You are on page 1of 40

LAPORAN KOMPREHENSIF

KEGIATAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN 1 PADA Ny. F P1A0


DENGAN 12 HARI POST PARTUM FISIOLOGIS
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SUPRIHATIN WILAYAH KOTA SIDOARJO
TANGGAL: 23 MARET 2022 s/d 09 APRIL 2022

Disusun Oleh:

NUR IZZATUL ULYA KHOIRO


P27824120047

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan individu yang disusun oleh mahasiswa semester IV Program Studi D3 Kebidanan Sutomo
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya Tahun Akademik 2021/2022 dilakukan berdasarkan
keadaan yang sebenarnya.

Tempat Praktik : Praktik Mandiri Bidan Suprihatin


Tanggal Praktik : 28 Maret 2022 s/d 09 April 2022

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Pendidikan Pembimbing Praktik

Dr. K. Kasiati.,SPd.,STr.Keb.,M.Kes Domas Nurchandra P, SST., M.Keb Hj. Suprihatin, S.Tr.Keb


NIP. 196404301985032003 NIP. 198902232020122005 NIP. 196803171993022002

Mengetahui,

Kaprodi D3 Kebidanan Sutomo

Dwi Wahyu Wulan S., SST, M.Keb


NIP. 197910302005012001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan
Individu yang berjudul “Laporan Komprehensif Kegiatan Praktik Klinik Kebidanan I pada Ny. F P1A0
Dengan 12 Hari Post Partum Fisiologis di Praktik Mandiri Bidan Suprihatin Wilayah Kota Sidoarjo
Tanggal: 28 Maret s/d 09 April 2022 ”. Dalam penyusunan laporan ini tidak lupa saya ucapkan terima
kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Laporan ini.
1. drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes., selaku Direktur Kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes
Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S, SST., M.Keb., selaku Ketua Prodi D3 Kebidanan Sutomo Kampus
Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.
3. Dr. K. Kasiati., SPd., STr.Keb., M.Kes., dan Domas Nurchandra P, SST., M.Keb selaku
Pembimbing Pendidikan yang telah banyak memberi masukan dan dorongan semangat serta
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dalam pembuatan laporan ini.
4. Hj. Suprihatin, S.Tr.Keb., selaku kepala ruangan di Praktik Mandiri Bidan Suprihatin Sidoarjo.
5. Kepada semua teman-teman D3 Kebidanan yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun selalu saya harapkan demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini. Kami mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan ini terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembacanya.

Surabaya, 06 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………………………………..ii


KATA PENGANTAR.........................................................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................................
1.2 Tujuan...............................................................................................................................................
1.3 Pelaksanaan.....................................................................................................................................
1.4 Sistematika Penulisan......................................................................................................................
BAB 2 LANDASAN TEORI...............................................................................................................................
2.1 Konsep Dasar Masa Nifas................................................................................................................
2.1.1 Pengertian.................................................................................................................................
2.1.2 Patofisiologi...............................................................................................................................
2.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.............................................................................................
2.2.1 Pengkajian Data.....................................................................................................................
2.2.2 Diagnosa/Masalah..................................................................................................................
2.2.3 Masalah Potensial..................................................................................................................
2.2.4 Antisipasi Kebutuhan Segera.................................................................................................
2.2.5 Rencana Tindakan dan Rasional...........................................................................................
2.2.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan...........................................................................................
2.2.7 Evaluasi/Follow Up.................................................................................................................
2.2.8 Dokumentasi Asuhan..............................................................................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS..............................................................................................................................
3.1 Subyektif...............................................................................................................................................
3.2 Obyektif.................................................................................................................................................
3.3 Analisa Data..........................................................................................................................................
3.4 Penatalaksanaan..................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula
(sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kirakira 6 minggu. Selama masa
pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik
secara fisik maupun psikologis sebenarnya sebagian besar bersifat fisiologis,
namun jika tidak dilakukan pendampingan melalui asuhan kebidanan maka tidak
menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis (Sulistyawati A, 2009).
Perdarahan pasca persalinan selama ini merupakan penyebab dari
kematian ibu, namun dengan bertambahnya persedian darah dan rujukan maka
infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu.
Selain infeksi pada ibu nifas masih ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi
pada masa nifas yaitu infeksi saluran kemih, metritis, bendungan payudara, infeksi
payudara, abses payudara, infeksi luka perineum dan luka abdomen. Menyusui
juga dapat menjadi cara mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan
mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi (Walyani & Purwoastuti, 2015)
Tidak sedikit pula para ibu nifas yang kerap kali mengalami dampak dari
masa nifas yaitu seperti anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat, depresi
masa nifas dimana perubahan hormone mempengaruhi perilaku sang ibu, dan
infeksi pada masa nifas (Sukarni, 2013).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu,
sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hamper 50% dari
kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan,
diantaranya disebabkan oleh adanya komplikasi pada masa nifas (Walyani &
Purwoastuti, 2015).
Maka dari itu perlu dilakukan asuhan masa nifas. Pada periode ini, karena
kematian penyebabnya adalah perdarahan masa nifas sehingga diperlukannya
penanganan yang tepat. Masa nifas perlu dilakukan asuhan paling sedikit 4x untuk
menilai keadaan ibu & bayi.

1.2 Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum


Agar mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara
komprehensif pada ibu nifas 6 jam post partum fisiologis dengan
menggunakan manajemen kebidanan.

