You are on page 1of 11

PENGARUH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DAN

KONSTRUKTIVISTIK TERHADAP KESEHATAN MENTAL


PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

Vitalis Djarot S.
vitalisdjarot@yahoo.co.id

Abstrak
Salah satu aspek yang sangat penting untuk diperhatikan dalam kehidupan
siswa di sekolah menengah pertama adalah kesehatan mental. Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mendefinisikan kesehatan mental adalah individu tidak mengalami
gangguan mental atau tidak mengalami sakit akibat adanya stressor. Intinya
adalah bahwa batasan tentang sehat mental menunjuk pada orang yang sehat
jiwanya, orang yang dapat menahan diri untuk tidak jatuh sakit akibat stressor
(pembuat stres). Pernyataan tersebut pada dasarnya memberi petunjuk bahwa
baik-kurang baik atau tinggi-rendahnya kesehatan mental akan dapat
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan siswa sehari-hari. Sebaliknya, kesehatan
mental pun dapat dipengaruhi oleh faktor lain, baik yang bersifat internal maupun
yang bersifat eksternal. Faktor internal menyangkut unsur-unsur yang terdapat
dalam diri individu (siswa), seperti
Secara teoritis ada perbedaan yang mendasar antara pendekatan behavioristik
dan pendekatan konstruktivistik mengenai kesehatan mental, terutama bagi siswa
di sekolah menengah pertama (SMP). Pendekatan behavioristik semata-mata
mendasarkan perilaku yang nampak. Kesehatan mental dipandang sebagai
perilaku siswa dari aspek fisik semata, sehingga aspek psiologis siswa kurang
mendapatkan perhatian. Pendekatan konstruktivistik mengacu kepada konsepsi
kognitif, yang memandang kesehatan mental siswa dengan menekankan konsepsi
kognitif. Konsepsi-konsepsi kognitif dalam diri siswa yang sedang mengIkuti
aktivitas sehari-hari yang melibatkan proses berpikir (insight) dan menggunakan
logika deduktif dan induktif (reasoning).
Berangkat dari keyakinan adanya perbedaan kesehatan mental siswa SMP itu
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kesehatan mental
siswa ditinjau dari pendekatan behavioristik dan konstruktivistik.
Populasi penelitian melibatkan siswa kelas VII.A dan VII.B, yang ditetapkan
dengan teknik purposive sampling, sedang sampel penelitian ditetapkan dengan
teknik random sampling. Sampel penelitian terdiri dari dua kelompok yaitu
kelompok kontrol (K) dan kelompok eksperimen (E), dengan masing-masing
kelompok sebanyak 15 siswa.
Data penelitian tentang kesehatan mental ditinjau dari pendekatan
behavioristik dan pendekatan konstruktivistik diungkap dengan teknik angket,
kemudian hasilnya dibandingkan. Analisis data penelitian menggunakan teknik
statistik, dengan rumus bangun t-test.

Kata Kunci: Kesehatan Mental, Pendekatan Behavioristik dan Konstruktivistik


* Vitalis Djarot S adalah Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI MADIUN

