satu dari bahasa dunia dan diakui oleh PBB. Dalam
Bahasa Arab, salah satu pembahasannya adalah tentang “Kalam dan
pembagiannya”. Materi ini merupakan materi paling dasar dan harus dikuasai oleh
mereka yang belajar Bahasa Arab.
Banyak hal yang mnyebabkan ilmu nahwu disusun. Secara umum sebabnya
adalah seputar kekeliruan orang-orang Arab pada bahasa mereka yang disebabkan
bercampurnya mereka dengan orang-orang ‘ajam (non Arab) yang masuk islam.
Diantaranya adalah penyebab utama disusunnya ilmu nahwu adalah: Pada
masa Rasulullah SAW diriwayatkan bahwa ada seseorang yang keliru bahasanya,
maka Rasulullah bersabda: “Bimbinglah saudara kalian ini, sesungguhnya dia
tersesat”.Berkata Abu Bakar Ash Shidiq: “Aku lebih menyukai jika aku membaca
dan aku terjatuh dari pada aku membaca dan keliru”. Pada masa umar bin Khatab,
bahasa yang keliru di kalangan orang Arab semakin menjamur. Hal ini disebabkan
karena peluasan daerah kekuasaan islam sehingga banyak orang-orang ‘ajam
yang masuk islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kelahiran ilmu nahwu?
2. Apa Pengertian nahwu?
3. Apa Peranan ilmu nahwu dalam bahasa Arab?
4. Macam-macam aliran nahwu?
5. Apa saja kitab-kitab nahwu yang populer digunakan?
C. Tujuan Pembahasan Masalah
1. Untuk mengetahui sejarah kelahiran nahwu.
2. Untuk mengetahui apa itu nahwu.
3. Untuk mengetahui peran penting ilmu nahwu dalam bahasa bahasa Arab.
4. Untuk mengetahui macam-macam aliran nahwu.

4
5. Untuk mengetahui kitab-kitab nahwu yang populer digunakan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KELAHIRAN ILMU NAHWU


Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Suatu hari Abu al-Aswad al-Du’ali
berkunjng ke Ubaidillah ibn Ziyad, walikota Bashrah. Abu al-Aswad berkata :
saya melihat orang-orang Arab kini bicaranya tidak teratur, lidah mereka tidak
fasih (al-Lahn) berbicara menggunakan bahasa Arab karena pergaulannya dengan
bangsa lai (orang-orang ajam), bagaimana kalau misalnya saya susun sebuah buku
yang dapat dijadikan pedoman dalam berbahasa Arab? Kontan Ziyad menjawab
“jangan!” pada hari yang lain, datang pula kepada nya seorang laki-laki, dan
berkata “Semoga Tuan diberkahi kedamaian, telah diambil hak ayah kami sedang
dia meninggalkan banyak anak”. Sang Amir terpanjat, lalu berkata “panggil
kemari Abu al-Aswad !”. kemudian ia berkata “susunlah apa yang dulu aku
larang!”.1
Beberapa sumber menyebutkan bahwa penyusun pertama ilmu nahwu adalah
Abul al-Aswad ad-Du’ali. Selain itu, ada juga pendapat lain yang menyebutkan
Abdurrahman ibn Hurmuz. Sementara yang lain mengatakan Nashr ibn Ashim.
Namun pendapat yang paling shahih adalah Ali ibn Abi Thalib sebagai peletak
pertama dasar-dasarnya, kemudian disusun dan dikembangkan oleh Abu al-
Aswad ad-Du’ali. Dia sendiri pernah dianya, “dari mana kau dapatkan ilmu ini?”.
Beliau menjawab, “dari arahan-arahan Ali ibn Abi Thalib”. Jadi begitulah awal
mula munculnya ilmu nahwu ini. 2

B. PENGERTIAN ILMU NAHWU


Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan atau baris akhir kata bahasa Arab yang berhubungan
dengannya. Adapun faktor yang mendorong dirumuskannya ilmu nahwu adalah
keiniginan adanya fasilitas ilmu yang memadai untuk memahami pesan-pesan
agama dalam alquran dan alhadits yang berbahasa Arab, implikasi dari bahasa
alquran dan alhadits dalam melakukan amal sehari-hari khususnya yang berkaitan

1 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.12.


