Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
UNIVERSITAS MH.THAMRIN
JAKARTA 2015
A. Latar Belakang
Gagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara mendadak yang
terlihat pada penurunan Glomerulus Filtration Rate (GFR) atau tes Kliren Kreatinin
(TKK) dan terganggunya kemampuan ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolime.
Penyakit ini disertai oliguria ( urin < 500 ml/24 jam) sampai anuria. Penyebabnya
bermacam-macam, seperti kekurangan cairan tubuh secara berlebihan akibat diare dan
muntah, perdarahan hebat atau trauma pada ginjal akibat kecelakaan, keracunan obat, dan
luka bakar. Perbandingan nilai kreatinin, laju filtrasi glomerulus dan clearence rate untuk
menilai fungsi ginjal dapat dikategorikan menjadi:
c) Katabolisme berat : kenaikan ureum darah lebih dari 50mg% perhari, dinamakan
hiperkatabolisme. yang dipengaruhi oleh : 1. Berat ringannya penyakit, 2. Gangguan
fungsi ginjal, 3. Status gizi pasien, 4. Jenis terapi yang diberikan. Pemberian diet
disesuaikan dengan keempat hal tersebut.
B. Etiologi
D. Gejala GGA
- Anoreksia
- Nausea
- Rasa lelah
- Gatal Kadar Ureum + Kreatinin
- Mengantuk
- Pusing
- Dan sesak napas
Dalam keadaan katabolic sedang dan berat, pasien memerlukan dialisis. Apabila
faktor penyebab dapat diatasi, penyakit dapat disembuhkan yang berarti fungsi ginjal
kembali normal.
Gambar. Gagal ginjal akut pada nomor 2
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Pemeriksaan darah
3. Pemeriksaan EKG
Yaitu pemeriksaan elektrokardiogram rutin pada setiap pasien gagal ginjal akut,
untuk menentukan diagnosis dan tindak lanjut hiperkalemia.
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan
progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan dan elektrolit mengalami
kegagalan, yang mengakibatkan uremia Di Indonesia peningkatan penderita penyakit
ini mencapai angka 20%. Pusat data dan informasi. Perhimpunan Rumah Sakit
seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan jumlah penderita gagal ginjal kronik
diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk. Berdasarkan data dari
Indonesia Renal Registry, suatu kegiatan registrasi dari perhimpunan nefrologi
Indonesia pada tahun 2008 jumlah pasien hemodialisis (cuci darah) mencapai 2260
orang dari 2146 orang pada tahun 2007. Hasil penelitian dari Roderick, dkk (2008),
menyatakan bahwa hampir setengah dari penduduk yang memiliki penyakit gagal
ginjal tidak mengetahui bahwa ada yang salah dengan ginjalnya. Jumlah penderita
ginjal di Indonesia diperkirakan sekitar 150 ribu pasien dan dari jumlah pasien
sebanyak ini yang benar membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal (cuci
darah/dialisa, Continuous Ambulatori Peritoneal Dialsis (CAPD) dan transplantasi)
tidak kurang dari tiga ribu pasien (Litbang Depkes, 2006).
Banyak pula yang telah menjalani terapi dialisis meninggal dunia karena mahalnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat dan diproses dialisis. Gagal ginjal dapat
menyerang siapa saja, menyerang segala usia, baik pria maupun wanita, tidak
memandang tingkat ekonomi. Pada anak, gagal ginjal kronik banyak disebabkan
karena kelainan ginjal bawaan dan tumor ginjal. Gejala gagal ginjal stadium awal
sering tidak terasa, semakin jelas bila sudah stadium akhir dimana keparahannya tidak
dapat dipulihkan seperti sedia kala. Untuk itu perlu adanya penyuluhan untuk lebih
mewaspadai kondisi ginjal kita dalam menjaga fungsi dan memelihara kesehatan
ginjal yang kita miliki (Ramdhani, 2010). Masalah-masalah penyakit kronis
mempengaruhi individu sepanjang hidupnya. Penyakit kronis terjadi pada individu
yang sangat muda juga usia pertengahan atau bahkan orang yang sangat tua. Banyak
penyakit dan kondisi kronis yang sering terjadi pada salah satu kelompok usia
dibangdingkan yang lain. Frekuensi penyakit kronis terus meningkat sejalan dengan
pertambahan usia dan banyak lansia menderita lebih dari satu penyakit kronis.
