You are on page 1of 28

BAHAN BANGUNAN 2

AGREGAT
AIUN HAYATU R
CONTENT
A PENDAHULUAN

B KLASIFIKASI AGREGAT

C PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN

D SIFAT AGREGAT

E UKURAN MAKSIMUM BUTIR AGREGAT


❑ Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai
bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. FUNGSI AGREGAT

❑ Agregat menempati kurang lebih 60% - 70% dari volume ❑ Sebagai bahan pengisi
❑ Menentukan kekuatan aduk/
PENDAHULUAN
beton. Walaupun sebagai bahan pengisi akan tetapi agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton. beton
❑ membuat beton/adukan stabil
❑ Sifat agregat akan menentukan mutu beton yang terhadap pengaruh luar dan
diinginkan. Sifat-sifat agregat yang mempengaruhi sifat cuaca,
beton adalah sifat fisik, sifat ketahanan terhada pengaruh ❑ mengurangi sifat susut dan muai
panas, dan sifat kimia. beton
❑ memperkecil pemakaian perekat
❑ Oleh karena itu, sangat penting untuk mendapatkan jenis (semen portland)
dan kualitas agregat yang tepat di lokasi.

❑ Agregat yang digunakan dalam campuran beton →


agregat alam (natural aggregates) dan agregat buatan
(artificial aggreates).

❑ Pada perkembangannya untuk kebutuhan tertentu dapat


juga diganti atau ditambahkan material lain yang berfungsi
sebagai agregat
1. DITINJAU DARI ASALNYA
a. Agregat Alam
❑ Agregat yag menggunakan bahan baku dari batu alam atau penghancurnya.

❑ Jenis batuan yang baik digunakan untuk agregat harus keras, kompak, kekal, dan tidak pipih.
KLASIFIKASI

❑ Kerikil dan pasir alam


AGREGAT

Agregat yang berasal dari batuan induknya yang mengalami penghancuran/pelapukan oleh alam.
Dapat terjadi dekat atau jauh dari batuan asalnya → karena terbawa oleh arus air atu angin dan
mengendap di suatu tempat. Biasanya ditemukan di sekitar sungai atau di dataran.

❑ Agregat batu pecah


Agregat batu pecah dibuat dari batuan alam yang dipecah dengan ukuran tertentu.

❑ Agregat batu apung


Batu apung merupakan agregat alamiah yang ringan dan umum digunakan. Penggunaan batu
apung harus bebas dari debu vulkanis halus dan bahan-bahan yang bukan vilkanis, misalnya
lempung.
1. DITINJAU DARI ASALNYA
a. Agregat Alam
❑ Batu alam yang baik untuk agregat adalah batuan beku.

❑ Agregat yang diperoleh dari pengerukan sungai atau laut umumnya tidak cukup bersih, agar
sesuai dengan persyaratan kualitas dibutuhkan penyaringan dan pencucian sebelum agregat
KLASIFIKASI

tersebut digunakan.
AGREGAT

b. Agregat Buatan
Agregat buatan adalah agregat yang dibuat dengan tujuan penggunanaan tertentu atau karena kekurangan
agregat batuan alam. Agregat buatan dibuat adalah agregat ringan.

❑ Klinker dan Breeze


Agregat ini banyak dipergunakan selama bertahun-tahun untuk memproduksi blok dan pelat
untuk partisi atau penyekat dalam dan tembok interior lainnya.

Klinker dan breeze yang berasal dari limbah pembangkit tenaga uap, agregat yang berasal dari
tanah liat yang dibakar (LECA = Lightweight Expanded Clay Agregate)
1.1. DITINJAU DARI
DITINJAU DARI ASALNYA
ASALNYA
b. Agregat Buatan
❑ Agregat yang berasal dari bahan-bahan yang mengembang
Agregat ini dibuat dari tanah liat biru jenis khusus, diproses, kemudian mengembang jika
dipanaskan. Bahan yang dihasilkan terdiri atas butiran bulat, keras, kulit padat tetapi bagian
dalam keropos.
KLASIFIKASI

❑ Coke Breeze
AGREGAT

Coke breeze adalah hasil tambahan dari sisa bakaran bahan bakar batu arang yang kurang
sempurna pembakarannya, dan biasanya terdapat pada dapur-dapur rumah tangga di negara
Eropa.

❑ Hydite
Agregat ini terbuat dari tanah liat (shale) yang dibakar dalam tungku putar (dapur berputar),
pada suhu tinggi. Sehingga bahan akan membengkak. Hasilnya merupakan bongkahan tanah
yang mengembang dan hampir leleh, lalu dihancurkan dan diayak hingga mencapai susunan butir
yang diperlukan.

