You are on page 1of 208

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Umum
Modul Perangkat Pembelajaran dipersiapkan untuk dipelajari oleh
Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru, khususnya guru PAI di Sekolah. Modul
ini memiliki empat kegiatan belajar yang dirancang semaksimal mungkin untuk
memberikan wawasan yang lebih luas dan mendalam serta penguatan
merancang pembelajaran yang konstruktif, kontekstual, dan bermakna bagi
mahasiswa pendidikan profesi guru.

Modul Perangkat Pembelajaran ini merupakan bahan ajar mandiri yang


diharapkan dapat menjadi rujukan mahasiswa Program Profesi Guru PAI di
Sekolah dalam melakukan pembelajaran yang dapat menjawab kebutuhan
kompetensi peserta didik pada abad 21. yang dalam perkuliahan mahasiswa.
Modul ini bukan satu-satunya bahan rujukan, namun menjadi stimulus bagi
mahasiswa untuk dapat menggali lebih dalam dari berbagai sumber lain digital
maupun non digital yang lebih relevan.
Adapun sajian materi yang dibahas pada modul ini terdiri dari 4 kegiatan
pembelajaran. Poin-poin pokok yang dibahas yaitu: 1) Telaah SKL-KI-KD dan
Merancang Program Tahunan Serta Program Semester; 2) Pengembangan
Materi, Model, Dan Media Pembelajaran; 3) Pengembangan Instrumen Penilaian
Pembelajaran; 4) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mahasiswa PPG diharapkan dapat menguasai modul ini dengan baik


pada setiap kegiatan pembelajarannya dengan senantiasa mempelajari modul ini
secara bertahap dan berkelanjutan.

B. Petunjuk Penggunaan Modul


1. Bagi Mahasiswa
a. Bacalah dan pahami modul ini dengan baik sesuai dengan capaian
pembelajaran yang telah ditetapkan;

1
b. Pelajari modul secara bertahap sesuai uruatan KB yang disajikan. Bila
masih belum paham, silahkan pelajari secara berulang-ulang;
c. Bacalah sumber bacaan lain yang dipandang relevan dengan materi
yang dipelajari sebagai bahan rujukan dan pembanding;
d. Diskusikan materi pada setiap KB dengan rekan sejawat dan/atau
dosen pengampu modul;
e. Ikuti kegiatan pembelajaran sebaik mungkin bersama dosen pengampu
baik secara tatap muka online ataupun melalui chat diskusi melalui
LMS yang telah disediakan;
f. Pastikan saudara dapat menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang
telah ditetapkan.
g. Bila saudara belum memenuhi passing grade, silahkan pelajari kembali
modul tersebut secara maksimal dan saudara dimnta menyelesaikan
tugas remedial yang telah.
2. Bagi Dosen
a. Dosen memperdalam materi-materi yang disajikan pada modul ini
guna memberikan pemahaman lebih kepada mahasiswa.
b. Dosen melakukan perkuliah secara online baik tatap maya dan atau
melalui disksui sesuai dengan kesepakatan;
c. Dosen memberikan penjelasan-penjelasan terkait materi-materi yang
masih sulit di pahami dalam modul;
d. Dosen menyusun soal formatif pada setiap KB dan menginputkannya
pada LMS yang tersedia;
e. Dosen menyusun bahan tayang setiap KB dalam bentuk PDF dan
mengunggahnya ke LMS pada Fitur Analisa Bahan Ajar;
f. Dosen membimbing mahasiswa yang memiliki nilai tugas tagihan
kurang dari passing grade.
g. Dosen dapat memberikan sumber bacaan-bacaan lain yang dipandang
relevan dengan meteri yang disajikan jika diperlukan;

2
h. Dosen mengarahkan mahasiswa untuk selalu mengikuti pembelajaran

sampai selesai dan menyelesaikan seluruh tugas tagihan yang


ditetapkan.
C. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa mampu:
1) Menganalisis SKL-KI-KD

2) Merancang Program Tahunan Serta Program Semester;

3) Mengembangkan Materi, Model, Dan Media Pembelajaran;

4) Mengembangkan Instrumen Penilaian Pembelajaran;

5) Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

D. Peta Konsep

3
KEGIATAN BELAJAR 1
TELAAH STANDAR KELULUSAN-
KOMPETENSI INTI-KOMPETENSI DASAR
DAN MERANCANG PROGRAM
TAHUNAN DAN SEMESTER

A. Capaian Pembelajaran

Saudara mahasiswa, setelah mempelajari kegiatan belajar 1 diharapkan dapat


menelaah Standar Kelulusan Kompetensi Inti Kompetensi Dasar dan
merancang Program Tahunan dan Semester.

B. Sub Capaian Pembelajaran

Menganalisis Konsep SKL-KI-KD pada kurikulum 2013 dan SKL –


Capaian pembelajaran pada kurikulum Merdeka serta karakteristik
perilaku hasil belajar berdasarkan taksonomi
Menganalisis SKL-KI-KD dan Perumusan IPK Kurikulum 2013
berorientasi Abad 21

Merumuskan Program Tahunan dan Program Semester

C. Pokok-Pokok Materi Konsep SKL-KI-KD pada kurikulum 2013 dan


SKL–Capaian pembelajaran pada kurikulum
Merdeka dan Karakteristik Perilaku Hasil Belajar
sesuai Taksonomi

Analisis SKL-KI-KD dan Perumusan IPK K 13


berorientasi Abad 21

Perumusan Program Tahunan dan Program


Semester

4
D. Uraian Materi

1. Konsep SKL-KI-KD pada kurikulum 2013 dan SKL–Capaian


pembelajaran pada kurikulum Merdeka
a. Konsep SKL KI KD pada Kurikulum 2013
Bapak Ibu sering mendengar tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), apa itu SKL? SKL menurut Permendikbudristek No 5
tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pada Pendidikan Anak
Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang Pendidikan Menengah,
merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan Peserta Didik dari
hasil pembelajarannya pada akhir Jenjang Pendidikan Ketiga kriteria
tersebut diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya
di satuan pendidikan pada suatu jenjang pendidikan. Pada kurikulum
2013, SKL merupakan acuan utama dalam pengembangan Kompetensi
Inti (KI), selanjutnya KI dijabarkan ke dalam Kompetensi Dasar (KD). Dan
dari KD tersebut kemudian diturunkan menjadi beberapa Indikator.
Rumusan SKL tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud RI) Nomor 20 Tahun
2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Kompetensi Inti (KI) merupakan tingkat kemampuan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang
peserta didik pada setiap tingkat kelas. Artinya ia merupakan
operasionalisasi SKL dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki peserta
didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi dasar
pengembangan KD.
KI mencakup sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan
keterampilan. Kompetensi Inti harus menggambarkan kualitas yang
seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills (Nadrah, N., 2019,

5
126-134) KI berfungsi sebagai pengintegrasi muatan pembelajaran, mata
pelajaran atau program dalam mencapai SKL sebagai wujud dari prinsip
keterkaitan dan kesinambungan.
KD merupakan kemampuan yang harus diperoleh peserta didik
untuk mencapai Kompetensi Inti melalui pembelajaran yang berisi
sejumlah kemampuan yang harus dikuasai baik pada aspek sikap,
pengetahuan, maupun keterampilan dalam mata pelajaran tertentu. KD
menjadi rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran. KD dikembangkan dengan memperhatikan karakteristik
peserta didik, kemampuan awal, dan karakteristik suatu mata pelajaran.
Pada rumusan KD, terdapat unsur kompetensi yang dinyatakan dalam
bentuk kata kerja dan materi sebagaimana rumusan KI dan KD yang juga
tertuang dalam: Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013
Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Nah apa itu Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) ? IPK atau
sering disebut indikator merupakan ukuran, karakteristik, atau ciri-ciri
ketercapaian baik ketercapaian pada ranah sikap, pengetahuan, maupun
keterampilan. Oleh karena itu, indikator dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional. Kenapa menggunakan kata kerja
operasional? karena berimplikasi pada terjadinya (beroperasinya) suatu
perilaku pada peserta didik yang dapat dengan mudah diamati, diukur
atau dinilai guru.

b. Konsep SKL–Capaian pembelajaran pada kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka adalah model kurikulum yang dilaksanakan


pada Program Sekolah Penggerak mengacu kepada profil pelajar
Pancasila dalam rangka penguatan kompetensi dan karakter peserta didik
sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Profil pelajar Pancasila merupakan perwujudan pelajar Indonesia sebagai

6
pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai
nilai-nilai Pancasila. Profil pelajar Pancasila ini diturunkan dari Tujuan
Pendidikan yang telah tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa
pelajar mendapatkan pendidikan agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Karena itu, profil pelajar Pancasila
merupakan penerjemahan yang lebih operasional dalam ruang lingkup
lembaga pendidikan serta kontekstualisasi tantangan abad 21. Setelah
melalui kajian, disebutkan bahwa profil pelajar Pancasila dapat
dinyatakan “Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang
memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila”.
Dari pernyataan Profil Pelajar Pancasila tersebut, enam
karakter/kompetensi dirumuskan sebagai dimensi kunci. Keenamnya
saling berkaitan dan menguatkan, sehingga upaya mewujudkan Profil
Pelajar Pancasila yang utuh membutuhkan berkembangnya keenam
dimensi tersebut secara bersamaan, tidak parsial. Keenam dimensi
tersebut adalah: 1) beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, 2) berkebinekaan global, 3) bergotong-royong, 4)
mandiri, 5) bernalar kritis, dan 6) kreatif. (lihat Naskah Akademik profil
pelajar Pancasila di https://kurikulum.kemdikbud.go.id/unduhan/

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dirumuskan berdasarkan pada


tujuan pendidikan nasional; tingkat perkembangan Peserta Didik;
kerangka kualifikasi nasional Indonesia; dan jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan
dalam pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian
pendidikan, standar tenaga kependidikan, standar sarana prasarana,
standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

7
SKL digunakan sebagai pedoman dalam penentuan kelulusan
Peserta Didik dari satuan pendidikan, kecuali bagi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini. Standar Kompetensi Lulusan terdiri pada
pendidikan anak usia dini; pada Jenjang Pendidikan dasar; dan
Pendidikan menengah, termasuk pendidikan kesetaraan. Pada jenjang
PAUD, Standar Kompetensi Lulusan merupakan standar tingkat
pencapaian perkembangan anak usia dini. Standar tingkat pencapaian
perkembangan anak usia dini difokuskan pada aspek perkembangan
anak yang mencakup: Nilai agama dan moral; nilai Pancasila; Fisik
Motorik; Kognitif; Bahasa; dan sosio emosional. (Zain, A. A., 2021)

SKL yang dalam pendidikan anak usia dini disebut dengan standar
tingkat pencapaian perkembangan anak usia dini adalah sebagai berikut :

1) Mengenal dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengenal


ajaran pokok agama, dan menunjukkan sikap menyayangi dirinya,
sesama manusia serta alam sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
melalui partisipasi aktif dalam merawat diri dan lingkungannya;
2) Mengenali identitas diri, mengetahui kebiasaan di keluarga, sekolah,
dan masyarakat, mengetahui dirinya merupakan bagian dari warga
Indonesia, serta mengetahui keberadaan negara lain di dunia;
3) Mengenali emosi, mampu mengendalikan keinginannya sebagai
sikap menghargai keinginan orang lain, dan mampu berinteraksi
dengan teman sebaya;
4) Mengenali serta menghargai kebiasaan dan aturan yang berlaku,
serta memiliki rasa senang terhadap belajar, menghargai usahanya
sendiri untuk menjadi lebih baik, dan memiliki keinginan untuk
berusaha kembali ketika belum berhasil;
5) Memiliki daya imajinasi dan kreativitas melalui eksplorasi dan
ekspresi pikiran dan/atau perasaannya dalam bentuk tindakan
sederhana dan/atau karya yang dapat dihasilkan melalui

8
kemampuan kognitif, afektif, rasa seni serta keterampilan motorik
halus dan kasarnya;
6) Mampu menyebutkan alasan, pilihan atau keputusannya, mampu
memecahkan masalah sederhana, serta mengetahui hubungan sebab
akibat dari suatu kondisi atau situasi yang dipengaruhi oleh hukum
alam;
7) Mampu menyimak, memiliki kesadaran akan pesan teks, alfabet dan
fonemik, memiliki kemampuan dasar yang diperlukan untuk
menulis, memahami instruksi sederhana, mampu mengutarakan
pertanyaan dan gagasannya serta mampu menggunakan
kemampuan bahasanya untuk bekerja sama; dan
8) Memiliki kesadaran bilangan, mampu melakukan pengukuran
dengan satuan tidak baku, menyadari adanya persamaan dan
perbedaan karakteristik antar objek, serta memiliki kesadaran ruang
dan waktu.
Standar Kompetensi Lulusan pada Jenjang Pendidikan Dasar
difokuskan pada: a) persiapan Peserta Didik menjadi anggota masyarakat
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak
mulia; b) penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan
c) penumbuhan kompetensi literasi dan numerasi Peserta Didik untuk
mengikuti pendidikan lebih lanjut.
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah/sekolah dasar luar biasa/paket A/bentuk lain yang sederajat
dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi kompetensi yang terdiri
dari:

1) Mengenal Tuhan Yang Maha Esa melalui sifat-sifatNya, memahami


ajaran pokok agama/kepercayaan, melaksanakan ibadah dengan
bimbingan, bersikap jujur, menunjukkan perilaku hidup sehat dan
bersih, menyayangi dirinya, sesama manusia serta alam sebagai
ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, serta taat pada aturan;

9
2) Mengenal dan mengekspresikan identitas diri dan budayanya,
mengenal dan menghargai keragaman budaya di lingkungannya,
melakukan interaksi antarbudaya, dan mengklarifikasi prasangka
dan stereotip, serta berpartisipasi untuk menjaga Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3) Menunjukkan sikap peduli dan perilaku berbagi serta berkolaborasi
antar sesama dengan bimbingan di lingkungan sekitar;
4) Menunjukkan sikap bertanggung jawab sederhana, kemampuan
mengelola pikiran dan perasaan, serta tak bergantung pada orang lain
dalam pembelajaran dan pengembangan diri;
5) Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan, membuat
tindakan atau karya kreatif sederhana, dan mencari alternatif
tindakan untuk menghadapi tantangan, termasuk melalui kearifan
lokal;
6) Menunjukkan kemampuan menanya, menjelaskan dan
menyampaikan kembali informasi yang didapat atau masalah yang
dihadapi;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa mencari
dan menemukan teks, menyampaikan tanggapan atas bacaannya, dan
mampu menulis pengalaman dan perasaan sendiri; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan diri dan lingkungan terdekat.
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah/sekolah menengah pertama luar
biasa/paket B/bentuk lain yang sederajat dirumuskan secara terpadu dalam
bentuk deskripsi kompetensi sebagai berikut:

1) Mencintai Tuhan Yang Maha Esa dan memahami kehadiran Tuhan


Yang Maha Esa dalam kehidupan sehari-hari, memahami ajaran
agama, melaksanakan ibadah secara rutin dan mandiri sesuai dengan

10
tuntunan agama/kepercayaan, berani menyatakan kebenaran,
menyayangi dirinya, menyadari pentingnya keseimbangan kesehatan
jasmani, mental dan rohani, menghargai sesama manusia, berinisiatif
menjaga alam, serta memahami kewajiban dan hak sebagai warga
negara;
2) Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan budayanya,
menghargai keragaman masyarakat dan budaya nasional, terbiasa
melakukan interaksi antar budaya, menolak stereotip dan
diskriminasi, serta berpartisipasi aktif untuk menjaga Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
3) Menunjukkan perilaku terbiasa peduli dan berbagi, serta kemampuan
berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan terdekat dan lingkungan
sekitar;
4) Terbiasa bertanggung jawab, melakukan refleksi, berinisiatif dan
merancang strategi untuk pembelajaran dan pengembangan diri, serta
mampu beradaptasi dan menjaga komitmen untuk meraih tujuan;
5) Menunjukkan kemampuan menyampaikan gagasan orisinal,
membuat tindakan atau karya kreatif sesuai kapasitasnya, dan
terbiasa mencari alternatif tindakan dalam menghadapi tantangan;
6) Menunjukkan kemampuan mengidentifikasi informasi yang relevan
atau masalah yang dihadapi, menganalisis, memprioritaskan
informasi yang paling relevan atau alternatif solusi yang paling tepat;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
menginterpretasikan dan mengintegrasikan teks, untuk
menghasilkan inferensi sederhana, menyampaikan tanggapan atas
informasi, dan mampu menulis pengalaman dan pemikiran dengan
konsep sederhana; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan

11
masalah yang berkaitan dengan diri, lingkungan terdekat, dan
masyarakat sekitar.

Standar Kompetensi Lulusan pada satuan pendidikan Jenjang


Pendidikan menengah umum difokuskan pada: 1) persiapan Peserta Didik
menjadi anggota masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa serta berakhlak mulia; 2) penanaman karakter yang sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila; dan 3) pengetahuan untuk meningkatkan
kompetensi Peserta Didik agar dapat hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut.

Standar Kompetensi Lulusan pada Sekolah Menengah


Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa/ Paket
C/bentuk lain yang sederajat dirumuskan secara terpadu dalam bentuk
deskripsi kompetensi yang terdiri atas:

1) Menyayangi dirinya, menghargai sesama dan melestarikan alam


semesta sebagai wujud cina kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Menunjukkan sikap religius dan spiritual sesuai ajaran
agama/kepercayaan yang dianut, memahami sepenuhnya ajaran
agama/kepercayaan yang dianut, memahami sepenuhnya ajaran
agama secara utuh, rutin melaksanakan ibadah dengan penghayatan,
menegakkan (mengedepankan) integritas dan kejujuran, pembelaan
pada kebenaran, pelestarian alam, menyeimbangkan kesehatan
jasmani, mental, dan rohani, serta pemenuhan kewajiban dan hak
sebagai warga negara;
2) Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan budayanya,
menghargai dan menempatkan keragaman masyarakat dan budaya
nasional dan global secara setara dan adil, aktif melakukan interaksi
antarbudaya, menolak stereotip dan diskriminasi, serta berinisiatif
untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia;

12
3) Menunjukkan sikap aktif mendorong perilaku peduli dan berbagi,
serta kemampuan berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan
terdekat, lingkungan sekitar, dan masyarakat luas;
4) Menunjukkan perilaku bertanggung jawab, melakukan refleksi,
berinisiatif dan merancang strategi untuk pembelajaran dan
pengembangan diri, serta terbiasa beradaptasi dan menjaga
komitmen untuk meraih tujuan;
5) Menunjukkan perilaku berbudaya dengan menyampaikan gagasan
orisinal, membuat tindakan dan karya kreatif yang
terdokumentasikan, serta senantiasa mencari alternatif solusi masalah
di lingkungannya;
6) Menunjukkan kemampuan permasalahan dan gagasan dan
kompleks, menyimpulkan hasilnya dan argumen yang mendukung
berdasarkan data yang akurat;
7) Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
mengevaluasi dan merefleksikan teks untuk menghasilkan inferensi
kompleks menulis ekspositori maupun naratif dengan berbagai sudut
pandang; dan
8) Menunjukkan kemampuan numerasi dalam bernalar menggunakan
konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan diri, lingkungan terdekat, masyarakat
sekitar, dan masyarakat global.

Standar Kompetensi Lulusan pada satuan pendidikan Jenjang


Pendidikan menengah kejuruan difokuskan pada: a) persiapan Peserta
Didik menjadi anggota masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia; b) penanaman karakter yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila; dan c) keterampilan untuk
meningkatkan kompetensi Peserta Didik agar dapat hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya. Adapun

13
Standar Kompetensi Lulusan pada sekolah menengah kejuruan/madrasah
aliyah kejuruan/bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dirumuskan secara terpadu dalam bentuk deskripsi kompetensi
yang terdiri atas:
a. Menyayangi dirinya, menghargai sesama dan melestarikan alam
semesta sebagai wujud cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap religius dan spiritualitas sesuai ajaran
agama/kepercayaan yang dianut, memahami sepenuhnya ajaran
agama secara utuh, rutin melaksanakan ibadah dengan penghayatan,
menegakkan (mengedepankan) integritas dan kejujuran, pembelaan
pada kebenaran, pelestarian alam, menyeimbangkan kesehatan
jasmani, mental, dan rohani, serta pemenuhan kewajiban dan hak
sebagai warga negara;
b. Mengekspresikan dan bangga terhadap identitas diri dan budayanya,
menghargai dan menempatkan keragaman masyarakat dan budaya
nasional dan global secara setara dan adil, aktif melakukan interaksi
antarbudaya, menolak stereotip dan diskriminasi, serta berinisiatif
untuk menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. Menunjukkan sikap aktif mendorong perilaku peduli dan berbagi,
serta kemampuan berkolaborasi lintas kalangan di lingkungan
terdekat, lingkungan sekitar, dan masyarakat luas;
d. Menunjukkan perilaku bertanggung jawab, melakukan refleksi,
berinisiatif dan merancang strategi untuk pembelajaran dan
pengembangan diri, serta terbiasa beradaptasi dan menjaga
komitmen untuk meraih tujuan;
e. Menunjukkan perilaku berbudaya dengan menyampaikan gagasan
orisinal, membuat tindakan dan karya kreatif yang
terdokumentasikan, serta senantiasa mencari alternatif solusi masalah
di lingkungannya;

14
f. Menunjukkan kemampuan menganalisis permasalahan dan gagasan
yang kompleks, menyimpulkan hasilnya dan menyampaikan
argumen yang mendukung pemikirannya berdasarkan data yang
akurat;
g. Menunjukkan kemampuan dan kegemaran berliterasi berupa
menganalisis teks untuk menghasilkan inferensi, menyampaikan
tanggapan atas informasi, serta menulis ekspositori maupun naratif
yang relevan dengan bidang kejuruannya;
h. Menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah praktis yang relevan dengan bidang
kejuruannya; dan
i. Menunjukkan kemampuan keahlian sesuai dengan kejuruannya
untuk menguatkan kemandirian serta kesiapan memasuki dunia
kerja.

c. Karakteristik Perilaku Hasil Belajar sesuai Taksonomi

Bapak Ibu, untuk mengetahui hasil belajar dapat dirumuskan dalam


tiga kelompok ranah taksonomi. Apa yang dimaksud dengan Taksonomi?
Taksonomi dimaknai sebagai seperangkat prinsip klasifikasi atau struktur
dan kategori ranah kemampuan tentang perilaku peserta didik yang terbagi
ke dalam ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pembagian ranah
perilaku belajar dilakukan untuk mengukur perubahan perilaku seseorang
selama proses pembelajaran sampai pada pencapaian hasil belajar,
dirumuskan dalam perilaku (behaviour) dan terdapat pada indikator
pencapaian kompetensi.
Pembagian taksonomi hasil belajar dilakukan untuk mengukur
perubahan perilaku peserta didik selama proses belajar sampai pada
pencapaian hasil belajar yang dirumuskan dalam aspek perilaku (behaviour)
tujuan pembelajaran. Umumnya klasifikasi perilaku hasil belajar yang
digunakan berdasarkan taksonomi Bloom (Magdalena, I., Islami, N. F.,

15
Rasid, E. A., & Diasty, N. T., 2020) yang pada Kurikulum 2013 yang telah
disempurnakan oleh Anderson dan Krathwohl (Krathwohl, D. R., &
Anderson, L. W., 2010) dengan pengelompokan menjadi : (1) Sikap (affective)
merupakan perilaku, emosi dan perasaan dalam bersikap dan merasa, (2)
Pengetahuan (cognitive) merupakan kapabilitas intelektual dalam bentuk
pengetahuan atau berpikir, (3) Keterampilan (psychomotor) merupakan
keterampilan manual atau motorik dalam bentuk melakukan.
Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 merupakan urutan pertama
dalam perumusan kompetensi lulusan, selanjutnya diikuti dengan
rumusan ranah pengetahuan dan keterampilan.
1. Ranah sikap dalam Kurikulum 2013 menggunakan olahan Krathwohl,
dimana pembentukan sikap peserta didik ditata secara hirarkis
sebagaimana gambar di bawah ini.

Gambar: Tingkatan Ranah Afektif Krathwohl


(sumber: http://kumpulan-artikel-sekolah.blogspot.com/2017/02/Pengertian-dan-Tingkatan-
Ranah-Kognitif-Ranah-Afektif-dan-Ranah-Psikomotorik.html)

Gambar ini menjelaskan adanya 5 tahap dalam mengembangkan


kemampuan sikap peserta didik mulai dari 1) menerima; 2) menanggapi
atau merespon; 3) menghargai atau memberi nilai; 4) menghayati, mengatur
diri, atau internalisasi nilai; dan 5) mengaktualisasikan nilai, menjadikan
pola hidup atau karakter.

16
2. Ranah pengetahuan pada Kurikulum 2013 menggunakan taksonomi
Bloom olahan Anderson, di mana perkembangan kemampuan mental
intelektual peserta didik sebagaimana gambar di bawah ini.

Gambar: Tingkat kemampuan Ranah Kognitif Bloom Revisi Anderson


dkk. 2001
(sumber: http://kumpulan-artikel-sekolah.blogspot.com/2017/02/Pengertian-dan-Tingkatan-
Ranah-Kognitif-Ranah-Afektif-dan-Ranah-Psikomotorik.html)

Gambar ini menjelaskan bahwa terdapat 6 perkembangan kognitif,


yaitu:
a. C1 (Cognitive 1), mengingat (remember): peserta didik mengingat
kembali pengetahuan dari memorinya;
b. C2, memahami (understand): kemampuan mengkonstruksi makna
dari pesan pembelajaran baik secara lisan, tulisan maupun grafik;
c. C3, menerapkan (apply): penggunaan prosedur dalam situasi yang
diberikan atau situasi baru;
d. C4, menganalisis (analyse): penguraian materi ke dalam bagian-
bagian dan bagaimana bagian-bagian tersebut saling berhubungan
satu sama lainnya dalam keseluruhan struktur;
e. C5, mengevaluasi (evaluate): kemampuan membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar; dan
f. C6, mengkreasi (create): kemampuan menempatkan elemen-
elemen secara bersamaan ke dalam bentuk modifikasi atau

17
mengorganisasikan elemen-elemen ke dalam pola baru (struktur
baru).

3. Pada ranah keterampilan mengarah pada pembentukan keterampilan


konkrit (yang dapat diindera dan lebih bersifat motorik) dan
keterampilan abstrak (yang tidak dapat diindera dan lebih bersifat
mental skill seperti kemampuan menyaji, mengolah, menalar, dan
mencipta). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.

Gambar: Keterampilan Abstrak dan Kongkrit


(sumber: https://duniapendidikan.putrautama.id/keterampilan-konkret-keterampilan-
abstrak/)

Tahapan kemampuan keterampilan di atas menggunakan gradasi


dari Dyers mulai dari: mengamati (observing); menanya (questioning);
mencoba (experimenting); menalar (associating); menyaji (communicating);
dan mencipta (creating). Sedangkan pada keterampilan kongkrit memiliki
tahapan dari: imitasi; manipulasi; presisi; artikulasi; dan naturalisasi.
Pembentukan keterampilan konkrit menggunakan gradasi olahan
Simpson dengan tingkatan: persepsi, kesiapan, meniru, membiasakan
gerakan, mahir, menjadi gerakan alami, dan menjadi gerakan orisinal.

18
Perkembangan keterampilan menurut Simpson dan Dave, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 1

Perkembangan Keterampilan Menurut Simpson dan Dave

Tingkat
Tingkat Tingkatan
Kompetensi
NO Taksonomi Uraian Taksonomi Uraian
Minimal/
Simpson Dave
Kelas

1. ● Persepsi ● Menunjukkan Imitasi Meniru V/Kelas X


perhatian kegiatan yang
untuk telah
melakukan didemonstrasi
● Kesiapan suatu gerakan. kan atau
● Menunjukkan dijelaskan,
kesiapan meliputi tahap
mental dan coba-coba
fisik untuk hingga
● Meniru melakukan mencapai
suatu gerakan. respon yang
● Meniru tepat.
gerakan secara
terbimbing.
2. Membiasak Melakukan Manipulasi Melakukan V/Kelas XI
an gerakan gerakan suatu
(mechanism) mekanistik. pekerjaan
dengan sedikit
percaya dan
kemampuan
melalui

19
Tingkat
Tingkat Tingkatan
Kompetensi
NO Taksonomi Uraian Taksonomi Uraian
Minimal/
Simpson Dave
Kelas

perintah dan
berlatih.

3. Mahir Melakukan Presisi Melakukan VI/Kelas XII


(complex or gerakan suatu tugas
overt kompleks dan atau aktivitas
response) termodifikasi. dengan
keahlian dan
kualitas yang
tinggi dengan
unjuk kerja
yang cepat,
halus, dan
akurat serta
efisien tanpa
bantuan atau
instruksi.

4. Menjadi Menjadi gerakan Artikulasi Keterampilan


gerakan alami yang berkembang
alami diciptakan dengan baik
(adaptation) sendiri atas sehingga
dasar gerakan seseorang
yang sudah dapat
dikuasai mengubah
sebelumnya. pola gerakan
sesuai dengan
persyaratan
khusus untuk

20
Tingkat
Tingkat Tingkatan
Kompetensi
NO Taksonomi Uraian Taksonomi Uraian
Minimal/
Simpson Dave
Kelas

dapat
digunakan
mengatasi
situasi
problem yang
tidak sesuai
SOP.

5. Menjadi Menjadi gerakan Naturalisasi Melakukan


tindakan baru yang unjuk kerja
orisinal orisinal dan level tinggi
(origination) sukar ditiru oleh secara alamiah,
orang lain dan tanpa perlu
menjadi ciri berpikir lama
khasnya. dengan
mengkreasi
langkah kerja
baru.

Perilaku hasil belajar merupakan capaian yang bersifat hirarkis, Pada


tataran realita terkadang seorang guru sudah merasa puas dengan capaian
kognitif peserta didik saja dalam pembelajaran. Padahal ketercapaian
kemampuan kognitif belum menggambarkan ketercapaian pembelajaran
peserta didik secara utuh.
Dalam Islam terdapat 3 konsep untuk mencapai keutuhan pribadi
muslim. 3 Konsep tersebut justru melampaui capaian pada konsep-konsep
taksonomi. Ketiga konsep capaian mencapai pribadi yang sempurna yaitu

21
Konsep Islam, Iman, dan Ihsan yang merupakan capaian tertinggi dalam
pembelajaran dalam Islam. Tiga tingkatan ini adalah sesuatu yang utama
dan penting. Karena dengan begitu, seorang muslim bisa menjadi muslim
yang seutuhnya setelah mencapai ketiga konsep tersebut.
Konsep Islam merupakan amalan lahiriyah yang mencakup syahadat,
shalat, puasa, zakat, dan haji. Saat seseorang melakukan 5 amalan ini, maka
orang tersebut dikatakan sebagai muslim. Pada Konsep Islam terdapat
integrasi kemampuan kognitif dan psikomotorik. Proses pemberian
pengetahuan harus ditindaklanjuti dengan contoh dan pelaksanaan. Dalam
Islam, pemahaman yang dikuatkan dalam pelaksanaan menjadi satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kesatuan ini menunjukkan betapa
dalam Islam hanya paham saja belum menunjukkan keberhasilan
pembelajaran jika tidak sampai mengimplementasikan.
Tingkatan kedua yaitu Iman, konsep iman merupakan tingkatan
afeksi pada taksonomi bloom. Aspek afektif taksonomi bloom dalam
tinjauan ilmu pendidikan Islam adalah pembinaan sikap mental (mental
attitude) yang baik dan matang. Aspek sikap ini dapat memberikan teladan
bukan hanya pada tataran teoritis. Pada proses pemberian pengetahuan ini
harus ditindaklanjuti dengan contoh yang sebelumnya guru perlu
memberikan pengetahuan terlebih dahulu sebagai landasannya
pembelajaran.
Keimanan merupakan sesuatu yang lebih tinggi dari sekedar paham
dan bisa melakukan. Konsep iman menjadi ruh dalam konsep Islam itu
sendiri. Iman menjadi penentu perbuatan seseorang diterima atau tidak
oleh Allah SWT. seseorang disebut sebagai mukmin, maka orang tersebut
sudah pasti seorang muslim. Namun, tidak setiap muslim adalah seorang
mukmin, karena pelaksanaan yang tidak dibarengi dengan keyakinan yang
kuat maka belum bisa dikatakan mukmin sebagaimana QS AL Hujurat ayat
14 yang artinya Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.”
Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah

22
‘Kami telah tunduk (Islam),’ karena iman belum masuk ke dalam hatimu.
Dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan
mengurangi sedikitpun (pahala) amal perbuatanmu. Sungguh, Allah Maha
Pengampun, Maha Penyayang.”
Tingkatan ketiga yaitu konsep Ihsan. Tingkatan ihsan ini merupakan
tingkatan tertinggi seorang muslim karena melibatkan perkara lahir dan
batin. Seseorang yang mampu menjalani ibadah dengan ihsan hanya akan
berharap pada keridhaan Allah semata. Konsep ini mengajarkan seseorang
untuk tidak lagi berharap pada pujian dunia dan mengajarkan untuk
melakukan apapun dengan sepenuh hati. Prestasi yang didapat semata-
mata hanya untuk kemaslahatan dan berharap hanya pada keridhaan Allah
saja.

d. Hubungan Standar Kelulusan-Kompetensi Inti-Kompetensi


Dasar- Penilaian dan Hasil Belajar

SKL adalah profil kompetensi lulusan yang akan dicapai oleh peserta
didik setelah mempelajari semua mata pelajaran pada jenjang tertentu yang
mencakup ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Selanjutnya SKL
diterjemahkan dalam bentuk Kompetensi Inti merupakan tangga pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kelas tertentu.
Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran dirinci dalam
rumusan Kompetensi Dasar. Kompetensi lulusan, kompetensi inti, dan
kompetensi dasar dicapai melalui proses pembelajaran dan penilaian yang
dapat diilustrasikan dengan skema berikut.

23
Gambar: Skema Hubungan SKL, K-I, KD, Penilaian dan Hasil Belajar

Penguasaan kompetensi lulusan dikelompokkan menjadi beberapa


Tingkat Kompetensi, yang diartikan sebagai kriteria capaian Kompetensi
yang bersifat generik yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap
tingkat kelas dalam rangka pencapaian Standar Kompetensi Lulusan.
Kompetensi Inti pada ranah sikap (sikap spiritual dan sikap sosial)
merupakan kombinasi reaksi afektif, kognitif, dan konatif (perilaku).(
Sudrajat, Y., 2020) Gradasi kompetensi sikap meliputi menerima,
merespon/menanggapi, menghargai, menghayati, dan mengamalkan.
Lebih jelasnya bagaimana langkah-langkah analisis CPL, KI, KD dapat
dilihat pada video ini
https://www.youtube.com/watch?v=G3BDeeJtXIU

Gambar 2. Gradasi dan Taksonomi Ranah Sikap (Attitude: Krathwohl)

24
Kompetensi Inti pada ranah pengetahuan (KI-3) memiliki dua
dimensi dengan batasan-batasan yang telah ditentukan pada setiap
tingkatnya.
a. Dimensi pertama adalah dimensi perkembangan kognitif (cognitive
process dimension) peserta didik, yakni perkembangan kognitif pada
tingkat low order thinking skills (LOTS) dan tingkat high order thinking
skills (HOTS). Untuk tingkat LOTS perkembangan berpikir peserta
didik ada pada tahap mengingat (C1), memahami (C2), dan
menerapkan (C3). Sedangkan tingkat HOTS perkembangan berpikir
mereka berada pada tahap menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mengkreasi (C6).

b. Dimensi kedua adalah dimensi pengetahuan (knowledge dimension):


Dimensi pengetahuan ini berbicara bentuk dari pengetahuan itu
sendiri, yakni meliputi faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif (Anderson dan Krathwohl).

25
1) Pengetahuan faktual yakni pengetahuan terminologi atau
pengetahuan detail yang spesifik dan elemen. Contoh fakta bisa
berupa kejadian atau peristiwa yang dapat dilihat, didengar,
dibaca, atau diraba. Seperti peristiwa peperangan pada jaman
Nabi Muhammad SAW, bukti-bukti masuknya Islam ke
Nusantara, kurban, pisau yang digunakan untuk berkurban, air
untuk berwudhu, dan sebagainya.
2) Pengetahuan konseptual merupakan pengetahuan yang lebih
kompleks berbentuk klasifikasi, kategori, prinsip dan
generalisasi. Contohnya pengertian ulul albab, karakteristik atau
kriteria ulul albab, prinsip kepemimpinan, teori pendidikan, dan
teori belajar.
3) Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana
melakukan sesuatu termasuk pengetahuan keterampilan,
algoritma (urutan langkah-langkah logis pada penyelesaian
masalah yang disusun secara sistematis), teknik, dan metoda
seperti langkah-langkah pelaksanaan wudhu, shalat, dan haji.
Tahapan penyelesaian masalah pembagian waris, tahapan
mediasi bagi yang bertingkai, dan tahapan berpikir ilmiah.
4) Pengetahuan metakognitif yaitu pengetahuan tentang kognisi
(mengetahui dan memahami) yang merupakan tindakan atas
dasar suatu pemahaman meliputi kesadaran dan pengendalian
berpikir, serta penetapan keputusan tentang sesuatu. Sebagai
contoh memperbaiki hubungan pertemanan yang rusak,
membuat karya tulisan, berpikir mengapa masih banyak orang
yang melakukan dosa, dan sebagainya.

