Pengelolaan Tanah Bah |
Tanah juga mempunyai manfaat ekologis yang sangat
penting hingga manusia dapat terus melakukan sebagian besar akti-
vitas kehidupannya di atas tanah hingga saat ini,
Kelestarian sumber daya tanah harus terus dijaga agar Vendaee
makhluk di bumi ini dapat terus berlangsung sampai waktu yang tak
terbatas. Kerusakan yang terjadi pada tanah akan menjalar pada keru-
sakan komponen-komponen lingkungan lain. Perbaikan kerusakan
tanah yang telah terjadi sangat sulit dan sangat mahal untuk memu-
lihkan kembali, dan bahkan hampir tidak mungkin dilakukan secara
ekonomis.
Eksploitasi yang berlebihan alas sumber daya tanah merupakan ben-
155
ipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAHL
tuk nyata pemanfaatan tanah yang melebihi daya dukung tanah yang
ada.
. Semua aktivitas manusia yang dilakukan di atas tanah seharus-
nya disesuaikan dengan perwatakan tanah sehingga tidak terjadi per-
daya tanah,
cepatan laju proses yang cenderung merusak sumbe!
Percepatan laju kehilangan tanah atau erosi tanah adalah hal
yang relatif paling mudah diamati di permukaan bumi. Pemanfaatan
tanah untuk sebuah aktivitas tertentu dimulai dengan pembukaan
Jahan atas penutup lahan alami yang berupa vegetasi hutan. Hilangnya
dan atau berkurangnya proporsi penutupan tanah oleh vegetasi me-
‘nyebabkan tanah terbuka langsung terhadap pukulan tetes hujan.
“Tetes hujan yang jatuh dengan kecepatan tinggi akan dapat meng-
‘akibatkan rusaknya struktur tanah. Kerusakat struktur tanah bera-
kibat lanjut pada pemadatan tanah sehingga proporsi volume limpasan
meningkat. Pada sisi yang lain, hancurnya struktur tanah mengaki-
batkan partikel tanah tercerai berai sehingga menjadi lebih mudah
“eran; ut oleh tenaga aliran air.
’ di a A 7
_dipercepalt Berkurangnya proporsi penutupan permukaan tanah oleh
vegetasi diperparah dengan tindakan pengelolaan tanah. Pengelolaan
tanah yang intensif dengan maksud memodifikasi struktur tanah me-
nyebabkan tanah mudah tererosi. Pada beberapa kasus pemanfaatan
intensif wilayah yang tidak datar telah memicu kejadian yang lebih
hebat berupa longsor lahan yang bersifat lebih merugikan kehidupan.
Laju erosi yang dipercepat yang melebihi laju pembentukan tanah
berakibat akhir pada bertambah tipisnya lapisan tanah dan tidak jarang
akan menyebabkan tanah hilang sama sekali sehingga tinggal batuan
keras.
Laju erosi yang dipercepat mengakibatkan ketebalan tanah berku-
156
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAH
rang dari waktu ke waktu hingga akhimya hanya meninggalkan sing-
kapan batuan dasar. Berkurangnya ketebalan tanah berlangsung se-
iring dengan penurunan Kapasitas infiltrasi tanah. Penurunan kapa-
sitas infiltrasi dengan sendirinya diikuti dengan peningkatan volume
limpasan permukaan ketika terjadi hujan. Peningkatan volume lim-
pasan pada akhirnya akan semakin mempercepat laju erosi yang terjadi
sehingga laju kehilangan tanah berlangsung secara lebih cepat dari
sebelumnya. Peningkatan volume limpasan air juga mengakibatkan
peningkatan volume banjir bagi daerah hilir sungai. Pada daerah hilir
sungai juga akan mengalami kekurangan pasokan air baik air per-
mukaan maupun air tanah pada musim kemarau.
Permasalahan penurunan kualitas tanah bukan hanya menjadi
monopoli daerah berelief kasar. Pemanfaatan lahan yang sembarangan
di daerah hilir yang merupakan dataran dan atau cekungan juga dapat
menyebabkan kerusakan tanah yang parah. Daerah hilir yang secara
alami mempunyai sumber daya air yang melimpah dan secara relief
mudah dikelola pada umumnya diusahakan untuk usaha pertanian
lahan basah secara intensif. Pengolahan tanah secara basah akan me-
ningkatkan laju infiltrasi yang memicu terbentuknya lapisan menye-
rupai padas di bawah lapisan olah yang disebut dengan padas olah.
Adanya padas olah tentu saja menurunkan kapasitas infiltrasi sehingga
imbuhan air tanah menjadi berkurang di samping tentu meningkatkan
volume limpasan.
Wilayah hilir sungai yang berupa dataran dan atau cekungan
merupakan tempat berkumpulnya air beserta dengan seluruh material
yang terlarut maupun tersuspensi. Material pengotor air atau bahan
polutan akan dengan sendirinya terkumpul di daerah hilir sungai.
Penurunan kualitas tanah dan juga kualitas air dengan mudah dan
cepat dapat terjadi di daerah bawah jika pemanfaatan tanah di seke-
lilingnya yang relatif lebih tinggi tidak dijaga dengan baik.
Tanah yang menyeliputi permukaan lahan mempunyai karak-
teristik yang khas yang berbeda antara satuan tanah yang satu dengan
lainnya, Satuan-satuan tanah mempunyai perwatakan bawaan yang
merupakan hasil dari proses pembentukan tanah. Masing-masing per-
watakan tanah mengisyaratkan sebuah potensi untuk sebuah bentuk
157
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
pada sisi yang lain merupakan an-
pemanfaatan tanah yang sesuai,
nfaatan tanah yang
caman atau penghambat bagi sebuah bentuk pemai y
in tanah yang sesuai dengan potensinya
kurang sesuai. Pemanfaata
ra lestari.
akan berujung pada terjaganya sumberdaya tanah seca' .
Pengkajian potensi dan sekaligus ancaman kerusakan tanah jika
suatu tanah dimanfaatkan untuk suatu peruntukan tertentu perlu
dilakukan pada tahap perencanaan penggunaan lahan. Bentuk-bentuk
pemanfaatan Jahan dalam wujud penggunaan lahan perlu dirancang,
sedemikian rupa schingga sesuai dengan perwatakan tanah yang ada.
Suatu cara untuk menilai potensi sekaligus juga menganalisis ancaman
kerusakan tanah adalah dengan metode evaluasi kemampuan lahan.
Evaluasi kemampuan lahan telah mulai dikembangkan sejak perte-
ngahan abad 20 di Amerika serikat sebagai tindak lanjut dari kegiatan
pemetaan tanah. Bentuk-bentuk penggunaan lahan yang sesuai de-
ngan kemampuan lahannya diharapkan akan menghasilkan sumber
daya tanah yang lestari.
Pengkajian potensi dan sekaligus ancaman kerusakan tanah jika
suatu tanah dimanfaatkan untuk suatu peruntukan tertentu perlu
dilakukan pada tahap perencanaan penggunaan lahan. Bentuk-bentuk
pemanfaatan lahan dalam wujud penggunaan lahan perlu dirancang
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan perwatakan tanah yang ada.
Suatu cara untuk menilai potensi sekaligus juga menganalisis ancaman
kerusakan tanah adalah dengan metode evaluasi lahan.
‘Ada dua metode evaluasi lahan, yaitu: evaluasi kemampuan lahan
dan evaluasi kesesuaian lahan. Evaluasi kemampuan lahan telah mulai
dikembangkan sejak pertengahan abad ke-20 di Amerika serikat sebagai
tindak lanjut dari kegiatan pemetaan tanah. Bentuk-bentuk penggu-
naan lahan yang sesuai dengan kemampuan lahannya diharapkan
akan menghasilkan sumberdaya tanah yang lestari. Bentuk peng-
gunaan lahan hasil rekomendasi dari evaluasi kemampuan lahan ber-
sifat umum yang mencakup pemanfaatan lahan untuk pertanian dan
non pertanian. Evaluasi kesesuaian lahan dikembangkan oleh FAO
pada 1970-an dengan tujuan untuk menganalisis potensi pemanfaatan
tanah untuk pengembangan pertanian. Bentuk-bentuk pemanfaatan
lahan hasil evaluasi kesesuaian lahan telah merujuk pada pemanfaatan
158
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAK
Jahan untuk tanaman tertentu. Perkembangan selanjutnya metode
evaluasi lahan juga diterapkan untuk peruntukan I
jain di luar bidang
pertanian.
Pengelolaan tanah berbasis pada permasalahan tanah umum yang,
didasarkan atas perwatakan tanah dikembangkan oleh FAO dalam
rangka menciptakan sumber daya tanah yang lestari bagi dunia. Sa-
tuan-satuan tanah dikelompok-kelompokan kembali atas dasar per-
masalahan yang pokok di dalam pengelolaannya. Pengelompokan sa-
tuan-satuan tanah dilakukan dengan tujuan produktivitas pangan
melalui usaha bidang pertanian, Satuan-satuan tanah dikelompokkan
menjadi enam kelompok atas dasar permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaan, yaitu: (1) tanah berpasir, (2) tanah di daerah yang terjal
yang rawan erosi, (3) tanah lempung berat dan kembang kerut, (4)
tanah mengandung oksida besi terlalu tinggi, (5) tanah organik, (6)
tanah bergaram. ~ —
Pengelolaan tanah bukan merupakan monopoli permasalahan
tanah sebagai material paling pokok di dalam produktivitas kebutuhan
pangan manusia, namun juga menyangkut berbagai pertimbangan
lain. Permasalahan sosial-politis, ekonomi, ketersediaan lahan, serta
budaya merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan di dalam pe-
ngelolaan tanah dalam arti yang lebih luas. Suatu jenis komoditas
tertentu yang secara harfiah merupakan spesies yang sesuai pada suatu
kondisi tanah tertentu, namun belum tentu secara ekonomis meng-
untungkan. Suatu teknik pengelolaan kesuburan tertentu yang mung-
kin baik untuk pelestarian tanah dapat saja kurang sesuai dengan
budaya lokal karena merupakan hal yang dipandang tidak baik untuk
dilakukan. Pertimbangan-pertimbangan multi sektor harus diperha-
tikan secara proporsional sebelum sebuah keputusan untuk meman-
faatkan sumber daya tanah yang tersedia diambil dan dijalankan (FAO,
2007).
