Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ekonomi Moneter Kel-9
Makalah Ekonomi Moneter Kel-9
Disusun Oleh
KELOMPOK 9
T.A 2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Krisis Moneter
dan Alternatif Manajemen Moneter ” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Manajemen Keuangan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “ Krisis Moneter Dan Alternatif Manajemen
Moneter ” bagi para pembaca dan juga bagi kami sebagai penyusun.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Estelee Elora Akbar, S.E., M.E yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Saja Faktor Penyebab Terjadinya Krisis Moneter ?
2. Apa Saja Alternatif Manajemen Moneter ?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
https://www.gramedia.com/best-seller/penyebab-dan-dampak-krisis-moneter-
1998/
2
https://www.modalrakyat.id/blog/krisis-moneter-adalah
6
negara. Utang yang terlalu menumpuk tersebut membuat negara mengalami
kesulitan dalam mengembalikan utang juga. Tidak hanya terjadi pada negara,
utang luar negeri swasta pun ikut merangkak naik.
b. Inflasi yang tidak wajar
Krisis moneter juga mempunyai ciri khas inflasi yang sulit untuk dikontrol.
Barang-barang naik ke angka tinggi, sementara itu masyarakat menengah ke
bawah menjadi tidak mampu untuk membeli kebutuhan harian.
c. Neraca pembayaran besaran defisitnya terlalu besar
Negara yang mengalami krisis biasanya mengalami defisit neraca pembayaran
yang terlampau besar. Neraca pembayaran defisit berkaitan dengan lebih
besarnya impor ketimbang dengan ekspor. Padahal ekspor dan impor akan lebih
baik seimbang atau lebih tinggi ekspor. Indonesia sebenarnya juga sering
mengalami defisit neraca pembayaran, tapi karena berhasil ditekan pada angka
3%, sehingga masih terbilang aman. Keadaan akan menjadi gawat ketika
persentase defisitnya di luar kemampuan negara yang bersangkutan. Hal itu
membuat biaya untuk impor jadi membengkak, pengeluaran negara jadi tambah
banyak.
d. Nilai tukar mata uang yang mengkhawatirkan
Tahun 1998 lalu, nilai tukar Rupiah sempat menyentuh angka Rp16.000 per 1
dolar AS. Angka ini membuat sistem perbankan Indonesia nyaris kolaps,
sehingga banyak bank yang bangkrut atau dimerger untuk mengatasi krisis agar
tidak lebih buruk.
e. Tingkat suku bunga naik dengan persentase yang terlalu tinggi
Suku bunga yang naik ini membuat perusahaan sulit membayar utang ke bank
atau lembaga keuangan yang diandalkannya. Akibatnya lembaga keuangan dan
bank mengalami kredit macet yang keadaannya sudah termasuk gawat. 3
3. Dampak dari Krisis Moneter
Semua permasalahan dalam krisis ekonomi berputar-putar sekitar kurs nilai tukar
valas, khususnya dollar AS, yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan
pendapatan masyarakat dalam rupiah yang tetap, bahkan dalam beberapa hal
turun ditambah PHK, padahal harga dari banyak barang naik cukup tinggi,
3
https://www.modalrakyat.id/blog/krisis-moneter-adalah
7
kecuali sebagian sektor pertanian dan ekspor. Imbas dari kemerosotan nilai tukar
rupiah yang tajam secara umum sudah kita ketahui, yaitu :
a. kesulitan menutup APBN
b. Harga telur atau ayam naik
c. utang luar negeri dalam rupiah melonjak
d. harga BBM atau tarif listrik naik
e. tarif angkutan naik
f. perusahaan tutup atau mengurangi produksinya karena tidak bisa menjual
barangnya dan beban utang yang tinggi,
g. toko sepi, PHK di mana-mana,
h. investasi menurun karena impor barang modal menjadi mahal, biaya
sekolah di luar negeri melonjak.
