Professional Documents
Culture Documents
Tugas CBL KMB2 - Gangguan Aman Nyaman - 01
Tugas CBL KMB2 - Gangguan Aman Nyaman - 01
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN RASA NYAMAN
AKIBAT REAKSI OBAT (SINDROM STEVENS JOHNSON)”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan
tuntunan ALLAH SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk itu dalam
kesempatan kali ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar -
besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kata
kesempurna baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan
baik dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami selaku penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi dari Sindrom Steven-Johnson
2. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami etiologi dari Sindrom Steven-Johnson
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari Sindrom Steven-
Johnson
4. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami mekanisme Sindrom Steven-Johnson
5. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami anamnesa dari Gangguan Rasa Nyaman
(Sindrom Steven-Johnson)
6. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan fisik dan pemeriksaan fisik
yang lainnya pada pasien Sindrom Steven-Johnson
7. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik dari penyakit
Sindrom Steven-Johnson
8. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami rumusan diagnosa yang berkaitan
dengan Gangguan Rasa Nyaman
9. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami rencana tindakan keperawatan dari
Gangguan Rasa Nyaman
10. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami implementasi keperawatan dari
Gangguan Rasa Nyaman
11. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami evaluasi keperawatan dari Gangguan
Rasa Nyaman
1.4 Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman yang diterapkan
di ilmu keperawatan mencakup tentang Sindrom Steven-Johnson
2. Manfaat Bagi Pembaca
Diharapkan dapat memberikan sarana informasi terhadap pembaca sehingga dapat
meningkatkan pengetahuan pembaca khususnya yang berhubungan dengan Sindrom
Steven-Johnson
BAB II
PEMBAHASAN
2.4 Mekanisme Terjadinya Ganggun Rasa Nyaman pada Reaksi Obat Sindrom
Stevens-Johnson
Patofisilogi Patognesisnya belum jelas, diperkirakan karena reaksi alergi tipe III dan
IV. Reaksi tipe III terjadi akibat terbentuknya kompleks antigen antibodi yang
membentuk mikropresitipasi sehingga terjadi aktivasi system komplemen. Akibatnya
terjadi akumulasi neuril yang kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan
kerusakan jaringan pada organ sasaran. Reaksi tipe IV terjadi akibat limfosit T yang
tersensitisasi berkontak kembali dcngan antigen yang sama, kemudian limfokin
dilepaskan sehingga terjadi reaksi radang.
Pada beberapa kasus yan dilakukan biopsi kulit dapat ditemukan endapan IgM, IgA,
C3, dan fibri, sera komplek imun beredar sirkulasi. Antigen penyebab berupa hapten
akan berikatan dengan karier yang danat merangsang responmu spesifik sehingga
terbentuk kompleks imun beredar. hapten atau karier tersebut dapat berupa faktor
pencegah. (misalnya virus. partikel obat atau metabolitnya) ateu produk yang timbul
akibat aktivitas faktor penyebab tersebut (struktur sel atau jaringan sel yang rusak dan
terbebas akibat infksi, inflamasi, atau proses metabolik) . Kompleks imun beredar dapat
mengedap di daerah kulit dan mukosa, serta menimbulkan kerusakan jaringan akibat
aktivasi komplemen dan reaksi inflamasi yang terjadi.
