You are on page 1of 182

i

Menjaga Integritas Pencalonan


Pemilihan Tahun 2020 di Sulawesi Utara

PENULIS:

Yessy Y. Momongan, S.Th., M.Si,


Prof. DR. Donald A. Rumokoy, SH., MH,
DR. Srinuryanti, MA,
Mohamad Fadlilah, M.Si,

Drs. Johnly Pengemanan, M.Si,


Iten I. Kojongian, SE,
Asep Sabar, S.IP,
Robby Golioth, Dolvie Tutu, SE., M.Si,
H. Darul Halim, SH, Rudy Lalonsang S.Sos,
UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
Moch. Syahrul, HS, Jemmy R. Mantiri, SE,
Christiani Rorimpandey,
Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4
S.IP,
Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakanYantihakSoga, SE,
eksklusif yang terdiri atas
hak moralAbdul
dan hakKader
ekonomi.Bachmid, Enra Paendong,
S.Pd, Fijey
Pembatasan Bumulo,
Pelindungan Pasal 26SE, Romy Polli,
Rangga Paonganan
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:
1. Penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual
yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual;
2. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu
pengetahuan;
3. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali
pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan
4. Penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan
suatu Ciptaan dan/ atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser
Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113


1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).
2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

KPU PROV I N SI SUL AW ES I UTA RA


huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
2021

ii Tata Kelola Logistik


TATA KELOLA
LOGISTIK
Pemilihan Serentak Tahun 2020 di Sulawesi Utara

Dr.Ardiles Mewoh, S.IP., M.Si, Efvendi Sondakh, S.IP., M.Si


Franky Rengkung, S.IP., MA, Dr. Viktory Rotty, M.Teol., M.Pd.
Dr. Felly Ferol Warouw, SH, ST, M.Eng, Zulkifli Golonggom, S,Pd, M.Si
Stenly Kowaas SP, Charles Worotitjan, SH., MH
Evans Tulungen, SKom, MM, Yohanes Pahargyo, SS

iii
PENGARAH:
Ardiles M.R Mewoh
Yessy Y. Momongan
Lanny A. Ointu
Salman Saelangi
Meidy Y. Tinangon

EDITOR:
Dr.Ardiles Mewoh, S.IP., M.Si
Stenly Kowaas SP
Yohanes Pahargyo, SS

DESAIN DAN TATA LETAK:


Febriano Purnawinata,
Ikwila Rewur

Ukuran :
Jumlah Halaman, Judul,
Jumlah Halaman Isi, Ukuran: 14.8 x 21 cm

ISBN :
No ISBN

Cetakan :
2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan
Copyright © 2021 by KPU PROVINSI SULAWESI UTARA
All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan,


memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh
isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT
(KPU PROVINSI SULAWESI UTARA)
Jalan Diponegoro No. 25, Teling Atas, Wenang, Mahakeret Tim.,
Kec. Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara 95112

Website: www.sulut.kpu.go.id

iv Tata Kelola Logistik


SAMBUTAN

ANGGOTA
KPU RI
PRAMONO UBAID

Sambutan v
ANGGOTA
KPU RI
PRAMONO UBAID

vi Tata Kelola Logistik


SAMBUTAN
Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si
Kepala Badan Litbang Kemendagri
(Pjs. Gubernur Sulawesi Utara Tahun 2020)

Tahun 2020, merupakan tahun bersejarah


dalam penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia. Karena baru pertama kalinya,
Indonesia menyelenggarakan pemilihan
kepala daerah serentak pada masa pandemi
Covid-19. Pemerintah mempunyai agenda besar, yaitu pena-
nganan penyebaran Covid-19 dan penyelenggaraan pemilihan
kepala daerah secara serentak pada 187 daerah. Keduanya
berjalan lancar, simultan dan saling melangkapi.
Salah satu aspek yang tidak kalah penting dalam penyeleng-
garaan pilkada adalah tata kelola logistik. Komisi Pemilihan
Umum harus melakukan semua proses dengan baik. Baik dari
sisi perencanaan, pengadaan, dan distrbusi. Termasuk mela-
kukan monitoring dan supervisi. Pada pelaksanaan pilkada di
Provinsi Sulawesi Utara, KPU Provinsi Sulawesi Utara melaku-
kan proses tata kelola logistik pemilihan kepala daerah bekerja
sama, berkoordinasi dan berkolaborasi dengan berbagi pihak.
Pada proses distribusi, KPU Provinsi Sulawesi Utara bekerja
sama dengan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota, TNI
dan Polri. Sehingga sebelum hari H, semua logistik telah tiba di
lokasi, termasuk di daerah kepulauan. Pada proses monitoring
dan supervisi, KPU Provinsi Sulawesi Utara bersama dengan Ba-
waslu Provinsi Sulawesi Utara, Pjs. Gubernur dan Forkompimda
Sulawesi Utara melakukan peninjauan pencetakan kertas suara,