Dampak lain adalah laju inflasi yang tinggi selama beberapa bulan terakhir ini,
yang bukan disebabkan karena imported inflation, akan tetapi lebih tepat jika
dikatakan foreign exchange induced inflation. Masalah ini hanya bisa
dipecahkan secara mendasar bila nilai tukar valas bisa diturunkan hingga
tingkat yang wajar atau nyata (riil). Dengan demikian roda perekonomian bisa
berputar kembali dan harga-harga bisa turun dari tingkat yang tinggi serta
terjangkau oleh masyarakat, meskipun tidak kembali pada tingkat sebelum
terjadinya krisis moneter.4
4
Tarmidi, L. T. (2003). KRISIS MONETER INDONESIA : SEBAB, DAMPAK,
PERAN IMF DAN SARAN. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Hal : 17.
https://doi.org/10.21098/bemp.v1i4.183
8
mendadak dan secara bertubi-tubi terhadap dollar AS (spekulasi) dan jatuh
temponya utang swasta luar negeri dalam jumlah besar. Seandainya tidak ada
serbuan terhadap dollar AS ini, meskipun terdapat banyak distorsi pada tingkat
ekonomi mikro, ekonomi Indonesia tidak akan mengalami krisis. Dengan kata lain,
walaupun distorsi pada tingkat ekonomi mikro ini diperbaiki, akan tetapi bila tetap
ada gempuran terhadap mata uang rupiah, maka krisis akan terjadi juga, karena
cadangan devisa yang ada tidak cukup kuat untuk menahan gempuran ini.
Krisis ini diperparah lagi dengan akumulasi dari berbagai faktor penyebab lainnya
yang datangnya saling bersusulan. Analisis dari faktor-faktor penyebab ini penting,
karena penyembuhannya tentunya tergantung dari ketepatan diagnosa.
Anwar Nasution melihat besarnya defisit neraca berjalan dan utang luar
negeri, ditambah dengan lemahnya sistim perbankan nasional sebagai akar dari
terjadinya krisis finansial (Nasution: 28). Bank Dunia melihat adanya empat sebab
utama yang bersama-sama membuat krisis menuju ke arah kebangkrutan (World
Bank, 1998, pp. 1.7 -1.11), yaitu :
a. Yang pertama adalah akumulasi utang swasta luar negeri yang cepat dari tahun
1992 hingga Juli 1997, sehingga l.k. 95% dari total kenaikan utang luar negeri
berasal dari sektor swasta ini, dan jatuh tempo rata-ratanya hanyalah 18 bulan.
Bahkan selama empat tahun terakhir utang luar negeri pemerintah jumlahnya
menurun.
b. Sebab yang kedua adalah kelemahan pada sistim perbankan.
c. Ketiga adalah masalah governance, termasuk kemampuan pemerintah
menangani dan mengatasi krisis, yang kemudian menjelma menjadi krisis
kepercayaan dan keengganan donor untuk menawarkan bantuan finansial
dengan cepat.
d. Yang keempat adalah ketidakpastian politik menghadapi Pemilu yang lalu dan
pertanyaan mengenai kesehatan Presiden Soeharto pada waktu itu. Sementara
menurut penilaian penulis, penyebab utama dari terjadinya krisis yang
berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS
9
yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya, tetapi ada banyak
faktor lainnya yang berbeda menurut sisi pandang masing-masing pengamat.5
5
Tarmidi, L. T. (2003). KRISIS MONETER INDONESIA : SEBAB, DAMPAK,
PERAN IMF DAN SARAN. Buletin Ekonomi Moneter Dan Perbankan, Hal : 3-4.
https://doi.org/10.21098/bemp.v1i4.183
10
2. Money Demand
Sesuai dengan ajaran Islam manajemen moneter yang efisien dan adil tidak
berdasarkan mekanisme suku bunga, melainkan dengan menggunakan strategi yang
berdasarkan tiga instrumen utama, yaitu :
a. Instrumen yang pertama adalah value judgments yang dapat menciptakan
suasana yang memungkinkan alokasi dan distribusi resources yang sesuai
dengan ajaran Islam. Pada dasarnya resources merupakan amanah dari Allah
yang pemanfaatannya harus efisien dan adil. Berdasarkan nilai-nilai Islam,
money demand harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
investasi yang produktif, sama sekali bukan untuk conspicuous consumption,
pengeluaran-pengeluaran non-produktif dan spekulatif.
b. Instrumen yang kedua adalah kelembagaan yang berkaitan dengan kegiatan
sosial, ekonomi dan politik, yang salah satunya adalah mekanisme harga yang
dapat meningkatkan efisiensi dalam pemanfaatan resources. Walaupun
mekanisme harga tidak menjamin pencapaian tujuan-tujuan ekonomi suatu
negara, namun disadari sepenuhnya bahwa mekanisme harga yang disertai
dengan nilai-nilai sistem yang ada dapat memudahkan pencapaian tujuan.
c. Selanjutnya instrument yang ketiga adalah financial intermediation yang
berdasarkan sistem profit-and-loss sharing. Dalam sistem ini money demand
dialokasikan dengan syarat hanya untuk proyek-proyek yang bermanfaat dan
hanya kepada debitur yang mampu mengelola proyek secara efisien. Dengan
persyaratan seperti itu, diharapkan dapat meminimisasi money demand untuk
pemanfaatan yang tidak berguna, non-produktif dan spekulatif. Selain daripada
itu, persyaratan tersebut dapat menciptakan masyarakat yang memiliki
entrepreneurship sekalipun diantara golongan miskin, sedangkan golongan kaya
dapat berkontribusi sehingga para entrepreneur tersebut dapat menghasilkan
output, perluasan kesempatan kerja dan pemenuhan kebutuhan dasar.
