You are on page 1of 16

58 Patanjala Vol. 4, No.

2, Juni 2012: 58-73

KEBERADAAN KAMPUNG SENI JELEKONG


DALAM MENUNJANG KEBUTUHAN EKONOMI RUMAH
TANGGA

The Existence of Jelekong Art Village in Supporting Household Needs

Oleh Irvan Setiawan


Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung
Jln. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung
Email: kamaliasetiawan@yahoo.co.id

Naskah Diterima: 23 April 2012 Naskah Disetujui: 23 Mei 2012

ABSTRAK

Kampung Seni Jelekong telah lama menapakkan kiprahnya dalam bidang industri
kreatif berbasis kebudayaan. Hasil yang dicapai adalah ketenaran Jelekong hingga ke
mancanegara sebagai kelurahan di Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung yang
memproduksi lukisan dan kerajinan wayang golek. Berdasarkan pengalaman tersebut,
Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung memberikan predikat Desa Wisata melalui SK
Nomor 556.42/Kop.71 – Dispopar/2011. Pengalaman yang telah dicapai sebagai
kampung seni tentunya harus melalui proses yang cukup panjang. Di samping itu juga
ada kiat-kiat tertentu yang menjadi pedoman mereka untuk tetap menekuni industri
berbasis kebudayaan tersebut. Kiat-kiat yang tentunya harus memperhatikan unsur hobi,
kemahiran, dan sektor pendapatan yang mereka terima selama bekerja sebagai seniman di
Kelurahan Jelekong. Penelitian yang menggunakan metode deskripsi dengan pendekatan
kualitatif ini menemukan adanya aspek ketekunan, strategi pemasaran, dan pola
pembagian kerja yang bervariasi. Aspek ketekunan dicapai oleh para pelopor seni yang
secara intensif mengajarkan pada warga Jelekong untuk berkecimpung dan mencari
nafkah melalui pemberdayaan produk seni. Strategi pemasaran menuntut kreativitas
mereka semaksimal mungkin baik melalui modifikasi karya seni maupun memperbanyak
relasi mulai dari strategi door to door hingga membuka galeri seni. Pola pembagian kerja
yang fleksibel, yaitu segi kualitas dan kuantitas seniman menjadi tolak ukur besaran
pendapatan yang mereka terima untuk nantinya digunakan mencukupi kebutuhan mereka
sehari-hari.
Kata kunci: Kampung Seni Jelekong, kebutuhan rumah tangga.

Abstract

Jelekong has been famous for its creativity in culture-based industry, especially in
producing wayang golek paintings and handicrafts. It was awarded Desa Wisata (Village
of Tourism) by the government of Regency of Bandung in 2011. This village has certain
tips that guide them running the business, tips that combine many elements like hobby,
skill, and income that they receive during they are working as artists in the village. By
conducting descriptive method and qualitative approach, the author finds that

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 59

combination of persistence, marketing strategy and division of work are indirect factors
for the artists to rely on art as their main income.

Keywords: art village of Jelekong, household needs

A. PENDAHULUAN banyaknya dengan perkumpulan, wadah,


ataupun organisasi? Secara gamblang
Sapta Dharma Pariwisata, Seni dan
Budaya adalah sebuah motto Kementerian dapat dikatakan bahwa masih jarang
Kebudayaan dan Pariwisata. Dalam poin 3 terdengar adanya keberadaan kampung
seni karena seni itu sendiri pada saat ini
Sapta Dharma disebutkan bahwa pariwi-
dapat dikatakan bukan menjadi sebuah
sata, seni, dan budaya berperan dalam
pekerjaan utama. Berbeda halnya dengan
pemberdayaan ekonomi rakyat. Poin
tersebut memiliki keterkaitan erat dengan perumahan atau komplek dinas sebagai
visi pemberdayaan seni budaya dan sebuah lokasi yang dihuni masyarakat
dengan profesi pekerjaan yang sama.
pariwisata, yaitu menjadikan karya seni
dan budaya bangsa Indonesia lebih Pengertian kampung seni pada
terbina secara intensif, terpelihara dan sebagian masyarakat awam mengacu pada
dikembangkan, agar berperan lebih sebuah komunitas yang sejak awal
strategis dalam pembangunan berdirinya menjadi tempat para seniman
perekonomian nasional secara melakukan aktivitas baik rumah tangga
keseluruhan. Dengan kata lain, melalui maupun pekerjaan. Anggapan tersebut
seni budaya dan pariwisata – terutama memang benar adanya karena dari awal
kesenian – setidaknya dapat menjadi mula berdirinya kampung seni menjadi
sebuah mata pencaharian bagi para semacam lokasi para seniman untuk
seniman selain mempersembahkan sebuah menghasilkan sebuah karya seni yang
karya seni kepada masyarakat. Sebelum memberi manfaat tidak saja bagi para
adanya motto dan visi tersebut, telah lama pecinta seni tetapi juga bagi para seniman
sebenarnya sebuah karya seni berperan itu sendiri dalam memenuhi kebutuhan
ganda dalam menyajikan sebuah kesenian hidup mereka sehari-hari.
kepada masyarakat sekaligus menjadi salah
Walaupun terdengar seperti men-
satu sumber mata pencaharian bagi para
janjikan, sebuah kampung seni dalam
seniman itu sendiri. Contoh jelas –
memberdayakan seni dan perekonomian
terutama di Kota Bandung – adalah topeng
para seniman, namun dalam kenyataannya
monyet dan kuda lumping yang saat ini
banyak dari seniman malah beralih profesi
marak bermunculan di perempatan jalan.
karena kebutuhan ekonomi mereka tidak
Mereka mempertontonkan sebuah kesenian
cukup dari hanya mengandalkan pekerjaan
tradisional sambil mengharap belas
seni semata. Kebanyakan mereka memilih
kasihan para pengemudi untuk melempar
pekerjaan menjadi wiraswasta ataupun
sedikit coin yang akan digunakan sebagai
bekerja pada sebuah lembaga atau
“penyambung hidup” mereka. Apakah
perusahaan. Walaupun pada akhirnya jiwa
mereka mempunyai komunitas? Sesama
seni mereka tetap tidak hilang dan bukan
rekan seprofesi, mereka setidaknya akan
tidak mungkin pada suatu saat mereka
meluangkan waktu untuk berkumpul dan
kembali ke daerah mereka untuk
berbagi pengalaman seni.
melanjutkan kiprah mereka di bidang seni
Wadah, perkumpulan, ataupun untuk dijadikan sebagai bagian dari
organisasi seniman saat ini secara umum penunjang ekonomi seniman beserta
memang telah banyak tersebar di berbagai keluarganya.
daerah. Walaupun demikian, apakah
Jelekong, sebuah kampung seni di
keberadaan kampung seni juga sama
Kabupaten Bandung, adalah sebuah daerah

