You are on page 1of 11

TUGAS

SAJIAN BAHAN AJAR MODUL “LITERASI AKUNTANSI”

Pembimbing :

Dr. Erliany Syaodih, M.Pd

Oleh :

Muhammad Aditya Utomo (21) 71201112


Noviana Mardha Tilla Haryanto (22) 71201113
Kelas : MMRS 4C

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS ADHIRAJASA RESWARA SANJAYA
BANDUNG
2021
BAB 1

PENDAHULUAN

Pelaksanaan edukasi dalam meningkatkan pemahaman tentang keuangan di masyarakat


sangat diperlukan. Dengan semakin pesatnya pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, lembaga
keuangan mempunyai peran yang penting dalam kehidupan di masyarakat luas. Dengan adanya
berbagai lembaga keuangan yang bervariasi menjadikan tiap lembaga berupaya untuk
menyalurkan berbagai produk dan jasa keuangan kepada masyarakat secara menyeluruh. Agar
masyarakat luas dapat menentukan produk dan layanan jasa keuangan yang sesuai dengan
kebutuhan, masyarakat harus memahami dengan benar manfaat dan risiko, mengetahui hak dan
kewajiban serta meyakini bahwa produk dan layanan jasa keuangan yang dipilih dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dengan jumlah penduduk yang cukup banyak, Indonesia harus mampu mempersiapkan
diri dalam menghadapi persaingan global di era MEA. Salah satu cara dalam menyikapi
keuangan adalah bagaimana individu mengontrol pengeluaran keuangan pribadinya. Ketika
pengeluaran terus menerus dan tidak terbatas jumlahnya yang mengakibatkan individu sulit atau
tidak mampu mengendalikankeuangan, hal ini menunjukkan bahwa individu memiliki tingkat
literasi keuangan yang buruk.
Literasi Akuntansi sangat berkaitan dengan kesejahteraan individu. Pengetahuan
keuangan dan ketrampilan dalam mengelola keuangan pribadi sangat penting dalam kehidupan
sehari. Kesulitan keuangan bukan hanya fungsi dari pendapatan semata (rendahnya pendapatan).
Kesulitan keuangan juga dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan
(missmanagement) seperti kesalahan penggunaan kredit, dan tidak adanya perencanaan
keuangan. Keterbatasan finansial dapat menyebabkan stress, dan rendahnya kepercayaan diri.
Adanya pengetahuan keuangan dan literasi keuangan akan membantu individu dalam mengatur
perencanaan keuangan pribadi, sehingga individu tersebut bisa memaksimalkan nilai waktu uang
dan keuntungan yang diperoleh oleh individu akan semakin besar dan akan meningkatkan taraf
kehidupannya.
Misi penting dari program literasi akuntansi adalah untuk melakukan edukasi dibidang
keuangan kepada masyarakat Indonesia agar dapat mengelola keuangan secara cerdas, sehingga
rendahnya pengetahuan tentang industri keuangan dapat diatasi dan masyarakat tidak mudah
tertipu pada produk-produk investasi yang menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka pendek
tanpa mempertimbangkan risikonya. Perlunya pemahaman masyarakat tentang produk dan
layanan yang ditawarkan oleh lembaga jasa keuangan, maka program strategi nasional literasi
keuangan mencanangkan tiga pilar utama. Pertama, mengedepankan program edukasi dan
kampanye nasional literasi keuangan. Kedua, berbentuk penguatan infrastruktur literasi
keuangan. Ketiga, berbicara tentang pengembangan produk dan layanan jasa keuangan yang
terjangkau. Penerapan ketiga pilar tersebut diharapkan dapat mewujudkan masyarakat Indonesia
yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi sehingga masyarakat dapat memilih dan
memanfaatkan produk jasa keuangan guna meningkatkan kesejahteraan (OJK, 2013).

