You are on page 1of 8

Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja

DISUSUN OLEH :

1. BAIQ INDAH FEBRINA UTARI (3)

2. INAYAH YUSMA (10)

3. MIRNAWATI (17)

4. NOVI ISMAYANTI (24)

5. SALSABILA SUTEDJA (31)

6. SRI SUKMAWATI (32)

KELAS XI MIPA4

SMA NEGERI 2 SELONG

2021/2022
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja

“Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh
pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia ” (Ir. Soekarno)

Pesan ini menunjukkan bahwa pemuda adalah harapan bangsa. Sejarah telah membuktikan
peran pemuda sangat besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sampai kini,
semangat, energi, intelektualitas, kreativitas, dan jiwa patriotisme para pemuda sangat
dibutuhkan dalam mengisi kemerdekaan. Apalagi, sekarang Indonesia sedang menikmati
bonus demografi yaitu kondisi ketika jumlah penduduk usia produktif lebih besar
dibandingkan penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020,
usia produktif di Indonesia mencapai 70,72 % dari 270,72 juta jiwa penduduk Indonesia
(BPS, 2021). Bonus demografi ini adalah peluang emas bagi Indonesia untuk dapat
mempercepat pembangunan dan kesejahteraan jika generasi muda sebagai bagian dari bonus
demografi tersebut merupakan generasi unggul. Oleh karena itu, generasi muda harus
dijauhkan dari segala ancaman yang berpotensi merusak kualitas serta kuantitas mereka
sebagai aset bangsa. Salah satu ancaman nyata yang berpotensi merusak generasi muda
adalah penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja rentan terlibat penyalahgunaan narkoba.


Penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) tahun 2018 di 18 provinsi menyebutkan jumlah penyalahguna narkoba kategori satu
tahun pakai di kalangan pelajar dan mahasiswa mencapai 2.297.492 jiwa (BNN, 2019).
Kemudian penelitian tahun 2019 yang dilaksanakan di 34 provinsi Indonesia menjelaskan
bahwa rata-rata usia pertama kali menyalahgunakan narkoba berada dalam rentang usia
remaja yaitu 19,2 tahun (BNN, 2020). Kemudian jumlah tersangka kasus narkoba
berdasarkan data dari BNN dan Polri kategori usia <5 tahun s.d. 16-19 tahun sebesar 4, 74%
atau 2.785 orang dari total 58.764 orang (BNN, 2021).

Remaja adalah fase transisi dari kanak-kanak menuju dewasa sehingga rentan terlibat
perilaku berisiko. Menurut World Health Organization (WHO) remaja adalah penduduk yang
berada pada rentang usia 10-19 tahun, sedangkan menurut Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum
menikah. Remaja mengalami perubahan yang luar biasa dari aspek fisik, emosional, dan
intelektual. Perkembangan ini menantang remaja untuk menyesuaikan diri terhadap
perkembangan fisik baru, identitas sosial, dan pandangan dunia yang luas (Zgourides dalam
Anjaswarni & Nursalam, 2019). Remaja memiliki rasa ingin tahu yang besar dan tertarik
pada hal-hal baru. Prefrontal cortex pada otak remaja yang mendukung kontrol diri
berkembang secara bertahap, sedangkan sistem limbic pada otak yang mengatur pencarian
kesenangan berkembang lebih cepat. Ketidakseimbangan ini memicu remaja untuk mencari
hal-hal baru dan mengambil risiko (Medicine & Council, 2011). Masa remaja adalah masa
pencarian jati diri. Pada masa ini mereka akan mengadopsi pandangan dari teman sebaya atau
teman kelompoknya (Yunalia dalam Yunalia & Etika, 2020). Penjelasan-penjelasan ini
sejalan dengan hasil penelitian BNN bahwa alasan penyalahgunaan narkoba pertama kali di
kalangan pelajar dan mahasiswa terbesar adalah rasa ingin tahu/ coba-coba selanjutnya alasan
ingin bersenang-senang, dibujuk teman, dan stres masalah pribadi (BNN, 2019).

Kita perlu mengetahui faktor apa saja yang bisa mendorong remaja terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba supaya kita mampu merumuskan upaya protektif untuk melindungi
mereka dari bahaya narkoba. Berikut ini adalah faktor-faktor risiko yang mendorong remaja
menyalahgunakan narkoba:

1.Faktor Individu

Iman dan taqwa kepada Tuhan serta cara pandang/keyakinan remaja terhadap narkoba
akan mempengaruhi pengambilan keputusan remaja untuk menyalahgunakan narkoba atau
tidak. Kurangnya iman dan taqwa serta anggapan bahwa penyalahgunaan narkoba tidak
menimbulkan konsekuensi negatif akan meningkatkan risiko penyalahgunakan narkoba pada
remaja. Selanjutnya adalah self esteem, kepercayaan diri, keterampilan mengatasi masalah
yang rendah menjadi celah masuknya tawaran penyalahgunaan narkoba dalam bentuk rayuan
menyesatkan, seperti: narkoba bisa mengubah penampilan seseorang menjadi lebih menarik,
narkoba meningkatkan kepercayaan diri, dan narkoba solusi masalah. Rayuan menyesatkan
tersebut akan berhasil jika remaja tidak mampu bersikap asertif dan tidak memiliki regulasi
diri yang baik.