Klasifikasi kemampuan Jahan adalah penilaian tanah secara sistematik
dan pengelompokannya kedalam beberapa kategori berdasarkan sifat-
159
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAF! TANAH
dan penghambat dalam penggunaan
sifat yang merupakan potenst ; f
secara lestari, Kemampuan lahan lebih menekankan kepada kapasits
berbagai penggunaan Iahan secara umm yang dapat diusahakan di
ang digunakan
suatu wilayah. Kriteria klasifikasi kemampuan tanah yi
di Indonesia meruj dari klasifikasi kemampuan lahan
pakan modifikasi
USDA (1961) yang dikenal sebagai sistem klasifikasi kemampuan tanah
(Arsyad, 2000).
‘Sistem kemampuan lahan tersusun atas tiga katego
‘Klas, subklas, dan satuan pengelolaan. Pengelompokan pada kategori
Klas didasarkan atas intensitas faktor penghambat. Faktor penghambat
mpokkan ke dalam empat jenis yaitu: bahaya
), penghambat perakaran tanaman (s) dan
mpokkan ke dalam delapan klas (EVID). An-
hambatan meningkat berturut-turut dari Klas
ri utama, yaitu_
penggunaan lahan dikelo’
erosi (e), genangan air (
iklim (c). Lahan dikelo
caman kerusakan atau
I sampai klas VIII.
Lahan pada klas I sampai klas IV dengan pengelolaan yang baik
mampu menghasilkan dan sesuai untuk berbagei penggunaan seperti
untuk penanaman pertanian umumnya (tanaman semusim dan ta-
ang rumput dan hutan.
hunan), rumput untuk makanan ternak, pad
dan VII sesuai untuk tanaman dan atau vegetasi
Lahan pada klas V, VI,
alami. Dalam beberapa hal lahan klas V dan VI dapat menghasilkan
dan menguntungkan untuk beberapa jenis tanaman tertentu seperti
puah-buahan, tanaman hias atau bunga-bungaan dan bahkan jenis
sayuran bernilai tinggi dengan pengelolaan dan tindakan konservasi
han dalam klas VIII sebaiknya dibiarkan
tanah dan air yang baik. Lal a
dalam keadaan alami. Hubungan antara kelas kemampuan lahan de-
macam penggunaan tanah dapat dilihat pada
ngan intensitas dan
Gambar 7.1.
160
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAH
eger | Hoton
een reas Tahon Garopon
Teas [Sedang [ae
segundo oR,
teyBawou oye vorsopnund
wi
vill
GAMBAR 7.1: Hubungon ontara Kelas kemompuan tanh dengon intensites don macam (Arsyad, 2000)
Klasifikasi kemampuan lohan
Klasifikasi kemampuan lahan (land capability classification) merupakan__
suatu_proses penilaian lahan (komponen-komponen lahan) secara
sistematik dan pengelompokannya ke dalam beberapa kategori ber-
das arkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat_
dalam penggunaannya secara lestari. Penggunaan lahan (landuse) di-
artikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia
terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
materiil ataupun spirituil. Penggunaan lahan dapat dikelompokkan
ke dalam dua kelompok besar, yaitu penggunaan lahan untuk perta-
nian dan penggunaan untuk nonpertanian.
Kegunaan evaluasi Jahan (kemampuan dan kesesuaian lahan) me-
rupakan salah satu komponen penting dalam proses perencanaan peng-
gunaan lahan (landuse planning) (FAO, 2007). Hasil evaluasi lahan
memberikan alternatif penggunaan lahan dan batas-batas kemungkinan
penggunaannya serta tindakan-tindakan pengelolaan yang diperlukan
agar lahan dapat dipergunakan secara lestari sesuai dengan hambatan
atau ancaman yang ada. Evaluasi lahan didasarkan atas seseri kualitas
dan karakteristik lahan yang dianggap dapat mencerminkan perwatakan
lahan ketika dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.
Sifat-sifat lahan (land characteristics) adalah atribut atau keadaan
161
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
ukur atau diperkirakan, seperti teks-
unsur-unsur lahan yang dapat di
h, jumlah curah hujan,
tur tanah, struktur tanah, kedalaman tanal
anah, jenis vegetasi dan s
distribusi hujan, temperatur, drainase t
gainya. Sifat-sifat lahan belum menunjukkan
penampilan lahan jika dipergunakan untuk suatu penggunaan- jadi
belum dapat menentukan Klas kemampuan Jahan. Akan tetapi- sifat-
sifat lahan menentukan atau memengaruhi perilaku lahan, yaitu ba-
gaimana ketersediaan air, peredaran udara, perkembangan akar, kepe-
kaan erosi, ketersediaan unsur hara dan sebagainya. Perilaku lahan
yang menentukan pertumbuhan tanaman disebut kualitas lahan.
Berbagai karakteristik lahan yang dipertimbangkan sebagai
dasar Klasifikasi kemampuan lahan antara lain: kecuraman lereng,
kerusakan erosi, kedalaman tanah efektif,
drainase, batu-batuan dan kerikil,
enangan, salinitas, dan
bagaimana kemungkinan
kepekatan erosi tanah (K),
tekstur tanah, permeabilitas,
singkapan batuan, ancaman bajir atau g
lainnya. Berbagai Klasifikasi karakteristik lahan dapat dilihat pada
tabel-tabel berikut:
Lereng diukur melalui analisis peta RBI skala 1 : 25.000 dan dilakukan
pengecekan di lapangan, kemudian diklasifikasikan pada Tabel 7.1.
TABEL 7.1: Klosifikasi sotuon-satuan sudut lereng
[rrr ry
A | ator 0-3
B_| Lando’ ctow berombak 3-8
C_|_Agak miring ot bergelombang | 8-15
D | Mitng ogok berbkit 15-30
E | Agok rom 0-45
F | Grom 45-65
| Sangot Coram Gi 5
Erodibilitas tanah diukur di lab berdasarkan analisis contoh tanah
untuk tekstur, permeabilitas, kadar bahan organik, dan pengamatan
klas struktur tanah. Besar nilai K ditentukan dengan menggunakan
Nomograf erodibilitas menurut Wischmeier dan Smith (1978). Tabel
162 |
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAH
7.2 menyajikan klasifikasi erodibiltas tanah dan Tabel 7.3 m
enyajikan
klasifikasi erosi yang telah terjadi,
apue 7.2: Nosiiksierodtilis tonah
Fee LCL LCT
1] 0,00-0,10 | Songot rendah
7 | 011-020 | Rendoh
3 | 021-032 | Sedang
[4 | 0,33-0,40 | Agok tinggi
5 | 041-055 | Tinggi
6 | 0,56-0,64 | Sangor tinggi
ABEL 7.3: Tingkotonerosi yong tel terjodi
OM ce eet)
& | Tonpo
E_|_Ringon Kurang dari 20% lopsan tas
|e, | sedong 25 ~75 % lapisonotas, terjai alur
& | Agok berat | Leb dor 7555 lpisan ats dan
rang dari 25 % lapson bawoh
terjadi clur don mulai terjadi parit
g Berot Lebih dari 25 % lopison bawah
terjadi clur don poi
&, | Songot berat | Eosiparityang dalam
Kedalaman tanah diukur di lapangan dengan menggunakan alat bor
tanah dan atau pengukuran pada profil tanah. Jika kedalaman tanah
kurang dari 2 m, maka kedalaman tanah diukur hingga lapisan yang,
dapat menganggu pertumbuhan akar tanaman. Lapisan yang dapat
mengganggu pertumbuhan akar tanaman antara lain adalah: padas,
lapisan tanah yang bersifat meracun, batuan dasar dan air tanah.
Kedalaman tanah diklasifikasikan menurut kriteria yang tersaji pada
Tabel 7.4.
163
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAA
TABEL 7.4: Klasifikosi kedolaman tanah
reed (ent)
k, | Dolom >90
ky | Sedong 900-50
ky | Dangkal 50-25
i, _[ Sangot dangkal 0,65 >15
Klasifikasi Kemampuan Lahan dilakukan dengan metode matching
(mencocokkan) antara karakteristik lahan yang terukur dengan Tabel
7.7 yang memuat kriteria Klasifikasi.
TABEL 7.7: Kriteria Klasifikasi kemampuon Iohon
ae faceted
Crone
1. SudutLereng
11 Garam/salitas
Somber Asad, 2000
Deskripsi kemampuan Iahan
Klas I. Lahan-lahan yang termasuk klas ini mempunyai solum dalam,
tekstur halus, drainase baik, lereng datar-hampir datar, kesuburan
alami tinggi atau mempunyai ciri-ciri yang mendorong tanaman be-
reaksi positif terhadap pemupukan. Lahan-lahan ini sesuai untuk per-
168
Dipindai dengan CamScanner691
‘ulueq twreyeSuaur Butias (e) :yejepe ingaesiay URJEquIeY YOIUOD ‘Isola
edeyeq ureas ure] yequreySuad so7yej-10}42y Ya!O ISeIEGEP Sues A sep
Mseurza; ueye] ep wnum Sued ueryeuiag “Wisnwes UeUTeUe} ynyUN
O09 yepy eAueseig [IA eBBurYy A sep{ Weyep UeYLI-ULYe] “A sepy
*183uy Sued seyrures uep rere Jey!s (3) “[NANg aseuresp (J) ‘Yepuar sre
ueyeuaw seysedey (a) ‘jeySuep yeuey wmnjos (p) Fe1aq Isoya tpeLra} Yepay
(2) “tesaq tsor9 depeysa; ueeyaday (q) ‘wresnd Buea] (e) mare Yigal
neye nyes yedep rut ueypy eped yequreySuaw Sured Bued 10y{eJ-10pjey
“TIT sepy ueSuop ueySurpuep seyeqzay YIga| UeyeYesnIp
eduytegas Suek ueureuey ueyttid “Hey-Hey yesues UeBuep UexMAETIP
suey ueyey ueyepoSuag ‘seyequay jeSues weuenp yedep Sued ueueUR}
ueyytd idea) ‘ueueyp yedep mur sep, wepep ueYe|-UeYeT “AT sep
-dejueur yepy yeuey anpyn.ys (y) uep ‘Suepas sey
-es yexye yeyts (3) ‘yepuar ueingnsay (J) ‘Yepuar Te Isuajas seyisedey
(a) ‘seyequay uvreyesad yeraep uep [eySuep Sued yours uewejepay (p)
yequiey ywSues yours seypiqeautad (9) ‘resaq ued tsora eAeyeq (a)
‘uem Suef Bua.p| (e) euarey uex{qeqosip [I] sepy weyep UeYL] ULTeY
-eurad eAuseyequay, ‘snsnyy Sued your) uejameBuad ueyepun uexn|
souraur neye ueUreue) ued UeyUNINUAW JURA yeqay BULA URJequIEY
reAundurour jy] uendureusay sepy ynseuuiay Sued ueyey-weye] “TT SEDI
‘uewreuey ues!siad
/ssey0x wep “(Stymoyd inoj09) amquoy vxedas ueye] ULYefoBuad “(Surddo.