Kerusakan jaringan dapat pula terjadi akibat aktivitas sel T serta mediator yang
dihasilkanya. Kerusakan jaringan terlihat sebagai kelainan lokal di kulit dan mukosa
dapat pula disertai gejala sistemik akibat aktvitas mediator serta produk inflamasi
lainnya. Adanya reaksi imun sitotoksik juga mengakibatkan apoptosis keratinosit yang
akhirnya menyebabkan kerusakan epidermis. (Siregar, 2014)
PATHWAY SINDROM STEVENS-JOHNSON
DX UTAMA:
DX TAMBAHAN: DX TAMBAHAN:
NYERI AKUT
GANGGUAN INTEGRITAS GANGGUAN RASA
KULIT NYAMAN
2.5 Pengkajian
1. Identitas
a. Usia
SJS merupakan kasus yang jarang terjadi, namun tingkat mortalitasnya tinggi,
berkisar dari 25–70% dan ditemukan lebih tinggi pada usia tua (>50 tahun)
karena beberapa faktor seperti komorbid. Meskipun tingkat mortalitas pada anak
lebih rendah, komplikasi jangka panjang lebih sering ditemukan, yaitu sepsis,
pneumonia, gagal ginjal, dan komplikasi pada mata.
b. Jenis Kelamin
Risiko kejadian SJS lebih tinggi pada wanita daripada pria dengan rasio 3:2.
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh demam, malaise (rasa lelah, tidak enak badan, dan tidak nyaman),
sakit kepala, batuk, nyeri dada, diare, muntah dan arthralgia atau nyeri sendi.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Virus
Sindrom Stevens-Johnson dapat terjadi pada stadium permulaan dari infeksi
saluran nafas atas oleh virus Pneumonia. Hal ini dapat terjadi pada Asian flu,
Lympho Granuloma Venerium, Measles, Mumps dan vaksinasi Smalpox virus.
Virus-virus Coxsackie, Echovirus dan Poliomyelits juga dapat menyebabkan
Sindroma Stevens Johnson.
b. Bakteri
Beberapa bakteri yang mungkin dapat menyebabkan Sindroma Stevens- Johnson
ialah Brucelosis, Dyptheria, Erysipeloid, Glanders, Pneumonia, Psitacosis,
Tuberculosis, Tularemia,Lepromatous Leprosy atau Typhoid Fever.
c. Obat
Berbagai obat yang diduga dapat menyebabkan Sindrom Stevens-Johnson antara
lain adalah penisilin dan derivatnya, streptomysin, sulfonamide, tetrasiklin,
analgesik/antipiretik (misalnya deriva salisilat, pirazolon, metamizol, metampiron
dan paracetamol), digitalis, hidralazin, barbiturat (Fenobarbital), kinin antipirin,
chlorpromazin, karbamazepin dan jamu-jamuan.
4. Riwayat Keluarga
Mengkaji apakah didalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama
5. Pola fungsi kesehatan
a. Pola eliminasi
Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin, konstipasi,
membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.
b. Pola reproduksi dan sesualitas
Klien dengan SJS biasanya mengalami penurunan hormon seks, karena kerusakan
kulit yang teradi pada alat kelamin. Dan untuk perempuan biasanya terjadi
perubahan pola menstruasi.
c. Pola istirahat dan tidur
Klien dengan Steven Johnson, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat
karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatal-gatal pada kulit.
d. Pola presepsi diri dan konsep diri
Dengan keadaan kulitnya yang mengalami kemerahan, klien merasa malu dengan
keadaan tersebut, dan mengalami gangguan pada citra dirinya.
e. Pola kognitif dan presepsi
Klien dengan Steven Johnson akan mengalami kekaburan pada penglihatannya,
serta rasa nyeri dan panas di kulitnya
f. Pola aktivitas
Klien dengan Steven Johnson biasanya tampak gelisah dan merasa lemas,
sehingga sulit untuk beraktifitas.
g. Pola nutrisi
Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan. Pada pasien SJS biasanya
sukar atau tidak bisa menelan karena adanya stomatitis. Berdasarkan tanda dan
gejala pasien SJS biasanya muntah, diare.
2.6 Pemeriksaan Fisik Integritas Kulit / Jaringan, Tanda Infeksi, & Pemeriksaan Fisik
Lain
Pemeriksaan fisik dilakukan terutama untuk menilai luas permukaan tubuh yang terlibat,
sehingga dapat membedakan antara SSJ, SSJ-NET, atau NET. Luas permukaan tubuh
yang terlibat adalah < 10%.