Penyakit kronis dapat terjadi pada semua jenis kelamin, tingkat sosial ekonomi, etnik,
budaya dan kelompok ras. Namun, penyakit kronis umum terjadi pada kelompok
tingkat sosial ekonomi rendah karena kurang akses perawatan kesehatan, nutrisi yang
buruk, dan sering karena gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit kronis dapat
berdampak kecil pada aktivitas atau gaya hidup seseorang (seperti pada gangguan
kulit kronis atau sinusitis kronis) atau dapat mengarah pada ketergantungan terhadap
teknologi canggih untuk menunjang 3 hidup (seperti pada sklerosis amiotrofik lateral
atau penyakit tahap akhir). Individu dengan penyakit kronis dapat berfungsi secara
mandiri dan mengarah pada hidup sempurna hanya dengan gangguan minor yang
lainnya membutuhkan pemantauan sering dan ketat atau penempatan pada fasilitas
perawatan jangka panjang (Suzanne & Brenda, 2002). Tingginya kasus gagal ginjal
berpotensi pada tingginya kasus kematian, penyebab kematian biasanya karena gagal
ginjal tidak dapat ditanggulangi dan ditambah dengan serangan jantung, stroke dan
sesak napas. Banyak orang tidak bisa menjaga pola makan dan menjaga
kesehatannya, hal ini disebabkan adanya zat pemanis, dan pewarna dalam minuman.
Untuk itu diperlukannya penanganan yang optimal supaya agar masalah tidak
menjadi besar dan terjadi komplikasi (Amelia, 2011). Peran ginjal terkadang sering
diabaikan dibandingkan dengan organorgan lainnya. Padahal ginjal mempunyai peran
yang sangat vital bagi bekerjanya tubuh kita dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Begitu pentingnya sehinga manusia diberikan dua ginjal sebagai cadangan untuk
menjaga kemungkinan bila salah satu ginjal rusak atau tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Manusia tidak akan dapat bertahan hidup lebih lama apabila kedua
ginjalnya berhenti bekerja. Melihat fungsi ginjal yang begitu penting, tentu dengan
tidak bekerjanya ginjal secara maksimal akan banyak gangguan yang terjadi dalam
tubuh kita. Tubuh akan keracunan sampah hasil metabolisme karena tidak dapat
dikeluarkan dengan baik sehingga menumpuk di dalam darah, terbawa dalam
sirkulasi aliran darah ke seluruh tubuh dan 4 akan menimbulkan gejala akibat
terganggunya sistem organ. Bahkan protein yang sangat dibutuhkan untuk
membentuk sel-sel baru pada jaringan yang rusak dan beregenerasi seperti otot,
tulang, kulit, rambut, dan kuku dapat menjadi masalah karena terganggunya ginjal.
Keadaan dimana terjadi penurunan fungsi pada ginjal yang cukup berat secara
perlahan-lahan (menahun) dengan rentang waktu lebih dari 3 bulan. CKD dapat
menimbulkan simtoma berupa laju filtrasi glomerular di bawah < 60 mL/menit, atau
di atas nilai tersebut namun disertai dengan kelainan sedimen urin. Adanya batu
ginjal juga dapat menjadi indikasi CKD pada penderita kelainan bawaan
seperti hiperoksaluria dan sistinuria. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya
tidak dapat pulih kembali (irreversible).
B. Manifestasi Klinis
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
1. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan
penderita asimtomatik.
2. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate
besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat
diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat melabihi kadar normal,
azotemia ringan, timbul nokturia dan poliuria
3. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtrationrate 10% dari
normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang.Pada tahap ini kreatinin serum
dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.
C. Tanda dan gejala
CKD awalnya tanpa gejala spesifik dan hanya dapat dideteksi sebagai peningkatan dalam
serum kreatinin atau protein dalam urin. fungsi ginjal menurun:
Tanda atau gejala umum awal adalah gatal-gatal secara terus-menerus di bagian tubuh
atau badan (bervariasi).
Tidak nafsu makan.
Pembengkakan cairan di bagian kulit, contohnya di bagian kulit kaki, betis, dan area yang
tidak biasanya.
Hemoglobin menurun drastis pada kisaran 6-9, ditandai dengan lemas dan tidak kuat
untuk berjalan kaki dalam waktu yang lama, gejala ini merupakan tanda awal sebelum ke
arah yg lebih kritis.
Karena Hemoglobin menurun, aktivitas normal biasanya terasa lebih berat dari biasanya.
Sulit buang air kecil, jika volume atau kuantitas buang air kecil menurun, perlu
diwaspadai.
Tekanan darah meningkat karena kelebihan cairan dan produksi hormon vasoaktif yang
diciptakan oleh ginjal melalui RAS (renin-angiotensin system). Ini meningkatkan risiko
seseorang untuk mengalami hipertensi dan / atau gagal jantung.