26
Gambar 3. Dimensi pada Kompetensi Inti Pengetahuan

Pengembangan berfikir peserta didik yang dikenal dengan dimensi


proses kognitif pada rumusan Kompetensi Dasar pengetahuan (KD-3)
memiliki hubungan dengan bentuk pengetahuan (knowledge dimension).
Sebagai contoh mengingat (C-1) bentuk pengetahuannya adalah fakta,
menjelaskan (C2) berkaitan dengan konsep; menerapkan (C3) berkaitan
dengan bentuk pengetahuan prosedural. Adapun perkembangan berfikir
menganalisis (C4) sampai dengan mengkreasi (C6) memiliki hubungan
dengan bentuk pengetahuan metakognitif. Lebih jelasnya hubungan
tersebut di uraikan pada tabel 5.

27
Tabel.5
Hubungan Perkembangan Berpikir dan Bentuk Pengetahuan
Perkembangan
Berpikir Taksonomi Bentuk Pengetahuan
No Bloom Revised (Knowledge Keterangan
Anderson (Cognitive Dimension)
Process Dimension)

1. Mengingat (C1) Pengetahuan Faktual Lower Order Thinking Skills


(LOT’s)
2. Menginterpretasi Pengetahuan
prinsip Konseptual
(Memahami/C2)

3. Menerapkan (C3) Pengetahuan


prosedural

4. Menganalisis (C4) Pengetahuan Higher Order Thinking


Mengevaluasi (C5) Metakognitif Skills (HOT’s)
dan Mengkreasi(C6)

Kompetensi Inti pada ranah keterampilan (KI-4) mengandung


keterampilan abstrak dan keterampilan kongkret. Keterampilan abstrak
lebih bersifat mental skill, yang cenderung merujuk pada keterampilan
menyaji, mengolah, menalar, dan mencipta dengan dominan pada
kemampuan mental keterampilan berpikir. Sedangkan keterampilan
kongkret lebih bersifat fisik motorik yang cenderung merujuk pada
kemampuan menggunakan alat, dimulai dari persepsi, kesiapan, meniru,
membiasakan gerakan mahir, menjadi gerakan alami, menjadi tindakan
orisinal. Lebih jelasnya lihat video berikut
https://www.youtube.com/watch?v=FZOk3xow0Ts

28
Gambar 4. Dimensi Kompetensi Keterampilan

Kompetensi Inti sikap religius dan sosial memberi arah tentang


tingkat kompetensi sikap yang harus dimiliki oleh peserta didik, dibentuk
secara tidak langsung melalui pembelajaran KI-3 dan KI-4. Kompetensi Inti
pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4) memberi arah tentang
tingkat kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal yang harus
dicapai peserta didik.
Berdasarkan KD dari KI-3 dan KI-4, pendidik dapat mengembangkan
proses pembelajaran dan cara penilaian yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran langsung, sekaligus memberikan dampak pengiring
(nurturant effect) terhadap pencapaian tujuan pembelajaran tidak langsung
(indirect teaching) yaitu pengembangan sikap spiritual dan sikap sosial.
Keterkaitan antara SKL, KI, KD dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut.
a. Melakukan linearisasi antara KI dan KD dari pengetahuan (KI-3),
dengan cara:
1) Melihat level kognitif pada KD dan KI, dan

29
2) Melihat hubungan antara level kognitif dan dimensi
pengetahuan.
b. Melakukan linierisasi KD dari KI-3 dan KD dari KI-4;
c. Mengidentifikasi keterampilan yang perlu dikembangkan sesuai
rumusan KD dari KI-4; apakah termasuk keterampilan abstrak atau
konkrit.
d. Mengidentifikasi sikap-sikap yang dapat dikembangkan dalam
kegiatan yang dilakukan mengacu pada rumusan KD dari sikap
spiritual dan sikap social.

2. Analisis SKL-KI-KD, penilaian dan Hasil Belajar


Analisis SKL KI KD merupakan titik awal perencanaan pembelajaran.
Kerangka berpikir analisis SKL KI KD perlu dipahami agar pembelajaran
yang disajikan berjalan sesuai skema besar pencapaian SKL kurikulum.
Berangkat dari cita-cita dan impian, penerapan kurikulum nasional
diterapkan bukan sekedar update pengetahuan dan keterampilan saja.
Namun untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki kompetensi baik
sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, maupun keterampilan agar
nantinya unggul dalam persaingan global abad 21 ini. Keunggulan tersebut
ditunjang dengan pengembangan keterampilan abad 21 seperti critical
thinking, creative thinking, collaborating, dan communicating (4C).
Keunggulan-keunggulan ini sudah dicanangkan dan dirumuskan dalam
SKL.
Tujuan analisis SKL adalah untuk mengetahui arah capaian setiap
peserta didik dalam menuntaskan pembelajaran yang dilakukan. Selama
menjalani proses pembelajaran peserta didik harus mampu memenuhi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang sudah ditetapkan pada
Permendikbud Nomor 20 Tahun 2016 pada setiap jenjang pendidikan.
Pada ranah operasional, pembentukan kompetensi lulusan dilakukan
melalui pembelajaran yang dilakukan oleh guru di seluruh mata pelajaran.

30
Dalam konteks ini, materi dan proses pembelajaran menjadi instrumen
penting menuju tercapainya SKL yang dicita-citakan. Materi pembelajaran
yang tidak linier dengan SKL akan menjadi penyebab tidak tercapainya
kompetensi yang diinginkan. Demikian juga dengan proses pembelajaran,
terbentuknya kompetensi lulusan pada peserta didik tergantung juga pada
proses pembentukan kompetensi yang dilakukan pada proses
pembelajaran. Proses pembelajaran dapat berjalan optimal jika guru
memahami KD, dan menerapkan kompetensi pedagogiknya agar KD yang
dirumuskan dalam kalimat-kalimat dapat diwujudkan pada diri peserta
didik.
Analisis SKL, KI, dan KD inilah wujud langkah guru meluruskan dan
melinierkan perencanaan pembelajaran untuk pencapaian SKL yang
diinginkan. Analisis SKL, KI, dan KD adalah kegiatan menguraikan
keterkaitan SKL, KI, dan KD atas berbagai bagiannya, menelaah bagian itu
sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh berbagai informasi
pedagogis yang berguna untuk membuat perencanaan pembelajaran yang
benar. Analisis SKL, KI, dan KD menjabarkan komponen SKL, KI, dan KD
baik KD Pengetahuan maupun KD Keterampilan. Selain aktivitas
menjabarkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, analisis SKL-KI, dan
KD menjabarkan hubungan dan keterkaitan antar-komponen yang
dianalisis tersebut.
Jelas kiranya bahwa silabus dan RPP adalah dokumen yang
diturunkan dari KI-KD, dan KI-KD diturunkan dari SKL satuan pendidikan
(SD/MI-SMP/MTs-SMA/MA). agar silabus dan RPP yang dikembangkan
benar-benar akurat mengeksekusi keinginan SKL, maka perlu ada jaminan
linieritas KI-KD terhadap SKL-nya. Analisis SKL, KI, dan KD inilah
penjamin linieritas silabus dan RPP terhadap SKL.
Bagaimana langkah analisis SKL KI KD? Analisis dilakukan melalui
dua tahapan, yakni menganalisis kesesuaian antara KI-Pengetahuan

31
dengan KI-Keterampilan dan menganalisis KD-3 Pengetahuan dan KD-4
Keterampilan.
Pertama, menganalisis kesesuaian antara KI-Pengetahuan dengan KI-
Keterampilan yakni dengan cara mengisi tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4
Format Analisis Kesesuaian dan
Rekomendasi KI-Pengetahuan dan KI-Keterampilan
Kompetensi Inti (Ki) 3 Kompetensi Inti (4) 4 Analisis Dan
Rekomendasi KI
(Pengetahuan) (Keterampilan)

1 2 3

Pada tabel 4, kolom 1 dan kolom 2 diisi KI-3 dan KI-4 sesuai dengan
Permendikbud RI nomor 24 tahun 2016. Kemudian kolom ketiga
menjelaskan peruntukan KI-3 dan KI-4 tersebut dan menjelaskan
kesesuaian antara keduanya, bila ada ketidaksesuaian bisa dibuatkan
rekomendasi perubahannya, lihat contoh pada tabel 5 sebagai berikut:

32
Tabel 5
(CONTOH) Analisis Kesesuaian dan
Rekomendasi KI-Pengetahuan dan KI-Keterampilan

ANALISIS SKL KI KD

Kompetensi Inti
Kompetensi Inti (Ki) 3 Analisis Dan
(4) 4
(Pengetahuan) Rekomendasi KI
(Keterampilan)

1 2 3

memahami, menerapkan, dan mengolah, KI-3 pengetahuan dan KI-


menganalisis pengetahuan menalar, dan 4 keterampilan adalah
faktual, konseptual, menyaji dalam untuk program pendidikan
prosedural, dan metakognitif ranah konkret dan 3 tahun.

berdasarkan rasa ingin ranah abstrak


tahunya tentang ilmu terkait dengan
KI-3 dan KI-4 tersebut
pengetahuan, teknologi, seni, pengembangan
sesuai menjadi rujukan
budaya, dan humaniora dari yang
KD-KD mata pelajaran
dengan wawasan dipelajarinya di
Pendidikan Agama Islam
kemanusiaan, kebangsaan, sekolah secara
pada kompetensi
kenegaraan, dan peradaban mandiri, dan
pengetahuan dan
terkait penyebab fenomena mampu
keterampilan kelas X, XI,
dan kejadian, serta menggunakan
dan XII.
menerapkan pengetahuan metoda sesuai
prosedural pada bidang kajian kaidah keilmuan
yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah

Contoh di atas pada kolom 1 dan kolom 2 diambil dari Permendikbud


No. 24 Th 2016 lampiran ke-40 KI-3 dan KI-4 Kelas X. Sedangkan kolom
berikutnya diisi sesuai petunjuk.

33
Kedua, menganalisis KD-3 Pengetahuan dan KD-4 Keterampilan.
Caranya mengikuti alur isian tabel 6 berikut ini:

Tabel 6
Format Analisis dan Rekomendasi KD-Pengetahuan dan KD-Keterampilan

ANALISIS SKL KI KD

Kompet Kompe
ensi tensi Rekome
Analisi Analisi Rekomend Rekomendasi KD-KD
Dasar Dasar ndasi
s KD-3 s KD-4 asi KD-4 pada Mapel
Pengeta Ketera KD-3
huan mpilan

KD-3 KD-4 Tingkat Kesesuai Bentuk Kesetaraan ● Ketercapaian Dimensi


Dimens an Takson Taksonomi Kognitif dan Bentuk
i Dimensi omi KD dari KI- Pengetahuan semua
Kogniti Kognitif dan 3 dengan KD-3 dalam Mapel
f dan dengan Tingkat KD dari KI- ● Ketercapaian
Bentuk Bentuk Takson 4 Taksonomi semua KD-
Dimens Pengetah omi 4 dalam Mapel
i uan
Penget
ahuan

1 2 3 4 5 6 7

Langkah-langkah pengisian tabel di atas adalah sebagai berikut:


1. Pada kolom 1, masukan ‘Kompetensi Dasar Pengetahuan’ (KD-3)
sesuai mata pelajaran pada Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016.
2. Pada kolom 2, masukan ‘Kompetensi Dasar Keterampilan’ (KD-4)
sesuai mata pelajaran pada Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016.

34
3. Pada kolom 3, menentukan tingkat dimensi/proses kognitif dan
bentuk pengetahuan dari kompetensi dasar pengetahuan (analisis
KD-3). Lihat “Gambar 3: Dimensi pada Kompetensi Inti Pengetahuan”
pada pembahasan “Kegiatan Belajar 1”.
4. Pada kolom 4, menentukan rekomendasi kesesuaian tingkat
dimensi/proses kognitif dengan bentuk pengetahuan dari
kompetensi dasar. Bila tidak ada rekomendasi, tidak apa-apa, tulis
saja “tidak ada rekomendasi perubahan” pada kolom tersebut.
5. Pada kolom 5, menentukan tingkat taksonomi dan bentuk taksonomi
dari kompetensi dasar keterampilan (analisis KD-4). Lihat ranah
keterampilan Dyers, Simpson, dan Dave pada pembahasan “Kegiatan
Belajar 1”.
6. Pada kolom 6, menentukan ‘kesetaraan’ taksonomi KD Pengetahuan
dan taksonomi KD Keterampilan dan rekomendasinya.
7. Pada kolom 7, tuliskan rekomendasi di antara KD-3 dari KD-KD
pengetahuan mata pelajaran yang harus mencapai tingkat taksonomi
(KKO) tertinggi sesuai KI-3, dan tuliskan rekomendasi diantara KD-4
dari KD-KD keterampilan mata pelajaran yang harus
mencapai tingkat taksonomi (KKO) tertinggi sesuai KI-4. Kolom 7 ini
diisi setelah semua KD pengetahuan dan semua KD keterampilan
untuk suatu mata pelajaran telah dianalisis dalam kolom 1 sampai
dengan 6. Lebih jelasnya dapat dilihta pada video ini
https://www.youtube.com/watch?v=g8DCepnzOJI&t=805s

Untuk memperoleh gambaran tentang langkah-langkah analisis


sebagaimana dijelaskan di atas, bisa dilihat contoh pengisiannya pada tabel
7 berikut:

35
Tabel 7
(CONTOH) Analisis dan Rekomendasi KD-Pengetahuan dan KD-Keterampilan
ANALISIS SKL KI KD

Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar Analisis KD-3 Rekomendasi Analisis KD-4 Rekomendasi Rekomendasi KD-KD pada
Pengetahuan Keterampilan KD-3 KD-4 Mapel

KD-3 KD-4 Tingkat Dimensi Kesesuaian Bentuk Kesetaraan ● Ketercapaian Dimensi


Kognitif dan Dimensi Taksonomi Taksonomi KD Kognitif dan Bentuk
Bentuk Dimensi Kognitif dan Tingkat dari KI-3 Pengetahuan semua KD-3
Pengetahuan dengan Bentuk Taksonomi dengan KD dari dalam Mapel
Pengetahuan KI-4 ● Ketercapaian Taksonomi
semua KD-4 dalam Mapel
1 2 3 4 5 6 7

3.1 menganalisis QS. al- 4.1.1 membaca Q.S. al- Tingkat dimensi Dimensi kognitif Membaca KD-3.1 KD-3 dari KD-KD
Hujurat [49]: 10-12 Hujurat/49: 10 dan 12, kognitif adalah (C.4, sesuai dengan ‘menganalisis’ pengetahuan mata pelajaran
serta Hadits tentang sesuai dengan kaidah “menganalisis” menganalisis) tajwid dan (C.4) MEMILIKI Pendidikan Agama Islam
kontrol diri tajwid dan makharijul (C.4) dan dipasangkan makharijul KESETARAAN sudah memenuhi dimensi
(mujahadah an-nafs), huruf pengetahuan dengan bentuk huruf adalah dengan KD-4.1.1, kognitif tuntutan KI-3, yaitu
prasangka baik tentang “QS. al- pengetahuan bentuk KD-4.1.2, dan memahami, menerapkan,
(husnuzzan), dan Hujurat [49]: 10- metakognitif taksonomi KD-4.1.3 karena menganalisis, dan

33
persaudaraan 4.1.2 mendemonstrasikan 12 dan Hadits (kontrol diri, ‘keterampilan ketiganya ada mengevaluasi. Sedangkan
(ukhuwah) hafalan Q.S. al- tentang kontrol dst) MEMILIKI konkret’ dan pada tingkat bentuk pengetahuan juga
Hujurat/49: 10 dan 12 diri...” adalah KESESUAIAN, tingkatnya ‘presisi/mahir’ sudah terpenuhi yaitu,
dengan fasih dan lancar bentuk jadi tidak ada adalah ‘presisi’ (setingkat K.4), konseptual, prosedural, dan
pengetahuan rekomendasi (Dave) atau jadi tidak ada metakognitif.
4.1.3 menyajikan hubungan
metakognitif perubahan. tingkat ‘mahir’ rekomendasi
antara kualitas keimanan
(Simpson) perubahan.
dengan kontrol diri
(mujahadah an-nafs),
prasangka baik
(husnuzzan), dan
persaudaraan (ukhuwah)
sesuai dengan pesan Q.S.
al-Hujurat/49: 10 dan 12,
serta Hadis terkait

34
Contoh di atas pada kolom 1 dan kolom 2 diambil dari Permendikbud
No. 24 Th 2016 lampiran ke-40 KI-3 dan KI-4 Kelas X. Sedangkan kolom
berikutnya diisi sesuai petunjuk.

a. Perumusan IPK Kurikulum 2013 berorientasi Abad 21


Indikator Pencapaian Kompetensi menjadi pedoman dalam
merancang, melaksanakan, serta mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
Rancangan penilaian memberikan acuan dalam menentukan bentuk dan
jenis penilaian, serta pengembangan indikator penilaian. Apa saja yang
perlu diperhatikan dalam merumuskan indikator? yang harus diperhatikan
diantaranya adalah:
a. Indikator dirumuskan dari KD.
b. Menggunakan kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur.
c. Indikator dirumuskan dalam kalimat yang simpel, jelas dan mudah
dipahami.
d. Tidak menggunakan kata yang bermakna ganda.
e. Hanya mengandung satu kompetensi atau tindakan
f. Memperhatikan karakteristik mata pelajaran, potensi dan kebutuhan
peserta didik, sekolah, masyarakat dan lingkungan.
Berikut ini langkah-langkah merumuskan indicator;
a. Menganalisis tingkat kompetensi yang digunakan pada KD
1) Memahami Kata Kerja Operasional dalam Taxonomi Bloom.
2) Menetapkan KD yang akan diturunkan menjadi indikator.
3) Menentukan kata kerja dari Kompetensi Dasar sesuai dengan
Taxonomy Bloom.
b. Menganalisis Indikator berdasarkan tingkat UKRK
(Urgensi,Kontinuitas, Relevansi, Keterpakaian) kompetensi pada
KD

35
1) UKRK dijadikan kriteria dalam memilih dan memilah ketepatan
indikator kunci atau indikator penunjang. (Fikri, A., & Hasudungan,
A. N., 021)
2) Kategorikan Indikator:
a) Indikator Kunci
● Indikator yang sangat memenuhi kriteria UKRK.
● Kompetensi yang dituntut adalah kompetensi
minimal yang terdapat pada KD.
● Memiliki sasaran untuk mengukur ketercapaian
standar minimal dari KD.
● Dinyatakan secara tertulis dalam pengembangan RPP
dan harus teraktualisasi dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
b) Indikator Pendukung atau indikator prasyarat
● Membantu peserta didik memahami indikator kunci.
● Kompetensi yang sebelumnya telah dikuasai peserta
didik dikaitkan dengan indikator kunci yang
dipelajari.
c) Indikator Pengayaan
● Mempunyai tuntutan kompetensi yang melebihi dari
tuntutan kompetensi dari standar minimal.
● Tidak harus selalu ada.
● Dirumuskan apabila peserta didik berpotensi
memiliki kompetensi yang lebih tinggi dan perlu
peningkatan dari standar minimal. Lihat lebih detail
pada
● https://www.panduanmengajar.com/2021/12/bag
aimana-merumuskan-indikator.html

36
3. Program Tahunan dan Semester
Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya
suatu kegiatan. Program merupakan kata, ekspresi, atau pernyataan yang
memuat asas serta usaha yang dirancang dalam susunan dan rangkaian
yang menjadi satu kesatuan prosedur, kumpulan instruksi tertulis atau
suatu bagian yang executable berupa urutan langkah, untuk menyelesaikan
suatu masalah. Dalam arti lain, ia merupakan rancangan mengenai asas
serta usaha dalam suatu bidang yang akan dijalankan secara harmonis dan
terpadu dalam mencapai suatu sasaran. Dengan demikian, suatu program
pembelajaran adalah mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang
berada di bawah unit administrasi yang sama, atau sasaran-sasaran yang
saling bergantung dan saling melengkapi, yang semuanya harus
dilaksanakan secara integratif, sistemik, dan sistematis.
Program sering dikaitkan dengan perencanaan, persiapan, dan desain
atau rancangan. Dalam Qur’an Surah al –Hasyr ayat 18: Konsep
perencanaan memperhatikan kejadian masa lalu untuk menjadi bahan
untuk merencanakan sesuatu di masa mendatang, seperti yang tersirat di
dalam QS. al-Hasyr ayat 18: ” Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Wahbah
AzZuhaili dalam kitab tafsirnya al-Munir menyatakan bahwa ayat maa
qaddamat lighad dapat berarti mengintropeksi apa yang telah dilakukan di
masa lalu untuk menjadi bekal hari esok, yang merupakan perintah Allah
SWT. untuk menghisab diri sendiri sebelum dihisab oleh Allah sendiri
(Zuhaili, 1962).
Kalimat maa qaddamat lighad, merupakan salah satu dari landasan
teori perencanaan dalam Islam. Dimana memperkenalkan teori
perencanaan yang tidak hanya berorientasi dunia tetapi juga akhirat. Ibnu
Katsir menyebutkan, introspeksilah diri sendiri sebelum Allah SWT

37
mengintrospeksi diri di hari kiamat nanti. Imam al-Ghozali juga
berpendapat bahwa QS. al-Hasyr: 18 merupakan perintah untuk selalu
memperbaiki diri dalam peningkatan iman dan takwa kepada Allah SWT.
yang mana kehidupan sebelumnya (kemarin) tidak boleh sama dengan hari
esok, dan memperhatikan setiap perbuatan serta mempersiapkan diri
dengan baik. (Abdullah, 2004).
Desain dalam perspektif pembelajaran adalah rencana pembelajaran.
Rencana pembelajaran disebut juga dengan program pembelajaran. Untuk
mewujudkan program pembelajaran secara integratif, sistemik, dan
sistematis sekolah membuat dua tahapan, yakni program tahunan (prota)
dan program semester (prosem).
Prota (program tahunan) dan promes (program semester) merupakan
administrasi pembelajaran yang menjadi dasar bagi susunan administrasi
pembelajaran lainnya. Prota adalah susunan alokasi waktu pembelajaran
selama satu tahun untuk mencapai standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang diharapkan. Alokasi waktu sangat diperlukan
agar seluruh SK dan KD bisa diterapkan dan diterima oleh para peserta
didik. penyusunan prota dilakukan setelah jumlah jam mengajar untuk
mapel tertentu sudah diketahui. Prota biasanya dilakukan di awal tahun
ajaran baru. Keberhasilan merencanakan prota akan berpengaruh pada
administrasi pembelajaran yang lain, misalnya program semester silabus,
RPP, dan lainnya. Sedangkan promes merupakan bentuk penjabaran dari
prota yang memuat gambaran pembelajaran dan pencapaian yang ingin
diraih selama satu semester. Dengan adanya promes, akan lebih mudah
dalam menuntaskan mata pelajaran yang diampu.
Kenapa Prota dan Promes harus dibuat? Beberapa fungsi Prota
adalah: 1) mengorganisir pembelajaran agar bisa berjalan secara optimal; 2)
menjadi pedoman untuk menyusun promes; 3) menjadi pedoman dalam
menyusun kalender pendidikan; 4) Digunakan sebagai acuan untuk
mengoptimalkan penggunaan waktu efektif pembelajaran yang tersedia.

38
Sedangkan Fungsi promes adalah: 1) mempermudah tugas guru saat
mengadakan pembelajaran selama satu semester; 2) Mampu mengarahkan
kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diprogram; 3)
Menjadi pola dasar untuk mengatur tugas dan wewenang setiap pihak yang
ikut serta dalam pembelajaran; 4) Menjadi pedoman guru dan dalam
bekerja dan belajar; 5) Menjadi tolok ukur efektivitas pada proses
pembelajaran; 6) Menjadi bahan untuk menyusun data, sehingga terbentuk
keseimbangan kerja; 7) Mampu menghemat waktu, tenaga, biaya, dan alat
penunjang karena pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.
Fungsi program tahunan dan semester pembelajaran tersebut bagi
guru adalah:
a. Sebagai acuan atau pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran.
Semakin matang rencana yang dipersiapkan maka akan semakin
bagus pula usaha itu dilaksanakan.
b. Menjadikan guru lebih siap dan percaya diri dalam menjalankan
tugas mengajar.
c. Dengan adanya desain bagi seorang guru, akan dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam mengajar dan akhirnya akan menjadikan
pembelajaran akan berkualitas dan bermakna bagi peserta didik.
d. Karena adanya perencanaan maka pelaksanaan pengajaran menjadi
baik dan efektif.
Program tahunan merupakan program umum setiap mata pelajaran
untuk setiap kelas, yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran yang
bersangkutan. Program ini perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh
guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan pedoman bagi
pengembangan program-program berikutnya, seperti program semester,
program mingguan, dan program harian atau program pembelajaran setiap
pokok bahasan. Penyusunan program tahunan pada dasarnya adalah
menetapkan jumlah waktu yang tersedia untuk setiap kompetensi dasar.
Penentuan alokasi waktu didasarkan kepada jumlah jam pelajaran sesuai

39
dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus
dikuasai oleh peserta didik.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
program tahunan adalah:
1. Menelaah kalender pendidikan, dan ciri khas sekolah/madrasah
berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan.
2. Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif,
belajar, waktu pembelajaran efektif (per minggu). Hari-hari libur
meliputi:
a. Jeda tengah semester
b. Jeda antar semester
c. Libur akhir tahun pelajaran
d. Hari libur keagaman
e. Hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional
f. Hari libur khusus
3. Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan semester dalam
satu tahun dan memasukkan dalam format matrik yang tersedia
4. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu mata
pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya pada minggu efektif,
sesuai ruang lingkup cakupan materi, tingkat kesulitan dan
pentingnya materi tersebut, serta mempertimbangkan waktu untuk
ulangan serta review materi.

Berikut ini format penyusunan program tahunan;

Tabel 8
Format Program Tahunan
Satuan Pendidikan : …………………………………
Mata Pelajaran : …………………………………
Jumlah Minggu Efektif : …………………………………

40
Jumlah Jam / Minggu : …………………………………
Kelas / Semester : …………………………………
Tahun Pelajaran : …………………………………
Kompetensi Inti : …………………………………

Smt No KD Kompetensi Dasar Alokasi Waktu Jumlah Pertemuan

1 3 4 5 6

Untuk memperoleh gambaran tentang langkah-langkah merancang


program tahunan sebagaimana dijelaskan di atas lihat contoh pengisiannya
pada tabel 10.

a. Tahapan Merancang Program Semester


Program semester ini merupakan penjabaran dari program tahunan.
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-hal yang
hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut. Dalam program
pendidikan semester dipakai satuan waktu terkecil, yaitu satuan semester
untuk menyatakan lamanya satu program pendidikan. Masing- masing
program semester sifatnya lengkap dan merupakan satu kebulatan dan
berdiri sendiri. Kalau program tahunan disusun untuk menentukan jumlah
jam yang diperlukan untuk mencapai kompetensi dasar, maka dalam
program semester diarahkan untuk menjawab minggu ke berapa atau
kapan pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan. Pada
umumnya program semester ini berisikan tentang bulan, pokok bahasan
yang hendak disampaikan, waktu yang direncanakan, dan keterangan-
keterangan.

41
Langkah-langkah perancangan program semester adalah:
1. Menghitung jumlah Hari Belajar Efektif (HBE) dan Jam Belajar
Efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun.
2. Mendistribusikan alokasi waktu yang disediakan untuk suatu
KD serta mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review
materi.
Target yang harus dicapai pada pemahaman KD adalah:
a. Materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar yang
bersesuaian
b. Tingkat kedalaman materi yang dibahas pada kompetensi
inti dan kompetensi dasar yang bersesuaian
c. Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk membuat peserta
didik kompeten terhadap kompetensi dasar yang
bersangkutan
3. Guru selanjutnya menentukan alokasi waktu dari setiap KD,
yakni:
a. Alokasi waktu dirinci untuk setiap Kompetensi Dasar.
d. Alokasi waktu pembelajaran untuk setiap KD tergantung
pada kompleksitas KD, keluasan KD, strategi/metode
pembelajaran, alat, bahan, dan sumber belajar yang
tersedia. Lebih detailnya dapat dilihat pada video
https://www.youtube.com/watch?v=f3nIzS2YJxs

42
Berikut ini format penyusunan program semester;

Tabel 9
Format Program Semester
Tahun Pelajaran ............../...............

MATA PELAJARAN : ..........................................................


KELAS / SEMESTER : ..........................................................
KOMPETENSI INTI : ..........................................................

Kompetensi Materi Januari Pebruari Maret April Mei Juni


Indikator AW
Dasar Pokok 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 34 5

Untuk memperoleh gambaran tentang langkah-langkah merancang


program tahunan sebagaimana dijelaskan di atas lihat contoh pengisiannya
pada tabel 11.

Tabel 10
(CONTOH) Program Tahunan

Satuan Pendidikan : …………………………………


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jumlah Minggu Efektif : …………………………………
Jumlah Jam / Minggu : …………………………………
Kelas / Semester : …………………………………
Tahun Pelajaran : …………………………………
Kompetensi Inti :

43
4. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
[mendengar, melihat, membaca] dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan
di sekolah
5. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas dan
logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

Smt No Kompetensi Dasar Alokasi Jumlah


KD Waktu Pertemuan

I 3.1 Mengetahui huruf-huruf Hijaiyyah dan


harakatnya secara lengkap
4.1
Melafalkan huruf-huruf hijaiyyah dan
harakatnya secara lengkap

3.2 Memahami pesan-pesan pokok Q.S. al-


Fatihah dan Q.S. al-Ikhlas
4.2.1
Melafalkan Q.S. al-Fatihah dan Q.S. al-
4.2.2
Ikhlas dengan benar dan jelas

Menunjukkan hafalan Q.S. al-Fatihah dan


Q.S. al-Ikhlas dengan benar dan jelas

dst. ....

Jumlah

II

Jumlah

44
Mengetahui ..................................... 2021
Kepala Sekolah .................... Guru Pendidikan Agama Islam

________________________ _________________________

45
Tabel 11
(CONTOH) Program Semester
Tahun Pelajaran 2021 / 2022

MATA PELAJARAN : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti


KELAS / SEMESTER : IV (empat) / 1 (satu)
KOMPETENSI INTI : 3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin
tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya
yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang
mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

Januari Pebruari Maret April Mei Juni


Materi A
Kompetensi Dasar Indikator
Pokok W 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

3.4 memahami makna 3.4.1 menjelaskan Iman


iman kepada makna iman Kepada
malaikat-malaikat kepada malaikat- Malaikat
Allah berdasarkan malaikat Allah
pengamatan terhadap

46
dirinya dan alam 3.4.2 Menyebutkan
sekitar 10 nama Malaikat

dst....

4.4 melakukan
pengamatan diri dan
alam sekitar sebagai
implementasi makna
iman kepada
kmalaikat-malaikat
Allah

Uji Kompetensi 2
JP

Remedial 2
JP

Pengayaan 2
JP

Mengetahui, ………………………, 20…….

Kepala Sekolah Guru Kelas / Guru MP

__________________________________ _______________________________

47
E. TINDAK LANJUT BELAJAR
Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat
melakukan beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di
antaranya sebagai berikut:

1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS


Program PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
2. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam
proses pembelajarannya di sekolah/madrasah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir
modul di bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara
melakukan pembelajaran remedial dengan memperhatikan
petunjuk dalam LMS program PPG.
4. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas
yang ada di LMS.

F. PENUTUP
Glosarium Kegiatan Belajar 1

hard skills sebuah kemampuan yang dapat setiap orang asah melalui
berlatih dan juga menempuh jenjang pendidikan. Hard skills
dapat diasah melalui pendidikan perkuliahan, mengikuti
kursus, serta pelatihan untuk menguasai suatu keahlian

Indikator penanda yang dapat digunakan untuk memberikan suatu


penilaian

Kompetensi kemampuan peserta didik yang mencakup aspek


pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sesuai dengan
standarisasi yang diharapkan

48
prototipe (purwarupa) adalah sebuah skema rancangan sistem yang
membentuk model dan standar ukuran atau skalabilitas yang
akan dikerjakan nantinya

soft skills salah satu keterampilan lebih merujuk pada kemampuan yang
tidak bisa dilihat secara langsung oleh kasat mata, tetapi bisa
dirasakan. Misalnya kemampuan berkomunikasi, berpikir
kritis, leadership, etos kerja, kerja sama dan sebagainya

Taksonomi klasifikasi bidang ilmu; kaidah dan prinsip yang meliputi


pengklasifikasian objek

49
Daftar Pustaka

Fikri, A., & Hasudungan, A. N. (2021). Analisis Kompetensi Dasar Esensial pada
Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di Masa Pandemi Covid-19. Indonesian
Journal of Social Science Education (IJSSE), 3(1), 20-30.
Krathwohl, D. R., & Anderson, L. W. (2010). Merlin C. Wittrock and the revision of
Bloom's taxonomy. Educational psychologist, 45(1), 64-65.
Magdalena, I., Islami, N. F., Rasid, E. A., & Diasty, N. T. (2020). Tiga ranah
taksonomi bloom dalam pendidikan. EDISI, 2(1), 132-139.
Nadrah, N. (2019). Perspektif Kurikulum 2013 dalam Pengajaran Bahasa. At-Ta'lim:
Media Informasi Pendidikan Islam, 12(1), 126-134.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Permendibud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
Permendikbud Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah
permendikbudristek No 5 tahun 2022 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pada
Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, Dan Jenjang
Pendidikan Menengah
Sudrajat, Y. (2020). Implementasi Pembelajaran Aktif (Active Learning) Untuk
Meningkatkan Kompetensi Spiritual Dan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran
Pendidikan Pancasila. Academy Of Education Journal, 11(2), 142-167.
Zain, A. A. (2021). Strategi Pengembangan Nilai Agama dan Moral Anak Usia Dini.
Penerbit Insania.

50
KEGIATAN BELAJAR 2

PENGEMBANGAN MATERI, MEDIA, SUMBER BELAJAR,


DAN INSTRUMEN PENILAIAN

A. Capaian Pembelajaran

Saudara mahasiswa, setelah mempelajari kegiatan belajar 2 diharapkan dapat


mengembangkan materi, media, dan sumber belajar baik digital maupun non
digital dalam pembelajaran, serta mengembangkan instrumen penilaian yang
tepat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien

B. Sub Capaian Pembelajaran

Mengembangkan Materi Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik

Mengembangkan Media Pembelajaran

Mengelola Sumber Belajar Digital

Mengembangkan Instrumen Penilaian

C. Pokok-Pokok Materi Pengembangan Materi Ajar dan Lembar


Kerja Peserta Didik

Pengembangan Media Pembelajaran

Pengembangan Sumber Belajar Digital

Pengembangan instrumen Penilaian

51
D. Uraian Materi
1. Pengembangan Materi Ajar dan Lembar Kerja Peserta Didik
Materi pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Untuk merancang pembelajaran kita perlu memikirkan
materi/bahan pelajaran apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan mencapai kompetensi yang diinginkan, karena itulah kita perlu
mengembangkan bahan pembelajaran.
Dalam mengembangkan materi ajar dapat mengacu pada dua hal, yaitu
konteks tempat penyelenggaraan pendidikan dan bentuk kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Pertimbangan konteks dilakukan untuk menentukan
bentuk kemasan materi pelajaran seperti dijilid atau tidaknya, dan lain-lain.
Sedangkan dari segi bentuk kegiatan pembelajaran, guru perlu
mempertimbangkan apakah pembelajarannya konvensional, pendidikan jarak
jauh, ataupun kombinasi keduanya.
Ada lima faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengembangkan
materi ajar yaitu karakteristik peserta didik, bentuk kegiatan pembelajaran,
konteks tempat penyelenggaraan pendidikan, strategi pembelajaran, dan alat
penilaian hasil belajar.
a. Pengertian Materi Pembelajaran
Bahan atau materi pembelajaran (Learning Materials) adalah segala sesuatu
yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh peserta didik, sesuai dengan
kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata
pelajaran dalam satuan pendidikan tertentu. Materi pembelajaran juga dapat
diartikan sebagai bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka
memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.

52
Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan (kognitif), sikap
(afektif) dan keterampilan (psikomotor). Materi Pengetahuan (kognitif)
berhubungan dengan berbagai informasi yang harus dihafal dan didiskusikan oleh
peserta didik, sehingga peserta didik dapat mengungkapkan kembali.
Dalam mengembangkan materi perlu diperhatikan cakupan pengetahuan
yang terdiri dari 4 jenis pengetahuan, yaitu:
1) Pengetahuan Fakta, yaitu sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang
wujudnya dapat ditangkap oleh panca indra. Jadi semua hal yang berwujud
kenyataan dan kebenaran, misalnya nama-nama objek, peristiwa, lambang,
nama tempat, nama orang, dan lain sebagainya. Fakta merupakan
pengetahuan yang berhubungan dengan data-data spesifik (tunggal) baik
yang telah maupun yang sedang terjadi yang dapat diuji atau diobservasi.
2) Pengetahuan Konsep, yaitu adalah abstraksi kesamaan atau
keterhubungan dari sekelompok benda atau sifat. Suatu konsep memiliki
bagian yang dinamakan atribut. Atribut adalah karakteristik yang dimiliki
suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut menjadi suatu pembeda
antara satu konsep dengan konsep lainnya. Jadi semua yang berwujud
pengertian-pengertian baru yang bisa timbul sebagai hasil pemikiran,
seperti definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi dan sebagainya
Materi konsep contohnya pengertian zakat, syarat dan rukun shalat, dan
sebagainya
3) Pengetahuan Prosedur, yaitu materi pelajaran yang berhubungan dengan
kemampuan peserta didik untuk menjelaskan langkah-langkah secara
sistematis atau berurutan dalam melakukan sebuah aktivitas dan kronologi
suatu sistem. Contoh: langkah-langkah dalam pengurusan jenazah.
Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris
dinamakan generalisasi (Merril dalam Wina Sanjaya : 2011).