1.2.2. Tujuan Khusus


Mahasiswa mampu:
1. Melakukan pengumpulan data dasar
2. Menginterpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan
konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien
5. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
6. Melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman
7. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan

1.3 Pelaksanaan

Praktik Klinik Kebidanan I dilaksanakan pada :


Tanggal Praktik : 28 Maret 2022 s/d 09 April 2022
Tempat Praktik : Praktik Mandiri Bidan Suprihatin

1.4 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan laporan
asuhan kebidanan ini terdiri dari bab 1 pendahuluan yang menguraikan tentang
latar belakang kasus, tujuan penulisan, pelaksanaan, dan sistematika penulisan.
Pada bab 2 landasan teori menguraikan mengenai konsep dasar tentang
masa nifas, dan asuhan kebidanan pada masa nifas yang meliputi tentang
pengkajian data, diagnosa/masalah, masalah potensial, antisipasi kebutuhan
segera, rencana tindakan dan rasional, pelaksanaan rencana tindakan, evaluasi
serta dokumentasi asuhan kebidanan.
Kemudian pada bab 3 yaitu tinjauan kasus, menguraikan tentang 7
langkah varney yaitu pengumpulan data dasar, interpretasi data dasar, identifikasi
diagnose atau masalah potensial, tindakan segera dan kolaborasi, rencana
tindakan, pelaksanaan asuhan dengan efisien dan aman, evaluasi terhadap
tindakan yang dilakukan.
BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Masa Nifas

2.1.1 Pengertian

Masa nifas berasal dari bahasa latin, yaitu puer artinya bayi dan parous
artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan. Asuhan kebidanan masa
nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat
setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti
sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2013).
Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa ini untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunsasi, dan nutrisi
bagi ibu (Prawirohardjo, 2016).
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulih kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu
(Syafrudin dan Hamidah, 2012). Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti
prahamil (Bahiyatun, 2009).
Masa Nifas dimulai setelah 2 jam postpartum dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, biasanya berlangsung
selama 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan baik secara fisiologi
maupun psikologis akan pulih dalam waktu 3 bulan (Nurjanah, dkk, 2013).
2.1.2 Tahapan masa Nifas
Menurut Dewi dan Sunarsih (2011), ada beberapa tahapan masa nifas
adalah sebagai berikut:
1) Puerperium dini
Kepulihan di mana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta
menjalankan aktivitas layaknya wanita normal lainnya.
2) Puerperium intermediate
Suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8
minggu.
3) Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila
ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

2.1.3 Perubahan Masa Nifas


1) Perubahan sistem reproduksi
a) Uterus
Secara berangsur akan mengecil (involusi). Hari pertama pasca
melahirkan ukurannya masih cukup besar (fundus setinggi pusat atau
2 jari dibawah pusat), kemudian berangsur mengecil mendekati
ukuran sebelum hamil. Involusi uterus dipengaruhi oleh: kontraksi
miometrium, kerja enzim proteolitik terhadap sitoplasma sel
miometrium, proses otolisi sel miometrium, serta oksitosin
(Kurniawati dan Mirzanie, 2009). Proses involusi uterus menurut
Dewi dan Sunarsih (2011) adalah sebagai berikut:
- Iskemia myometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus- menerus dari
uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
- Autolisis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang
telah sempat mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula
dan lebar lima kali dari semula selama kehamilan atau dapat
juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung jaringan
hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena penurunan
hormon estrogen dan progesteron.
- Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini
membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi
plasenta serta mengurangi perdarahan. Penurunan ukuran
uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus
ketika turun keluar dari abdomen dan Kembali menjadi organ
pelvis.
b) Perubahan ligament
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis, serta fasia yang meregang
sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur
menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendur yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retrofleksi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun”
setelah melahirkan oleh karena ligamen, fasia, dan jaringan
penunjang alat genetalia menjadi agak kendur.
c) Perubahan pada serviks
Bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,
sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam
cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh
pembuluh darah.
Setelah persalinan dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya
tidak rata, tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Akhir
minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran
retraksi berhubungan dengan bagian atas dari kanalis servikalis.
Oleh karena itu robekan ke samping ini terbentuklah bibir depan dan
bibir belakang pada serviks.
d) Lochia
Lochia tersusun oleh: eritrosit, kelupasan desidua, sel epitel dan
bakteri menurut Kurniawati dan Mirzanie (2009). Ada 3 macam lokia /
lochia:
- Lochia cruenta/ lochia rubra (warna merah akibat darah,
berlangsung 2-3 hari).
- Lochia sanguinolenta (warna merah kekuningan, muncul pada
minggu ke 1-2).
- Lochia alba (warna putih sedikit kekuningan karena bercampur
lendir dan lekosit, muncul pada hari ke 13-17).
Kelainan pada lokia/ lochia:
- Berbau busuk (menunjukkan adanya infeksi).
- Lochia berwarna kemerahan setelah minggu ke 2
(menunjukkan retensi sisa plasenta, atau involusi tempat
plasenta tidak sempurna, atau keduanya).
e) Payudara
Pada hari pertama kelahiran, ibu akan mengeluarkan ASI
pertamanya yang berwarna kekuningan (Collustrum). Produksi ASI
dipengaruhi oleh:
Oksitosin (oleh hipofise anterior mempengaruhi miopitelo glandula
mammae untuk berkontraksi.
f) Perubahan pada vagina dan perineum
- Warna: Vagina selama hamil berwarna livid (merah kebiruan),
berubah menjadi merah setelah melahirkan.
- Edematosa: Edema vagina selama hamil akan mengalami
regresi (perbaikan).
- Luka: trauma/ laserasi akan mengalami penyembuhan.
- Varises dan hemorrhoid: akan mengalami regresi.
- Rugae: terlihat kembali pada akhir minggu ke-3.
- Hymen: berubah menjadi caruncula hymenalis.