Manifestasi yang dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik adalah:
A. Keadaan Umum
- Lemah
- Kesadaran kompos mentis
B. Pada pemeriksaan telinga
- Hidung
- Tenggorokan didapatkan sekret purulen pada kedua telinga
C. Kulit
- Eritema
- Makula
- Purpura
- Vesikel atau bula yang mudah meluruh
- Papul
- Lesi target
- Epidermolisis
- Krusta kehitaman
- Erosi
- Ekskoriasi
D. Mata
- Visus menurun
- Sinekia
- Ulkus kornea
- Uveitis anterior
- Madarosis
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
ii. Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik kecuali biopsi yang dapat
menegakkan diagnose SSJ. Pada pemeriksaan darah lengkap dapat menunjukkan
anemia, limfopenia dan jumlah leukosit yang normal atau leukositosis nonspesifik,
eosinophilia jarang dan neutropenia dapat terjadi pada 1/3 pasien. Peningkatan
leukositosis yang berat mengindikasikan adanya infeksi bakteri yang lainnya. Kultur
darah dan kulit sangat dianjurkan karena adanya insidensi infeksi bakteri yang serius
dan sepsis yang berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas.
Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium yang ditemukan pada SSJ adalah gangguan
keseimbangan elektrolit, hipoalbuminemia, hipoproteinemia, insufisiensi ginjal,
azotemia. prerenal, leukositosis ringan, anemia, neutropenia, sedikit peningkatan
enzim hepar dan amilase, hiperglikemia. Serum urea nitrogen > 10mmol/L dan
glukosa > 14mmol/L dianggap penanda keparahan penyakit.
iii. Histopatologi
- Infiltrasi sel ononuklear di sekitar pembuluh darah dermis superficial
- Edema dan extravasasi sel darah merah di dermis papilar.
- Degenerasi hidrofik lapisan absalis sampai terbentuk vesikel subepidermal
- Nekrosis sel epidermal dan kadang-kadang dianeksa
- Spongiosis dan edema intrasel di epidermi
iv. Imunologi
- Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembuluh
darah yang mengalami kerusakan.
- Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau
dalam kombinasi.
DIAGNOSA TAMBAHAN
1. Gangguan Integritas Kulit / Jaringan berhubungan dengan efek samping
2. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit
DIAGNOSA UTAMA
NYERI AKUT
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual
atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat
yang berlangsung kurang dari 3 bulan
Penyebab
(Subjektif)
Mengeluh nyeri
(Objektif)
Tampak meringis
Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri)
Gelisah
Frekuensi nadi meningkat
Sulit tidur
(Subjektif)
Tidak Tersedia
(Objektif)
Kondisi pembedahan
Cedera traumatis
Infeksi
Sindrom koroner akut
Glaukoma
DIAGNOSA TAMBAHAN
1. GANGGUAN INTEGRITAS KULIT / JARINGAN
DEFINISI
Imobilisasi
Gagal jantung kongestif
Gagal ginjai
Diabetes melitus
Imunodefisiensi (mis. AIDS)
KETERANGAN
2.9 Rencana tindakan perawatan dari diagnosa keperawatan yang sudah dirumuskan
beserta tujuan dan kriteria hasil (berdasarkan SLKI, SIKI, SOP)
Kriteria Hasil
Kriteria Hasil Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
Kesejahteraan fisik 1 2 3 4 5
Kesejahteraan 1 2 3 4 5
psikologis
Kesejahteraan 1 2 3 4 5
psikologis
Dukungan sosial dari 1 2 3 4 5
teman
Perawatan sesuai 1 2 3 4 5
keyakinan budaya
Perawatan sesuai 1 2 3 4 5
kebutuhan
Kebebasan melakukan 1 2 3 4 5
ibadah
Keluhan kepanasan 1 2 3 4 5
Gatal 1 2 3 4 5
Merintih
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k memburuk membaik
Suhu ruangan 1 2 3 4 5
Pola eliminasi 1 2 3 4 5
Pola hidup 1 2 3 4 5
Pola Hidup 1 2 3 4 5
Ekspektasi : Meningka
Kriteria Hasil
TINGKAT NYERI
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat dan
konstan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri menurun
Ekspektasi : Menurun
Terapeutik:
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi:
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. TERAPI RELAKSASI
Definisi: Menggunakan teknik peregangan untuk mengurangi tanda dan gejala
ketidaknyamanan seperti nyeri,ketegangan otot, atau kecemasan.