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


60 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 58-73

yang telah lama berdiri dan dihuni oleh Pencarian data primer dilakukan
masyarakat dengan satu profesi pekerjaan, dengan menggunakan metode observasi
yaitu seniman. Hingga saat ini Kampung partisipasi dan non-partisipasi. Teknik
Seni Jelekong masih eksis dalam wawancara digunakan dengan meng-
mempertahankan seni sebagai sebuah gunakan teknik verbal (pembicaraan
pekerjaan. Apa kiat-kiat mereka dalam langsung) maupun dengan menggunakan
mempertahankan seni sebagai sebuah pedoman wawancara yang telah disiapkan
pekerjaan dan seberapa besar sumbangan sebelumnya. Data dari hasil wawancara
kesenian dalam memenuhi kebutuhan disimpan dalam tape recorder yang
ekonomi mereka? Sebuah pertanyaan yang sekaligus sebagai bukti akurat dari hasil
sangat menarik untuk dikaji dan ditelusuri tulisan yang dipaparkan dalam hasil
hingga menemukan jawaban yang nantinya penelitian. Penggunaan tape recorder juga
diharapkan berguna bagi instansi terkait untuk mengurangi tingkat kesalahan
dalam menyusun kebijakan yang erat interpretasi dengan cara replay apabila ada
kaitannya dengan seni, budaya, dan informasi yang kurang jelas dari pembi-
pariwisata. caraan dengan informan.
Maksud penelitian ini adalah mene- Terkait dengan data kualitatif dari
lusuri, mendeskripsikan, dan menganalisis hasil wawancara maka analisa data yang
upaya yang telah dilakukan warga masya- dilakukan pun akan menggunakan analisa
rakat di Kampung Jelekong dalam mem- kualitatif. Tahap pertama teknik analisa
pertahankan seni sebagai sebuah pekerjaan kualitatif adalah menghimpun data dalam
dan seberapa besar sumbangan kesenian sebuah wadah yang bernama taxonomy
dalam memenuhi kebutuhan ekonomi data, yaitu himpunan data yang telah
mereka. Tujuan penelitian adalah untuk dipilah berdasarkan beberapa kategori
memperoleh data yang komprehensif data. Tujuannya adalah untuk memper-
berikut analisa data yang terkait dengan mudah penggambaran data sekaligus
eksistensi Kampung Seni Jelekong dalam memilah apakah data tersebut tergolong
menunjang kebutuhan ekonomi rumah primer atau sekunder. Dengan demikian
tangga. dapat dikatakan bahwa taxonomy data
sangat berguna untuk menjaga data dari
Jenis penelitian yang dilakukan
kesalahan penulisan dan penempatan data
adalah deskriptif dengan mengambil
dalam paparan hasil penelitian.
pendekatan kualitatif. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa penelitian ini akan
B. HASIL DAN BAHASAN
menggambarkan secara terperinci menge-
nai kehidupan warga di Kampung Seni 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Jelekong dalam upaya mereka untuk Kelurahan Jelekong merupakan
menjadikan seni sebagai sebuah pekerjaan bagian dari wilayah Kecamatan Baleendah
yang dapat digunakan sebagai salah satu Kabupaten Bandung. Adapun batasan
sumber pendapatan untuk pemenuhan administrasi Kelurahan Jelekong adalah
kebutuhan ekonomi. Sementara pende- sebagai berikut:
katan kualitatif dalam penelitian ini
digunakan untuk mendapatkan data primer  Di sebelah timur: Kelurahan Warga-
berdasarkan pengamatan dan wawancara. mekar Kecamatan Baleendah.
Sementara data sekunder juga akan dicari  Di sebelah barat: Kelurahan Mang-
dengan mengambil data dari buku, skripsi, gahang Kecamatan Baleendah.
disertasi, majalah, suratkabar, dan sumber
lainnya yang biasa diperoleh di perpus-  Di sebelah utara: Desa Bojongsari
takaan. Kecamatan Bojongsoang.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 61

 Di sebelah selatan: Desa Patrolsari a. Pembuatan Karya Seni Lukis


Kecamatan Arjasari. Menurut Ayat (1999: 112 – 118),
Berdasarkan data Monografi Kelu- proses untuk menjadi sebuah gambar yang
rahan Jelekong tahun 2011, penduduk siap dijual terdiri dari beberapa tahap.
Kelurahan Jelekong berjumlah 21.006 jiwa Tahap pertama adalah pengadaan bahan
atau 5.466 KK. Mereka memiliki jenis baku, yaitu tinta cetak berbagai warna,
mata pencaharian beranekaragam dan palet (tempat cat), pisau palet, kain mori
sebagian besar adalah sebagai petani, bu- (untuk bahan kanvas), kuas berbagai
ruh swasta, pedagang, dan perajin. Semen- ukuran, dan terpentin. Tinta cat yang
tara itu, mengenai besaran penghasilan, digunakan biasanya merk peoni. Alternatif
para pemilik galeri memiliki jumlah bahan biasanya ada pada kain kanvas,
pendapatan tertinggi yang kemudian yaitu selain menggunakan kain mori dapat
disusul oleh pendapatan yang diperoleh juga menggunakan kain dari karung tepung
para pegawai negeri, pegawai swasta, terigu. Alternatif lainnya dalam proses
pelukis, dan buruh tani. melukis adalah dengan menggunakan
sponge yang mulai tenar tahun 1990.
Mengenai tingkat pendidikan, Ketenaran penggunaan sponge bertahan
penduduk Kelurahan Jelekong berdasarkan hingga saat ini. Teknik sponge yang
data Monografi Kelurahan Jelekong tahun dipadukan dengan sapuan pisau palet
2009, lulusan pendidikan terbanyak adalah sangat cocok untuk melukis pemandangan.
pada tingkat pendidikan keagamaan (5500
orang) kemudian diikuti oleh lulusan SD Proses pembuatan kain kanvas
yang berjumlah 4300 orang, SLTA (2400 adalah melapisi dengan tepung kanji.
orang), SLTP (2215 orang), akademi/D1- Caranya tepung kanji sedikit demi sedikit
D3 (2050 orang), kursus/ketrampilan (500 dimasukkan dalam air panas hingga
orang), madrasah (380 orang), sarjana S1- mencapai tingkat kekentalan yang
S3 (180 orang), pondok pesantren (15 diinginkan. Setelah dirasa sesuai maka
orang), dan SLB (2 orang). Berdasarkan sedikit demi sedikit cairan tepung kanji
data tersebut dapat dikatakan bahwa tersebut dilabur pada kain mori yang telah
sebagian besar warga Jelekong sudah dapat dibentangkan terlebih dahulu. Proses
mengikuti anjuran wajib belajar 9 tahun. pelaburan adalah dengan menggunakan
kuas besar secara merata lalu dijemur di
2. Pembuatan Produk Seni Jelekong
bawah terik matahari. Apabila cuaca tidak
Pelukis di Kelurahan Jelekong me- memungkinkan, proses penjemuran
nempati beberapa kampung, yaitu dilakukan dengan cara menjerang di atas
Giriharja (RW 01), Cikadu (RW 02), tungku. Proses ini jelas memakan biaya
Nanggerang (RW 03, 09, 11), dan Batu bahan bakar serta hasilnya lebih jelek dari-
Gajah (RW 04). pada penjemuran di bawah sinar matahari.
Ada dua produk seni Kelurahan Setelah kanvas selesai dibuat, proses
Jelekong, yaitu wayang golek dan lukisan. selanjutnya adalah ngadasaran (dasar).
Untuk menjadi sebuah karya seni yang siap Sesuai dengan istilah tersebut, proses ini
jual tentu membutuhkan proses mulai dari dilakukan dengan menggambar pola dasar
pengadaan bahan baku yang kemudian berupa pembagian besaran ruangan
diolah melalui beberapa proses. Proses gambar. Proses ini tidak menggunakan alat
pembuatan sebuah produk seni lukis tulis sebagaimana gambar sketch atau pola
dengan produk seni wayang golek biasa tetapi menggunakan kuas besar
memiliki perbedaan mendasar. Hal ini dengan menggunakan warna dasar biru
disebabkan materi yang digunakan serta muda, hitam, dan abu-abu. Setelah gambar
jenis karya seni yang berbeda, yaitu antara dasar tersebut selesai kemudian dikering-
seni lukis dengan seni ukir atau pahat.

