You are on page 1of 14

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1. Transparansi
Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan-
kebijakan sehingga dapat diketahui oleh masyarakat (Sangki, dkk , 2016). Transparansi
pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas antara pemerintah dengan rakyat. Jadi
transparansi adalah memberikan informasi pengelolaan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat, berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan.

Prinsip transparansi pemerintah paling tidak dapat diukur melalui sejumlah


indikator sebagai berikut (Lauranti, 2018) :
• Adanya sistem keterbukaan dan standarisasi yang jelas dan mudah dipahami dari
semua proses penyelenggaraan pemerintahan.
• Adanya mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang
proses dalam penyelenggara pemerintahan.
• Adanya mekanisme pelaporan maupun penyebaran penyimpangan tindakan aparat
publik didalam kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintah
dalam menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat pemerintah saat memiliki kewenangan
mengambil berbagai keputusan penting yang berdampak bagi orang banyak, pemerintah
harus menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang dikerjakannya. Dengan
transparansi, kebohongan sulit untuk disembunyikan.Dengan demikian transparansi
menjadi instrumen penting yang dapat menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi.
Transparansi pengelolaan keuangan publik merupakan prinsip good governance
yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik. Menurut (Mahmudi, 2010) dengan
dilakukannya transparansi tersebut publik akan memperoleh informasi yang aktual dan
faktual, sehingga mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk, yaitu:
• Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang direncanakan
(realisasi vs anggaran).
• Menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban anggaran.
• Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang terkait.
• Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara manajemen
organisasi sektor publik dengan masyarakat dan dengan pihak lain yang terkait.
2.1.2. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau
menjawab, dan menerangkan kinerja serta tindakan seseorang badan hukum pimpinan
suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban (Faridah & Suryono, 2015). Menurut (LAN &
BPKP, 2000) dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi pemerintah, dapat
diperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai berikut:
• Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.
• Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber
daya secara konsisten dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
• Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
• Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang
diperoleh.
• Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.
Menurut (Mardiasmo, 2009:21) Akuntabilitas terdiri atas 2 macam, yaitu sebagai
berikut:
• Akuntabilitas vertical (vertical accountability)
Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan
dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit
kerja ( dinas ) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.
• Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability)
Pertanggungjawaban horizontal adalah pertanggungjawaban kepada
Masyarakat luas.

2.1.3. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa ( APBDes )


Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDesa ) merupakan rencana keuangan
tahunan pemerintah desa. APBDesa merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara
pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa yang berisi tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah desa selama satu tahun dan sumber
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau surplus. APBDesa disusun
dengan memerhatikan RPJMDesa, RKPDesa, dan APBDesa tahun sebelumnya.
Tata kelola pemerintahan yang baik dapat dilihat dari proses penyusunan,
pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBDesa. Pengelolan APBDesa didasarkan pada
prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabilitas serta dilakukan dengan tertib dan disiplin
anggaran, sehingga akan mendorong dan memastikan bahwa pemerintahan desa akan
dikelola dengan baik.
Secara rinci manfaat penyusunan APBDes diantaranya yaitu sebagai berikut:
• APBDes sebagai panduan bagi pemerintah desa dalam menentukan strategi
operasional kegiatan berdasarkan kebutuhan dan ketersediaan dana pendukung.
• Indikator dalam menentukan jumlah dan besarnya pungutan yang dibebankan
kepada masyarakat secara proporsional.
• Bahan pertimbangan dalam menggali sumber pendapatan lain di luar pendapatan
asli desa, seperti melalui pinjaman atau jenis usaha lain.
• Memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk menyelenggarakan
administrasi keuangan desa sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
• Memberikan arahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa sekaligus
sebagai sarana untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan pemerintah
desa.
• Gambaran mengenai arah kebijakan pembangunan pemerintah desa setiap tahun
anggaran.
• Memberi isi terhadap model penyelenggaraan pemerintah desa dalam mewujudkan
good governance.
• Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui perencanaan pembangunan
dan pembiayaan secara komprehensif.