53
4) Pengetahuan Metakognitif adalah pengetahuan mengenai kesadaran secara
umum sama halnya dengan kewaspadaan dan pengetahuan tentang kesadaran
pribadi seseorang. Metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang
diketahui dan apa yang tidak diketahui. Dalam konteks pembelajaran, peserta
didik mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan
modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk
belajar efektif. Penekanan kepada peserta didik untuk lebih sadar dan
bertanggung jawab terhadap pengetahuan dan pemikiran mereka sendiri.
Perkembangan peserta didik akan menjadi lebih sadar dengan pemikiran
mereka sendiri sama halnya dengan lebih banyak mereka mengetahui
kesadaran secara umum, dan ketika mereka bertindak dalam kewaspadaan ini,
mereka akan cenderung belajar lebih baik. Dengan demikian, apabila
kesadaran tersebut terwujud, maka peserta didik dapat mengawali proses
berpikirnya dengan merancang, memantau, dan menilai apa yang dipelajari.
Berikut cakupan dimensi pengetahuan sebagaimana gambar di bawah ini.

Gambar. Dimensi Pengethuan dan proses Kognitif

Dalam mengembangkan materi pembelajaran, guru tidak hanya


memperhatikan materi dari segi kognitifnya saja, namun juga dari segi afektif

54
yakni berhubungan dengan sikap atau nilai. Materi afektif termasuk pemberian
respon, penerimaan nilai, internalisasi, dan lain sebagainya Contohnya nilai-nilai
kejujuran, kasih sayang, minat, kebangsaan, rasa sosial, dan sebagainya.
Aspek psikomotor juga tak luput menjadi perhatian dalam pengembangan
materi yakni yang mengarah pada gerak atau keterampilan (skill). Keterampilan
adalah pola kegiatan yang memiliki tujuan tertentu yang memerlukan manipulasi
dan koordinasi informasi. Kompetensi yang ingin dicapai dari gerak atau
keterampilan, misalnya gerakan shalat, bela diri, renang, dan sebagainya yang
diakomodir pada jenis pengetahuan prosedural.
Keterampilan dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu:
1) Keterampilan intelektual yaitu keterampilan berpikir melalui usaha
menggali, menyusun dan menggunakan berbagai informasi, baik
berupa data, fakta, konsep, ataupun prinsip, dan teori.
2) Keterampilan fisik yaitu keterampilan motorik seperti keterampilan
mengoperasikan komputer, keterampilan mengemudi, keterampilan
memperbaiki suatu alat, dan lain sebagainya.
Selain itu Hilda Taba (dalam Wina Sanjaya, 2011) juga mengemukakan
bahwa ada 4 jenis tingkatan materi pelajaran, yakni fakta khusus, ide-ide pokok,
konsep, dan sistem berpikir. Fakta khusus adalah bentuk materi kurikulum yang
sangat sederhana. Ide-ide pokok bisa berupa prinsip atau generalisasi. Konsep
menurut Hilda Taba, lebih tinggi tingkatannya dari ide pokok, hal ini dikarenakan
memahami konsep berarti memahami sesuatu yang abstrak sehingga mendorong
peserta didik untuk berpikir lebih mendalam. Sistem berpikir berhubungan
dengan kemampuan untuk memecahkan masalah secara empiris, sistematis dan
terkontrol yang kemudian dinamakan berpikir ilmiah.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan materi
ajar, yaitu: 1) Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan;

55
2) Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta
didik; 3) Kebermanfaatan bagi peserta didik; 4) Struktur keilmuan; 5) Berbagai
sumber belajar (referensi yang relevan dan termutakhir digital maupun non
digital); dan 6) Alokasi waktu.
Materi pelajaran pada hakikatnya adalah pesan-pesan yang ingin
disampaikan pada peserta didik untuk dapat dikuasai. Pesan adalah informasi
yang akan disampaikan baik itu berupa ide, data/fakta, konsep dan lain
sebagainya, yang dapat berupa kalimat, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda.
Pesan bisa disampaikan secara verbal maupun nonverbal.
Penerimaan pesan bisa dipengaruhi oleh keadaan individu yang menerima
pesan itu sendiri. Wina Sanjaya (2011) mengemukakan agar pesan yang ingin
disampaikan bermakna agar memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut:
1) Novelty, artinya suatu pesan akan bermakna apabila bersifat baru atau
mutakhir,
2) Proximity, artinya pesan yang disampaikan harus sesuai dengan
pengalaman peserta didik,
3) Conflict, artinya pesan yang disajikan sebaiknya dikemas sedemikian
rupa sehingga menggugah emosi.
4) Humor, artinya pesan yang disampaikan sebaiknya dikemas sehingga
menampilkan kesan lucu. Pesan yang dikemas dengan lucu cenderung
akan lebih menarik perhatian.

Agar materi yang akan disampaikan menarik, maka perlu mengemas materi
pelajaran melalui pengembangan bahan ajar. Bahan ajar adalah segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas (National center for vocational Education Research
Ltd/ National center for Competence based Learning (Abdul Majid, 2006). Bahan ajar

56
memungkinkan peserta didik untuk mempelajari suatu kompetensi dasar secara
runtut dan sistematis.
Ada Beberapa pertimbangan teknis yang perlu diperhatikan dalam
mengemas materi pelajaran menjadi bahan belajar (Wina Sanjaya, 2011) di
antaranya adalah :
1) Kesesuaian dengan tujuan yang harus dicapai
2) Kesederhanaan
3) Unsur-unsur desain pesan
4) Pengorganisasian bahan dan
5) Petunjuk cara penggunaan

Pengemasan materi dan pesan pembelajaran melalui bahan ajar dapat


dilakukan dengan berbagai cara baik itu visual, audiovisual atau cetakan. Berikut
akan dijelaskan lebih rinci tentang berbagai jenis bahan ajar :
1) Bahan Ajar Cetak
a) Handout, yaitu bahan tertulis yang disiapkan guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Handout dapat diambil dari beberapa literatur
yang relevan dengan materi yang ajarkan/kompetensi dasar dan materi
pokok yang harus dikuasai peserta didik.
b) Buku, yaitu bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan. Buku
sebagai bahan ajar adalah buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil
analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
c) Modul yaitu sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik
dapat belajar mandiri dengan atau tanpa guru. Modul harus
menggambarkan kompetensi dasar yang akan dicapai peserta didik,
disajikan dengan bahasa yang baik, menarik, dan lain-lain.

57
d) Lembar Kerja Peserta didik, yaitu lembaran-lembaran berisi tugas yang
harus dikerjakan peserta didik. Lembar kegiatan ini biasanya berupa
petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
e) Brosur, yaitu bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang
disusun secara bersistem/cetakan yang hanya terdiri atas beberapa
halaman atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tapi lengkap
tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia dalam
Abdul Majid (2006)). Brosur dimanfaatkan sebagai bahan ajar selama sajian
brosur disusun berdasarkan kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta
didik.
f) Leaflet, yaitu bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/jahit. Leaflet sebagai bahan ajar harus memuat materi yang
dapat membawa peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.
g) Wallchart, yaitu bahan cetak, yang berupa bagan/siklus/ grafik yang
bermakna menunjukan posisi tertentu,wallchart sebagai bahan ajar
haruslah memiliki kejelasan kompetensi dasar, dan materi yang harus
dikuasai peserta didik.
h) Foto/ Gambar, yaitu bahan ajar yang dirancang dengan baik, agar setelah
melihat gambar tersebut peserta didik dapat melakukan sesuatu/
menguasai kompetensi dasar yang diharapkan.
i) Model/maket Penggunaan model sebagai bahan ajar, memberikan makna
yang hampir sama dengan aslinya, sehingga mempermudah peserta didik
untuk mempelajarinya. Penggunaan model/maket sebagai bahan ajar
haruslah menggunakan kompetensi dasar dalam kurikulum sebagai acuan.

2) Bahan Ajar Dengar (Audio)


Terdapat beberapa jenis bahan ajar audio, yaitu:

58
a) Kaset/piringan hitam/compact disk Penggunaan kaset yang sudah
dirancang sedemikian rupa dapat digunakan sebagai bahan ajar.
Penggunaan kaset sebagai bahan ajar dapat menyimpan suara secara
berulang-ulang diperdengarkan pada peserta didik. Penggunaan kaset
sebagai bahan ajar membutuhkan bantuan alat lain, seperti tape recorder,
dan lembar skenario guru.
b) Radio Radio dapat digunakan sebagai salah satu bahan ajar, yang
memungkinkan peserta didik bisa belajar sesuatu. Radio sebagai bahan ajar
dapat dilakukan melalui program pembelajaran, misalnya mendengarkan
berita, dll.

3) Bahan Ajar Audio-Visual


Beberapa jenis bahan ajar audio visual di antaranya:
a) Video/film Program video/film juga dapat digunakan sebagai bahan ajar
audio visual. Penggunaan video/film sebagai bahan ajar, haruslah didesain
dengan lengkap, sehingga setelah peserta didik menyaksikan penayangan
video/film, peserta didik dapat menguasai kompetensi dasar yang
diharapkan. Baik atau tidaknya sebuah film/video tergantung pada
desainnya, analisis kurikulum, media, skenario, pengambilan gambar,
editing, dll.
b) Orang/Narasumber Orang/narasumber dapat berfungsi sebagai bahan ajar
karena orang tersebut memiliki keahlian/keterampilan tertentu yang
memungkinkan peserta didik dapat belajar.

4) Bahan Ajar Interaktif


Menurut Gidelines For Bibliographic Description of Interactive Multimedia dalam
Abdul Majid (2006), multimedia interaktif adalah kombinasi dari dua arah atau

59
lebih media (audio, teks, grafik, gambar, animasi dan video) yang oleh
penggunanya dimanipulasi untuk mengendalikan perintah dan atau perilaku
alami dari suatu presentasi. Penggunaan bahan ajar interaktif sebagai bahan ajar,
harus dipersiapkan sebaik mungkin, dan dirancang secara lengkap mulai dari
petunjuk penggunaan hingga penilaian. Bahan ajar interaktif ini, biasanya dapat
disajikan dalam bentuk Compact Disc (CD), atau dikenal juga dengan istilah CD
Interaktif.

b. Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik


Apa itu LKPD? LKPD merupakan lembaran petunjuk dan langkah-langkah
tugas yang disediakan untuk peserta didik dalam proses pembelajaran, baik secara
kelompok maupun perorangan. LKPD sendiri sebagai sarana untuk
mempermudah terbentuknya interaksi antara guru dengan peserta didik dalam
meningkatkan aktivitas pembelajaran. Menurut Trianto, LKPD merupakan salah
satu sumber belajar yang dapat digunakan untuk menambah pemahaman
konsep peserta didik (Trianto, 2010, hal. 222). Sementara itu, menurut Depdiknas
(2008) lembar kerja peserta didik (LKPD) adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik yang biasanya berupa petunjuk, langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.
LKPD disusun dengan rancangan dan dapat dikembangkan sesuai situasi
dan kondisi kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guru sendiri yang
paham dengan situasi dan kondisi yang dimaksud, baik di kelas maupun
lingkungan belajar peserta didiknya. Maka dapat disimpulkan bahwa lembar kerja
peserta didik (LKPD) adalah salah satu sarana untuk membantu dan
mempermudah proses pembelajaran, agar terjadinya interaksi yang efektif antara
peserta didik dengan pendidik, sehingga dapat meningkatkan aktivitas peserta
didik dalam peningkatan prestasi belajar.

60
Menurut Trianto, LKPD bisa berupa panduan untuk latihan pengembangan
aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran
dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKPD memuat sekumpulan
kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh peserta didik untuk
memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar
sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh (Trianto, 2010, hal.
222-223).

Apa saja fungsi LKPD? Beberapa fungsi LKPD di antaranya: 1)


Meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran; 2) Membantu peserta
didik untuk mengembangkan konsep materi pembelajaran; 3) Melatih peserta
didik dalam menemukan sesuai tujuan pembelajaran dan mengembangkan aspek
keterampilan; 4) Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran; 5) Menambah informasi bagi peserta didik
tentang konsep materi pembelajaran melalui kegiatan belajar yang sistematis; 6)
Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran.

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dengan penggunaan LKPD dalam


proses pembelajaran adalah: 1) Mengaktifkan peserta didik dalam proses
pembelajaran; 2) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep; 3)
Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan
proses; 4) Membantu peserta didik memperoleh catatan terkait materi yang
dipelajari melalui proses pembelajaran; 5) Dan membantu peserta didik untuk
menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar
secara sistematis; 6) peserta didik akan dapat belajar dan memahami secara
mandiri serta menjalankan tugas secara lebih mendalam memudahkan pendidik
dalam melaksanakan pembelajaran secara sistematis dan terukur kompetensi

61
peserta didik yang akan dicapai melalui tugas-tugas pada LKPD; 7) Sebagai
pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran;

Apa saja bentuk LKPD? Dilihat dari segi tujuan disusunnya LKPD, maka
LKPD dapat dibagi menjadi lima macam bentuk yaitu: 1) LKPD yang membantu
peserta didik menemukan suatu konsep; 2) LKPD yang membantu peserta didik
menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan; 3)
LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar; 4) LKPD yang berfungsi sebagai
penguatan; 5) LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum. (Prastowo, 2011,
hal. 24)
Komponen yang harus dipersiapkan pendidik dalam membuat LKPD yaitu
berupa: 1) Lembar Kerja (Nama Peserta didik, Kelas, Tema, Tujuan Pembelajaran
dan Langkah-Langkah Kegiatan); 2) Lembar Jawaban; dan 3) Penilaian. Dari ketiga
komponen diatas, hanya LKPD yang diserahkan pada peserta didik, sementara
lembar jawaban dan penilaian disimpan oleh guru. Lembar jawaban menjadi
patokan guru untuk menilai walaupun di kemudian akan menjadi relative atau
berkembang. Sementara penilaian merupakan lembaran yang diisi guru.
Dalam menyusun LKPD paling tidak memuat: judul, kompetensi dasar
yang akan dicapai, waktu penyelesaian, peralatan/bahan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas, informasi singkat, langkah kerja, tugas yang harus
dilakukan, dan laporan yang harus dikerjakan. Beberapa langkah-langkah
persiapan LKPD dijelaskan dalam Depdiknas (2008b: 23-24) dalam Nurhaidah
(2014: 29) sebagai berikut:
1) Analisis kurikulum. Analisis ini dilakukan dengan memperhatikan materi
pokok, pengalaman belajar peserta didik, dan kompetensi belajar peserta
didik.
2) Menyusun peta kebutuhan LKPD.

62
3) Menentukan judul-judul LKPD sesuai materi pokok dan pengalaman
belajar.
4) Penulisan LKPD dengan langkah a) perumusan KD yang harus dikuasai,
b) menentukan alat penilaian, c) penyusunan materi dari berbagai sumber,
d) memperhatikan struktur LKPD, sebagaimana diagram di bawah ini.

Gambar. Diagram struktur Lembar Kerja Peserta Didik (sumber: Pustaka Siti Khadijah)

Apa yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan LKPD? Beberapa hal


penting yang harus diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Aspek penyajian materi: a) Judul lembar kerja harus sesuai dengan
materinya; b) Materi harus sesuai dengan perkembangan peserta didik; c)
Materi disajikan secara sistematis dan logis; d) materi disajikan secara
sederhana dan jelas; e) menunjang keterlibatan dan kemauan peserta didik
untuk ikut aktif.
2) Aspek Tampilan: a) Penyajian sederhana, jelas dan mudah dipahami; b)
Gambar dan grafik sesuai dengan konsepnya; c) Tata letak gambar, tabel,
pertanyaan harus tepat; d) Judul, keterangan, instruksi, pertanyaan harus jelas; e)

63
Mengembangkan minat dan mengajak peserta didik untuk berpikir. Lebih
detailnya bagaimana cara membuat LKPD menarik dapat dilihat pada video
berikut.
1. Cara membuat LKPD di google form, sila lihat video
https://www.youtube.com/watch?v=RJnDLQCePnM
2. Cara membuat LKPD interaktif
https://www.youtube.com/watch?v=buxLSHTWMOI

2. Pengembangan Media Pembelajaran

Media pembelajaran merupakan unsur yang penting dalam proses


pembelajaran. Media pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat
membantu guru dalam memperkaya wawasan peserta didik, dengan berbagai
jenis media pembelajaran oleh guru maka dapat menjadi bahan dalam memberikan
ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Media yang tepat dapat menumbuhkan
minat peserta didik untuk belajar hal baru dalam materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru sehingga dapat dengan mudah dipahami. Media
pembelajaran yang menarik bagi peserta didik dapat menjadi rangsangan bagi
peserta didik dalam proses pembelajaran. Sebagai guru harus dapat memilih
media pembelajaran yang sesuai dan cocok untuk digunakan sehingga tercapai
tujuan pengajaran yang telah ditetapkan oleh sekolah.
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
”tengah”, ”perantara” atau ”pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Jadi, media
adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Menurut Yusufhadi Miarso, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang
digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses

64
belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali. Berdasarkan uraian para ahli
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan media
pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar sehingga
makna pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas dan tujuan pendidikan atau
pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
Penggunaan media pembelajaran seringkali menggunakan prinsip Kerucut
Pengalaman (cone of experience), yang melukiskan bahwa semakin konkrit peserta
didik mempelajari bahan pelajaran, maka semakin banyaklah pengalaman yang
didapatkan. Tetapi sebaliknya, jika semakin abstrak peserta didik mempelajari
bahan pelajaran maka semakin sedikit pula pengalaman yang akan didapatkan
oleh peserta didik.

Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa ketika penggunaan media


pembelajaran lebih konkrit atau dengan pengalaman langsung maka pesan

65
(informasi) pada proses pembelajaran yang disampaikan guru kepada peserta
didik akan tersampaikan dengan baik. Akan tetapi sebaliknya jika penggunaan
media pembelajaran semakin abstrak maka pesan (informasi) akan sulit untuk
diterima peserta didik dengan kata lain peserta didik menghadapi kesulitan dalam
memahami dan mencerna apa yang disampaikan oleh guru. Oleh karena
itu, penggunaan media pembelajaran yang tepat akan memberikan berpengaruh
terhadap pemerolehan dan pemahaman, keterampilan, dan sikap peserta didik.
Menurut Wina Sanjaya, ada beberapa fungsi dari penggunaan media
pembelajaran yaitu:
1) Fungsi komunikatif Media pembelajaran digunakan untuk memudahkan
komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. Sehingga tidak
ada kesulitan dalam menyampaikan bahasa verbal dan salah persepsi dalam
menyampaikan pesan.
2) Fungsi motivasi Media pembelajaran dapat memotivasi peserta didik dalam
belajar. Dengan pengembangan media pembelajaran tidak hanya
mengandung unsur artistic saja akan tetapi memudahkan peserta didik
mempelajari materi pelajaran sehingga dapat meningkatkan gairah peserta
didik untuk belajar.
3) Fungsi kebermaknaan Penggunaan media pembelajaran dapat lebih
bermakna yakni pembelajaran bukan hanya meningkatkan penambahan
informasi tetapi dapat meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
menganalisis dan mencipta.
4) Fungsi penyamaan persepsi Dapat menyamakan persepsi setiap peserta
didik sehingga memiliki pandangan yang sama terhadap informasi yang
disampaikan.
5) Fungsi individualitas Dengan latar belakang peserta didik yang berbeda,
baik itu pengalaman, gaya belajar, kemampuan peserta didik maka media

66
pembelajaran dapat melayani setiap kebutuhan setiap individu yang
memiliki minat dan gaya belajar yang berbeda.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, media pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa klasifikasi, yaitu:
1) Dilihat dari sifatnya, media dibagi ke dalam:
a) Media auditif, yaitu media yang hanya didengar saja.
b) Media visual, yaitu media yang hanya dilihat saja.
c) Media audiovisual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara
juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat.
2) Dilihat dari kemampuan jangkauannya media dapat dibagi ke dalam:
a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
b) seperti radio dan televisi.
c) Media yang mempunyai daya liput yang terbatas oleh
d) ruang dan waktu seperti film slide, film, video.
3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dibagi ke dalam:
a) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, film strip, transparansi, dan
sebagainya
b) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan, radio, dan
sebagainya.
Sedangkan menurut Yusufhadi Miarso, pengklasifikasian media
berdasarkan ciri-ciri tertentu dikenal dengan taksonomi media, yaitu:
1) Media penyaji, yang terdiri dari:
a) Kelompok satu: Grafis, Bahan Cetak, dan Gambar Diam
b) Kelompok Dua: Media Proyeksi Diam
c) Kelompok Tiga: Media Audio
d) Kelompok Empat: Audio ditambah Media Visual Diam
e) Kelompok Lima: Gambar Hidup (film)

67
f) Kelompok Eman: Televisi
g) Kelompok Tujuh: Multimedia

1) Media Objek, yaitu benda tiga dimensi yang mengandung informasi, tidak
dalam bentuk penyajian tetapi melalui ciri fisiknya seperti ukuran, berat,
bentuk, susunan, warna, fungsi.
2) Media Interaktif. Dengan media ini peserta didik tidak hanya memperhatikan
penyajian atau objek tetapi berinteraksi selama mengikuti pelajaran. Menurut
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, ada beberapa jenis media pembelajaran yang
dapat digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu: a) Media grafis, disebut
juga media dua dimensi yaitu media yang mempunyai ukuran panjang dan
lebar seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik;
b) Media tiga dimensi. Dalam bentuk model seperti model padat, model
penampang, model susun, model kerja, diorama; c) Media proyeksi, Seperti
slide, film strips, film; d) Penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Pembuatan atau pemilihan media pembelajaran harus memperhatikan


beberapa kriteria diantaranya:
1) Ketepatan atau efektivitas media dengan tujuan pengajaran
2) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran (konsep. Fakta, prosedur, dan
metakognitif)
3) Kemudahan memperoleh media
4) Keterampilan guru dan peserta didik dalam menggunakan media
5) Tersedia waktu untuk menggunakannya
6) Sesuai dengan taraf berpikir peserta didik
7) Fleksibilitas media sehingga dapat digunakan dalam berbagai situasi
8) Tidak melanggar nilai-nilai agama dan atau SARA

68
9) Kualitas media
Untuk melihat bagaimana stimulus yang dihasilkan jenis media? Dapat
dilihat dari table berikut.

3. Pengembangan Sumber Belajar Digital

Sumber belajar digital (e Learning) dapat didefinisikan sebagai sebuah


bentuk teknologi informasi yang diterapkan di bidang pendidikan berupa website
yang dapat diakses di mana saja. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi
logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
E-learning berfungsi sebagai suplemen, apabila peserta didik mempunyai
kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi pembelajaran elektronik
atau tidak.
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik yaitu :
1) Suplemen Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila
peserta mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi
pembelajaran elektronik atau tidak.

69
2) Komplemen (tambahan) Dikatakan berfungsi sebagai komplemen
(pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk
melengkapi materi pembelajaran yang diterima tersebut.
3) Substitusi (pengganti) Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju
memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan
kepada para maha peserta didiknya.
Sedangkan manfaat E-learning bagi pendidikan dapat dilihat pada link
berikut https://www.youtube.com/watch?v=U9zANWZNLJ4&t=167s
Penyebaran virus Covid-19 yang berdampak besar terhadap dunia
pendidikan. Kebijakan yang diambil oleh banyak negara termasuk Indonesia yaitu
dengan belajar dari rumah, yang mengakibatkan pemerintah dan lembaga yang
terkait harus menghadirkan alternatif proses pendidikan bagi peserta didik yang
tidak bisa melaksanakan proses pendidikan pada lembaga pendidikan. Untuk
detailnya terkait media video e-learning dapat dilihat pada link berikut
https://www.youtube.com/watch?v=6c3vFaYXzS0&t=113s

Berikut ini merupakan lima cara teknologi digital yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, baik dalam pembelajaran formal dan dalam pengaturan
informal (NETP, 2017), yaitu:
1) Teknologi dapat memungkinkan pembelajaran atau pengalaman yang
dipersonalisasi yang lebih menarik dan relevan.
2) Teknologi dapat membantu mengatur pembelajaran di sekitar tantangan
dunia nyata dan pembelajaran berbasis proyek - menggunakan berbagai
perangkat dan sumber belajar digital untuk menunjukkan kompetensi
dengan konsep dan konten yang kompleks.

70
3) Teknologi dapat membantu belajar bergerak di luar ruang kelas dan
memanfaatkan peluang belajar yang tersedia di museum, perpustakaan,
dan lingkungan luar sekolah lainnya.
4) Teknologi dapat membantu pelajar mengejar cita-cita dan minat pribadi.
5) Kesetaraan akses teknologi dapat membantu menutup kesenjangan digital
dan membuat peluang pembelajaran transformatif tersedia untuk semua
peserta didik di mana pun.
Apa saja jenis-jenis sumber atau media pembelajaran berteknologi digital?
media pembelajaran berteknologi digital yang dapat dimanfaatkan oleh guru, di
antaranya:
1) Multimedia Interaktif. Secara terminologi, multimedia didefinisikan sebagai
sebuah kombinasi berbagai media seperti teks, gambar, suara, animasi,
video dan lain-lain secara terpadu dan sinergis dengan menggunakan alat
seperti computer maupun peralatan elektronik lainnya guna mencapai
tujuan tertentu. Dalam pengertian tersebut mengandung makna bahwa tiap
komponen multimedia harus diolah dan dimanipulasi serta dipadukan
secara digital menggunakan perangkat komputer atau sejenisnya (Surjono,
2017).
2) Digital Video dan Animasi. Perkembangan teknologi mendorong banyak
perubahan pada diri peserta didik. Kebiasaan menggunakan buku teks dan
buku tulis perlahan semakin berkurang. Kecanggihan teknologi melahirkan
beragamnya metode pembelajaran yang lebih efektif dan menarik bagi
peserta didik. Pembelajaran berbasis video atau Video Based Learning
merupakan salah satu contoh metode belajar yang efektif dan telah menjadi
tren dalam e-learning selama satu decade ini. Salah satu contoh, sebuah
animasi dapat menjelaskan sebuah konsep, betapapun sulitnya konsep itu

71
akan membuat peserta didik duduk diam untuk menonton. Termasuk
video-video tutorial yang tersebar melalui media YouTube.
Ada beberapa tipe atau jenis video pembelajaran yang dapat
kembangkan, yaitu:
a) Microvideo: Video instruksional pendek yang focus pada pengajaran
satu topik sempit. Dapat digunakan untuk menjelaskan konsep
sederhana, atau konsep rumit namun disajikan dalam beberapa
rangkaian video.
b) Tutorial: Video dengan metode instruksional untuk mengajarkan proses
atau berjalan melalui langkah- langkah yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas. Biasanya antara 2-10 menit video ini
memanfaatkan berbagai metode pengajaran. Kadang-kadang disebut
sebagai video how to.
c) Training Video: Video pelatihan dirancang untuk meningkatkan
keterampilan tertentu. Umumnya membahas topik interpersonal atau
topik terkait pekerjaan, seperti pelatihan perangkat keras dan perangkat
lunak. Video pelatihan sering menggunakan cuplikan orang sungguhan
untuk meningkatkan interaktivitas.
d) Screencast: Sebuah video yang terutama terdiri dari rekaman layar yang
dirancang untuk mengajarkan seseorang untuk melakukan tugas atau
berbagi pengetahuan.
e) Presentation & Lecture: Sebuah rekaman ceramah atau presentasi untuk
dipelajari audiens. Isinya merupakan gabungan audio presentasi, atau
slide PowerPoint, webcam dan materi.
f) Animasi: Video animasi bisa terdiri dari full animasi digital yang
dikemas menjadi video, atau video riil ditambah dengan animasi.
Penggunaan animasi sebagai video bisa menggambarkan objek yang

72
tidak bisa dilihat oleh mata atau peristiwa kompleks serta perlu
penjelasan detil bisa disampaikan dengan jelas dan mudah dipahami.
(sumber: techsmith.com). Sementara tips umum membuat pembelajaran
berbasis video, yaitu kenali siapa peserta didik kita dan karakteristik
perkembangannya, persiapkan naskah video, tentukan jenis video,
audio, dan jenis video interaktif.
3) Podcast, merupakan episode program yang tersedia di Internet. Podcast
biasanya berupa rekaman asli audio atau video, dan juga merupakan
rekaman siaran televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan, atau acara
lain. Podcast seringkali menawarkan tiap episode dalam format file yang
sama, seperti audio atau video, sehingga pelanggan dapat menikmati
program tersebut dengan cara yang sama. Pada podcast tertentu seperti
kursus bahasa dikemas dalam beberapa format file, seperti video dan
dokumen dengan tujuan agar pengajaran berjalan lebih efektif. Podcast
merupakan wadah agar sains bisa masuk dalam kehidupan sehari-hari.
Keuntungan menggunakan Podcast sebagai media pembelajaran adalah: 1)
Pendengar bisa mengontrol apa yang dia dengar; 2) Termasuk Portable; 3)
Para amatir juga bisa melakukan sharing, artinya semua orang bisa
membuat Podcast, misalnya dengan merekam suara sendiri.
4) Augmented Reality (AR), merupakan sebuah teknologi yang mampu
menggabungkan benda maya dua dimensi atau tiga dimensi ke dalam
sebuah lingkungan yang nyata kemudian memunculkannya atau
memproyeksikannya secara real time. AR dapat digunakan untuk
membantu memvisualisasikan konsep yang abstrak untuk memberikan
pemahaman dan struktur suatu model objek. Beberapa aplikasi AR
dirancang guna memberikan informasi yang lebih detail pada pengguna
dari objek nyata (Mustaqim, 2016).

73
5) Virtual Reality (VR), Virtual reality merupakan sebuah teknologi yang
membuat pengguna atau user dapat berinteraksi dengan lingkungan yang
ada dalam dunia maya yang disimulasikan oleh komputer, sehingga
pengguna merasa berada di dalam lingkungan tersebut. Di dalam bahasa
Indonesia virtual reality dikenal dengan istilah realitas maya. VR adalah
perpaduan dari pemrosesan gambar digital, grafik komputer, teknologi
multimedia, sensor dan teknologi pengukuran, kecerdasan virtual dan
buatan dan disiplin lainnya, membangun lingkungan ruang tiga dimensi
interaktif virtual yang realistis dan merespons kegiatan real-time atau
operasi yang membuat seperti berada di dunia nyata. .Hal ini akan memiliki
dampak besar pada pengajaran multimedia tradisional yang membawa
teknologi realitas virtual ke dalam proses pengajaran, pengajaran
multimedia dari interaksi 2D ke 3D, dan membangun lingkungan
pengajaran simulasi virtual yang tinggi. Penggunaan teknologi VR dalam
pengajaran digital modern dapat diintegrasikan antara multimedia, grafik
komputer dan teknologi kecerdasan buatan, dapat mewujudkan penciptaan
situasi nyata, dapat mengekspresikan konten pengajaran ruang tiga
dimensi, lingkungan dan pertukaran interpersonal khas lainnya.
Penggunaan teknologi VR bisa membuat peserta didik lebih intuitif dan
alami untuk berpartisipasi dalam lingkungan virtual, berpartisipasi dalam
konten pengajaran dalam berbagai bentuk, mewujudkan interaksi antara
peserta didik informasi, membuat konten pengajaran abstrak menjadi lebih
spesifik dan jelas, meningkatkan efisiensi penciptaan situasi pengajaran dan
kualitas pengajaran. Lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah ini.

74
Gambar Virtual Reality (sumber. https://idcloudhost.com/mengenal-
virtual-reality-definisi-cara-kerja-contohnya/)

6) Game Based Learning. Bermain dan belajar dapat terjadi ketika ruang kelas
memanfaatkan game sebagai media pembelajaran. Biasanya teknologi
permainan bisa membuat pelajaran yang sulit menjadi lebih menarik dan
interaktif. Kemajuan teknologi semakin cepat digunakan untuk
meningkatkan permainan edukatif dalam setiap disiplin ilmu. Permainan
dapat berupa pemecahan masalah kehidupan nyata.

Terdapat sumber belajar digital yang disediakan oleh Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang sangat variatif untuk
mendukung kualitas pembelajaran di masa pandemic covid 19 dengan
merekomendasikan 23 laman yang bisa digunakan peserta didik, guru dan
orangtua sebagai sumber belajar selama masa Belajar dari Rumah, yaitu:
1) Rumah Belajar oleh Pusdatin Kemendikbud
https://belajar.kemdikbud.go.id
2) TV edukasi Kemendikbud https://tve.kemdikbud.go.id/live/

75
3) Pembelajaran Digital oleh Pusdatin dan SEAMOLEC Kemendikbud
http://rumahbelajar.id/
4) Tatap muka daring program Sapa Duta Rumah Belajar Pusdatin
Kemendikbud pusdatin.webex.com
5) LMS SIAJAR oleh SEAMOLEC-Kemendikbud http://lms.seamolec.org
6) Aplikasi daring untuk paket A,B,C http://setara.kemdikbud.go.id
7) Guru Berbagi http://guruberbagi.kemdikbud.go.id
8) Membaca Digital
http://aksi.puspendik.kemdikbud.go.id/membacadigital
9) Video Pembelajaran http://video.kemdikbud.go.id
10) Suara Edukasi Kemendikbud http://suaraedukasi.kemdikbud.go.id
11) Radio Edukasi Kemendikbud https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/
12) Sahabat keluarga sebagai sumber informasi dan bahan ajar pengasuhan
dan pendidikan keluarga
http://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/
13) Ruang Guru PAUD Kemendikbud
http://anggunpaud.kemdikbud.go.id/
14) Buku Sekolah Elektronik http://bse.kemdikbud.go.id
15) Mobile Edukasi Bahan Ajar Multimedia
https://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/
16) Modul Pendidikan Kesetaraan https://emodul.kemdikbud.go.id/
17) Sumber bahan ajar peserta didik SD, SMP, SMA, dan SMK
https://sumberbelajar.seamolec.org/
18) Kursus daring untuk Guru dari SEAMOLEC http://mooc.seamolec.org/
19) Kelas daring untuk peserta didik dan Mahapeserta didik
http://elearning.seamolec.org/
20) Repositori Institusi Kemendikbud http://repositori.kemdikbud.go.id

76
21) Jurnal daring Kemendikbud
https://perpustakaan.kemdikbud.go.id/jurnal-kemendikbud
22) Buku digital "open-access" http://pustakadigital.kemdikbud.go.id
23) EPERPUSDIKBUD (Google Play) http://bit.ly/eperpusdikbud

4. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap dan Karakter (profil Pancasila)

Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur


tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta didik yang meliputi aspek
menerima atau memerhatikan (receiving atau attending), merespons atau
menanggapi (responding), menilai atau menghargai (valuing), mengorganisasi atau
mengelola (organization), dan berkarakter (characterization). Dalam kurikulum 2013
sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial. Bahkan
kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi inti 1(KI 1) untuk sikap spiritual dan
kompetensi inti 2 (KI 2) untuk sikap sosial (Kunandar, 2013, hal. 100)
Pada kurikulum 2013, mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada
KI-1 dan KD pada KI-2 disusun secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3
dan KD pada KI-4. Dengan demikian aspek sikap untuk mata pelajaran Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti dan PPKn dibelajarkan secara langsung (direct teaching)
maupun tidak langsung (indirect teaching) yang memiliki dampak instruksional
(instructional effect) dan memiliki dampak pengiring (nurturant effect). Sedangkan
untuk mata pelajaran lain, tidak terdapat KD pada KI-1 dan KI-2. Dengan demikian
aspek sikap untuk mata pelajaran selain Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan
PPKn tidak dibelajarkan secara langsung dan memiliki dampak pengiring dari
pembelajaran KD pada KI-3 dan KD pada KI-4.
Meskipun demikian penilaian sikap spiritual dan sikap sosial harus
dilakukan secara berkelanjutan oleh semua guru, termasuk guru Bimbingan

77
Konseling (BK) dan wali kelas, melalui observasi dan informasi lain yang valid dan
relevan dari berbagai sumber. Penilaian sikap merupakan bagian dari pembinaan
dan penanaman/pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik yang
menjadi tugas dari setiap pendidik. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap
pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self
assessment) dan penilaian antar sesama teman (peer assessment) dalam rangka
pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat
dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh
pendidik. Hasil penilaian sikap selama periode satu semester dilaporkan dalam
bentuk predikat sangat baik, baik, cukup, atau kurang serta deskripsi yang
menggambarkan perilaku peserta didik.

a. Teknik Penilaian Sikap


Penilaian sikap harus mengacu pada indikator yang dirinci dari Kompetensi
Dasar (KD) dari kompetensi inti spiritual dan sosial pada kurikulum 2013 dan
Capaian Pembelajaran pada kurikulum merdeka yang ada di kerangka dasar dan
struktur kurikulum untuk setiap jenjang dari dasar sampai menengah. Oleh karena
itu, guru harus merinci setiap KD dari Kompetensi Inti menjadi indikator
pencapaian kompetensi sikap spiritual dan sosial yang nantinya akan dinilai oleh
guru dalam bentuk perilaku peserta didik sehari-hari. (Kunandar, 2013, hal. 115).
Teknik penilaian sikap dijelaskan pada skema berikut.

78
Gambar 7
Skema Penilaian Sikap
1) Observasi
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara
berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun
tidak langsung dengan menggunakan pedoman atau lembar observasi yang berisi
sejumlah indikator perilaku atau aspek yang diamati (Kunandar, 2013, hal. 117).
Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya berperilaku baik sehingga yang
perlu dicatat hanya perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif)
yang muncul dari peserta didik. Catatan hal-hal sangat baik (positif) digunakan
untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku kurang baik (negatif)
digunakan untuk pembinaan. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat
selama satu semester oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas. Jurnal
memuat catatan sikap atau perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang
baik, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-butir sikap.
Berdasarkan jurnal semua guru yang dibahas dalam rapat dewan guru, wali kelas
membuat predikat dan deskripsi penilaian sikap peserta didik selama satu
semester.