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


62 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 58-73

kan di bawah sinar matahari selama lebih 4 x 5 meter digunakan maksimal oleh 4
kurang 30 menit. orang. Sesuai dengan jiwa seorang
seniman yang kurang begitu memperhati-
Proses selanjutnya adalah mengolah
kan kebersihan tatkala saat melukis,
gambar dasar menjadi gambar jadi. Bahan
kondisi ruangan terlihat berantakan dan
yang digunakan adalah pisau palet dan cat.
penuh dengan kotoran cat, dan abu rokok.
Penggunaan pisau palet ini dapat dikatakan
mendominasi peralatan yang digunakan Pekerjaan dilakukan tidak setiap
untuk melukis karena goresan dari pisau hari. Biasanya hari Minggu atau hari besar,
palet membuat alur tegas dari setiap detail mereka meliburkan diri. Jam kerja biasa
lukisan. Ketegasan warna ini memang dilakukan mulai pagi hingga sore hari.
menjadi ciri lukisan para pelukis Jelekong Walaupun demikian, apabila ada order
yang banyak mengambil tema lukis yang cukup banyak, terkadang
pemandangan ataupun gambar lain yang mereka melukis pada malam hari dengan
sesuai dengan kehendak konsumen. tentunya diberi penerangan yang memadai
Pengaburan antarwarna memang kurang agar kualitas warna sama apabila dilihat
begitu diminati konsumen yang rata-rata pada siang hari.
menginginkan ketegasan warna lukisan. b. Pembuatan Karya Seni Wayang Golek
Proses terakhir adalah menambah- Pembuatan wayang golek memerlu-
kan sentuhan akhir untuk memperjelas
kan bahan baku dan proses pengerjaan.
subyek dari lukisan tersebut. Proses ini Bahan utama untuk membuat wayang
dilakukan pelukis dengan harapan agar golek adalah kayu. Jenis kayu yang biasa
orang yang melihat dapat langsung tertuju
dipakai adalah kayu lame (kayu mahoni)
pada subyek lukisan tersebut untuk
atau albasia. Peralatan yang digunakan
kemudian mencermati gambar di
khusus untuk pengerjaan kayu tersebut
sekitarnya dan berakhir pada ketertarikan
tergolong sangat sederhana di antaranya
membeli lukisan tersebut.
bedog (golok), gergaji, kampak besar,
Aliran lukis para pelukis Jelekong kampak kecil, dan pisau raut (pisau ukir).
yang sebagian besar bersifat naturalis Penggunaan kayu lebih mengutamakan
mengarahkan tema gambar mengesankan jenis kayu lame dan albasia karena kayu
unsur keseimbangan warna yang meniru tersebut tergolong bagus dari segi warna
pada obyek sebenarnya berikut efek gerak dan mudah dibentuk. Terlebih lagi, kayu
seperti ranting yang tertiup angin ataupun lame tergolong tahan terhadap perubahan
kilatan cahaya sinar matahari. Begitu juga cuaca baik dingin ataupun panas. Acuan
obyek benda yang menjadi tema lukisan. kayu jenis ini adalah untuk mengantisipasi
Sebuah bunga akan lebih menarik bila terutama apabila pembeli dari luar negeri
diberi efek sinar matahari serta warna (negara 4 musim).
bunga dalam vas yang kontras membuat
Proses awal pembuatan wayang
mata langsung tertuju pada lukisan
adalah membuat gambar wajah terlebih
tersebut. Pola demikian juga diterapkan
dahulu secara detail. Membuat wayang
pada jenis gambar lainnya seperti pacuan golek tidaklah mudah karena tergantung
kuda, buah-buahan, kereta kencana, ikan
dari detail wayang itu sendiri. Semakin
koi, dan adu ayam. rumit detail karakter wayang maka akan
Mereka bekerja dalam sebuah semakin lama proses pembuatan sebuah
ruangan yang mereka sebut dengan istilah wayang. Bagian yang dianggap cukup
studio berukuran sekitar 4 x 5 meter. Tipe rumit adalah pada bagian mahkota. Hal ini
ruangan studio ini adalah dinding dengan disebabkan bentuk mahkota secara tidak
atap yang terbuka., tujuannya agar bau cat langsung menjadi ciri tokoh wayang
tidak terkungkung dalam ruangan. Ukuran tersebut. Proses pembuatan kepala dan

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 63

mahkota membutuhkan alat pisau ukir dan akan diberi warna apa. Sementara pada
ampelas. Bentuk dasar kepala diampelas bagian hiasannya, dibuat dengan cara
terlebih dahulu baru kemudian diukir dipulas.
dengan menggunakan pisau ukir.
Bahan yang digunakan adalah cat
Dalam proses menggambar detail terutama dari bahan cat duko, yaitu cat
wayang, seorang seniman wayang harus yang biasa digunakan untuk mengecat
memperhatikan 3 bentuk pakem. Menurut mobil. Penggunaan cat jenis ini dianggap
Nana Suryana, pakem diartikan sebagai lebih menguntungkan karena selain lebih
cerita wayang asli atau pedoman bagi suatu cepat kering, juga daya tahan, tingkat
pertunjukan wayang. Pakem memuat kecerahan dan sifat cat yang cepat merata
dialog lengkap termasuk cara pengucapan ke seluruh permukaan wayang golek.
(antawacana), suluk (bentuk), gending Proses pengeringan harus dilakukan pada
(musik), dan sabet (cara dalang memain- cuaca yang tepat, karena proses
kan wayang). Selain itu, pakem golek juga pengeringan tidak boleh terlalu panas
meliputi cara pembuatan karakter tokoh sehingga cat tidak mengelupas.
Wayang Golek.1 Tiga penokohan tersebut
Proses pembuatan selanjutnya
adalah: Pakem Golek Satria, Pakem Golek
adalah membuat tuding (pegangan wayang
Ponggawa, dan Pakem Golek Buta. Dari
golek) dengan menggunakan bambu
ketiga pakem penokohan tersebut
sebagai bahan utama. Tuding digunakan
kemudian tercipta raut muka wayang golek
sebagai pegangan dalang pada saat
yang terdiri dari raut peranan, raut
memainkan golek, yaitu alat untuk
tampang, dan raut wanda. Keseluruhan
menggerakkan bagian tangan golek dan
raut muka tersebut dicirikan terutama pada
untuk menancapkan golek di atas alas
bentuk mata, hidung, dan mulut.
gebog ‘batang pisang’.
Setelah selesai pembuatan kepala
Setelah selesai pembuatan anggota
kemudian dilanjutkan dengan pembuatan
tubuh wayang golek kemudian dilanjutkan
badan dan tangan. Tangan harus dibuat
dengan pembuatan pakaian. Bahan untuk
terlebih dahulu karena turut menentukan
membuat pakaian biasanya menggunakan
antara porsi badan dan besaran kepala
kain tenun berwarna-warni atau kain
wayang golek.
beludru yang dibuat dengan cara dijahit.
Setelah pembuatan kepala, badan, Pakaian ini kemudian diberi manik-manik
dan tangan kemudian dilanjutkan dengan dari bahan mute plastik yang mengkilat.
proses pendempulan. Selesai didempul
Proses pembuatan wayang golek
kemudian dijemur di bawah sinar matahari
secara keseluruhan biasanya dikerjakan
hingga kering. Setelah kering kemudian
oleh beberapa orang. Dengan demikian,
diampelas agar permukaan menjadi halus.
beberapa tahapan di atas dapat dikerjakan
Setelah pendempulan wayang golek secara bersamaan seperti pembuatan
selesai dikerjakan, proses selanjutnya tangan, badan, kepala, dan pakaian wayang
adalah pengecatan. Sebelum diwarnai atau golek. Sementara itu, yang tidak dapat
dicat, wayang golek diberi arsiran terlebih dikerjakan bersamaan adalah pada bagian
dahulu untuk menentukan bagian mana pendempulan dan pengecatan karena
bagian pengecatan harus menunggu sampai
proses pendempulan selesai.
1
Lebih lanjut lihat “Pengertian Pakem, Raut Untuk wayang yang detailnya tidak
Muka dan Wanda pada Wayang Golek”, dalam terlalu rumit, para seniman dapat membuat
http://www.kalangsunda.net/apps/forums/topic 3 kepala wayang per hari, sedangkan untuk
s/show/3183744-pengertian-pakem-raut-dan wayang dengan detail yang rumit bisa
tanggal 9 Agustus 2010. membutuhkan waktu hingga 2 hari per satu