56
Vitalis D.S.;Pengaruh Pendekatan Behavioristik dan Konstruktivistik …… 57

PENDAHULUAN demikian maka tujuan penelitian ini


Kesehatan mental siswa Sekolah ingin mengetahui sejauh mana
Menengah Pertama (SMP) pengaruh pendekatan behavioristik
merupakan salah satu daya jiwa yang dan konstruktivistik terhadap
melekat pada diri siswa, yang perlu kesehatan mental siswa sekolah
ditumbuhkembangkan. Tumbuh menengah pertama (SMP).
kembangnya kesehatan mental siswa Batasan kesehatan mental
sangat dipengaruhi oleh keseluruhan menurut padangan Badan
aktivitas yang dilakukan oleh siswa, Kesehatan Dunia (WHO) dalam
baik di lingkungan keluarga, sekolah Notosudirdjo (2002: 24) adalah lebih
atau masyarakat. Pernyataan ini bersifat diarahkan secara konkriet,
memberi petunjuk bahwa semakin yaitu orang yang sehat jiwanya.
siswa melakukan aktivitas maka Selanjutnya (Notosudirdjo, 2002)
akan semakin terlihat situasi dan menyatakan bahwa orang yang sehat
kondisi kesehatan mentalnya. jiwanya adlaah individu yang dapat
Banyak teori psikologi yang menahan diri untuk tidak jatuh sakit
membahas perihal kesehatan mental. akibat stressor (pembuat stres).
Beberapa di antaranya adalah teori Sedang Zakiah Daradjat (dalam
yang mengikuti aliran behavioristik Vitalis, 2003: 153) mengemukakan
dan konstruktivistik. Secara bahwa kesehatan mental adalah
psikologis masing-masing aliran terwujudnya keharmonisan yang
tersebut lebih mengedepankan sungguh-sungguh antara fungsi-
pendekatan sendiri-sendidi, fungsi jiwa, dan mempunyai
meskipun berasal dari satu sumber, kesanggupan untuk menghadapi
yaitu teori psikologi. Oleh karena itu problema-problema biasa yang
harus pula dipahami apabila masing- timbul atau yang terjadi, serta
masing pendekatan ini mempunyai merasakan positif kebahagiaan serta
kelebihan dan kelemahan. Meski kemampuan dirinya. Pandangan lain
demikian penelitian ini tidak akan sebagai kelengkapan referensi
membahas perihal kekurangan dikemukakan Frank, L.K. (dalam
dan/atau kelebihan masing-masing Notosudirdjo, 2002: 25),
pendekatan di atas. menegaskan bahwa kesehatan mental
Pembahasan tentang kesehatan adalah sebaga berikut: “Individu
mental siswa dalam penelitian ini yang sehat mental itu karena tumbuh
diarahkan pada sejauh mana dan berkembang secara positif.
pandangan masing-masing Individu tersebut terus menerus
paradigma psikologis di atas tumbuh dan berkembang, matang
terhadap kesehatan mental, dalam hidupnya, bersedia menerima
khususnya siswa di kalangan sekolah tanggung jawab, menemukan
menengah pertama (SMP. Dengan penyesuaian dalam berpartisipasi
58 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 6 No. 2, November 2016 : 56 - 66

dalam meme-lihara aturan sosial dan beberapa hal bergantung pada


tindakan dalam budayanya. pandangan kelompok, tidak suka
Atas dasar pandangan beberapa menjilat, toleransinya tinggi dan
ahli psikologi di atas, Abraham menghargai perbedaan budaya orang
Maslow dan Mittlemenn (dalam lain.
Notosudirdjo (2002: 28-30) Paradigma behavioristik terkenal
berpendapat bahwa prinsip-prinsip dengan istilah aliran psikologi
kesehatan mental pada hakikatnya perilaku, yang berpandangan tentang
adalah sebagai berikut: (1) individu (termasuk daya jiwa yang
mempunyai perasaan aman yang melekat kepadanya), adalah semata-
memadai dalam hubungannya mata mendasarkan perilaku yang
dengan pekerjaan, sosial dan nampak. Individu dalam mela-kukan
keluarganya, (2) memiliki sesuatu lebih mengutamakan aspek
kemampuan menilai diri sendiri yang fisik. Bagi aliran behavioristik
memadai, (3) memiliki perasaan perilaku psiologis kurang mendapat
spontan yang memadai, baik dengan perhatian, sehingga individu (siswa)
dirinya sendiri atau dengan orang sekedar dilihat dari satu aspek.
lain, (4) mempunyai kontak yang Individu tidak diamati secara
efisien dengan realitas, yang total/utuh sebagai subyek yang
mencakup tiga aspek, yaitu: dunia sedang beraktivitas (Gino, H.J., dkk.
fisik, sosial dan diri sendiri, (5) dalam Vitalis, 2003). Perilaku
memiliki kemampuan pengetahuan individu maupun perolehan
yang wajar, termasuk di dalamnya pengalaman-pengalaman, baru
adalah cukup mengetahui: motif, terbentuk ketika melakukan aktivitas
keinginan, tujuan, dan hambatan belajar melalui lingkungan, baik
hidup, kompensasi, pembelaan, rasa keluarga, sekolah maupun
minder, penilaian yang realistis masyarakat. Perilaku dan
terhadap kelebihan dan kekurangan pengalaman-pengalaman yang
yang terdapat pada dirinya, (6) dibentuk melalui proses belajar dapat
memiliki keinginan-keinginan fisik merupakan indikator pengembangan
(jasmani) yang memadai dan kesehatan mentalnya.
kemampuan untuk mera-sakan Proses belajar menurut
kepuasan dan kenikmatan hidup, pendekatan behavioristik walaupun
tanpa rasa takut, khawatir, kehidupan menghasilkan perubahan tingkah
seksual yang wajar, dan (7) laku yang positif, tetapi lebih bersifat
mempunyai emansipasi yang mekanistis. Proses belajar dilakukan
memadai dari kelompok atau budaya. atas dasar suatu paradigma S–R
Pengertian ini mengandung beberapa (Stimulus–Respon). Hal ini
aspek: mampu membedakan sesuatu merupakan suatu proses
yang baik dan yang buruk, dalam memberikan respon tertentu terhadap
Vitalis D.S.;Pengaruh Pendekatan Behavioristik dan Konstruktivistik …… 59

