You are on page 1of 3

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga pernapasan dari


benda atau zat asing. batuk dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti virus (flu,
bronkitis), bakteri, dan benda asing yang terhirup (alergi). Beberapa penyakit, seperti kanker,
paru-paru, TBC, tifus, radang paru-paru, asma dan cacingan, juga menampakkan gejala
berupa batuk (Widodo, 2009)

Jenis batuk berdasarkan produktivitasnya sebagai berikut:


1. Batuk produktif
Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum)
sehingga lebih dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif memiliki ciri
khas yaitu dada terasa penuh dan berbunyi. Mereka yang mengalami batuk produktif
umumnya mengalami kesulitan bernapas dan disertai pengeluaran dahak. Batuk
produktif sebaiknya tidak diobati dengan obat penekan batuk karena lendir akan semakin
banyak terkumpul di paru-paru (Junaidi, 2010).
2. Batuk tidak produktif
Batuk tidak produktif adalah batuk yang tidak menghasilkan dahak (sputum), yang
juga disebut batuk kering. Batuk tidak produktif sering membuat tenggorokan terasa
gatal sehingga menyebabkan suara menjadi serak atau hilang. Batuk ini sering dipicu
oleh kemasukan partikel makanan, bahan iritan, asap rokok (baik oleh perokok aktif
maupun pasif), dan perubahan temperatur. Batuk ini dapat merupakan gejala sisa dari
infeksi virus atau flu (Junaidi, 2010).
Ekspektoran didefinisikan sebagai obat yang memperbaiki kemampuan untuk
mengusir sekret purulen. Istilah ini adalah sekarang berarti pengobatan yang
meningkatkan airway air atau volume sekresi saluran nafas, termasuk secretagogues yang
dimaksudkan untuk meningkatkan hidrasi sekresi luminal (misalnya garam hipertonik
atau manitol) dan abrok yang mengurangi keasaman sekresi dan dengan demikian
menahannya dari jalan nafas (misalnya surfaktan). Ekspektoran tidak berubah ciliary
beat frequency atau mucociliary clearance. Ekspektoran oral pernah dipikirkan untuk
meningkatkan lendir saluran napas sekresi dengan bekerja pada mukosa lambung untuk
merangsang saraf vagus, tapi itu mungkin tidak akurat.. (Rubin dkk, 2004)
Guaifenesin adalah ekspektoran yang meningkatkan hasil dahak (sputum) dan
sekresi bronkial dengan mengurangi perekat dan tegangan permukaan. Aliran sekresi
kental yang kurang meningkat mendorong tindakan siliaris dan mengubah batuk kering
yang tidak produktif ke yang lebih produktif dan jarang terjadi. Dengan mengurangi
viskositas dan kelekatan sekresi, guaifenesin meningkatkan keefektifan mekanisme
mukosiliar dalam menghilangkan sekresi akumulasi dari jalan napas atas dan bawah.
Guaifenesin dapat bertindak sebagai iritasi pada reseptor vagal lambung, dan merekrut
refleks parasimpatis eferen yang menyebabkan eksositosis glandular campuran lendir
yang kurang kental. Batuk mungkin diprovokasi. Kombinasi ini dapat menyiram ulet,
bahan mucopurulen yang beku dan tersumbat dari saluran udara kecil yang terhambat dan
menyebabkan perbaikan dispnea atau kerja pernapasan sementara (Drugbank, 2015).
Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan obat
yang dibuat dengan pemadatan. Tablet juga memiliki perbedaan dalam ukuran, bentuk,
berat, kekerasan ataupun ketebalannya. Kebanyakan tipe atau jenis tablet dimaksudkan
untuk ditelan dan kemudian dihancurkan dan kemudian melepaskan bahan obat yang ada
di dalam tablet tersebut ke dalam saluran pencernaan (Murtini & Elisa, 2018). Tablet
adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.
Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa
(Farmakope Indonesia Edisi V, 2014).

Rute oral adalah salah satu cara administrasi obat ke dalam tubuh yang sering
digunakan. Tablet adalah bentuk sediaan padat oral yang sering diberikam (Amsa, 2014).
Selain mengandung zat aktif, dalam pembuatan tablet diperlukan bahan- bahan
tambahan yaitu bahan pengisi, pengikat, penghancur, pelicin dan pewarna. Bahan
tambahan memegang peranan penting dalam pembuatan tablet, di antaranya bahan
pengikat. Bahan pengikat dimaksudkan untuk menjamin penyatuan bersama dari partikel
serbuk dalam sebuah butir granulat. Kompaktibilitas tablet dapat dipengaruhi oleh
tekanan kompresi maupun bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan adalah
gula, amilum, gelatin, tragakan, povidon (PVP), gom arab dan zat lain yang sesuai
(Voigt, 1984)

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana menentukan Target Product Profile (TPP) tablet Gliceyl Guaiacolate?
2. Bagaimana studi preformulasi pada tablet Gliceryl guaiacolate?
3. Bagaimana menentukan kriteria mutu sediaan yang baik?
4. Bagaimana menentukan metode pembuatan dan pemilihan eksipien berdasarkan
preformulasi?
5. Bagaimana evaluasi mutu dari sediaan tablet Gliceryl guaiacolate

C. Tujuan
1. Mampu menentukan target product profile (TPP)
2. Agar dapat mengetahu preformulasi tablet Gliceryl guaiacolate
3. Mampu mengkaji kriteria mutu sediaan Gliceryl guaiacolate
4. Mampu menentukan metode pembuatan dan pemilihan eksipien berdasarkan preformulasi
5. Mampu mengetahui evaluasi mutu dari sediaan tablet gliceryl guaiacolate
Anonim. Farmakope Indonesia Edisi V 2014. Jakarta :Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
2014

Amsa P. dkk. 2014. Preparation and Solid State Characterization of Simvastatin Nanosuspensions for
Enhanced Solubility and Dissolution, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical
Sciences, 6 (1)

Drugbank, 2019. Drugbank: https:://www.drugbank.ca/ [online]. Diakses pada Maret 2019.

Widodo. (2009). “Penderita Asma di Indonesia Meningkat, ”Tribun News.


http://www.tribunbatam.co.id di akses pada tanggal 23 juni 2016

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani Noeroto S.,UGM Press,
Yogyakarta. Hal: 337-338

You might also like