diajs) myefuour ezedas ueweueuad ‘sesa) ueyenquiad yndyfaur rut yeueD
3nquN uLs{NyeUEp nyad Sued uvye|oBudq “Suepas aseutesp (p) /[exSuep
ye8e-Suepas yeu) ueweepay (9) ‘Suvpas tsoza eAvyeg (q) ‘Yequiosaq
Buasa] (e) iodas soyALJ enp nv}e nyes Yajo Iseyequp UP{SuNUW TUT SePL
wiejep ueyey ueeunS3uaq “Suepas seyisuajur ueSuap your) urjame
-Suad uexepun ueynpowow ney ueweUe) LeYttid jidwuosiodwuow Sued
ueyequiey edesagog weXundwow tur sepy utejep ueyel-ueYeT] “TH SED
‘urynyeyp nad ueureuey
jsejoy “Suepuey >ndnd neje nefy yndnd uep ueweury esis ue7seq
98 uvyequiasiuad ‘yndnd ueeuns8uod yndyour uy -edusenanynpord
uexjeysuruour jnun eseiq Sued your; ueyeoSuad ueynyrourour eAUEY,
‘edueund edep iseyequiou Suek UeyquteY yDLpas nee eduey ‘UELLE]
viv NOTION
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
(b) masa tumbuh terlalu singkat dibanding periodisasi banjir, (c) tanah
berbatu, (d) merupakan daerah secara relief cekung sehingga air meng-
genang sulit untuk diatuskan.
Klas VI, Lahan-lahan dalam klas ini sangat terbatas pemakaiannya,
hanya cocok untuk padang rumput dan hutan, Pembatasannya sama
seperti untuk klas V, tetapi lebih ketat, memerlukan usaha-usaha pen-
cegahan erosi yang lebih berat.
Klas VII. Lahan-lahan dalam klas ini sangat terbatas sekali pemakai-
annya, yaitu daerah penggembalaan, hutan atau cagar alam. Pemba-
tasan fisik sama seperti klas VI, lereng sangat curam antara 26-60 %,
erosi berat, memerlukan usaha pengawetan tanah lebih berat.
Klas VIII. Lahan-lahan yang termasuk klas ini tidak boleh dipakai
untuk produksi tanaman secara komersial. Penggunaannya terbatas
pada hutan lindung, hutan rekreasi dan cagar alam, suplai air dan
tujuan keindahan. Contoh lahan klas VIII adalah pantai berpasir,
daerah perbukitan lereng curam tanah sangat tipis bahkan sebagian -
besar luas daerah merupakan singkapan batuan (out crop).
Terapan kemampuan lahan untuk pengembangan wilayah
Konsep kemampuan lahan telah dipakai dalam tahapan penyusunan
rencana pengembangan wilayah. Evaluasi kemampuan lahan membe-
dakan potensi pemanfaatan lahan menjadi dua kelompok besar, yaitu:
(1) lahan yang dapat diolah (arable land) dan (2) lahan yang tidak
dapat diolah (non arable land). Lahan yang dapat diolah merupakan
lokasi-lokasi yang dialokasikan untuk pembangunan yang diharapkan
tidak menimbulkan dampak degradasi lahan yang serius. Lahan yang,
tidak dapat diolah diarahkan untuk pemanfaatan yang kurang intensif
dan atau wilayah konservasi lingkungan. Kriteria atau persyaratan
utama yang diterapkan di dalam evaluasi kemampuan lahan untuk
terapan pengembangan wilayah adalah sudut lereng.
Prinsip dalam evaluasi kemampuan lahan adalah membuat Klasifi-
kasi mengenai intensitas pembatas penggunaan lahan. Pembatas peng-
gunaan lahan yang diterapkan untuk evaluasi kemampuan lahan lebih
ditekankan pada erosi dan genangan/banjir. Kenyataan di Indonesia
170
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAH
pembatas penggunaan lahan tidak hanya erosi dan genangan/banjir,
namun juga longsor pada wilayah-wilayah dengan kelerengan landai
hingga sedikit miring. Atas dasar kenyataan bahwa banyak lahan
garapan terancam longsor, maka Sartohadi (2005) mencoba memodi-
fikasi kriteria klasifikasi kemampuan lahan dengan memasukkan ba-
haya longsor sebagai faktor penghambat.
Penyusunan rencana tata ruang di Indonesia diatur dengan un-
dang-undang. Peraturan perundangan tentang, tata ruang yang ter-
akhir dikeluarkan (UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang)
mengharuskan di dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah ha-
rus memasukkan usaha pengurangan risiko bencana. Dalam rangka
penerapan UU No. 26 tahun 2007 pada tataran teknis dan dengan
memadukan panduan praktis yang ada, Ekawati et al. (2010) menggu-
nakan kerangka evaluasi lahan untuk memasukkan pengurangan ri-
siko longsor di dalam penyusunan tata ruang Kabupaten Karang-
anyar, Jawa Tengah.
KESESUAIAN LAHAN
Evaluasi kesesuaian lahan berbeda dengan evaluasi kemampuan lahan
pada dasar asumsi yang digunakan. Evaluasi kesesuaian lahan berbasis
pada semua karakteristik lahan yang ada yang dapat dikategorikan
pada faktor penghambat permanen maupun nonpermanen. Evaluasi
kemampuan lahan berbasis pada karakteristik lahan yang tergolong
ke dalam kelompok penghambat permanen saja. Namun demikian,
baik evaluasi kesesuaian lahan dan evaluasi kemampuan lahan sama-
ada kelestarian pemanfaatan sumberdaya tanah,
kesuaian lahan adalah penilaian karak-
yaratan tumbuh tanaman. Persyaratan
sama bermuara pi
Prinsip dasar evaluasi
teristik lahan terhadap pers
tumbuh tanaman yang menjadi dasar dalam evaluasi kesesuaian lahan
sebagian besar merupakan hasil sintesis dari percobaan-percobaan ta-
naman pada sebuah plot ideal. Persyaratan tumbuh tanaman yang
digunakan dalam evaluasi kesesuaian Jahan kemudian dikombinasikan
pemanfaatan lahan. Hasil dari evaluasi
dengan persyaratan kelestarian
kan Jahan untuk suatu jenis tanaman
kesesuaian lahan adalah kecoco!
in
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
tertentu yang dapat memberikan produktivitas secara optimum dan
lestari.
Metode evaluasi kesesuaian Jahan yang dikembangkan dengan
cara mencocokkan antara karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh
tanaman dapat memberikan informasi yang tepat mengenai faktor
penghambat yang ada. Tabel 7.8 merupakan salah satu contoh tabel
persyaratan tumbuh tanaman pada sawah. Faktor penghambat dalam
evaluasi kesesuaian lahan dapat berupa penghambat pertumbuhan
tanaman dan atau penghambat yang mengancam kelestarian peman-
faatan lahan. Penghambat pertumbuhan tanaman pada umumnya
berupa kesuburan tanah dan pembatas perakaran tanaman. Pengham-
bat yang mengancam kelestarian pemanfaatan Jahan pada umumnya
berupa ancaman akan proses erosi tanah yang dipercepat.
Metode evaluasi kesesuaian lahan dapat pula dikembangkan ber-
dasarkan pembobotan atas semua persyaratan yang digunakan dalam
penilaian. Metode evaluasi kesesuaian lahan dengan menggunakan cara
pembobotan secara umum dikenal dengan metode skoring (pemberian
nilai). Metode skoring lebih sederhana dan mudah untuk dilaksanakan
khususnya dengan menggunakan bantuan perangkat lunak komputer
yang sederhana. Evaluasi kesesuaian lahan yang dilaksanakan dengan
metode skoring tidak memberikan informasi mengenai faktor pengham-
bat yang menyebabkan sebuah lahan jatuh pada klas kesesuaian tertentu.
Evaluasi kesesuaian lahan dengan metode skoring mungkin lebih cocok
untuk pemetaan skala tinjau dan atau yang lebih kecil.
Klasifikasi kesesuaian lahan
Ada empat tingkatan klasifikasi kesesuaian lahan berturut-turut dari
tingkatan global ke tingkatan detail adalah: ordo, klas, sub-klas, dan
satuan kesesuaian. Pada tingkatan ordo hanya dibedakan ke dalam
dua kelompok, yaitu sesuai (S) dan tidak sesuai (N). Tidak ada kete-
rangan faktor pembatas apa yang menyebabkan sebuah satuan pe-
metaan Jahan diklasifikasikan ke dalam kelompok S atau N.
Pada tingkatan klas kesesuaian dibedakan menjadi 5 golongan
yang terdiri dari 3 klas pada kelompok S dan 2 klas pada kelompok N.