Melalui inisiatif program peningkatan tingkat literasi akuntansi yang dimulai sejak tahun
2013 oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menunjukkan rendahnya tingkat melek keuangan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2013, bahwa tingkat literasi keuangan
penduduk Indonesia dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1) Well literate (21,84%), yakni
memmiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk jasa
keuangan, termasuk fitur manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa
keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan, 2)
Sufficient literate (75,69 %), memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban
terkait produk dan jasa keuangan, 3) Less literate (2,06 %), hanya memiliki pengetahuan tentang
lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan, dan 4) Not literate (0,41%), tidak memiliki
pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan,
serta tidak memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan.
Literasi keuangan dapat diartikan sebagai pengetahuan keuangan, yang bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan (Lusari & Mitchell, 2007). Pemahaman yang baik mengenai pengelolaan
keuangan menjadi jalan keluar dari beragam masalah, termasuk mengurangi angka kemiskinan.
Semakin tinggi literasi keuangan akan memberikan dampak kesejahteraan.
Pengetahuan dan pemahaman tentang keuangan pribadi dibutuhkan individu agar dapat
membuat keputusan yang benar dalam keuangan, sehingga mutlak diperlukan setiap orang dapat
secara optimal menggunakan instrumen-instrumen serta produk-produk keuangan yang tepat.
Kurangnya pengetahuan mengenai literasi keuangan menjadi masalah serius dan menjadi
tantangan besar bagi masyarakat di Indonesia. Edukasi financial adalah proses panjang yang
memacu individu untuk memiliki rencana keuangan di masa depan demi mendapatkan
kesejahteraan sesuai dengan pola dan gaya hidup yang dijalani (Mendari dan Kewal, 2013).
Literasi akuntansi merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang agar terhindar dari
masalah keuangan. Kesulitan keuangan dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan
keuangan (mismanagement). Memiliki literasi keuangan merupakan hal yang paling penting
untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera. Dengan pengelolaan keuangan yang tepat yang
ditunjang dengan literasi keuangan yang baik, maka taraf hidup masyarakat diharapkan akan
meningkat, karena walau bagaimanapun tingginya tingkat penghasilan seseorang tapi tanpa
pengelolaan keuangan yang tepat, keamanan finansial pasti akan sulit tercapai. Kebutuhan
edukasi kepada masyarakat terhadap produk-produk keuangan baik bank maupun nonbank
sangat mendesak agar masyarakat tidak mudah tertipu oleh pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab. Pentingnya literasi keuangan dalam bentuk semua aspek keuangan pribadi
bukan karena untuk mempersulit dalam menggunakan uang yang mereka miliki, tetapi
diharapkan individu dapat menikmati hidup dengan menggunakan sumber daya keuangan yang
dimiliki dengan tepat.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Accounting Standars Board (FASB) Akuntansi adalah :