2.Faktor Keluarga

Keluarga bukan hanya menjalankan fungsi reproduksi. Keluarga memiliki 7 (tujuh) fungsi
penting lain dalam kehidupan, yaitu: fungsi fungsi keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi
sosialisasi dan pendidikan, fungsi cinta kasih, fungsi ekonomi, fungsi perlindungan, dan
fungsi pembinaan lingkungan. Kurang optimalnya pelaksanaan fungsi keluarga bisa
mendorong terjadinya penyalahgunaan narkoba pada remaja.

3.Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan pergaulan, sekolah/kampus, dan lingkungan


tempat tinggal. Konformitas teman sebaya terkadang menimbulkan efek negatif ketika remaja
tidak mampu menolak narkoba karena ingin diakui atau dihargai oleh kelompok sebayanya.
Lingkungan sekolah/kampus juga dapat berkontribusi dalam penyalahgunaan narkoba jika
sekolah/kampus tersebut acuh tak acuh terhadap permasalahan narkoba, sistem keamanan
tidak kondusif, dan ada warga sekolah/kampus yang menyalahgunakan atau mengedarkan
narkoba. Selanjutnya faktor kerawanan lingkungan sekitar tempat tinggal, seperti adanya
penyalahguna atau pengedar di sekitar tempat tinggal, tempat tinggal dekat tempat hiburan
malam dan kos-kosan minim pengawasan, kurang ketatnya keamanan warga, dan kriminalitas
yang tinggi di sekitar tempat tinggal.

4.Faktor Pengaruh Media

Remaja bisa saja mendapat informasi yang salah tentang narkoba dari buku, website,
media sosial, dsb. Remaja juga bisa terjerat narkoba karena ketidakhati-hatian berteman di
media sosial.

Setelah kita mengetahui faktor risiko tersebut, maka kita dapat memetakan upaya protektif
yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ketahanan diri remaja dari bahaya penyalahgunaan
narkoba.

1.Pencegahan Terhadap Diri Sendiri

a.Belajar untuk mengatakan tidak, baik kepada diri sendiri ataupun kepadaorang lain

yang menawarkan barang haram itu terhadap kita.

b. Tidak usah terpancing karena dibilang kuper.

c. Tidak usah selalu ingin dianggap hebat, berani, gaul, dan sebagainya.

d. Bergaul dengan teman yang baik dan jauhi teman yang berperilaku buruk.

e. Jangan pernah coba-coba.

f. Berpikir bahwa narkoba akan mengakibatkan penderitaan, baik bagi dirisendiri

maupu bagi orang lain.

g. Isilah hari-hari dengan kegiatan yang positif, seperti berolahraga, ikut

kegiatankarang taruna, dan ekstrakulikuler.

h. Menambah iman dan taqwa kepada Allah swt

2.Pencegahan Terhadap Keluarga

a. Pengasuhan anak yang baik dengan penuh kasih sayang, penanaman disiplinyang

baik, mengajarkan yang perbedaan baik dan buruk, mengembangkan kemandirian,


memberi kebebasan bertanggung jawab, dan mengembangkan harga diri anak dengan

menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.

b. Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat sehingga membuat anak rinduuntuk

pulang ke rumah.

c. Meluangkan waktu untuk kebersamaan.

d. Orang tua menjadi contoh yang baik.

e. Kembangkan komunikasi yang baik.

f. Memperkuat kehidupan beragama.

g. Orang tua memahami masalah penyalahgunaan NAPZA agar dapat berdiskusi

dengan anak.

3.Pencegahan Terhadap Lingkungan Sekolah

a. Upaya Terhadap Siswa

1) Memberikan pendidikan kepada siswa tentang bahaya dan akibat penyalahgunaan

NAPZA.

2) Melibatkan siswa dalam perencanaan, pencegahan, dan

penanggulangan penyalahgunaan NAPZA di sekolah.

3) Membentuk citra diri yang positif dan mengembangkan keterampilan yang positif

untuk tetap menghindari dari pemakaian NAPZA dan merokok.

4) Menyediakan pilihan kegiatan yang bermakna bagi siswa(ekstrakulikuler).

5) Meningkatkan kegiatan bimbingan konseling.

6) Penerapan kehidupan beragama dalam kegiatan sehari-hari.

b. Upaya Mencegah Peredaran NAPZA di Sekolah

1) Razia dengan cara sidak.

2) Melarang orang yang tidak berkepentingan untuk masuk lingkungan sekolah.

3) Melarang siswa keluar sekolah pada jam pelajaran tanpa izin guru.

4) Membina kerjasama yang baik dengan berbagai pihak.


5) Meningkatkan pengawasan sejak anak itu datang sampai dengan pulang sekolah.

c. Upaya Membina Lingkungan Sekolah

1) Menciptakan suasana lingkungan sekolah yang sehat dengan membina hubungan

yang harmonis antara pendidik dan peserta didik.

