You are on page 1of 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu memiliki fungsi sebagai referensi atau rujukan

dalam sebuah karya tulis. Pingkan O.E. Talumewo (2014) dengan

permasalahan yang ditemukan adalah seringkali konsumen mendapati menu

makanan atau minuman yang akan mereka pesan habis terjual, padahal KFC

di Manado menyediakan makanan atau minuman tersebut. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui manajemen rantai pasok terhadap persediaan

bahan baku di KFC cabang Multimart Manado. Metode dalam penelitian ini

menggunakan metode kualitatif. Alat analisis yang digunakan adalah

triangulasi yaitu reduksi data, display data dan menarik kesimpulan.

Hasil penelitian ini adalah manajemen rantai pasokan berdampak pada

persediaan bahan baku di KFC cabang Multimart Manado, dimana dengan

rantai pasokan yang baik yaitu lancar, memenuhi kualitas, serta tepat waktu

akan berdampak pada persediaan bahan baku yang dibutuhkan oleh pihak

perusahaan baik untuk persediaan jangka pendek, jangka menengah,

maupun jangka panjang dan faktor-faktor dari manajemen rantai pasokan

yang berdampak pada persediaan bahan baku antara lain perencanaan rantai

pasokan, pengelolaan rantai pasokan, dan pengontrolan rantai pasokan.

Stefvani Flauren Kambey (2016) dengan permasalahan yang

ditemukan adalah harga kubis yang fluktuatif yang disebabkan oleh

pengaturan sistem rantai pasok yang tidak efisien. Tujuan dalam penelitian

5
6

ini adalah untuk mengetahui rantai pasokan sayuran kubis di Kelurahan

Rurukan Kota Tomohon, dan mengetahui kebutuhan dan proses pasokan

sayuran kubis sampai ke tangan konsumen. Alat analisis yang digunakan

adalah triangulasi yaitu reduksi data, display data dan menarik kesimpulan.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif

dengan menggunakan metode survey. Hasil penelitian ini adalah jaringan

rantai pasok untuk mendistribusikan kubis terbilang kecil karena

pendistribusian kubis hanya ke pengepul/pemborong di kelurahan sendiri

dan kelurahan sekitar serta didistribusikan ke pasar tradisional.

Abdul Muis Hasibuan (2011) dengan permasalahan yang ditemukan

adalah benih jambu mente yang digunakan asal usulnya yang tidak jelas dan

kualitas benih yang digunakan juga tidak baik. Tujuan dalam penelitian ini

adalah menganalisis kondisi manajemen rantai pasok dan menyusun strategi

pengembangan rantai pasok benih unggul jambu mete di Kabupaten Flores

Timur. Alat analisis yang digunakan adalah model manajemen rantai pasok.

Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan

analisa data menggunakan metode analisis deskriptif serta menggunakan

rancangan manajemen rantai pasok. Hasil penelitian ini adalah benih yang

digunakan belum memiliki sertifikasi sehingga kualitas benih yang

dihasilkan masih rendah serta kurang optimalnya dalam pengolahan dalam

proses menghasilkan bibit yang baik karena keterbatasan keahlian dalam

melakukan grafting atau pencakokan.


7

Dari ketiga penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan

persamaan dengan penelitian ini. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah

objek penelitian, fokus pembahasan, lokasi pembahasan, variabel yang

digunakan dan hasil dari penelitian. Sedangkan persamaannya dengan

penelitian ini adalah metode analisa data, pembahasan tentang rantai pasok,

dan jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif.

B. Landasan Teori

1. Manajemen Rantai Pasokan

Untuk memahami manajemen rantai pasokan secara dalam,

penulis akan menguraikan definisi dari manajemen rantai pasokan

atau supply chain management (SCM) yang diambil dari beberapa

literatur. Sampai saat ini, telah banyak literatur dan para ahli yang

menjelaskan definisi dari manajemen rantai pasokan. Berikut ini

adalah pembahasan lebih lanjut mengenai hal tersebut.

Heizer & Render (2015) mendefinisikan, manajemen rantai

pasokan adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan

pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk jadi,

serta pengiriman ke pelanggan. Perlu adanya koordinasi dan

kolaborasi antar perusahaan pada rantai pasokan karena pada

dasarnya, semua perusahaan tersebut memiliki tujuan yang sama,

yaitu memberikan produk terbaik kepada konsumen.


8

Manajemen rantai pasokan tidak hanya melihat sisi internal,

namun juga sisi eksternal yang menyangkut hubungan perusahaan-

perusahaan partner. Aktivitas yang ada dalam manajemen rantai

pasokan yaitu menemukan transportasi ke vendor, pemindahan uang

secara kredit dan tunai, para pemasok, bank dan distributor, utang dan

piutang usaha, pergudangan dan tingkat persediaan, pemenuhan

pesanan, dan berbagi informasi pelanggan, prediksi, dan produksi.