rangsangan tertentu yang berasal dari pendekatan behavioristik dalam


luar dirinya. Dahar (1999: 32) secara melihat kesehatan mental siswa
tegas menjelaskan bahwa respons- menurut Degeng (dalam Vitalis:
respons merupakan akibat, yang 2005: 17) cenderung menganggap
berupa reaksi-reaksi fisik terhadap siswa sebagai obyek yang
stimulus yang datang dari dalam diri mekanistis, dan bukan subyek belajar
subyek belajar maupun yang datang atau yang melakukan aktivitas dalam
dari luar diri sisiwa sebagai subyek hidupnya. Selanjutnya Degeng
belajar. melukiskan proses aktivitas siswa
Gino (dalam Vitalis, 2003: 56) yang mengindikasikan kesehatan
menegaskan bahwa proses hubungan mentalnya menurut paradigma
antara stimulus dan respon behavioristik antara lain meliputi
mengandung unsur-unsur utama: (1) hal-hal berikut: (a) siswa harus
unsur dorongan, subyek merasakan dihadapkan pada aturan-aturan yang
adanya kebutuhan tentang sesuatu, jelas dan ditetapkan lebih dulu secara
yang mendorongnya untuk meme- ketat, (b) esensi dalam bimbingan
nuhi kebutuhan, (2) ada rangsangan, terletak pada pembiasaan dan
sehingga individu merespon yaitu kedisiplinan yang ketat, (c) proses
berbentuk reaksi yang menyebabkan pembimbingan lebih banyak
melakukan tindakan yang jelas, yang dikaitkan dengan penegakan disiplin,
merupakan indikator kesehatan (d) kegagalan siswa dalam
mentalnya, (3) penguatan yang menambah pengetahuan dapat
diberikan kepada subyek yang dikategorikan sebagai kesa-lahan
beraktivitas untuk mengindikasikan yang perlu dihukum, (e) kontrol
kesehatan mentalnya, sehingga aktivitas dipegang oleh sistem yang
subyek merasakan adanya kebutuhan terdapat di luar diri siswa, (f) tujuan
untuk mereaksi kembali. siswa beraktivitas ditekankan pada
Pendekatan behavioristik penambahan pengetahuan dan bukan
meyakini bahwa belajar (apapun pemahaman atas kehidupan.
materi dan sasarannya) merupakan Uraian di atas memberi
suatu perilaku yang dapat diamati, gambaran bahwa pendekatan
yang terjadi melalui kaitan antara behavioristik dan kons-truktivistik
beberapa stimulus dan respons atas pada dasarnya masing-masing
dasar prinsip-prinsip mekanistik memiliki pengaruh terhadap
(Dahar, 1999: 29). Intinya bahwa kesehatan mental seseorang (siswa).
kegiatan yang dilakukan individu itu Terdapat sisi perbedaan pandang
melibatkan terbentuknya hubungan- antara kedua aliran di atas.
hubungan tertentu antara satu seri Behaviorstik memandang bahwa
stimulus-stimulus dan respons- seluruh aktivitas belajar siswa
respons. Oleh karena itu penerapan memberikan kemungkinan
60 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 6 No. 2, November 2016 : 56 - 66