Observasi:
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala
lain yang mengganggu kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
Terapeutik:
- Ciptakan lingkungan tenang, dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
Edukasi:
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. musik,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot progresif)
- Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
Terapeutik:
Edukasi:
INTERVENSI PENDUKUNG
1. EDUKASI MANAJEMEN STRESS
Terapeutik:
Edukasi:
- Ajarkan teknik relaksasi
- Ajarkan latihan asertif
- Ajarkan membuat jadwal olahraga teratur
- Anjurkan tetap menulis jurnal untuk meningkatkan optimism dan melepaskan beban
- Anjurkan aktivitas untuk menyenangkan diri sendiri (mis. Hobi,bermain
music,mengecat kuku)
- Anjurkan bersosialisasi
- Anjurkan tidur dengan baik setiap malam (7-9 jam)
- Anjurkan menyusun jadwal terstruktur
2. PERAWATAN LUKA
Observasi:
Terapeutik:
Edukasi:
Kolaborasi:
2.10 Implementasi keperawatan (berdasar SIKI dan SOP) intervensi keperawatan yang
sudah disusun serta tambahkan Implementasi keperawatan dari hasil telaah jurnal
keperawatan baik nasional maupun internasional:
a. Teknik Relaksasi Napas Dalam
Standar Prosedur Operasional (SOP) TEKNIK RELAKSASI NAPAS DALAM
PENGERTIAN Teknik relaksasi napas dalam merupakan
suatu bentuk asuhan keperawatan, yang
dalam hal ini perawat mengajarkan kepada
klien cara melakukan napas dalam, napas
lambat (menahan inspirasi secara
maksimal), dan cara mengehmbuskan
napas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan intensitas nyeri, teknik
relaksasi napas dalam juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer
& Bare, 2002).
TUJUAN 1. Mengurangi rasa keputusasaan dan
kecewa
2. Memberikan rasa nyaman
3. Memberikan efek rileks pada tubuh
dan pikiran
4. Meningkatkan kualitas tidur
5. Melancarkan sirkulasi darah
PROSEDUR PELAKSANAAN 1. PERSIAPAN PASIEN
1. Berikan salam dan panggil klien
dengan namanya
2. Menjelaskan tujuan, posedur dan
lama tindakan
3. Berikan kesempatan klien bertanya
sebelum kegiatan dilakukan
4. Menanyakan keluhan utama pasien
5. Jaga privasi klien
6. Memberikan klien rasa aman dan
nyaman.
7. Pastikan klien dengan keadaan siap
secara mental dan fisik
2. PERSIAPAN ALAT
1. Kertas
2. Bolpoint
3. PERSIAPAN PERAWAT
1. Memberikan penjelasan pada
pasien tentang tujuan dan maksud
tidakan yang di lakukan
2. Menyiapkan kondisi mental dan
fisik.
3. Perawat dapat menguasai tindakan
yang akan diberikan kepada klien.
4. Perawat mampu mengkondisikan
hubungan saling percaya dengan
klien
4. PERSIAPAN LINGKUNGAN
Memodifikasi lingkungan agar
memberikan kenyamanan dan aman pada
klien dengan tujuan untuk pengontrolan
suasana agar terhindar dari kebisingan saat
melakukan terapi.