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


64 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 58-73

kepala dan untuk menyelesaikan satu buah palu pada pahat ukir serta bau cat yang
wayang dengan segala bentuk dan cukup menyengat saat proses pengecatan
komplit dengan asesorisnya dibutuhkan wayang golek. Ataupun pada saat tertentu
waktu kurang lebih 3 hari. diwarnai dengan atraksi pertunjukan
3. Keberadaan Kampung Seni dalam
wayang golek yang tergolong atraktif serta
Menunjang Kebutuhan Ekonomi Rumah
mengundang minat masyarakat untuk
Tangga melihat dan mencerna jalan cerita
pertunjukan tersebut.
Sangat naif apabila menganggap
sebuah karya seni dibuat tanpa persiapan Masyarakat atau pengunjung yang
terlebih dahulu. Mereka yang berprofesi datang dapat dengan bebas untuk melihat
sebagai seniman berupaya keras agar karya proses produksi ataupun membeli produk
seni mereka minimal mengandung unsur yang dihasilkan dari para seniman
keindahan dan kecukupan estetika hingga Jelekong. Setelah puas dengan suguhan
mengundang mata untuk melirik hasil yang ditampilkan kampung seni tersebut,
karya seni yang mereka buat. Unsur pengunjung pulang dan menceritakan apa
estetika dan keindahan merupakan modal yang dilihat pada kerabat atau tetangga
awal bagi seniman yang harus dimiliki bahwa di Kampung Jelekong banyak
melalui beberapa macam cara. Transmisi dilakukan atraksi seni yang sangat menarik
kesenian memang mutlak terjadi dalam hal dan dapat membeli barang seni tersebut
ini. Pengetahuan formal untuk menjadi sebagai oleh-oleh khas Kampung Jelekong.
seniman bukan sebuah aturan mutlak yang Pandangan sekilas tersebut memang
harus dimiliki karena ada proses transmisi menggambarkan Kampung Seni Jelekong
kesenian lainnya yang tidak kalah penting merupakan sebuah kampung yang diisi
yaitu proses pewarisan kesenian. Anderson dengan berbagai aktifitas seni. Namun
(1965) dalam Suryatna (1999: 28) demikian, apabila dilihat dari karakteristik
mengatakan: Kampung Jelekong, akan terlihat bahwa
“Usaha mewariskan kesenian dapat kegiatan yang ada di sana akan memiliki
dipandang juga sebagai bentuk persamaan dengan proses produksi dari
pemenuhan kebutuhan integratif sebuah industri seni.
yang dilakukan secara terus mene- Antara seni dan industri sebenarnya
rus, baik sadar maupun tidak sadar memiliki perbedaan ideologis. Seni amat
serta terjalinnya hubungan antara kental dengan sifat ekspresi dan imajinasi
fihak yang belajar dan fihak yang seseorang yang dituangkan dalam sebuah
mengajar secara aktif. Usaha pewa- karya. Dua sifat tersebut tidak memen-
risan kesenian ini berarti mempu- tingkan faktor untung rugi karena hal itu
nyai kaitan dengan usaha melestari- akan merusak proses seni yang sedang
kan norma, nilai pendidikan dan dibuat. Sementara itu, industri memiliki
aspek kebudayaan lainnya.” prinsip keuntungan dari benda yang telah
Istilah “kampung seni” telah dihasilkan. Definisi lebih jauh lagi adalah
menjadi predikat yang sangat melekat pada seperti yang diungkapkan oleh Abdurach-
Kelurahan Jelekong. Secara kasat mata, mat (1998: 28), yang mengatakan bahwa:
memang, di dalam kampung seni tersebut “Industri memiliki arti luas dan
jelas terlihat berbagai kegiatan seni sempit. Dalam arti sempit meliputi
berlangsung setiap harinya, mulai dari segala usaha dan kegiatan yang
proses sket lukisan, pewarnaan, maupun sifatnya mengubah bahan mentah
penjemuran hasi lukisan. Begitu juga menjadi barang jadi atau barang
halnya dengan kerajinan wayang golek setengah jadi. Sedangkan industri
yang kerap diisi dengan bunyi pukulan dalam arti luas mencakup pengertian

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 65

semua kegiatan di bidang ekonomi tersebut secara umum sering dimasukkan


yang produktif.” dalam skala usaha industri yang tergolong
kecil atau dapat pula disebut dengan istilah
Menyinggung masalah ekonomi
“ekonomi kreatif”. Lebih spesifik lagi
dalam industri berarti mengharuskan
dalam pembagian skala (jumlah produksi)
barang hasil produksi memberi nilai
suatu industri adalah seperti yang
tambah setelah diolah dari barang mentah
diungkapkan oleh Abdurachmat dan
menjadi barang jadi yang siap dipasarkan.
Maryani (1998: 30-31) yang membagi dua
Hal ini diungkapkan oleh Sandi (1985:
hasil produksi dalam sebuah industri yaitu
148) yang menyatakan bahwa:
industri besar dan industri kecil. Tentunya
“Industri adalah usaha untuk industri seni yang berada di Kelurahan
memproduksi barang jadi dari bahan Jelekong jelas termasuk dalam kategori
baku atau bahan mentah melalui industri kecil. Sementara itu, klasifikasi
proses penggarapan dalam jumlah jenis produksi yang menjadi andalan
besar sehingga barang jadi bisa masyarakat Jelekong masuk dalam
diperoleh dengan harga satuan kelompok aneka industri dan kerajinan.
serendah mungkin tetapi tetap
Lokasi “industri seni” di Kelurahan
dengan mutu yang tinggi.”
Jelekong adalah spesifik. Artinya, lokasi
Dengan demikian, dapat dikatakan yang digunakan untuk menghasilkan
bahwa untuk menjadikan sebuah karya produk lukisan dan wayang golek
seni menjadi salah satu komoditi industri bercampur atau menyatu dengan
diwajibkan untuk melalui proses produksi pemukiman warga. Hal ini memang
yang dihitung berdasarkan azas rugi laba menjadi ciri khas industri rumahan yang
tanpa mengurangi kualitas karya seni menjadikan beberapa ruangan atau
tersebut. halaman rumah digunakan sebagai lokasi
Kedua hal tersebut (seni dan proses produksi. Priasukmana (2001: 38)
industri) sebenarnya dapat bergandengan menyebutkan pola, proses dan tipe
tangan untuk menghasilkan sebuah karya pengelola lokasi industri tersebut adalah
yang dapat diperjualbelikan dengan dari jenis tipe terstruktur (spontaneus),
beberapa persyaratan tentunya. Persyaratan yaitu proses kemunculan sebuah industri
sebuah unsur seni sangat mudah karena atau usaha yang hampir bersamaan dengan
seni adalah sebuah proses pemikiran yang kemunculan dari perumahan atau
dituangkan dengan menggunakan peralatan pemukiman itu sendiri.
pembantu. Ketiadaan peralatan dapat Lokasi industri yang menyatu
ditanggulangi oleh pihak penyedia apabila dengan tempat tinggal atau perumahan, di
sebuah kesenian memang berniat untuk samping memberikan keuntungan berupa
menjadi sebuah komoditi industri. pengawasan proses produksi dan jam kerja
Abdurachmat dan Maryani (1998: 30-31) fleksibel (bisa dilakukan di luar jam kerja
membagi jenis industri menjadi 4 pada umumnya), namun pada sisi lain
kelompok besar, yaitu: a. Aneka Industri keberadaan industri tersebut juga harus
dan Kerajinan, b. Industri Logam dan mengikuti aturan sosial atau kebiasaan
Elektronika, c. Industri Kimia, dan d. yang ada dalam lingkungan tersebut.
Industri Sedang dan Tekstil. Contoh kecilnya adalah penghentian proses
Melihat dari klasifikasi yang produksi apabila pemilik industri (lukis
ditawarkan oleh Abdurachmat dan dan wayang golek) tersebut mengadakan
Maryani di atas, industri seni lukis dan hajatan. Tentu saja proses produksi akan
wayang golek jelas termasuk dalam aneka terganggu karena lokasinya digunakan
industri dan kerajinan. Walaupun untuk tempat pelaksanaan hajatan. Selain
demikian, kelompok industri pertama itu, tata ruang lokasi industri harus