Pada kelompok S tersusun atas klas sangat sesuai (S1), sesuai (52),
2
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAH
TABEL 78. Persyorotontunbuh taman pod ahan bosoh pada nget detail dan semi detail
ree Peo
Pee cina ST 32, By rH ry
Temperatur()
‘-sota tohunan (0) 4-9 29-3 }>32-35) | td 3s
ny |e lb
Tetesedioan cir (x)
Bulan keting (<75 mm) <3 3g 9-95 id os
+ Cachhjaviabvnln) | >1500 1200 — 1500] 800 -<1200 < #00
Tika perooran(r
+ Drsnasefonah Tethonbot | Tebamb | sedan, bai | Coot Senge cpt
+ Tekstor ‘SC, Si, 54, CL ‘SL SiC, SiC, | LS, bt messif | Td Kerikid
sic 5-40
+ Kedelamon eek >s0 40-0 <5 | 20
+ Gambut Hemi
~Kematongan bad Sofrik 100-150, ‘Hemik-sofrik | Fibrik
Ketebolan (ern) is < 100 3150-200 >200
Tetensi hare (F)
+ KT tonch > Sedang Rendoh Songetrendch | Td Wd
pHtanch 55-7,0 70-80 |>80-85 | Td 85
45-55 40-45 <4,0
Regoraman ( )
Salinitas (ymhos) <3 5 35-50 250-55 | >66-3 28
Tests te)
+ Kejenhan A(X)
Kedalamon Sulfidik (om) 275 60-75 40-<60 30-<40 <30
Hora tersedia (n)
+ Toul > Sedong | Rendch | Songorendch u
20s Seogatinggi | Tinggi | Sedangrendoh
- K20 > Sedong | Rendoh | Sangorendah_| Songtrendch
Temudsfanpenglhan @)
+ Tekstur we SL SCL, Si, 8 | 15, $C SGsn¢ Td Gravely, S,
a masive doy
= Struktur sick
+ hoists
Terrain/potensi
melons (sm)
+ ereg (%)
eerie [¢|th he [ies |
Sin -! 35-1 10. >
aan 7 2-5 >$-15 i 215
Taghot haya roi (e) SR B S Oi Sb
[ita 10-Fi ff a a 4
Neteongan: d= Td broko
Colempung, L= gl, ide, S= psc, St C= lempng bersruktr
Sumber :Tim Pusat Pneltian Tanah dan Agha, 1993
Tims Pereltin Tro an Arka, 1993. Penk lai ros akon Pt Penlian anh don gota, og
173
Dipindai dengan CamScannerPEUGANTAR GEOGRAFI TANAH
dan sesuai marginal ($3). Pada kelompok N tersusun atas Klas tidak
sesuai sementara (N1) dan tidak sesuai permanen (N2). Faktor pembatas
pertumbuhan tanaman adalah faktor pembatas yang dapat menye-
babkan sebuah lahan dapat diklasifikasikan sebagai tidak sesuai se-
mentara (N1). Derajat ancaman terhadap kelestarian pemanfaatan
lahan adalah faktor pembatas yang dapat menyebabkan sebuah lahan
dapat diklasifikasikan sebagai tidak sesuai permanen (N2).
Pada tingkatan sub-klas kesesuaian, setiap klas kesesuaian di-
kelompokkan lebih lanjut ke dalam 4 kelompok menurut jenis pem-
batas. Ada empat kelompok jenis pembatas yang digunakan di dalam
pengelompokan pada tingkatan sub-klas kesesuaian, yaitu: topografi
(t), tanah (s), iklim (¢), dan kondisi keairan (w). Faktor pembatas yang ter-
masuk di dalam kelompok t adalah faktor pembatas permanen yang da-
pat menyebabkan sebidang lahan dikategorikan ke dalam klas N2, se-
mentara kelompok faktor pembatas selain t adalah faktor pembatas yang
dapat menyebabkan sebidang lahan dikategorikan ke dalam klas N1.
Pada tingkatan satuan kesesuaian, setiap sub-klas kesesuaian di-
kelompokkan lebih lanjut menurut derajat/tingkatan keseriusan faktor
pembatas yang menyebabkan sebidang lahan jatuh ke dalam sub-klas
kesesuaian tertentu. Informasi mengenai tingkatan faktor pembatas
bersifat detail sehingga dapat bermanfaat langsung dalam penentuan
bentuk dan teknologi pengelolaan tanah yang tepat. Tingginya input
untuk pengelolaan tanah juga dapat dibuat dengan lebih pasti berda-
sarkan informasi yang tersaji di dalam tingkatan satuan kesesuaian
lahan. Gambar 7.2 menyajikan struktur klasifikasi kesesuaian lahan
mulai dari kategori ordo hingga satuan kesesuaian.
VA “
GAMBAR 7.2. Struktur klosifikasi kesesuaion lohan
4 |
Dipindai dengan CamScannerPeNGELOUAN Tana
peskripsi kesesuaian lahan
Kategori ordo pada evaluasi kesesuaian lahan mengisyaratkan wilayah
yang dapat diolah dan wilayah yang tidak dapat diolah seperti halnya
pada evaluasi kemampuan lahan. Lahan yang termasuk ke dalam
kolompok S adalah lahan yang dapat diolah dan lahan yang termasuk
ke dalam kolompok N adalah lahan yang tidak dapat diolah. Lahan
yang tidak dapat diolah (N) yang dihasilkan melalui proses evaluasi
jahan tidak selalu bermakna akan menimbulkan kerusakan serius jika
dilakukan pengelolaan tanah, Lahan dalam kategori ordo N dapat
pula bermakna bahwa biaya pengelolaan tanah akan lebih tinggi di-
bandingkan dengan keuntungan yang, diperoleh
Klas kesesuaian lahan menggambarkan kesesuaian untuk per-
untukan jenis tanaman tertentu, Tingkatan kesesuaian lahan digam-
barkan melalui 3 klas kesesuaian yang berkisar antara sangat sesuai
hingga sesuai marginal. Lahan yang sangat sesuai untuk peruntukan
tanaman tertentu menggambarkan bahwa lahan hampir tidak mem-
punyai faktor penghambat jika dimanfaatkan dan akan memberikan
tingkatan produktivitas paling tinggi. Klas lahan sesuai menggam-
barkan bahwa lahan mempunyai faktor penghambat tertentu yang,
bersifat ringan dan mudah diatasi. Produktivitas lahan yang tinggi
masih dapat dicapai pada lahan-lahan yang tergolong dalam klas sesuai
jika faktor penghambat diatasi sebagaimana mestinya. Lahan yang
tergolong dalam klas kesesuaian sesuai marginal agak sulit untuk men-
capai tingkatan produktivitas tinggi jika diolah. Pengelolaan lahan
untuk meniadakan adanya faktor pembatas relatif sulit untuk diatasi
dan membutuhkan input yang, relatif mahal dan terus-menerus.
Klas kesesuaian lahan tidak sesuai secara tidak permanen meng-
gambarkan kondisi saat ini yang tidak sesuai. Penghilangan atau pe-
ngelolaan faktor pembatas hampir tidak mungkin diatasi secara man-
diri secara individual namun membutuhkan sebuah proyek besar yang,
hanya mungkin diusahakan oleh pemerintah. Pengelolaan banjir yang,
bersifat regional adalah sebagai contoh atas faktor penghambat yang
hanya mungkin dapat dikelola oleh pemerintah. Kebijakan tertentu
terhadap sebuah komoditas pertanian mungkin juga dapat menye-
babkan sebuah pemanfaatan lahan untuk tanaman tertentu yang se-
Ws
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
mula tidak ekonomis menjadi layak untuk diusahakan.
Klas kesesuaian lahan tidak sesuai secara permanen meng-
gambarkan kondisi lahan yang tidak sesuai pada saat ini dan masa
yang akan datang. Pengelolaan lahan untuk sebuah usaha produksi
pertanian akan cenderung menimbulkan kerusakan lahan secara
permanen. Lahan-lahan yang miring dengan ancaman longsor yang
tinggi menyebabkan lahan dapat digolongkan ke dalam klas kesesuaian
lahan yang tidak sesuai secara permanen. Pengelolaan erosi melalui
penerapan teknik konservasi tanah secara mekanik mungkin akan
memicu longsor hingga tercipta Jahan rusak.
Terapan kesesuaian lahan untuk pengembangan wilayah
Evaluasi kesesuaian lahan paling banyak diterapkan untuk penyu-
sunan rencana penggunaan lahan (landuse planning) khususnya un-
tuk peruntukkan produktivitas pertanian. Evaluasi kesesuaian lahan
memberikan berbagai alternatif pemanfaatan lahan melalui pengu-
sahaan berbagai alternatif pengusahaan jenis tanaman. Perencanaan
penggunaan lahan melalui tahapan evaluasi kesesuaian lahan dapat
dilihat secara skematik pada Gambar 7.3.
Evaluasi kesesuaian lahan bermanfaat tidak hanya pada tahapan
awal dari sebuah kegiatan perencanaan penggunaan lahan, namun
juga dapat dimanfaatkan untuk evaluasi terhadap pemanfaatan lahan
yang ada saat ini. Alternatif pemanfaatan lahan yang secara ekonomis
dapat diusahakan serta tidak menimbulkan kerusakan lahan merupa-
kan masukan yang dapat diberikan oleh sebuah aktivitas evaluasi la-
han. Keputusan akhir akan sebuah bentuk pemanfaatan lahan tertentu
tentu bukan hanya berbasis pada pertimbangan-pertimbangan yang
sifatnya fisik lingkungan (seperti pada Tabel 7.8) saja, namun banyak
faktor lain yang juga menentukan.
1%6
‘Dipinda dengan CamScannerPAWGELOUAAN TAMA
seal [=]
f= eal ‘eae (S|
GGAMBAR 7.3. TahopIchop evalua Kesesuoon Ian, (Sumber; FAO, 1976)
Keterangan gambar:
1, Penentuan tujuan evaluasi kesesuaian lahan
Terdapat beberapa tujuan dalam evalua
Lie Jahan, antara lain:
menilai arahan penggunaan lahan yang, paling sesuai dengan
sumber daya lahan
memanfaatkan lahan sesuai dengan kemampuan dan perun-
tukan lahan
memanfaatkan lahan agar lahan dapat sustainable atau berke-
lanjutan dan produktif
menurunkan/memperbaiki kerusakan lahan
Pengumpulan data
n
Data-data dan informasi dari semua kondisi/karakteristik Jahan
sangat diperlukan dalam evaluasi kesesuaian lahan, Semua data
dan informasi yang dikumpulkan dari karakteristik Jahan juga
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai dan kualitas la-
hannya. Hal ini dilakukan agar data dapat diperoleh hasil yang,
optimal dan dapat menghemat waktu serta biaya dalam pengum-
pulan data.