5. PROSEDUR TINDAKAN
1. Ciptakan lingkungan yang tenang
2. Usahakan tetap rileks dan tenang
3. Menarik nafas dalam dari hidung dan
mengisi paru-paru udara melalui
hitungan 1,2,3
4. Perlahan-lahan udara dihembuskan
mulut sambil merasakan ekstrimitas
atas dan bawah rileks
5. Anjurkan Anjurkan bernafas bernafas
dengan irama normal 3 kali
6. Menarik nafas lagi melalui melalui
hidung dan menghembuskan
melaluimulut secara perlahan-lahan
7. Membiarkan telapak tangan dan kaki
rileks
8. Usahakan agar tetap konsentrasi /
mata sambil terpejam
9. Pada saat konsentrasi pusatkan pada
daerah yang nyeri
10. Anjurkan untuk mengulangi prosedur
hingga nyeri terasa berkurang
11. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi
istirahat singkat setiap 5 kali.
12. Bila putus asa hebat, seseorang dapat
bernafas secara dangkal dan cepat
13. Evaluasi hasil kegiatan
14. Akhiri kegiatan dengan baik
15. Cuci tangan
16. Dokumentasi (tindakan yang
dilakukan, respon klien)
6. EVALUASI
1. Mengevaluasi dari hasil diskusi.
2. Berikan reinforcement positif kepada
klien.
3. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya.
4. Akhiri kegiatan dengan baik.
7. HASIL
Setelah dilakukan dilakukan terapi klien
dapat merasakan merasakan efek positif
positif dan memberikan efek memberikan
efek rileks kepada rileks kepada klien.
b. 1 tindakan untuk mengurangi Sindrom Stevens-Johnson berdasar hasil telaah
jurnal (minimal 3 jurnal)
SOP TERAPI ORAL MENGGUNAKAN CHLORHEXIDIN
PENGERTIAN Chlorhexidin merupakan derivat bis-
biquanite yang efektif dan mempunyai
spektrum luas, bekerja cepat dan
toksisitasnya rendah. Bahan ini digunakan
dalam bentuk yang bervariasi, misalnya
chlorhexidin asetat atau glukonat yang
merupakan antiseptik yang bersifat
bakterisidal atau bakteriostatik terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif.
Selain itu chlorhexidin juga menghambat
virus dan aktif melawan jamur.
TUJUAN TERAPI ORAL 1. Untuk mempertahankan kenyamanan,
meningkatkan nafsu makan, dan
mencegah infeksi mulut
2. Mencegah penyakit gigi dan mulut
3. Mencegah penyakit yang penularannya
melalui mulut
4. Mempertinggi daya tahan tubuh
5. Memperbaiki fungsi mulut untuk
meningkatkan nafsu makan
6. Mempertahankan kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi dari semua
kotoran dan sisa makanan agar tetap
sehat, bersih
7. Mencegah bau mulut.
8. Mencegah terjadinya infeksi seperti
stomatitis ataupun yang lain
9. Memberi perasaan nyaman pada pasien
dan meningkatkan kepercayaan diri
pasien
PROSEDUR PELAKSANAAN 1. PERSIAPAN PASIEN
a. Berikan salam dan panggil klien
dengan namanya
b. Menjelaskan tujuan, posedur dan
lama tindakan
c. Berikan kesempatan klien
bertanya sebelum kegiatan
dilakukan
d. Menanyakan keluhan utama
pasien
e. Jaga privasi klien
3. PERSIAPAN ALAT
a. Senter
b. Cairan pembilas yang
mengandung antiseptic
(Chlorhexidine)
c. Handuk kecil
d. Sarung tangan
e. Air hangat
f. Kassa
g. Lidi kapas
4. PERSIAPAN PERAWAT
a. Memberikan penjelasan pada
pasien tentang tujuan dan maksud
tidakan yang di lakukan
b. Menyiapkan kondisi mental dan
fisik.
c. Perawat dapat menguasai tindakan
yang akan diberikan kepada klien.