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


66 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 58-73

mengikuti tata ruang sebuah rumah tangga. melalui beberapa cara. Pelukis dapat
Artinya, susunan ruangan industri tentunya langsung berinteraksi dan menjual hasil
memprioritaskan susunan ruangan rumah lukisannya ke tangan pembeli. Pola
tangga terlebih dahulu. Memang, sebuah tersebut diartikan bahwa sang pelukis
rumah tangga, ataupun sebuah wilayah tersebut memiliki dua profesi, yaitu
berpenduduk, tentunya harus memiliki pembuat dan penjual. Cara penjualan biasa
sistem peraturan, nilai dan norma, serta dilakukan dengan istilah door to door.
didukung oleh kelengkapan sarana fisik. Mereka menjajakan lukisannya terutama di
Dengan adanya seluruh sektor tersebut daerah pemukiman penduduk kelas
maka akan memudahkan penduduk untuk menengah ataupun memajang di pinggir
dapat melakukan berbagai kegiatan baik jalan. Jenis pelukis dari tipe ini jelas
dalam pemenuhan kebutuhan keluarga memiliki keuntungan cukup besar karena
ataupun pekerjaan mereka. Hal ini akan selain hasil karya mereka sendiri, ditambah
menjadi sulit dilaksanakan apabila luas dengan biaya pigura yang tidak begitu
tanah serta dana yang kurang mencukupi mahal, sebuah lukisan yang tadinya
akan mengakibatkan adanya benturan berharga sekitar 9.000 rupiah – 10.000
prioritas penataan ruang antara kebutuhan rupiah dapat mampu dijual dengan
ruangan industri dengan dengan ruangan keuntungan 50.000 rupiah. Walaupun
rumah tangga. demikian, keuntungan tersebut adalah
relatif karena harus dipotong biaya
Pemenuhan akan kebutuhan “ruang”
operasional yang cukup mahal seperti
sebagai tempat bernaung atau mencari
ongkos transportasi dan konsumsi selama
nafkah, bukan berarti satu-satunya faktor
menjajakan lukisannya.
untuk menentukan tingkat kesejahteraan
seorang seniman. Adapun ukuran untuk Ada juga pelukis yang hanya
menentukan tingkat kesejahteraan sebuah berprofesi sebagai pembuat saja, sementara
keluarga atau masyarakat menurut penjualan dilakukan oleh pihak ketiga.
Soesanto dalam Andarina (2006:31) Biasanya penjual yang dimaksud adalah
berpedoman pada pemenuhan: 1) pemborong yang telah memiliki saluran-
Pendidikan; 2) Kesehatan; 3) Ketertiban saluran penjualan di berbagai tempat.
sosial; 4) Milik pribadi yang diijinkan oleh Mereka dapat dikatakan pula sebagai
masyarakat; dan 5) Kesempatan rekreasi pengepul, yaitu tempat para pelukis
dan menggunakan waktu senggang. menaruh hasil lukisannya pada seseorang
Pemenuhan lima kebutuhan tersebut dapat untuk kemudian dijual kembali.
terlaksana apabila ada penghasilan yang Terkadang, sang pengepul mengalami
cukup sehingga sebuah keluarga atau hambatan saluran penjualan karena
masyarakat dapat dikatakan sejahtera. permintaan berkurang. Hal ini tentu saja
akan berimbas pada proses pembayaran
Seni yang menjadi andalan mata
pada para pelukis yang telah menaruh hasil
pencaharian Kelurahan Jelekong membe-
lukisan padanya.
rikan sumbangsih yang cukup berarti bagi
pemenuhan kebutuhan pokok seniman Jenis lainnya adalah pelukis hanya
tersebut. Meskipun ada klasifikasi jenis mengandalkan skill tanpa ada peralatan
pekerjaan yang tentunya berimbas pada yang dimilikinya. Penyediaan peralatan
jumlah penghasilan yang mereka terima. lukis diperoleh langsung dari pemilik
Para pelukis memiliki jumlah pendapatan modal. Dengan demikian, mereka (pelukis)
yang berbeda sesuai dengan jenis dapat disamakan dengan pekerja atau
pekerjaan yang mereka lakukan. Seperti buruh. Pembagian kerja tersebut memiliki
halnya dengan mata pencaharian sebagai kesamaan dengan Suryatna (1999: 109).
petani, lukisan sebagai mata dagangan, Beliau membagi tipe pelukis menjadi tiga
untuk sampai ke tangan pembeli bisa

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 67

tipe, yaitu: tipe pelukis pengusaha, pelukis barang lokal. Akibatnya, masyarakat lebih
pedagang, dan pelukis buruh.2 banyak membeli produk asing daripada
produk buatan Indonesia. Efek krisis
Imbas dari perbedaan tipe pekerja
moneter kemudian berimbas pula terhadap
tersebut mengakibatkan jumlah pengha-
galeri lukis di Jelekong. Apabila masa
silan juga turut berbeda pula. Pengusaha
sebelum krisis pembelian lukisan dalam 1
lukisan jelas memiliki penghasilan lebih
tahun dapat mencapai 10 hingga 20 buah
besar daripada pedagang dan pembuat
dengan rata-rata harga lukisan sekitar
(buruh) lukisan. Dari hasil penelitian
100.000 rupiah. Pada saat krisis moneter,
Suryatna (1999: 111) diketahui bahwa
jumlah 10 buah lukisan yang terjual saja
pada tahun 1999 untuk setiap lukisan,
sudah dianggap untung.
seorang buruh gambar akan mendapat
penghasilan 1.200 rupiah. Rata-rata lukisan Penghasilan buruh tentu lebih kecil
yang dibuatnya bisa sampai 10 buah atau jika dibandingkan dengan penghasilan
lebih. Artinya, ia akan memperoleh pelukis yang memiliki modal sendiri. Saat
penghasilan sebesar 12.000 rupiah bahkan ini upah jasa seorang buruh lukis
lebih. Walaupun demikian, jumlah sebesar mengalami sedikit kenaikan, dari yang
itu tentunya akan dikurangi dengan biaya tadinya 1.200 rupiah – 1.500 rupiah per
konsumsi dan snack seperti rokok dan kopi lembar menjadi 2.000 rupiah per lem-
yang diambil dari jumlah penghasilan barnya. Buruh pelukis tersebut tidak
mereka. Apabila dibandingkan dengan mengenal kekurangan bahan lukis karena
harga pada masa itu, sebungkus rokok memang telah disediakan oleh sang
merk Kansas - misalnya - berharga 3.500 empunya studio atau galeri. Dengan
rupiah, maka seorang buruh lukis harus demikian, seluruh penghasilan sangat
menghasilkan minimal 3 buah lukisan tergantung pada keaktifan buruh pelukis.
untuk membeli rokok tersebut. Aep Saefuddin (34 th), misalnya, salah
Perbandingan ini tentu bukan hal yang seorang pelukis yang mampu menyele-
mutlak karena mereka dapat saja membeli saikan 20 lukisan per harinya atau dengan
rokok yang lebih murah untuk mengirit rata-rata penghasilan sebesar 200.000
biaya. Walaupun sudah mengirit dari rupiah per-minggu. Walaupun demikian,
berbagai sisi, penghasilan buruh lukis mereka (pelukis yang memiliki modal
tersebut dapat dianggap masih kurang sendiri) tetap saja merasa kurang sepadan
mencukupi karena krisis moneter. Perihal dengan harga jual lukisan terutama apabila
krisis moneter, Tarmidi (1998: 1) diborongkan.
mengungkapkan bahwa krisis moneter
Suryatna (1999: 122) mengatakan
telah terjadi sejak awal Juli 1997 dimana
bahwa pada tahun 1990-an, harga lukisan
harga barang impor lebih murah dari
borongan untuk satu kodi lukisan ukuran
50 x 80 cm dihargai sebesar 95.000 rupiah.
2
Tipe pengusaha adalah mereka yang memiliki Jumlah sebesar itu apabila dikalkulasi
dana cukup besar yang digunakan untuk dengan jumlah pengeluaran hanya menda-
“membuka usaha” lukisan. Ongkos menjadi pat keuntungan sebesar 1.500 rupiah untuk
faktor utama dalam setiap lukisan. Artinya, jasa satu lukisan. Prinsip harga borongan
pembuatan lukisan sudah ditentukan adalah sama dengan ijon yang biasa
perbuahnya. Biaya tambahan berupa konsumsi dilakukan terhadap para petani, yaitu
dan snack akan dipotong dari hasil pembuatan memberikan uang terlebih dahulu sebelum
lukisan tersebut. Tipe kedua adalah pedagang,
produk atau tanaman tersebut selesai
yaitu mereka yang mengumpulkan hasil
lukisan dari para pelukis untuk kemudian dikerjakan (panen). Tentu saja harga yang
diperdagangkan. Tipe ketiga adalah buruh dikenakan jelas lebih murah karena
lukis, yaitu mereka yang bekerja pada pemborong menerapkan sistem harga rugi
pengusaha lukisan (Suryatna, 1999: 109-111) yaitu harga jual sebenarnya dikurangi