3. Money Supply
Ketika money demand selalu dikaitkan dengan kesejahteraan masyarakat dan
pembangunan, diharapkan money demand akan stabil. Selanjutnya, perlu
diperhatikan bagaimana menggiring aggregate money supply bertemu dengan
money demand sehingga terjadi equilibrium. Hal ini penting untuk diperhatikan
11
karena dua instrument utama dalam manajemen moneter sistem kapitalis, yaitu
discount rate dan operasi pasar terbuka yang mengandung suku bunga tidak dapat
dipakai dalam ekonomi Islam. Terdapat tiga sumber utama dari high-powered
money, yaitu pinjaman pemerintah kepada bank sentral, kredit bank sentral kepada
bank komersial dan surplus neraca pembayaran. Setelah perang dunia
kedua, sumber pertama merupakan yang terbesar bagi high-powered money karena
besarnya defisit anggaran pemerintah. Berlebihnya defisit pada anggaran
pemerintah mengakibatkan beban yang sangat berat bagi sektor moneter untuk
menjaga stabilitas serta kebijakan moneter yang sehat sangat sulit
diciptakan. Penerapan profit-and-loss sharing yang menggantikan suku bunga akan
lebih dapat meningkatkan kemampuan bank sentral untuk mengendalikan
penyaluran pinjaman tersebut. Penyaluran pinjaman oleh bank sentral kepada bank
komersial bisa dalam bentuk mudarabah , yang berarti bank sentral harus lebih
berhati-hati dalam menyalurkan pinjaman kepada bank komersial.
4. Instrument-Instrument Kebijakan Moneter
Instrument moneter yang dikenal menurut ekonomi Islam adalah dalam bentuk
kontrol kuantitatif pada penyaluran kredit dan instrument yang dapat menjamin
alokasi kredit dapat berlangsung dengan baik pada sektor-sektor yang bermanfaat
dan produktif . Menurut Chapra , instrument kontrol kuantitatif yang umum berlaku
dapat berupa statutory reserve requirements, credit ceilings, government
deposits, common pool, dan moral suasion. Sedangkan instrument untuk alokasi
kredit adalah men-treat uang sebagai fay dan menerapkan alokasi kredit yang
berdasarkan tujuan pemanfaatannya.
Statutory reserve requirement pada sistem ekonomi Islam adalah instrumen yang
sangat penting karena discount rate dan operasi pasar terbuka tidak dapat diterapkan
pada sistem ini. Dalam perekonomian Islam akan lebih mudah
membedakannya, karena mudarabah deposits merupakan penyertaan sedangkan
demand deposits tidak termasuk dalam penyertaan. Selain dari pada itu, penerapan
reserve requirement terhadap total deposits, tidak hanya untuk mengatur jumlah
penyaluran kredit, tetapi juga untuk menjamin keutuhan deposit tersebut dan
menjamin kecukupan likuiditas sistem perbankan. Padahal sebaiknya kedua hal
12
tersebut diatur melalui lebih tingginya capital requirement dan penerapan ketentuan-
ketentuan yang berlaku, seperti tingkat liquidity ratio yang sewajarnya.
Hal ini akan berlangsung dengan baik bila ditunjang dengan sistem
pengawasan bank yang baik. Hal lain yang juga turut mempengaruhi adalah
hubungan antara reserves yang ada pada bank komersial dengan ekspansi kredit
belum memperlihatkan hubungan yang jelas. Oleh karena perilaku money supply
mencerminkan interaksi berbagai faktor-faktor internal maupun eksternal yang
kompleks, maka perlu juga dipertimbangkan ceilings atau pagu kredit untuk
menjamin total kredit yang disalurkan konsisten dengan target
moneter. Islam. Dalam skim penjaminan, perusahaan diteliti kemampuan
berusahanya dan manajemennya.6
5. Penerapan Manajemen Moneter Alternatif di Indonesia
Selanjutnya sesuai dengan UU tersebut memungkinkan bagi Bank Indonesia
menerapkan pagu kredit kepada bank umum syariah sehingga pertumbuhan
penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah dapat sejalan dengan target
moneter. Sebagai pemegang kas pemerintah tidak memungkinkan bagi Bank
Indonesia memindahkan demand deposits pemerintah yang ada pada bank sentral ke
dan dari bank umum.