Penilaian sikap peserta didik oleh guru menggunakan lembar observasi dan
dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun jurnal, penilaian diri, dan
penilaian antarteman dilakukan sewaktu-waktu. Penilai sikap bisa menjadi bagian

79
dari penilaian proses, misalnya pada saat diskusi kelompok guru berkeliling dan
mengamati dan aktivitas peserta didik selama diskusi berlangsung.

Begitu juga ketika kita ingin melakukan penilaian sikapnya maka kita bisa
membuat lembar observasi. Misal kita telah menentukan aspek dan kriteria
penilaian sikap seperti aspek kerjasama (membagi peran di kelompok, menghargai
pendapat dan kekompakan). Kemudian aspek Tanggung jawab (menyelesaikan
tugas, mengumpulkan PR, aktif diskusi) serta aspek percaya diri (berani tampil,
berani berpendapat, berani memimpin dan berani mengkritik). Di sini kita bisa
memberikan ceklis saja pada keseluruhan aspek yang nampak pada peserta didik
sebagaimana table di bawah ini.

Tabel. Contoh penilaian observasi/ Pengamatan Sosial


Kerjasama Tanggung Jawab Percaya Diri
Meng
No Nama Membagi Menghargai Berani Berani
Kekompak Menyelesai umpu Aktif Berani Berani
Peran di Pendapat berpend memim
an kan Tugas kan Diskusi Tampil menkritik
Kelompok teman apat pin
PR
1 Siti √ √ √ √ - √ √ √ √ √
2 Ahmad √ ‐ √ √ √ √ √ √ √ -

Jadi, cara mencari nilainya adalah Skor = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 x
100. Apabila kita sudah mendapatkan nilainya maka kita bisa mengkonversikan
nilai tersebut seperti nilai 0 – 79 mendapatkan nilai c, nilai 80 – 89 mendapatkan
nilai B dan nilai 90-100 mendapatkan nilai A
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian sikap
dengan teknik observasi:

a) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama
periode satu semester.
b) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang
mengikuti mata pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua

80
peserta didik yang menjadi tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh
wali kelas digunakan untuk satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya.
c) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK dibahas dalam rapat
dewan guru dan selanjutnya wali kelas membuat predikat dan deskripsi
sikap setiap peserta didik di kelasnya.
d) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak
terbatas pada butir-butir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan
melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana
dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butir-butir sikap lainnya yang
ditanamkan dalam semester itu, jika butir-butir sikap tersebut
muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya.
e) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada
kemungkinan dalam satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang
baik muncul lebih dari satu kali atau tidak muncul sama sekali.
f) Perilaku peserta didik selain sangat baik atau kurang baik tidak perlu dicatat
dan dianggap peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik atau sesuai
dengan norma yang diharapkan.

Tabel 23
Contoh Format Dan Pengisian Jurnal Guru Mata Pelajaran

Nama Satuan Pendidikan : .............................................................................


Kelas/Semester : .............................................................................
Tahun pelajaran : .............................................................................
Mata Pelajaran : .............................................................................

No Waktu Nama Kejadian/Perilak Butir Positif Tindak Lanjut


u Sikap /
Negati
f
1 2 3 4 5 6 7

81
1 3/6/201 Harahap Tidak Disiplin – Diberi
9 mengumpulkan dan peringatan
tugas tanpa tanggun dan diminta
alasan yang kuat g jawab untuk
menyelesaika
n tugasnya
pada saat
istirahat.
2 9/6/201 Sri Menyajikan hasil Percaya + Diberi
9 Wahyun diskusi diri apresiasi
i kelompok dan berupa
menjawab pujian.
sanggahan
kelompok lain
dengan tegas
menggunakan
argumentasi
yang logis dan
relevan
dst
.

Jika seorang peserta didik menunjukkan perilaku yang kurang baik, guru
harus segera menindaklanjuti dengan melakukan pendekatan dan pembinaan,
secara bertahap peserta didik tersebut dapat menyadari dan memperbaiki sendiri
perilakunya sehingga menjadi lebih baik. Tabel 2.4 dan Tabel 2.5 berturut-turut
menyajikan contoh jurnal penilaian sikap spiritual dan sikap sosial yang dibuat
oleh wali kelas dan/atau guru BK. Satu jurnal digunakan untuk satu kelas jangka
waktu satu semester.

Tabel 2.4
Jurnal Penilaian Sikap Spiritual oleh guru BK atau wali kelas

Nama Satuan Pendidikan : .............................................................................


Kelas/Semester : .............................................................................
Tahun pelajaran : .............................................................................

82
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap Positif/ Tindak
Negatif Lanjut
1 2 3 4 5 6 7
1 4/6/2019 Teuku Bercanda pada Adab – Diberi
saat pelaksanaan berdoa peringatan
do’a memulai dan diminta
pelajaran untuk
berdoa
sendirian.
2 5/7/2019 Asep Menjadi imam Ketakwaan + diapresiasi
shalat dzuhur di
mushola sekolah
dst.

Tabel 2.5
Jurnal Penilaian Sikap Sosial oleh guru BK atau wali kelas

Nama Satuan Pendidikan : .............................................................................


Kelas/Semester : .............................................................................
Tahun pelajaran : .............................................................................

No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap Positif Tindak Lanjut


/
Negatif
1 2 3 4 5 6 7
1 8/7/2019 Dini Menolong seorang Santun, + Diapresiasi
lanjut usia tolong
menyeberang jalan menolong
di depan sekolah
2 9/8/2019 Sutedj Tidak memungut Peduli – Diberi
o sampah untuk lingkunga peringatan
dibuang ke n agar memiliki
tempatnya, padahal sensitivitas
sampah tersebut terhadap
dekat dengan lingkungan
dirinya dan dia
sudah melihatnya
dst.

83
2) Penilaian Diri
Dalam melakukan penilaian diri terhadap kompetensi sikap, baik sikap
spiritual maupun sikap sosial harus mengacu pada indikator pencapaian
kompetensi yang sudah dibuat oleh guru sesuai dengan kompetensi dasar dari
kompetensi inti sikap spiritual dan sikap sosial (Kunandar, 2013, hal. 131).
Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Selain itu penilaian diri juga
dapat digunakan untuk membentuk sikap peserta didik terhadap mata pelajaran.
Hasil penilaian diri peserta didik dapat digunakan sebagai data konfirmasi.
Penilaian diri dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian
peserta didik, antara lain:

a) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena diberi kepercayaan untuk


menilai diri sendiri;
b) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika
melakukan penilaian harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki;
c) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat
jujur, karena dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian;
d) Membentuk sikap terhadap mata pelajaran/pengetahuan.

Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian


diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda,
dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik, dan menggunakan
format sederhana yang mudah diisi peserta didik. Lembar penilaian diri dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi
yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkan peserta didik
mengidentifikasi kekuatan maupun kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan

84
kecenderungan peserta didik menilai dirinya secara subjektif. Penilaian diri oleh
peserta didik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri.
b) Menentukan indikator yang akan dinilai.
c) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
d) Merumuskan format penilaian, berupa daftar cek (checklist) atau skala
penilaian (rating scale), atau dalam bentuk esai untuk mendorong peserta
didik mengenali diri dan potensinya.

Contoh Lembar Penilaian Diri menggunakan daftar cek (checklist) pada waktu
kegiatan kelompok.

Tabel 26
Contoh Penilaian Diri

Nama : ...............................................
Kelas/Semester : ..................../..........................
Petunjuk:

1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda  pada kolom yang
sesuaidengan keadaan dirimu yang sebenarnya.
2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.
No Pernyataan Ya Tidak
Selama kegiatan kelompok, saya:
1 Mengusulkan ide kepada kelompok
2 Sibuk mengerjakan tugas saya sendiri
3 Tidak berani bertanya karena malu (takut ditertawakan)
4 Menertawakan pendapat teman
5 Aktif mengajukan pertanyaan dengan sopan
6 Melaksanakan kesepakatan kelompok, meskipun tidak
sesuai dengan pendapat saya
Catatan: Pernyataan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

85
Penilaian diri tidak hanya digunakan untuk menilai sikap spiritual dan sosial,
tetapi dapat juga digunakan untuk menilai sikap terhadap pengetahuan dan
keterampilan serta kesulitan belajar peserta didik.

3) Penilaian Antar Peserta Didik atau Penilaian Antar Teman


Penilaian antar peserta didik merupakan teknik penilaian yang dapat
digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap, baik sikap
spiritual maupun sosial dengan cara meminta peserta didik untuk menilai satu
sama lain. (Kunandar, 2013, hal. 140). Penilaian antar-teman dapat mendorong: (a)
objektivitas peserta didik, (b) empati, (c) mengapresiasi keragaman/perbedaan,
dan (d) refleksi diri. Di samping itu penilaian antar-teman dapat memberi
informasi bagi guru mengenai peserta didik berdasarkan hasil penilaian temannya.
Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat digunakan
sebagai data konfirmasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian
antarteman. Kriteria penyusunan instrumen penilaian antarteman sebagai berikut.
a) Sesuai dengan indikator yang akan diukur.
b) Indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik.
c) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak
berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda.
d) Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik.
e) Menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik.
f) Indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang
nyata atau sebenarnya dan dapat diukur.
Penilaian antarteman dapat dilakukan pada saat peserta didik melakukan
kegiatan didalam dan/atau di luar kelas. Misalnya pada kegiatan kelompok setiap
peserta didik diminta mengamati/menilai dua orang temannya, dan dia juga
dinilai oleh dua orang teman lainnya dalam kelompoknya, sebagaimana diagram
pada gambar berikut.

86
A

E B

D C

Gambar 8 Diagram Penilaian Antarteman

Diagram pada Gambar 4.2 di atas menggambarkan aktivitas saling menilai


sikap/perilaku antar-teman.

● Peserta didik A mengamati dan menilai B dan E. A juga dinilai oleh B dan E
● Peserta didik B mengamati dan menilai A dan C. B juga dinilai oleh A dan C
● Peserta didik C mengamati dan menilai B dan D. C juga dinilai oleh B dan D
● Peserta didik D mengamati dan menilai C dan E. D juga dinilai oleh C dan E
● Peserta didik E mengamati dan menilai D dan A. E juga dinilai oleh D dan A

Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) antar-teman (peer


assessment) menggunakan daftar cek (checklist) pada waktu kerja kelompok.

Tabel 27
Contoh Penilaian Antarteman
Petunjuk

1) Amati perilaku 2 orang temanmu selama mengikuti kegiatan kelompok.


2) Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati
atau tanda strip (-) jika temanmu tidak menunjukkan perilaku tersebut.
3) Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu guru.
Nama Teman : 1. ……………......……… 2. ………...…...…………

Nama Penilai : ………………………………………………

Kelas/Semester : ………………………………………………

87
NO Pernyataan / Indikator Pengamatan Teman Teman
1 2
1 Teman saya mengajukan pertanyaan dengan sopan
2 Teman saya mengerjakan kegiatan sesuai
pembagian tugas dalam kelompok
3 Teman saya mengemukakan ide untuk
menyelesaikan masalah
4 Teman saya memaksa kelompok untuk menerima
usulannya
5 Teman saya menyela pembicaraan teman kelompok
(terkesan memaksa)
6 Teman saya menjawab pertanyaan yang diajukan
teman lain
7 Teman saya menertawakan pendapat teman yang
lain
8 Teman saya melaksanakan kesepakatan kelompok
meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya
Catatan: Pernyataan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.

Pernyataan-pernyataan untuk indikator yang diamati pada format diatas


merupakan contoh. Pernyataan tersebut bersifat positif (nomor 1, 2, 3, 6, 8) dan
bersifat negatif (nomor 4, 5, dan 7). Guru dapat berkreasi membuat sendiri
pernyataan atau pertanyaan dengan memperhatikan kriteria instrumen penilaian
antarteman. Lembar penilaian diri dan penilaian antarteman yang telah diisi
dikumpulkan kepada guru, selanjutnya dipilah dan direkapitulasi sebagai bahan
tindak lanjut. Guru dapat menganalisis jurnal atau data/informasi hasil observasi
penilaian sikap dengan data/informasi hasil penilaian diri dan penilaian
antarteman sebagai bahan pembinaan. Hasil analisispenilaian sikap perlu segera
ditindak lanjuti. Peserta didik yang menunjukkan banyak perilaku positif diberi
apresiasi/pujian dan disarankan untuk terus melaksanakan/meningkatkan,
sedangkan peserta didik yang menunjukkan banyak perilaku negative diberi
motivasi/pembinaan dan diingatkan untuk tidak mengulanginya lagi sehingga
peserta didik tersebut dapat membiasakan diri berperilaku baik (positif). Hal yang
sangat penting lagi adalah keteladanan guru, yaitu guru harus memberi contoh

88
bersikap spiritual dan sosial/berperilaku baik yang dapat diteladani peserta
didiknya. Dan penilaian diri dan penilaian antar-teman dilakukan sekurang-
kurangnya satu kali dalam satu semester.

5. Pengembangan Instrumen Penilaian Pengetahuan Berbasis HOTS

Bagaimana mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi? Kemampuan


berpikir tingkat tinggi (HOTS) bukanlah kemampuan untuk mengingat,
mengetahui, atau mengulang. Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk
kemampuan untuk memecahkan masalah (problem solving), berpikir kritis (critical
thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning),
dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Tingkat kesukaran
dalam butirs soal tidak sama dengan kemampuan berpikir tinggi. Contohnya,
untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin
memiliki tingkat kesukaran yang tinggi, tetapi kemampuan untuk menjawab soal
tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Dengan demikian, soal-soal
HOTS belum tentu soal-soal yang memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

Beberapa karakteristik soal-soal HOTS adalah:

a) Bersifat divergen. Maksud bersifat divergen adalah instrumen penilaian


berbasis HOTS ini dapat menumbuhkan ide atau solusi peserta didik dalam
memberikan jawaban-jawaban. Karena bersifat divergen, instrumen
penilaian berbasis HOTS lebih mudah dirancang dalam tugas esai, uraian,
dan kinerja.
b) Menggunakan multi representasi. Dalam instrumen penilaian berbasis
HOTS sebaiknya menggunakan multirepresentasi antara lain seperti verbal
(berbentuk kalimat), visual (gambar, bagan, grafik, tabel, termasuk video),
simbolis (simbol, ikon, inisial, isyarat), dan matematis (angka, rumus,
persamaan).

89
c) Berbasis permasalahan kontekstual. Soal-soal HOTS merupakan asesmen
yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari hari, dimana peserta
didik dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk
menyelesaikan masalah-masalah nyata.
d) Menggunakan bentuk soal beragam. Terdapat beberapa bentuk soal yang
dapat digunakan untuk menulis butir soal HOTS yaitu soal pilihan
berganda dan uraian. Dalam pembuatan soal pilihan ganda, soal HOTS
yang berbentuk pilihan ganda harus memuat stimulus yang bersumber
pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan
pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan
pengecoh (distractor). Kunci jawaban adalah jawaban yang benar atau paling
benar, sedangkan pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar, namun
memungkinkan peserta didik terkecoh untuk memilihnya apabila peserta
didik tidak menguasai materi pelajaran dengan baik. Peserta didik diminta
untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan stimulus dengan
menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki, serta
menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1 dan
jawaban yang salah diberikan skor 0. Dalam pembuatan soal uraian,
jawaban peserta didik dituntut untuk mengorganisasikan gagasan atau hal-
hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau
mengekspresikan gagasan tersebut dengan menggunakan kalimatnya
sendiri dalam bentuk tulisan. Dalam menulis soal uraian, guru harus
mempunyai gambaran tentang ruang lingkup materi yang ditanyakan dan
lingkup jawaban yang diharapkan, sehingga kemungkinan terjadinya
ketidakjelasan soal dapat dihindari dan juga dapat membantu
mempermudah pembuatan kriteria penskoran.

90
Bagaimana langkah menyusun soal HOTS? Dalam menyusun soal HOTS,
guru dituntut dapat menentukan kompetensi yang hendak diukur dan
merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan. Pertanyaan tersebut
disertai dengan stimulus yang tepat sesuai dengan materi yang dijadikan dasar
pertanyaan. Oleh sebab itu, dalam penyusunan soal-soal HOTS, dibutuhkan
penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas guru
dalam menulis stimulus soal sesuai dengan daerah di sekitar satuan pendidikan.
Kreatifitas guru dalam pemilihan stimulus yang berdasarkan permasalahan di
daerah sekitar sangat penting, karena stimulus permasalahan tersebut dapat
dirasakan langsung oleh peserta didik. Sehingga dengan menyajikan soal-soal
HOTS yang stimulusnya berdasarkan permasalahan di daerah sekitar diharapkan
dapat menumbuhkan rasa ingin ikut ambil bagian dalam penyelesaian masalah
tersebut bagi peserta didik.

Berikut langkah-langkah dalam penyusunan soal berbasis HOTS.

a) Menganalisis KD. Dalam menganalisis KD bertujuan untuk menganalisis


KD yang memiliki tingkat kognitif yang sama karena tidak semua KD
mempunyai tingkat kognitif yang sama. Dalam penyusunan soal HOTS,
terlebih dahulu guru harus merumuskan IPK dengan tingkat kognitif C4
(menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta). Setelah itu, dapat
disusun soal HOTS sesuai dengan KD yang telah dianalisis dengan terlebih
dahulu.
b) Menyusun kisi-kisi soal. Kisi-kisi penyusunan soal dapat membantu guru
dalam penulisan soal HOTS, di mana pada kisi-kisi soal terdapat KD yang
akan dibuat soal, lingkup materi dan materi yang berkaitan dengan KD,
merumuskan indikator soal, menentukan nomor soal, menentukan level
kognitif, dan menentukan bentuk soal yang digunakan apakah berbentuk
pilihan ganda atau uraian.

91
c) Memilih stimulus yang tepat dan kontekstual. Stimulus yang tepat dan
kontekstual yaitu stimulus yang dapat membuat peserta didik mencermati
soal dan stimulus tersebut sesuai dengan kenyataan sehari-hari agar peserta
didik tertarik untuk membaca.
d) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal. Butir-butir
pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah
penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir
soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan
pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada
kartu soal, sesuai format yang ditentukan oleh guru.
e) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.

Penilaian pengetahuan atau kognitif adalah penilaian yang dilakukan guru


untuk mengukur tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek
pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau
aplikasi, analisis, evaluasi, dan kreasi. Dalam kurikulum 2013 kompetensi
pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3).
Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus
dikuasai oleh peserta didik melalui proses pembelajaran (Kunandar, 2013, hal. 159).
Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah
mencapai ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran
(diagnostic). Oleh karena itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta
didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian
dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran.

Bagaimana teknik penilaian pengetahuan? Teknik menilai kompetensi


pengetahuan bisa melalui: (1) tes tertulis dengan menggunakan butir soal, (2) tes
lisan dengan bertanya langsung terhadap peserta didik menggunakan daftar

92
pertanyaan, dan (3) penugasan atau proyek dengan lembar kerja tertentu yang
harus dikerjakan oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu. (Kunandar, 2013,
hal. 167). Pada tes lisan berupa sejumlah pertanyaan yang telah disiapkan oleh
guru dan dijawab secara lisan oleh siswa. Tes tertulis terdiri dari dua model yaitu
objektif dan non objektif. Model soal objektif seperti Pilihan Ganda (PG),
menjodohkan, Benar-Salah (BS), dan isian singkat. Sedangkan non nobjektif yaitu
soal uraian. Dalam kaitannya dengan soal HOTS, tipe soal yang digunakan adalah
PG dan uraian

Gambar 9. Skema Penilaian Pengetahuan

1) Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Tes tertulis menuntut respons dari peserta tes
yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yang dimiliki.
Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Pengembangan instrumen tes tertulis
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a) Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi, penempatan, diagnostik,
formatif, atau sumatif.
b) Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis
soal. Kisi-kisi memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis,

93
meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal, level kognitif, bentuk
soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi, penulisan soal lebih terarah
sesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau materi yang hendak
diukur lebih tepat.
c) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan butir soal.
d) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan.
Pada soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat
disediakan kunci jawaban karena jawaban dapat diskor dengan objektif.
Sedangkan untuk soal uraian disediakan pedoman penskoran yang berisi
alternatif jawaban, kata-kata kunci (keywords), dan rubrik dengan skornya.
e) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan, yaitu
analisis tentang validitas meliputi substansi (materi), konstruksi, dan
bahasa.

Contoh Tabel Kisi-Kisi

Tabel 28
Model Kisi-Kisi Tes Tertulis Bentuk Pilihan Ganda

Nama Satuan pendidikan : ..................................................................


Kelas/Semester : ..................................................................
Tahun pelajaran : ..................................................................
Mata Pelajaran : ..................................................................

No Kompetensi Materi Indikator Soal Level No. Bentuk


Dasar Kognitif Soal Soal
1

94
Setelah menyusun kisi–kisi, selanjutnya mengembangkan butir soal dengan
memperhatikan kaidah penulisan butir soal yang meliputi substansi/materi
konstruksi, dan bahasa.

Tes tulis terdiri dari tes tulis bentuk pilihan ganda dan uraian. Pada tes tulis
pilihan ganda, butir soal terdiri atas pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option).
Dari pilihan jawaban tersebut, salah satu adalah kunci (key) yaitu jawaban yang
benar atau paling tepat, dan lainnya disebut pengecoh (distractor).

Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda sebagai berikut.


a) Substansi/Materi terdiri dari: Soal sesuai dengan indikator (menuntut
tes bentuk PG); Tidak bersifat SARA dan PPPK (suku/agama/ras/antar-
golongan/ pornografi/politik/propaganda/kekerasan); Materi yang
diukur sesuai dengan kompetensi (UKRK: urgensi, keberlanjutan,
relevansi, dan keterpakaian); Pilihan jawaban homogen dan logis; serta
hanya ada satu kunci jawaban yang tepat.
b) Konstruksi yang terdiri dari: Pokok soal dirumuskan dengan singkat,
jelas, dan tegas; Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban merupakan
pernyataan yang diperlukan saja; Pokok soal tidak memberi petunjuk
kunci jawaban; Pokok soal tidak menggunakan pernyataan negatif
ganda; Gambar/grafik/tabel/diagram dan sebagainya jelas dan
berfungsi; Panjang rumusan pilihan jawaban relatif sama; Pilihan
jawaban tidak menggunakan pernyataan "semua pilihan jawaban benar”
atau “semua pilihan jawaban salah”; Pilihan jawaban yang berbentuk
angka atau waktu disusun berdasarkan besar kecilnya angka atau
kronologis kejadian; Butir soal tidak bergantung pada jawaban soal
sebelumnya.
a) Bahasa terdiri dari: Menggunakan bahasa sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia, kecuali untuk mata pelajaran bahasa Asing dan/atau bahasa

95
daerah; Menggunakan bahasa yang komunikatif; Tidak menggunakan
bahasa yang berlaku setempat; Pilihan jawaban tidak mengulang
kata/kelompok kata yang sama, kecuali merupakan satu kesatuan
pengertian.
Tabel. Penilain Pilihan Ganda
No
Nama Nomor Soal
.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ahmad √ - √ √ - √ √ √ √ √

Siti √ √ √ √ √ √ - √ - √

Dst.

Sebagai contoh, apabila kita melakukan penilaian dalam soal pilihan


ganda dengan jumlah soal 10 maka soal benar kita beri skor = 1 dan soal
salah kita beri skor = 0. Jadi, mencari skor pada soal pilihan ganda kita
dapat mencari nilainya dengan rumus
Skor = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ x 100.
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟
Setelah skor nilai telah diperoleh, maka kita bisa mengkonversikannya
apabila nilai skor yang diperoleh 0 – 79 maka dia mendapatkan nilai C.
Apabila nilai yang didapat 80–89 maka mendapatkan nilai A , dan jika
dia mendapatkan nilai 90–100 maka nilai yang didapatkan adalah A.

Contoh penilaian Essay atau uraian

96
Tabel Penilaian Soal Essay/Uraian
No
Nama Nomor Soal
.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Ahmad 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1

Siti 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2

Dst.

Keterangan :
Total Skor = 20
Jawaban sesuai dan tepat skor 2
Jawaban tidak sesuai / tepat = 1
Tidak dijawab = 0
Skor = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ x 100
Total Skor
Keterangan: Nilai 90 – 100 = A Nilai 80 – 89 = B Nilai 0 – 79 = C

Sedangkan Tes tulis bentuk uraian atau esai menuntut peserta didik
mengorganisasikan dan menuliskan jawaban dengan kalimatnya sendiri.
Penilaian sebaiknya lebih banyak menilai keterampilan berpikir tingkat
tinggi/high order thinking skills (HOTS) yaitu bentuk soal yang memiliki
tingkatan berpikir menganalisis, mengevaluasi, sampai ke mencipta. Untuk
melatih HOTS sebaiknya penilaian lebih banyak diberikan dalam bentuk
uraian.
Kaidah penulisan soal bentuk uraian sebagai berikut.

97
a) Substansi/materi terdiri dari: Soal sesuai dengan indikator (menuntut
tes bentuk uraian); Tidak bersifat SARA dan PPPK
(Suku/Agama/Ras/Antar-golongan/ Pornografi/
Politik/Propaganda/Kekerasan); Batasan pertanyaan dan jawaban yang
diharapkan sesuai; Materi yang diukur sesuai dengan kompetensi; Isi
materi yang ditanyakan sesuai dengan tingkat kelas; Konstruksi; Ada
petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal; Rumusan kalimat
soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut
jawaban terurai; Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya harus
jelas dan berfungsi; Ada pedoman penskoran atau rubrik.
a) Bahasa yang terdiri dari: Rumusan kalimat soal/pertanyaan
komunikatif; Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku,
kecuali untuk mata pelajaran bahasa asing dan/atau bahasa daerah;
Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah pengertian; Tidak mengandung kata yang
menyinggung perasaan; Tidak menggunakan bahasa yang berlaku
setempat Lebih jelasnya dapat dilihat pada Contoh Kisi-Kisi Soal Uraian
Tabel 29
Model Kisi-Kisi Tes Tertulis Bentuk Uraian

Nama Satuan pendidikan : .................................................................


Kelas/Semester : .................................................................
Tahun pelajaran : .................................................................
Mata Pelajaran : .................................................................

No Kompetensi Materi Indikator Level No. Bentuk


Dasar Soal Kognitif Soal Soal

98
2) Tes lisan
Tes lisan merupakan pemberian soal/pertanyaan yang menuntut peserta
didik menjawab secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal ketika
pembelajaran. Jawaban peserta didik dapat berupa kata, frase, kalimat maupun
paragraf. Tes lisan menumbuhkan sikap peserta didik untuk berani
berpendapat.
Rambu-rambu pelaksanaan tes lisan sebagai berikut.
a) Tes lisan dapat digunakan untuk mengambil nilai (assessment of learning) dan
dapat juga digunakan sebagai fungsi diagnostik untuk mengetahui
pemahaman peserta didik terhadap kompetensi dan materi pembelajaran
(assessment for learning).
b) Pertanyaan harus sesuai dengan tingkat kompetensi dan lingkup materi
pada kompetensi dasar yang dinilai.
c) Pertanyaan diharapkan dapat mendorong peserta didik dalam
mengonstruksi jawaban sendiri.
d) Pertanyaan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks.

Contoh pertanyaan untuk tes lisan dalam pembelajaran.


Mata Pelajaran : ......................................................................
Kelas/Semester : ......................................................................
Tahun Pelajaran : ......................................................................
Kompetensi Dasar : ......................................................................
Indikator Soal : ......................................................................
Pertanyaan : ......................................................................

3) Penugasan
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau proyek yang
dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Penilaian ini bertujuan untuk pendalaman terhadap penguasaan kompetensi
pengetahuan yang telah dipelajari atau dikuasai di kelas melalui proses

99
pembelajaran. Dalam memberikan tugas kepada peserta didik hendaknya
ditentukan batas waktu pekerjaannya. (Kunandar, 2013, hal. 225).
Rambu-rambu penugasan.
a) Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
b) Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses pembelajaran atau
merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
c) Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
d) Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
e) Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik
menunjukkan kompetensi individualnya meskipun tugas diberikan secara
kelompok.
f) Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota
kelompok.
g) Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
h) Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.

Contoh penugasan
Mata Pelajaran : ....................................................................................
Kelas/Semester : ....................................................................................
Tahun Pelajaran : ....................................................................................
Kompetensi Dasar : ....................................................................................
Indikator : ....................................................................................
Rincian tugas
1. Amatilah/tontonlah ....di lapangan/televisi/internet, atau medialain!
2. Perhatikan ....
3. Buatlah laporan hasil pengamatanmu dengan tampilan yang menarik dan
menggunakan bahasa Indonesia yang benar sehingga mudah dipahami.
Laporan meliputi pendahuluan (tujuan penyusunan laporan, nama tema,
tempat,waktu, dan lain-lain)
4. Laporan diserahkan selambat-lambatnya satu minggu setelah pemberian
tugas.

100
Contoh rubrik penilaian laporan tugas .....

Tabel 30
Contoh Rubrik Penugasan
Kriteria Skor Indikator
Pendahuluan 5 Memuat: (1) tujuan penyusunan laporan, (2) nama tema, (3)
tempat, (4) waktu, dan (5) ....
4 Memuat tujuan dan 3 dari 4 butir lainnya
3 Memuat tujuan dan 2 dari 4 butir lainnya
2 Memuat tujuan dan 1 dari 4 butir lainnya
1 Tidak memuat tujuan penyusunan laporan, ada salah satu atau
lebih dari 4 butir lainnya
0 Tidak memuat tujuan dan 4 butir lainnya
Pelaksanaan 4 (Hasil pengamatan) diulas dengan lengkap
3 (Hasil pengamatan) diulas cukup lengkap
2 (Hasil pengamatan) diulas kurang lengkap
1 (Hasil pengamatan) diulas tidak lengkap
Kesimpulan 4 Terkait dengan pelaksanaan tugas dan ada saran untuk
perbaikan penugasan berikutnya yang feasible
3 Terkait dengan pelaksanaan tugas dan ada saran untuk
perbaikan penugasan berikutnya tetapi kurang feasible
2 Terkait dengan pelaksanaan tugas tetapi tidak ada saran
1 Tidak terkait dengan pelaksanaan tugas dan tidak ada saran
Tampilan 4 Laporan rapi dan menarik, dilengkapi cover dan foto/gambar
Laporan 3 Laporan rapi dan menarik, dilengkapi cover atau foto/gambar
2 Laporan dilengkapi cover atau foto/gambar tetapi kurang rapi
atau kurang menarik
1 Laporan kurang rapi dan kurang menarik, tidak dilengkapi
cover dan foto/gambar
Keterbacaan 4 Mudah dipahami, pilihan kata tepat, dan ejaan semua benar
3 Mudah dipahami, pilihan kata tepat, beberapa ejaan salah
2 Kurang dapat dipahami, pilihan kata kurang tepat, & beberapa
ejaan salah
1 Tidak mudah dipahami, pilihan kata kurang tepat, dan banyak
ejaan yang salah

101
Tabel 31
Contoh Pengolahan Hasil Penugasan

Skor
P P K T K
e e e a e
n l s m t
d a i p e
a k m i r Jumlah
No Nama Nilai
h s p l b Skor
u a u a a
l n l n c
u a a a
a a n a
n n n
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Fulan 4 2 2 3 3 14 70
dst.
Keterangan:
● Skor maksimal = Jumlah skor tertinggi setiap kriteria.
Pada contoh di atas, skor maksimal = 5+4+4+4+4 = 21.
● Nilai tugas =

Pada contoh di atas nilai tugas Adi = x 100 = 66,67. Dibulatkan menjadi 70.

Bagaimana jenis-jenis soal pengetahuan HOTS? Pada instrumen soal


pengetahuan dengan bentuk uraian dan pilihan ganda.

a. Jenis instrument soal pengetahuan jenis uraian dapat diklasifikasikan menjadi


empat macam pertanyaan yaitu: pertanyaan inferensial, pertanyaan
interpretasi, pertanyaan transfer, dan pertanyaan hipotetik.
1) Pertanyaan Inferensial, merupakan pertanyaan yang segera dijawab
setelah peserta didik melakukan pengamatan maupun pengkajian atas
bahan yang diberikan oleh guru. Bahan informasi tersebut bisa berupa
potret, gambar, tulisan singkat, sanjak, berita, dan sebagainya. Pertanyaan
Inferensial bertujuan mengungkap apa yang dilihat atau didapati dan apa

102
yang dipahami oleh peserta didik setelah mengamati atau membaca bahan
yang disajikan oleh guru.
2) Pertanyaan Interpretasi. Pertanyaan interpretasi diajukan pada peserta
didik berkaitan dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak ada dalam
bahan yang disajikan oleh guru, dan para peserta didik mesti bisa
memberikan makna. Pertanyaan Interpretasi ditujukan agar para peserta
didik bisa memberikan makna suatu konsekuensi dari suatu gejala atau
sebab yang ada.
3) Pertanyaan Transfer, merupakan upaya untuk memperluas wawasan atau
bersifat horizontal. Pertanyaan transfer mencakup pula aplikasi ilmu pada
kasus yang lain. Contoh Pertanyaan Transfer, seperti: Apakah perbedaan
teori…dengan teori…? Bagaimana kalau teori ini diterapkan pada kasus…?
4) Pertanyaan Hipotetik. Pertanyaan hipotesis memiliki arah untuk
mendorong peserta didik melakukan prediksi atau peramalan dari sesuatu
permasalahan yang dihadapi dan/atau mengambil kesimpulan untuk
generalisasi. Pada Pertanyaan Hipotetik, hipotesis dan kesimpulan ini
merupakan hasil pemahaman permasalahan ditambah data atau informasi
yang telah dimiliki dan/atau data yang sengaja telah diperoleh untuk
mengkaji permasalahan tersebut lebih jauh.

b. Jenis soal pilihan ganda, pengembangan instrumen soal HOTS jenis pilihan
ganda memiliki 4 Tipe, yaitu: tipe pilihan ganda biasa; tipe pilihan ganda
kompleks; Tipe pilihan ganda Kasuistik; dan Tipe pilihan ganda asosiatif

1) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS pilihan
ganda biasa

103
Perhatikan kasus Cyber Crime di bawah ini!

Direktorat Cyber Mabes Polri mengingatkan kepada perusahaan sekuritas agar


waspada terhadap kejahatan cyber. Sebab perusahaan dapat menjadi korban
kejahatan cyber tersebut paling banyak ketimbang yang dialami individu
dalam beberapa tahun terakhir ini. Kasus serangan kejahatan cyber melalui 1
aplikasi saja sudah dapat memakan 500 korban dan tersebar di seluruh
Indonesia. Rachmat seorang ahli IT mengatakan, untuk melawan serangan
kejahatan cyber tidak cukup mengandalkan bantuan dari Polri saja, melainkan
dibutuhkan juga pengetahuan dan kesadaran dari masyarakat dan juga
perusahaan yang selama ini banyak jadi korban kejahatan cyber. Berita yang
dilansir media surat kabar nasional menegaskan bahwa perusahaan yang
paling rawan menjadi korban serangan kejahatan cyber. ". Kondisi Ini yang
perlu kita kembangkan agar masyarakat dan dunia usaha tahu tata cara
transaksi digital agar tidak jadi korban kejahatan cyber.

Dari cuplikan kasus tersebut, yang menjadi target besar kejahatan cyber Crime
adalah....

A. Sekolah

B. Pegawai

C. Individu

D. Pemerintah

E. Perusahaan

Kunci Jawaban E

104
2) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS pilihan ganda
kompleks

Perhatikan Kegiatan pembelajaran di bawah ini!

1. Menghafal QS Al Maidah 90-91

2. Melafalkan QS Al Maidah 90-91

3. Membuat short movie isi kandungan QS Al Maidah 90-91

4. Membuat komik kandungan QS Al Maidah 90-91

5. Menerjemahkan QS Al Maidah 90-91

yang termasuk pengembangan kemampuan berpikir inovatif peserta didik


adalah ….

A. 1 dan 2
B. 2 dan 3
C. 3 dan 4
D. 4 dan 5
E. 5 dan 1
Kunci Jawaban C

3) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS plihan ganda
Kasuistik

Perhatikan kasus di bawah ini!

Sering terjadi salah pemahaman sebagian orang menduga bahwa Hadis dha’if
itu sama dengan hadis maudhu’. Padahal berbeda, memang maudhu’ itu
bagian dari dhaif yang terburuk tetapi bukan berarti sama. Dalam
pembelajaran siswa diberi dua contoh hadis maudhu’ dan dha’if kemudian

105
ditugasi untuk identifikasi masing-masing hadis tersebut, agar dapat diketahui
perbedaannya. Metode pembelajaran yang tepat adalah”

A. Jigsaw
B. Problem Posing
C. Team Games Tournament(TGT)
D. Think-PAIr-Share
E. Problem Based Learning
Kunci Jawaban E

3) Tipe Pilihan Ganda Biasa. Berikut contoh instrument soal HOTS plihan ganda
Asosiatif

Perhatikan ilustrasi di bawah ini

Konflik horizontal yang terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir


Nampak semakin membesar karena dipicu oleh perbedaan. Konflik Sampit dan
Sambas membesar karena ada perbedaan suku. Konflik Ambon membesar
karena perbedaan agama. Konflik Sampang membesar karena adanya
perbedaan aliran atau mazhab. Jika dipelajari, pemicu dari konflik-konflik
tersebut adalah hal-hal kecil, yang dapat dikategorikan kasus kriminal biasa.
Namun karena sentimen SARA maka perkara kecil dibesar-besarkan dan
perbedaan SARA menjadi katalisator.