2.1.4 Patofisiologi

Pada ibu postpartum spontan atau nifas akan mengalami perubahan


fisiologis dan psikologis. Perubahan yang terjadi pada ibu postpartum spontan
akan menyebabkan pengeluaran ASI tidak lancar yang disebabkan oleh
penurunan hormone estrogen dan progesterone sehingga menstrmulasi hipofisis
anterior dan posterior lalu sekresi prolactin dan oksitosin terjadi membuat
ketidakefektifan pemberian ASI muncul. Pada ibu nifas juga akan mengalami
involusi uteri yang menyebabkan pelepasan desidua lalu mengalami kontraksi
uterus dan munculnya lochea.
Ibu nifas yang dilakukan tindakan episiotomi saat persalinan akan
menyebabkan resiko infeksi karena luka dari insisi akan menjadi post de entries
bagi kuman. Dari proses persalinan bisa terjadi komplikasi postpartum pada ibu
nifas yaitu perdarahan yang menyebabkan volume cairan menurun dan
menimbulkan resiko kekurangan volume cairan. Dari luka episiotomi tersebut
menimbulkan nyeri di perineum saat defekasi menyebabkan konstipasi pada ibu
nifas. Perubahan psikologis juga terjadi pada ibu nifas pada fase taking in yang
berlangsung 1-3 hari setelah persalinan ibu terfokus pada diri sendiri termasuk
dalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan untuk dirinya.
Kurangnya informasi tentang pemilihan alat kontrasepsi yang cocok
digunakan untuk sang ibu membuat defisiensi pengetahuan muncul. Fase taking
hold berlangsung selama 3-10 hari, timbul rasa khawatir akan ketidak mampuan
dan rasa tanggung jawab ibu dalm merawat bayinya, hal ini menyebabkan
defisiensi pengetahuan tentang peran menjadi orang tua. Fase letting go
berlangsung selama 10 hari setelah melahirkan disini ibu sudah mandiri dalam
menyesuaikan diri dengan kebiasaan bayinya. (Asuhan Kebidanan Nifas dan
Menyusui, 2018).

2.1.5 Etiologi
1) Indikasi yang berasal dari ibu
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi paratua disertai
kelainan letak ada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin / panggul)
ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan
panggul. Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta
tingkat I–II, komplikasi kehamilan yaitu preeklampsia-eklampsia, atas
permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM), gangguan
perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri dan sebagainya)
(Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).
2) Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin,
prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum
atau forseps ekstraksi (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi pada persalinan seksio sesarea, menurutHartati dan Maryunani
(2015), antara lain diuraikan di bawah ini:
1) Rasjidi (2009) menguraikan bahwa komplikasi utama persalinan seksio
sesarea adalah kerusakan organ-organ seperti vesika urinaria dan uterus
saat dilakukan operasi dan komplikasi yang berhubungan dengan
anestesi, perdarahan, infeksi dan tromboemboli. Kematian ibu lebih besar
pada persalinan seksio sesarea dibandingkan persalinan pervaginam.
2) Sementara itu, Aksu, Kucuk, Duzgun, (2011) menyatakan bahwa resiko
komplikasi akibat tindakan operasi seksio sesarea adalah vena
thrombosis, karena berbagai faktor seperti trombophilia, American college
of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) membuat kategori
pasienpasca operasi seksio sesarea menjadi dua yaitu risiko rendah
sampai risiko tinggi.
3) Bonney & Jenny (2010) menjelaskan bahwa komplikasi pasca operasi
seksio sesarea pada insisi segmen bawah rahim dapat terjadi:
a) Berkurangnya vaskuler bagian atas uterus sehingga berisiko
mengalami ruptur membrane.
b) Ileus dan peritonitis.
c) Pasca operasi obstruksi.
d) Masalah infeksi karena masuknya mikroorganisme selama
pasca operasi.
4) Sedangkan Leifer (2012) menyatakan bahwa komplikasi pada ibu yang
dilakukan seksio sesarea yaitu:
a) Terjadinya aspirasi.
b) Emboli pulmonal.
c) Perdarahan.
d) Infeksi urinaria.
e) Injuri pada bladder.
f) Thrombophlebitis.
g) Infeksi pada luka operasi.
h) Komplikasi yang berhubungan dengan efek anestesi serta
terjadinya injury.
i) Masalah respirasi pada fetal.

2.1.7 Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas


Menurut Dewi dan Sunarsih, (2011). Jika dijabarkan lebih luar prinsip dan
sasaran asuhan masa nifas meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis.
2) Identifikasi penyimpangan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis.
3) Mendorong agar dilaksanakan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan antara ibu dan
anak baik.
4) Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia
melaksanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
5) Pencegahan dianosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu.
6) Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli jika perlu.
7) Imunisasi ibu terhadap tetanus.

2.1.8 Tujuan Asuhan Masa Nifas


1) Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas.
2) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya.
3) Melaksanakan skrining secara komprehensif.
4) Memberikan pendidikan kesehatan diri.
5) Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan payudara.
6) Memberikan konseling mengenai KB (Dewi dan Sunarsih, 2011).

2.1.9 Kebijakan Program Nasional Masa Nifas


Pada kebijakan program nasional masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
yang dilakukan. Hal ini untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk
mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi
menurut Dewi dan Sunarsih (2011) antara lain sebagai berikut:
1) 6-8 jam setelah persalinan
a) Mencegah pendarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain pendarahan, rujukan bila
pendarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah pendarahan masa nifas karena atonia
uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
Catatan: Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2) 6 hari setelah persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilikus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak
ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, dan perdarah
abnormal.
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan
istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan
tali pusat, serta menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3) 2 minggu setelah persalinan
a) Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim.
4) 6 minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang pemyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

2.2 Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas


2.2.1 Pengkajian Data
Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam,
2013). Pengumpulan data ini meliputi:

1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat
ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu
interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2013). Data subyektif meliputi :
1. Identitas Klien dan Suami
a. Nama
Untuk menetapkan identitas pasti pasien yang mungkin memiliki
nama yang sama dengan alamat dan nomor telepon yang berbeda
(Manuaba,2012)
b. Umur
Umur primipara kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan batas awal dan akhir reproduksi yang sehat (Manuaba,
2012)
c. Agama
Dikaji sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental dan
spiritual pada pasien dan keluarga (Manuaba, 2012)
d. Suku/Bangsa
Berhubungan dengan sosial dan budaya yang dianut oleh pasien
dan keluarga yang berkaitan dengan kehamilan sampai persalinan
(Marmi,2011)
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga
mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan.Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu (Farrer, 2011)
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat keadaan
ekonomi keluarga (Wiknjosastro,2016)
g. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien yang mungkin memiliki
nama yang sama, serta mempermudah pemantauan (Farrer,2011)