Hal ini hanya dapat terlaksana bila pemerintah mendelegasikan wewenang
tersebut kepada Bank Indonesia sehingga operasi pasar terbuka yang secara tidak
langsung mempengaruhi reserves perbankan dapat digantikan dengan wewenang
Bank Indonesia memindahkan deposit pemerintah yang ada pada bank sentral ke
dan dari bank umum sehingga dapat secara langsung mempengaruhi reserves
perbankan syariah maupun konvensional. Kebijakan pooling funds memiliki
kelemahan, yaitu umumnya yang memanfaatkan hanya bank-bank yang tidak baik
performance-nya.
6
Siregar, E. M. MANAJEMEN MONETER ALTERNATIF DAN
PENERAPANNYA DI INDONESIA. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Desember 1999. (Hal : 94-99).
13
Selanjutnya, Bank Indonesia telah melakukan moral suasion kepada perbankan
syariah melalui berbagai kegiatan sosialisasi dan traininga atau seminar mengenai
perbankan syariah. Sosialisasi perbankan syariah kepada masyarakat dilaksanakan
Bank Indonesia bekerja sama dengan perbankan syariah, melalui kegiatan
sosialisasi ini tercipta komunikasi yang baik antara Bank Indonesia dengan
perbankan syariah. Selanjutnya dengan kegiatan training atau seminar yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia akan memberikan pemahaman praktekpraktek
perbankan syariah yang lebih baik. Maka dengan adanya kegiatan sosialisasi dan
training/seminar memudahkan bagi Bank Indonesia untuk melaksanakan moral
suasion kepada perbankan syariah. 23 tahun 1999 tidak memungkinkan bagi Bank
Indonesia menyisihkan dana untuk secara langsung maupun tidak langsung
membiayai proyek-proyek yang berlangsung di sektor riil.7
7
Siregar, E. M. MANAJEMEN MONETER ALTERNATIF DAN
PENERAPANNYA DI INDONESIA. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Desember 1999. (Hal : 102-104).
14
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Krisis moneter adalah krisis keuangan berdampak tidak hanya di satu wilayah,
tetapi banyak wilayah Asia pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Krisis ini ditandai
dengan nilai tukar mata uang yang tidak bisa dikendalikan, sehingga membuat harga
barang naik. Hal ini pun membuat investor asing menjual aset yang dimilikinya di
Indonesia dan membuat potensi investasi Indonesia saat itu langsung merosot tajam.
Krisis moneter adalah kejadian yang sudah terjadi 23 tahun lalu, akan tetapi
berbagai peristiwa buruk yang terjadi saat itu tetap menjadi sejarah yang sukar untuk
dilupakan. Namun, tentunya saat ini negara sudah lebih siap untuk mengatasi krisis
ekonomi yang bisa terjadi karena berbagai alasan. Sehingga, sejarah itu juga bisa
menjadi pembelajaran terbaik untuk ke depannya.
Dengan di-demonetisasinya emas oleh Amerika Serikat merupakan masa
berakhirnya Bretton Woods system dan merupakan awal mula dari fully-fledged
managed money standard yang sama sekali tidak terkait dengan nilai emas. Dengan
sistem managed money yang berlaku sekarang tidak mengharuskan disiplin moneter
yang ketat, sehingga memungkinkan bagi negara untuk memiliki defisit
anggaran. Konsekwensi dari hal tersebut, sejak berlakunya managed money standard
terlihat dua fenomena utama yang terjadi, yaitu tingginya tingkat inflasi dan tidak
stabilnya nilai tukar.
Sebagaimana diketahui uang merupakan alat ukur nilai yang penting dalam
kehidupan karena penurunan nilai riil dari pada uang akan memiliki efek buruk bagi
kehidupan sosial ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Menurut Friedman: attributed the unprecedentedly erratic behavior of the
US economy to the erratic behavior of interest rates.
2.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah yang telah kami susun masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari sempurna. Penulis akan berusaha memperbaikinya
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.modalrakyat.id/blog/krisis-moneter-adalah
https://www.gramedia.com/best-seller/penyebab-dan-dampak-krisis-moneter-
1998/
16