2) Mengupayakan kehadiran guru secara teratur di sekolah.

3) Sikap keteladanan guru amat penting.

Berkaitan dengan pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja, Badan


Narkotika Nasional (BNN) termasuk BNN Provinsi DIY dan jajaran melaksanakan amanat
untuk meningkatkan ketahanan diri remaja dari ancaman bahaya narkoba melalui program
prioritas nasional, yaitu: program ketahanan keluarga anti narkoba, program dialog interaktif
remaja, dan program desa bersinar. Program ketahanan keluarga anti narkoba menyasar
keluarga (orang tua dan anak). Program ini berupa intervensi keterampilan hidup keluarga
anti narkoba meliputi pola pengasuhan dan keterampilan diri orang tua, keterampilan diri
anak/remaja, dan ketahanan keluarga anti narkoba. Tujuan program ketahanan keluarga anti
narkoba adalah untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan orang tua dan resiliensi anak,
serta menurunkan perilaku negatif anak. Program dialog interaktif remaja dilaksanakan dalam
rangka pembentukan remaja teman sebaya anti narkotika. Program ini bertujuan
meningkatkan pemahaman dan kemampuan aplikatif kepada remaja untuk menciptakan
hubungan pertemanan yang adaptif dalam menolak penyalahgunaan narkoba. Program desa
bersinar (bersih dari narkoba) dilaksanakan di satuan wilayah setingkat desa/kelurahan yang
memiliki kriteria tertentu di mana terdapat program P4GN massif. Program desa bersinar
diperkuat dengan intervensi ketahanan keluarga anti narkoba berbasis sumber daya
pembangunan desa. Dengan program ini diharapkan desa/kelurahan menggerakkan potensi
sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan imunitas keluarga dan masyarakat dari
bahaya narkoba sehingga tercipta lingkungan yang aman, nyaman, dan tentram. Program-
program tersebut dilaksanakan bekerja sama dengan berbagai stakeholder di wilayah.

Permasalahan narkoba di kalangan pelajar merupakan permasalahan yang kompleks dan


menjadi tanggung jawab semua pihak untuk bahu-membahu menanggulanginya. Siapapun
kita, mari kita peduli dan bergerak bersama! Wujudkan generasi emas Indonesia dan jadikan
bonus demografi Indonesia sebagai peluang untuk memajukan bangsa!
Penanggulangan Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika

Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan psikotropika dapat dilakukan

melalui beberapa cara berikut ini,

1. Preventif (Pencegahan)

Preventif dilakukan untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan


kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik daripada pemberantasan.
Pencegahan penyalahgunaan narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti
pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di
sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat tempat hiburan
malam oleh pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal dan melakukan
tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan
terjadinya penyalahgunaan narkoba.

2. Kuratif (Pengobatan)

Kuratif bertujuan untuk penyembuhan para korban, baik secara medis maupun dengan
media lain. Seperti tempat-tempat penyembuhan dan rehabilitasi pecandu narkoba, yaitu
Pusat Rehabilitasi Narkoba.

3. Rehabilitatif (Rehabilitasi)

Rehabilitatif dilakukan agar setelah pengobatan selesai para korban tidak kambuh kembali
“ketagihan” narkoba. Rehabilitasi berupaya menyantuni dan memperlakukan secara wajar
para korban narkoba agar dapat kembali kemasyarakat dalam keadaan sehat jasmani dan
rohani.

4. Represif (Penindakan)

Represif artinya menindak dan memberantas penyalahgunaan narkoba melalui jalur hukum,
yang dilakukan oleh para penegak hukum atau aparat keamanan yang dibantu oleh
masyarakat. Kalau masyarakat mengetahui harus segera melaporkan kepada pihak berwajib
dan tidak boleh ada main hakim sendiri.
Kesimpulan
Narkotika adalah bahan atau zat yang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan psikologi
seseorang (pikiran, perasaan, dan perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan secara
fisik dan psikologi. Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba dapat dibagi menjadi dua
faktor, yaitu factor internal yang berasal dari dalam diri individu seperti kepribadian,
kecemasan, dan depresi serta kurangnya religiusitas, serta faktor eksternal yang berasal dari
luar individu atau lingkungan seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum
serta pengaruh lingkungan. Upaya penanggulangan penyalahgunaan narkotika dan
psikotropika dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti preventif seperti pembinaan dan
pengawasan dalam keluarga, kuratif seperti penyembuhan dengan medis atau dengan media
lain, rehabilitative agar korban tidak kembali ketagihan dengan narkoba, dan represif melalui
jalur hukum.

Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut, saran penulis adalah sebagai berikut:

1. Jangan pernah mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit.

2. Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba di Indonesia.

3. Orang tua harus lebih memperhatikan anaknya agar tidak terjerumus ke

dalam jurang narkoba.

4. Perlu peningkatan kerja sama antar masyarakat dengan aparat untuk memeberantas

peredaran narkoba.

5. Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus

pada penyalahgunaan narkoba

You might also like