2. Keluhan Utama
Untuk mengetahui keluhan ibu saat datang, yang biasanya disampaikan
oleh ibu nifas (Nursalam, 2013). Meliputi:
a. Rasa mules akibat kontraksi uterus, biasanya 2 hari postpartum
b. Keluar lokheanya tidak lancar
c. Rasa nyeri jika ada jahitan perineum atau robekan pada jalan lahir
d. Adanya bendungan ASI
e. Rasa takut BAK dan BAB akibat adanya luka jahitan
f. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara meyusui yang benar
g. Kurangnya pengetahuan ibu tentang merawat bayi

3. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah
menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah,
teratur atau tidak teratur, sifat darah, keluhan utama yang dirasakan
saat menstruasi terakhir yang mungkin mengakibatkan perdarahan saat
persalinan dan nifas (Wiknjosastro, 2016)

4. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang atau sedang menderita penyakit
seperti penyakit jantung, kencing manis, ginjal, hipertensi/hipotensi,
atau hepatitis (Sulistyawati, 2011). Perlu ditanyakan apakah ibu
sedang menderita penyakit menurun seperti kencing manis, darah
tinggi dan jantung (dapat bertambah parah jika ibu menyusui),
maupun TBC (dapat menular ke bayi mealui kontak langsung
dengan bayi), hepatitis (dapat menular ke bayi melalui kontak
langsung dengan sekret ibu)
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah atau pernah menderita penyakit
seperti penyakit hipertensi/hipotensi, jantung, kencing manis, ginjal
dan hepatitis (Sulistyawati, 2011). Perlu ditanyakan apakah ibu
pernah menderita penyakit yang mungkin kambuh saat nifas dan
berpengaruh pada masa nifasnya, misalnya:
a. Kencing manis: memperlambat penyembuhan luka
b. Anemia: potensial menyebabkan HPP (Haemorrhage
Postpartum)
c. Penyakit jantung: kemungkinan akan mengalami perdarahan
postpartum karena kondisi ibu yang lemah dan infeksi nifas
d. TBC: resiko penularan pada bayi
e. Hepatitis: resiko penularan pada bayi
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga
seperti asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular
seperti TBC dan hepatitis, baik dalam kelurga ibu maupun ayah
yang dapat mempengaruhi (Farrer, 2011).
5. Riwayat Pernikahan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan suami
sekarang merupakan suami yang ke berapa, dan mengetahui berapa
jumlah anaknya (Varney, 2010)

6. Riwayat Keluarga Berencana


Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan
berapa lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi (Ambarwati&Wulandari, 2008).

7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu


a. Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan janin (Wiknjosastro,
2016).
b. Persalinan
Untuk mengetahui persalinan ibu yang lalu spontan atau buatan,
lahir aterm atau prematur, ada perdarahan, waktu persalinan di
tolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2016).
c. Nifas
Untuk mengetahui adakah komplikasi pada masa nifas sebelumnya,
untuk dapat melakukan pencegahan atau waspada terhadap
kemungkinan kekambuhan komplikasi (Farrer, 2011).
d. Anak
Untuk mengetahui riwayat anak, jenis kelamin, hidup atau mati,
kalau meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, berat
badan dan panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2016).
e. Laktasi
Untuk mengetahui berapa lama ibu pernah menyusui, adakah
keluhan atau tidak saat menyusui (Wiknjosastro, 2016)