Untuk mencegah konflik/kerusuhan horizontal pada masyarakat yang


disebabkan faktor SARA, harus ada daya dan langkah strategis pemersatu di
masyarakat. Negara harus dapat menjalankan peran dan fungsinya untuk
menciptakan daya pemersatu yang kuat dan tidak mudah ditembus oleh

106
sentimen SARA. Daya pemersatu yang harus ditumbuh kembangkan oleh
negara adalah sebagai bentuk pelaksanaan nilai-nilai Pancasila yaitu....

A. Mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekerja sama


dengan bangsa lain mengakibatkan Indonesia secara mudah diterima
dalam forum internasional dan aktif dalam berbagai lembaga
internasional
B. Membina kerukunan hidup antar sesama umat agama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdampak pada
terbangunnya solidaritas sosial internal pemeluk agama dalam
kehidupan bebangsa
C. Nasionalisme yang melemah di kalangan rakyat Indonesia
menyebabkan terjadinya perbedaan dan dianggap sebagai hal yang
kurang bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat yang beragam
D. Sebagai warga Negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dimuka hukum
dan pemerintahan yang berakibat pada adanya kesetaraan hak dan
kebebasan berpendapat
E. Menempatkan persatuan, dan kesatuan serta kepentingan bangsa dan
Negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau
golongan yang berakibat pada kokohnya negara.
Kunci Jawaban E

6. Pengembangan Instrumen Penilaian Keterampilan (Kompetensi, Karakter,


dan Literasi

Penilaian keterampilan (psikomotorik) adalah penilaian yang dilakukan


guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta

107
didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan tidak dapat dipisahkan dengan
kompetensi inti 3 (KI 3), yakni pengetahuan. Artinya kompetensi pengetahuan itu
menunjukkan peserta didik tahu tentang keilmuan tertentu dan kompetensi
keterampilan ini menunjukkan peserta didik bisa (mampu) tentang keilmuan
tertentu tersebut. (Kunandar, 2013, hal. 251). Penilaian keterampilan menuntut
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan (KD pada KI-3) yang sudah
dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life). Ketuntasan belajar untuk
keterampilan ditentukan oleh satuan pendidikan, secara bertahap satuan
pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan
mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan
sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

a. Teknik Penilaian Keterampilan


Guru menilai kompetensi keterampilan peserta didik dapat dilakukan
dengan berbagai teknik, antara lain (1) penilaian kinerja yaitu penilaian yang
menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu tertentu menggunakan tes
praktek (unjuk kerja) dengan menggunakan instrumen lembar pengamatan
(observasi), (2) proyek dengan menggunakan instrumen lembar penilaian
dokumen laporan proyek, (3) penilaian portofolio dengan menggunakan
instrumen lembar penilaian dokumen kumpulan portofolio dan penilaian produk.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale)
yang dilengkapi rubrik. (Kunandar, 2013, hal. 257).

Penilaian keterampilan dilakukan melalui penilaian praktik, produk, dan


proyek. Hal tersebut disesuaikan dengan IPK yang telah ditentukan pada RPP dan
sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan. Penilaian yang relevan

108
dengan penilaian keterampilan yaitu KD-KD pada KI-4, misalnya menyusun
laporan, percobaan di laboratorium, praktik membaca Alquran, praktik shalat,
praktik pengurusan jenazah, praktik membuat sebuah karya misalnya poster atau
video, praktik menulis puisi, dan lain sebagainya. Intinya, pada saat penilaian
keterampilan, peserta didik harus mampu memperlihatkan penguasaannya dalam
melakukan sebuah gerakan atau mempresentasikan sebuah laporan, atau
menghasilkan sebuah produk. Dalam penilaian praktek, guru membuat instrumen
penilaian disertai dengan rubrik yang disesuaikan dengan indikator yang akan
dinilai.

109
Gambar 10 Skema Penilaian Keterampilan

b. Penilaian Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik


Penilaian unjuk kerja adalah penilaian tindakan atau tes praktik yang
secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai
informasi tentang bentuk-bentuk perilaku atau keterampilan yang diharapkan
muncul dalam diri peserta didik. (Kunandar, 2013, hal. 257). Penilaian ini dapat
digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta
didik melakukan tugas tertentu, seperti: praktikum di laboratorium, praktik
ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik,
bernyanyi, dan membaca puisi. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan
hal-hal berikut.
1) Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.
2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut.

110
3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan
tugas.
4) Seyogyanya kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga
dapat diamati.
5) Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya diurutkan berdasarkan langkah-
langkah pekerjaan yang akan diamati.
Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misalnya untuk menilai
kemampuan berbicara yang beragam dilakukan pengamatan terhadap kegiatan-
kegiatan seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan
wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih
utuh. Contoh untuk menilai unjuk kerja di laboratorium dilakukan pengamatan
terhadap penggunaan alat dan bahan praktikum. Untuk menilai praktik olahraga,
seni dan budaya dilakukan pengamatan gerak dan penggunaan alat olahraga, seni
dan budaya.
Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi dan
rubrik penilaian untuk mengamati perilaku peserta didik dalam melakukan
praktik atau produk yang dihasilkan.
Contoh penilaian kinerja/praktik

Tabel 32

Contoh Rubrik Penilaian Kinerja

Mata Pelajaran : .....................................................................


Kelas/Semester : .....................................................................
Tahun Pelajaran : .....................................................................
Kompetensi Dasar : .....................................................................
Indikator Soal : .....................................................................

111
Kriteria Skor Indikator

Persiapan 3 Pemilihan alat dan bahan tepat


(Skor maks = 2 Pemilihan alat atau bahan tepat
3) 1 Pemilihan alat dan bahan tidak tepat
0 Tidak menyiapkan alat dan/atau bahan
Pelaksanaan 3 Merangkai alat tepat dan rapi
(Skor maks = 2 Merangkai alat tepat atau rapi
7) 1 Merangkai alat tidak tepat dan tidak rapi
0 Tidak membuat rangkaian alat

2 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tepat


1 Langkah kerja atau waktu pelaksanaan tepat
0 Langkah kerja dan waktu pelaksanaan tidak tepat

2 Memperhatikan keselamatan kerja dan kebersihan


1 Memperhatikan keselamatan kerja atau kebersihan
0 Tidak memperhatikan keselamatan kerja dan
kebersihan
Hasil 3 Mencatat dan mengolah data dengan tepat
(Skor maks = 2 Mencatat atau mengolah data dengan tepat
6) 1 Mencatat dan mengolah data tidak tepat
0 Tidak mencatat dan mengolah data

3 Simpulan tepat
2 Simpulan kurang tepat
1 Simpulan tidak tepat
0 Tidak membuat simpulan
Laporan 3 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan dan isi
(Skor maks = laporan benar
3) 2 Sistematika sesuai dengan kaidah penulisan atau
isi laporan benar
1 Sistematika tidak sesuai dengan kaidah penulisan
dan isi laporan tidak benar
0 Tidak membuat laporan

Contoh pengisian format penilaian kinerja/praktik.

112
Tabel 33
Contoh Pengolahan Penilaian Kinerja
No Nama Skor Jumlah Nilai
Persiapan Pelaksanaan Hasil Laporan Skor
(3) (7) (6) (3) (19)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Fulan 3 5 4 2 14 74
dst.
Keterangan:

● Skor maksimal = jumlah skor tertinggi setiap kriteria.


Pada contoh di atas, skor maksimal = 3 + 7 + 6 + 3 = 19.

● Nilai praktik = x 100

● Pada contoh di atas nilai praktik Fulan = x 100 = 73,68. Dibulatkan menjadi

74.

Pada penilaian kinerja dapat diberikan pembobotan untuk aspek yang


dinilai,misalnya persiapan 20%, pelaksanaan dan hasil 50%, dan pelaporan 30%.
Sehingga hasil penilaian Fulan sebagai berikut.

Tabel 34
Contoh Pengolahan Penilaian Kinerja Menggunakan Bobot
No Nama Skor Jumlah Nilai
Persiapan Pelaksanaan Hasil Laporan Skor
(3) (7) (6) (3) (19)
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Fulan 3 5 4 2 14 75

Keterangan:

Persiapan = x 20 = 20

113
Pelaksanaan dan hasil = x 50 = 34,6

Laporan = x 30 = 20

Jumlah = 20 + 34,6 + 20 = 74,6. Dibulatkan menjadi 75.

c. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas
yang meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian
data yang harus diselesaikan peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu
atau periode tertentu. Tugas tersebut bisa berupa investigasi atau penelitian
sederhana tentang suatu masalah yang berkaitan dengan materi KD tertentu
mulai dari perencanaan, pengumpulan data atau informasi, pengolahan data,
penyajian data dan menyusun laporan. Penilaian proyek dimaksudkan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan dari peserta didik secara
jelas. Adapun aspek yang dinilai di antaranya meliputi: kemampuan (1)
pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian. (Kunandar, 2013, hal. 279).
Penilaian proyek dapat dilakukan dalam satu atau lebih KD, satu mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran serumpun atau lintas mata pelajaran yang
bukan serumpun. Penilaian proyek umumnya menggunakan metode belajar
pemecahan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktifitas secara nyata.
Dalam penilaian proyek setidaknya ada tiga hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu:

114
1) Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam
memilih topik, mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data
dan penulisan laporan.
2) Relevansi, yaitu tugas atau proyek yang diberikan pada peserta didik
harus sesuai dengan karakteristik materi, lingkungan sekolah dan
karakteristik peserta didik.
3) Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik benar-
benar hasil pekerjaan peserta didik dengan bimbingan guru.
Tabel 35
Contoh Rubrik Penilaian Proyek

Mata Pelajaran : ..............................................................


Kelas/Semester : ..............................................................
Tahun pelajaran : ..............................................................
Kompetensi Dasar : ..............................................................
Indikator Soal : ..............................................................
Rumusan tugas proyek:
1. Lakukan penelitian mengenai permasalahan sosial yang berkembang pada
masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggalmu, misalnya pengaruh masjid
bagi anak remaja (kamu bisa memilih masalah lain yang sedang berkembang di
lingkunganmu).
2. Tugas dikumpulkan sebulan setelah hari ini. Tuliskan rencana penelitianmu,
lakukan, dan buatlah laporan. Laporan sekurang-kurangnya memuat latar
belakang, perumusan masalah, cara pengumpulan informasi/data,
kelengkapan data, penyajian informasi, pengolahan data, dan simpulan. Dalam
membuat laporan perhatikan sistematika laporan, penggunaan bahasa, dan
tampilan laporan.
No Aspek Skor
1 Perencanaan:
● Latar Belakang (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
● Rumusan masalah (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
2 Pelaksanaan
● Pengumpulan data/informasi (akurat = 3, kurang akurat = 2,
tidak akurat = 1)

115
● Kelengkapan data (lengkap = 3, kurang lengkap =2, tidak
lengkap = 1)
● Pengolahan dan analisis data (sesuai = 3, kurang sesuai = 2,
tidak sesuai = 1)
● Simpulan (tepat = 3, kurang tepat = 2, tidak tepat = 1)
3 Pelaporan hasil:
● Sistematika laporan (baik = 3, kurang baik = 2, tidak baik = 1)
● Penggunaan bahasa (sesuai kaidah = 3, kurang sesuai kaidah
= 2, tidak sesuai kaidah = 1)
● Tampilan (menarik = 3, kurang menarik = 2, tidak menarik =
1)
Jumlah skor

● Nilai proyek= x 100

Tabel 36
Contoh Pengolahan Penilaian Proyek
Skor Jumlah
No Nama Persiapan Pelaksanaan Laporan Skor Nilai
(6) (12) (9) (27)
1 2 3 4 5 6 7
1 Fulan 6 8 9 23 85
dst.
Keterangan:

● Skor maksimal = jumlah skor tertinggi setiap kriteria.


Pada contoh di atas, skor maksimal = 6 + 12 + 9 = 27.

● Nilai proyek= x 100

● Pada contoh nilai proyek Fulan = x 100 = 85,19. Dibulatkan menjadi 85.

116
Pada penilaian proyek dapat juga diberi pembobotan berbeda, misalnya
perencanaan 20%, pelaksanaan 40%, dan pelaporan 40%. Sehingga hasil penilaian
Fulan sebagai berikut.

Tabel 37
Contoh Pengolahan Penilaian Proyek Menggunakan Bobot
No Nama Skor Jumlah Nilai
Persiapan Pelaksanaan Laporan Skor
(6) (12) (9) (27)
1 2 3 4 5 6 7
1 Fulan 6 8 9 23 87
dst.
Keterangan:

● Persiapan = x 20 = 20

● Pelaksanaan= x 40 = 26,7

● Laporan= x 40 = 40

● Jumlah skor = 20 + 26,7 + 40 = 86,7(dibulatkan menjadi 87).

d. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan berdasarkan
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya
peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta
didik, hasil tes (bukan nilai) atau bentuk informasi lain yang terkait dengan
kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran. (Kunandar, 2013, hal. 286).
Pada akhir satu periode tertentu, hasil karya tersebut dikumpulkan dan
dinilai oleh pendidik bersama peserta didik. Berdasarkan hasil penilaian
tersebut, pendidik dan peserta didik dapat menilai perkembangan kemampuan

117
peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian portofolio
dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui
karyanya.
Portofolio peserta didik disimpan dalam suatu folder dan diberi tanggal
pembuatannya, sehingga perkembangan kualitasnya dapat dilihat dari waktu
ke waktu. Hasil penilaian portofolio bersama dengan penilaian lainnya
dipertimbangkan untuk pengisian rapor/laporan penilaian kompetensi peserta
didik. Portofolio merupakan bagian dari penilaian autentik, yang secara
langsung dapat merepresentasikan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
peserta didik.
Pendidik dan peserta didik harus mempunyai alasan yang sama
mengapa karya-karya tersebut disimpan di dalam dokumen portofolio. Setiap
karya pada dokumen portofolio harus memiliki makna atau kegunaan bagi
peserta didik, pendidik, dan orang tua peserta didik. Selain itu, diperlukan
komentar dan refleksi dari pendidik, dan orang tua peserta didik. Karya peserta
didik yang dapat disimpan sebagai dokumen portofolio antara lain: karangan,
puisi, gambar/lukisan, surat penghargaan/piagam, foto-foto prestasi, dan
sejenisnya. Dokumen portofolio dapat menumbuhkan rasa bangga bagi peserta
didik sehingga dapat mendorong untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Pendidik dapat memanfaatkan portofolio untuk mendorong peserta didik
mencapai sukses dan membangun kebanggaan diri. Secara tidak langsung hal
ini berdampak pada peningkatan upaya peserta didik untuk mencapai tujuan
individualnya. Di samping itu pendidik merasa lebih mantap dalam mengambil
keputusan penilaian karena didukung oleh bukti-bukti autentik yang telah
dicapai dan dikumpulkan peserta didik.
Penilaian portofolio yang dikemas secara baik dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:

118
1) Memberikan bukti yang jelas dan lengkap tentang kinerja siswa daripada
hasil tes di kelas.
2) Portofolio dapat merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program
pembelajaran yang baik.
3) Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan peserta
didik.
4) Portofolio memberikan gambar tentang kemampuan siswa.
5) Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau
kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas.
6) Penggunaan portofolio penilaian mencerminkan pengakuan atas
bervariasinya gaya belajar siswa.
7) Portofolio memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan
aktif dalam penilaian hasil belajar.
8) Portofolio membantu guru dalam menilai kemajuan siswa.
9) Portofolio membantu guru dalam mengambil keputusan tentang
pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.
10) Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan
orang tua siswa tentang perkembangan siswa yang bersangkutan.
11) Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran
yang bersangkutan.
12) Menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar, mempunyai
kebanggan (pride), rasa memiliki (ownership), dan menumbuhkan
kepercayaan diri (self confidence).
Adapun rambu-rambu penilaian portofolio yaitu:
1) Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan
diukur.

119
2) Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan hasil
tes, perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi
aktivitas peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.
3) Tugas portofolio membuat aspek judul, tujuan pembelajaran, ruang lingkup
belajar, uraian tugas, dan kriteria penilaian.
4) Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik mengembangkan
kompetensi dalam semua aspek (sikap, pengetahuan, keterampilan).
5) Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti mengakomodasi dihasilkannya
portofolio yang beragam isinya.
6) Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang
komunikatif dan mudah dilaksanakan.
7) Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas portofolio
tersedia di lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh.

Sedangkan rubrik penilaian portofolio harus memenuhi kriteria berikut,


yaitu:
1) Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi dasar yang akan dinilai
pencapaiannya dengan portofolio.
2) Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang macamnya relevan dengan isi
tugas portofolio.
3) Rubrik memuat kriteria kesempurnaan (tingkat, level) hasil tugas.
4) Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta didik.
5) Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami. (Kunandar,
2013, hal. 295-296).
Dengan mengenal karakter dan jenis-jenis penilaian HOTS, guru
diharapkan dapat mengembangkan beragam instrumen penilaian yang dapat
memotret kompetensi peserta didik, sehingga semangat penilaian otentik, yaitu
penilaian yang objektif, apa adanya dalam mengukur aspek pengetahuan, sikap,

120
dan pengetahuan dengan menggunakan berbagai instrumen penilaian yang
relevan dapat terwujud. Proses menilai memangg bukan hal yang mudah, tetapi
hal ini menjadi sebuah tanggung jawab dari seorang guru profesional.

Bagaimana contoh instrument penilaian literasi? Dapat dilihat pada tabel di


bawah ini.

CONTOH INSTRUMEN BUDAYA LITERASI DI KELAS

Nama :
Kelas
Berilah tanda cek (V) pada kolom “sudah” atau “belum” sesuai dengan kondisi di
kelas Ibu/Bapak. Pengisian centang “belum” dapat dilengkapi dengan catatan
mengenai “masalah” yang dihadapi (kolom paling kanan).

Masalah
No Indikator Sudah Belum (Jika
Belum)
1 Peserta didik membaca buku atau e book
terkait materi yang akan dipelajari di kelas
Peserta didik membaca buku atau e book
yang dilakukan setiap hari (di awal, tengah,
atau menjelang akhir pelajaran).
2 Peserta didik terlibat dalam pembuatan media
yang mendorong literasi
3 Peserta didik memanfaatkan media literasi
yang terpampang di luar kelas, koridor, dan
area lain di sekolah
8 Peserta didik memanfaatkan buku yang ada di
perpustakaan, sudut baca di tiap kelas, dan

121
area baca yang nyaman dengan koleksi buku
non pelajaran yang dimanfaatkan untuk
berbagai kegiatan literasi
12 Peserta didik memiliki jurnal membaca
harian (menuliskan judul bacaan dan halaman)
13 Peserta didik memiliki portofolio yang berisi
kumpulan jurnal respon membaca.
14 Peserta didik memiliki portofolio yang berisi
kumpulan jurnal respon membaca
Dst.

E. TINDAK LANJUT BELAJAR


Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat
melakukan beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di
antaranya sebagai berikut:

1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS


Program PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
2. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam
proses pembelajarannya di sekolah/madrasah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir
modul di bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara
melakukan pembelajaran remedial dengan memperhatikan
petunjuk dalam LMS program PPG.
4. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas
yang ada di LMS.

122
F. PENUTUP
Dengan mengenal karakter dan jenis-jenis penilaian HOTS, guru
diharapkan dapat mengembangkan beragam instrument penilaian yang dapat
memotret kompetensi peserta didik, sehingga semangat penilaian otentik, yaitu
penilaian yang objektif, apa adanya dalam mengukur aspek pengetahuan, sikap,
dan pengetahuan dengan menggunakan berbagai instrument penilaian yang
relevan dapat terwujud. Proses menilai memang bukan hal yang mudah, tetapi hal
ini menjadi sebuah tanggung jawab dari seorang guru profesional.

Glosarium Kegiatan Belajar 2

Abstraksi proses atau perbuatan memisahkan

Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani berarti jari
jemari. Apabila kita hitung jari jemari kita, maka berjumlah
sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2 radix, yaitu 1
dan 0, oleh karena itu digital merupakan penggambaran dari
suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka 0 dan 1 atau off
dan on (bilangan biner). Semua sistem komputer
menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Disebut
juga dengan istilah Bit (Binary Digit).

Interaktif bersifat saling melakukan aksi; antar-hubungan; dan saling


aktif

Kognitif semua aktivitas mental yang membuat suatu individu mampu


menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu

123
peristiwa, sehingga individu tersebut mendapatkan
pengetahuan setelahnya

Literatur semua karya tertulis yang dapat dijadikan rujukan atau acuan
dalam berbagai kegiatan di bidang pendidikan dan bidang
lainnya karena dianggap memiliki keunggulan atau manfaat
yang abadi

Media Proyeksi media visual yang dapat digunakan dengan bantuan


proyektor

Metakognitif cara berfikir yang jauh ke depan, atau penjelasan yang lebih
populer disebut sebagai memikirkan apa yang sedang
dipikirkan

Piringan Hitam piringan dengan diameter sekitar 40 cm yang digunakan


untuk memutar lagu di gramofon. Piringan hitam dipatenkan
oleh Léon Scott pada 1857

124
Daftar Pustaka

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York: Addison Wesley Longman, In. Direktorat Jenderal Guru dan
Tenaga Kependidikan (2019).
Arsyad, Azhar, Media Pembelajaran (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada), 8
Kemdikbud, Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thinking Skills.
Diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan : Jakarta
Ernawati, L. (2017). Pengembangan High Order Thinking (Hot) Melalui Metode
Pembelajaran Mind Banking dalam Pendidikan Agama Islam. 1st
International Conference on Islamic Civilization and Society (ICICS).
Diselenggarakan oleh Darul Ulum Islamic University 28
Fadhillatu Jahra Sinaga, Pengembangan Instrumen Penilaian Berbasis Hots
(Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi), Prosiding Seminar Nasional PBSI-
III Tahun 2020 Tema: Inovasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Guna Mendukung Merdeka Belajar pada Era Revolusi Industry 4.0 dan
Society
Heryadi, D. A. (2020). Analisis Unsur Intrinsik dan Kaidah Kebahasaan Naskah Drama
Sepasang Merpati Tua Karya Bakdi Soemanto sebagai Alternatif Pemilihan Bahan
Ajar dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas
(SMA) (Doctoral dissertation, FKIP UNPAS).
Matondang, Z., Djulia, E., Sriadhi, S., & Simarmata, J. (2019). Evaluasi Hasil Belajar.
Yayasan Kita Menulis.
Miarso Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2011), 457
Miarso Yusufhadi, Menyemai Benih Teknologi Pendidikan (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2011), 457
Sanjaya, H. W. (2016). Media komunikasi pembelajaran. Prenada Media.
Sanjaya, W., Darmawan, D., & Supriadie, D. (2016). Pengembangan Perangkat
Kurikulum dan Rancangan Pembelajaran. PEDAGOGIA, 12(2), 126-135.
Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order
Thinking Skills). Bandung: SMILE’s Publishing

125
Teni Nurrita. Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Peserta Didik, Misykat, Volume 03, Nomor 01, Juni 2018
Tri Mulyani, Pendekatan Pembelajaran STEM untuk menghadapi Revolusi
Industry 4.0, Seminar Nasional Pascasarjana 2019, ISSN: 2686-6404
Wuwuh Asrining, Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Proses Pembelajaran
Kurikulum 2013, http://repository.ut.ac.id/4925/1/2014-dn-041.pdf

126
KEGIATAN BELAJAR 3

PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN


PEMBELAJARAN

A. Capaian Pembelajaran
Saudara mahasiswa, setelah mempelajari kegiatan belajar 3 diharapkan dapat
menganalisis konsep, prinsip pengembangan, dan Komponen RPP serta
mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian berbasis kurikulum 2013

B. Sub Capaian Pembelajaran

Menganalisis konsep, prinsip pengembangan, dan Komponen RPP

Mengembangkan RPP Kurikulum 2013

Mengembangkan RPPH Kurikulum 2013

C. Pokok-Pokok Materi Konsep, prinsip pengembangan, dan


Komponen RPP Pengembangan

Pengembangan RPP Kurikulum 2013

Pengembangan RPPH kurikulum 2013

127
D. Uraian Materi
1. Konsep, prinsip pengembangan, dan Komponen RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan


pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih, dikembangkan
berdasarkan silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran dan penilaian
peserta didik dalam mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru di setiap satuan
pendidikan wajib menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar.
Penyusunan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran
dimulai dan perlu diperbarui sesuai perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
Penyusunan RPP harus menerapkan prinsip-prinsip pedagogis secara tertulis
untuk direalisasikan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik
memperoleh pengalaman belajar yang efektif dalam mengembangkan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. RPP disusun agar proses pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh masing-masing guru atau
kelompok guru mata pelajaran tertentu yang difasilitasi dan disupervisi oleh
kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah, atau melalui
MGMP antar sekolah atau antar wilayah yang dikoordinasikan dan disupervisi
oleh pengawas atau dinas pendidikan. Dalam mengembangkan RPP, guru harus
memperhatikan silabus, buku teks peserta didik, dan buku guru.

128
a. Prinsip-prinsip Pengembangan RPP
Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Memperhatikan KI-KD jika menggunakan kurikulum 2013 dan Capaian
Pembelajaran jika menggunakan kurikulum merdeka
2) Memperhatikan perbedaan individu peserta didik
3) RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan
awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi,
kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan
belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta
didik.
4) Mendorong partisipasi aktif peserta didik
5) Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian,
dan semangat belajar.
6) Mengembangkan budaya membaca dan menulis
7) Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran
membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai
bentuk tulisan.
8) Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
9) RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
10) Keterkaitan dan keterpaduan

b. Komponen RPP dan Langkah-Langkah Pengembangannya


1) Komponen dan Sistematika RPP

129
Mengacu pada Permendikbud Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran,
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu
materi pembelajaran atau tema tertentu sesuai dengan silabus.
Komponen RPP mencakup: (1) identitas sekolah/nama satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, Indikator
Pencapaian Kompetensi; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pembelajaran; (6)
pendekatan, model dan metode; (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar; (8)
langkah-langkah pembelajaran, dan (9) penilaian pembelajaran.
Komponen RPP secara operasional diwujudkan dalam bentuk format sebagai
berikut.

Tabel 39
Format RPP
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : …...........................................................................
Mata Pelajaran : …...........................................................................
Kelas/Semester : ……........................................................................
Alokasi Waktu : …...........................................................................
A. Kompetensi Inti
1. Pengetahuan
2. Keterampilan
B. Kompetensi Dasar
1. KD pada KI pengetahuan
2. KD pada KI keterampilan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Indikator KD pada KI pengetahuan
2. Indikator KD pada KI keterampilan
D. Tujuan Pembelajaran
E. Materi Pembelajaran
(Rincian dari Materi Pokok Pembelajaran)
F. Pendekatan, Model dan Metode
G. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan Kesatu:*)

130
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (… menit)
b. Kegiatan Inti (... menit)
c. Penutup (… menit)
2. Pertemuan Kedua:*)
a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (… menit)
b. Kegiatan Inti (... menit)
c. Penutup (… menit),
dan pertemuan seterusnya.
H. Penilaian Pembelajaran, Remedial dan Pengayaan
1. Instrumen dan Teknik Penilaian
2. Analisis Hasil Penilaian
3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

I. Media, Alat, Bahan, dan Sumber Belajar


1. Media
2. Alat
3. Bahan
4. Sumber Belajar

Mengetahui ______________, _________


Kepala …….......................... Guru Mata Pelajaran,
NIP NIP

Format di atas tidak bersifat baku, tetapi dapat disesuaikan dengan keperluan
guru. Yang terpenting, penyusunan RPP adalah digunakan oleh guru sebagai
bantuan guru dalam mengembangkan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Pengembangan RPP Kurikulum 2013
RPP disusun melalui langkah-langkah berikut;
a) Analisis Program Semester
Analisis program semester merupakan langkah awal sebelum
menyusun RPP. Analisis ini dikembangkan berdasarkan alur pencapaian
kompetensi, dimaksudkan untuk menentukan urutan pembelajaran
kompetensi dasar (KD) per semester yang dikembangkan berdasarkan
silabus. Analisis program semester juga dilakukan untuk menentukan

131
alokasi waktu yang di setiap pasangan kompetensi dasar (KD). Tabel 1
berikut merupakan contoh analisis program semester pada mata pelajaran
Simulasi Digital.
Tabel 40
Hasil Analisis Program Semester/Pasangan KD
Kompetensi Indikator Materi Kegiatan Semester/
Dasar Pokok Pembelajaran Jam
Pelajaran
KD 3

KD 4

KD 3

KD 4
KD 3

KD 4
Jumlah JP/KD per semester

Berdasarkan Tabel di atas, guru membuat Analisis Program Semester


berdasarkan dokumen silabus.
b) Mengembangkan RPP dengan menggunakan format RPP yang
pengisiannya mengikuti rambu-rambu yang tercantum pada Tabel 2.

132
Tabel 41
Rambu-rambu Pengembangan RPP

No. Komponen Keterangan


1. a. Identitas a. Diisi nama satuan pendidikan.
Sekolah b. Diisi nama Mata Pelajaran, seperti tertera pada Struktur
b. Mata Kurikulum.
Pelajaran c. Diisi kelas dan semester; ganjil/genap.

c. Kelas/Se
mester
2. Alokasi Diisi jumlah jam pelajaran hasil analisis program semester.
waktu
3. Kompetensi Disalin dari Kompetensi Inti yang tertuang pada Lampiran
Inti Permendikbud Nomor …….
4. Kompetensi a. KD disalin dari Lampiran Permendikbud Nomor......
Dasar b. Rumusan KD dituliskan untuk KD dari pengetahuan dan
KD dari keterampilan.
5. Indikator Dirumuskan sesuai kaidah pengembangan IPK KD
Pencapaian Contoh IPK KD Pengetahuan
Kompetensi 3.2 Menerapkan pengetahuan pengelolaan informasi digital
melalui pemanfaatan perangkat lunak pengolah
informasi

Berdasarkan dimensi pengetahuan dan proses kognitif, maka


IPK dari KD pengetahuan di atas sebagai berikut:
3.2.1 Menjelaskan simbol yang digunakan pada komunikasi
daring online;
3.2.2 Menjelaskan pengertian komunikasi daring online;
3.3.3 Mendeskripsikan jenis-jenis komunikasi daring online;
3.3.4 Menentukan teknik komunikasi daring online yang
akan digunakan sesuai jenis alat yang disediakan
Contoh IPK KD Keterampilan
4.2 . Menyajikan hasil pengelolaan informasi digital melalui
komunikasi daring online..
Berdasarkan KD 4.8 tersebut, kata “menyajikan” adalah
dimensi keterampilan konkret pada gradasi minimal P1 =
level keterampilan konkret imitasi (minimal kelas X).
Berdasarkan analisis tersebut, maka IPK nya adalah:

133
4.2.1 Melakukan komunikasi daring asinkron dan sinkron
berdasarkan contoh.
4.2.2 Mendemonstrasikan komunikasi daring asinkron dan
sinkron berdasarkan tugas
6. Tujuan Tujuan Pembelajaran dikembangkan sesuai rumusan tujuan
Pembelajar pembelajaran.
an Berdasarkan IPK di atas, maka rumusan tujuan
pembelajarannya yaitu:
1. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik
akan dapat menjelaskan pengertian komunikasi daring
online sesuai dengan buku teks secara santun.
2. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik
akan dapat menjelaskan 4 simbol yang digunakan pada
pengelolaan informasi digital daring online sesuai dengan
buku teks secara santun.
3. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik
akan dapat menjelaskan 2 jenis pengelolaan informasi
digital melalui komunikasi daring online dengan santun.
4. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik
akan dapat menentukan kebutuhan pokok fasilitas yang
diperlukan untuk pengelolaan informasi digital daring
online secara mandiri.
5. Setelah berdiskusi dan menggali informasi, peserta didik
akan dapat menjelaskan cara melakukan komunikasi
daring online dengan percaya diri.
6. Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan internet,
peserta didik akan dapat melakukan komunikasi daring
asinkron dan sinkron berdasarkan contoh dengan percaya
diri.
7. Disediakan peralatan komunikasi dan jaringan internet,
peserta didik akan dapat mendemonstrasikan komunikasi
daring asinkron dan sinkron berdasarkan tugas sesuai
prosedur dengan percaya diri.
7. Materi Materi Pembelajaran dikembangkan sesuai rumusan materi
Pembelajar pembelajaran
an Berdasarkan contoh tujuan pembelajaran diatas maka materi
pembelajarannya adalah:
1. Pengertian komunikasi daring online
2. Simbol pada digital daring online
3. Jenis komunikasi daring online
4. Kebutuhan pokok fasilitas komunikasi daring online

134
5. Cara melakukan komunikasi daring online
Materi yang dikembangkan termasuk materi pengayaan
(dapat dikembangkan berdasarkan buku peserta didik,
referensi lain), materi yang terintegrasi dengan muatan lokal,
dan materi yang diintegrasikan pada kegiatan
ekstrakurikuler.
8. Pendekatan Diisi dengan model pembelajaran yang sesuai dengan KD
, Model dan dan IPK (lihat konsep Pemahaman Proses Pembelajaran:
Metode Tabel Perancah Pemaduan Fase Model Pembelajaran dan
Pembelajar Pendekatan Saintifik).
an
9. Kegiatan a. Diisi mengacu fase model pembelajaran yang ditetapkan.
Pembelajar b. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran diorganisasikan
an menjadi kegiatan yang terdiri atas:
1) Kegiatan Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan guru:
● Mengkondisikan suasana belajar yang
menyenangkan.
● Mendiskusikan kompetensi yang telah dipelajari dan
dikembangkan sebelumnya terkait dengan
kompetensi yang akan dipelajari.
● Menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan
manfaatnya bagi kehidupan.
● Menyampaikan garis besar cakupan materi dan
kegiatan yang akan dilakukan.
● Menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang
akan digunakan.
2) Kegiatan Inti
● Diisi dengan kegiatan peserta didik dan guru, dapat
mengikuti urutan fase model belajar yang dipadukan
dengan pendekatan saintifik (hasil analisis pemaduan
model tugas sesi 3).
● Kegiatan 5M tersebut tidak harus terjadi sekaligus
pada satu kali pertemuan, tetapi disesuaikan dengan
karakteristik materi yang sedang dibahas.
Catatan: fase (langkah-langkah) model pembelajaran dan
langkah pendekatan saintifik (5M) dapat menggunakan
hasil penataan dari format perancah.
3) Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup meliputi antara lain:
● membuat rangkuman/simpulan pelajaran.

135
● refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan.
● merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk
tugas kelompok/ perseorangan (jika diperlukan).
● menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
10. Penilaian a. Diisi dengan hasil analisis teknik dan instrumen penilaian
(hasil pembelajaran sesi 4).
Contoh:
KD Teknik Penilaian Instrumen
KD 3.2
menerapka 1. Tes Tertulis 1. Soal tes tertulis
n 2. Penugas an 2. Lembar tugas
pengetahua dan Lembar
n penilaian tugas
pengelolaan 3.
informasi
digital
melalui
komunikasi
daring
KD 4.2
Menyajikan 1. Tes praktek/ 1. Lembar soal
hasil unjuk kerja praktik dan
pengelolaan Lembar
informasi observasi unjuk
digital kerja
melalui
komunikasi
daring
online..
b. Diisi dengan program remedial dan pengayaan.
11. Media, Diisi dengan:
Alat, dan a. Sarana, alat bantu dan bahan yang digunakan pada proses
Sumber pembelajaran di setiap RPP.
Belajar b. Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan untuk setiap pertemuan sesuai dengan tuntutan
KD.
c. Sumber belajar ditulis sesuai ketentuan penulisan
literatur/referensi.
Contoh:

136
KD Media, Alat , Bahan, dan Sumber
Belajar
KD 3.2 Media:
menerapkan N focus/LCD
pengetahuan
pengelolaan Alat, bahan:
informasi digital Fasilitas komunikasi daring dan
melalui komunikasi jaringan internet
daring
Sumber belajar: buku teks
KD 4.2 pembelajaran, buku referensi lain
Menyajikan hasil
pengelolaan
informasi digital
melalui komunikasi
daring online..

Terkait dengan penyusunan RPP yang sering kali dianggap terlalu banyak
komponennya sehingga memberatkan dan memerlukan waktu banyak pada guru
dalam penyusunannya. Dalam kaitan dengan kebijakan merdeka belajar, RPP yang
sebelumnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22
Tahun 2016 harus memuat 13 komponen yaitu (1) identitas sekolah, (2) identitas
mata pelajaran atau tema/subtema (3) kelas dan semester (4) materi pokok (5)
alokasi waktu (6) tujuan pembelajaran, (7) Kompetensi dasar (KD) dan indikator
pencapaian kompetensi (8) materi pembelajaran (9) metode pembelajaran (10)
media pembelajaran (11) sumber belajar (12) langkah-langkah pembelajaran (13)
penilaian hasil pembelajaran dilakukan perubahan dengan penyederhanaan
komponen yang ada dalam RPP.
Menurut surat edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) merupakan salah satu inisiatif Menteri Pendidikan dan

137
Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dalam mengeluarkan kebijakan
pendidikan “Merdeka Belajar”. Menurut Mendikbud, inisiatif penyederhanaan
RPP ini didedikasikan untuk para guru agar meringankan beban administrasi
guru. RPP yang sebelumnya terdiri dari belasan komponen, kini disederhanakan
menjadi tiga komponen inti yang dapat dibuat hanya dalam satu halaman. “Jadi
yang tadinya ada belasan komponen, kita bikin jadi tiga komponen inti, yaitu
tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen atau penilaian
pembelajaran,”
Menurut Mendikbud hal yang penting dalam sebuah RPP sebagai kerangka
acuan pembelajaran bukan tentang penulisannya, melainkan tentang adanya
proses refleksi guru terhadap pelaksanaan pembelajaran yang terjadi. Berdasarkan
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan
dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya
mencapai Kompetensi Dasar (KD). Dengan adanya kebijakan baru tentang
penyederhanaan RPP ini, guru bebas membuat, memilih, mengembangkan, dan
menggunakan RPP sesuai dengan prinsip efisien, efektif, dan berorientasi pada
peserta didik. Efisien berarti penulisan RPP dilakukan dengan tepat dan tidak
menghabiskan banyak waktu dan tenaga. Efektif berarti penulisan RPP dilakukan
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berorientasi pada peserta didik berarti
penulisan RPP dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan, ketertarikan, dan
kebutuhan belajar peserta didik di kelas. Guru dapat tetap menggunakan format
RPP yang telah dibuat sebelumnya, atau bisa juga memodifikasi format RPP yang
sudah dibuat. Selain RPP masih ada perangkat yang lain harus dipersiapkan oleh
guru, hal ini dilakukan untuk memenuhi instrumen akreditasi sekolah.

