Professional Documents
Culture Documents
Akhlak Tasawuf KLP 1
Akhlak Tasawuf KLP 1
DI
OLEH :
KELOMPOK 1
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
berkat rahmat yang sangat melimpah yang tidak ada henti-hentinya, kami
dengan kenikmatan membuat kami untuk memiliki semangat dan ide dalam
Dan ucapan terima kasih terhadap bapak Nazaruddin, M.A yang telah
Serta dengan rendah hati kami memohon kritik dan saran dari pembaca apabila
terdapat hal yang yang ganjil, agar ke depannya kami bisa lebih baik dalam membuat
karya tulis. Sebab kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Dan juga kami
makalah ini.
Demikian yang bisa kami ucapkan, kami berharap makalah yang kami buat
member manfaat kepada pembaca, dan bernilai ibadah disisi Allah Swt. Wallahul
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Kesimpulan............................................................................................... 16
B. Saran......................................................................................................... 16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara historis dan teologis, akhlak dapat memadu perjalan hidup manusia agar
selamat di dunia dan akhirat. Tidakkah berlebihan bila misi utama kerasulan
mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau itu antara lain karena
dukungan akhlaknya yang prima, hingga hal ini dinyatakan oleh Allah dalam Al-
Qur’an.
agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhamad SAW. itu dijadikan contoh dalam
Ilmu tasawuf bisa di kelompokkan menjadi dua, yakni tasawuf ilmi atau nadhari,
yaitu tasawuf yang bersifat teoritis, yang tercakup dalam bagian ini ialah sejarah
berdiri sendiri, termasuk di dalamnya ialah teori-teori tasawuf menurut bebagai tokoh
tasawuf dan tokoh luar tasawuf yang berwujud ungkapan sistematis dan filosofis.
1
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
merupakan bentuk kepribadian seseorang tanpa di buat-buat atau spontan. jika baik
menurut pandangan akal dan agama tindakan spontan itu di namakan akhlak yang
sekelompok orang pada masa rasulullah yang hidupnya di serambi masjid dan
1
Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: CV. Pustaka Setia, 2010), hal. 4.
2
3
4
SWT. Ketiga, istilah tasawuf berasal dari kata shaf yang di nisbatkan kepada orang-
Secara istilah tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri
B. Macam-Macam Tasawuf
1. Tasawuf Akhlaki
Tasawuf akhlaki jika ditinjau dari sudut bahasa merupakan bentuk frase
atau dalam kaidah bahasa Arab dikenal dengan sebutan jumlah idhafah. Frase
makna yang utuh dan menentukan realitas yang khusus. Dua kata itu adalah
sebagai sebuah tatanan dasar untuk menjaga akhlak manusia atau dalam bahasa
tidak baik, di perlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriah. Untuk itu
tercela. Tahalli : upaya mengisi atau menghiasi diri dengan perilaku dan akhlak
Oleh karena itu, tasawuf akhlaki merupakan kajian ilmu yang sangat
tasawuf pada ilmu tasawuf akhlaki, yang didasarkan pada sabda Nabi Saw.
“Sesungguhnya aku telah diutus (dengan tujuan) untuk
menyempurnakan kemuliaan akhlak.”3
Tasawuf akhlaki merupakan gabungan dari ilmu akhlak dengan ilmu
tasawuf. Akhlak erat kaitannya denga perilaku dan kegiatan manusia dalam
interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya. Jadi, tasawuf akhlaki dapat
terealisasi secara utuh, jika pengetahuan tasawuf dan ibadah kepada Allah Swt.
1) Hasan Al-Bashri
dalam. Tak heran kalau ia menjadi imam di Bashrah secara khusus dan
Qur’an.
seperti berikut:5
d) Dunia ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan
dan sore hari karena berada diantara dua perasaan takut, yaitu
mengancam.
5
Hamka, Tasauf: Perkembangan dan Pemurniannya, …, h. 78.
7
shaleh.
itu selalu seirama dengan sabda Nabi Saw. “Orang beriman yang
2) Al-Muhasibi
diberi petunjuk oleh Allah SWT. berupa penyatuan antara fiqh dan
6
Hamka, Tasauf: Perkembangan dan Pemurniannya, …, h. 79.
8
sebagai berikut:
a) Taat.
3) Al-Qusyairi
9
Beliau adalah seorang tokoh sufi utama dari abad kelima hijriah.