8. Pola Kebiasaan Sehari-Hari Sebelum Dan Setelah Melahirkan


Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan
yaitu waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan pada masa nifas, maka ibu nifas
membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan
istirahat yang cukup dan sebagainya (Dewi dan Sunarsih, 2011).
Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas menurut Dewi dan
Sunarsih, 2011 anatara lain sebagai berikut:
a. Nutrisi
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi seimbang, terutama
kebutuhan protein dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat
erat kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan
untuk tumbuh kembang bayi. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat
dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang
menjamin pembentukan air susu yang yang berkualitas dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.
- Kebutuhan kalori selama menyusui rata-rata kandungan kalori
ASI yang dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100
ml dan kira-kira 85 kal diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml
yang dihasilkan. Makanan yang dikonsumsi juga perlu
memenuhi syarat, seperti: susunannya harus seimbang,
porsinya cukup dan teratur, tidak terlalu asin, pedas atau
berlemak, serta tidak mengandung alkohol, nikotin, bahan
pengawet dan pewarna.
- Ibu memerlukan tambahan 20 gr protein di atas kebutuhan
normal ketika menyusui. Jumlah ini hanya 16% dari tambahan
500 kal yang dianjurkan. Protein hewani antara lain telur,
daging, ikan, udang, kerang, susu, dan keju. Sementara itu,
protein nabati banyak terkandung dalam tahu, tempe, kacang-
kacangan dan lain-lain.
- Nutrisi yang diperlukan selama laktasi adalah asupan cairan.
Ibu menyusui dianjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk
air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum setiap
kali menyusui). Mineral, air dan vitamin digunakan untuk
melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
kelancaran metabolisme di dalam tubuh. Sumber zat pengatur
tersebut bisa diperoleh dari semua jenis sayur dan buah-
buahan segar.
- Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pascabersalin.
- Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu
pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar
dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
b. Eliminasi
Untuk mengetahui kebiasaan BAB dan BAK pasien sebelum dan
selama hamil, BAB meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau,
serta kebiasaan BAK meliputi frekuensi, warna, dan jumlah. Pada
pola eliminasi terjadi perubahan pada ginjal, terjadi penurunan
aliran darah ke ginjal yang menimbulkan perfusi dan filtrasi ginjal
menurun yang menimbulkan oliguria sehingga menimbulkan
proteinuria (Manuaba, 2012). Ibu nifas fisiologis hendaknya dapat
berkemih spontan normal terjadi pada 8 jam postpartum dan BAB
tertunda 2-3 hari postpartum dianggap fisiologis.
c. Aktivitas
Untuk mengetahui pola aktivitas pasien sehari-hari apakah ibu
mengalami stress, ketegangan psikososial terkait pekerjaan yang
merupakan faktor preeklamsia (Billington, 2010, hal;123).
d. Istirahat
Ibu nifas perlu istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Ibu dapat berisitirahat atau tidur siang selagi bayi tidur,
pentingnya dukungan dari keluarga/suami. (Billington, 2010). Bila
istirahat kurang akan mempengaruhi ibu:
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusio uterus dan memperbanyak
perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat
bayi dan diri sendiri
4. Kebersihan Diri/Personal Hygiene
e. Seksualitas
Dinding vagina kembali pada keadaan sebelum hamil dalam
waktu 6-8 minggu. Secara fisik aman untuk memulai hubungan
suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat memasukkan
1 atau 2 jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, maka aman
untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu
siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi memulai hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 60 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan. Hubungan seksual dapat dilakukan
dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lokia telah
berhenti. Sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat
mungkin sampai 40 hari setelah persalinan karena pada saat itu
diharapkan organ-organ tubuh telah pulih kembali. Oleh karena itu,
bila senggama tidak mungkin menunggu sampai hari ke-40, suami/
istri perlu melakukan usaha untuk mencegah kehamilan. Pada saat
inilah waktu yang tepat untuk memberikan konseling tentang
pelayanan KB. (Dewi dan Sunarsih, 2011).
f. Personal Hygiene
Untuk mengetahui pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti
pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari, dan keramas dalam
satu minggu. Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga ini
akan mempengaruhi kesehatan pasien (Sulistyawati, 2010,
hal;171).
g. Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam
menjalani masa nifas ini dan dukungan dari keluarga. Adakah
pantangan makanan, kebiasaan atau adat istiadat dalam keluarga
(Dewi dan Sunarsih, 2011).

2) Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur meliputi :
(Nursalam, 2013)
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau
buruk (Alimul, 2012). Pada ibu nifas fisiologis keadaan umum ibu
baik.
b. Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis ,
apatis, somnolen (Alimul, 2012). Pada ibu nifas fisiologis kesadaran
ibu composmentis.
c. Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan
nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60-130/90
mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan
peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan normal
pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-turut
pada selisih 1 jam (Manuaba, 2012). Pasca melaahirkan pada
kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan
tekanan darah lebih rendah pasca melahirkan bisa disebabkan oleh
perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada postpartum
merupakan tanda terjadinya pre eklampsia postpartum.
d. Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau
febris yang merupakan gejala adanya infeksi. Batas normal 36,5-
37,50C (Saifuddin, 2010). Dalam 1 hari (24 jam) postpartum, suhu
badan akan naik sedikit (37,5-38 0C) akibat dari kerja keras waktu
melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan.Apabila dalam
keadaan normal, suhu badan akan menjadi biasa. Biasanya
padahari ketiga suhu badan naik lagi karena ada pembentukan Air
Susu Ibu (ASI).
e. Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1 menit,
denyut nadi normal adalah 60x/menit-100x/menit (Saifuddin, 2010)
Denyut nadi ibu nifas akan melambat sampai sekitar 60 kali per
menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam
keadaan istirahat penuh.
f. Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang di hitung dalam 1
menit, respirasi normal adalah 12x/menit sampai 20x/menit
(Saifuddin, 2010). Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal. Karena ibu nifas dalam keadaan pemulihan atau dalam
kondisi istirahat.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak (Alimul, 2012). Muka
pucat atau tidak, ada oedem dan cloasma gravidarum atau tidak
(Wiknjosastro, 2016). Normalnya muka tidak pucat dan tidak ada
oedem.
b. Mata
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan conjungtiva
pucat atau merah muda, warna sclera putih atau kuning, mata
cekung atau tidak (Alimul, 2012). Normalnya sclera berwarna putih
dan konjungtiva berwarna merah muda.
c. Hidung
Untuk mengetahui keadaan hidung ada polip atau tidak (Alimul,
2012).
d. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga simetris atau tidak, ada
serumen atau tidak (Alimul, 2012).
e. Mulut
Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau tidak,
keadaan bibir kering atau tidak, lidah kotor atau tidak (Alimul, 2012).
Normalnya mulut dan gigi bersih, tidak berbau, bibir merah dan
tidak ada caries.
f. Leher
Untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran kelenjar tyroid,
pembesaran kelenjar limfe, parotis, dan vena jugularis (Alimul,
2012). Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid
dan tidak ada pembengkakan kelenjar parotis dan vena jugularis.
g. Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara membesar atau tidak, putting
susu menonjol atau tidak, areola hiperpigmentasi atau tidak,
keadaan axilla ada benjolan dan nyeri atau tidak (Farrer, 2011).
Normalnya putting susu menonjol, areola hiperpigmentasi, tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan atau masa pada saat di palpasi, dan
keluar kolostrum.