Supply chain menyangkut hubungan yang terus-menerus

mengenai barang, uang dan informasi. Barang umumnya mengalir

hulu ke hilir, uang mengalir dari hilir ke hulu, sedangkan informasi

mengalir baik dari hulu ke hilir maupun hilir ke hulu.

Dilihat secara horizontal, ada lima komponen utama atau pelaku

dalam supply chain, yaitu supplier (pemasok), manufacturer (pabrik

pembuat barang), distributor (pedagang besar), retailer (pengecer),

customer (pelanggan). Secara Vertikal, ada lima komponen utama

supply chain, yaitu buyer (pembeli), transporter (pengangkut),

warehouse (penyimpan), seller (penjual) dan sebagainya (Assauri,

2011).

Selain itu supply chain juga memiliki arti koordinasi dan

interogasi dari salah satu kunci suatu proses bisnis, dimulai dari

supplier sampai dengan konsumen akhir yang melalui jaringan


9

distribusi. Sehingga dapat memberikan nilai tambah terhadap

pengguna akhir.

2. Strategi Manajemen Rantai Pasok

Strategi adalah kumpulan berbagai keputusan dan aksi yang

dilakukan oleh suatu organisasi atau oleh beberapa organisasi secara

bersama-bersama (Pujawan & Mahendrawati, 2014). Dalam

menyusun strategi operasional terdapat beberapa hal yang perlu

dipahami. Menurut Heizer and Render (2010) perusahaan harus

memutuskan suatu strategi rantai pasokan dalam memperoleh barang

dan jasa dari luar. Terdapat lima strategi dalam manajemen rantai

pasok seperti banyak pemasok, sedikit pemasok, integrasi vertical,

jaringan keiretsu dan perusahaan virtual.

3. Area Cakupan Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Nyoman Pujawan (2010) terdapat lima area cakupan

dalam rantai pasokan, seperti pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Area Cakupan Manajemen Rantai Pasok


Bagian Cakupan Kegiatan
Pengembangan Melakukan riset pasar, merancang produk baru,
produk melibatkan supplier dalam perancangan produk
baru
Pengadaan Memilih supplier, mengevaluasi supplier,
melakukan pembelian bahan baku dan komponen,
memonitoring supplier risiko, membina dan
memelihara hubungan dengan supplier
10

Bagian Cakupan Kegiatan


Perencanaan Demand planning, peramalan permintaan,
dan perencanaan kapasitas, perencanaan produksi, dan
pengendalian persediaan
Operasi atau Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
produksi
Pengiriman atau Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
distribusi pengiriman mencari dan memelihara hubungan
dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor
service level di tiap pusat distribusi
Sumber : Nyoman Pujawan (2010)
4. Manfaat Manajemen Rantai Pasok

Secara umum penerapan konsep Supply Chain Management

dalam perusahaan akan memberikan manfaat yaitu (Nyoman Pujawan,

2010) secara fisik Supply Chain Management dapat mengonversi

bahan baku menjadi produk jadi dan mengantarkannya kepada

konsumen akhir. Manfaat ini menekankan pada fungsi produksi dan

operasi dalam sebuah perusahaan.

Dalam fungsi ini dilakukan penggunaan dari seluruh sumber

daya yang dimiliki dalam sebuah proses transformasi yang terkendali.

Selain itu Supply Chain Management berfungsi sebagai mediasi pasar,

yaitu memastikan apa yang di pasok oleh rantai suplai mencerminkan

aspirasi pelanggan atau konsumen akhir tersebut.

5. Konsep Rantai Pasok Yang Ramping (Lean Supply Chain)

Konsep lean dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation

dengan tujuan mempercepat Lead Time, dari mulai menerima order


11

sampai pembayaran dengan menghilangkan segala bentuk

pemborosan di dalam proses dan meningkatkan nilai tambah bagi

pelanggan dengan proses yang mengalir ditarik oleh pelanggan.

Konsep lean supply chain adalah suatu proses yang bertujuan

untuk mengurangi atau menghilangkan pemborosan (waste) atau

aktivitas-aktivitas tidak bernilai tambah sepanjang rantai nilai dari

rantai pasok tersebut, F. Robert Jacobs & Richard B. Chase (2016).

Dalam konsep rantai pasok yang ramping terdapat enam proses untuk

tercapainya penerapan konsep ini yaitu pemasok yang ramping,

pengadaan yang ramping, manufaktur yang ramping, pergudangan

yang ramping, logistik yang ramping dan pelanggan yang ramping F.

Robert Jacobs & Richard B. Chase (2016).