menimbulkan ketidak puasan dalam pembelajaran (aktivitas) dalam


dirinya. Konstruktivistik ber- pendekatan konstruktivistik banyak
pandangan bahwa keseluruhan menekankan unsur insight dan unsur
aktivitas siswa sejauh merupakan kognisi dari hubungan-hubungan
pilihan dirinya, dan dipahami secara esensial antara unsur-unsur dalam
baik maka akan menimbulkan proses situasi belajar (beraktivitas). Intinya
pencerahan (proses insight) dalam adalah bahwa dengan pendekatan
diri siswa tersebut. Intinya bahwa konstruktivistik adalah
perbedaan itu terutama karena memperhitungkan proses mental
adanya perbedaan cara pandang siswa secara keseluruhan (utuh).
terhadap individual, termasuk pada Pendekatan konstruktivistik dalam
aspek kesehatan mentalnya. aktivitas belajar siswa lebih
Behavioristik menekankan bahwa memusatkan proses analisis perilaku
setiap siswa melakukan sesuatu yang tidak nampak serta
aktivitas harus menghasilkan memusatkan diri pada prinsip-prinsip
perilaku yang sama (keseragaman). pemecahan masalah dan kesimpulan
Konstruktivistik berpadangan bahwa terhadap materi yang dihadapi.
setiap siswa melakukan aktivitas Secara teoritis terdapat
maka siswa harus memahami materi perbedaan antara paradigma
yang dilakukan sehingga havioristik dengan pendekatan
menimbulkan pencerahan (insight), konstruktivistik perihal
dan hasilnya dalah suatu mengembangkan kesehatan mental
kebergaman. pada diri individu (siswa). Degeng
Istilah lain untuk pendekatan (2001: 5) mengemukakan perbedaan
konstruktivistik adalah konsepsi tersebut nyata antara kedua
kognitif (Dahar, 1999:17). pendekatan tersebut, yang dijabarkan
Pendekatan konstruktivistik pada sebagai berikut:
hakikatnya adalah pemberian
1. Pendekatan behavioristik:
pembelajaran kesehatan mental a. Mengutamakan hubungan
dengan menekankan konsepsi stimulus dan respon,
kognitif yaitu dengan melibatkan mendudukkan siswa sebagai
proses berpikir (insight) siswa, dan individu yang pasif.
menggunakan logika deduktif dan b. Respon atau perilaku tertentu
induktif (reasoning). Penerapan dari siswa dapat dibentuk
pendekatan konstruktivistik dalam karena dikondisi dengan cara
diri siswa menurut Degeng (dalam tertentu, yaitu dengan
Vitalis, 2005: 19) adalah memberi menggunakan metode
kebebasan siswa untuk membangun pembiasaan (drill) semata.
membangun hubungan-hubungan c. Munculnya perilaku akan
logis dan rasional. Proses
semakin kuat jika diberikan
Vitalis D.S.;Pengaruh Pendekatan Behavioristik dan Konstruktivistik …… 61