138
Berdasarkan surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
nomor 14 Tahun 2019 tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran atau disingkat dengan RPP, bahwa komponen RPP yang sebelumnya
mendetail setelah keluar surat edaran tersebut lebih efisien dan efektif dengan tiga
komponen inti yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen.
Komponen lainnya sebagaimana dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 22
Tahun 2016 statusnya sebagai pelengkap dan dapat dipilih secara mandiri. Hal ini
bertujuan agar guru memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan,
melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar itu sendiri. Berikut ini salah satu
contoh format RPP 1 lembar.

Model Format 1

RPP Sesuai Surat Edaran Kemendikbud No 14 Tahun 2019

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)


No. ....................................

Nama Satuan Pendidikan : ................................................................................................


Mata Pelajaran/Tema : ................................................................................................
Kelas/Semester : ................................................................................................
Materi Pokok : ................................................................................................
Alokasi Waktu : ................................................................................................

1. Tujuan Pembelajaran
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran


2.1. Alat dan Bahan
2.1.1. Alat :

139
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
...........................................................................................................................

2.1.2. Bahan :
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................

2.1.3. Pertanyaan

............................................................................................................................
............................................................................................................................
............................................................................................................................
...................................................................................

2.2. Peserta didik berlatih praktik /mengerjakan tugas halaman buku .....
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................

2.3. Peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompok/individu


.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
......................................................................................

3.. Menyimpulkan dan Penilaian Pembelajaran


3.1. Kesimpulan Pembelajaran
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
...................................................................................

2.4.2. Penilaian
.....................................................................................................................................
.....................................................................................................................................

140
.....................................................................................................................................
.........................................................................................

................................ 20....
Mengetahui Guru Mata Pelajaran/Kelas
Kepala Sekolah/Madrasah

..................................... .........................................
NIP NIP

*Catatan : Komponen lainnya sebagai pelengkap.

141
Model Format 2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Tema/Muatan : ........................................... Kelas/Semester : .....................................


Pembelajaran
Alokasi Waktu:
ke : ........................................... .....................................

Kompetensi 3.1 .....................................................................................................................


Dasar ....................................................................................................................
4.1 .....................................................................................................................
....................................................................................................................
Indikator 1. ......................................................................................................................
Pencapaian 2. ......................................................................................................................
Kompetensi 3. ......................................................................................................................
(IPK) : 4. ......................................................................................................................

A. Tujuan Pembelajaran
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................

B. Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran Waktu
Kegiatan Pendahuluan
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
...........
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
Kegiatan Inti
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
...........
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

142
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
Kegiatan Penutup
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
...........
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................

C. Penilaian:
...........................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
*Catatan : Komponen lainnya sebagai pelengkap.
Malang,.................2020

Mengetahui
Kepala SD Negeri ........................... Guru Kelas/Mapel

..........................................................
.......................................
.....
NIP. NIP.

143
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Nama Madrasah : MTsN Kelas / Semester : VII / Ganjil
Mata Pelajaran : QH Alokasi Waktu : 2 x 40 Menit(2JP)
Materi Pokok : Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an

TUJUAN PEMBELAJARAN Kompetensi Dasar :


Melalui kegiatan pembelajaran ini, peserta didik diharapkan dapat
mendefinisikan pengertian Al-Qur’an,dan dapat menjelaskan
pengertian Hadits serta menyajikan kesimpulan melalui sikap disiplin 3.1. Kedudukan dan fungsi Al-
Qur’an
dan membiasakan berdoa serta membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar serta memiliki 4 keterampilan : kritis,kreatif,kolaboratif dan 4.1 Menyajikan kesimpulan tentang
komunikatif sebagai implementasi dari pemahaman tentang kedudukan dan fungsi AlQur'an
kedudukan dan fungsi Al-Qur’an. hadis dalam Islam

Materi Model / Metode Pembelajaran


Kedudukan dan fungsi Al-Qur’an Guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan
1.Pengertian Al-Qur’an pendekatan pembelajaran Saintifik dan model
2.Pengertian Hadis pembelajaran Cooperative Learning atau yang
sesuai dalam setiap KD serta metode diskusi ,
ceramah, tanya jawab dan Resitasi

Media / Sumber Pembelajaran


- Gambar/ foto kedudukan dan Fungsi Al-Qur'an Hadis dalam Islam
- Power Point tentang pengertian Al-Qur’an dan Hadis
- Buku Peserta didik Al-Qur’an Hadis MTs, Kemenag RI , 2019
- Akses Internet

KEGIATAN PEMBELAJARAN : PERTEMUAN – 1


PENDAHULUAN ( 10 Menit )
PPK ● Salam, doa, apersepsi, motivasi dan menyampaikan tujuan pembelajaran
INTI ( 60 Menit )
Literasi ● Mengamati Power Point dan gambar tentang pengertian Al-Qur’an dan
Hadis
Critical ● Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya terkait
Thinking pemahamannya

144
terhadap materi yang dicermati tentang pengertian Al-Qur’an dan Hadis
● Secara berkelompok menggali informasi tentang pengertian Al-Qur’an dan
Hadits dari
berbagai sumber; buku literatur, jurnal, ensiklopedi, internet, media
Collaboration elektronik maupun
cetak
● Diskusi tentang pengertian Al-Qur’an dan Hadis
● Merumuskan hasil penggalian informasi tentang pengertian Al-Qur’an dan
Hadis
● Menyusun kesimpulan pengertian Al-Qur’an dan Hadits dengan
bimbingan guru
Communication
● Mempresentasikan hasil diskusi kepada kelompok lain didepan kelas
Creative ● Memberikan tanggapan , sanggahan dan paparan dari hasil diskusi tentang
pengertian
Al-Qur’an dan Hadis
PENUTUP ( 10 MENIT )
● Melaksanakan tanya jawab, menyimpulkan materi pelajaran dan refleksi.
● Memberikan penguatan materi dan memberikan tugas
● Doa dan memberi salam
PENILAIAN
Sikap Spiritual Observasi, pengamatan
Sikap Sosial Penilaian diri
Pengetahuan Tes Tulis soal esay ( HOT )
Ketrampilan Penilaian Praktik
Tempat, Tanggal
Mengetahui

Kepala Madrasah Guru Bidang Studi

145
2. Pengembangan RPPM dan RPPH Kurikulum 2013
a. Konsep RPPM dan RPPH

Rencana pelaksanaan pembelajaran mingguan (RPPM) merupakan rencana


kegiatan yang disusun untuk pembelajaran selama satu minggu. Perencanaan
kegiatan mingguan dapat berbentuk jaringan tema (web). Jaringan tema berisi
projek-projek yang akan dikembangkan menjadi kegiatan-kegiatan pembelajaran.
Pada akhir satu atau beberapa tema dapat dilaksanakan kegiatan puncak tema
yang menunjukkan prestasi peserta didik. Puncak tema dapat berupa kegiatan
antara lain membuat kue/makanan, makan bersama, pameran hasil karya,
pertunjukan, panen tanaman, dan kunjungan.

Rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) adalah perencanaan


program harian yang akan dilaksanakan oleh pendidik / pengasuh pada setiap
hari atau sesuai dengan program lembaga. Komponen RPPH, antara lain:
tema/sub tema/sub-sub tema, alokasi waktu, hari/tanggal, kegiatan pembukaan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

RPPH adalah perencanaan program harian yang akan dilaksanakan oleh


pendidik/pengasuh pada setiap hari atau sesuai dengan program lembaga.
Komponen RPPH, antara lain: tema/sub tema/sub-sub tema, alokasi waktu,
hari/tanggal, kegiatan pembukaan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Penyusunan RPPM memperhatikan hal-hal: 1) Diturunkan dari program; 2)


Berisi sub tema – KD – materi – rencana kegiatan; 3) Penyusunan kegiatan
mingguan disesuaikan dengan strategi pengelolaan kelas (area, sentra, kelompok
usia) yang ditetapkan masing-masing satuan PAUD.

146
b. Pengembangan RPPM

1) Tuliskan Identitas Program


● Semester/ bulan/ minggu
● Tema
● Kelompok sasaran
● Kompetensi dasar

2) Mengembangkan rencana mingguan


● Nomor urut diisi sesuai urutan
● Sub tema diambil dari bagian tema di program semester
● Materi diturunkan dari pengetahuan yang akan dikenalkan sesuai KD
● Rencana kegiatan diisi dengan jenis kegiatan yang akan dilakukan anak
selama satu minggu.
3) Pengulangan Materi
Materi yang ditetapkan pada setiap sub tema akan digunakan terus selama sub
tema tersebut dibahas tetapi disampaikan melalui kegiatan bermain yang berbeda
di setiap model pembelajaran sentra/area/kegiatan sudut.
Dalam menyusun RPPM perlu memperhatikan hal berikut:
1) Mengacu pada kompetensi dasar (Kompetensi Dasar) yang memuat sikap,
pengetahuan, dan keterampilan untuk mewujudkan ketercapaian
kompetensi inti (KI-1 KI-2 KI-3 KI-4).
2) Memuat cakupan materi yang sesuai dengan KD dan dalam cakupan tema.
3) Memilih kegiatan selaras dengan cakupan materi pembelajaran.
4) Mengembangkan kegiatan main yang berpusat pada anak.
5) Menggunakan pembelajaran tematik.
6) Mengembangkan cara berpikir pendekatan saintifik.

147
7) Berbasis budaya lokal dan memanfaatkan lingkungan alam sekitar, sebagai
media anak.
8) Penjabaran dari perencanaan program semester
9) Berisi tema, sub-tema –KD – materi – rencana kegiatan
10) Penyusunan kegiatan mingguan disesuaikan dengan strategi pengelolaan
kelas (kelompok, sudut, area dan sentra) yang ditetapkan masing-masing
satuan PAUD

148
149
Contoh lainnya
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
MINGGU KE-1 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan sikap berdoa
hari
- Berdiri jinjit di atas evamat
4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari-
- Memilih gambar anak
hari dengan tuntunan orang dewasa
perempuan/laki
TEMA : 3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan
gerakan-nya untuk pengembangan - Mewarnai gambar yang telah dipilih
Diri Sendiri
motorik kasar dan motorik halus - Toilet training
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk - Puzzle potongan gambar anak
SUB TEMA : pengembangan motorik kasar dan halus

Identitas Diri 3.4 Mengetahui cara hidup sehat


- Menirukan sikap berdoa
4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk
hidup sehat - Berdiri jinjit di atas evamat
3.6 Mengenal benda-benda disekitarnya - Memilih gambar ayah/ibu
SUB SUB TEMA : (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, sifat,
suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri lainnya) - Memberi tanda pada gambar ibu
1. Jenis kelamin
2. Ayah ibu 4.6 Menyampaikan tentang apa dan - Toilet training
3. Kakek nenek bagaimana
- Membatik baju gambar ibu dengan
3.10 Memahami bahasa reseptif (menyimak mengecap
dan membaca)
LAGU DAN TEPUK : 4.10 Menunjukkan kemampuan berbahasa
- Menirukan sikap berdoa
a. Sekolah kelompok reseptif (menyimak dan membaca)
bermain - Berdiri jinjit di atas evamat
3.15 Mengenal berbagai karya dan aktivitas
b. Satu-satu sayang
seni (*) - Melingkari gambar kakek
ibu
c. Burung kakak tua 4.15 Menunjukkan karya dan aktivitas seni - Mewarnai gambar yang telah dipilih
dengan menggunakan berbagai media
- Toilet training

- Kolase baju wayang kakek

150
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)

MINGGU KE-2 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari-hari - Menirukan sikap berdoa

4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Berjalan jinjit


hari dengan tuntunan orang dewasa
- Menyentuh bagian gambar tubuh
3.2 Mengenal perilaku baik sebagai cerminan yang diminta
TEMA : akhlak mulia
- Menyebut bagian gambar tubuh
Diri Sendiri 4.2 Menunjukkan perilaku santun sebagai yang ditunjuk
cerminan akhlak mulia
- Menyusun boneka kertas
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan
gerakan-nya untuk pengembangan
SUB TEMA : motorik kasar dan motorik halus
- Menirukan sikap berdoa
Anggota Tubuh 4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk
- Berjalan jinjit
pengembangan motorik kasar dan halus

3.4 Mengetahui cara hidup sehat - Menyentuh bagian tubuh yang


diminta
4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk
SUB SUB TEMA : hidup sehat - Menyebut bagian tubuh yang
ditunjuk
1. Bagian tubuh atas 3.6 Mengenal benda-benda di sekitarnya
2. Bagian tubuh (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, - Memakai baju sendiri
bawah sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri
3. Kaki lainnya)
- Menirukan sikap berdoa
4.6 Menyampaikan tentang apa dan
bagaimana - Berjalan jinjit
LAGU DAN TEPUK : - Menyentuh bagian tubuh boneka
3.11 Memahami bahasa ekspresif
a. Kepala pundak (mengungkapkan bahasa secara yang diminta
b. Ada satu palu verbal dan non verbal)
- Menyebut bagian tubuh boneka
c. Bola
4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa yang ditunjuk
menggelinding
ekspresif (mengungkapkan bahasa
- Memakai kaos kaki dan sepatu
secara verbal dan non verbal
sendiri
3.15 Mengenal berbagai karya dan
aktivitas seni (*)

151
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
4.15 Menunjukkan karya dan aktivitas seni
dengan menggunakan berbagai media

MINGGU KE-3 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan sikap berdoa
hari
- Berjalan jinjit
4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari-
- Mewarnai gambar kulit dengan
hari dengan tuntunan orang dewasa
crayon
TEMA :
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan
- Menyebutkan panca indera yang
Diri Sendiri gerakan-nya untuk pengembangan
ditunjuk
motorik kasar dan motorik halus
- Meniru gerakan hewan
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk
pengembangan motorik kasar dan halus
SUB TEMA : 3.4 Mengetahui cara hidup sehat - Menirukan sikap berdoa
Panca Indera 4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk - Berjalan jinjit
hidup sehat
- Menebalkan gambar mata dan
3.6 Mengenal benda-benda di sekitarnya telinga
(nama, warna, bentuk, ukuran, pola,
SUB SUB TEMA : sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri - Menyebutkan panca indera yang
lainnya) ditunjuk
1. Kulit
2. Mata, telinga 4.6 Menyampaikan tentang apa dan - Meniru gerakan hewan
3. Hidung
bagaimana

3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain - Menirukan sikap berdoa
LAGU DAN TEPUK :
4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara - Berjalan jinjit
a. Kepala pundak
wajar
b. Kalau kau senang - Mewarnai hidung dan rambut
hati pegang 3.15 Mengenal berbagai karya dan dengan kuas
telinga aktivitas seni (*)
c. Mari kawan - Menyebutkan panca indera yang
bermain dalam 4.15 Menunjukkan karya dan aktivitas seni ditunjuk
lingkaran dengan menggunakan berbagai media
- Meniru gerakan hewan

152
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
- Puzzle wajah

MINGGU KE-4 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan ucapan doa sebelum
hari kegiatan

4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Melompat


hari dengan tuntunan orang dewasa
- Menyebutkan “sekolah”
TEMA :
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan
- Melingkari foto gedung sekolah
Sekolah gerakan-nya untuk pengembangan
motorik kasar dan motorik halus - Mendengar cerita anak
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk
pengembangan motorik kasar dan halus
- Menirukan ucapan doa sebelum
SUB TEMA : 3.4 Mengetahui cara hidup sehat kegiatan
Sekolahku 4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk - Melompat
hidup sehat
- Menyebutkan nama ruangan di
3.5 Mengetahui cara memecahkan sekolah
masalah sehari-hari dan berperilaku
SUB SUB TEMA : kreatif - Menebalkan garis foto gedung
sekolah
1. Bentuk bangunan 4.5 Menyelesaikan masalah sehari-hari
2. Nama ruangan di secara kreatif - Mendengar cerita anak
sekolah
3. Lingkungan 3.6 Mengenal benda-benda di sekitarnya
sekolah (gedung (nama, warna, bentuk, ukuran, pola, - Menirukan ucapan doa sebelum
sekolah) sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri kegiatan
lainnya)
- Melompat
LAGU DAN TEPUK : 4.6 Menyampaikan tentang apa dan
bagaimana - Menyebutkan gedung di sekitar
a. Sekolah kelompok
sekolah
bermain 3.11 Memahami bahasa ekspresif
(mengungkapkan bahasa secara - Finger painting gedung sekolah
verbal dan non verbal) - Mendengar cerita anak
4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa
ekspresif (mengungkapkan bahasa
secara verbal dan non verbal

153
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain

4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara


wajar

MINGGU KE-5 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan ucapan doa setelah
hari kegiatan

4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Melompat


hari dengan tuntunan orang dewasa
- Melipat kertas sembarang
TEMA :
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan
- Memainkan APE dalam yang disukai
Sekolah gerakan-nya untuk pengembangan
motorik kasar dan motorik halus - Mendengar cerita sederhana
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk
pengembangan motorik kasar dan halus
- Menirukan ucapan doa setelah
SUB TEMA : 3.4 Mengetahui cara hidup sehat kegiatan
Alat Main di Sekolah 4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk - Melompat
hidup sehat
- Melipat kertas menjadi bentuk
3.6 Mengenal benda-benda di sekitarnya ayunan
(nama, warna, bentuk, ukuran, pola,
SUB SUB TEMA : sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri - Memainkan APE luar yang disukai

1. APE dalam lainnya) - Mendengar cerita sederhana


2. APE luar 4.6 Menyampaikan tentang apa dan
3. APE luar bagaimana
- Menirukan ucapan doa setelah
3.7 Mengenal lingkungan sosial (keluarga, kegiatan
LAGU DAN TEPUK :
teman, tempat tinggal, tempat ibadah,
a. Senenge-senenge budaya, transportasi) - Melompat
b. Sekolah kelompok - Melipat kertas menjadi baju boneka
4.7 Menyajikan berbagai karya yang
bermain
c. Padhang bulan berhubungan dengan lingkungan sosial

154
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
(keluarga, teman, tempat tinggal, - Memainkan APE luar dengan benar
tempat ibadah, budaya, transportasi)
- Mendengar cerita sederhana
dalam bentuk gambar, bercerita,
bernyanyi, dan gerak tubuh

3.11 Memahami bahasa ekspresif


(mengungkapkan bahasa secara
verbal dan non verbal)

4.11 Menunjukkan kemampuan berbahasa


ekspresif (mengungkapkan bahasa
secara verbal dan non verbal

3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain

4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara


wajar

MINGGU KE-6 3.1 Mengenal kegiatan beribadah sehari- - Menirukan ucapan doa sebelum
hari makan

4.1 Melakukan kegiatan beribadah sehari- - Melompat ke belakang


TEMA :
hari dengan tuntunan orang dewasa
- Mengambil potongan kertas pada
Sekolah
3.3 Mengenal anggota tubuh, fungsi, dan wadah lalu diberikan pada foto guru
gerakannya untuk pengembangan kelas
motorik kasar dan motorik halus
- Mewarnai rok teman yang pendek
4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk
SUB TEMA : - Bermain boneka pelepah pepaya
pengembangan motorik kasar dan halus
Guru dan Teman 3.4 Mengetahui cara hidup sehat
- Menirukan ucapan doa sebelum
4.4 Mampu menolong diri sendiri untuk
makan
hidup sehat
- Melompat ke belakang
SUB SUB TEMA : 3.6 Mengenal benda-benda di sekitarnya
(nama, warna, bentuk, ukuran, pola, - Mengambil potongan kertas pada
1. Guru kelasku sifat, suara, tekstur, fungsi, dan ciri-ciri wadah lalu diberikan pada foto guru
2. Teman kelasku lainnya) yang disebut

155
KEGIATAN
MINGGU KE KOMPETENSI DASAR
(SESUAI SUB SUB TEMA)
3. Permainan 4.6 Menyampaikan tentang apa dan - Menunjuk rambut teman yang
tradisional bagaimana panjang

3.10 Memahami bahasa reseptif - Bermain estafet karet


Lagu dan tepuk: (menyimak dan membaca)
a. Terimakasih 4.10 Menunjukkan kemampuan berbahasa
guruku - Menirukan ucapan doa sebelum
reseptif (menyimak dan membaca)
b. Hymne guru makan
c. Aku sayang kamu 3.13 Mengenal emosi diri dan orang lain
- Melompat ke belakang
4.13 Menunjukkan reaksi emosi diri secara
- Mengambil potongan kertas pada
wajar
wadah lalu diberikan pada foto
teman yang disebut

- Mewarnai gambar rambut yang


pendek

- Bermain alat musik pelepah pisang

Lebih jelasnya dapat dilihat pada https://www.nomifrod.com/2017/05/contoh-


rppm-kb-2-3-tahun-kurikulum-2013.html

c. Pengembangan RPPH
Dalam penyusunan RPPH perlu diperhatikan sebagai berikut
1) disusun berdasarkan kegiatan mingguan atau RPPM
2) Kegiatan harian berisi kegiatan awal/pembukaan, inti, istirahat/makan
bersama dan akhir/penutup
3) Pelaksanaan pembelajaran dalam satu hari dilaksanakan sesuai dengan
prinsip-prinsip pembelajaran anak usia dini
4) Penyusunan kegiatan harian disesuaikan dengan kondisi satuan
pendidikan masing-masing dan menggunakan pendekatan saintifik.

156
5) Kegiatan harian dapat dibuat oleh satuan pendidikan dengan format sesuai
kebutuhan masing-masing.

Berbagai bentuk format dapat dikreasikan oleh guru yang dapat dimengerti
dan dapat diimplementasikan. Sebagus apapun suatu program atau produk jika
tidak digunakan maka tidak akan ada gunanya. Sama halnya jika kurikulum
dikemas dengan baik tapi pada kenyataan guru tidak menerapkan maka tidak
akan tercapai tujuan pendidikan. RPPM dan RPPH untuk model pembelajarannya
disesuaikan dengan lembaga masing-masing.

157
Contoh Model RPPH
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN HARIAN
Semester / Minggu : 1 / Ke-2
Hari / Tanggal : Senin, 4 Oktober 2021
Kelompok Usia : B1 / 5-6 Tahun
Tema / Sub Tema : Binatang / Binatang peliharaan (Ayam)
Model Pembelajaran : Kelompok dengan pengaman
Aspek
N Kompeten
Pengembanga Indikator
o si Dasar
n
1 Nilai Agama 1.1 Mempercayai adanya Tuhan melalui 1.1.1 Peserta didik mengenali binatang
dan Moral ciptaan-Nya peliharaan ciptaan Allah SWT (C1)

2 Fisik Motorik 4.3 Menggunakan anggota tubuh untuk 4.3.1 Peserta didik merumuskan cara
pengembangan motorik kasar dan halus mengupas telur dengan cepat
kemudian memakannya (C6)

3 Kognitif 4.6 Menyampaikan tentang apa dan 4.6.1 Peserta didik menghubungkan
bagaimana benda- benda disekitar yang siklus ayam dengan urutan yang sesuai
dikenalnya (nama, warna, bentuk, (C6)
ukuran, pola, sifat, suara, tekstur, 4.6.2 Peserta didik menyusun telur
fungsi, dan ciri ciri lainnya) melalui sesuai pola (C6)
berbagai hasil karya

4 Bahasa 3.1 Mengenal keaksaraan awal melalui 3.12.1 Peserta didik menyusun huruf
2 bermain menjadi
kata “telur ayam” (C6)

158
5 Sosial 2.2 Memiliki perilaku yang mencerminkan 2.2.1 Peserta didik mengemukakan rasa ingn
Emosional sikap ingin tahu dengan baik (C2)
tahu
6 Seni 4.1 Menunjukkan karya dan aktivitas 4.15.1 Peserta didik mencipta kreasi
5 seni dengan menggunakan menempel cangkang telur pada gambar
berbagai media ayam (C6)

159
Tujuan Pembelajaran:
❖ Anak didik mampu mengenali binatang peliharaan ciptaan Allah melalui pengamatan video dengan baik
(C1)
❖ Anak didik mampu merumuskan cara mengupas telur dengan cepat melalui unjuk kerja kemudian
memakannya (C6)
❖ Anak didik mampu menghubungkan siklus ayam dengan urutan yang sesuai melalui penugasan (C6)
❖ Anak didik mampu menyusun telur sesuai pola dengan benar melalui unjuk kerja (C6)
❖ Anak didik mampu menyusun huruf menjadi kata “telur ayam” dengan mandiri melalui penugasan (C6)
❖ Anak didik mampu mencipta kreasi menempel cangkang telur dengan rapi pada gambar ayam
melalui kegiatan eksperimen praktik langsung(C6)
❖ Anak didik mampu mengemukakan rasa ingin tahu dengan baik melalui unjuk kerja (C2)

Materi Kegiatan:

✔ Gambar binatang peliharaan ciptaan ALLAH SWT


✔ Mengupas dan makan telur rebus
✔ Menghubungkan gambar siklus ayam
✔ Menyusun telur sesuai pola
✔ Menyusun huruf menjadi kata “telur ayam”
✔ Mengemukakan rasa ingin tahu
✔ Mencipta kreasi menempel cangkang telur pada gambar ayam

Strategi: Pendekatan saintifik


Metode: Bercakap – cakap, Penugasan, Unjuk kerja, Praktik langsung, Eksperimen, Tanya jawab
Sumber belajar: Guru, Gambar binatang peliharaan video Link Youtube : https://youtu.be/3wpACrjJqGE

160
Media, alat dan bahan: Laptop, speaker, LCD, video Link Youtube : https://youtu.be/3wpACrjJqGE, gambar
binatang, LKPD, pensil, penghapus, telur, tempat telur,gambar ayam,lem , cangkang telur, huruf – huruf, telur
rebus, mangkok

Kegiatan Belajar
Sebelum masuk kelas anak menerapkan Protokol kesehatan dengan memakai masker atau face shield, mencuci
tangan dan cek suhu badan kemudian baris didepan kelas, kegiatan motorik dan baca ikrar.

Alat Penilaian
Kegiatan /Sumb
Waktu Metode Instrume
Belajar er Teknik
belajar n

⮚ Menerapkan SOP pembukaan 07.00- Praktik Buku Observ Catatan


⮚ Berdoa sebelum belajar Langsung doa asi anekdot
07.30
⮚ Absensi dengan menyanyi lagu harian
“aku punya dua mata”
⮚ Tanya jawab tentang hari,
tanggal, bulan, tahun
Pembukaan
⮚ Tanya jawab kabar, perasaan
hari ini Tanya Jawab Papan,spido
⮚ Tanya jawab tentang l
binatang peliharaan (Literasi) Bercakap – Guru dan
⮚ Menyanyi lagu “Ayam anak
dikejar musang” (Apersepsi) cakap

161
⮚ Melafalkan asmaul husna Juz amma
beserta artinya dan buku
Praktik
⮚ Melafalkan doa keluar kamar doa hadist
Langsung
mandi, hadis senyum, surat al
humazah
⮚ Tepuk ayam
Mengamati: Peserta didik menonton 07.30- Observasi Video Observ Catatan
video pembelajaran tentang ayam 08.30 binatang asi Anekdot
Link Youtube : peliharaan
https://youtu.be/3wpACrjJqGE ayam,
dan guru memberikan laptop,lcd
kesempatan pada peserta didik untuk
Proyektor,
mengamati video (TPACK)
speaker

Bertanya:
Inti Peserta didik diberikan kesempatan Tanya Guru dan Observa
untuk bertanya mengenai video yang Jawab anak si
sudah ditonton

Mengumpulkan informasi: Guru


dan
Peserta didik mengumpulkan Tanya Observa
Anak
informasi melalui dukungan guru Jawab si
dengan kegiatan tanya jawab tentang
siklus ayam, manfaat ayam, bagian
tubuh ayam

162
Menalar:
Peserta didik diarahkan untuk Gambar
berfikir: Bagaimana urutan siklus siklus
Unjuk kerja Observa
ayam yang benar ayam
si

Mengkomunikasikan:

1) Peserta didik menyebutkan binatang Unjuk Kerja


peliharaan ciptaan ALLAH SWT
2) Peserta didik merumuskan cara Unjuk kerja Telur Observa
mengupas telur rebus,mang si
kemudian kok
memakannya

3) Peserta didik menghubungkan siklus Pemberian LKPD, Penugas Hasil


ayam tugas pensil, an karya
penghapus

4) Peserta didik menyusun huruf Pemberian Kartu huruf Penugas


menjadi tugas an

kata “telur ayam”

5) Peserta didik menyusun telur sesuai Pemberian Tempat Observa


pola tugas telur, si
telur,
gambar
6) Peserta didik menciptakan kreasi
Praktik pola telur
menempel cangkang telur pada

163
gambar ayam Langsung LKPD, Penugas
an
cangk
ang
telur,
lem

7) Peserta didik mengemukakan Unjuk kerja Guru dan Obeserv Catatan


rasa ingin tahu anak asi anekdot

Pembiasaan 08.30- Pembiasaa Peralatan


n dan Makanan
Antri, cuci tangan, berdoa sebelum 09.00
praktik dan
Istirahat dan sesudah makan, berbagi
langsung minuman
makanan, makan bekal bersama,

merapikan alat makan

Mengetahui,
Tempat, Tanggal

Kepala RA Guru Kelas

164
A. TINDAK LANJUT BELAJAR

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat


melakukan beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini,
di antaranya sebagai berikut:
1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS
Program PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
2. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam
proses pembelajarannya di sekolah/madrasah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes
akhir modul di bawah standar minimum ketuntasan (70), maka
Saudara melakukan pembelajaran remedial dengan
memperhatikan petunjuk dalam LMS program PPG.
4. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan
tugas yang ada di LMS.

B. PENUTUP

Glosarium Kegiatan Belajar 3

pedagogis Menurut Danilov (1978) sebagai proses interaksi terus-


menerus dan saling berasimilasi antara ilmu pengetahuan dan
pengembangan siswa.

Saintifik model pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah


keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan
data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah
informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan
(Kemendikbud, 2014).

Sub Tema adalah penjabaran dari gagasan utama yang telah ditetapkan
sebagai tema. Sub tema minimum berisi dua gagasan dari
setiap tema yang telah ditetapkan

165
Sub-sub tema adalah hasil analisis dari sub tema yang lebih operasional yang
akan dijadikan landasan dalam menentukan topik-topik yang
akan dijadikan muatan atau materi pembelajaran

Tema gagasan utama yang akan digunakan untuk membingkai


seluruh muatan/materi pembelajaran selama anak mengikuti
kegiatan..

166
Daftar Pustaka

Dwiyanti, G. (2011). RPP, Pengembangan Indikator, dan Tujuan


Pembelajaran. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Koesnandar, A. (2020). Pengembangan model pembelajaran inovatif berbasis
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sesuai kurikulum 2013. Kwangsan,
295726.
Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah
Permendikbud 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran di Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah.
Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019 Tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran

167
KEGIATAN BELAJAR 4
IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA DALAM
PEMBELAJARAN

A. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini diharapkan mahasiswa, dapat
menganalisis, mengembangkan, merancang dan mengimplementasikan
kurikulum merdeka dalam pembelajaran pada satuan pendidikan sesuai
dengan bidang mata pelajaran.

B. Sub Capaian Pembelajaran

Menganalisis rasionalitas dan konsep dasar, manfaat Kurikulum


Merdeka sebagai paradigma baru dalam peningkatan mutu
pembelajaran

Menganalisis prinsip-prinsip utama yang dijadikan dasar dalam


penerapan Kurikulum Merdeka, karakteristik dalam pembelajaran,
kriteria sekolah/madrasah yang boleh menerapkan Kurikulum
Merdeka, dan struktur serta dimensi Kurikulum Merdeka
Mengembangkan modul ajar sebagai pedoman pembelajaran dalam
implementasi Kurikulum Merdeka melalui analisis dimensi dan elemen
Profil Pelajar Pancasila

C. Pokok-Pokok Rasionalitas dan konsep dasar, manfaat Kurikulum


Materi Merdeka sebagai paradigma baru dalam peningkatan
mutu pembelajaran

Prinsip-prinsip utama yang dijadikan dasar dalam


penerapan Kurikulum Merdeka, karakteristik dalam
pembelajaran, kriteria sekolah/madrasah yang boleh
menerapkan Kurikulum Merdeka, dan struktur serta
dimensi Kurikulum Merdeka

Pengembangan modul ajar sebagai pedoman


pembelajaran dalam implementasi Kurikulum
Merdeka melalui analisis dimensi dan elemen Profil
Pelajar Pancasila

168
D. Uraian Materi
1. Rasionalitas Dan Konsep Dasar, Manfaat Kurikulum Merdeka Sebagai
Paradigma Baru Dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran
a. Rasionalitas Kurikulum Merdeka
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dan strategis dalam
penyelenggaraan pendidikan karena kurikulum menjadi jembatan dan peta jalan
yang jelas dan terukur proses pendidikan. Sebelum membahas lebih lanjut terkait
dengan kurikulum merdeka akan dijelaskan secara singkat terkait dengan konsep
pendidikan yang memerdekakan yang dijadikan dasar pijakan dalam desain,
pengembangan, inovasi dan implementasi kurikulum merdeka. Kata ‘Pendidikan’
dan ‘Pengajaran’ itu seringkali dipakai secara bersama-sama meskipun penggunaan
seperti itu seringkali kurang tepat. Ki Hajar Dewantara memberikan batasan yang
berbeda antara ‘Pendidikan’ dengan ‘Pengajaran’ (Febriyanti, N., 2021). ‘Pengajaran’
(onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan, bahwa pengajaran itu
tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau sesuatu yang berfaedah
buat hidup anak-anak, baik lahir maupun batin. Adapun pendidikan (opvoeding)
diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’. Maksud
pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan itu hanya suatu ‘tuntunan’ di dalam hidup tumbuhnya anak-anak
kita. ‘kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu’ tiada lain ialah segala kekuatan
yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan
kodrat. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-
kekuatan itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan
tumbuhnya itu. Meskipun Pendidikan itu hanya ‘tuntunan’ saja di dalam hidup
tumbuhnya anak-anak, tetapi perlu juga Pendidikan itu berhubungan dengan kodrat
keadaan dan keadaannya setiap anak. Andaikata anak tidak baik dasarnya, tentu anak
tersebut perlu mendapatkan tuntunan agar semakin baik budi pekertinya. Anak yang
dasar jiwanya tidak baik dan juga tidak mendapat tuntunan Pendidikan, tentu akan

169
mudah menjadi orang jahat. Anak yang sudah baik dasarnya juga masih memerlukan
tuntunan. Tidak saja dengan tuntunan itu ia akan mendapatkan kecerdasan yang
lebih tinggi dan luas, akan tetapi dengan adanya tuntutan itu ia dapat terlepas dari
segala macam pengaruh jahat. Tidak sedikit anak-anak yang baik dasarnya, tetapi
karena pengaruh- pengaruh keadaan yang buruk, kemudian menjadi orang-orang
jahat.
Setiap anak memiliki dasar jiwa sebagai potensi bawaan. Yang dimaksud
dengan istilah ‘dasar-jiwa’ (Ainia, D. K., 2020) yaitu keadaan jiwa yang asli menurut
kodratnya sendiri dan belum dipengaruhi oleh keadaan di luar diri atau keadaan jiwa
yang dibawa oleh anak ketika lahir di dunia. Mengenai dasar jiwa yang dimiliki anak-
anak itu, terdapat tiga aliran yang berhubungan dengan soal daya pendidikan.
Pertama, aliran yaitu anak yang lahir di dunia itu diumpamakan seperti sehelai kertas
yang belum ditulis, sehingga kaum pendidik boleh mengisi kertas yang kosong itu
menurut kehendaknya. Kedua, aliran negatif, yang berpendapat, bahwa anak itu lahir
sebagai sehelai kertas yang sudah ditulisi sepenuhnya, sehingga pendidikan dari
siapapun tidak mungkin dapat mengubah karakter anak. Pendidikan hanya dapat
mengawasi dan mengamati supaya pengaruh-pengaruh yang jahat tidak mendekati
diri anak. Ketiga, aliran convergentie-theorie yang mengajarkan, bahwa anak yang
dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah ditulisi penuh, tetapi semua
tulisan-tulisan itu suram. Lebih lanjut menurut aliran ini, Pendidikan itu
berkewajiban dan berkuasa menebalkan segala tulisan yang suram dan yang berisi
baik, agar kelak nampak sebagai budi pekerti yang baik. Segala tulisan yang
mengandung arti jahat hendaknya dibiarkan, agar jangan sampai menjadi tebal,
bahkan makin suram.
Menurut convergentie-theorie, watak manusia itu dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, dinamakan bagian yang intelligible, (Zidniyati, Z., 2019) yakni bagian yang
berhubungan dengan kecerdasan dan angan-angan atau pikiran (intelek) serta dapat
berubah menurut pengaruh pendidikan atau keadaan misalnya kelemahan pikiran,
kebodohan, kurang baiknya pemandangan, kurang cepatnya berpikir dan
sebagainya. Kedua, dinamakan bagian yang biologis, yakni bagian yang berhubungan
dengan dasar hidup manusia (bios = hidup) dan yang dikatakan tidak dapat berubah