2 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.12.

5
dengan praktik keagamaan harus mengunakan bahasa Arab. Di samping dalam
sejarah hidup ulama nahwu kebanyakan dari mereka adalah para ahli Qira’ah, ahli
bacaan alquran, yang berkepentingan untuk menjaga otentitas bacaan alquran. 3
Salah satu pakar ilimu nahwu yang terkenal adalah Imam Sibaweh atau
“Sibawaehi” terkenal dengan julukan ‘ajam yang menunjukkan bahwa beliau
berasal dari Persia. Nama lengakapnya ‘Amr bin ‘Usman Qunbar, lahir di daerah
Baidha sebuahdesa di negeri Persia berdekatan dengan Syiraz pada tahun 148H
bertepatan dengan tahun 765M. Beliau adalah salah satu murid dari Al-khalil bin
Ahmad al Farahidi yang diakui kecerdasan dan kepandaianya dalam masalah
nahwu tentang ‘amil dan ‘awamil yang kemudian oleh beliah di kumpulkan ilmi-
ilmu tersebut menjadi Al kitab. Beliau termasuk ulama yang paling berjasa dalam
pengembangan dan penyempurnaan ilmu Nahwu Bashrah. 4
Di antara para linguis yang turut serta mengembangkan ilmu nahwu adalah imam-
imam Sibaweh karena di tangan beliaulah bermacam-macam istilah nahwu lahir.
Kota Bashrah merupakan kota pusat ilmu pengetahuan.

C. PERAN ILMU NAHWU DALAM BAHASA ARAB


Ilmu Nahwu sejak awal perkembangannya sampai sekarang senantiasa
menjadi bahan kajian yang dinamis di kalangan para pakar linguistik bahasa Arab.
Sebagai salah satu cabang linguistik (ilmu lughah), ilmu nahwu dapat di pelajari
untuk dua keperluan. Pertama, ilmu nahwu dipelajari sebagai prasyarat atau
sarana untuk mendalami bidang ilmu lain yang referensi utamanya ditulis dengan
bahasa Arab, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu fiqih. Kedua ilmu nahwu
dipelajari sebagai tujuan utama sebagai spesialisasi Linguistik bahasa Arab. 5
Ilmu Nahwu telah menjadi tradisi yang berkembang secara
berkesinambungan di kalangan masyarakat Arab (islam) dahulu sampai sekarang.
Hampir semua pakar sejak akhir abad ke-1 hijriah sampai sekarang mempunyai
penguasaan yang baik terhadap ilmu nahwu. Bahkan tidak jarang dari mereka
yang menjadi pakar dalam bidang nahwu di samping kepakaran mereka dalam
bidang agama. Sebagai contoh, Iman Ibnu Katsir, Imam An-Nawawi, Imam
Jalaluddin As-Suyuthi, Ibnu Hisyam dan Az-Zamakhsyari adalah tokoh-tokoh
handal dalam bidang ilmu agama, dan pada saat yang sama kepakaran mereka
dalam bidang ilmu nahwu juga diakui di kalangan ulama. 6

3 Abu An’im, “Imam Sibawh” (Jawa Barat: Mu’jizat Group, 2013) hal.23.
4 Abu An’im, “Imam Sibawh” (Jawa Barat: Mu’jizat Group, 2013) hal.24.
5 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.3.

6Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.4.


7 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.35.

6
D. MACAM-MACAM ALIRAN NAHWU
1. Aliran Bashrah
Bashrah adalah kota perdagangan di pinggir negara-negara Arab. Di sana,
mengalir sungai Tigris dan Euphrates yang bermuara ke laut. Bashrah terletak
pada jarak tiga raus mil tenggara Baghdad. Namanya diperoleh dari sifat
tanahnya.Bashrah adalah tempat yang tanahnya halus berbatu, banyak
mengandung air dan bagus untuk pertanian. Hal ini diperlihatkan dengan adanya
buluh (qashb), yaitu:tanah yang cocok dijadikan tempat tinggal, dan
memunngkinkan untuk berkembang dan mengambil manfaat dari tempat-
tempatnya yang bersifat natural.
Ilmu Nahwu di Basrah yang kemudian dikenal dengan istilah Al-Madrasah Al-
Basriyah (aliran Basrah) berkembang denga pesat. Selanjutnya, Al-Tantawi
(1973:69) membagi aliran Basrah berdasarkan periode dan tokoh-tokohnya
kepada tujuh tigkatan, mulai dari Abu Al-Aswad Al-Duali-(69 H) sampai dengan
Al-Mubarrid (285 H).7