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


68 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 58-73

dengan persentase kerugian apabila ada hanya membeli lukisan pada satu galeri
hasil lukisan yang dianggap cacat. Persen- saja. Apalagi dengan mayoritas jenis
tase kerugian adalah mutlak hak sang lukisan yang sama (pemandangan) akan
pemborong sementara para pelukis hanya sangat sulit bagi pembeli memilih lukisan
pasrah menyetujui saja karena terdesak yang sangat menarik atau memiliki
oleh kebutuhan rumah tangga. kekhasan tersendiri.
Keuntungan yang diperoleh pada Selain memajang lukisan di galeri,
tahun 1999 tersebut jauh di bawah keun- adakalanya lukisan dipajang di trotoar.
tungan sebelum adanya krisis moneter. Jalan Braga dapat dianggap tempat
Pada tahun 1970 – 1980 satu buah lukisan memajang lukisan yang telah cukup lama
dihargai kurang lebih 3.500 rupiah. dikenal oleh para pelukis Jelekong. Selain
Sebagai perbandingan, harga 1 gram emas mencari pembeli “lokal”, dengan
kala itu adalah 500 rupiah. Dengan memajang lukisan di Braga, bukannya
keuntungan sebesar itu, seorang pelukis tidak mungkin ada pembeli atau bahkan
selain dapat memenuhi kebutuhan rumah bandar lukisan dari luar negeri yang
tangga juga dapat membeli kebutuhan tertarik untuk membeli lukisan Jelekong.
yang bersifat sekunder bahkan tersier Menurut salah seorang pelukis3 yang
seperti sawah, barang elektronik, dan memajang lukisannya di Jalan Braga
kendaraan bermotor. Dengan keuntungan mengatakan bahwa beberapa bandar
yang dianggap cukup lumayan pada waktu lukisan luar negeri yang diketahuinya
itu, banyak para tetangga yang menyuruh berasal dari negara Malaysia, Singapura,
anak-anaknya untuk belajar melukis. Timor-timur, dan Arab Saudi. Harga
Setelah belajar dan mahir melukis, langkah lukisan yang ditawarkan adalah 150.000
selanjutnya adalah mencoba memasarkan rupiah dalam bentuk lembaran (tanpa
hasil lukisannya. Keuntungan yang pigura). Setelah diberi pigura, harga
lumayan tersebut mulai terhambat setelah tersebut akan melonjak drastis menjadi
krisis moneter. Harga bahan baku yang sekitar 500.000 rupiah per lukisan.
meningkat pesat serta kurangnya daya beli
Gambaran harga lukisan sebesar
masyarakat membuat penghasilan mereka
500.000 rupiah per buah jelas memberikan
turun drastis.
keuntungan yang sangat lumayan terutama
Beruntung pada tahun 1998 masih bagi pemilik galeri. Hal ini memang
ada koperasi yang dirasa sangat membantu demikian adanya karena pemilik galeri
para pelukis, baik dalam pengadaan bahan menentukan harga lukisan berdasarkan
baku maupun dalam hal penjualan lukisan. harga pasaran yang berlaku. Apabila
Terutama dalam penjualan, para pelukis pembelinya berasal dari luar negeri, maka
kala itu merasa lebih baik menjualnya harga lukisan jelas akan melambung tinggi
lewat koperasi karena keuntungan yang karena disesuaikan dengan kurs mata uang
diperoleh jauh lebih besar daripada lewat negara. Salah satu contoh keberhasilan
pemborong atau tengkulak. adalah galeri lukis di RT.V/RW.I,
Kampung Jelekong milik Iim Nurhayati. Ia
Saat ini koperasi tersebut dapat
mempromosikan sekaligus memasarkan
dikatakan sudah kurang begitu aktif karena
lukisan ke berbagai kota besar di Indonesia
sebagian besar para pelukis sudah
memiliki galeri sendiri. Para pembeli dapat
langsung membeli ke galeri tersebut
ataupun dapat memesannya via telepon 3
Lihat lebih lanjut di “Jelekong, Kampung
atau email. Jumlah galeri di Jelekong Pelukis di Bandung” Minggu, 16 Oktober
sekitar 20 buah dan pada setiap galeri rata- 2011, http://pesona-
rata memiliki pelanggan (dapat dikatakan) bandung.blogspot.com/2011/10/belanja-
lukisan-di-bandung_16.html
tetap - meski para pelanggan tidak mutlak

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 69

bahkan ke mancanegara. Hasil yang rupiah sebulan dari hasil penjualan


diperoleh adalah pesanan dari Magelang, lukisannya di Jalan Braga.
Semarang, Bogor, Bandung, Bali,
Selain dikenal sebagai sentra
Malaysia, dan Arab Saudi.4 Berkat kerja
lukisan, Kampung Seni Jelekong juga telah
keras memasarkan hasil lukisan dari
lama didirikan galeri wayang golek,
galerinya tersebut, dalam sebulan lukisan
meskipun tidak sebanyak galeri lukisan.
yang terjual bisa mencapai 5.000 lukisan
Salah satunya adalah G’art (Giriharja Art)
dengan keuntungan mencapai 100 juta
yang didirikan oleh Djadjang Rukmana
rupiah. Keuntungan tersebut diperguna-
pada tanggal 3 September 2001. Galeri
kannya untuk membeli rumah, mobil, dan
yang beralamat di Jalan Laswi No 145 Kp.
untuk ibadah haji.
Giriharja Kelurahan Jelekong Kec.
Kepemilikan galeri lukis memang Baleendah Kab. Bandung ini secara khusus
memerlukan waktu yang tidak sedikit. menjual produk wayang golek dan
Butuh pengetahuan tentang lukisan, berbagai merchandise wayang golek.
strategi pemasaran, dan relasi yang cukup
Wayang golek yang diperjualbelikan
banyak agar galeri yang didirikan dapat
dibentuk dalam berbagai ukuran. Tokoh
terus bertahan terutama dalam menghadapi
yang banyak mendapat perhatian dan
krisis moneter. Perihal krisis moneter yang
menarik minat pembeli adalah dari
telah dijelaskan di atas memang membuat
golongan tokoh satria dan punggawa. Dua
tidak saja sentra lukis Jelekong yang
golongan tokoh tersebut dapat dikatakan
terkena imbas tetapi juga sektor lain.
sebagai golongan putih yang selalu
Melewati krisis moneter adalah sebuah
membela kebenaran. Tokoh pembela
keberhasilan yang luar biasa. Meski untuk
kebenaran memiliki karakter gagah
melewatinya sungguh sangat berat. Galeri
ditambah dengan berbagai kisah yang
G’art dan galeri milik Iim Nurhayati di
banyak menampilkan nama tokoh tersebut
atas jelas berdiri di atas kondisi keuangan
sedikit banyak telah sampai ke telinga
Indonesia yang saat ini masih terpuruk.
pembeli awam. Terbukti dengan
Namun demikian mereka tetap bertahan
banyaknya pesanan wayang golek dari
malah berhasil menumbuhkembangkan
tokoh tersebut di antaranya Arjuna, Bima,
galeri mereka. Hal ini juga berlaku bagi
Gatot Kaca, Rama, dan Shinta mulai dari
pelukis sekaligus penjual seperti Adang
ukuran mini sampai berukuran cukup besar
Suheri (63 tahun) yang berhasil melewati
(biasanya ditaruh pada sudut ruangan).
krisis moneter (1997) dan hingga saat
masih tetap menjual lukisannya di Jalan Kualitas pekerjaan pembuatan wa-
Braga. Pada era 80-an ia bisa meraup yang golek memang diakui sangat lumayan
keuntungan 4.000.000 rupiah sebulan. Saat sehingga mereka tidak segan-segan untuk
ini ia hanya bisa mengumpulkan 2.000.000 mempromosikan sekaligus memasarkan
hingga ke mancanegara. Beberapa negara
yang menjadi langganan ekspor wayang
golek produksi Jelekong adalah China dan
4
Para pembeli umumnya kurang begitu
Korea. Untuk setiap bulannya, mereka
memahami lukisan dari segi artistiknya. mengekspor sekitar 300 wayang golek
Mereka lebih memandang lukisan dari sudut berukuran mini.
pandang keindahan atau sekedar hiasan rumah Pasaran dalam negeri tentu saja
saja. Lebih lanjut lihat Gregorius Magnus
tidak diabaikan karena merupakan tempat
Finesso dan Rini Kustiasih. 2010. “Menjual
Seni, Mengepulkan Asap Dapur”. dalam
wayang golek lahir dan dibesarkan.
http://fitrahrahayu.blogspot.com/2010/01/menj Pesanan yang datang sangat lumayan.
ual-seni-mengepulkan-asap-dapur.html tanggal Menurut Muadz, di galeri tempatnya
29 Januari 2010. bekerja, dalam sebulan ia harus membuat