170
lagi selama hidup.
Kecerdasan intelligible (hidup angan-angan) hanya dapat menutupi tabiat-tabiat
perasaan yang tidak baik. Menguasai diri (zelfbeheersching) secara tetap dan kuat, akan
dapat melenyapkan atau mengalahkan tabiat-tabiat biologis yang tidak baik itu.
Kecerdasan budi yang dimiliki orang sungguh baik, sehingga dapat mewujudkan
kepribadian (persoonlikjkheid) dan karakter (jiwa yang berasas hukum kebatinan),
selalu dapat mengalahkan nafsu dan tabiat- tabiatnya yang asli dan biologis. Oleh
karena itu, menguasai diri (zelfbeheersching) (merupakan tujuan pendidikan dan
maksud keadaban. ‘Beschaving is zelfbeheersching’ (adab itu berarti dapat menguasai
diri), demikian menurut pengajaran adat atau etika.
Pendidikan yang memerdekakan mengandung makna sebagai usaha, proses
cara, perbuatan, pengajaran di sekolah yang dilakukan guru yang menuntun siswa
agar mereka dapat maju dan berkembang sesuai dengan kodrat masing-masing anak.
Guru mencari tahu kodrat dan karakteristik peserta didik dan menggunakannya
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Kodrat tiap
siswa mencakup potensi minat dan bakat, karakteristik, kebutuhan belajar, tahap
perkembangan, capaian pembelajaran. Dengan demikian pendidikan yang
memerdekakan menjadikan peserta didik sebagai sentral dalam merancang,
melaksanakan dan menilai pembelajaran. Melalui pendidikan yang memerdekakan
satuan pendidikan (sekolah/madrasah), para guru dan kurikulum yang dijadikan
acuan dalam pembelajaran memberikan ruang belajar yang memerdekakan, secara
keterbukaan dalam berpikir, orientasi belajar yang terukur, pola belajar dan
pembelajaran kontekstual berdasarkan potensi kodrati, karakteristik, minat dan bakat
peserta didik, serta sumber belajar yang beragam dalam rangka tumbuh kembang
potensi diri peserta didik. Dengan demikian kurikulum merdeka menjadi pijakan
dasar untuk terwujudnya pendidikan yang memerdekakan siswa.
Ada dua alasan mengapa Kurikulum Merdeka dijadikan pilihan dalam dalam
rangka pemulihan pembelajaran dan peningkatan mutu proses dan hasil
pembelajaran pada satuan pendidikan (sekolah/madrasah), yaitu: pertama,
menegaskan bahwa sekolah/madrasah memiliki kewenangan dan tanggung jawab
mengembangkan kurikulum sesuai kebutuhan dan konteksnya. Kedua, agar proses

171
perubahan kurikulum nasional terjadi secara lancar dan bertahap. Terkait dengan
kurikulum, sebenarnya tugas pemerintah adalah menetapkan kerangkanya bukan
menetapkan kurikulum yang sudah operasional dan siap digunakan begitu saja oleh
sekolah/madrasah.
Dalam praktiknya, ekosistem pendidikan kita sudah cukup lama di mana
kepala sekolah/madrasah dan guru dipandang sebagai pelaksana kebijakan pusat
dalam pelaksanaan kurikulum. Selain itu dalam hal kegiatan pembelajaran pun
demikian dimana guru kurang terlihat aktif melakukan kreasi dan inovasi model
pembelajaran kecuali mengikuti apa yang digariskan dalam pedoman dan panduan
yang diterbitkan dari pemerintah pusat. Adanya mindset kepatuhan pada aturan
yang berlebihan terkait dengan pelaksanaan tugas keprofesian mengakibatkan
adanya regulasi kurikulum yang diterbitkan dari pusat kerap dianggap sebagai resep
atau instruksi seperti format dokumen, format rancangan pembelajaran pun banyak
yang merasa perlu diseragamkan dari pusat sampai ke satuan Pendidikan di seluruh
Indonesia.
Kondisi di sebagian guru yang masih belum menunjukkan pelaksanaan tugas
berdasarkan norma keprofesian merupakan masalah kapasitas guru. Selain itu
adanya suasana belum kreatif dan inovatif sebagian juga karena regulasi yang
ditetapkan pemerintah memang kadang terlalu kaku, rinci, dan
menyeragamkan. Kondisi ini yang sedang diubah, yang salah satunya melalui
kebijakan kurikulum merdeka sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum
operasional sekolah/madrasah dan pelaksanaan pembelajaran. Intinya melalui
kurikulum merdeka sekolah/madrasah diberi tanggungjawab dan kewenangan serta
otonomi untuk mengkaji, mengembangkan dan merefleksikan kerangka kurikulum
nasional untuk diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan
serta dinamika masyarakat. Untuk itu sekolah/madrasah harus menyusun sendiri
kurikulum operasional dengan mendasarkan pada prinsip kontekstual, relevansi,
adaptabilitas, sesuai dengan kebutuhan murid dan kondisi sekolah/madrasah.
Selain menegaskan peran sekolah/madrasah dalam penyusunan kurikulum,
Perubahan kerangka kurikulum nasional tentu menuntut adaptasi yang besar. Hal ini
perlu dikelola agar menghasilkan dampak positif yang diharapkan dalam perbaikan

172
kualitas pembelajaran. Beberapa tahapan perubahan dalam inovasi kurikulum
sampai pada lahirnya kurikulum merdeka sebagai berikut: pertama, pada tahun 2019-
2020 dilakukan evaluasi Kurikulum 2013; kedua pada tahun 2020-2021 dilakukan
penyusunan kurikulum merdeka; ketiga pada tahun 2021-2022 dilakukan uji coba
terbatas dan perbaikan kurikulum prototipe melalui Program Sekolah Penggerak (SP)
dan Program SMK PK; keempat pada 2022-2024 ditetapkan menjadi kurikulum
merdeka sebagai perbaikan lebih lanjut melalui penerapan di sekolah penggerak,
SMK PK, dan sekolah/madrasah lain yang berminat dalam menerapkan kurikulum
merdeka. Dengan demikian, perubahan kurikulum nasional baru akan terjadi pada
2024 setelah dilakukan uji coba dan penilaian terhadap kurikulum merdeka.
Kurikulum merdeka tersebut telah melewati perbaikan selama 3 tahun di berbagai
jenjang dan beragam satuan pendidikan (sekolah/madrasah).
Dengan demikian pada tahun 2024 akan ada cukup banyak sekolah/madrasah
yang sudah mempelajari kurikulum merdeka dan bisa menjadi mitra belajar bagi
berbagai sekolah/madrasah lain. Pendekatan bertahap dalam inovasi kurikulum
memberi waktu bagi guru, kepala sekolah/madrasah , dan para pihak seperti dinas
pendidikan kantor kementerian agama untuk memperoleh pembelajaran lebih
lanjut. Proses belajar dan pembelajaran para aktor kunci tersebut menjadi sangat
penting sebagai fondasi transformasi pendidikan. Inovasi kurikulum dimaksudkan
untuk mengatasi krisis belajar dan peningkatan mutu pendidikan. Kurikulum
Merdeka menjadikan sekolah/madrasah sebagai tempat belajar yang aman, inklusif,
inspiratif, menantang dan menyenangkan serta produktif. Perubahan yang sistemik
takkan terjadi dalam sekejap. Harapannya, tahapan perubahan kurikulum ini akan
memberi waktu yang memadai untuk menyiapkan pondasinya yang kokoh ketika
akan diterapkan sebagai kurikulum pendidikan nasional.

b. Konsep Dasar Kurikulum Merdeka


Dalam dunia pendidikan, kurikulum memiliki peran penting dan strategis
karena sebagai acuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang efektif pada satuan
pendidikan (sekolah/madrasah). Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003
mengenai Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 butir 19 ditegaskan mengenai makna

173
kurikulum sebagai seperangkat rencana serta pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran. Kurikulum juga dijadikan sebagai pedoman dasar dalam
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran baik melalui kegiatan intra kurikuler, ko
kurikuler dan ekstra kurikuler sebagai satu kesatuan program pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Kurikulum pendidikan di Indonesia dalam perjalanannya telah mengalami
perubahan dan inovasi disebabkan dalam berbagai faktor yang melatarinya.
Tentunya perubahan dan inovasi kurikulum tersebut memiliki maksud dan tujuan
utama yaitu peningkatan kualitas lulusan program pendidikan yang unggul, berdaya
saing tinggi, menunjukkan kapasitas dan ketangguhan diri dalam memasuki
perkembangan kehidupan yang dinamis dan perubahan yang disruptif di masa
depan. Perubahan dan inovasi kurikulum juga disesuaikan dengan kebutuhan,
tantangan dan perkembangan zaman untuk meningkatkan kualitas pendidikan
Indonesia.
Perubahan dan inovasi kurikulum tidak bisa dilepaskan dengan kompetensi
dan kapasitas pelaksana kurikulum di satuan pendidikan yaitu guru. Karena itu
program yang sangat penting yang harus dilakukan sebagai bagian dari perubahan
dan inovasi kurikulum adalah peningkatan mutu kompetensi dan kapasitas guru
yaitu kesiapan menerima perubahan dan inovasi kurikulum, pola pikir guru yang
berkembang (growth mindset) dan kapasitas menerapkannya sesuai dengan filosofi,
visi, misi, tujuan, strategi adanya perubahan dan inovasi kurikulum. Memasuki
situasi pandemic Covid 19 yang berdampak pada pembelajaran dilakukan langkah
perubahan dan inovasi kurikulum dari kurikulum normal sebagaimana yang
dinamakan Kurikulum 13 menjadi Kurikulum Darurat (Sanjaya, J. B., & Rastini, R., 2020)
dan Kurikulum Prototipe sebagai suatu langkah dalam rangka pemulihan
pembelajaran akibat Covid 19 sekaligus sebagai wahana untuk perubahan dan inovasi
kurikulum. Kurikulum Prototipe diujicobakan penerapannya di sekolah yang
menjadi sasaran dan target Program Sekolah Penggerak dengan didukung oleh Guru
Penggerak. Dengan demikian situasi pandemic Covid 19 ada tiga jenis kurikulum
yang berlaku di satuan pendidikan yaitu Kurikulum 13, Kurikulum Darurat dan
Kurikulum Prototipe

174
Adanya pandemi Covid 19 yang datang secara tiba-tiba dan membuat
perubahan secara disruptif dalam berbagai sektor kehidupan manusia termasuk
perubahan disruptif dalam sektor pendidikan. Adanya perubahan disruptif yang
diakibatkan oleh kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 yang diperparah oleh
hadirnya bencana kemanusia dan kesehatan yaitu datengnya pandemi Covid 19 yang
membuat pola dan kegiatan pembelajaran berubah secara drastis dan mengalami
ketertinggalan belajar (learning loss). Perubahan drastis akibat pandemi Covid 19 dan
kemajuan era digital tidak diikuti dengan kesiapan para pelaku pendidikan (guru dan
kepala sekolah/madrasah), orang tua dan pemangku kepentingan lainnya. Sebelum
Covid 19 ada dan menjadi pandemi nasional bahkan internasional, berbagai masalah
yang ada dalam sektor pendidikan memang tidaklah sedikit antara lain masalah
kesenjangan dan pemerataan pendidikan, masalah kualitas pembelajaran, masih
rendahnya hasil tes internasional seperti hasil PISA siswa Indonesia, masalah kualitas
guru, ketersediaan fasilitas pendidikan seperti jaringan internet, ketersediaan
perangkat komputer, sarana-prasarana praktikum, dan masalah pendidikan lainnya.
Belum optimalnya pelaksanaan Kurikulum 13 di sekolah/madrasah baik karena
kompetensi guru maupun arah orientasi dan muatan dalam Kurikulum 13 serta
perkembangan dan kemajuan teknologi juga menjadi tambahan masalah yang
dihadapi dunia pendidikan. Berbagai masalah pendidikan tersebut telah banyak
bukti tertulis yang didapat dari berbagai media dan hasil penelitian berbagai pihak.
Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah dalam hal ini Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui Badan Standar, Kurikulum,
dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) membuat suatu langkah kebijakan perubahan dan
inovasi kurikulum dengan merancang kurikulum baru dengan maksud kurikulum
tersebut dapat mengatasi permasalahan pembelajaran dan dapat meningkatkan mutu
lulusan pendidikan di era baru yaitu era revolusi industri 4.0. era masyarakat 5.0 dan
era pandemi Covid 19. Kondisi tersebut yang melatarbelakangi perlunya kurikulum
baru yang dapat memberikan jawaban dan solusi terhadap permasalahan
pembelajaran. Kurikulum baru ini sebelumnya telah diujicobakan di sekolah
penggerak. Kurikulum baru tersebut bernama Kurikulum Prototipe yang selanjutnya
berubah nama menjadi Kurikulum Merdeka di tahun 2022. Kurikulum Merdeka yang

175
dicanangkan sampai tahun 2024 menjadi cikal bakal hadirnya kurikulum pendidikan
nasional yang akan diberlakukan dan menjadi acuan untuk seluruh satuan
pendidikan. Perubahan dan inovasi kurikulum tersebut dengan harapan dapat
mengatasi masalah dan dapat membangun daya saing dan ketangguhan sumber daya
manusia serta peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Kurikulum Merdeka ini
sejak 2022 -2024 sifatnya pilihan atau tidak wajib dalam penerapannya di
sekolah/madrasah. Artinya bagi sekolah/madrasah biasa yang bukan sekolah
penggerak bila ingin dan siap menerapkan Kurikulum Merdeka dibolehkan
menjalankannya tanpa paksaan. Bila belum siap, maka sekolah/madrasah dapat
menerapkan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Darurat. Pemerintah akan mendukung
apapun keputusan sekolah/madrasah dalam menerapkan kurikulum sebagai pijakan
dalam pembelajaran.
1) Pengertian Kurikulum Merdeka
Banyak pihak diantaranya para guru yang merupakan aktor terdepan dalam
implementasi kurikulum termasuk kurikulum merdeka menunjukkan rasa ingin
tahunya yang tinggi, penasaran dan bertanya-tanya terkait dengan apa itu Kurikulum
Merdeka? apa saja manfaat Kurikulum Merdeka? apa karakteristik dan prinsip
Kurikulum Merdeka? bagaimana struktur Kurikulum Merdeka? seperti apa
rancangan pembelajaran dan perangkat ajar dalam Kurikulum Merdeka? dan
bagaimana pola pembelajaran dan penilaian dalam Kurikulum Merdeka? Berbagai
pertanyaan di atas akan dijelaskan dalam uraian berikut ini.
Kurikulum Merdeka sebagai sebuah nama kurikulum sekolah disampaikan
oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi saat menyampaikan
kebijakan pendidikan Episode ke 15 Kebijakan dan Program Merdeka Belajar.
Kurikulum Merdeka sebelumnya bernama kurikulum prototipe yang merupakan
satu model kurikulum yang digunakan dalam program sekolah penggerak Untuk
memahami kurikulum prototipe terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian kata
prototipe yang berasal kata prototype sebagai kata pinjaman dan serapan dari kata
bahasa Inggris, yaitu prototype. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Online),
prototipe mengandung arti sebagai suatu model pertama yang dijadikan contoh.

176
Secara sederhana prototipe bermakna contoh yang posisikan sebagai model pertama
atau suatu kasus uji dari kegiatan inovasi.
Dalam design thinking (desain berpikir) sebagai kerangka dan paradigma
berpikir sistemik, prototipe merupakan salah satu tahapan kerja inovasi dan
pemecahan masalah. Design thinking adalah proses memecahkan masalah secara
kreatif. Menurut Binus University, design thinking adalah pendekatan berbasis solusi
untuk menyelesaikan masalah, juga proses menentang asumsi yang berfokus pada
kebutuhan pengguna atau dalam hal ini manusia. Design thinking adalah proses
berulang di mana kita berusaha memahami pengguna, menantang asumsi, dan
mendefinisikan kembali masalah dalam upaya mengidentifikasi strategi dan solusi
alternatif yang mungkin tidak langsung terlihat dengan tingkat awal pemahaman
kita. Pada saat yang sama, design thinking menyediakan pendekatan berbasis solusi
untuk menyelesaikan masalah. Ini adalah cara berpikir dan bekerja serta kumpulan
metode langsung. Design thinking berputar di sekitar minat yang mendalam dalam
mengembangkan pemahaman dari orang-orang yang menjadi tujuan perancangan
produk atau layanan. Hal ini membantu kita mengamati dan mengembangkan
empati dengan target pengguna. Design thinking membantu kita dalam proses
bertanya: mempertanyakan masalah, mempertanyakan asumsi, dan
mempertanyakan keterkaitannya. Design thinking sangat berguna dalam mengatasi
masalah-masalah yang tidak jelas atau tidak dikenal, dengan
melakukan reframing masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia,
menciptakan banyak ide dalam brainstorming, dan mengadopsi pendekatan langsung
dalam pembuatan prototype dan testing. Design thinking juga melibatkan eksperimen
yang sedang berjalan, membuat sketsa, membuat prototype, testing, dan mencoba
berbagai konsep dan ide. Dengan kata lain dalam design thinking sebagai paradigma
perubahan dan inovasi kurikulum memuat tahapan empathisme, define, Ideate,
prototype, dan test.
Prototipe menjadi satu tahapan dalam design thinking yang tersedia untuk
adanya pengujian konsep dan desain secara empirik dari sebuah inovasi termasuk
inovasi kurikulum yang diajukan sehingga dapat diterima oleh stakeholders
pendidikan, para pelaku pendidikan, untuk pengujian dapat atau tidak dapat

177
diterapkan serta untuk melihat ketepatan dan kendala yang dihadapi saat
pelaksanaan serta hasil yang diperolehnya. Kurikulum hasil inovasi setelah melewati
tahap prototipe dinamakan Kurikulum Prototipe yang merupakan kurikulum model
hasil uji coba pada sekolah penggerak yang dimaksudkan untuk dapat mengatasi
masalah pendidikan yang ada selama ini terutama dalam ranah proses dan hasil
pembelajaran dimana kurikulum menjadi instrumen yang sangat strategis
keberadaannya. Kurikulum prototipe ini meneruskan proses peningkatan kualitas
pembelajaran yang telah diinisiasi kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum
prototipe ini menguatkan praktik kurikulum berbasis konteks satuan pendidikan
yang sudah diatur dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya. Kurikulum prototipe
ini dimaksudkan untuk penguatan literasi dan numerasi dalam pembelajaran yang
efektif dan menyeluruh di semua mata pelajaran. Kurikulum Prototipe ditawarkan
juga sebagai opsi tambahan untuk rehabilitasi proses pembelajaran yang mengalami
perubahan secara disruptif akibat covid 19 dan juga sebagai langkah perbaikan dan
pembenahan pendidikan. Kurikulum prototipe mendorong pembelajaran sesuai
dengan kemampuan siswa, dan memberikan ruang tambahan untuk pengembangan
perilaku dan keterampilan dasar.
Kebijakan Kurikulum Nasional yang saat ini dinamakan Kurikulum Merdeka
yang sebelumnya Bernama Kurikulum Prototipe merupakan hasil inovasi kurikulum
yang akan ditinjau kembali pada tahun 2024 berdasarkan hasil penilaian pelaksanaan
dan penerapan Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan yang dilakukan selama
masa pemulihan pembelajaran terutama dalam situasi pandemi Covid 19 untuk
selanjutnya akan ditetapkan sebagai kurikulum baru yang dijadikan pedoman dan
acuan dalam pembelajaran di di semua jenis satuan pendidikan dan semua jenjang
pendidikan mulai pendidikan anak usia dini sampai pendidikan menengah di
Indonesia. Kurikulum merdeka guru lebih bisa mengerti, beradaptasi, dan fleksibel,
karena sesuai kemampuan muridnya. Kurikulum merdeka ini juga memberikan
kesempatan bagi guru berkreasi dan berinovasi.
Berdasarkan alur pikir design thinking di atas, maka Kurikulum Merdeka yang
akan diberlakukan mulai tahun ajaran 2022 ini merupakan model kurikulum yang
terus dikuatkan dan disempurnakan sampai tahun 2024 untuk selanjutnya menjadi

178
bahan dasar dalam penetapan kebijakan kurikulum baru pendidikan nasional sebagai
hasil dari perubahan dan inovasi kurikulum yang akan diberlakukan secara nasional
untuk semua jenis dan jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan
menengah. Perubahan dan inovasi kurikulum dengan skema tersebut agar
penerapannya dapat berjalan dengan lebih baik, semakin efektif dan efisien serta
menunjukkan peningkatan mutu proses dan hasil pendidikan sesuai dengan situasi
dan kondisi serta tantangan yang dihadapi dunia pendidikan.
2) Mengapa Perlu Ada Kurikulum Merdeka
Kepala BSKAP, Anindito Aditomo mengatakan bahwa kita mengalami krisis
belajar (learning crisis) cukup lama. Studi-studi nasional maupun internasional
menunjukkan bahwa banyak siswa kita yang tidak mampu memahami bacaan
sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar. Studi-studi tersebut juga
menunjukkan bahwa ada kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial-
ekonomi dalam hal kualitas belajar. Saat dan setelah pandemic Covid 19, krisis belajar
ini menjadi semakin parah. Untuk mengatasi krisis belajar kita perlu perubahan yang
sistemik. Kualitas guru dan kepala sekolah tentu menjadi faktor kunci kualitas
pembelajaran. Selain itu kualitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh kurikulum yang
digunakan.
Kurikulum sebagai pedoman dasar pembelajaran di dalamnya memuat
struktur dan bahan kajian yang dapat menentukan materi yang akan diajarkan di
kelas. Muatan kurikulum juga dapat mempengaruhi kecepatan pembelajaran dan
penggunaan pendekatan, model, strategi, metode, teknik dan penilaian yang
digunakan guru dalam pembelajaran. Betul bahwa guru yang hebat (the great teacher)
akan bisa menerapkan pembelajaran yang baik, apapun model kurikulumnya, tetapi
model kurikulum yang baik dan visioner bisa mendorong sebagian besar guru untuk
berfokus pada upaya tumbuh kembang karakter, pengembangan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, penguatan kompetensi dan pencapaian kapasitas dan daya
tangguh murid dalam pembelajaran.
Kurikulum pendidikan nasional sebagai kerangka acuan dalam
penyelenggaraan pendidikan nasional pada setiap jenjang dan satuan pendidikan
telah hadir sejak lama. Berikut perkembangan kurikulum pendidikan di Indonesia:

179
1) Rencana Pelajaran 1947
2) Rencana Pelajaran 1952
3) Rencana Pelajaran 1964
4) Kurikulum 1968
5) Kurikulum 1975
6) Kurikulum 1984
7) Kurikulum 1994
8) Kurikulum 2004, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi)
9) Kurikulum Periode 2006 KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
10) Kurikulum Periode 2013 (K13)
Kurikulum merdeka merupakan langkah inovasi yang merupakan hasil
evaluasi terhadap kurikulum 2013 yang masih digunakan di satuan pendidikan.
Kurikulum merdeka sebagai hasil inovasi dimaksudkan menjadi model kurikulum
yang baik dan berorientasi masa depan serta visioner. Kurikulum jenis ini
memberikan ruang pada guru dalam membangun iklim dan kultur pembelajaran
yang dapat menghantarkan siswa menjadi mandiri, pembelajar sepanjang hayat,
belajar sejalan dengan minat, bakat, dan potensi peserta didik, mendapatkan
pembelajaran yang inspiratif, menantang, menyenangkan, bermakna, fungsional dan
produktif. Kurikulum yang baik tidak memaksa guru untuk melaksanakan
pembelajaran dengan cara “kejar tayang materi”, melainkan mendorong guru untuk
lebih memperhatikan kemajuan dan kualitas belajar muridnya. Selain itu kurikulum
yang baik memberikan kemerdekaan peserta didik untuk belajar secara bertanggung
jawab, relevan dengan kebutuhan serta potensi diri mereka dalam pengembangan
karakter, kecakapan dan kompetensi yang diperlukan sejalan dengan kontek zaman
dan ruang dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Untuk itulah menjadi sangat diperlukan langkah inovasi kurikulum melalui
kurikulum prototipe sebagai model yang selanjutnya dikenal dengan Kurikulum
Merdeka sebagai bagian penting dan strategis upaya memulihkan pembelajaran dari
krisis pembelajaran yang sudah berlangsung cukup lama yang dialami bangsa dalam
penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian melalui Kurikulum Merdeka
tersebut dapat menjawab permasalahan pendidikan dan sekaligus menjadi solusi

180
yang tepat dalam menghadapi berbagai tantangan dan peluang sebagai akibat dari
adanya perubahan yang berjalan cepat dan disruptif karena kemajuan teknologi
dalam hal ini teknologi digital, perubahan masyarakat, perubahan iklim dan
termasuk perubahan akibat pandemi Covid 19.
c. Manfaat dan Hal-hal Baru dalam Kurikulum Merdeka
Sebagai pedoman pembelajaran, ada beberapa manfaat yang didapat dari
pelaksanaan Kurikulum Merdeka sebagai berikut:
1) Guru tidak mengejar tujuan pembelajaran yang padat (tidak mengejar target
kurikulum),
2) Guru menitikberatkan pada kebutuhan dan materi esensial yang dibutuhkan
untuk memperkuat perilaku, karakter dan pengetahuan siswa, dan penerapan
metode pembelajaran lebih baik dan efektif.
3) Guru diberi kesempatan untuk menggali potensi siswa secara ,maksimal
melalui berbagai kesempatan belajar dan lingkungan belajar yang lebih
kondusif dan menyenangkan bagi guru dan siswa.
4) Guru diberi kesempatan untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan karakteristik, kemampuan siswa, dan memberikan ruang
tambahan untuk pengembangan perilaku dan keterampilan dasar.
5) Guru mendapatkan efisiensi dalam pelaksanaan pembelajaran karena tidak
merasa terbebani.
Selanjutnya ada beberapa hal baru yang harus dipahami para pihak dalam
Kurikulum Merdeka yang dijadikan sebagai acuan dalam pembelajaran di
sekolah/madrasah mulai tahun ajaran 2022, yaitu :
Pertama, Kerangka Kurikulum dan Profil Pelajar Pancasila (PPP) merupakan
acuan untuk mengembangkan standar isi, standar proses dan standar evaluasi. Secara
umum, struktur Kurikulum Merdeka mencakup adanya interaksi pembelajaran lintas
mata pelajaran dan lintas guru seperti dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis
proyek. Selain itu, setiap sekolah/madrasah diberikan kesempatan untuk
mengembangkan program kerja tambahan yang akan meningkatkan kinerja siswa
dan program tersebut sehingga dapat menyesuaikan dengan visi, misi dan sumber
daya yang dimiliki sekolah/madrasah. Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan

181
pelajar Indonesia sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global, dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai pancasila, dengan enam ciri utama yakni : beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, kebhinekaan global, gotong royong,
mandiri, nalar dan kreatif. Profil ini menjadi acuan bagi sekolah/madrasah dalam
mengembangkan ketiga standar kurikulum yakni, standar isi, standar proses, serta
standar penilaian.
Kedua, hal yang penting dalam Kurikulum 2013 adanya kata KI dan KD sebagai
kerangka kualifikasi yang harus dicapai siswa setelah proses pembelajaran. Dalam
Kurikulum Merdeka yang disebut juga Kurikulum dengan paradigma baru
ditegaskan bahwa rangkaian hasil belajar berupa pengetahuan, keterampilan dan
sikap merupakan wujud dari capaian pembelajaran atau sebagai outcomes based
curriculum (capaian hasil kurikulum) sebagai satu kesatuan yang utuh dan holistik.
Oleh karena itu, setiap mata pelajaran yang dievaluasi oleh guru harus menunjukkan
nilai dan kinerja tertentu. Capaian Pembelajaran adalah rangkaian dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap sebagai kesatuan yang utuh dalam proses pembelajaran bagi
siswa. Asesmen yang diberikan oleh guru wajib mencakup pada Capaian
Pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Ketiga, pelaksanaan proses pembelajaran tematik yang selama ini hanya
dilakukan di tingkat SD/MI, dibiarkan berlangsung di tingkat lain dalam kurikulum
baru. Dengan demikian model pembelajaran tematik dapat diterapkan pada jenjang
selain SD/MI. Oleh karena itu, pada jenjang SD/MI, kelas IV, V, dan VI sebaiknya
tidak saja menggunakan pendekatan pembelajaran tematik. Dengan kata lain di
SD/MI dapat menyelenggarakan pembelajaran berbasis tematik dan atau berbasis
mata pelajaran.
Keempat, dari segi jumlah jam, kurikulum pawai baru tidak merinci jumlah jam
per minggu seperti yang diterapkan dalam Kurikulum 2013, tetapi jumlah jam per
tahun diatur dalam Kurikulum Merdeka. Oleh karena itu, setiap sekolah/madrasah
harus nyaman dalam mengelola pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Setiap mata
pelajaran boleh diajarkan pada semester biasa atau dapat diajarkan pada semester
sebelumnya, misalnya kelas IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada semester
tersendiri. Hal tersebut tidak menjadi masalah kecuali jika diselesaikan selama tahun

182
ajaran dan dapat disetujui. Jumlah jam pelajaran ditetapkan per tahun ajaran. Jika
pada kurikulum 2013 jumlah jam pelajaran ditetapkan per minggu namun dalam
Kurikulum Merdeka akan ditetapkan per tahun. Hal ini akan memudahkan guru
dalam mengatur pelaksanaan pembelajarannya.
Kelima, Sekola/Madrasah diberi kebebasan untuk menerapkan model
pembelajaran kolaboratif antar topik dan membawanya dalam lintas topik, dengan
menerapkan penilaian berbasis proyek atau penilaian portofolio. Pembelajaran
berbasis proyek sangat bermanfaat bagi siswa dan juga bagi guru. Hal ini disebabkan
oleh pembelajaran berbasis proyek bertujuan dan bermuara pada penguatan Profil
Pelajar Pancasila. Selain itu model pembelajaran tersebut memberi kesempatan bagi
pelajar mengambil pengalaman (experiential learning), dan mengintegrasikan
kompetensi esensial yang dipelajari dari berbagai mata pelajaran.
Keenam, untuk mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang
pada Kurikulum 13 tidak ada, akan kembali ada dengan nama baru yaitu informatika
yang akan dimulai pada tingkat SMP/MTs. Bagi sekolah yang tidak memiliki guru
informatika, tidak perlu khawatir untuk menerapkan mata pelajaran informatika
karena mata pelajaran ini selain diajarkan oleh guru yang berlatar belakang
pendidikan yang relevan, boleh diajarkan oleh guru dengan latar belakang bukan
bidang informasi. Untuk mendukung itu telah dikembangkan buku teks informasi
yang akan memudahkan guru dan siswa untuk menggunakan dan memahaminya.
Ketujuh, mata pelajaran IPA dan IPS digabung menjadi Ilmu Pengetahuan
Alam Sosial (IPAS). Pada tataran pendidikan dasar kelas IV, V, dan VI selama ini mata
pelajaran kelompok IPA dan IPS terpisah namun pada Kurikulum Merdeka diajarkan
secara bersamaan dalam satu mata pelajaran. Selanjutnya program peminatan seperti
IPA dan IPS serta Bahasa, keagamaan di SMA/MA tidak diberlakukan dari tingkat
kelas X. Pada kelas X siswa mempersiapkan diri untuk menentukan pilihan mata
pelajaran di kelas XI dan XII serta diwajibkan mengikuti pelajaran di kelompok mata
pelajaran wajib, keterampilan vokasi, minat dan bakat yang diminatinya dalam
Kurikulum Merdeka sesuai jenjangnya.

183
2. Menganalisis Prinsip-Prinsip Utama Yang Dijadikan Dasar Dalam
Penerapan Kurikulum Merdeka, Karakteristik Dalam Pembelajaran, Kriteria
Sekolah/Madrasah Yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka, Dan Struktur
Serta Dimensi Kurikulum Merdeka

a. Prinsip Dasar Kurikulum Merdeka


Sebagaimana dikemukakan oleh Kepala Badan Standar, Kurikulum dan
Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud-Ristek, Anindito Aditomo bahwa
kurikulum prototipe yang kemudian berubah nama menjadi Kurikulum Merdeka
adalah bentuk langkah keseriusan pemerintah dalam mewujudkan beberapa prinsip
mendasar yang menjadi benang merah desain kurikulum nasional sejak dua puluh
tahun silam. Paling tidak ada 3 (tiga) prinsip dasar dalam Kurikulum Merdeka yaitu:
1) Kurikulum Merdeka Bukan Berbasis Konten, Tetapi Berbasis Kompetensi.
Prinsip dasar ini merupakan penegasan dan kelanjutan dari prinsip
yang ada pada kurikulum sebelumnya (terutama sejak Kurikulum 2004-
Kurikulum 2006, dan Kurikulum 2013 sudah berbasis kompetensi). Artinya,
Kurikulum Merdeka didesain dan dikembangkan berdasarkan penguatan
kompetensi yang ingin ditumbuhkembangkan dan dicapai siswa. Yang
penting bukan keluasan materi atau seberapa banyak materi yang diajarkan
oleh guru, melainkan pada materi esensial, relevan, bermakna, dan pada apa
yang bisa dilakukan siswa dengan materi tersebut. Dengan demikian dalam
Kurikulum Merdeka menguatkan pada adanya pemahaman dan penguasaan
atas materi yang dilanjutkan dengan kemampuan menerapkan, mengevaluasi,
mengkreasi dan bahkan merumuskan pengetahuan itu sendiri sebagai karya
dan kreativitas siswa. Dalam Kurikulum Merdeka, prinsip ini diterjemahkan
secara lebih serius dengan berfokus pada materi yang esensial dan relevan.
Harapannya dalam Kurikulum Merdeka guru tidak terbebani hanya "kejar
tayang" menyelesaikan materi, tapi punya waktu memandu belajar peserta
didik secara merdeka dengan menerapkan pendekatan, metode dan teknik
pembelajaran yang interaktif, kolaboratif, inspiratif, kreatif, inovatif dan
bermakna sehingga terbangun kompetensi unggul pada peserta didik.