2.1.4. Kebijakan Keuangan Desa


Dalam penyelenggaraannya kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa (APBDes), yaitu bantuan pemerintah dan pemerintah daerah.Sedangkan
penyelenggaraan keperluan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa
didanai dari APBD.
Sumber-sumber pendapatan desa yang diatur dalam Pemendagri tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai berikut:
• Pendapatan Asli Desa (PADesa)
• Bagi hasil pajak Kabupaten/Kota
• Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota
• Alokasi Dana Desa
• Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Desa lainnya
• Hibah
• Sumbangan pihak ketiga.

2.1.5. Pengelolaan Keuangan Desa


Pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban sebagai berikut.
1. Perencanaan
➢ Sekdes menyusun Raperdes tentang APB Desa yang akan dibahas dan disepakati
antara Kades dan BPD
➢ APB Desa disampaikan kepada bupati/wali kota melalui camat paling lambat bulan
Oktober tahun berjalan
➢ APB Desa dievaluasi oleh bupati/wali kota selama maksimal 20 hari kerja, dan
kepala desa harus melakukan penyempurnaan selama 7 hari jika APB Desa
dinyatakan Raperdesa tidak sesuai
➢ Prioritas penggunaan dana desa ditetapkan dalam musyawarah desa antara
BPD,Pemdes, dan unsur masyarakat.

2. Pelaksanaan
➢ Pengeluaran dan penerimaan dilaksanakan melalui rekening kas desa atau sesuai
ketetapan pemerintah kabupaten/kota, dengan dukungan buktiyang lengkap dan sah
➢ Pemdes dilarang melakukan pungutan selain yang ditetapkan dalam Perdes
➢ Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa dan besarannya ditetapkan
dengan Peraturan Bupati/Wali kota
➢ Pengadaan barang dan/atau jasa di desa diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota;
➢ Penggunaan biaya tak terduga harus dibuat rincian RAB dan disahkan kepala desa.

3.Penatausahaan
➢ Wajib dilaksanakan oleh bendahara desa
➢ Pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran
➢ Melakukan tutup buku setiap akhir bulan
➢ Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan
➢ Laporan disampaikan setiap bulan kepada kepala desa paling lambat tanggal10
bulan berikutnya
➢ Menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank.

4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban


➢ Kepala desa menyampaikan laporan kepada bupati/wali kota melalui camat yang
terdiri dari laporan realisasi pelaksanaan APB Desa semester pertama dan semester
akhir tahun;
➢ Laporan pertanggungjawaban realisasi Pelaksanaan APB Desa disampaikan setiap
Akhir Tahun Anggaran yang terdiri atas pendapatan, belanja dan biaya, di mana
ditetapkan dengan Perdes;
➢ Lampiran format laporan adalah sebagai berikut:
• Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa Tahun Anggaran
berkenaan
• Kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran berkenaan
• Program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk ke desa

2.1.6. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan


Sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, keuangan desa dikelola berdasarkan
asas-asas berikut.
➢ Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan
desa. Keterbukaan, dalam arti segala kegiatan dan informasi terkait pengelolaan
keuangan desa dapat diketahui dan diawasi oleh pihak lain yang berwenang.
➢ Akuntabel, yaitu perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawaban
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Akuntabel
mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga
dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki hak atau
berkewenangan untuk meminta keterangan akan dipertanggungjawabkan (LAN,
2003).
➢ Partisipatif, yaitu penyeleggaraan pemerintahan desa yang mengikutsertakan
kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa. Mempunyai pengertian bahwa setiap
tindakan dilakukan dengan mengikutsertakan keterlibatan masyarakat, baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat
menyalurkan aspirasinya.
➢ Tertib dan disiplin anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa harus mengacu pada
aturan atau pedoman yang melandasinya. Mempunyai pengertian bahwa anggaran
harus dilaksanakan secara konsisten denganpencatatan atas penggunaannya sesuai
dengan prinsip akuntansi keuangan di desa. Hal ini dimaksudkan bahwa
pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar dalam rangka penyusunan
penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh para
peneliti terdahulu. Berikut adalah deskripsi penelitian relevan yang diambil dalam
penelitian ini .