6. Jenis-Jenis Pemborosan

Lean berfokus pada peniadaan atau pengurangan pemborosan

(atau “muda”, bahasa Jepang untuk pemborosan) dan juga

peningkatan atau pemanfaatan secara total aktivitas yang akan

meningkatkan nilai ditinjau dari sudut pandang konsumen. Dari sudut

pandang konsumen, nilai sama artinya dengan segala sesuatu yang

ingin dibayar oleh konsumen untuk suatu produk atau jasa. Semua

kegiatan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Menciptakan nilai bagi produk (Value added activities)

merupakan aktivitas yang mentransformasikan material atau

informasi yang diinginkan dari sudut pandang konsumen.


12

b. Tidak dapat menciptakan nilai, tapi tidak dapat dihindari dengan

teknologi dan asset yang sekarang dimiliki dan dibutuhkan

untuk mentransformasikan material menjadi produk (Necessary

non value added activities)

c. Tidak dapat menciptakan nilai bagi produk (Non value added

activities)

d. Pemborosan (Waste) didefinisikan sebagai segala aktivitas

pemakaian sumber daya (resources) yang tidak memberikan

nilai tambah (value added) pada produk. Pada dasarnya semua

waste yang terjadi berhubungan erat dengan dimensi waktu.

Menurut JK Liker (2006), JIT mendefinisikan ada 8 jenis waste

yang tidak memberikan nilai dalam proses bisnis atau manufaktur,

antara lain adalah sebagai berikut :

a. Produksi yang berlebih (overproduction). Kriteria

overproduction sebagai berikut :

1) Memproduksi dalam jumlah yang lebih besar dari pada

yang dibutuhkan oleh pelanggan. Memproduksi lebih awal

atau lebih cepat dari yang dibutuhkan pelanggan

menciptakan pemborosan lain seperti biaya kelebihan

tenaga kerja, penyimpanan dan transportasi karena

persediaan berlebih. Persediaan dapat berupa fisik atau

antrean informasi.
13

b. Waktu menunggu (waiting time). Kriteria waktu menunggu

sebagai berikut :

1) Pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang

berjalan

2) Pekerja berdiri menunggu tahap selanjutnya dari proses

baik menunggu alat, pasokan, komponen dan lain

sebagainya, atau menganggur karena kehabisan material,

keterlambatan proses, kerusakan mesin dan bottleneck.

3) Waktu menunggu informasi

4) Material yang keluar dari satu proses dan tidak langsung

dikerjakan diproses selanjutnya

c. Transportasi (transportation). Kriteria transportasi sebagai

berikut :

1) Memindahkan barang dalam proses (WIP) dari satu

tempat ke tempat yang lain dalam satu proses, bahkan jika

hanya dalam jarak dekat.

2) Menciptakan angkutan yang tidak efisien.

3) Pemindahan yang repetitif dan menempuh jarak jauh.

d. Proses yang berlebih (processing). Kriteria proses berlebih

sebagai berikut:

1) Melakukan langkah yang tidak diperlukan untuk

memproses komponen.
14

2) Melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien karena alat

dan rancangan produk yang buruk, menyebabkan gerakan

yang tidak perlu sehingga memproduksi barang cacat.

e. Persediaan berlebih (inventory)

Salah satu kriteria persediaan berlebih adalah persediaan

yang dapat meningkatkan risiko barang kedaluarsa, barang

rusak. Menurut Toyota persediaan adalah pemborosan. Bahan

baku, barang dalam proses atau barang jadi yang berlebih

menyebabkan lead time yang panjang, peningkatan biaya

pengangkutan dan penyimpanan, serta keterlambatan.

Persediaan berlebih juga menyembunyikan masalah

seperti ketidak seimbangan produksi, keterlambatan pengiriman

dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu set up yang

panjang.

f. Gerakan yang tidak perlu (motion). Kriteria gerakan yang tidak

perlu sebagai berikut :

1) Gerakan tersebut tidak memberikan nilai tambah bagi

produk seperti mencari, memilih atau menumpuk

komponen, alat dan lain sebagainya.

2) Berjalan juga merupakan pemborosan.

g. Produk cacat (product defect)

Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan

perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap,


15

memproduksi barang pengganti, dan inspeksi berarti tambahan

penanganan, waktu, dan upaya yang sia-sia.

h. Kreativitas karyawan yang tidak dimanfaatkan

Kehilangan waktu, gagasan, keterampilan, peningkatan,

dan kesempatan belajar karena tidak melibatkan atau

mendengarkan karyawan.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai

masalah yang penting (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan

kerangka pikir pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Sumber : Kerangka Konseptual


16

Dari kerangka pikir pada gambar 2.1 dapat dijelaskan yaitu bagaimana

penerapan manajemen rantai pasokan pada OM Ayam Sambal ijo

berdasarkan pemasok yang ramping, pengadaan yang ramping, manufaktur

yang ramping, pergudangan yang ramping, logistik yang ramping dan

pelanggan yang ramping.

You might also like