h. Abdomen
Untuk mengetahui adanya pembesaran abdomen atau perut,
adanya jaringan parut, luka bekas operasi (Farrer, 2011). Tujuan
pemeriksaan abdomen adalah untuk menentukan involusi uterus
berjalan dengan baik melalui pengukuran TFU (Mufdillah, 2012,
hal;17). Kontraksi uterus dilakukan dengan observasi kontraksi
uterus untuk mengetahui frekuensi kontraksi, durasi kontraksi, dan
intensitas kontraksi yang harus dinilai secara akurat (Varney, 2010,
hal 341). Normalnya konsistensi fundus keras dengan bentuk
bundar mulus.
i. Genetalia
Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui apakah
ada pembengkakan kelenjar bartolini, mengetahui pengeluaran yaitu
perdarahannya, lokhea rubra dan kondisi jahitannya (Wiknjosastro,
2016). Normalnya lochea rubra dan perdarahan yang keluar <500
cc.
j. Anus
Untuk adanya haemoroid atau tidak adanya varices atau tidak
(Wiknjosastro, 2016)
k. Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices,
reflek patella positif atau negatif, betis merah lembek atau keras,
tanda homan (Wiknjosastro, 2016). Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya reflek patella yang menunjukkan sistem
persyarafan ibu masih berfungsi dengan baik.
l. Kulit
Untuk mengetahui keadaan turgor kulit (Mansjoer, 2010)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan pada ibu nifas untuk mengetahui golongan darah, dan
kadar hemoglobin (HB) dalam darah yang berpotensi anemia
(Maryunani, 2009, hal;140-142).

2.2.2 Diagnosa/Masalah

Diagnosa kebidanan adalah hasil dari analisis dan perumusan


masalah yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. Diputuskan sesuai
dengan teori dan masalah yang sering terjadi pada ibu nifas. Merupakan
diagnosa yang ditegakkan setelah melalui hasil pemeriksaan. Penulisan
diagnosa yaitu Ny. “x” P....A..... Postpartum fisiologis ke-.... (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).

2.2.3 Masalah Potensial

Pada langkah ini diidentifikasikan masalah potensial berdasarkan


rangkaian masalah atau diagnose, hal ini membutuhkan antisipasi,
pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap siap
apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman
penting sekali dalam hal ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut
Siregar (2004), diagnosa yang mungkin terjadi adalah abses dan kejang.

2.2.4 Antisipasi Kebutuhan Segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen


kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama
dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien.
Antisipasi pertama yang dilakukan pada ibu nifas infeksi luka post sectio
caesarea antara lain kolaborasi dengan SpOG, pemberian antibiotik
profilaksis (Ambarwati & Wulandari, 2010).
2.2.5 Rencana Tindakan dan Rasional
Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya
yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap
masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman
antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi
berikutnya(Ambarwati & Wulandari, 2010).

1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan


R/ Ibu mengetahui keadaannya dan memahami
2. Beritahu gangguan yang mungkin terjadi serta cara mengatasi
R/ mencegah bahaya masa nifas pada ibu
3. Jelaskan pada ibu bahwa mulas itu adalah kondisi yang normal
karena mulas bertujuan untuk mengembalikan ukuran rahim yang
membesar selama hamil dan kembali mengecil seperti saat sebelum
hamil
R/ Ibu mengerti
4. Anjurkan pada ibu untuk menyusui sesering mungkin untuk
mempercepat proses involusi dan mencegah perdarahan
R/ Ibu mengerti dan bersedia melakukannya
5. Jelaskan pengertian laktasi pada ibu
R/ Ibu bisa menjelaskan kembali pengertian laktasi
6. Jelaskan dan mengajari cara menyusui yang benar
R/ Ibu dapat menjelaskan kembali cara menyusui yang benar
7. Jelaskan kepada ibu cara penyimpanan ASI dan ketahanan ASI saat
disimpan
R/ Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali
8. Berikan KIE tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu nifas
R/ nutrisi dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kondisi ibu dan
bayi
9. Berikan KIE tentang tanda bahaya masa nifas
R/ mengetahui tanda bahaya masa nifas
10. Berikan KIE tentang pola aktivitas dan istirahat
R/ mengetahui dan menghindari aktivitas berat untuk menjaga
kondisinya
11. Berikan KIE tentang personal hygiene ibu
R/ menjaga personal hygiene agar kesehatan tetap terjaga
12. Beritahu jadwal kunjungan ulang
R/mengetahui jadwal kunjungan dan kontrol nifas tepat waktu
13. Lakukan pendokumentasian
R/menyimpan bukti fisik tindakan yang telah dilakukan

2.2.6 Pelaksanaan Rencana Tindakan


Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan
pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan
yang menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dan
dilaksanakan secara efisien dan aman(Ambarwati & Wulandari, 2010).
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan gangguan yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya
3. Menjelaskan tanda bahaya masa nifas, meliputi:
- infeksi pada vagina tandanya ibu akan merasakan sakit di daerah
vagina,keluar nanah dan bau tidak sedap, kulit vagina yang
membengkak dan memerah.
- Bendungan Asi tandanya payudara berubah menjadi merah,
panas dan terasa sakit di sebabkan oleh payudara yang tidak
disusui secara adekuat,putting susu yang lecet,bra yang terlalu
ketat.
- Sakit kepala nyeri tandanya terjadinya eklamsia postpartum bila
disertai dengan tekanan darah tinggi
- Perdarahan, hilangnya darah sebanyak lebih dari 500cc yang
terjadi setelah anak lahir baik sebelum atau sesudah kelahiran
plasenta, perdarahan merupakan salah satu penyebab kematian
ibu.
- Kaki bengkak tandanya cairan tubuh yang mengalami kelebihan
dan tubuh tidak bisa mengeluarkannya dan pembengkakan ini
dapat terjadi di berbagai tempat pada tubuh.
- Jika ibu mendapatkan gejala atau tanda bahaya tersebut maka
segera untuk memeriksakan ke Bidan/ Puskesmas/ RS terdekat.
4. Memberikan KIE tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi, personal
hygiene, mobilisasi atau pola aktivitas, dan istirahat
5. Memberikan suplemen obat yang dibutuhkan ibu nifas sesuai dengan
kebutuhan
6. Menjadwalkan kunjungan ulang selanjutnya
a. Kunjungan Nifas ke-2 : 1 minggu setelah Kunjungan 1
b. Kunjungan Nifas ke-3 : 1 minggu setelah Kunjungan 2
7. Melakukan pendokumentasian.