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian


1. Syerli (2021) “Akuntabilitas Metode Hasil penelitiannya
Pemerintahan Desa penelitian menunjukkan bahwa
dalam Pengelolaan yang secara keseluruhan
Anggaran digunakan pengelolaan APBDes
Pendapatan dan adalah dilakukan secara
Belanja Desa kualitatif transparansi dan dapat
(APBDes) di Desa deskriptif dipertanggungjawabkan,
Tamannyeleng namun masih ada
Kecamatan beberapa indikator dari
Barombong kriteria akuntabel yang
Kabupaten Gowa belum terpenuhi oleh
Tahun 2018 dan Pemerintah Desa
2019” Tamannyeleng.

2. Bambang Suryono “Transparansi dan Metode Penelitian tersebut


(2015) Akuntabilitas penelitian menunjukkan bahwa
Pemerintahan Desa yang Kepala Desa diDesa
dalam Pengelolaan digunakan Sidogedungbatu
Anggaran adalah Kecamatan Sangkapura
Pendapatan dan kualitatif Kabupaten Gresik telah
Belanja Desa deskriptif melaksanakan prinsip-
(APBDes)”, prinsip transparansi dan
akuntabilitas pada
pengelolaan APBDes
tahun anggaran 2013.
Secara umum
transparansi dan
akuntabilitas diDesa
Sidogedungbatu
Kecamatan Sangkapura
Kabupaten Gresik sudah
berjalan dengan baik,
walaupun masih ada
beberapa kelemahan
yang masih harus
diperbaiki.
3. Rizal, Sri Adelia “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitian ini
Fitri, Devi Transparansi penelitian menunjukkan bahwa
Rantika. (2018) Pengelolaan yang pemerintah nagari
Anggaran digunakan Balimbing Kecamatan
Pendapatan dan adalah Rambatan Kabupaten
Belanja Desa kualitatif Tanah Datar sudah
(APBDes) Tahun deskriptif menerapkan prinsip
2016” akuntabilitas dan
transparansi dalam
pengelolaan APB
Nagari. Secara umum
akuntabilitas dan
transparansi sudah mulai
diterapkan dengan baik.
Namun, masih ada
beberapa indikator dan
kriteria akuntabel dan
transparan yang belum
terpenuhi oleh
pemerintah Nagrai
Balimbing.
4. Ramadhanis, M. “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitian ini
Ahyaruddin Transparansi penelitian menunjukkan bahwa
(2019) Pengelolaan yang pemerintah Nagari
Anggaran digunakan Pakan Rabaa Utara
Pendapatan dan adalah Kecamatan Kota Parik
Belanja Desa kualitatif Gadang Diateh
(APBDes)” deskriptif Kabupaten Solok
Selatan sudah
menerapkan prinsip
akuntabilitas dan
transparansi pada
pengelolaan APB
Nagari. Secara umum
akuntabilitasn dan
transparansi sudah mulai
diterapkan. Tetapi,
masih ada beberapa
indikator dari kriteria
akuntabilitas dan
transparansi yang masih
belum diterapkan oleh
pemerintah Nagari
Pakan Rabaa Utara.
5. Ersi, Ronny dan “Transparansi dan Metode Hasil Penelitian ini
Stefanus (2019) Akuntabilitas penelitian
menunjukkan bahwa
Pengelolaan yang
Desa Sinsingon
Anggaran digunakan
Pendapatan dan adalah Kecamatan Pasi Timur
Belanja Desa deskriptif
Kabupaten Bolaang
Sinsingon kualitatif
Mangondow sudah
Kecamatan Passi
Timur Kabupaten memenuhi kriteria
Bolaang
transparansi pada
Mangondow”
pengelolaan APB

tersebut.
6. Suci Indah “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitiannya
Hanifah dan Transparansi Penelitian
adalah manajemen
Sugeng Praptoyo Pertanggungjawaban yang
keuangan Desa Kepatih
(2015) Anggaran digubakan
Pendapatan Belanja adalah sudah berdasarkan
Desa (APBDes)” kualitatif
Peraturan Menteri
deskriptif
Dalam Negeri No.37

tahun 2007 yang

menunjukkan

pelaksanaan yang

akuntabel dan transparan

yang dilihat dari

pelaporan

pertanggungjawaban

Anggaran Pendapatan

Belanja Desa (APBDes),

namun dari sisi

pencatatan akuntansi

masih diperlukan adanya

pembinaan dan pelatihan

lebih lanjut, karena

belum sepenuhnya

sesuai dengan ketentuan.