d. Perawat mampu mengkondisikan
hubungan saling percaya dengan
klien
5. PERSIAPAN LINGKUNGAN
Memodifikasi lingkungan agar
memberikan kenyamanan dan aman
pada klien dengan tujuan untuk
pengontrolan suasana agar terhindar
dari kebisingan saat melakukan
tindakan
6. PROSEDUR TINDAKAN
a. Mencuci tangan
b. Menjelaskan tujuan pengkajian
c. Mengobservasi bibir: warna,
kelembaban, pigmen, ulserasi, dan
pecah-pecah
d. Menggunakan penekan lidah dab
senter untuk memeriksa gigi
(jumlah, satuan keadaan umum),
gusi (warna, tekstur, rabas [darah,
nanah], bengkak), mukosa bukal
(warna, vesikel, ulkus, massa),
faring (inflmasi, eksudat dan
massa), lidah (ukuran, warna,
ketebalan, lesi, kelembaban,
deviasi dari garis tengah), kelenjar
ludah (kepatenan), kelenjar
parotis, kelenjar sublingual dan
submaksilar
e. Memeriksa rongga mulut dnegan
menggunakan sarung tangan
untuk massa dan ulserasi, palpasi
juga di area bawah lidah , dan
eksplorasi ke sisi dan bawah lidah
serta dasar mulut
f. Memegang lidah dengan kassa
dan menariknya keluar untuk
melihat sisi dan bawah lidah serta
dasar mulut
g. Meletakkan handuk di bawah
leher : posisi kepala lebih tinggi
h. Menggunakan penekan lidah ,
bersihkan mulut dengan memakai
kassa dan lidi kapas, gunakan
cairan hangat sebagai pelembab.
Mulai dari gigi dan gusi bagian
bawah, lakukan dengan hati-hati
dan lembut, hindarkan gusi dari
trauma akibat prosedur, jika
terdapat massa atau nyeri tekan
jangan berusaha untuk memecah
massa itu atau menekan area yang
nyeri tekan, jangan menggunakan
kassa dan lidi kapas yang sama
untuk berkali-kali
i. Jika telah bersih, anjurkan klien
untuk berkumur dengan
menggunakan cairan antiseptic
Chlorhexidine 2-3 kali.
j. Merapikan klien kembali
k. Membereskan alat kembali
l. Anjurkan melakukan prosedur ini
ketika pagi hari
m. Mendokumentasikan prosedur
dengan respon klien pada catatan
klien
7. EVALUASI
a. Mengevaluasi dari hasil diskusi.
b. Berikan reinforcement positif
kepada klien.
c. Melakukan kontrak waktu
selanjutnya.
d. Akhiri kegiatan dengan baik.
8. HASIL
Setelah dilakukan dilakukan terapi klien
dapat merasakan merasakan efek positif
dan memberikan efek nyaman pada area
mulut.
Berdasarkan 3 jurnal:
JURNAL 1 http://journal.unpad.ac.id/jkg/article/view/17978
JURNAL 2 https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/dentino/article/view/10645
JURNAL 3 THE IMPORTANT ROLE OF ORAL MEDICINE SPECIALIST IN
MANAGEMENT OF STEVENS-JOHNSON SYNDROME PATIENT | Fitriasari |
Dentino : Jurnal Kedokteran Gigi (ulm.ac.id)
a. Evaluasi yang diharapkan (berdasar SLKI) dari diagnosa keperawatan yang sudah
dirumuskan
Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang pasien hadapi yang telah dibuat
pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi penting dilakukan ntuk menilai status
kesehatan pasien setelah tindakan keperawatan. Selain itu juga untuk menilai pencapaian
tujuan, baik tujuan jangka panjang maupun jangka pendek, dan mendapatkan informasi yang
tepat dan jelas untuk meneruskan, memodifikasi, atau menghentikan asuhan keperawatan
yang diberikan (Deswani, 2011). Evaluasi keperawatan terhadap pasien yang mengalami
Gangguan Rasa Nyaman yang diharapkan adalah:
1. Perawatan sesuai kebutuhan meningkat
2. Rileks meningkat
3. Keluhan tidak nyaman menurun
4. Gelisah menurun
5. Keluhan sulit tidur menurun
6. Gatal menurun
7. Mual menurun
8. Lelah menurun
9. Merintih menurun
10. Menangis menurun
11. Iritabilitas menurun
12. Pola tidur membaik
LINK VIDEO
ANAMNESA SSJ:
https://drive.google.com/file/d/15Bttk-mCTvS7UYPZxXGCgm-asJKHIyJ2/view?