“Kegiatan jasa yang berfungsi menyediakan informasi kuantitatif yang kemudian


digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Keputasan Mentri Keuangan RI (NO. 476 KMK. 01 1991) Akuntansi Adalah :
“Akuntansi adalah suatu proses pengumpulan, pencatatan, penganalisaan, peringkasan,
pengklasifikasian dan pelaporan transaksi keuangan dari suatu kesatuan ekonomi untuk
menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai laporan yang berguna untuk pengambilan
keputusan.”
Menurut American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) Akuntansi Adalah :
“Pengertian Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang fungsinya, adalah menyediakan jasa
kuantitatif, terutama yang mempunyai sifat dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan
dalam pengambilan keputusan-keputusan dalam memilih alternatif- alternatif dari suatu keadaan.
Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah proses identifikasi,
pencatatan, dan pengkomunikasian hasil akhir berupa laporan keuangan yang mencerminkan
keadaan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Literasi Keuangan atau melek akuntansi keuangan adalah tingkat pengetahuan,
keterampilan, kepercayaan publik mengenai lembaga keuangan dan produk serta layanan mereka
sebagaimana diuraikan dalam parameter ukuran indeks (Otoritas Jasa Keuangan, 2014).
Literasi keuangan sangat penting bagi seseorang dalam membuat keputusan, terutama
yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti dalam membuat keputusan untuk menabung
(investasi) atau investasi (Investasi) untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Literasi keuangan tidak hanya bermanfaat bagi individu itu sendiri tetapi juga untuk
keberlanjutan sistem ekonomi suatu negara.
Menurut Strategi Literasi Keuangan Nasional Indonesia (2013: 80)
“Literasi keuangan merupakan serangkaian proses atau kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan, kepercayaan diri (skill) dan keterampilan (skill)
konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola keuangan lebih baik.”
Menurut OJK (2014) Literasi keuangan yaitu wawasan, keterampilan, dan kepercayaan,
yang mempengaruhi sikap serta perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan
dan manajemen keuangan untuk mencapai kemakmuran.
Menurut Kaly, Hudson dan Vush (2008) Literasi keuangan adalah kemampuan untuk
memahami kondisi keuangan dan konsep keuangan dan untuk mengubah pengetahuan itu secara
tepat menjadi perilaku (Widyawati, 2012).
Aspek-aspek Literasi Keuangan
Menurut Chen dan Volpe, literasi keuangan dibagi menjadi empat aspek, yaitu sebagai
berikut (Ulfatun et al, 2016: 4):
1. Memahami beberapa hal terkait pengetahuan dasar tentang keuangan pribadi.
2. Savings and borrowing (tabungan dan pinjaman), bagian ini mencakup pengetahuan yang
terkait dengan tabungan dan pinjaman seperti penggunaan kartu kredit.
3. Insurance (asuransi), bagian ini mencakup pengetahuan dasar tentang asuransi, dan produk-
produk asuransi seperti asuransi jiwa dan asuransi kendaraan bermotor.
4. Investment (investasi), bagian ini mencakup pengetahuan tentang suku bunga pasar,
reksadana, dan risiko investasi.

Tingkat Literasi Keuangan


Menurut Otoritas Jasa Keuangan (2014), tingkat literasi keuangan seseorang dibagi
menjadi empat jenis level, yaitu:
1. Well Literate.
Tahap seseorang mempunyai pengetahuan dan keyakinan terhadap lembaga layanan
keuangan dan produk dan layanan keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan
kewajiban terkait dengan produk dan layanan keuangan, dan memiliki keterampilan untuk
menggunakan produk dan layanan keuangan.

2. Suff Literate.
Tahap seseorang memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga layanan
keuangan dan produk dan layanan keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan
kewajiban yang terkait dengan produk dan layanan keuangan.
3. Less Literate.
Tahap seseorang hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk
dan layanan keuangan.
4. Not Literate.
Tahap seseorang tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa
keuangan dan produk dan layanan keuangan, dan tidak memiliki keterampilan untuk
menggunakan produk dan layanan keuangan.
Pengukuran Literasi Keuangan
Literasi keuangan tercermin dari pengetahuan kognitif dan kemampuan seseorang terkait
keuangan. Menurut Remund (2010: 45), ada empat hal paling umum dalam literasi keuangan,
yaitu pengetahuan dan kemampuan mengenai penganggaran, tabungan, pinjaman dan investasi.
Variabel Literasi Keuangan secara luas mengukur kemampuan seseorang sehubungan dengan
pemahaman nilai tukar, fitur layanan keuangan, catatan keuangan, sikap dalam menerbitkan
keuangan.
Menurut Widayat (2010: 76), ada beberapa hal dalam mengukur literasi keuangan, yaitu:
 Menyusun / merencanakan anggaran pendapatan yang akan diterima.
 Menyusun / merencanakan biaya anggaran yang harus dikeluarkan.
 Kepatuhan dengan rencana anggaran pengeluaran.
 Memahami nilai uang riil.
 Memahami nilai nominal uang.
 Memahami inflasi.
Menurut Komisi Sekuritas & Investasi Australia, untuk mengetahui seberapa banyak
tingkat literasi keuangan seseorang dapat digunakan langkah-langkah pengetahuan berikut ini :