❑ Lelite
Lelite dibuat dari batu metamorf atau shale yang mengandung senyawa karbon →yang dipecah
dan dibakar pada tungku vertical pada suhu tinggi.
2. DITINJAU DARI BERAT JENISNYA
Berat jenis → Perbandingan berat agregat dengan berat air pada volume yang sama.
𝑊𝑏
𝐵𝑗 = ൗ𝑊 dengan:
𝑎

Bj = Berat jenis
KLASIFIKASI

Wb = Berat butir agregat


AGREGAT

Wa = Berat air pada volume yang sama dengan agregat

a. Agregat Ringan

❑ Agregat ringan yaitu agregat yang memiliki berat jenis < 2,0 (berat sendiri yang rendah,
sehingga strukturnya ringan) digunakan untuk beton non struktural.

❑ Berat jenis beton yang dihasilkan ±1,8.

❑ Agregat ini dapat juga digunakan untuk beton struktural atau blok dinding tembok.
Contohn agregatnya: batu apung, hydite, rocklite, lelite, dsb.
2. DITINJAU DARI BERAT JENISNYA

b. Agregat Normal
❑ Agregat normal adalah agregat yang memiliki berat jenis antara 2,5 - 2,7. Agregat ini
berasal dari batuan granit, basalt, kuarsa dsb.

❑ Beton yang dihasilkan dinamakan beton normal, dengan berat jenis beton ± 2,3 dan kuat
KLASIFIKASI

tekan 15 MPa – 40 MPa. Berat isi beton berkisar antara 1800 - 2500 kg/m³.
AGREGAT

❑ Agregat normal terdiri dari : kerikil, pasir, batu pecah (berasal dari alam), klingker,
terak dapur tinggi (agregat buatan).

❑ Selain agregat alam, agregat normal dapat juga berupa agregat buatan sebagai hasil
tambahan tanur tinggi. Terak tanur tinggi didinginkan secara lambat akan membeku dan
padat, dan agregat dari terak tanur tinggi ini dapat dipergunakan untuk bahan pekerasan
jalan.
2. DITINJAU DARI BERAT JENISNYA
c. Agregat Berat
❑ Agregat berat memiliki berat jenis > 2,8. Contoh agregat ini : magnetik (Fe3O4), limonite
dan barite (BaSO4), atau serbuk besi.

❑ Dapat dibuat beton dengan berat isi > 2400 kg/m³.


KLASIFIKASI
AGREGAT

❑ Beton yang dihasilkan memiliki berat jenis yang tinggi juga (bisa mencapai 5,0).

❑ Beton jenis ini efektif digunakan sebagai dinding pelindung sinar radiadsi sinar X,
gamma, dan pmecah reactor-reactor inti nuklir.

❑ Membuat beton menggunakan agregat berat dengan kelecakan (workability) yang


diinginkan → cukup sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan perbedaan berat jenis
agregat > berat jenis semen.

❑ Untuk mengurangi terjadinya segregasi adalah dengan menggunakan air seminimal


mungkin.
3. DITINJAU DARI BENTUKNYA
a. Bulat
❑ Umumnya agregat jenis ini berbentuk bulat atau bulat telur.

❑ Pasir kerikil jenis ini biasanya berasal dari sungai atau pantai dan mempunyai rongga
udara minimum 33%.
KLASIFIKASI
AGREGAT

❑ Agregat seperti ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupun perkerasan jalan raya.
3. DITINJAU DARI BENTUKNYA
b. Bersudut
❑ Bentuk ini tidak beratruran, mempunyai sudut-sudut yang tajam dan permukaannya
kasar,

❑ Yang termasuk jenis ini adalah batu pecah semua jenis, yaitu hasil pemecahan dengan mesin
KLASIFIKASI

dari berbagai jenis batuan.


AGREGAT

❑ Agregat ini baik untuk membuat beton mutu tinggi maupun lapis perkerasan jalan.

c. Pipih
❑ Agregat pipih ialah agregat yang memiliki perbandingan nilai ukuran terlebar dan
tertebal pada butiran > 3.