3. Identifikasi penggunaan lahan
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya digunakan untuk meng;
identifikasi penggunaan lahan dan menganalisis perubahan peng,
gunaan lahan.
Identifikasi satuan pemetaan lahan (land mapping wnil)
Satuan pemetaan lahan adalah bagian dari Jahan yang, mempu-
nyai serangkaian karakteristik lahan tertentu,
5. Penilaian lahan
Perbandingan dari hasil analisis penggunaan lahan dengan satu-
WW
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
an pemetaan lahan
6. Identifikasi lingkungan dan sosial ekonomi
Identifikasi lingkungan dan sosial ekonomi digunakan untuk me-
nilai kondisi pengaruh manusia terhadap lahan
7. Identifikasi kesesuaian lahan
Penilaian atau evaluasi kesesuaian lahan dilakukan sete
data karakteristik lahan dan kualitas lahan diperoleh. Evaluasi
lahan dapat dilakukan dengan beberapa metode yang disesuaikan
dengan tujuan dan tingkat kedetilan evaluasi
h semua
8. Perencanaan penggunaan lahan
Hasil akhir dari evaluasi kesesuaian lahan adalah untuk peren-
suai.
canaan penggunaan lahan yang paling s
PENGELOLAAN TANAH BERMASALAH
Tanah rawan erosi
Tanah rawan erosi mencakup semua satuan-satuan tanah yang terletak
pada lahan dengan sudut lereng, tinggi (215%). Erosi tanah dapat di-
sebabkan karena tenaga angin dan atau air. Erosi memindahkan par-
tikel tanah dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Pengertian erosi se-
ring rancu dengan longsor yang merupakan perpindahan massa ta-
nah secara gravitasional menuruni lereng. Erosi dimulai dari rusak-
nya/hancurnya agregat tanah sehingga membuat partikel-partikel ta-
nah penyusun agregat menjadi mudah terpindahkan oleh tenaga erosi.
Dengan demikian, erosi merupakan perpindahan partikel tanah de-
ngan tenaga pengangkut berupa angin dan aliran air, sementara long-
sor merupakan perpindahan massa tanah oleh tenaga gravitasi.
Erosi dalam konteks luas merupakan proses perataan permukaan
bumi. Pada kondisi alami, terjadi proses erosi geologi yang seimbang
dengan proses pembentukan tanah sehingga tidak menyebabkan tanah
menjadi tipis dan kehilangan daya dukungnya untuk kehidupan. Pro-
ses erosi geologi merupakan sebuah proses peremajaan tanah yang
memungkinkan tanah terus berkembang ke arah vertikal, pelapukan
batuan terus berlanjut membentuk bahan induk tanah baru. Laju
proses erosi geologi dapat berubah menjadi lebih cepat daripada laju
178
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAH
pembentukan tanah akibat pengaruh
“ aktivitas manusia dalam meman-
faatkan lahan, Laju prose:
S erosi yang lebih cepat daripada laju pros
pembentukan tanah disebut dengan erosi die Ero dipercepat
rcepat. Erosi dipercepat
dalam jangka waktu yang, panj ‘ cee
jang akan menghasilk: a
tipis dan bahkan tanah hilang sama sekali nines tinggalt a dasat
yang muncul di permukaan tanah,
Erosi tanah yang dipercepat menyebabkan kerusakan tanah. Ke-
rusakan tanah akan terus diikuti dengan kerusakan komponen sumber
daya lahan yang lain sehingga pada akhirnya daya dukung lahan
untuk kehidupan menjadi semakin terbatas, Erosi tanah, atas dasar
tenaga penyebab terjadinya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
erosi angin dan erosi air,
Erosi oleh tenaga angin berupa pemindahan partikel-partikel ta-
nah pada bentang lahan yang terbuka, biasanya berukuran debu hing-
ga pasir tergantung kecepatan angin. Gerakan partikel-partikel tanah
dalam proses pengangkutan oleh angin dapat dibagi menjadi tiga cara
yaitu: (1) gerakan merayap pada permukaan tanah (creep) meliputi
partikel-partikel tanah yang berukuran relatif besar, (2) gerakan me-
loncat-loncat di atas permukaan tanah (saltation) meliputi partikel-
partikel tanah yang berukuran sedang, (3) gerakan dalam suspensi
meliputi partikel-partikel halus yaitu debu halus yang dapat terangkut
dalam jarak terjauh.
Erosi oleh tenaga angin terjadi terutama di daerah beriklim arid
atau semi-arid. Di Indonesia dapat terjadi di wilayah Indonesia bagian
timur yang mempunyai curah hujan kurang dari 1.000 mm/tahun
yaitu Lombok, Sumba, Sumbawa, Flores dan sebagainya. Karakteristik
tanah tertentu juga mendukung terjadinya erosi yang intensif yaitu
tekstur tanah. Tanah dengan tekstur pasir sangat halus dan kan-
dungan debu tinggi sangat memungkinkan terjadinya drainase tanah
yang berlebihan. Kondisi tanah yang mempunyai drainase berlebihan
menyebabkan tanah permukaan dalam kondisi kering segera setelah
hujan selesai. Kondisi permukaan tanah yang kering dan tekstur pasir
debuan sangat rawan terhadap erosi angin. Wilayah dataran pantai
selatan Jawa yang merupakan bukit-bukit pasir merupakan contoh
wilayah rawan erosi angin walaupun secara klimatologis terdapat di
9
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFL TANAH
dalam zona iklim basah.
Erosi oleh tenaga air dimulai dari jatuhnya titik-titik hujan (rain-
drops) ke permukaan tanah yang menekan, memecahkan agregat dan
menghempaskan partikel-partikel tanah bersama percikan air hujan,
Erosi percik terjadi secara intensif jika kondisi permukaan tanah dalam
kondisi tanpa penutup vegetasi. Sebagian air hujan yang jatuh di
permukaan lahan akan menjadi aliran permukaan yang menghanyut-
kan partikel-partikel tanah dan fragmen batuan. Tetes hujan dan aliran
permukaan yang mengerosi tanah permukaan menghasilkan berbagai
bentuk permukaan erosi yang khas sebagai berikut:
1
@
180
Erosi percikan (splash erosion) dapat dikenali dengan ter-
bentuknya tiang-tiang tanah setinggi + 1-2 cm yang disebut
pedestalf.
Erosi lembar (sheet erosion) terjadi sebagai akibat dari aliran
permukaan yang mengalir secara merata di permukaan ta-
nah. Erosi lembar dapat dikenali dari tertutupnya seresah
oleh selapis tipis tanah di atasnya.
Erosi alur (rill erosion) terjadi sebagai akibat dari aliran per-
mukaan yang sudah terkonsentrasi pada alur-alur tertentu.
Dimensi alur erosi tidak lebih dari lebar 40 cm dan dalam 30
cm. Erosi alur hanya mengikis horison A dan sebagian kecil
horison B.
Erosi parit (gully erosion) adalah perkembangan lebih lanjut
dari erosi alur yang telah mengerosi sebagian besar dan atau
seluruh horison B dan membentuk lembah-lembah kecil.
Lembah kecil yang disebut dengan parit erosi berukuran
sedemikian besar sehingga menyebabkan alat-alat mekanisasi
pertanian tidak dapat dioperasikan. Parit erosi hanya teraliri
air pada saat hujan hingga sesaat setelah hujan selesai. Erosi
parit hampir selalu membentuk lembah “V”. Erosi parit yang,
membentuk lebah “U” hanya jika erosi terjadi pada tanah
tipis yang kontak langsung dengan batuan dasar yang kedap
dan keras.
Erosi lembah sungai (stream flow erosion) berbeda dengan erosi
parit dalam hal kontinuitas aliran yang ada. Sumber aliran
Dipindai dengan CamScanner1BL
1Burastp Buaray pmunuaur yere ay ns BuepsIp “MpUOY Jvfefas wee)
-1p 2yNquag-yNyuAq weep yedep nyed “isos nfey depeysay yeny yn
-eSuadiaq Suepuedip eSn{ ueweueuad ered “yeue) ueySuMUMBUAL
Suek ure] austueSr001 ypu UeUAP UeUTEUE} sISOIquiIs eSSUIY ‘ULIeYe
-rod ady Sueyeq ueeynuiad uep yryuaq ‘ueureue) 138uy ‘unep dep
-ey NpNs ‘uNep ueINyN ‘UNep Yayo yeuL) ULdrynuad aseyuasiad :jry
wejep tsora nfey depeysay yeny yueBuadiag 1seja8aa saisadg ‘ueweu
-ey uenpSied e38u1y UeWeueUad nyyem ‘eAuUeUIeURUAd exRD ‘NHL
-1a) uereURy saisads ueyrpuad yerepe syeya8aa esesas yur) IseAIOS
-uoy ytU{aI Hep UednyeD “YeuE) ULjeMeBuad eujeULIAa UTE] SUA IS15
eped Suepas nyuayay 1wouoya sepowoy uexiseysuaw Isis nyes eped
‘epue8 eweuig yedep njuayiay ueureUR) sual UeBuap UEUTEUEUAG
suaisya eyias yeu ‘Yepnw Yiga sues euaiey eAujeare eped ULxNAL]
-1p wizey Sued Sued yeyepe Heydaa ervdas IsearasUOy YUAAL,
ure] Sued isearasuoy yIUNfa} UXVENBuaw yeIs19q vAuEseiq UeydeIOUP
ued isearasuoy YIU) NYS “UtE] eLULs Nyvs seBa} vIvsas Yesidia!