Literasi Keuangan memiliki tujuan jangka panjang bagi seluruh golongan masyarakat,
yaitu:
1. Meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya less literate atau not literate menjadi well
literate;
2. Meningkatkan jumlah pengguna produk dan layanan jasa keuangan.
Menurut UNESCO (2004)“The United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization”, literasi adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, memahami, menafsirkan,
membuat, mengkomunikasikan, menghitung dan menggunakan bahan cetak dan tertulis terkait
dengan berbagai konteks. terlepas dari konteks yang mana ketrampilan itu diperoleh serta siapa
yang memperolehnya.
National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai “kemampuan individu
untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat
keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat.” Definisi ini memaknai
Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual. Dari definisi ini terkandung makna bahwa
definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.
Namun hanya belajar bagaimana membaca dan menulis (keterampilan dasar) saja tidak
dapat menyebabkan pengembangan praktik akuntansi yang ekstensif sehingga kebutuhan untuk
sejauh menyiapkan informasi akuntansi berkualitas yang bersangkutan. (Nalukenge,I.,
Nkundabanyanga, S.K and Tauringana , 2012)

Sejalan dengan definisi Literasi dari UNESCO penelitian sebelumnya menurut Bruce
(1999). literasi informasi akuntansi adalah seperangkat keterampilan yang akan memungkinkan
manajer dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, memanfaatkan dan menafsirkan informasi secara
efektif. Di dukung dengan penelitian milik Doyle (1992), Mishra dan Mishra (2010) bahwa
dengan memiliki ketrampilan literasi informasi akuntansi, para manajer akan dapat
mengidentifikasi informasi yang mereka butuhkan secara efisien, dan dengan demikian akan
memungkinkan mereka dalam menyortir.
Menurut Nalukenge, I., Nkundabanyanga, S.K. and Tauringana (2012) literasi akuntansi
penting bagi pertumbuhan ekonomi, pemerintah Uganda Afrika perlu menghabiskan lebih
banyak sumber daya untuk meningkatkan keaksaraan pengetahuan terutama di kalangan usaha
kecil mikro,. The Uganda revenue Authority juga memberikan perhatian kepada UKM untuk
meningkatkan kualitas informasi yang diberikan oleh UKM karena informasi tersebut penting
untuk menilai hutang pajak.
Dari beebrapa pemaparan terkait literasi, bisa disebut literasi adalah suatu kemampuan
seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami
informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Pemaparan literasi akuntansi di
perkuat oleh zenita et. al. (2015) Dengan memiliki informasi yang dievaluasi, para manajer akan
dapat mengurutkan di antara lingkup strategis yang luas informasi akuntansi manajemen yang
relevan dengan lingkungan dan tantangan bisnis mereka. Sejak informasi literasi membantu para
manajer dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, memanfaatkan dan menafsirkan manajemen
strategis informasi akuntansi secara efektif.
Menurut Yuliani (2010) bahwa Paham menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
mempunyai pengertian pandai dan mengerti benar sedangkan pemahaman adalah proses, cara,
perbuatan memahami atau memahamkan. Ini berarti bahwa orang yang memiliki pemahaman
akuntansi adalah orang yang pandai dan mengerti benar tentang akuntansi. Seseorang dikatakan
paham terhadap akuntansi adalah mengerti dan pandai bagaimana proses akuntansi itu dilakukan
sampai menjadi suatu laporan keuangan dengan berpedoman pada prinsip dan standar
penyusunan laporan keuangan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Perilaku keuangan yang sehat ditunjukkan oleh aktivitas perencanaan, pengelolaan serta
pengendalian keuangan yang baik. Indikator perilaku keuangan yang baik dapat dilihat dari
cara/sikap seseorang dalam mengelola keluar masuknya uang, manajemen kredit, tabungan dan
investasi (Hilgert dan Hogart, 2003) dalam Saputro (2014). Bijak tidaknya pengelolaan keuangan
pribadi ini erat kaitannya dengan kemampuan serta pengetahuan seseorang akan konsep-konsep
keuangan yang dikenal dengan literasi keuangan.
BAB 3