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


70 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 58-73

sekitar 200 item wayang golek berukuran luar negeri. Hal ini berimbas pada proses
mini. Harga yang dipatok sekitar 100.000 penjualan menjadi tidak kontinyu.
rupiah per item. Dengan demikian, ia dapat
Keuntungan yang diraih dalam
meraup keuntungan sebesar 50.000.000
bisnis penjualan wayang golek rupanya
rupiah dalam sebulan.
tidak berimbang dengan bisnis pertunjukan
Lain cerita Muadz, lain pula cerita wayang golek. Pertunjukan wayang golek
Endhi. Ia yang memulai usaha sejak tahun saat ini sudah jarang diminati masyarakat.
2008 dilatarbelakangi oleh selain keingi- Apabila ada pentas, itupun biasanya
nannya untuk melestarikan kebudayaan berasal dari kelompok wayang golek yang
Sunda, tetapi juga ada segi keuntungan sudah mempunyai nama seperti grup
yang lumayan dari bisnis “benda budaya” wayang golek Putra Giri Harja III. Harga
tersebut. Berbeda halnya dengan Muadz, yang dipatok untuk sekali pertunjukan
jenis wayang golek yang ditawarkan Endhi dapat mencapai belasan hingga ratusan juta
lebih variatif. Selain membuat wayang rupiah. Walaupun tergolong cukup mahal,
golek mini, ia juga membuat wayang golek grup wayang golek Putra Giri Harja III
berukuran raksasa, serta gantungan kunci mampu memikat sebagian besar
berbentuk wayang golek. Promosi masyarakat untuk datang dan menonton
dilakukannya baik di dalam maupun di luar pertunjukan wayang golek tersebut.
negeri. Negara yang membeli produk Daerah yang biasa mengundang grup
buatan Endhi di antaranya Kanada, Jerman wayang golek Putra Giri Harja III biasanya
dan Belanda. Ketiga negara tersebut berasal dari Sukabumi, Subang, dan
membeli produk wayang golek berukuran Kuningan.
mini. Harga yang dipatok untuk satu item
Grup wayang golek Putra Giri
wayang golek mini adalah 10.000 rupiah,
Harja III dapat dikatakan sudah memiliki
sedangkan gantungan kunci sebesar 6.500
nama tidak hanya di dalam negeri, bahkan
rupiah. Lain halnya dengan pembuatan
hingga ke luar negeri. Ketenaran padepok-
wayang golek raksasa. Apabila berhasil
an wayang golek ini berhasil memikat
terjual hingga ke luar negeri, satu item
sejumlah mahasiswa dari Perancis, Ameri-
wayang golek berukuran raksasa tersebut
ka Serikat, dan Vietnam untuk datang dan
dapat mencapai harga 50.000.000 rupiah.
belajar tentang golek di padepokan wayang
Dede Rukmiarna (48 th), salah seo- golek Putra Giri Harja III.
rang pengrajin wayang golek juga menu-
Kilas balik mengenai kesuksesan
turkan keuntungannya dari hasil penjualan
wayang golek baik dalam bentuk souvenir
wayang golek. Tokoh yang banyak
ataupun pertunjukan wayang golek
diminati pembeli (dalam dan luar negeri)
rupanya memiliki sisi buram yang harus
menurutnya adalah dari tokoh pandawa
segera ditangani. Perihal pengrajin wayang
lima. Unsur warna yang dominan pada
golek ternyata masih memiliki kendala
pandawa lima adalah merah, kuning, dan
terutama dari segi regenerasi pengrajin
hijau. Ketiga warna tersebut memiliki
wayang golek kurang berjalan dengan
karakter elegan dan ketegasan serta
baik. Banyak kalangan usia produktif dari
berpengaruh kuat pada sosok pandawa
generasi muda kurang meminati usaha
lima. Selain berhasil menjual ke pasaran
jenis ini. Hal ini tentunya harus mendapat
dalam negeri, wayang golek buatannya
perhatian pemerintah. Ketidakmauan
ternyata banyak disukai oleh pembeli dari
kalangan muda untuk terjun dalam
Jepang dan Inggris. Meskipun demikian,
pembuatan wayang golek ini memang
promosi terhadap budaya tradisional
bukannya tanpa alasan. Profil wayang
Indonesia (terutama wayang golek) tidak
golek banyak dianggap oleh kalangan
bersifat kontinyu sehingga trendsetter
muda sudah ketinggalan zaman sehingga
wayang golek tidak berkesinambungan di
sangat berpengaruh terhadap animo

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 71

mereka untuk terjun dalam bisnis wayang demikian mau tidak mau harus dilakoni
golek. Di samping itu, upah seorang oleh seniman Jelekong yang secara
pengrajin wayang golek cenderung relatif langsung akan berdampak pada
kecil. Otomatis kebutuhan pokok rumah pemenuhan kebutuhan ekonomi rumah
tangga juga menjadi lebih sulit untuk tangga.
dipenuhi, apalagi untuk memenuhi
kebutuhan “ala” anak muda seperti C. PENUTUP
handphone, fashion, bahkan kendaraan Pendapat - bisa jadi sebagai kesim-
bermotor. pulan - yang dikemukakan oleh Suryatna
Para pengrajin wayang golek juga (1999: 28) tentang Kesenian Jelekong
mengalami kendala pada masalah adalah: (1) kesenian yang mempunyai
pendidikan. Rata-rata tingkat pendidikan pesan budaya; (2) memperlihatkan gaya
pengrajin hanya sampai tingkat SLTP. (style) yang dimiliki bersama; (3)
Meskipun tingkat pendidikan tidak begitu menggunakan media tertentu yang dapat
berpengaruh namun dapat menjadi merangsang pancaindra dan perasaan; dan
barometer yang berujung pada kesimpulan (4) dibuat oleh orang yang memiliki
kasar bahwa untuk remaja yang hanya kemahiran khusus sehingga menghasilkan
menyelesaikan pendidikannya pada tingkat suatu karya seni yang bersifat khas.
pendidikan SLTP lebih berorientasi kerja. Keempat hal tersebut memang benar
Alasan bekerja setelah lulus SLTP adanya terhadap apa yang terjadi di
dilatarbelakangi oleh tingkat ekonomi yang Kampung Seni Jelekong. Gaya dan
rendah sehingga memaksa mereka melepas kemahiran yang diperoleh para seniman
keinginan untuk melanjutkan sekolah ke tersebut diperoleh – meski tanpa
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. pendidikan khusus – melalui proses trial
and error yang cukup lama sehingga
Berdasarkan penghasilan yang
mereka bisa berkarya dan sangat terasah
diperoleh oleh para pelukis dan seniman
dalam menuangkan karya seni mereka
wayang golek di Kelurahan Jelekong dapat dengan sangat indah sehingga menggugah
dikatakan bahwa banyak dari pemilik minat pengunjung untuk datang lagi ke
galeri dan pengusaha produk lukisan dan
Kampung Seni Jelekong.
wayang golek di Kelurahan Jelekong
masih belum menerapkan standar upah Keberhasilan menciptakan sebuah
minimum. Mereka bekerja dengan karya seni terkadang tidak diimbangi
penghasilan yang diperoleh sesuai dengan dengan upah yang mereka terima. Kendala
jumlah hasil kerja mereka. Dan, setiap item utama dari minimnya upah seniman
hasil kerja mereka diberi upah yang Jelekong adalah jenis industri yang masuk
apabila dirata-ratakan berada di bawah dalam kelompok industri rumah tangga.
upah minimum. Hal ini memang sangat Ketidakstabilan keuntungan yang diterima
tergantung dari jenis usaha dan skala menjadi penyebab pola pengupahan
usaha. Jenis usaha kerajinan rakyat rata- berdasarkan jumlah hasil kerja. Dan,
rata berskala industri rumah tangga. Oleh itupun untuk setiap item hasil kerja diberi
karena itu, untuk menggaji sesuai dengan upah yang tergolong sangat sedikit
upah minimum yang ditetapkan sehingga rata-rata hasil kerja mereka masih
pemerintah adalah sangat sulit. Apalagi belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
aliran produk mulai pembuatan hingga rumah tangga, apalagi untuk mencapai
sampai ke tangan pembeli terkadang taraf rumah tangga yang sejahtera.
mengalami hambatan. Sifat jual beli yang Promosi, modal, kondisi keuangan
tidak kontinyu tersebut sangat berpengaruh negara, dan regenerasi menjadi kendala
terhadap proses penggajian apabila utama penyebab minimnya upah para
berpatokan pada upah minimum. Kondisi seniman Jelekong. Promosi yang kurang