2. Aliran Kufah
Kufah terletak di tepian lembah sungai Efrat yang terkenal dengan kesuburan
tanahnya. Di sebelah Timur perbatasan langsung dengan sungai Efrat, di sebelah
Selatan berbatasan dengan Najf, di sebelah Barat dan Utaranya berbatasan
langsung dengan padang pasir yang sangat luas dan membentang hingga ke kota
Syam. Dalam kamus Al-Muhith disebutkan bahwa Kufah pada mulanya adalah
tanah yang berwarna kemerahan dengan bentuk yang membulat, atau disebut juga
sebagai setiap tanah yang dilingkupi oleh kesubura. Versi lain tantang penaman
Kufah ini menyebutkan bahwa orang-orang Arab yang datang dari Najf di
sebelah Utara Kufah telah menemukan tanah yang subur ini dan mereka lalu
menamainya dengan nama Kufah.8

8 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.67.

7
3. Aliran Baghdad
Para ahli Nahwu dan ahli bahasa Kuffah telah datang terlebih dahulu Ke
Baghdad bila dibandingkan para ahli dari Bashrah. Hal ini dapat dilihat melalui
kedatangan Al-Kasai ke Baghdad dengan membawa ilmu Nahwu Kuffah serta
pendapat-pendapat para ahli tentang ilmu tersebut. Lebih dari itu, pada masa
pemerintahan khalifah Harun Ar-Rasyid, Al-Kasai bahkan dipercaya oleh khalifah
untuk menjadi guru bagi kedua putranya yang bernama Amin dan Makmun. Dan
ketika kesehatannya mulai menurun, dia menunjuk temannya yang bernama Ali
bin Malik Al- Ahmar untuk menggantikannya menjadi guru bagi kedua putra
khalifah. Demikianlah, al-Kisa’i telah mampu menempatkan aliran nahwu Kuffah
di Baghdad, dan memasukannya kedalam pemerintahan khalifah Harun Ar-
Rasyid. Tokoh lain yang datang ke Baghdad setelah Al-Kasai dan Al-Ahmar
adalah Yahya bin Zaid Al-Fara’, yaitu tepatnya pada masa pemerintahan khalifah
Makmun, untuk menjadi guru bagi kedua khalifah. 9

4. Aliran Andalusia
Dimulainya perbincagan ilmu nahwu di Andalusia,Negara Arab Timur
mempunyai dua faktor penting, Setelah permasalahan Andalusia dengan negara
Timur Irak, tersebarlah kajian nahwu, Dan tenggelamnya Arab sejak masuknya
Andalusia. Arab mengikuti jejak mereka untuk menguatkan kekuasaan mereka
yang diawali dari aspek peradaban dan pemikiran. 10
Dua khalifah Bani Umawiyah hampir memrdekakan pemerintahan mereka.
Khalifah membuat peraturan penaklukan dengan menganjurkan para ulama untuk
menuntut ilmu dan memberikan hadiah bagi mereka yang gemar mengkaji dan
meneliti. Kegemaran penulisan merupakan aktifitas untuk mengembalikan
kemulian pemerintahan bani Umawiyah yang telah dibinasakan oleh Bani Abbas
di negara Timur.

5. Aliran Mesir
Perhatian dunia Arab pada bidang bahasa sangat dipengaruhi oleh
perkembangan ilmu-ilmu pokok dalam Islam. Seperti : al-Qur’an, Hadist, Fiqh,
Faroid, Muamalat; sehingga para ahli basa biasanya juga terdiri dari para ahli
Qurro’ al-Qur’an,muhaddist dan Faqih seperi Abdurohman ibnu hamzar, Isa ibnu
Umar, Abi Amru ibnau ‘Ala; Kasai. Bahkan pencetus pertama dalam peulisan tata
bahasa Arab yaitu Abi al-aswad addualiy yang sangat terpengaruh oleh Sibawaih
itu juga memulai belajarnya dengan mempelajari dari Hadist, Fiqih dari tangan

9 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.79.