❑ Agregat jenis ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.

d. Memanjang
❑ Butir Agregat dikatakan memanjang (lonjong) jika perbandingan nilai ukuran terpanjang
(terbesar) dan terlebar > 3.
4. DITINJAU DARI TEKSTUR PERMUKAAN

a. Agregat dengan Permukaan seperti gelas


❑ Agregat dengan permukaan seperti Gelas, Mengkilat. Contohnya : Flint hitam, Obsidian

b. Agregat dengan permukaan kasar


KLASIFIKASI

❑ Umumnya berupa pecahan batuan, permukaan tampak kasar tampak jelas bentuk
AGREGAT

kristalnya. Contohnya jenis ini, misalnya basalt, felsite, prophyry, batu kapur

c. Agregat dengan permukaan licin


❑ Agregat ini ditemukan pada batuan yang butiran-butirannya kecil (halus) → contohnya
kerikil sungai, chart, batu lapis, marmer dan beberapa rhyolite.

d. Agregat dengan permukaan berbutir


❑ Pecahan dari batuan ini menunjukkan adanya butir-butir bulat yang merata, misalnya batuan
pasir, colite.
4. DITINJAU DARI TEKSTUR PERMUKAAN

e. Agregat berpori dan berongga


❑ Bahan ini mempunyai pori dan rongga yang mudah terlihat. Contohnya : Batu Apung,
Batu Klinker, Tanah liat yang dikembangkan, dan Batuan dari lahar gunung berapi.
KLASIFIKASI

5. BERDASARKAN UKURAN BUTIRAN


AGREGAT

a. Agregat halus
Agregat halus adalah agregat yang butirannya lolos ayakan 4,8 mm. ukuran agregat halus
adalah 0,15 mm – 4,8 mm. Terdiri dari 3 jenis yaitu :
❑ Pasir galian yang diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara menggali dari
dalam tanah.

❑ Pasir sungai yang diperoleh langsung dari dasar sungai.

❑ Pasir laut yang diambil dari pantai.

Silt → Agregat yang mempunyai besar butiran < 0,15 mm.


5. BERDASARKAN UKURAN BUTIRAN
b. Agregat kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan butiran-butiran tertinggal di atas ayakan dengan lubang
4,8 tetapi lolos ayakan 40 mm
❑ Kerikil → Agregat yang mempunyai besar butiran 4,8 mm – 40 mm.
KLASIFIKASI
AGREGAT

c. Batu
Agregat yang mempunyai besar butiran > 40 mm.
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
❑ Dalam penambangan dan pengolahan agrgat alam harus berpegang terhadap prinsip pokok dan dasar
yaitu dengan biaya murah menghasilkan agregat mutu tinggi.
❑ Untuk memperoleh agregat dengan mutu tinggi, perlu dilakukan tahap-tahap seperti penelitian,
penggalian, pengangkutan, pengolahan, penimbunan, dan penyimpanan yang benar.

1. Penelitian
Tahap ini sering tidak dilakukan oleh produsen agregat dengan skala kecil. Untuk produsen skala
menengah dan ke atas jika ingin mendapatkan mutu agregat yang baik, maka perlu dilakukan
penelitian terhadap deposit terlebih dahulu.

Yang harus dipertimbangkan adalah apakah memproduksi dalam jumlah cukup akan mendapatkan
keuntungan dalam jangka waktu tertentu, dan melakukan pengujian untuk menentukan kualitas
agregat.
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT

1. Penelitian
Tabel 1 Jumlah contoh uji
Pengambilan jumlah contoh di Macam Agregat Ukuran Besar Butir Maksimum (mm) Jumlah contoh (kg)
lapangan dianjurkan tidak kurang
2,4
dari jumlah seperti yang Agregat Halus 10
ditampilkan pada Tabel 1. 4,8
9,5 10
Contoh uji dikirimkan ke 12,5 15
laboratorium → untuk uji sifat fisis 19,0 25
dan mekanis agregat. 25,0 50
Agregat Kasar 38,1 75
50,0 100
63,0 125
75,0 150
100,0 175
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT

2. Penggalian
Penggalian dapat dilakukan secara manual atau mekanis (dengan alat berat atau pemecah dinamit.
Teknik penambangan agregat disesuaikan dengan jenis endapan, produksi yang diinginkan dan rencana
pemanfaatannya.

a. Endapan Agregat Kuarter/Resen

Pada jenis endapan ini, tanah penutup belum terbentuk. Endapan didapatkan di sepanjang alur
sungai. Keadaan endapannya masih lepas sehingga teknik penambangan permukaan dapat dilakukan
dengan alat sederhana seperti sekop dan cangkul.

Teknik penambangan ini menghasilkan produksi agregat yang sangat terbatas. Apabila diinginkan
produksi dalam jumlah banyak, maka penggalian/pengambilan dilakukan dengan showel dan backhoe.
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
2. Penggalian

a. Endapan Agregat Kuarter/Resen

Pemilahan besar butir (untuk memisahkan ukuran pasir dan kerikil) dilakukan secara semi mekanis
dengan saringan pasir.