2.2.7 Evaluasi/Follow Up
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa
yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati &Wulandari,
2010).

2.2.8 Dokumentasi Asuhan

Pendokumentasian atau catatan managemen kebidanan dapat


diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data
subyektif, O adalah data obyektif, A adalah analisis dan P adalah planning
atau rencana asuhan. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas,
logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses
pemikiran pelaksanaan managemen kebidanan.

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 09 April 2022


Pukul : 08.00 WIB
Oleh : Nur Izzatul Ulya Khoiro

3.1 Subyektif

3.1.1.Biodata

Nama Pasien : Ny “F” Nama Suami : Tn “A”


Umur : 25 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta
Alamat : Sambirono Wetan

3.1.2.Keluhan
Utama : Ibu mengatakan rahim sudah kembali normal
Tambahan : Tidak ada

3.1.3.Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang sedang diderita.

3.1.4.Riwayat Penyakit Dahulu


Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular, menurun maupun menahun
seperti DM, Hipertensi, Hepatitis, HIV, Jantung, Alergi, dll.

3.1.5.Riwayat penyakit keluarga


Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya tidak
ada yang memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, Hepatitis,
HIV/AIDS maupun riwayat penyakit menurun seperti Hipertensi, Jantung,
Asma.
3.1.6.Data Lain Yang Mendukung
1) Riwayat Pernikahan
Menikah ke-1
Umur menikah : 24 tahun
Lama menikah : ±1 tahun

2) Riwayat Menstruasi
Menarche : Usia 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama : 7 hari
Warna dan Konsistensi : Berwarna merah segar, encer, dan
tidak
ada gumpalan
Banyaknya : Ganti pembalut 4 kali sehari
Teratur/tidak : Teratur setiap bulan
Dismenorhoe : Nyeri perut saat haid
Fluor albus : Keluar pada saat menjelang menstruasi
dan setelah menstruasi putih kental,
tidak berbau, tanpa disertai nyeri, tidak
gatal, tidak ada rasa terbakar.
PMS : sakit perut saat menjelang menstruasi

3) Riwayat Obstetri
No. Kehamilan Persalinan Nifas Anak
Suami UK Penolong Jenis Keadaan Laktasi Seks BB Hidup
1. 1 9 Bln Bidan Normal Baik 12 Jam L 2600 12
gr Hari

4) Riwayat Persalinan
- Tempat Persalinan : Praktik Mandiri Bidan
Suprihatin
- Penolong : Bidan
- Tanggal/Jam persalinan : 29 Maret 2022/06.28 WIB
- Jenis Persalinan : Normal
- Tindakan Lain : Tidak ada

5) Riwayat KB
Ibu tidak menggunakan KB apapun.

6) Pola Kebiasaan Sehari-Hari


a. Nutrisi
Ibu mengatakan sudah mengkonsumsi makanan yang bergizi
seimbang porsi lengkap (nasi, lauk, sayur) dan minum minimal 8
gelas per hari.
b. Eliminasi
- BAB
Ibu mengatakan dapat BAB 2x dalam sehari
- BAK
Ibu mengatakan BAK 5x dalam sehari.
c. Aktivitas
Ibu mengatakan rajin berolahraga setiap pagi, seperti berjalan-
jalan dan menghindari aktivitas berat
d. Istirahat/Tidur
Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur malam 6-7 jam
e. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x dalam sehari
f. Psikososial budaya
- Dukungan keluarga
Ibu mengatakan keluarganya sangat mendukung dengan
kehamilannya.
- Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan hanya tinggal dengan suami dan
anaknya saja.
- Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak memantang makanan apapun.
- Kebiasaan adat istiadat
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat.

3.2 Obyektif
3.2.1. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 65 kg
Lila : 25 cm
Tanda-tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Suhu : 36,5 oC
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
3.2.2.Pemeriksaan Fisik
a. Kepala :
- Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe, hitam,
dan lurus
- Wajah : Tidak oedem dan tidak ada cloasma gravidarum
- Telinga : Simetris dan tidak terdapat serumen
- Mata : Konjungtiva merah mudah sklera putih.
- Hidung : Tidak ada polip hidung dan cuping hidung,
- Mulut : Bersih, bibir merah, tidak ada stomatitis, tidak ada
caries gigi, tidak terdapat palatoskisis, dan
labiopalatoskisis
b. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tyroid serta
tidak ada pembengkakan kelenjar parotis dan vena
jugularis
c. Dada : Payudara simetris, tidak ada benjolan abnormal,
tidak ada kelainan, puting menonjol, hiperpigmentasi
pada areola dan papilla, payudara kanan dan kiri
mengeluarkan ASI kolostrum.
d. Abdomen : Kontraksi uterus baik. TFU tidak teraba
1) Inspeksi
a) Pembesaran Perut : Membesar normal
b) Linea Alba/nigra : Linea nigra
c) Strie Albican/livede : Tidak ada
d) Kelainan : Tidak ada kelainan
e) Luka bekas operasi : Tidak ada bekas luka operasi
2) Palpasi
a) TFU : Tidak teraba
b) Kandung Kemih : Kosong
e. Genetalia
1) Vulva Vagina
- Varices : Tidak ada varices
- Kemerahan : Tidak ada kemerahan
- Nyeri : Tidak ada nyeri
- Lochea : Lochea sanguinolenta
2) Perineum
- Keadaan Luka : Tampak kering
- Bengkak/kemerahan : Tidak ada
3) Anus
- Haemorhoid : Tidak ada haemorhoid
f. Ekstrimitas
1) Atas : Simetris, tidak ada oedema, tidak ada
varices, kuku bersih.
2) Bawah
- Varices : Tidak ada varices
- Oedema : Tidak ada oedema
- Betis lembek/keras : Betis keras

3.2.3.Program Therapi yang diperoleh


Fe : 1x1 hari setelah makan
Asmef : 3x1 hari setelah makan
Amoxixilin : 3x1 hari setelah makan