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


72 Patanjala Vol. 4, No. 2, Juni 2012: 58-73

gencar berdampak pada minimnya DAFTAR SUMBER


ketertarikan konsumen terhadap produk
Jelekong. Modal untuk kategori industri Abdurachmat, Idris dan E. Maryani. 1998.
rumah tangga sebenarnya sudah Geografi Ekonomi. Bandung:
mencukupi namun hanya cukup untuk Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS
biaya produksi saja sementara biaya IKIP. Bandung.
promosi kurang begitu diperhitungkan.
Kondisi keuangan negara berdampak Andarina, Fika. 2006.
sangat buruk pada produk Jelekong. Krisis Kehidupan Masyarakat Pengrajin
moneter mengakibatkan daya beli Bata Merah di Desa Mekarsari
masyarakat terhadap produk Jelekong Kecamatan Ciparay. Bandung :
turun sangat drastis. Sementara kendala Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS
regenerasi bersifat relatif. Faktor UPI.
ketinggalan zaman menurut penilaian
generasi muda terhadap produk budaya Colleta, J. Nat. 1975.
sebenarnya bisa ditepis apabila upah yang “Sebuah Pendekatan terhadap
diperoleh setara – ataupun lebih – dari Antropologi Terapan di Indonesia”.
upah minimum. Dalam Kebudayaan dan
Pembangunan. Jakarta: Yayasan
Penghasilan warga negara yang Obor Indonesia.
relatif kecil secara tidak langsung menjadi
tanggung jawab pemerintah untuk segera Daldjoeni, N. 1997.
ditangani. Karya seni Kelurahan Jelekong Geografi Baru Organisasi
sebenarnya merupakan aset budaya yang Keruangan dalam Teori dan
memiliki prospek sangat besar karena Praktek. Bandung : Alumni.
mengubah image masyarakat terhadap
stigma “kekunoan” terhadap produk Hidayat, Tiggana Nur. 2010.
budaya yang hingga saat ini masih Tinjauan Perubahan Bentuk Wayang
berkembang dalam masyarakat. Selain itu, Golek Panakawan Jelekong. Skripsi.
kreativitas merupakan sebuah unsur yang Bandung: Fakultas Desain
tidak akan habis digali dalam proses Universitas Komputer Indonesia
memberdayakan produk budaya menuju
sebuah industri berbasis kebudayaan. Ihromi, T.O (ed), 1996.
Keterkaitan antara industri dan Pokok-pokok Antropologi Budaya,
kebudayaan seperti halnya yang dilakukan Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
oleh para seniman di Kelurahan Jelekong
jelas menjadi tanggung jawab Kementerian Kamus Umum Bahasa Sunda. 1992
Perindustrian dan Perdagangan (Menperin-
dag) dan Kementerian Kebudayaan dan Koentjaraningrat, 1980.
Pariwisata (Kemenbudpar). Dua kemen- Pengantar Ilmu Antropologi,
terian tersebut sudah seharusnya bekerja Jakarta: Aksara Baru
sama untuk memberdayakan kembali sisi
kreativitas masyarakat yang memproduksi ---------------------, 1996.
hasil karya budaya daerah. Sebuah langkah Pengantar Antropologi I. Jakarta:
tegas yang harus segera dilaksanakan Rineka Cipta.
mengingat dua kementerian tersebut jauh
tertinggal oleh para LSM yang telah lebih Kurniawan, I Made Ary. TT.
dahulu membantu para seniman di “Kampung Seni”, dalam makalah.
Kelurahan Jelekong. ITB: Bandung.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2012


Keberadaan Kampung Seni Jelekong… (Irvan Setiawan) 73

Makmur K., Ade. 2009. Sumantri, Diaz. 2011.


“Metode Penelitian Kebudayaan”, Strategi Pengembangan Desa
Makalah seminar Bimbingan Teknis Wisata di Kelurahan Jelekong
Penelitian 2009. Balai Pelestarian Kecamatan Baleendah Kabupaten
Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung. Skripsi. Bandung: UPI
Bandung: Bandung.
Suryana, Jajang. 2002.
Monografi Kelurahan Jelekong Wayang Golek Sunda Kajian
Kecamatan Baleendah Kabupaten Estetika Rupa Tokoh Golek.
Bandung Tahun 2009 Bandung : Kiblat.

Monografi Kelurahan Jelekong Suryatna, Ayat. 1999.


Kecamatan Baleendah Kabupaten “Menjadi Tukang Gambar: Studi
Bandung Tahun 2011 tentang Proses Transmisi
Kemampuan Menggambar pada
Naibaho, Roritskie H. 2009. Masyarakat Jelekong – Bandung”,
“Pembantu Rumah tangga (Studi Tesis, Jakarta: Program
Antropologi Perkotaan tentang Pascasarjana, Program Studi
Pembantu dan Majikan)”, Skripsi, Antropologi, Universitas Indonesia.
Medan: FISIP Universitas Sumatera
Utara. Tarmidi, Lepi T., 1998.
“Krisis Moneter Indonesia: Sebab,
Priasukmana, Soetarso & R. Mohamad Dampak, Peran IMF dan Saran”,
Mulyadin. 2001. Revisi dan Updating Pidato
“Pembangunan Desa Wisata : Pengukuhan Guru Besar Madya
Pelaksanaan Undang-Undang pada FEUI, Jakarta, 10 Juni 1998.
Otonomi Daerah”. Info Sosial
Ekonomi Vol. 2 No.1 Wahid, Abdurrahman. 1994.
“Fungsi Wayang”, dalam Sinar
Putri, Vina Karina. 2011. Harapan Juni 1994, Jakarta.
Kajian Historis Pertumbuhan
Industri Kerajinan Seni Lukis
Jelekong di Kabupaten Bandung
Tahun 1968-2000. Skripsi.
Bandung: UPI.

Rosyadi, dkk. 2009.


Pembuatan Wayang Golek di Kota
Bogor. Bandung: BPSNT Bandung.

Sandi, I Made. 1985.


Geografi Regional Indonesia.
Jakarta : UI

Soenyoto. Soeparman. 2008.


Pekerjaan dalam Dimensi Waktu.
Yogyakarta: Syarikat.

2012 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung

You might also like