Kalium terakumulasi dalam darah (dikenal sebagai hiperkalemia dengan berbagai gejala
termasuk malaise dan berpotensi fatal aritmia jantung s)
Metabolik asidosis, karena akumulasi sulfat, fosfat, asam urat dll ini dapat menyebabkan
aktivitas enzim diubah oleh kelebihan asam yang bekerja pada enzim dan eksitabilitas
juga meningkat membran jantung dan saraf dengan promosi (hiperkalemia)karena
kelebihan asam (asidemia)
d. Pengobatan Konservatif
Pengobatan konservatif terdiri dari tiga strategi. Pertama adalah usaha-
usaha untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Kedua adalah
mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut. Ketiga adalah pengelolaan berbagai
masalah yang terdapat pada pasien dengan GGK dan komplikasinya.
Pengobatan konservatif GGK lebih bermanfaat bila penurunan faal ginjal
masih ringan. Pengobatan konservatif terdiri atas:
1. Pengaturan diet protein, kalium, natrium dan cairan
Pembatasan protein Pembatasan protein tidak hanya mengurangi kadar BUN
(kadar nitrogen urea), tetapi juga mengurangi asupan kalium dan fosfat,
serta mengurangi produksi ion hidrogen yang berasal dari protein.
2. Diet rendah kalium
Penggunaan makanan dan obat-obatan yang tinggi kadar kaliumnya dapat
menyebabkan hiperkalemia. Hiperkalemia merupakan masalah pada gagal
ginjal lanjut sehingga asupan kalium harus dikurangi. Diet yang dianjurkan
adalah 40-80 mEq/hari.
3. Diet rendah natrium
Asupan natrium yang terlalu longgar dapat mengakibatkan retensi cairan,
edema perifer, edema paru, hipertensi dan gagal jantung kongestif. Diet
natrium yang dianjurkan adalah 40-90 mEq/hari (1-2 g Na).
4. Pengaturan cairan
Cairan yang diminum penderita gagal ginjal tahap lanjut harus diawasi
dengan seksama. Asupan yang bebas dapat menyebabkan beban sirkulasi
menjadi berlebihan dan edema. Sedangkan asupan yang terlalu rendah
mengakibatkan dehidrasi, hipotensi dan lainya.
15-18
Laki-laki 42 0,85 0,8 0,7 0,6
Perempuan 38 0,85 0,8 0,7 0,6
A. Definisi
Tanda – tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler
glomerulus dan menyebabkan peningkatan permiabilitas glomerulus.
B. Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen – antibodi. Umumnya etiologi dibagi
menjadi :
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap
semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya.
2. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
4. Kelainan minimal
Pada mikroskop elektron akan tampak foot prosessus sel epitel berpadu. Dengan
cara imunofluoresensi ternyata tidak terdapat IgG pada dinding kapiler glomerulus.
5. Nefropati membranosa
6. Glomerulonefritis proliferatif
Didapatkan proliferasi sel mesangial dan proliferasi sel epitel sampai kapsular dan
viseral. Prognosis buruk.
Glomerulonefritis membranoproliferatif
Proliferasi sel mesangial dan penempatan fibrin yang menyerupai membran basalis di
mesangium. Titer globulin beta-IC atau beta-IA rendah. Prognosis buruk.
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atrofi
tubulus. Prognosis buruk.
C. Patofisiologi
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau
sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap
menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk
lansia.
D. Manifestasi Klinik
Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak.
Hipoalbuminemia < 30 g/l.
o Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan
edema muka, ascxites dan efusi pleura. (karena adanya Retensi Na & air)
Umur Losses
Bayi kurang bulan 40 ml/kg BB/ hari
Bayi baru lahir 20-30 ml/ kg BB/ hari
Anak dan Remaja 20 ml/ kg BB/hari atau 400 ml/m²
o Anorexia
o Fatique
o Nyeri abdomen
o Berat badan meningkat
o Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
o Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan
arteri.
o Hipertensi ringan
o Produksi urin berkurang (kadar albumin rendah edema
G. Komplikasi
Infeksi (akibat defisiensi respon imun)
a. Tromboembolisme (terutama vena renal)
b. Emboli pulmo
c. Peningkatan terjadinya aterosklerosis
d. Hypovolemia
e. Hilangnya protein dalam urin
f. Dehidrasi
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penatalaksanaan Terapeutik
Makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan pada Diet Sindrom Nefrotik
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Gagal_ginjal_kronis
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Ginjal
3. Stefan Silbernagl. 2006. Teks & atlas berwarna patofisiologi. 2012. Buku
kedokteran EGC, Jakarta
4. Sunita Almatsier, M.Sc. 2010. Penuntun Diet Edisi Baru. Instalasi Gizi
Perjan RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Asosiasi Dietisien Indonesia
5. Asosiasi Dietisien Indonesia(AsDI). Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI). Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI).2015. Penuntun Diet
Anak Edisi Ke 3. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia