You are on page 1of 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/349337753

Kajian Preservasi Digital di Lembaga Informasi

Article · January 2021

CITATIONS READS

0 170

1 author:

Septa ..
University of Indonesia
35 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Septa .. on 16 February 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UAS (UJIAN AKHIR SEMESTER)
TATA KELOLA TEKNOLOGI
DI LEMBAGA INFORMASI

Disusun oleh:
Nama: Septa
NPM: 2006501551
Kelas: A

Program Pascasarjana Ilmu Perpustakaan


Peminatan Perpustakaan
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
Tahun 2020
Kajian Preservasi Digital di Lembaga Informasi

Septa1
1,2
Departemen Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,
Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
septa@ui.ac.id

PENDAHULUAN
Era ini perkembangan teknologi informasi sangat masif diberbagai negara, tak terkecuali di
Indonesia. Teknologi menjadi denyut nadi perkembangan zaman saat ini, tanpa adanya
teknologi tak akan mungkin zaman dapat berkembang begitu pesat dari masa ke masa.
Hadirnya perkembangan teknologi informasi terutama pada negara berkembang seperti
Indonesia mengakibatkan adanya suatu gap atau kesenjangan. Kesenjangan yang dimaksud
adalah adanya kesenjangan pengetahuan antara lapisan masyarakat dalam memanfaatkan
teknologi informasi sebagai bagian dari alat dalam memudahkan masyarakat untuk
mengakses sumber informasi. Dengan demikian hadirnya suatu teknologi informasi di negara
Indonesia dapat menghadirkan dampak buruk dikarenakan negara berkembang seperti
Indonesia kurang dapat berpartisipasi dalam mengontrol perkembangan suatu informasi,
termasuk dalam hal kesediaan akses jaringan informasi yang belum merata pada semua lini
atau aspek lapisan masyarakat. Oleh karena itu perpustakaan sebagai pusat informasi harus
turut andil dalam berpartisipasi dalam mengentaskan kesenjangan ini.
Perkembangan teknologi ini juga turut meramba ke dunia perpustakaan, teknologi
memegang peranan begitu penting dalam segala hal termasuk dalam pengembangan
perpustakaan. Perpustakaan sebagai lembaga yang menyediakan informasi bagi pengguna tak
boleh alergi dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Perpustakaan dituntut untuk
memberikan pelayanan informasi yang akurat, tepat dan cepat kepada pengguna. Era
globalisasi ini manusia memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap informasi mengenai
konsep masyarakat informasi yaitu suatu masyarakat ketika kualitas hidup dan prospek untuk
perubahan sosial dan pembangunan ekonominya tergantung pada perubahan dan peningkatan
akan informasi1. Oleh sebab itu, hadirnya pengembangan teknologi informasi dan sistem
informasi di perpustakaan dapat menjawab tuntutan dari masyarakat yang menggunakan
perpustakaan.

1
Suwaro, Wiji.(2007). Dasar-Dasar Ilmu Perpustakaan.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Perpustakaan sebagai lembaga informasi harus menyediakan informasi yang prima dan
terbaru kepada penggunanya, namun ada banyak kendala dalam memberikan pelayanan yang
yang terbaik kepada pengguna yang bersinggungan dengan teknologi informasi, diantaranya
tidak updatenya software, fasilitas teknologi informasi yang kurang memadai. Hal ini
tentunya akan mengakibatkan koleksi digital di suatu perpustakaan akan terkena dampaknya.
Dampak yang akan dirasakan seperti koleksi digital tidak bisa diakses atau dibuka baik oleh
pengguna maupun pustakawan karena adanya kendala-kendala tersebut. Dengan demikian
sangat penting bagi perpustakaan untuk melaksanakan preservasi digital.

PEMBAHASAN
Preservasi digital adalah kegiatan atau aktivitas untuk melindungi, merawat serta
melestarikan suatu koleksi atau bahan pustaka di perpustakaan yang berbentuk digital.
Adapun pendapat lain mengenai konsep preservasi atau preservation yaitu semua unsure
yang terkait pengelolaan, penyimpanan, keuangan, ketenagakerjaan, ataupun metode yang
digunakan untuk melestarikan suatu koleksi bahan pustaka, dokumentasi, arsip, maupun
suatu informasi yang terkandung didalamnya2. Dengan demikian pelestarian suatu koleksi
digital bergantung pada perangkat hardware, karena perangkat keras memiliki umur yang
terbatas, demikian juga untuk administrator atau pustakawan yang mengelola perangkat keras
harus secara teratur dalam menguprade software dikarenakan seiring berjalannya format
suatu file akan selalu berubah dan perubahan ini akan berdampak pada pembaruan suatu
aplikasi sehingga aplikasi yang lama akan berubah fungsi dan akhirnya tidak dapat digunakan
kembali.
Adapun penyelenggaran preservasi digital di lembaga informasi bertujuan agar lembaga
informasi dapat memutuskan konten apa saja yang akan dijaga dan digunakan dalam jangka
panjang3. Perencanaan suatu preservasi digital harus dapat memungkingkan perubahan dalam
pengaksesan dan pengunaannya dari waktu ke waktu, memungkinkan adanya fleksibilitas
format, dimana hal ini diartikan bahwa dengan preservasi digital memiliki kemampuan untuk
memperluas dan melestarikan semua format baik pada waktu sekarang maupun masa depan4
Dalam pelaksanaan preservasi digital di lembaga informasi dibutuhkan suatu strategi agar
pelaksanaannya dapat berjalan sesuai dengan prosedur dan tujuan awal. (1) perlunya untuk

2
Lasa HS. (2009). Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher..
3
Beth Oehlerts Shu Liu, (2013),"Digital preservation strategies at Colorado State University Libraries", Library
Management, Vol. 34 Iss 1/2 pp. 83 – 95. Diakses pada 12 Januari 2021
4
Beth Oehlerts Shu Liu, (2013),"Digital preservation strategies at Colorado State University Libraries", Library
Management, Vol. 34 Iss 1/2 pp. 83 – 95. Diakses pada 12 Januari 2021
preservasi teknologi dengan perawatan secara rutin terhadap perangkat keras maupun
perangkat lunak, agar nantinya semua file yang ada tetap bisa diakses untuk menghindari
adanya kemungkinan file tidak terpakai ataupun hilang karena hardware yang tidak layak
ataupun software yang mahal, (2) dengan melakukan Refresh atau pembaruan terhadap usia
dari media, seperti bentuk pemindahan dari satu media ke media lain, (3) melaksanakan
migrasi dan format ulang, kegiatan ini dapat dengan mengubah konfigurasi suatu data digital
tanpa mengubahn kandungan isi intelektual di dalamnya. Namun kegiatan ini harus
dilaksanakan secara saksama dan hati-hati dikarenakan akan selalu ada kemugkinan
perubahan ataupun pengurangan isi ketika suatu data deprogram ulang. (4) emulasi
dimaksudkan suatu lembaga informasi daoat melakukan penyegaran pada sistem lingkungan
atau dapat dilakukan suatu pembuatan ulang. Ke (5) arkeologi digital suatu lembaga
informasi tetap harus menyimpan bentuk fisik dari suatu koleksi atau bahan pustaka untuk
mengindari kemungkinan tidak bisa diaksesnya suatu file digital, lalu ke (6) dengan digital ke
analog, artinya lembaga informasi dapat dengan mengubah data digital menjadi analog, hal
ini terutama pada materi digital yang sangat sulit untuk diselamatkan dengan beberapa cara
diatas5.
Kegiatan preservasi digital dapat dilihat dari tiga sudut pandang, (1) pelestarian medium
(media penyimpanan) yang menekankan pada penyimpanan tempat dimana ifnormasi
disimpan seperti CD ROM, DISK dan pita. Hal ini dilakukan dikarenakan media
penyimpanan digital memiliki usia yang terbatas, pada pelestarian medium ini perpustakaan
sebagai lembaga informasi dapat membuat back up atau copy ke dalam media yang sejenis
atau melakukan refreshing terhadap media penyimpanan, kemudian (2) pelestarian teknologi,
hal ini perlu diperhatikan karena adanya perubahan yang cepat dalam format penyimpanan
maupun software yang digunakan sebagai alat dalam mengakses informasi digital atau
elektronik, adapun Langkah pelestarian yang dapat dilakukan antara lain dengan melakukan
migrasi pada setiap perubahan format, sehingga koleksi digital tetap dapat diakses. (3)
pelestarian intelektual, hal ini muncul karena koleksi digital memiliki perlindungan yang
masih rentan atau lemah sehingga akan mengakibatkan koleksi digital yang dimiliki oleh
perpustakaan dapat disalin dengan mudah seperti aslinya, dengan kemudahan tersebut isi
informasi koleksi tersebut dapat diubah tanpa terdeteksi dengan demikian pelestarian

5
Pendit, Putu Laxman. (2008). Perpustakaan Digital dari A Sampai Z. Jakarta: Cita Karya Karsa Mandiri.
intelektual ini menekankan pada originalitas suatu informasi atau isi yang terkandung di
dalam koleksi digital 6.
Pelaksanaan dari kegiatan preservasi digital ini diperuntukkan terutama pada koleksi
perpustakaan yang memiliki usia yang cukup tua yang ditinjau dari usia suatu dokumen.
Kegiatan preservasi pengetahuan ini ternyata membutuhkan banyak tranformasi atau
perkembangan dalam segala aspek. Sehingga preservasi digital ini menjadi isu yang masih
hangat untuk dikaji, jadi apabila pelaksanaan kegiatan preservasi digital sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku berdasarkan sistem digitalisasi secara benar dan
terkonsep maka dokumen digital tidak akan mengalami kerusakan karena cepatnya laju
perkembangan teknologi informasi sehingga kegiatan ini harus senantiasa diperhatikan.
Pelaksanaan kegiatan dari preservasi digital bertujuan dalam memastikan informasi
yang tersimpan dalam bentuk media digital yang dapat diakses oleh pengguna atau siapapun
yang sedang membutuhkannya baik di masa sekarang maupun di masa depan. Dengan
demikian apabila terjadi hambatan atau kendala dalam suatu lembaga informasi atau staffnya,
koleksi yang tersimpan dalam lembaga yang mempunyai nilai informasi di dalamnya tetap
dapat akses dikemudian hari tanpa adanya hambatan seperti tidak bisa dibukanya koleksi
tersebut, hilang, maupun terjadi kerusakan. Koleksi dari lembaga informasi dalam bentuk
digital pada era ini dapat menjadi suatu bukti otentik sebagai pemecahan suatu masalah dan
pimpinan dapat mengambil keputusan berdasarkan koleksi tersebut. Contoh koleksi digital
tersebut adalah arsip digital.
Pentingnya pelaksanaan preservasi pengetahuan di lembaga informasi diperlukan untuk
keberlangsungan jangka panjang suatu koleksi dan hal ini menjadi perhatian khusus di
beberapa negara maju seperti Inggris, Australia dan Amerika. Negara-negara maju tersebut
menyadari bahwa pentingnya pelaksanaan preservasi digital membutuhkan suatu perencanaan
yang berdasarkan pada sistem perencanaan khusus dan menjadi prioritas utama bagi suatu
insitusi atau lembaga informasi seperti perpustakaan. Namun, dalam sudut pandang
masyarakat Indonesia pelaksanaan preservasi digital jangka panjang ini belum menjadi
sebuah prioritas. Hal ini dibuktikan dengan hanya ada beberapa bahkan bisa dibilang masih
sedikitnya lembaga informasi seperti perpustakaan memiliki kesadaran untuk melaksanakan
preservasi digital untuk jangka panjang ini. Kondisi ini diakibatkan karena besarnya biaya
yang harus digelontorkan dalam melaksanakan preservasi digital, serta dengan minimnya
tenaga manusia atau jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang dapat bertanggungjawab

6
Graham, Peter. (1995). Preserving the Digital Library. Dalam Long Term Preservation of Elektronik
Materials AJIS/Birth Library Workshop 27-28 November 1995.
dalam melaksanakan preservasi digital. Sehingga dapat dilihat belum banyaknya kajian yang
membahas mengenai urgensi preservasi digital dan kebelanjutannya. Perpustakaan sebagai
lembaga informasi yang bertanggungjawab dalam melaksanakan pelestarian suatu informasi
bagi masyarakat, perpustakaan harus dapat memanajemenkan informasi dengan proses
disimpan dan dikelola namun tetap memprioritaskan pada isi informasi pada koleksi digital.
Dengan demikian preservasi digital jangka panjang ini diharapkan dapat menjadi perhatian
khusus bagi lembaga yang terkait maupun pemerintah, agar nantinya informasi yang
dilestarikan tetap dapat diakses dan dimanfaatkan oleh generasi masa depan.

KESIMPULAN
Sehingga dalam pembahasan ini penulis menyimpulkan bahwa bentuk preservasi digital
diperuntukkan bagi lembaga informasi agar koleksi yang dimiliki dapat senantiasa bertahan
lama dan menghindari adanya kelangkaan koleksi karena ketersediaannya yang terbatas,
kemudian setiap pengguna dapat mengakses koleksi digital maupun dapat melihat secara
lanbsung bagaimana bentuk fisik dari koleksi yang telah digitalisasi. Namun dalam
pelaksanaanya, kegiatan preservasi digital di Indonesia masih belum menarik karena
anggaran menjadi salah satu alasannya. Diharapkan ke depannya perpustakaan dapat
melaksanakan kegiatan preservasi digital dengan lebih menarik dan juga praktis dan dapat
diakses dimanapun dan kapanpun. Untuk itu, perpustakaan dapat melakukan kolaborasi
dengan lembaga sejenis ataupun lembaga terkait dalam pelaksanaan kegiatan ini, bentuk
kolaborasi tersebut dapat dengan menggabungkan jenis koleksi yang dimiliki per lembaga
sesuai dengan bidangnya lalu dengan memberikan infrastruktur yang efektif dalam
penyediaan sumber informasi bagi pengguna.
Cepatnya laju perkembangan teknologi informasi menuntut perpustakaan untuk
menyajikan informasi yang akurat dan dapat diakses dimanapun dan kapanpun. Perpustakaan
sebagai lembbaga informasi harus menyajikan ketersediaan koleksi secara mudah dan cepat,
walaupun demikian cepatnya laju teknologi yang semakin maju juga akan membuat
permasalahan dalam preservasi digital sehingga harus senantiasa update skill dan
pengetahaun bagi pihak yang berperan termasuk pustakawan dalam menghadapi berbagai
tantangan yang akan dihadapi dikemudian hari.
View publication stats

You might also like