yepn ieytsi0q eAuvseiq epe Buvd Jseasasuoy yuyar eSpay “YRUSTY
(g) wep ruexaur (Z) ‘MeIad—aA (1) mye ‘TeUayTP Yeyar Sued Yyeuey
jseasasuoy Aja} Yodwoay e8y epe xepy Surpeg “uesnyLyip yours ser
“xasuoy Sua} TeSequag exe edaosadip isosa nfey wAUIpeliay qeqadued
sopEI-Top{ej euasuow ueweyewuad sesep sey ‘siadsipso} yepntu YLUCY
yeSore eS3uryas your) yueBs0 sepey ueuNmuad pelaay (}) WATUNE
-ew ueeynunad ueaye uejedaray (¢) VeySurdW ueesnuod uesed
wy aumyoa (z) ‘drynuad epe edu) eynqiay yeuey ueeynuuod (1) 1e4
edesaqaq euarey rpelta) yedoouadyp is01g edasaadip Suv tsora eAULP
-efiay uewreyeuted eped ueyseseprp tsosa nfey ueyedaoiod ueyynquet
-out yepy Sued yeury uerjopaSuad ueyepun-ueyepuy ueYyrd-UeUTd
ssor9 nfey ueyedaozod uexinquiuaU yepy eSBuIYas edna ueLyRUop>s
yeue) vdep raquins UBpeEsUEWOW eyes UeIYSUEIA
ucyomeduad ueSuap ingasip eBnl Surzas neye your)
qejepe qeur?
pAISUON,
uAn WEqUWAL IRAWaQUIAW JEYNIaA vILDAS ALTE
wep ,.,, Hequia] AMyUAaquIaLH [EAE] e1LD95 Ipelaay yedep feu
-ns yequio} tsozg "Your, Je Ue eBnl UntueU eles Uelny av
eAuey yepH feduns ueSuap ingasip Sued ueanpes eped 1
nN, NMNOWDIOS
Dipindai dengan CamScanner‘PENGANTAR GEOGRAITANAH
dengan spesies tanaman lain yang sama-sama menguntungkan, pena-
naman yang sedikit memerlukan pengolahan tanah. Erosi oleh air
terjadi pada saat terjadinya hujan dan erosi besar biasanya terjadi pada
saat awal datangnya musim hujan. Tanah biasanya dalam kondisi
kering dan tanpa ada penutupan vegetasi yang berarti ketika musim
hujan mulai datang. Pemilihan tanaman tertentu yang dapat ditanam
pada saat tanah relatif masih kering ketika memasuki musim hujan
dipandang sebagai teknik konservasi secara vegetatif yang baik. Pergi-
liran tanah juga memerankan peranan penting dalam mengontrol laju
erosi. Permukaan tanah pada prinsipnya tidak boleh dalam kondisi
terbuka sama sekali, sehingga tanaman secara tumpangsari sangat
dianjurkan.
Teknik konservasi secara mekanik secara prinsip dimaksudkan
untuk mengontrol volume dan laju limpasan permukaan. Berbagai
manipulasi permukaan tanah dilakukan untuk memberikan kemung-
kinan lebih besar bagi air yang ada di permukaan meresap ke dalam
tanah. Manipulasi permukaan tanah juga dimaksudkan agar limpasan
permukaan tidak melaju cepat menuruni lereng bukit. Manipulasi per-
mukaan tanah dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah secara
sejajar kontur sehingga dengan sendirinya menciptakan gundukan-
gundukan kecil pada lereng bukit. Manipulasi permukaan tanah juga
dapat dilakukan secara permanen dengan membuat bangunan teras
sehingga bidang olah menjadi datar.
Teknik konservasi secara mekanik tidak hanya berupa manipulasi
kekasaran permukaan tanah saja, namun juga berbagai bangunan
rekayasa lain yang dapat menambah kestabilan lereng. Bangunan pe-
nguat tebing, pengatusan profil tanah melalui sistem pipa bawah
permukaan tanah, bangunan penangkap sedimen, bangunan pengen-
dali aliran, dan berbagai teknik rehabilitasi erosi alur dan parit. Ba-
ngunan penguat tebing dapat berupa susunan batu tanpa pengikat,
susunan batu dengan pengikat tali baja (gabion = bronjong), ataupun
susunan batu dengan semen. Sistem pengatusan bawah permukaan
biasanya merupakan tambahan dalam bangunan penguat tebing agar
aliran bawah permukaan tetap terjaga dan tanah tidak menjadi jenuh
air, Bangunan penangkap sedimen dapat berupa bangunan sederhana
182
Dipindai dengan CamScanner£8
e8eua depeysay ueyey uexe jiqeis Sued yours yeSai8y “yeury jedas8e
ueypIqeysuaW yNyUN ULyN{NyIp BUPA (SV) sapiuvjuoviijod ueraquiad
ueSuap ywarpy 4ru4{9) eqoorp end Yejar 12-94 Pege eme Up ()Z-9¥
pege spye epeg ‘uewreury seyanynposd uep ueynquinyiad depeysay
jnisod yoyo uvypoquiow yedep ueydezeurp eABuryas yours siSojorq
-onjtur istpuoy pequadwow te1aq eBnl yours anp{nAIS ULTIqeIS>y
umpeySuLUAU ULejas yfueSo »ndnd ueyequieua, “Iso. ueFepUDsU
cad wejep snsjajo Yrqo| yedurepsag unyunur undnejem jeyeur n]e]47
Suepuedip ure] enury emeAuas-emvXuas neye eyfersuIOyy WeLAqWIAd
“your, npyNA}s UEHIGeISay UEVeYBUIUAd weTEp VAIS Buyjed BueA ese
ueyedruaur Suepuedip x1ueBi0 yndnd weraquiog “uelny sain uejnynd
euarey neye up are ueynualuad yoyo syodsrpsay Yepnus yepH UEP [14295
\s1puoy WeFep YeuEY aNp{NAIs exL{ URyJepUDAEP Yedep Your) {sox ‘UEP
“map ueSuaq “yeur) tsora eAurpelsoy epnur jemae yejepe ue{ny say) Ue
-nynd puoi your) anpynays ekumnoury neve UBxESNZAy "UELNY S9q>)
uepnynd yajo BunsBurj euayi0) Suek uvexnuiad yeury uesidey eped
isexquasuoriny yeAueg YIqa| Your) yLUeBIC “Your yrUes10 UedUNP
-uey ueununuad ueSuap Hlemerp your) uPresnuay emyeg siSoj uefUEG
aumad sesep see ueyNyeHP ARWAYy exeDIs YeUE) ISeALDsUOy
‘isos ueyjepuaSuad depeysoy uexytudis yed
-uep resundwour ueye e8n{ mua sein Yyejo Suepiq eped ueureucuad
yuwjar uep ueweUE) ULYrTd 1eBeqiag “ses9y LEP senjay ULye HuEd
uaunpas dexueuad reSeq
is8uny teunduwaw efin{ seso} arqeg neye UEP
uepning eped nduins ueweueuag “siuoUoy9 1euag ean{ Surrey 1p
Suigay yenuad ueweUry reSeqas IsFunjiag ndex UeureUEs, “se4} 1144
ueluedas 1p nkey ueweury ueeUeUad :Yelepe sHEIaiaa eALD—S [5e/
ainsuoy 41U4a) ULBUAP ULYLSeUIqUIOYIP BULA yrULxoUL esvD—9s 15~A195
-uoy y1uyay uedesauad Yyowuod edesagag ‘soa ueyepuoduod wepep 41ed
uigal Sued sey UeyLoquiou UeyP jyeTAHaA IeAsasUOy yu4a) UedUAP
ucyiseurquoytp Sued 4jueyour ese
a8 ISA JANLOY sLUrfo} ued eso
Md
yo
Sueany esduryas duemnyiag uede uryedasay swe ueyninyp ueIntes
jequinduad meq-nyeg ‘ueyeng UPxO[9y ‘YeuN49} ednag UeINges wHeLeP
Ip ueunSueg-ueuntueg ‘uaunpas duit
uad (wep) Sunpuog edn
-ag jeyeu ueundtueg eSsury (401) Buds, Sueyurfour duegol ednsod
Wann MMIOTsONG
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
erosi. PAMs merupakan senyawa kimia yang mempunyai berat mole-
kul tinggi, larut dalam air, dan dapat terdegradasi dengan mudah,
PAMs merupakan senyawa organik yang mempunyai efek perbaikan
struktur sehingga meningkatkan infiltrasi, mengurangi volume lim-
pasan, meningkatkan lengas tanah sehingga benih tanaman menjadi
cepat tumbuh (Blanco dan Lal, 2008).
Pengelolaan Vertisols
Satuan-satuan tanah yang termasuk ke dalam Ordo Vertisols mem-
punyai permasalahan mekanik dan khemik yang pelik. Permasalahan
mekanik dalam pemanfaatan satuan-satuan tanah di bawah Ordo Ver-
tisols berkaitan erat dengan sifat kembang kerut tanah yang tinggi
Kapasitas kembang kerut tanah yang tinggi timbul sebagai akibat dari
keberadaan lempung tipe montmorilonit yang ada di dalam satuan-
satuan tanah Ordo Vertisols. Lempung montmorilonit mampu men-
jetap molekul air dalam jumlah yang cukup besar di dalam struktur
kisinya sehingga volume dapat berlipat-lipat besarnya.
jon yong
terdeformas
berbangun layong-|
(eeldeiol
GAMBAR 7.4: Gombaran profil verisols secara skemotik (Dudal dan Eswaran 1988)
Vertisol berkembang dari bahan induk tanah yang merupakan
hasil pelapukan dari batuan gampingan dan dapat juga berkembang
184
‘Dipinda dengan CamScannerPENGELOLAAN TAWA
dari bahan induk vulkanik kaya Ca-plagioklas. Sifat kembang kerut
satuan-satuan tanah Ordo Vertisols menyebabkan keterdapatannya
selalu pada wilayah dataran dan atau cekungan. Vertisols tidak dapat
berada pada wilayah yang miring karena akan cenderung merayap
menuruni lereng, Lokasi keterdapatan yang berupa cekungan me-
mungkinkan terbentuknya Vertisols yang tebal (22 m).