Jamaah, yang dalam hal ini adalah dengan mengikuti para sufi sunni
4) Al-Ghazali
diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat terlepas dari sesuatu
nikmatnya mata terletak saat kita melihat gambar yang bagus dan
saat kita melihat Allah Swt. hal inilah merupakan kenikmatan paling
7
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h 78.
11
2. Tasawuf Irfani
beberapa fase yang dikenal dengan maqom (tingkatan) dan hal (keadaan).
Lingkup perjalanan menuju Allah ini dalam kalangan sufi sering disebut
dan manusia.
a. Robi’ah Al-Adawiyah
itu juga pada tahun 185H. Ia dilahirkan sebagai putri keempat dari
penjahat dan dijual kepada keluarga atik dari suku quraisyah dan al
ikhlas dengan cinta yang berdasarkan permintaan ganti dari Allah SWT.
do’anya , “tuhanku, akankah Kau bakar kalbu yang mencintaimu oleh api
neraka?” tiba- tiba terdengar suara, “kami tidak akan melakukan itu.
Dengan pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa
3. Tasawuf Falsafi
8
Rosihan Anwar, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta: CV. Pustaka Setia, 2010), hal. 253-255.
13
filosofis tidak bisa di pandang sebagai filsafat, karena ajaran daan metodenya
di dasarkan pada dasar dzauq, dan tidak pula bisa di kategorikan pada tasawuf
neo-Plotinus.
dengan syathahiyyat, yaitu suatu ungkapan yang sulit difahami, yang seringkali
tokohnya ialah Abu Yazid al-busthami, al-Hallaj, Ibn Arabi, dan sebagainya.
dalam tasawuf di mana seorang shufi telah merasa dirinya bersatu dengan
Tuhan, suatu tingkatan dimana yang mencintai dan yang dicintai telah menjadi
satu, sehingga salah satu dari mereka dapat memanggil yang satu lagi deengan
Menurut al-Hallaj dalam diri manusia terdapat dua unsur, yakni unsur
antara tuhan dan manusia bisa terjadi dan dengan persatuan itu mengambil
bentuk hulul.
anggap menyimpang dari tauhid inilah, dan tuduhan bekomplot dengan syi’ah
teori Wahdatul Wujud. Dalam teori ini, Ibn Arabi merubah Nasut dalam hulul
menjadi al-Khaliq dan Lahut menjadi al-Haq. Kedua unsure tersebut pasti ada
pada setiap makhluk yang ada ini , sebagai aspek batin, Ibn Arabi
mengungkapkan : “ maha suci dzat yang menciptakan segala sesuatu, dan dia
Paham yang di bawa oleh para shufi falsafi membawa pro dan kontra,
karena perbedaan latar belakang sudut tinjauan dan pisau analisianya. Dalam
dunia tasawuf di kenal istilah fana’ dan baqa’ sebagaimana telah di uraikan di
depan. Ketika seseorang telah mencapai keadaan demikian, seorang shufi telah
Orang yang telah mencapai ma’rifat, hatinya bersih, dia akan merenungi
sifat-sifat tuhan, bukan pada essensi-Nya, karena dalam ma’rifat masih ada sia-
sia kegandaan yang masih tertinggal. Sifat utama Tuhan adalah ketuhanan dan
kesatuan ilahi merupakan prinsip ma’rifat yang pertama dan yang terakhir.
Tuhan bagi shufi difahami sebagai Dzat yang esa yang mendasari seluruh
sesuatu yang mewujudkan selain Tuhan, maka seluruh alam pada dasarnya
matahari atau apakah ia berlaku seperti cermin dengan mana sifat-sifat Allah
pandangan tersebut di atas. Dengan analisis seperti ini, maka hasil yang
sesuatu yang wajar saja, dan suatu konsekuensi logis. Namun apabila didekati
dengan fiqih dan ilmu kalam, adalah jenis hal tersebut di anggap suatu yang
menyimpang, karena antara khalik dan makhluk, antara ‘abid dan ma’bud tidak
bisa di satukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
diri dan berjuang memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengsn
B. Saran
Agar dimasa yang akan datang bisa jauh lebih baik lagi, kita harus lebih banyak
belajar dan terus melatih ilmu yang kita peroleh. Kami sadari dalam penulisan
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalamsegi penulisan maupun
susunan kalimatnya. Maka dari itu, sangatlah dibutuhkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Agar penulisan makalah dilain kesempatan bisa jauh
lebih baik lagi. Pesan kami jangan pernah berhenti untuk belajar, karena kunci
16
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1986.
http://tamaraislamidiani.blogspot.com/2015/06/akhlak-tasawuf-macam-macam-
tasawuf.html
Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1978.
17