hadiah, dan akan menghilang adalah ingin mengetahui perbedaan


jika siswa mendapat hukuman. kesehatan mental ditinjau dari
pendekatan behavioristik dan
2. Pendekatan konstruktivistik
konstruktivistik pada siswa kelas VII
a. Belajar (beraktivitas) dalam
SMP Negeri 1 Pilangkenceng
pandangan aliran
Kabupaten Madiun tahun pelajaran
konstruktivistik lebih
2016-2017.
berupaya mendeskripsikan
apa yang terjadi dalam diri
siswa yang sedang belajar. METODE PENELITIAN
b. Perhatian utama dalam Metode penelitian menerapkan
kegiatan membimbing metode experimen. Prinsip
terletak pada peristiwa- penelitian dengan metode experimen
peristiwa internal siswa. adalah merupakan bagian dari
c. Belajar merupakan proses metode metode kuanitatif yang
pemaknaan informasi baru, mempunyai ciri khas, terutama
mengaitkannya dengan dengan disediakan kelompok kontrol
struktur informasi yang telah (Sugiyono, 2012: 107).
dimiliki. Desain penelitian menggunakan
d. Belajar terjadi lebih banyak “Intact-Group Comparation”, yaitu
ditentukan oleh kemauan atau dengan menyediakan dua kelompok
kehendak siswa. yang digunakan untuk penelitian,
e. Aktivitas siswa menjadi unsur yaitu kelompok kontrol, yang diberi
yang sangat penting dalam kode (K), dan kelompok eksperimen,
menentukan kesuksesan yang diberi kode (E). Paradigma
kehidupannya sehari-hari, penelitiannya dapat digambarkan
baik di sekolah maupun di sebagai berikut:
luar sekolah.
Bertolak dari uraian pembahasan
di depan maka dikemukakan bahwa
tujuan utama dalam penelitian ini

X O1 O1 = hasil pengukuran dari kelompok eksperimen


O2 O2 = hasil pengukuran dari kelompok kontrol
Perbedaan O1 – O2
(Sugiyono, 2012: 111)
62 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 6 No. 2, November 2016 : 56 - 66

Populasi penelitian terdiri dari angket disediakan 20 butir, dengan


kelompok, yaitu siswa kelas siswa rincian: 10 butir pernyataan positif
kelas VII.A, yang berjumlah 35 dan 10 butir pernyataan negatif.
orang siswa, dan siswa kelas VII.B,
yang berjumlah 34 orang siswa SMP
Negeri 1 Pilangkenceng Kabupaten HASIL PENELITIAN
Madiun tahun pelajaran 2016-2017. Data tentang pengaruh
Sampel penelitian untuk masing- pendekatan behavioristik dan
masing kelompok sebanyak 20 konstruktivitsik terhadap kesehatan
siswa, ditetapkan dengan teknik mental dianlisis dengan statistik,
random sampling. Penetapan anggota dengan rumus bangun t-test. Rumus
sampel menggunakan teknik random bangu tersebut adalah sebagai
sampling secara metodologis telah berikut:
memenuhi persyaratan. Pernyataan Mk – Me
tersebut sesuai dengan pendapat t=
Hadi (dalam Vitalis, 2012: 16) yang 2
∑b
menyatakan bahwa “jika tiap-tiap
individu dalam populasi diberi N (N – 1)
kesempatan yang sama untuk
ditugaskan menjadi anggota sampel”. (Hadi, Sutrisno, 2001: 283. Statistik
Pengumpulan data penelitian 2. Yogyakarta: Andi Offset)
menggunakan teknik angket, yaitu
angket tertutup dan langsung. Keterangan:
Angket disusun dalam bentuk pilihan Mk dan Me = masing-masing adalah
ganda, dengan empat alternatif
mean dari kelompok
jawaban: a (selalu), b (sering), c
kontrol dan mean
(kadang-kadang), dan d ( tidak
dari kelompok
pernah). Penentuan skoring item
eksperimen
angket mengacu pada pendapat 2
∑b = Jumlah deviasi dari
Sugiyono (2012: 135) yang
mean perbedaan
dimodifikasi oleh peneliti sebagai
N = Jumlah subyek
berikut: jawaban: a: skor 4, jawaban
b: skor 3, jawaban c: skor 2, dan
jawaban d skor 1. Jumlah item
Vitalis D.S.;Pengaruh Pendekatan Behavioristik dan Konstruktivistik …… 63

Tabel . Tabel Persiapan Menghitung t-Test Sampel-sampel Berkorelasi


2
K – E K E B b b
01 – 22 65 70 -5 1,267 1,605
02 – 16 74 78 -4 0,267 0,071
03 – 20 62 68 -6 - 2,267 5,139
04 – 29 68 76 -8 - 4,267 18,207
05 – 23 70 74 -4 0,267 0,071
06 – 27 72 74 -2 1,733 3,003
07 – 19 75 76 -1 2,733 7,469
08 – 17 69 73 -7 - 3,267 10,673
09 – 24 66 74 -8 - 4,267 18,207
10 – 28 76 78 -2 1,733 3,003
11 – 30 72 74 -2 1,733 3,003
12 – 25 69 70 -1 2,733 7,469
13 – 26 68 70 -2 1,733 3,003
14 – 21 73 76 -3 0,733 0,537
15 – 18 76 77 -1 2,733 7,469
Total 1.055 1.108 -56 0,00 89,559