184
2) Kurikulum Merdeka Berorientasi pada Pencapaian Kompetensi secara
Holistik.
Bahwa pendidikan merupakan suatu proses yang harus dapat
menumbuhkembangkan potensi siswa secara utuh (holistik) dan terpadu
bukan hanya kemampuan akademik intelektualnya saja, tetapi juga kecakapan
dan karakternya. Sebagaimana dikemukakan oleh tokoh pendidikan nasional
Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk menumbuh-
kembangkan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelek) dan
tubuh-raga anak. Artinya pendidikan merupakan upaya memberi tuntunan
atas perkembangan potensi akal, rasa, dan raga (kekuatan kodrati anak) secara
optimal dan padu agar mereka baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup yang
setinggi-tingginya. Ketiga potensi dan kompetensi merupakan satu kesatuan
yang utuh untuk melahirkan anak yang memiliki kesempurnaan hidup, yaitu
kehidupan dan penghidupan yang selaras dengan dunianya sebagai jembatan
menuju kehidupan akhirat.
Tujuan pendidikan sebagaimana dalam pandangan Ki Hajar Dewantara
diarahkan untuk membentuk manusia merdeka segala-galanya; merdeka
pikirannya, merdeka batinnya, dan merdeka pula tenaganya, supaya dapat
bermanfaat bagi bangsa dan tanah air (h. 12). Ki Hajar Dewantara
mengingatkan bahwa kemerdekaan itu memiliki tiga macam, yaitu berdiri
sendiri (zelfstanding), tidak tergantung pada orang lain (onafhankelijk), dan
dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, selfbeschikking) (h. 4). Dengan
demikian proses pendidikan harus mengarah pada proses yang
memerdekakan dan memberdayakan dalam pembentukan manusia-manusia
merdeka berkarakter yang diikuti dengan penuh tanggung jawab dalam segala
hal dan kecakapan hidup.
Untuk mewujudkan proses dan tujuan pendidikan tersebut, kurikulum
sekolah/madrasah harus memberikan ruang untuk mengembangkan secara
holistik dan terpadu potensi kodrati peserta didik yaitu kecerdasan pikiran,
rasa, spiritual, budi pekerti dan kecapan. Kurikulum Merdeka memberi

185
penekanan dan aktualisasi ketiga potensi kodrati peserta didik untuk tumbuh
dan berkembang secara proporsional dan maksimal diantaranya dengan
memberikan porsi waktu khusus bagi pelaksanaan pembelajaran berbasis
masalah dan pembelajaran berbasis proyek sebagai bentuk pembelajaran lintas
mata pelajaran dan memandu siswa untuk berkolaborasi, menciptakan karya
atau menyelesaikan problem yang relevan bagi kehidupan mereka. Contoh
sederhananya adalah kolaborasi membuat karya budaya Islam, yang diawali
dari merancang pentas budaya, meneliti masalah sampah di lingkungan
sekitar, pementasan, pembuatan laporan dan evaluasi serta refleksi.
3) Kurikulum Merdeka Memberi Ruang bagi Kontekstualisasi Belajar
(contextual teaching learning) di Satuan Pendidikan.
Prinsip kontekstualisasi dalam kurikulum artinya adanya penyesuaian
kurikulum dengan visi-misi sekolah/madrasah dan juga kebutuhan belajar
para siswanya. Ini hanya bisa terjadi jika struktur dan materi wajib dalam
kurikulum memberi ruang untuk adanya kreasi dan inovasi secara merdeka
kepada guru dalam mengajar yang didasarkan pada rasionalitas dan
akuntabilitas serta relevansi materi dengan kehidupan saat ini dan ke depan.
Hal ini menjadi ruang yang harus difasilitasi secara lebih serius dalam
Kurikulum Merdeka seperti jam pelajaran tidak lagi diikat per minggu,
melainkan per tahun. Ketentuan ini memungkinkan sekolah/madrasah dan
guru untuk merancang kurikulum secara lebih fleksibel, terarah, tepat dan
akuntabel. Selain itu, capaian belajar juga tidak lagi menjadi "tagihan atau
ditagih" setiap tahun, melainkan tagihan setiap fase (2-3 tahun). Hal ini
memungkinkan adanya variasi kecepatan dan sekuens materi dan
pembelajaran antar sekolah/madrasah juga pada pada diri peserta didik yang
diharapkan dapat mendorong guru untuk mengajar sesuai dengan
karakteristik dan tingkat kemampuan siswa. Pola pembelajaran berdiferensiasi
menjadi salah satu alternatif yang patut diperhatikan dan diterapkan dalam
pelaksanaan pembelajaran di satuan Pendidikan.
Dengan demikian Kurikulum Merdeka berupaya memperkuat prinsip-
prinsip dasar yang sudah ada dan menjadi bagian dari prinsip-prinsip

186
kurikulum sebelumnya, terutama pada pengembangan kompetensi utuh dan
karakter siswa, serta fleksibilitas yang dapat mendorong kreativitas dan
inovasi di tingkat satuan pendidikan baik oleh kepala sekolah/madrasah, guru
dan peserta didik. Berfokus pada materi esensial, kontekstual, fleksibel,
berfokus pada penguatan kompetensi utuh dan karakteristik siswa,
mendorong guru punya ruang dan waktu yang cukup untuk menerapkan
kurikulum tersebut secara efektif, produktif dan memerdekakan serta
memberdayakan siswa. Misalnya dalam Kurikulum Merdeka memberi
penekanan pada penerapan model dan pendekatan pembelajaran diantaranya
melalui penerapan problem based learning (pembelajaran berdasarkan pemecahan
masalah) , project based learning (pembelajaran berdasarkan karya), deep learning
(pembelajaran berdasarkan pemahaman mendalam), meaningfull learning
(pembelajaran berorientasi pada makna dan pemanfaatan pengetahuan), dan bentuk
pembelajaran aktif lainnya dapat mengkontekstualisasikan materi ajar dengan
realitas sosial dan lingkungan sekitar serta perkembangan teknologi. Dengan
pola dan pendekatan pembelajaran seperti itu, akan menumbuhkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti bernalar kritis dan tumbuhnya
kreativitas siswa.
Saat ini kita hidup dalam era keterbukaan informasi dan pengetahuan
yang sangat mudah diperoleh melalui berbagai sumber digital. Perolehan
materi ajar saat ini tidak lagi dimonopoli hanya berasal guru dan sumber
materi di sekolah/madrasah. Peran guru dalam era digital ini bukan lagi hanya
menjadi penyampai informasi satu-satunya (transfer of knowledge),
melainkan sebagai fasilitator, mitra diskusi, inovator pembelajaran dan
inspirator siswa untuk terus termotivasi spirit belajarnya dan menjadikan
mereka sebagai pembelajar sepanjang hayat. Begitu juga peran
sekolah/madrasah adalah untuk membantu dan memfasilitasi siswa mencari
pengetahuan secara mandiri, mendalami, melakukan uji coba, mengevaluasi
dan menciptakan pengetahuan dan unjuk karya. Guru dan sekolah/madrasah
harus mampu menciptakan ruang, ekosistem dan lingkungan belajar terbuka,
kondusif, dan mudah mengakses sejumlah materi pengetahuan dari berbagai

187
sumber belajar digital serta memberikan ruang eksplorasi dan elaborasi
potensi belajar peserta didik secara maksimal seiring dengan yang mereka
perlukan untuk masa depannya serta memberikan ruang kesempatan untuk
mengasah nalar kritis dan kemampuan berpikir tingkat tinggi, karakter unggul
dan kecakapan mereka untuk dapat merespon dan menjawab tantangan dan
peluang yang dihadapi peserta didik sesuai dengan konteks zamannya.
b. Karakteristik Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka memiliki sejumlah karakteristik utama yang
mendukung pemulihan pembelajaran dan respon masa depan, yaitu: a.
berfokus pada pengembangan soft skill dan perilaku (menghormati etika,
kolaborasi, keragaman, kebebasan, berpikir kritis, kreativitas) akan menerima
komponen khusus pembelajaran berbasis proyek; b. berfokus pada materi
esensial yang diperlukan agar siswa memiliki waktu yang cukup untuk
mempelajari keterampilan dasar seperti membaca, menulis dan literasi dasar
abad 21; c. adanya fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran
sesuai dengan karakteristik dan kemampuan siswa (mengajar pada tingkat
yang tepat) dan melakukan penyesuaian terhadap lingkungan.
Dengan demikian Kurikulum Merdeka berfokus pada hal yang penting
seperti berfokus pada materi yang dibutuhkan untuk setiap mata pelajaran,
menyediakan tempat bagi pengembangan profesional, dengan keterampilan
mendalam seperti membaca dan menulis dan berhitung. Selain itu
karakteristik utama Kurikulum Merdeka berfokus pada rancangan kurikulum
operasional sekolah/madrasah dan rencana persiapan pembelajarannya
bersifat dinamis dan substantif. Kurikulum Merdeka menetapkan tujuan
pembelajaran di setiap tingkatan (2-3 tahun) yang dapat dilakukan secara
bertahap dan tergantung pada kapasitas dan tujuan sekolah/madrasah. Dalam
Kurikulum Merdeka ini, proses pembelajarannya lebih mudah dan fleksibel.
Hal tersebut merupakan harapan baru bagi setiap guru dalam pelaksanaan
tugas keprofesiannya. Kurikulum Merdeka juga menjadi model bagi satuan
pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama masa
pandemic Covid 19 dengan karakteristik utamanya: 1) pembelajaran berbasis

188
proyek untuk pengembangan soft skills dan karakter, 2) fokus pada materi
esensial untuk mendalami kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi, 3)
fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan
konteks global, nasional dan muatan lokal.
1) Kurikulum Merdeka Berfokus pada Pengembangan Kemampuan Non-
Teknis (soft skill) selain Teknis
Keterampilan non-teknis adalah pengembangan kemampuan terkait
dengan kemampuan untuk mensosialisasikan siswa. Dalam kurikulum
merdeka, itu tidak hanya diajarkan pada keterampilan yang berkaitan dengan
bidang yang telah ditekuni murid, tetapi juga lintas minat murid di
sekolah/madrasah. Dalam pembelajaran guru diminta untuk menyediakan
sejumlah tugas atau proyek kepada siswa yang bisa lintas mata pelajaran,
bahkan lintas peminatan murid atau siswa. Sebagai contoh dalam Kurikulum
Merdeka, siswa SD/MI paling tidak dapat melakukan dua pembelajaran
model proyek dalam satu tahun pelajaran. Sementara siswa SMP/MTs,
SMA/MA dan SMK/MAK paling tidak dapat melakukan tiga pembelajaran
model proyek. Namun demikian, sekolah/madrasah masih diberi ruang
kebebasan untuk mengembangkan program kerja terkait dengan penerapan
pembelajaran model proyek.
2) Kurikulum Merdeka Berfokus pada Materi Esensial
Dengan pembelajaran berfokus pada materi penting atau esensial, maka
ada waktu yang cukup dan leluasa untuk terwujudnya pembelajaran
mendalam (deep learning) dalam rangka penguatan kompetensi dan literasi
dasar sehingga siswa tidak tertinggal terkait dengan kemampuan dan literasi
dasar. Selain itu, dalam Kurikulum Merdeka tidak adanya jurusan dalam ilmu
sosial (IPS), Alam (IPA), dan bahasa di tingkat pendidikan menengah, tetapi
siswa diberi kesempatan untuk menentukan berdasarkan pilihan, minat dan
bakat yang relevan. Siswa juga bebas memilih mata pelajaran sesuai dengan
yang ada dalam pikiran dan potensi mereka. Hal ini didasarkan pada orientasi
Kurikulum Merdeka yang memprioritaskan pada pengembangan karakter dan

189
kompetensi esensial siswa secara holistik dan utuh. Berbeda dengan
kurikulum 2013 yang didalamnya ada istilah KI dan KD sebagai gambaran
kompetensi yang dikesankan secara parsial, sedangkan dalam Kurikulum
Merdeka gambaran prestasi dan hasil belajar digunakan istilah Capaian
Pembelajaran (CP) sebagai satu bangunan kompetensi yang menjadi satu
kesatuan terkait, holistik, dan utuh antara pengetahuan, keterampilan, dan
sikap sebagai hasil belajar sehingga dapat membangun kompetensi yang utuh.
3) Kurikulum Merdeka Memberikan Fleksibilitas Bagi Guru
Guru, dalam pembelajaran diberikan ruang fleksibilitas sehingga ketika
melaksanakan tugas keprofesiannya dapat mengajarkan materi ajar berangkat
dari masalah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Fleksibilitas
bagi guru, dimaksudkan untuk adanya pembelajaran yang sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik siswa dan melakukan penyesuaian pada
konteks dan konten lokal. Selain itu, rancangan kurikulum untuk
sekolah/madrasah juga dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Dalam
Kurikulum Merdeka, tujuan pembelajaran ditetapkan per fase, yaitu dua
hingga tiga tahun untuk memberikan fleksibilitas bagi guru dan sekolah.
Dalam implementasinya bagi satuan pendidikan (sekolah/madrasah) yang
akan menerapkan Kurikulum Merdeka dengan memperhatikan tahapan dan
langkah kerja operasional sebagai berikut :
● Langkah 1 kompleksitas sederhana, yaitu penerapan Kurikulum
Merdeka pada satuan pendidikan dilakukan dengan mengikuti contoh
yang diberikan sebagai role model;
● Langkah 2 kompleksitas dasar, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka
pada satuan pendidikan dilakukan dengan menyesuaikan contoh yang
diberikan;
● Tahap 3 kompleksitas sedang, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka
pada satuan pendidikan dilakukan dengan keterlibatan
sekolah/madrasah dan anggota masyarakat tergantung pada situasi
sekolah;

190
● Tahap 4 sangat kompleks, yaitu penerapan Kurikulum Merdeka pada
satuan pendidikan dilakukan dengan melibatkan warga
sekolah/madrasah tergantung situasi sekolah/madrasah.

3. Mengembangkan Modul Ajar Sebagai Pedoman Pembelajaran Dalam


Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Analisis Dimensi Dan Elemen Profil
Pelajar Pancasila
a. Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka
Kurikulum Merdeka memiliki 3 (tiga) fitur utama. Pertama, perkembangan
perilaku dalam pembelajaran di mana dalam kerangka Kurikulum Merdeka, ada
proporsi aktivitas pembelajaran yaitu 20-30% jam sekolah/madrasah yang digunakan
untuk pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dalam rangka penguatan Profil
Pelajar Pancasila. Kedua, memberikan kesempatan untuk belajar melalui pengalaman
(learning by experience), dan mengintegrasikan keterampilan yang diperlukan untuk
dipelajari oleh siswa dari berbagai disiplin ilmu. Ketiga, struktur pembelajaran yang
fleksibel dimana capaian pembelajaran ditetapkan berdasarkan fase-fase pencapaian
pembelajaran.
Dalam dokumen Kurikulum Merdeka sebagai contoh, ada 7 (tujuh) tema
utama dalam proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila, yang mana para guru dapat
mengembangkan ketujuh topik tersebut dan dapat merumuskan tujuan pembelajaran
yang lebih spesifik ke dalam modul ajar sebagai acuan dalam pelaksanaan
pembelajaran. Ketujuh topik tersebut yaitu:
● Membangun jiwa dan raga;
● Rekayasa dan teknologi untuk membangun NKRI;
● Bhineka Tunggal Ika;
● Gaya hidup yang berkelanjutan;
● Seni lingkungan;
● Kewirausahaan; dan
● Suara Demokrasi

191
b. Kriteria Sekolah/Madrasah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka
Agar pelaksanaan Kurikulum Merdeka berjalan baik dan sesuai dengan
maksud dan tujuan, beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam implementasi
Kurikulum Merdeka sebagai berikut :
● Warga sekolah/madrasah menunjukkan minat tinggi dan kesiapan
menerapkan kurikulum merdeka untuk memperbaiki pembelajaran.
● Kepala sekolah/madrasah yang ingin menerapkan Kurikulum Merdeka
akan diminta terlebih dahulu untuk mempelajari materi yang
dikembangkan dari pusat. Setelah mempelajari materi tersebut
sekolah/madrasah memutuskan untuk melaksanakan dengan cara
mereka akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan survei
singkat.
● Adanya proses pendaftaran dan pendataan pada sekolah/madrasah
bukan sebagai arena seleksi satuan penyelenggara pembelajaran yang
akan menerapkan Kurikulum Merdeka.
● Kesiapan dan kesediaan kepala sekolah/madrasah dan guru dalam
penerapan Kurikulum Merdeka untuk memahami dan mengadaptasi
kurikulum tersebut di konteks masing-masing. Dengan demikian,
Kurikulum Merdeka dapat diterapkan di semua sekolah/madrasah
bukan hanya di sekolah/madrasah yang punya fasilitas bagus atau yang
berada di kota saja.
● Perlunya ada pemetaan potensi diri sekolah/madrasah dalam
menyiapkan skema tingkat penerapan Kurikulum Merdeka
berdasarkan hasil survei yang diisi sekolah/madrasah ketika satuan
pendidikan tersebut mendaftarkan diri sebagai pelaksana Kurikulum
Merdeka.
● Sekolah/madrasah yang sudah terbiasa mengadaptasi materi dan
kerangka Kurikulum Merdeka akan disarankan untuk mengadopsi
Kurikulum Merdeka secara penuh. Sekolah/madrasah seperti ini
sebenarnya sudah menerapkan substansi dari pembelajaran yang ingin

192
didorong melalui Kurikulum Merdeka. Sekarang mereka diberi
penguatan dan rekognisi formal.
● Sekolah/madrasah yang belum terbiasa akan disarankan mencoba
menerapkan Kurikulum Merdeka secara parsial. Di tahun pertama,
mereka masih menggunakan Kurikulum 2013, namun sambil
mempelajari dan menerapkan beberapa komponen dari Kurikulum
Merdeka. Misalnya, menggunakan buku teks baru untuk mata pelajaran
tertentu, menggunakan asesmen diagnostik untuk literasi dan numerasi,
atau menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk tema-tema
tertentu.
● Tidak ada seleksi dalam proses pendaftaran untuk menerapkan
Kurikulum Merdeka. Perlunya melakukan survey atau pemetaan untuk
mendapatkan informasi tingkat kesiapan sekolah/madrasah dan
menyiapkan bantuan yang diperlukan sesuai kebutuhan dalam
implementasi Kurikulum Merdeka.
● Untuk menerapkan Kurikulum Merdeka, sekolah/madrasah menyusun
kurikulum operasional menjadi tugas dan kewenangan
sekolah/madrasah secara mandiri. Dengan demikian kurikulum antar
sekolah/madrasah bisa berbeda sesuai dengan karakteristik murid dan
kondisi sekolah/madrasah asalkan tetap mengacu pada kerangka yang
sama sebagaimana dalam kerangka umum kurikulum
merdeka. Penyusunan kurikulum operasional sekolah/madrasah
merupakan bagian dari otonomi keilmuan dan keprofesionalan guru.
Sebagai profesional, guru memiliki tugas dan kewenangan untuk
bekerja secara otonom, mandiri, dan akuntabel berlandaskan norma
profesi dan keilmuan yang relevan termasuk dalam penyusunan
kurikulum.

c. Struktur Kurikulum Merdeka


Struktur Kurikulum Merdeka merupakan pengorganisasian atas capaian
pembelajaran, muatan pembelajaran, dan beban belajar. Pemerintah mengatur

193
muatan pembelajaran wajib beserta beban belajarnya. Satuan pendidikan dan/atau
pemerintah daerah dapat menambahkan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan
karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah. Pembelajaran dalam Kurikulum
Merdeka dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu: pembelajaran reguler atau
rutin yang merupakan kegiatan intrakurikuler; dan pembelajaran berbasis proyek
yang diorientasikan untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila. Pelaksanaan
pembelajaran reguler untuk setiap mata pelajaran mengarah pada CP (Capaian
Pembelajaran) dan Profil Pelajar Pancasila.
Pembelajaran berbasis proyek dalam proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila
diselenggarakan untuk menguatkan upaya pencapaian profil tersebut. Pembelajaran
berbasis proyek untuk menguatkan pencapaian Profil Pelajar Pancasila diatur sebagai
berikut: 1) dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan; 2) tidak
diarahkan untuk mencapai target CP tertentu, sehingga tidak terikat pada konten
mata pelajaran; 3) merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih fleksibel, tidak
terpaku pada jadwal belajar seperti kegiatan reguler, serta lebih banyak melibatkan
lingkungan dan masyarakat sekitar dibandingkan pembelajaran reguler; dan 4)
peserta didik berperan besar dalam menentukan strategi dan aktivitas proyeknya,
sementara guru atau pendidik berperan sebagai fasilitator.
Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah yang menambahkan muatan
tambahan sesuai kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah,
secara fleksibel dapat mengelola kurikulum muatan lokal. Pembelajaran muatan lokal
dapat dilakukan melalui 3 (tiga) pilihan sebagai berikut:
1) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam mata pelajaran lain. Satuan
pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menentukan capaian
pembelajaran untuk muatan lokal, kemudian memetakannya ke dalam mata
pelajaran lain. Sebagai contoh, tentang batik diintegrasikan dalam mata
pelajaran Seni Rupa, sejarah lokal suatu daerah diintegrasikan ke dalam mata
pelajaran IPS, dan sebagainya.
2) Mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema projek penguatan Profil Pelajar
Pancasila. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat
mengintegrasikan muatan lokal ke dalam tema proyek penguatan Profil Pelajar

194
Pancasila. Sebagai contoh, proyek dengan tema wirausaha dilakukan dengan
mengeksplorasi potensi kerajinan lokal, proyek dengan tema perubahan iklim
dikaitkan dengan isu-isu lingkungan di wilayah tersebut, dan sebagainya.
3) Mengembangkan mata pelajaran khusus muatan lokal yang berdiri sendiri
sebagai bagian dari program intrakurikuler. Satuan pendidikan dan/atau
pemerintah daerah dapat mengembangkan mata pelajaran khusus muatan
lokal yang berdiri sendiri sebagai bagian dari program intrakurikuler. Sebagai
contoh, mata pelajaran bahasa dan budaya daerah, kemaritiman,
kepariwisataan, dan sebagainya sesuai dengan potensi masing-masing daerah.
Dalam hal satuan pendidikan membuka mata pelajaran khusus muatan lokal,
beban belajarnya maksimum 72 (tujuh puluh dua) jam pelajaran per tahun
ajaran atau 2 (dua) jam pelajaran per minggu.
Berikut ini karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang satuan
pendidikan seperti PAUD, SD/MI dan SMP/MTs (sederajat), SMA/MA, SMK/MAK
(sederajat) dan SLB.
1) Untuk Jenjang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang PAUD menekankan
pada :
a) Aktivitas bermain sebagai proses pembelajaran utama.
b) Memperkuat pra-literasi dan pembentukan karakter melalui kegiatan
belajar-bermain berbasis buku bacaan anak.
c) Memberi penekanan pada kemampuan tingkat dasar untuk meningkatkan
kesiapan masuk SD/MI.
d) Untuk memperkuat Profil Pelajar Pancasila, pembelajaran berbasis proyek
diberikan melalui festival dan festival lokal.
2) Untuk Jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SD/MI memperkuat
keterampilan dasar dan pemahaman umum yaitu:
a) Untuk memahami lingkungan sekitar, mata pelajaran IPA dan IPS
digabungkan menjadi IPAS.

195
b) Integrasi pemikiran komputasional dalam bahasa Indonesia, matematika
dan sains.
c) Bahasa Inggris sebagai Pilihan:
d) Pembajaran berbasis proyek diberikan setidaknya 2 kali per tahun ajaran
untuk meningkatkan Profil Pelajar Pancasila.
3) Untuk Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP.MTs)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SMP/MTs memperkuat
keterampilan dasar dan pemahaman umum yaitu:
a) Menyesuaikan kemajuan teknologi digital, informatika yang akan menjadi
topik wajib.
b) Panduan untuk Guru Informatika telah dikembangkan untuk membantu
guru pemula dan guru yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
informasi
c) Pembelajaran berbasis proyek diberikan setidaknya diadakan setidaknya 3
kali dalam satu tahun ajaran dalam rangka penguatan Profil Pelajar
Pancasila.
4) Untuk Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA.MA)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SMA/MA memperkuat
keterampilan dan pemahaman lanjut yaitu:
a) Arah pelaksanaannya lebih fleksibel menyesuaikan dengan kebutuhan
siswa, karena pilihannya adalah materi esensial pada pelajaran (bukan
program khusus/jurusan).
b) Di kelas 10, siswa mempersiapkan diri untuk kelas 11. Mata pelajaran yang
dipelajari hampir sama dengan pelajaran di sekolah menengah pertama..
c) Siswa kelas 11 dan 12 akan mengambil mata pelajaran dari kelompok wajib
belajar, dan memilih mata pelajaran dari kelompok Matematika-IPA, IPS,
Bahasa, dan kejuruan sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan cita-
citanya.
d) Untuk memperkuat profil Pancasila, pembelajaran berbasis proyek
dilakukan minimal 3 kali setahun dan penekanan pada adanya tugas siswa
menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.

196
5) Untuk Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/MAK)
a) Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SMK/MAK
memperkuat keterampilan dan pemahaman lanjut yaitu:
b) Dunia kerja dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kurikulum
dan pembelajaran.
c) Struktur kurikulumnya sederhana dalam dua kelompok: umum dan
kejuruan-vokasional. Persentase kelompok kejuruan-vokasional telah
meningkat dari 60% menjadi 70%.
d) Menerapkan pembelajaran berbasis proyek dengan menggabungkan isu-
isu yang relevan.
e) Praktek Kerja Lapangan (PKL) merupakan mata pelajaran wajib minimal 6
bulan (satu semester).
f) Siswa dapat memilih mata pelajaran di luar program pengetahuan mereka.
g) Menyisihkan waktu untuk pembelajaran berbasis project dalam rangka
penguatan Profil Pelajar Pancasila dan budaya kerja siswa dengan
meningkatkan soft skill
6) Untuk Jenjang Sekolah Luar Biasa (SLB)
Karakteristik dan struktur Kurikulum Merdeka pada jenjang SLB memperkuat
keterampilan dan pemahaman yaitu:
a) Hasil pendidikan khusus adalah untuk mereka yang memiliki hambatan
mental dan fisik
b) Penerapan prinsip peningkatan kurikulum pada siswa berkebutuhan
khusus di sekolah luar biasa (SLB) memiliki hasil belajar yang sama dengan
sekolah reguler.
c) Sama halnya dengan siswa di sekolah formal, siswa di sekolah luar biasa
(SLB) menerapkan pembelajaran berbasis proyek untuk memperkuat Profil
Pelajar Pancasila dengan menerapkan tema yang sama dengan sekolah
reguler berdasarkan karakteristik dan kebutuhan khusus siswa di sekolah
luar biasa.

197
c. Pengembangan Perangkat Ajar Kurikulum Merdeka
Pada Kurikulum Merdeka perangkat ajar yang digunakan tidak lagi
menggunakan istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) melainkan
menggunakan Modul Ajar. Secara umum modul ajar merupakan satu kesatuan bahan
pembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik secara mandiri dengan
komponen dan petunjuk yang jelas yang dikemas secara sistematis, menarik, dan
menantang sehingga peserta didik dapat mengikuti secara runtut tanpa campur
tangan pengajar. Modul ajar bukan hanya sekedar berisi kumpulan materi dan soal
sebagaimana pada umumnya selama ini, akan tetapi sebagai buku pedoman peserta
didik dalam belajar, yang berisi tentang keseluruhan rangkuman materi yang harus
dikuasai oleh peserta didik dan latihan soal yang harus dikerjakan peserta didik.
Modul ajar dalam Kurikulum Merdeka pada hakikatnya memuat Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan Surat Edaran Nomor 14 Tahun 2019
tentang Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), berbagai materi
pembelajaran, lembar aktivitas peserta didik, dan asesmen untuk mengecek apakah
tujuan pembelajaran dicapai peserta didik. Dalam penyusun modul ajar, terdapat
beberapa istilah baru yang tidak ada sebelumnya di kurikulum 2013, diantaranya
seperti: Capaian pembelajaran; Profil Pelajar Pancasila; pemahaman bermakna;
pertanyaan pemantik; bahan bacaan guru dan peserta didik; serta glosarium. Dalam
ebook Panduan Pembelajaran dan Asesmen Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
yang diterbitkan oleh Pusat Asesmen dan Pembelajaran, Badan Penelitian dan
Pengembangan dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi pada tahun 2021 ditegaskan perlunya satuan pendidikan mengembangkan
modul ajar selain mempelajari modul ajar yang sudah diterbitkan oleh Pusat Asesmen
dan Pembelajaran. Guru dengan dukungan kepala sekolah/madrasah pada satuan
pendidikan membuat perangkat ajar dalam bentuk modul ajar untuk digunakan
dalam pembelajaran.
Modul ajar adalah sejumlah alat atau sarana, media, metode, petunjuk dan
pedoman pembelajaran yang dirancang secara sistematis dan menarik sebagai
perangkat ajar yang di dalamnya memuat alur tujuan pembelajaran yang
dikembangkan dari capaian pembelajaran. Dengan demikian satuan pendidikan

198
dapat menyusun, membuat, memilih, dan memodifikasi modul ajar tersebut sesuai
dengan karakteristik daerah, satuan pendidik, dan peserta didik. Komponen modul
ajar pada Kurikulum Merdeka meliputi tiga komponen pokok yaitu informasi umum,
komponen inti, dan lampiran. Berkut penjelasan ketiga komponen tersebut :
1) Komponen informasi umum, mencakup :
a) Identitas sekolah/madrasah, meliputi data sekolah, nama penyusun dalam hal
ini adalah guru, nama institusi. Disusul oleh tahun disusunnya modul ajar,
kemudian jenjang sekolah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA atau SMK/MAK.
Selanjutnya kelas dan alokasi waktu ini. Hal-hal tersebut merupakan data yang
ada pada identitas sekolah/madrasah.
b) Kompetensi awal, berisi tentang pengetahuan atau keterampilan yang perlu
dimiliki siswa sebelum mempelajari topik tertentu. Kompetensi awal
merupakan ukuran kemampuan awal yang dimiliki peserta didik sebagai
dasar menentukan seberapa dalam modul ajar dirancang. Kompetensi awal
juga merupakan dasar untuk menentukan kompetensi yang ada ditetapkan di
modul ajar.
c) Profil Pelajar Pancasila, merupakan tujuan akhir dari suatu kegiatan
pembelajaran yang berkaitan erat dengan pembentukan karakter peserta didik.
Dengan demikian Profil Pelajar Pancasila hendaknya dapat tercermin dalam
konten atau metode pembelajaran. Di dalam pembelajaran Profil Pelajar
Pancasila tidak perlu dicantumkan seluruhnya, akan tetapi dapat memilih
Profil Pelajar Pancasila yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran dalam
modul ajar tersebut.
d) Sarana dan prasarana, merupakan fasilitas dan bahan yang dibutuhkan untuk
menunjang kegiatan pembelajaran. Bagian sarana merujuk pada alat dan
bahan yang digunakan, sementara prasarana di dalamnya termasuk materi dan
sumber belajar lainnya yang relevan.
e) Target peserta didik, terdapat beberapa hal yang diperhatikan. Yang pertama
adalah peserta didik reguler atau dengan tipikal umum, tidak ada kesulitan
dalam mencerna dan memahami materi pelajaran. Yang kedua adalah peserta
didik dengan kesulitan belajar, memiliki gaya belajar yang terbatas hanya satu

199
gaya. Misalnya dengan audio memiliki kesulitan dengan bahasa dan
pemahaman materi ajar, kurang percaya diri, kesulitan konsentrasi, dan
sebagainya. Yang ketiga peserta didik dengan pencapaian tinggi, yaitu
mencerna dan memahami dengan cepat mampu mencapai keterampilan
berpikir tingkat tinggi (HOTS) dan memiliki keterampilan memimpin.
f) Model pembelajaran yang digunakan, merupakan model atau kerangka
pembelajaran yang memberikan gambaran sistematis pelaksanaan
pembelajaran. Dalam hal ini model pembelajaran dapat berupa; (1) model
pembelajaran tatap muka, (2) pembelajaran jarak jauh (PJJ), atau (3)
menggunakan blended learning.

2) Komponen Inti
Komponen inti dalam modul ajar setidaknya memiliki 8 (delapan) unsur yaitu
tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran, pemahaman bermakna,
pertanyaan pemantik, persiapan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, asesmen,
pengayaan dan remedial, dan refleksi pembelajaran. Berikut penjelasan terkait
dengan unsur-unsur dalam koponen inti yaitu:
a) Tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dan
alur tujuan pembelajaran harus mencerminkan hal-hal penting dari
pembelajaran serta harus bisa diuji dengan berbagai bentuk asesmen atau
penilaian sebagai bentuk dari unjuk pemahaman. Unsur tujuan pembelajaran
dan alur tujuan pembelajaran menentukan kegiatan belajar, sumber daya yang
digunakan, kesesuaian dengan keberagaman murid, dan metode asesmen
yang digunakan. Kemudian tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran
bisa dari berbagai bentuk. Baik itu pengetahuan yang berupa fakta dan
informasi, pemahaman konseptual, pemikiran dan penawaran keterampilan,
dan kolaboratif dan strategi komunikasi.
b) Pemahaman bermakna, adalah informasi tentang manfaat yang akan peserta
didik peroleh setelah mengikuti proses pembelajaran. Manfaat tersebut
nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh,
manusia berorganisasi untuk memecahkan masalah dan mencapai suatu

200
tujuan. Kemudian yang kedua, makhluk hidup beradaptasi dengan
perubahan.
c) Pertanyaan pemantik. Pertanyaan pemantik dibuat oleh guru untuk
menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemampuan berpikir kritis dalam diri
peserta didik. Dalam hal ini pertanyaan pemantik dapat memandu siswa
untuk memperoleh pemahaman bermakna sesuai dengan tujuan
pembelajaran. Misalnya pada pembelajaran menulis cerpen, guru dapat
mendorong pertanyaan pemantik “apa yang membuat sebuah cerpen menarik
untuk dibaca?” atau “jika kamu diminta untuk membuat akhir cerita yang
berbeda apa yang akan kamu usulkan?”
d) Persiapan pembelajaran. Urutan kegiatan pembelajaran inti dalam bentuk
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang dituangkan secara konkret.
Disertakan opsi pembelajaran alternatif dan langkah untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan.
e) Kegiatan pembelajaran. Langkah kegiatan pembelajaran ditulis secara
berurutan sesuai dengan durasi waktu yang direncanakan. Kegiatan
pembelajaran ini meliputi tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup.
Dalam kegiatan pembelajaran mengharuskan penerapan pendekatan dan
metode pembelajaran aktif antara lain proyek based learning, problem based
learning, deep learning, difference learning dan lainnya untuk pencapaian
kompetensi Profil Pelajar Pancasila sebagai cerminan kecakapan abad 21.
f) Asesmen. Asesmen digunakan untuk mengukur ketercapaian pembelajaran di
akhir kegiatan. Kriteria pencapaian harus ditentukan dengan jelas sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Terdapat 3 (tiga) jenis asesmen,
sebelum pembelajaran (diagnostik), asesmen selama proses pembelajaran
(formatif), dan asesmen pada akhir proses pembelajaran (sumatif). Minimal 3
jenis asesmen ini yang nantinya akan dituliskan di komponen inti pada modul
ajar. Bentuk asesmen yang bisa dilakukan adalah; (1) sikap meliputi profil
pelajar Pancasila dapat berupa observasi, penilaian diri, penilaian teman
sebaya, dan anekdotal (2) performa yang bisa meliputi presentasi, drama,
pameran hasil karya, jurnal, penilaian portofolio, penilaian produk dan lain

201
sebagainya, dan (3) bentuknya tertulis yang meliputi tes objektif, berupa esai,
pilihan ganda, isian singkat, dan benar atau salah.
g) Pengayaan dan remedial, merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan
pada peserta didik dengan capaian tinggi agar mereka dapat mengembangkan
lebih lanjut potensinya secara optimal. Remedial diberikan kepada peserta
didik yang membutuhkan bimbingan untuk memahami materi atau
pembelajaran mengulang. Saat merancang kegiatan pengayaan perlu
diperhatikan mengenai diferensiasi. Contohnya lembar belajar atau kegiatan
yang berbeda dengan kelas.
h) Refleksi, merupakan suatu hal yang perlu guru dan peserta didik lakukan.
Karena dengan refleksi, guru dan peserta didik dapat mengukur sejauh mana
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan memiliki nilai bermakna.
3) Lampiran
Pada komponen lampiran, terdapat setidaknya 4 (empat) unsur dalam modul ajar
pada Kurikulum Merdeka ini. Keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut.
a) Lembar kerja peserta didik. Lembar kerja peserta didik dibuat guru yang
ditujukkan kepada peserta didik untuk membantu aktivitas belajar agar
terarah dan terbimbing dan dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan
termasuk diberikan kepada peserta didik lainnya. Salah satunya bisa juga
diberikan kepada peserta didik yang non reguler.
b) Bahan bacaan guru dan peserta didik. Bahan bacaan guru dan peserta didik
digunakan sebagai pemantik sebelum kegiatan pembelajaran dimulai atau bisa
juga untuk memperdalam pemahaman materi pada saat atau akhir kegiatan
pembelajaran. Bahan bacaan dapat berupak artikel, infografis, hasil penelitian,
poster, video pembelajaran, dan sumber belajar digital lainnya yang relevan
c) Glosarium, merupakan kumpulan istilah-istilah dalam suatu bidang yang
ditulis secara alfabetik dan dilengkapi dengan definisi dan artinya dari setiap
istilah yang ada di glosarium. Dalam hal ini glosarium diperlukan untuk kata
atau istilah yang memerlukan penjelasan lebih mendalam.
d) Daftar pustaka, merupakan sumber-sumber referensi yang digunakan dalam
penyusunan modul ajar. Referensi yang dimaksud adalah semua sumber

202
belajar, baik buku siswa, buku referensi, majalah, koran, jurnal, situs internet,
lingkungan sekitar, narasumber, dan sumber bacaan lainnya yang digunakan
dan relevan.

A. TINDAK LANJUT BELAJAR

Untuk meningkatkan kemampuan analisis, Saudara dapat melakukan


beberapa aktivitas tindak lanjut dari kegiatan belajar ini, di antaranya
sebagai berikut:

1. Simaklah sumber belajar dalam bentuk video/artikel pada LMS


Program PPG. Kemudian lakukan analisis berdasarka konten!
2. Kaitkan konten video/artikel dengan nilai-nilai moderasi dalam proses
pembelajarannya di sekolah/madrasah!
3. Ikuti tes akhir modul dan cermati hasil tesnya. Bila hasil tes akhir
modul di bawah standar minimum ketuntasan (70), maka Saudara
melakukan pembelajaran remedial dengan memperhatikan petunjuk
dalam LMS program PPG.
4. Aktifitas tindak lanjut lebih detail, silahkan mengikuti tagihan tugas
yang ada di LMS.

B. PENUTUP

Glosarium Kegiatan Belajar 4

Capaian merupakan suatu ungkapan tujuan pendidikan, yang


Pembelajaran merupakan suatu pernyataan tentang apa yang diharapkan
diketahui, dipahami, dan dapat dikerjakan oleh peserta didik
setelah menyelesaikan suatu periode belajar.
Glosarium Suatu daftar alfabetis istilah dalam suatu ranah pengetahuan
tertentu yang dilengkapi dengan definisi untuk istilah-istilah
tersebut. Biasanya glosarium ada di bagian akhir
suatu buku dan menyertakan istilah-istilah dalam buku

203
tersebut yang baru diperkenalkan atau paling tidak, tak umum
ditemukan.
Intrakurikuler segala kegiatan proses belajar mengajar yang dilakukan di
sekolah sesuai dengan struktur program kurikulum yang
berlaku untuk menggapai tujuan minimal tiap pelajaran
Muatan Lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak
dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Proyek rencana pekerjaan dengan sasaran khusus dan dengan saat
penyelesaian yang tegas
Teknologi Secara etimologi, teknologi berasal dari kata technologia
(bahasa Yunani) techno artinya ‘keahlian’ dan logia artinya
‘pengetahuan’. Sementara secara umum, pengertian teknologi
adalah penerapan pengetahuan ilmiah untuk tujuan praktis
dalam kehidupan manusia atau pada perubahan dan
manipulasi lingkungan manusia.

Daftar Pustaka

Ainia, D. K. (2020). Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara Dan


Relevansinya Bagi Pengembanagan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 3(3),
95-101.
Febriyanti, N. (2021). Implementasi Konsep Pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara. Jurnal Pendidikan Tambusai, 5(1), 1631-1637.
Ke-Indonesiaan, M. P., & Zuriah, N. PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS
KEARIFAN LOKAL. Prosiding, 26.
Kepmendikbudristek No. 56 Tahun 2022 Pedoman Penerapan Kurikulum dalam
rangka Pemulihan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka)
Sanjaya, J. B., & Rastini, R. (2020). Implementasi Kurikulum Darurat di Masa Pandemi
COVID-19 Dalam Upaya Pemenuhan Hak Pendidikan. JIL: Journal of Indonesian
Law, 1(2), 161-174.
Zidniyati, Z. (2019). Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar di Era Revolusi
Industri 4.0. Jurnal Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam, 3(1), 41-58.

204

You might also like