3.2.4.Data Penunjang
Tanggal/Jam Pengkajian : 29 Maret 2022/13.00 WIB.
- Hemoglobin : 13,3 g/Dl
- Golongan Darah : B+
- Protein (Albumin) : (-)
- Glukosa (Reduksi) : (-)
- HBsAg : NR
- HIV : NR
- SARS-COV-2 : NR

3.3 Analisa Data


Ny. F umur 25 tahun P1A0 12 hari postpartum fisiologis

3.4 Penatalaksanaan
Tanggal 09 April 2022 pukul 08.30 WIB
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu.
E/ Ibu mengerti hasil pemeriksaan dan ibu dalam keadaan baik.
2. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan genetalia, mulai dari
membersihkan area kemaluan dengan menggunakan air yang bersih setiap
selesai BAK atau juga saat mengganti pembalut, sering mengganti pembalut
setiap 3-4 jam sekali, juga mengganti celana dalam setiap mengganti
pembalut agar tidak terjadi infeksi pada luka jahitan.
E/ Ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
3. Memberitahu ibu kembali cara perawatan luka jahitan perineum yaitu
dibersihkan dengan air hangat, bersih, dan gunakan kasa steril. Menjaga
perineum agar selalu bersih dan kering, hindari mengolesi atau memberikan
obat atau ramuan tradisional pada perineum, mencuci perineum dengan
sabun dan air bersih yang mengalir tiga sampai empat kali sehari, mengganti
pembalut setiap kali basah atau lembab oleh lochea dan keringat maupun
setiap habis buang air kecil, memakai bahan celana dalam yang menyerap
keringat, kontrol kembali ke fasilitas kesehatan dalam seminggu postpartum
untuk memeriksa penyembuhan lukanya.
E/ ibu mengerti dan bersedia mengikuti anjuran yang diberikan.
4. Menjelaskan HE mengenai nutrisi untuk ibu postpartum yaitu dengan tidak
perlu pantang terhadap makanan, karena nutrisi yang baik sangat dibutuhkan
untuk memulihkan kondisi ibu dan untuk memproduksi ASI. Ibu harus banyak
mengkonsumsi sauran, buah, ikan telur, daging, ayam, tahu, tempe dan bila
perlu ditambah dengan susu.
E/ Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali.
5. Menjelaskan HE mengenai perawatan payudara, yaitu menggunakan baby oil
dan kapas saat membersihkan putting.
E/ Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali.
6. Posisi yang baik saat menyusui. Memastikan ibu menyusui bayi secara
bergantian dan mengajarkan posisi yang baik yaitu meletakkan bayi di
pangkuan ibu dengan posisi ibu duduk, seluruh daerah areola harus masuk ke
dalam mulut bayi. Dan menganjurkan untuk menyusui bayinya sesering
mungkin, minimal 2 jam sekali.
E/ Ibu mengerti dan dapat menjelaskan kembali.
7. Memberitahu ibu untuk memberi ASI saja kepada bayinya (ASI EKSKLUSIF)
selama 6 bulan tanpa ada makan dan minuman tambahan apapun, dan
dilanjutkan hingga 2 tahun dengan MPASI.
E/ Ibu memahami dan bersedia melaksanakannya
8. Menganjurkan ibu untuk beristirahat dengan cukup, dengan beristirahat juga
apabila bayi sedang tidur, agar kondisi ibu tetap baik selama masa nifas
terutama dengan pola tidur yang berubah akibat menyusui bayi.
E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
9. Menganjurkan ibu untuk tetap rutin melanjutkan mengkonsumsi vitamin yang
diberikan.
E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
10. Menjelaskan ibu mengenai tanda bahaya yang mungkin terjadi pada masa
nifas. Misalnya, adanya infeksi, mual muntah dan rasa sakit saat berkemih,
sembelit atau ada hemoroid, sakit kepala, nyeri epigastrik, pengelihatan kabur,
perdarahan vagina yang luar biasa, lokhea berbau busuk dan disertai dengan
nyeri abdomen atau punggung, putting susu lecet, terjadi bendungan ASI,
adanya oedema, panas pada tungkai, kehilangan nafsu makan dalam waktu
yang lama. Jika ibu mendapatkan gejala atau tanda bahaya tersebut maka
segera untuk memeriksakan ke Bidan/ Puskesmas/ RS terdekat.
E/ Ibu mengerti akan penjelaskan yang diberikan.
11. Menganjurkan ibu untuk tetap disiplin protokol kesehatan untuk dimasa
sekarang ini, yaitu dengan menerapkan kebiasaan mencuci tangan,
menggunakan masker, menjaga jarak dari kerumunan, mengkonsumsi
makanan yang seimbang, dan melakukan olah raga.
E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
12. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi secara bertahap dan teratur.
E/ ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan.
13. Menjadwalkan kunjungan nifas ulang atau apabila ada keluhan pada 16 April
2022.
E/ Ibu mengerti dan bersedia kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul  Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan. Dasar Manusia.
Surabaya:Health Books Publishing

Maya S, Eka. 2020. Asuhan Kebidanan Ibu Nidas pada 6 Jam s/d 6 Hari Postpartum.
Jurnal Komunikasi Kesehatan Vol.XI No.1

Maya Saputri, Eka. 2020. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. E-Jounal Akbid Purworejo

Manoe, Tiara. 2019. Asuhan Keperawatan Postpartum. E-Journall Poltekkes Kemenkes


Kupang.

Mochtar,  Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo,Sarwono.2016.Ilmu Kebidanan.Jakarta:PT Bina Pustaka


Sembiring, Hesti. 2018. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. E-Jounal Poltekkes Medan

Wulandari, Dewi Indah. 2017. Konsep Masa Nifas. E-Journal Fakultas Ilmu Kesehatan
UMP

https://e-journal.akbid-purworejo.ac.id/index.php/jkk21/article/view/194/190

You might also like