Vertisols sangat keras hingga luar biasa keras dalam kondisi ke-
ring dan sangat lekat serta liat dalam kondisi basah sehingga sulit
untuk dilakukan pengolahan yang tepat. Daya dukung Vertisols juga
sangat rendah jika dalam kondisi basah sehingga usaha mekanisasi
pengolahan tanah tidak mungkin untuk dilakukan. Pelumpuran me-
rupakan permasalahan lain yang juga tidak mudah diatasi karena
terkait dengan sifat dasar kembang kerut tanah. Pematang bersifat
tidak awet dan selalu runtuh jika terjadi perubahan kondisi lengas
yang signifikan. Bangunan-bangunan irigasi berupa saluran, bendung
dan jalur-jalur jalan inspeksi membutuhkan biaya tinggi untuk pe-
rawatan. Kembang kerut tanah yang bersifat musiman menyebabkan
semua bangunan yang ada di atas tanah Vertisols menjadi mudah
rusak.
Permasalahan tidak hanya sebatas pada permasalahan sifat fisik
saja namun juga sifat kimia Vertisols yang menjerap kuat unsur hara
tertentu sehingga menjadi tidak dalam kondisi tersedia bagi tanaman.
Sifatnya yang menjerap kuat air dalam jumlah yang banyak menye-
babkan kondisi drainase internal menjadi buruk hingga sangat buruk.
Air yang ada di dalam tanah Vertisols tidak mudah keluar dari profil
tanah schingga menyebabkan pertumbuhan akar menjadi terhambat.
Permasalahan kimia pada Vertisol umumnya adalah rendahnya Fosfat
tersedia. Pemberian bahan organik dianggap dapat mengatasi perma-
salahan kimia pada Vertisols dan sekaligus memperbaiki sifat fisik. Or-
ganik tanah yang tinggi pada Vertisols dapat sedikit mengurangi kem
bang kerut tanah.
Pengaturan kelengasan tanah sangat esensial di dalam pengelo-
Jaan Vertisols. Lengas tanah terlalu rendah atau terlalu tinggi akan
berakibat pada sulitnya melakukan pengolahan tanah. Permasalahan
pengelolaan Vertisols di Indonesia menjadi tidak sederhana karena kon-
185
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
disi iklim yang relatif banyak hujan dan keterdapatannya di daerah
dataran/cekungan yang merupakan tempat berkumpulnya air permu-
kaan dari daerah sekitar. Rekayasa secara mineralogis dengan pembe-
rian abu sekam yang kandungan Si-nya tinggi telah dicoba di beberapa
lokasi untuk mengurangi kapasitas kembang kerut, namun efeKtivitas-
nya masih harus diuji lebih lanjut.
Pengelolaan Oxisols
Pandangan sekilas pada profil Oxisols sangat menarik karena warna-
nya merah bata, solum tebal, dan berdrainase baik. Seolah-olah Oxisols
merupakan tanah yang subur karena tekstur cenderung lempungan
dan berstruktur baik sehingga mudah diolah. Kenyataan yang ada,
Oxisols merupakan salah satu tanah yang sulit dikelola karena tinggi-
nya besi oksida yang dikandungnya. Oxisols merupakan salah satu
tanah yang khas di daerah tropika dan subtropika yang panas dan
kering.
Oxisols merupakan tanah yang telah berkembang sangat lanjut
hingga hampir semua mineral dapat lapuk sudah tidak tersedia lagi.
Mineral lempung yang didominasi oleh unsur-unsur resisten seperti
Aluminium (Al), Silika (Si) dan Besi (Fe) dan sangat sedikit unsur
basa lain menyebabkan Oxisols merupakan tanah yang secara kimia
sangat rendah kesuburannya. Tingginya kandungan besi oksida
(Fe) juga menyebabkan fiksasi unsur-unsur hara khususnya Phospat
menjadi tidak tersedia untuk pertumbuhan tanaman. Oxisols mempu-
nyai Kapasitas Pertukaran Kation dan Kejenuhan Basa yang rendah.
Pemberian pupuk pada Oxisols akan lebih banyak terjerap di dalam
kompleks mineral lempung dan tidak dalam kondisi tersedia bagi ta-
naman. Tanah cenderung dalam kondisi pH rendah atau masam yang,
sulit untuk ditingkatkan dikarenakan oleh tingginya kadar Fe dan
Al.
Oxisols pada umumnya terletak di wilayah yang berdrainase
bebas dan curah hujan tinggi. Bahan induk asal Oxisols dapat sem-
barang bahan induk, namun pada umumnya berasal dari batuan vul-
kanik masam dan atau batu pasir. Struktur tanah berupa granuler
kasar yang mantap sehingga memungkinkan terjadinya permeabilitas
186
Dipindai dengan CamScannerPENGELOLAAN TANAH
tanah yang cepat dan bahkan berlebihan wal
pung dan bahkan lempung berat, Struktur granuler yang mantap
dapat terbentuk karena adanya ion besi teroksidasi dalam jumlah yang,
tinggi. Sttuktur granuler yang mantap pada Oxisols sering disebut
dengan pasir semu (pseudo sand),
Pengelolaan tanah Oxisols menghad
unsur hara, kemampuan menje
laupun teksturnya lem-
lapi hambatan ketersediaan
en ap unsur yang tinggi, pH rendah yang,
sulit untuk ditingkatkan dan drainase tanah yang berlebihan, Pilihan
tanaman jenis pioner yang secara ckonomis menguntungkan dengan
dikombinasikan pemberian bahan organik serta teknik pemupukan
yang tepat merupakan cara yang paling baik. Oxisols di Indonesia
banyak digunakan untuk pengusahaan tanaman karet dan kelapa
sawit, seperti di Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Malaysia yang mem-
punyai luas persebaran Oxisols secara luas telah terbukti sukses me-
manfaatkan sumber daya yang ada untuk produksi kelapa sawit dan
karet yang merajai pasaran dunia.
Pengelolaan Psamments (tanah bertekstur pasir)
Tanah berpasir di Indonesia banyak terdapat di sekitar gunung api
muda dan wilayah pesisir. Pada daerah-daerah lain persentase pasir
relatif tidak begitu tinggi. Keterdapatan pasir di dalam tubuh tanah
menjamin tersedianya banyak rongga meso dan makro sehingga tanah
berdrainase baik. Persentase pasir yang terlalu tinggi menyebabkan
kondisi drainase tanah yang berlebihan schingga tanah menjadi kering,
kurang air.
Tanah berpasir di wilayah gunung api muda umumnya bercam-_
pur dengan debu dan membentuk satuan-satuan tanah yang mudah
tererosi. Agregasi tanah menjadi lemah dan mudah hancur karena
penjenuhan dan pukulan tetes hujan. Tebing mudah runtuh jika dalam
kondisi lembab hingga basah dikarenakan lemahnya gaya kohesi an-
tar partikel tanah. Fraksi pasir di dalam tanah hampir tidak menyum-
bang besarnya kompleks jerapan ion-ion unsur hara. Kapasitas tukar
kation tanah berpasir pada umumnya rendah hingga sangat rendah.
Tanah berpasir di Indonesia dapat dibedakan menjadi dua ke-
lompok, yaitu pasir yang berasal dari gunung api muda yang masih
187
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAN
aktif dan pasir kwarsa yang pada umumnya berasal dari lapukan batu
pasir. Pasir yang, berasal dari hasil erupsi gunung api muda kaya akan
bahan siap lapuk sementara itu, pasir kwarsa sudah tidak ada lagi
bahan yang dapat lapuk. Pengolahan tanah secara semi intensif dengan
menambahkan pupuk organik akan memacu terjadinya proses pe-
lapukan mineral penyusun fraksi pasir sehingga mineral hara menjadi
tersedia bagi tanaman. Pada kasus di daerah pasir kwarsa, ketersediaan
hara sepenuhnya tergantung dari pemberian pupuk baik organik
maupun nonorganik.
Pengolahan tanah berpasir secara intensif seperti yang terjadi di
wilayah pesisir pantai selatan Propinsi Jawa Tengah dan DI Yogyakarta
saat ini lebih dipicu oleh kebutuhan akan lahan pertanian baru. Ting-
ginya harga komoditas yang diusahakan juga memungkinkan peng-
olahan intensif tanah berpasir menjadi seolah-olah ekonomis. Pembe-
rian pupuk organik akan meningkatkan kapasitas tanah memegang
lengas dan hara sehingga tercipta lingkungan mikro yang dapat men-
dukung pertumbuhan tanaman. Pada sisi lain, pemberian air irigasi
telah mengakibatkan sebagian besar masukan pupuk dan bahkan pes-
tisida mengalami perkolasi yang dalam hingga masuk ke air tanah.
Pada akhirnya pemanfaatan tanah berpasir secara intensif untuk per-
tanian semusim dapat memicu pencemaran air tanah yang sulit untuk
direklamasi.
Pengelolaan Histosols
Histosols atau lebih dikenal di Indonesia dengan nama tanah Gambut
Sebagian terdapat pada wilayah depresi di tengah daratan
yang Iuas seperti Pulau Kalimantan, Papua dan Sumatra bagian timur.
Tanah Gambut mempunyai luasan yang signifikan di Indonesia dan
merupakan sumber daya yang belum secara intensif dimanfaatkan
untuk kegiatan produksi, Pemanfaatan tanah Gambut menghadapi
kendala fisik dan kimia yang memerlukan strategi penanganan dengan
memanfaatkan teknologi yang sesuai. Keliru dalam menerapkan se-
buah teknologi maka akibatnya dapat berdampak luas dan panjang.