Diketahui bahwa: b = B – MB
Mk = (∑K : N) = 1.055 : 15 = 70,333
Jika semua komponen telah
Me = (∑E : N) = 1.108 : 15 = 73,87 tersedia maka langkah selanjutnya
MB = (∑B : N) = (– 56,0 : 15) tinggal mengisikan ke dalam rumus.
= – 3,733

Mk – Me 73,87 – 70,333 3,537 3,537


t= = = = = 5,417
2
∑b 89,559 89,559 0,653

N (N – 1) 15 (15 – 1) 210

Untuk mengetahui bahwa harga t diterima, atas dasar taraf


(t-hitung) di atas signifikasn atau signifikansi sebesar 5%.
tidak maka perlu dikonsultasikan 2. Jika harga t-hitung < t-tabel: tidak
dengan harga t-kritik (t-tabel). signifikan: “Tidak ada perbedaan,
Ketentuannya adalah sebagai berikut: sehingga hipotesis aternatif harus
1. Jika harga t-hitung > t-tabel: ditolak, atas dasar taraf
signifikan: “Ada perbedaan ..., signifikansi sebesar 5%
sehingga hipotesis aternatif harus
64 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 6 No. 2, November 2016 : 56 - 66

3. Harga t-tabel dengan N = 15 menekankan perlaku yang nampak.


pasangan dalam taraf signifikansi Konsekuensinya adalah bahwa
sebesar 5% adalah sebesar 2,131 masalah kesehatan mental tidak
4. Simpulan: harga t-hitung lebih cukup dilihat atau diamati terbatas
besar dibandingkan dengan harga pada perilaku yang Nampak, tetapi
t-tabel, artinya “Pengaruh harus dianalisis baik dari sisi fisis
pendekatan konstuktivistik lebih maupun psikiologis, sehingga akan
berpengaruh secara signifikan bias diketahui korelasinya.
terhadap kesehatan mental Secara teoritis terdapat
dibanding pendekatan perbedaan antara paradigma
behavioristik pada siswa sekolah havioristik dengan pendekatan
menengah pertama (SMP)”. konstruktivistik perihal
mengembangkan kesehatan mental
PEMBAHASAN pada diri individu (siswa). Degeng
Berdasarkan hasil analisis data (2001: 5) mengemukakan perbedaan
dalam penelitian dinyatakan bahwa tersebut nyata antara kedua
pendekatan konstruktivistik pendekatan tersebut, yang dijabarkan
mempunyai pengaruh yang sebagai berikut:
signifikan terhadap kesehatan mental
1. Pendekatan behavioristik:
dibanding pendekatan behavioristik. a. Mengutamakan hubungan
Kenyataan hasil penelitian tersebut
stimulus dan respon,
memberi petunjuk bahwa unsur mendudukkan siswa sebagai
kesehatan mental merupakan faktor individu yang pasif.
internal siswa yang merupakan b. Respon atau perilaku tertentu
bagian integral dalam pola dari siswa dapat dibentuk
kehidupan organisme. Berdasarkan karena dikondisi dengan cara
pendapat tertentu, yaitu dengan
Dahar (1999) pendekatan menggunakan metode
konstruktivistik adalah konsepsi pembiasaan (drill) semata.
kognitif. Pendekatan konstruktivistik c. Munculnya perilaku akan
tersebut jika diterapkan pada semakin kuat jika diberikan
pemberian pembelajaran kesehatan hadiah, dan akan menghilang
mental maka akan lebih menekankan jika siswa mendapat hukuman.
konsepsi kognitif, yaitu dengan
melibatkan proses berpikir (insight)
siswa, dan menggunakan logika 2. Pendekatan konstruktivistik
deduktif dan induktif a. Belajar (beraktivitas) dalam
(reasoning).Pendpaat tersebut pandangan aliran
berbeda dengan pendekatan konstruktivistik lebih
behavioristik, yang lebih berupaya mendeskripsikan
Vitalis D.S.;Pengaruh Pendekatan Behavioristik dan Konstruktivistik …… 65