10 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.89

8
Chamad ibnu salmah, ketika itu berbicara tentang kesalahan dalam penulisan
Hadist yang akhirnya pindah belajar kepada ilmu Nahwu.
Mesir termasuk daerah yang ramai dan menjadi salah satu pusat ilmu bahasa
setelah Irak. Jarak Irak yang yang lebih dekat kepada jazirah Arab Makkah dan
Madinah menjadikanya lebih unggul daripada Mesir. Namun begitu, Mesir
ternyata lebih dulu daripada daerah Magrib dan Cordova.

E. KITAB-KITAB NAHWU YANG POPULER


1. Kitab Al-Jurumiyah
Kitab Al-Jurrumiyah merupakan kitab dasar dalam ilmu nahwu, karangan
Abu Abdulloh Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash-Shinhajie
Rahimahullah (ada yang menyebutnya Imam Shonhaji).
Kitab ini salah satu matan yang biasa dipakai oleh kalangan pesantren untuk
pembelajaran dasar-dasar ilmu nahwu bagi pemula, dalam mengawali
pembelajaran ilmu alat lebih lanjut. Dalam setiap sorogan, santri dituntut paham
dan mampu menghapal tiap-tiap kaidahnya, agar memudahkan pemahaman materi
selanjutnya.
Al-kisah diceritakan, Syeikh Imam Al-Shonhaji pengarag kitab ini; tatkala
telah rampung menulis kaidah-kaidah ilmu nahwu dengan menggunakan sebuah
tinta, beliau mempunyai azam untuk meletakkan karyanya tersebut di dalam air.
Dengan segala sifat kewara’annya dan ketawakkalannya yang tinggi, beliau
berkata dalam dirinya : “Ya Allah jika saja karyaku ini akan bermanfaat, maka
jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak luntur di dalam air”.
Ajaib, ternyata tinta yang tertulis pada lembaran tersebut tidak luntur.
Dalam riwayat lain disebutkan, ketika beliau merampungkan karya tulisnya
tersebut, beliau berazam akan menenggelamkan tulisannya tersebut dalam air
mengalir, dan jika kitab itu terbawa arus air berarti karya itu kurang bermanfaat.
Namun bila ia tahan terhadap arus air, maka berarti ia akan tetap bertahan dikaji
orang dan bermanfaat. Sambil meletakkan kitab itu pada air mengalir, beliau
berkata :”Jurrumiyah, Jurrumiyah” (mengalirlah wahai air). Anehnya, setelah
kitab itu diletakkan pada air mngalir, kitab yang baru ditulis itu tetap pada
tempatnya. Itulah kitab matan “Jurrumiyah” yang masih dipelajari hingga kini.
Sebuah kitab kecil dan ringkas namun padat yang berisi kaidah-kaidah ilmu
nahwu dan menjadi kitab rujukan para pemula dalam mendalami ilmu nahwu

9
diberbagai dunia. Selain ringkas, kitab mungil ini mudah dihafal. (Wallahu’alam
bish-shawab).11