Proses pembentukan tanah Gambut adalah karena laju proses
5
Dipindai dengan CamScanneral
Ipeluow remBuad egos! uvepesaqay uex!peluaui yLULZI0 ULYeq
uvjein3uad sasoid jees eped yeuey weyep Ip erpasiay Nj URyeEyUEWIAag
“‘yeue) wepep 1p epe Buek eipasiay N URWeeyULWUAd Ne}e sis9}UISO}0y
myppaw uespedepip urBunu Bued Bzaua nyzad eiqory!W Ya[o y2UeB10
ueyeq ueremBuag ‘ueweur) (Seq etpasiay UvepeDy{ IpeluaL yMUN ny
-nyep yqoyio) uexzemup nyod yisew Buek YeUaUE xTUeBI0 UeYER ULy
-ednuaut zesaq ueiSeqas jnquie3 yeur) unsnduad yrue810 ueyeg
“ueyneuraut yeyisiaq Buek ueureUe} WyeAuad Ueyednua
redep ursjyeq yeAueg yeBues Sued yejuun! weyep eiqo.y1W Ueeperoqay
‘ueweue) ueynquinyiad n8ZueB2uau eSBuryas ueyIga}ioq Ueepeay
weyep yeury eiqonyur Yyepuun{ ueyqeqafuow epe Suek yeury eiour
ueBuap Suequiiaq yepn Sued yepun| weyep yrue8s0 ueYeq ULeIp
-asijoyy ‘unwydo ezesas ueueue) UeyNquNyad SuNynpuaUI nduew
yeyas Sued yeury ‘ueureuey 1Beq eipasiay Sued eueyrapas emeAuas
ipeluaut sjajdwoy emeAuas ueyedniaw Sued sue8s0 ueYe remnBuad
ueMepuad Uep Hapjeq UeUe EU ULYe IeZegas yeyISI9q YeuL} yLULI0
ueyed “stBojorqonjiu esesas yeyas is;puoy weyep your) se8e UeyYN,
-nqip ye8ues njud}9y seyeq-seyeq we[ep yeu) yrUeB10 ueyeg
W88uy ederq ueyyMnquiour ste Iseaaqa eSefuaw ynyun epe
Sued anpynyseajur eeBas seye snaouaur sna) uep sisuajut Sued UEjem
“baad “IHE] ate fso10% depeyso} ueye} BULA snsnyy jeLLOVeu UeYNYoUE
our eBnf uep snsnipy ojouyay ueyN}roWLaW Zuesed se B8uy Uesuap
wures uidurey sseaaja rekunduiow Sued susisad ueye] uvsnyeSuag “Ww
Z Hep Suey ueSueua’ uewE|epay uesuap yeseq ueyey yedepm dny
~eouaur Ye[Epe (990) sJeIS ABAING [10g ynanUoW vyesn yedvpim reseqas
uexduequiayrp ynyun tsuajodiaq Suk Yeuey uensa8uag -usisad emes
edniog sesoq ueySeqos Sued (Wu Z >) jeySuep Sued sve Gucuosio) year
-m-yedepim tp yeyepe
PISOUOPU] IP InqueD yeuLy uryedepsajay
‘ne urSueuad edniog y
IPIEPE INquivS yeury ueyeeyuewad
melep wiedu Suck ueyequiey eyeu ‘uePyWop ueBuoc) ‘ueuaSIM)
fuck yedeyos eped qosseue isipucy cusses ide}
buarey ueyng nyuay yepns 7
“uiBurp nynsaas
jo) ursurp ued nyns
MOPUT IP INqUIeS ULsINZUAquIAd s9so1d
4 8ued Yedoj Ip epeiog neye wep qouaeur isipuoy We]
“BP wal eduey require, ipeluow yedep isisoduwoxop sovoud nfo pul
+0 sisodwoxjap sasoud nlej epeduep 18S) Iga} yrue8so tse] yauUtPas
wavisnd avisya
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
aan mikrobia dalam kondisi ber-
pesaing bagi tanaman. Jika keberad
an N yang akut se-
limpah maka tanaman akan menderita kekurang;
hingga kerdil dan bahkan mati. Ketersediaan unsur esensial N menjadi
minimum ketika terjadi penguraian organik adalah salah satu contoh
umum untuk menggambarkan bahwa bahan organik mentah pada
prinsipnya miskin unsur hara. Unsur hara lain seperti Fosfat dan
banyak ion basa tanah yang menjadi tidak tersedia ketika bahan or-
ganik tersedia dalam jumlah yang berlimpah karena suasana tanah
menjadi asam.
Kemasaman tanah Gambut tidak hany:
keberadaan asam-asam organik yang merupakan asam Jemah namun
tersedia dalam keadaan melimpah. Ancaman adanya potensi asam kuat
menjadi permasalahan tersendiri ketika lahan tanah Gambut mulai
diatuskan dan diolah. Ancaman potensi kemasaman yang tinggi di-
sebabkan karena keberadaan mineral phyrit (FeSO,) atau Ferosulfat.
Kondisi tanah masam karena asam-asam organik yang melimpah di-
tambah dengan adanya keasaman potensial menyebabkan perbaikan
pH tanah dengan pemberian mineral karbonat tidak efektif dan efisien.
Mineral phyrit dalam kondisi tereduksi atau terendam air tidak mem-
berikan efek pada kemasaman tanah, namun jika berada dalam ling-
kungan oksidasi maka sangat berpengaruh dalam menentukan pH
tanah. Tanah yang mengandung phyrit di dalam profil yang semula
netral dalam kondisi reduksi akan berubah menjadi sangat masam
ketika dalam kondisi oksidasi hingga tidak memungkinkan lagi ada
kehidupan makhluk di dalamnya.
Bahan organik mentah mempunyai volume yang lebih besar di-
bandingkan dengan volume bahan organik yang telah terurai dengan
sempurna. Penguraian bahan organik terjadi ketika areal tanah gam-
but diatus sehingga terjadi oksidasi sempurna. Susut volume tanah
menjadi masalah lain yang menjadi bawaan asal dari tanah Gambut.
Susut volume yang terjadi sangat signifikan dan dapat mencapai lebih
dari 70% dari volume asal tergantung dari persentase mineral anorga-
a sebatas disebabkan oleh
nik yang ada.
Oksidasi bahan organik akan melepaskan gas CO, ke atmosfer
yang menyebabkan suhu permukaan bumi dari waktu ke waktu cen-
190
Dipindai dengan CamScanner161
-nutuad yexap were uryedepiajay Buelued Sued AVA UHL, PLE
‘uveynunad yeyap yeuey ueside] 1p wesed ueyjeS8uruaw uep densu
-our uRIpntwy, your) ureyNULad Hexapuaty BULA sopdey ary “yeuRr
ueesmutiad ay zoyidey eaeoas yesas0g uerpnusay uep eAuUETeP Ip Sued
weie8-wese uvyynsejaur year yMpul UeNyeq URBUAp YLWUOY vUR|
yepar Sued your) ae cues yp Suny up yecerin 1p yedepsay edu
-unuin eped were8iaq your, “wee8iaq ueNyeg HeMa|aut Sued tseB LI
euarey your) uewere88uad eXupeloy yerepe puepeyy xen yesua
ueiSeq 1p ueeSuad snseyy “wese8 SunpurSuaw yeXueg Sued seit
aye yruvBuad vuasy 198un Suek ures? SunpueSuaw tpefuaur en!
yedep yeuey Suuzy yeArpM ueBuap eUues eAI{aJa eBBUTYas ‘UEUIEUE)
1Svq vipasiay yepy ipefuatu yeur) weep Ip Ie UexqeqaduaW 188Uy
Suef weie8 ueSunpuey ueSuap your] ssisad yesoep 1p eAusnsnyy
jney are isnaVUT wep jesesoq eSnl yedey. “weseS SunpueSuaw Sucw
-our Suek eXuyeur) ynput uryeq Wep [eseiaq yedep wrese8i9q your]
wpupBieq yous uDD]ojabuag
“yeur) ueexnuuad tep Isyajapsay yepy
euarey UeyTTepUay!P YNyUN pyNs ses equay exif Sued epnur eseq nNyeq
ueyedepiajay ueBuap Iseisoseiaq jnquieD uvepesagay weduuay ede19qaq
oped ypjepe yered yenquiaw yiqa] Sued istpuoyy ‘Surzay tstpuoy weep
year dezeStp ueye Suvé pease ynungas eynay ide ueyyepuaBuaws ynyUN
WINS euarey LepuNyLP Burs ynqweD YeuRaq ULYE] UEIeyequIad
Uy yeg ‘UexLYLsMIp BuLk ULUIeU) NETULSZuUad eusNE eyas edu
-ad eurey ueyyepuaSuatu ynqun e8n{ unweu erpasiay pefuaw UeWeU
=e} ueyyNyNgIp Sued eavy edesagaq uryqeqaduaw esuLy yepy uLIEy
sequiag “TASS NPM weep y1ueB10 ueYeG ULySUEyeUAU yNYUN
ueaeyequiad sasoud ueSuop inynyepip uerueyiad ynjun jnquies youR)
~49q rye] UEyeeyuEWad seyeqiay Yorum! Weep nedwe] eseur epeg
“AINYEP YLqeHa} ULrISePIsyoIp YepH yrULTi0 uLYeq ey!
vipasiay speluout ueye yepy ueweury uexynyngip Zued esey emedu
-as-emeduag “Isepisyoun) 1peluaw yrueB10 ueye Ueygeqacuaut eAUL
Ipuas ueduap ingueD Yyeury ueWPe;ULWIAg “IsepIsyora) IstPUOY WEEP
epeing YepH cuaswy y1eq Sued uoquey ueuedunuad yeduia} 1eSeqas
Suepuedip inqwes your) istiaq Sued eater ueYE? yeySutUSW Sunsap
misna wis
Dipindai dengan CamScannerPENGANTAR GEOGRAFI TANAH
kaan bertambah konsentrasinya.
Penghilangan dan atau penguranj
dapat dilakukan dengan cara pengairan untuk melarutkan dan kemu-
anah, Pemilihan spesies tanaman
gan kadar garam di dalam tanah
dian menghilangkan garam di dalam t
yang tahan terhadap kegaraman tinggi dikombinasikan dengan peng-
airan yang baik dipandang sebagai cara paling efektif dalam meman-
faatkan lahan tanah bergaram. Keterdapatan tanah bergaram di Indo-
nesia tidak dalam jumlah yang signifikan karena iklim basah telah
dengan mudah melarutkan dan menghanyutkan garam yang ada di
dalam tanah.
192
Dipindai dengan CamScanner