apa yang terjadi dalam diri SMP Negeri 1 Pilangkenceng


siswa yang sedang belajar. Kabupaten Madiun tahun pelajaran
b. Perhatian utama dalam 2016-2017.
kegiatan membimbing Atas dasar simpulan di atas
terletak pada peristiwa- maka disarankan sebagai berikut: (1)
peristiwa internal siswa. sebaiknya pendekatan behavioristik
c. Belajar merupakan proses digunakan secara selektif apabila
pemaknaan informasi baru, berkenaan dengan pola organism,
mengaitkannya dengan karena tidak bias dilihat sebagai
struktur informasi yang telah perilaku yang Nampak, (2)
dimiliki. Pendekatan konstrukstivistik secara
d. Belajar terjadi lebih banyak prinsip pelu diaplikasikan pada pola-
ditentukan oleh kemauan atau pola kehidupan yang berskala
kehendak siswa. psikologis agar diperoleh hasil yang
e. Aktivitas siswa menjadi unsur adequate.
yang sangat penting dalam
menentukan kesuksesan DAFTAR PUSTAKA
kehidupannya sehari-hari, Aini, Aliya Noor dan Iranita Hervi
baik di sekolah maupun di Mahardayani. 2011. Hubungan
luar sekolah. Antara Kontrol Diri Dengan
Prokrastinasi Dalam
Menyelesaikan Skripsi Pada
Bertolak dari uraian pembahasan Mahasiswa Universitas Muria
di depan maka dikemukakan bahwa Kudus. Jurnal Psikologi Pitutur
tujuan utama dalam penelitian ini (Online), Vol. 1, No. 2,
adalah ingin mengetahui perbedaan (http://eprints.undip.ac.id/,
kesehatan mental ditinjau dari Diunduh 19 Februari 2015).
pendekatan behavioristik dan
Amin, S. M. 2010. Bimbingan dan
konstruktivistik pada siswa kelas VII
Konseling Islami. Jakarta:
SMP Negeri 1 Pilangkenceng Amzah.
Kabupaten Madiun tahun pelajaran
2016-2017. Arikunto, Suhasimi. 2010. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
SIMPULAN DAN SARAN Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Bertolak dari hasil analisis data Dahar, Wilis. 1999. Teori-teori
Belajar. Jakarta: Erlangga.
penelitian maka dapat disimpulkan
bahwa: “Pendekatan konstruktivistik Degeng. 2001. Pelaksanaan
mempunyai pengaruh yang Pembelajaran Berdasarkan
signifikan terhadap kesehatan mental Paradigma Konstrukltivistik .
dibandingkan pendekatan Malang Artikel (Materi Kuliah
behavioristik pada siswa kelas VII S-2).
66 Jurnal Ilmiah Counsellia, Volume 6 No. 2, November 2016 : 56 - 66

Hadi, Sutrisno, 2001. Statistik 2. Sumarwoto, Vitalis D. 2003.


Yogyakarta: Andi Offset. Perilaku Manusia. Madiun:
IKIP PGRI Madiun Konseling
Notosudirdjo . 2002. Pembinaan dan
Pelayanan Kesehatan Mental _______________ . 2005. Buku
Masyarakat ) Kota. Pegangan Konselor SMP.
Surabaya: Universitas Bimbingan dan Konseling.
Airlangga. Madiun: IKIP PGRI Madiun

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian _______________ . 2012. Statistik


Pendidikan Pendekatan Inferensial. Madiun. Fakultas
Kuantitatif, Kualitatif dan Ilmu Pendidikan IKIP PGRI
R&D. Bandung : Alfabeta. Madiun.

Wilis, S. S. 2011. Konseling


Keluarga. Bandung: Alfabeta.

You might also like