2. Kitab Alfiyah Ibnu Malik


Bagi banyak perlajar bidang agama dan santri, Alfiyyah adalah kitab yang
sudah tidak asing lagi. Nama kitab ini indetik dengan kitab standar ilmu nahwu
yang mereka pelajari di bangku-bangku madrasah dan pesantren.
Namun jangan terkecoh dulu, nama kitab Alfiyyah ternyata juga ada pada bagaian
fan keilmuan lainnya. Misalnya Alfiyyah Ibn Sina dalam ilmu dasar kedokteran,
Alfiyyah Al-‘Iraqi dan Alfiyyah As-Suyuti dalam ilmu mushthalah hadits, Alfiyyah
Ibn Al-Barmawi dalam ilmu ushul fiqh, Alfiyyah Al-Qubaqibi dalam ilmu
balaghah. Jadi ketika seseorang menyebutkan nama kitab Alfiyyah, tidak serta
merta itu berkaitan dengan buku pelajaran ilmu nahwu.
Kata Alfiyyah diambil dari kata alf, yang artinya “seribu”. Lalu dijadikan kata sifat
dengan tambahan ya’ dan ta’ marbuthah, yang mengandung arti “ribuan”.
Kemudian Alfiyyah menjadi istilah yang berkaitan dengan kitab prosa, berkaitan
dengan bait-bait syair dengan tema keilmuan beraneka ragam, mulai dari syair
pujian hingga ilmu kedokteran, yang jumlah baitnya mencapai seribu bait lebih
atau kurang sedikit. Tujuan gaya penulisan kitab ini demi memudahkan para
penuntut ilmu menghimpun pengetahuan dan mengingat perkara-perkara yang
dituangkannya,Tapi, kadang termasyhur bahwa Alfiyyah telah identik dengan
sebuah karya di bidang ilmu nahwu hasil pena ulama bahasa kenamaan, Ibnu
Malik. Maka jika kalangan santri dan pelajar madrasah madrasah ditanya ihwal
kitab Alfiyyah, umumnya mereka menunjuk pada kitanb yang amat populer ini.
Kepopuleran sebuah khazanah klasik tidak hanya terbangun oleh adanya jaringan
sanad dan hubungan guru-murid, namun juga dibarengi faktor penulisan. Maka,
tak mengherankan, hukum alam juga berlaku pada khazanah turats (karya klasik),
apa dan siapa yang paling bertahan eksistensinya dalam waktu yang demikian
panjang yang telah berlalu.
Maka, terkait dengan kitab Alfiyyah Ibn Malik, yang sedemikian populer ini, perlu
rasanya kita mengorek tokoh dibalik karya ini dan muatan karyanya tersebut. 12

11 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.131.


12 Abu Khuzaimah, “Potret Nahwu” (Tuban: Al-Barkah, 2014) hal.133.

10
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kelahiran Ilmu Nahwu pertama kali yaitu disusun oleh Abul al-Aswad ad-Du’ali.
Selain itu, ada juga pendapat lain yang menyebutkan Abdurrahman ibn Hurmuz.
Sementara yang lain mengatakan Nashr ibn Ashim. Namun pendapat yang paling
shahih adalah Ali ibn Abi Thalib sebagai peletak pertama dasar-dasarnya,
kemudian disusun dan dikembangkan oleh Abu al-Aswad ad-Du’ali.
Ilmu Nahwu adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan atau baris akhir kata bahasa Arab yang berhubungan
dengannya.
Peran Ilmu Nahwu dalam bahasa Arab ada 2. Pertama, ilmu nahwu dipelajari
sebagai prasyarat atau sarana untuk mendalami bidang ilmu lain yang referensi
utamanya ditulis dengan bahasa Arab, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadits, dan ilmu
fiqih. Kedua ilmu nahwu dipelajari sebagai tujuan utama sebagai spesialisasi
Linguistik bahasa Arab.
A. Aliran-aliran Nahwu :
1) Aliran Bashrah
2) Aliran Kufah
3) Aliran Bagdhad
4) Aliran Andalusia
5) Aliran Mesir

11
B. Kitab-kitab nahwu populer :
1. Kitab Al-Jurrumiyah
Kitab Al-Jurrumiyah merupakan kitab dasar dalam ilmu nahwu, karangan Abu
Abdulloh Muhammad bin Muhammad bin Dawud Ash-Shinhajie Rahimahullah
(ada yang menyebutnya Imam Shonhaji).
2. Kitab Alfiyah Ibnu Malik
Bagi banyak perlajar bidang agama dan santri, Alfiyyah adalah kitab yang sudah
tidak asing lagi. Nama kitab ini indetik dengan kitab standar ilmu nahwu yang
mereka pelajari di bangku-bangku madrasah dan pesantren.

DAFTAR PUSTAKA

Shihab Alwi, Arif Rahman, Muhammad Sahrullah, Muhammad Wildan, 2018.


Nahwu. Makalah. Dikutip dari: Potret Nahwu Imam Sibaweh

12

You might also like