Teknik penambangan ini dapat dijumpai di sepanjang Sungai Boyong Gunung Merapi dan Sungai
Cikunir Gunung Galunggung.
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
2. Penggalian

b. Endapan Agregat yang telah membentuk Formasi

Tipe endapan ini telah tertutup oleh tanah/soil. Pekerjaan awal dilakukan dengan land
clearing/pembersihan tanah penutup. Endapan agregat jenis ini biasanya sudah agak keras dan
tercampur dengan lumpur/lempung dan zat-zat organic lain.

Untuk mendapatkan agregat yang bersih dari lempung dan zat organic, sistem penambangan dilakukan
dengan cara menggunakan pompa tekan/pompa semprot bertekanan tinggi dan dilakukan pencucian.

Model penambangan seperti ini dilakukan di daerah desa Lebak Mekar, kab. Cirebon dan di lereng
G. Muria Kab. Kudus.
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
2. Penggalian

c. Produksi Agregat Dari Batu Pecah

Agregat batu pecah diproduksi dari bongkahan-bongkahan batuan hasil peledakan (biasanya
batuan andesit dan basalt), kemudian dipecah lagi dengan palu atau alat mekanis (breaker/crusher)
untuk disesuaikan ukurannya dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, kegiatan pembuatan agregat
batu pecah terdiri dari peremukan, pengayakan dan pengangkutan.

Hasil dari pengolahan ini berupa batu pecah dengan ukuran ≤ 10 mm, 10 – 20 mm, 20 – 30 mm, 30
– 50 mm, 50 – 75 mm.
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT

3. Pengangkutan
Setelah bahan agregat digali, tahap selanjutnya
diangkut ke unit pengolahan atau penimbunan.
Sebagai alat bantu angkut tergantung pada skala
produksi . Alat pengangku dapat menggunakan
truck, kereta lory, conveyor belt, kapal laut, dll.

Yang perlu diperhatikan adalah proses


pengangkutan akan berpengaruh terhadap harga
agregat.

Conveyor Belt System


PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT

4. Pengolahan
Pengolahan agregat dapat dilakukan dengan dipecah, diayak, atau dicuci untuk mendapatkan susunan
butir yang memenuhi syarat.

Bila dipecah → perimbangkan alat yang cocok. Secara umum yang digunakan adalah jaw crusher (pecah
rahang) → diperoleh agregat berbutir kasar

jaw crusher (pecah rahang)


PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
4. Pengolahan

Setelah dipecah dengan Jaw Crusher bila kapasitas produksi lebih besar digunakan Gyratory Crusher.

Kemudian untuk memperoleh butiran yang lebih halus lagi menggunakan


Hammer Crusher dan Roller Crusher.

Gyratory Crusher
Hammer Crusher Roller Crusher
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
4. Pengolahan

Setelah selesai pemecahan → selanjutnya penyaringan dengan Ayakan Getar atau Ayakan Teromol.
Kegiatan ini berfungsi untuk mendapatkan fraksi-frasi butiran. Fraksi 5-10 mm, Fraksi 10-20 mm, dst.

Ayakan Teromol

Ayakan Getar
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN AGREGAT
4. Pengolahan

Untuk pasir dan kerikil, tidak perlu untuk dipecahakan tetapi


memerlukan peyaringan atau dicuci terlebih dahulu untuk
menghilangkan benda asing (tanah, humus, dsb) dengan
menggunakan alat Screw Classifier.
Tujuannya agar butiran halus
yang menempel pada agregat,
yang masih dapat digunakan
tidak terbuang.
PENAMBANGAN
DAN
PENGOLAHAN
AGREGAT
PENIMBUNAN DAN PENYIMPANAN AGREGAT

❑ Penimbunan agregat di lapangan, harus diberi alas agar tidak bercampur dengan tanah dan
Lumpur. Di atasnya ditutup dengan terpal agar terhindar dari hujan, karena agregat yang terlalu
basah akan sulit untuk menentukan kadar air semennya pada waktu membuat adukan.

❑ Penimbunan pasir harus lebih tinggi dari permukaan tanah agar terhindar dari aliran air ketika
hujan.

❑ Penumpukan pasir hendaknya sedekat mungkin dengan lokasi pekerjaan agar lebih mudah
mengambilnya.

❑ Buatlah timbunan berbentuk bukit dengan kemiringan > 45°.

❑ Timbunlah agregat dalam fraksi-fraksi terpisah.

❑ Bila menimbun agregat di dalam silo, silo dibuat tidak terlalu besar dengan kemiringan dasar
tidak boleh kurang dari 50°.
SAMPAI KETEMU
DI MATERI SELANJUTNYA

You might also like