KESIMPULAN

Literasi Akuntansi sangat berkaitan dengan kesejahteraan individu. Pengetahuan


keuangan dan ketrampilan dalam mengelola keuangan pribadi sangat penting dalam kehidupan
sehari. Kesulitan keuangan bukan hanya fungsi dari pendapatan semata (rendahnya pendapatan).
Kesulitan keuangan juga dapat muncul jika terjadi kesalahan dalam pengelolaan keuangan
(missmanagement) seperti kesalahan penggunaan kredit, dan tidak adanya perencanaan
keuangan. Keterbatasan finansial dapat menyebabkan stress, dan rendahnya kepercayaan diri.
Adanya pengetahuan keuangan dan literasi keuangan akan membantu individu dalam mengatur
perencanaan keuangan pribadi, sehingga individu tersebut bisa memaksimalkan nilai waktu uang
dan keuntungan yang diperoleh oleh individu akan semakin besar dan akan meningkatkan taraf
kehidupannya.

Menurut Nalukenge, I., Nkundabanyanga, S.K. and Tauringana (2012) literasi akuntansi penting
bagi pertumbuhan ekonomi, pemerintah Uganda Afrika perlu menghabiskan lebih banyak sumber daya
untuk meningkatkan keaksaraan pengetahuan terutama di kalangan usaha kecil mikro,. The Uganda
revenue Authority juga memberikan perhatian kepada UKM untuk meningkatkan kualitas informasi yang
diberikan oleh UKM karena informasi tersebut penting untuk menilai hutang pajak.

Dari beebrapa pemaparan terkait literasi, bisa disebut literasi adalah suatu kemampuan
seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami
informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Pemaparan literasi akuntansi di
perkuat oleh zenita et. al. (2015) Dengan memiliki informasi yang dievaluasi, para manajer akan
dapat mengurutkan di antara lingkup strategis yang luas informasi akuntansi manajemen yang
relevan dengan lingkungan dan tantangan bisnis mereka. Sejak informasi literasi membantu para
manajer dalam mengidentifikasi, mengevaluasi, memanfaatkan dan menafsirkan manajemen
strategis informasi akuntansi secara efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Adel, Jack Febriand Dkk. 2021.” Studi Deskripsi Tingkat Literasi Keuangan”. Universitas
Maritim Raja Ali Haji; Tanjung Pinang

Astuti, E. (2007). Pengaruh Karakteristik Internal Perusahaan Terhadap Penyiapan dan


Penggunaan Informasi Akuntansi Perusaahaan Kecil dan Menengah di Kabupaten
Kudus. Universitas Diponegoro, Semarang.

Djaddang, Syahril dkk. 2021.” Study Action Research: Literasi Akuntansi UMKM Berbasis
ETAP dan Android Pada Era Covid-19 Normal Baru”. UP; Jakarta

Ernawati, S., Asyikin, J., Sari, O. (2016). Penerapan Sistem Akuntansi Dasar pada Usaha Kecil
Menengah di Kota Banjarmasin. Jurnal Penelitian Ilmi Ekonomi WIGA, 6(2), 81–91.

Ervina, Deasy dkk. 2020. “ Peningkatan Literasi Akuntansi Syariah Pada Siswa SMK”. Unhasy :
Jombang

Tedjasukmana, Budianto. 2018.” Peranan Literasi Akuntansi Bagi Pendidikan Kewirausahaan


Dalam Memajukan Pembangunan Ekonomi Nasional”. UKWM; Surabaya

Trianthy, Novy. 2020. “Pengaruh Literasi Akuntasni Dan Sistem Pengendalian Internal
Pemerintahan (SPIP) Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Yang Di Moderasi
Dengan Tata Kelola Pemerintahan (Studi Empiris Terhadap SKPD KABUPATEN
Karawang) “. STIE Indonesia; Jakarta

Wahyudi, M. (2009). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi


Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Yogjakarta. Universitas
Diponegoro, Semarang.

Yushita, Amanita Novi. 2017. “ Pentingnya Literasi Keuangan Bagi Pengelolaan Keuangan
Pribadi”. Universitas Negeri Yogyakarta; Yogyakarta

You might also like