usp=drivesdk
PEMERIKSAAN FISIK SSJ:
https://drive.google.com/file/d/1r-9BbXR3XNHnBXcRRzuwpNjSiro6gq6l/view?
usp=drivesdk
TERAPI NAPAS DALAM (telaah 3 jurnal):
https://drive.google.com/file/d/1jMfWtOKgM-wcAlEGrTybb_hRkSLWpQcm/view?
usp=drivesdk
DAFTAR PUSTAKA
Alratisda, Fajri, dan Julia Fitriany. 2019. STEVENS JOHNSON SYNDROME. Jurnal
Averrous. Vol. 5. No. 1: hal. 4-14.
Putri, Novita Dwiswara, dkk. 2016. Steven-Johnson Syndrom et causa Paracetamol. Jurnal
Medula Unila Vol. 6. No. 1: hal. 101-103.
Rahayu, Amelia, dkk. 2014. Profil Sindrom Stevens Johnson pada Pasien Rawat Inap di
RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010 sampai Desember 2011. Jurnal
Kesehatan Andalas. Vol. 3. No. 2: hal. 110-111.
ANAMNESA
Olivia A. Charlton, dkk. 2019. Toxic Epidermal Necrolysis and Steven–Johnson Syndrome: A
Comprehensive Review. Advances In Wound Care, 9(7). 426-439
Purwanto Hadi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah II. Pusdik SDM Kesehatan: Jakarta
Selatan.
Yousif I Eltohami, dkk. 2017. Steven Johnson Syndrome Two Cases Report. EC Dental
Science: Sudan.
MEKANISME
Creamer, D., 2016. U.K. guidelines for the management of Stevens–Johnson syndrome/toxic
epidermal necrolysis in adults 2016. British Journal of Dermatology .
PEMERIKSAAN FISIK
Wiryo, Indra Teguh, and IGAA Dwi Karmila. "SINDROM STEVENS-JOHNSON
OVERLAPPING TOKSIK EPIDERMAL NEKROLISIS PADA SEORANG ANAK
PENDERITA HIV YANG DIDUGA DISEBABKAN OLEH OBAT."
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Alratisda, Fajri, dan Julia Fitriany. 2019. STEVENS JOHNSON SYNDROME. Jurnal
Averrous. Vol. 5. No. 1: hal. 4-14.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan. Tim Pengurus Pusat PPNI.
Tim pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Kriteria Hasil. Jakarta. Tim Pengurus Pusat PPNI.
IMPLEMENTASI (telaah 3 jurnal)
Tamigoes, Yongki dan Tenny Setiani Dewi. 2018. Terapi Lesi Oral Pasien Sindrom Stevens-
Johnson Disertai Lupus Eritematosus Sistematik. Universitas Padjadjaran: Indonesia
Rahayuningtyas, Etis Duhita, dkk. 2021. Oral Secondary Infection In Stevens-Johnson
Syndrome Patient With Oral Involvements: A Case Report. Jurnal Kedokteran Gigi,
6(1).
Fitriasari, Nuri, dkk. 2020. The Important Role Of Oral Medicine Specialist In Management
Of Stevens-Johnson Syndrome Patient. Jurnal Kedokteran Gigi, 5(2). 165-171.