7. Dewi Sartika dan “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitian
Nini (2018) Transparansi penelitian
menunjukkan bahwa
Alokasi Dana Desa yang
untuk perencanaan dan
(ADD) Pada Nagari digunakan
Labuah Gunuang” adalah pelaksanaan kegiatan
kualitatif
ADD sudah
deskriptif
memperlihatkan

pengelolaan yang

akuntabel,

danberdasarkan dalam

laporan

pertanggungjawaban

dilihat secara hasil fisik

juga sudah menunjukkan

pelaksanaan yang

akuntabel, namun masih

perlu adanya

pelatihandan bimbingan

teknis kepada aparatur

nagari khususnya

bendahara agar bisa

menyusun laporan

kekayaan milik Nagari.


8. Nani Anggriani, Penerapan Prinsip Metode Hasil penelitian dapat
Idang Nurodin, Akuntabilitas Dan penelitian
dilihat dari perbandingan
dan Deni Iskandar Transparansi Dalam yang
Peraturan Menteri dalam
(2019) Pengelolaan digunakan
Anggaran adalah Negeri Nomor 113
Pendapatan Dan kualitatif
Tahun 2014 dengan
Belanja Desa deskriptif
hasil realisasi di

lapangan, Pengelolaan

Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa dari

tahap Perencanaan,

Pelaksanaan,

Penatausahaan,

Pelaporan dan

Pertanggungjawaban

secara garis besar sudah

sesuai dengan Peraturan

Menteri dalam Negeri

Nomor 113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan

Keuangan, meskipun

terdapat beberapa hal

dalam Perencanaan,

Pelaksanaan,
Penatausahaan,

Pelaporan dan

pertanggungjawaban

yang masih belum sesuai

dikarenakan sumber

daya manusia yang

kurang mendukung.

9. Ersi Erlita “Transparansi dan metode Hasil penelitian yang


Mokalu, Roony Akuntabilitas penelitian
dilakukan dapat
Gosal, dan Pengelolaan yang
dirangkum bahwa
Stefanus Sampe Anggaran digunakan
(2018) Pendapatan dan adalah transparansi dan
Belanja Desa kualitatif
akuntabilitas
Sinsingon deskriptif
pengelolaan APBDes di
Kecamatan Passi
Timur Kabupaten Desa Sinsingon,
Bolaang
Kecamatan Passi Timur,
Mongondow”
Kabupaten Bolaang

Mongondow sudah

berdasarkan pada prinsip

transparansi dan bisa

dipertanggungjawabkan.

10. Aci Relandani, “Tranparansi dan metode Hasil penelitian ini


Fatchur Rohman Akuntabilitas penelitian
menunjukan bahwa Desa
(2020) Anggaran yang
Ngasem telah
Pendapatan dan digunakan
Belanja Desa (Studi adalah melakukan transparasi
Kasus di Desa kualitatif
dan akuntabilitas dalam
Ngasem Kecamatan deskriptif
Anggaran Pendapatan
Batealit Kabupaten
Jepara)” dan Belanja Desa tahun

anggaran 2018. Secara

umum transparasi dan

akuntabilitas di Desa

Ngasem sudah sesuai

ketentuan dan sudah

berjalan baik dan lancar.

2.3 Kerangka Penelitian


Kerangka pemikiran merupakan acuan dalam meneruskan penulisan skripsi, sehingga
tulisan menjadi lebih terarah sesuai dengan tujuannya. Kerangka pemikiran yang
dikembangkan disajikan dalam gambar berikut:

Transparansi
(X1)
Anggaran Pendapatan
Desa Lapang dan Belanja Desa
(APBDes) (Y)

Akuntabilitas
(X2)
Gambar 2.1
Kearangka Penelitian

Keterangan :
X1 = Transparansi
X2 = Akuntabilitas
Y = Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Object = Desa Lapang

2.4 Hipotesis
Berdasarkan pembahasan yang telah peneliti sebutkan terdahulu maka penulis mengajukan
hipotesa sebagai berikut :
H1 : Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sudah memenuhi
kriteria transparansi pada pengelolaan APBDes
H2 : Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sudah memenuhi
kriteria akuntabilitas pada pengelolaan APBDes

You might also like