Sambutan vii
untuk memastikan ketepatan waktu dan kualitas pada pelaksa-
naan pemilihan kepala daerah pada masa pandemi Covid-19.
KPU Provinsi Sulawesi Utara telah banyak melakukan inovasi
dan terobosan dalam mengatasi berbagai permasalahan tata
kelola logistik pemilihan kepala daerah.
Kami memberikan apresiasi dan penghargaan atas penerbitan
buku tata kelola logistik pemilihan kepala daerah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada KPU dan Bawaslu Provinsi
Sulawesi Utara, Forkopimda dan semua pihak yang telah me-
laksanakan, mendukung, membantu dan berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pilkada di Provinsi Sulawesi Utara, sehingga
berjalan lancar, sukses, aman, damai, dan sehat.
Semoga buku ini bermanfaat, sebagai referensi dalam tata
kelola logistik pemilihan kepala daerah.

viii Tata Kelola Logistik


KATA PENGANTAR
Efvendi Sondakh, S.IP, M.Si
Editor

Bagi pemilih, surat suara dan rupa-rupa


jenis logistik di Tempat Pemungutan Suara
(TPS) mungkin dianggap kelaziman normatif
pada hari H pemungutan suara. Padahal
sebelum tiba di TPS, logistik pemilihan
melewati rangkaian panjang lengkap dengan kerumitannya.
Tata kelola logistik pemilihan membutuhkan totalitas dari
semua pihak yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu sejak
perencanaan, produksi sampai distribusi di TPS, bahkan de-
tail-detail kecil saja menjadi sedemikian krusial. Tidak berlebihan
karena logistik adalah elemen dalam pemilihan yang harus
benar-benar terukur.
Kesalahan, apalagi yang sifatnya elementer, sama sekali ti-
dak boleh terjadi. Makanya mindset semua pihak di KPU yang
terlibat di logistik diisolasi dalam tagline yang paten: Tepat
waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas, tepat sasaran
dan efisien (5T + 1E). Konkrit dan tidak bias.
Karena pemilihan kepala daerah kali ini dilaksanakan di era
Pandemi Covid-19, pressure-nya makin kuat. Menormalkan tata
kelola logistik di situasi yang tidak normal tentu saja menjadi
tantangan yang luar biasa besar buat KPU Provinsi dan jajaran
di bawah. Selain mengelola logistik untuk dipakai dalam proses
pemungutan, penghitungan dan rekapitulasi berjenjang, KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota harus membentengi jajaran

Kata Pengantar ix
badan Adhoc dan pemilih dengan rupa-rupa Alat Pelengkap
Diri (APD).
Meski bukan sebuah pekerjaan yang mudah, tapi secara
makro tata kelola logistik Pemilihan Serentak 2020 oleh KPU
Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota bisa dikatakan berproses re-
latif baik, lancar dan terarah. Praktis tidak ada letupan masalah
yang mempengaruhi proses pemungutan, penghitungan dan
rekapitulasi di semua jenjang. Selain karena tata kelola logistik
yang semakin rapi dan terstruktur di internal KPU, kontribusi
pihak eksternal seperti Bawaslu, Kepolisian, TNI, pemerintah
daerah dan peserta pemilihan juga sangat strategis sehingga
tahapan inti pemilihan serentak bisa happy ending.
Buku ini sendiri berisi potret tentang konsep dan regulasi,
manajemen, sampai dengan inovasi KPU Provinsi soal proses
pengawasan dan monitoring logistik dalam wujud aplikasi
Tarsius. Agar lebih kompilatif, disertakan juga testimoni yang
berisikan cerita suka duka dari beberapa KPU Kabupaten/Kota,
plus suplemen tata kelola logistik APD.
Tentu saja buku ini masih jauh dari sempurna. Tapi keluhur-
an niat semua penulis yang terlibat dalam buku ini diharapkan
bisa memperkaya literasi kepemiluan dari spektrum tata kelola
logistik, juga tentu saja misi besar semua pihak yang ada dalam
ekosistem kepemiluan tentang Pemilu yang makin berkualitas
di waktu yang akan datang. Semoga

x Tata Kelola Logistik


DAFTAR ISI
Sambutan Anggota KPU RI Pramono Ubaid.................... v
Sambutan Dr. Drs. Agus Fatoni, M.Si ............................. vii
Kata Pengantar................................................................. ix
Daftar Isi........................................................................... xi
Daftar Istilah..................................................................... xiii

Bagian I
Pendahuluan.................................................................... 2
Manajemen Risiko untuk Pengelolaan Logistik yang
Berkepastian..................................................................... 7
Logistik yang Efisien dan Berbiaya Murah..................... 10
Logistik Pemilihan di Masa yang Akan Datang............... 16
Metode Kajian/Penulisan................................................. 19
Suplemen 1: Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik........ 22

Bagian II
Konsep dan Regulasi Logistik........................................... 32
Regulasi Logistik Pemilihan.............................................. 37
Prinsip-Prinsip Pengelolaan Logistik Pemilihan............... 52
Suplemen 2: Pengawasan Logistik Berbasis Teknologi.... 55

Daftar Isi xi
Bagian III
Manajemen Logistik Pemilihan......................................... 62
Suplemen 3: Krusialnya Manajemen Logistik................... 94

Bagian IV
Model Logistik Pemilihan Masa Depan............................ 104
Suplemen 4: Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi........ 128
Survei Evaluasi Logistik Pemilihan tahun 2020................ 151

Daftar Pustaka.................................................................... 158

xii Tata Kelola Logistik


DAFTAR SINGKATAN
TPS Tempat Pemungutan Suara
PEMILU Pemilihan Umum
PPS Panitia Pemungutan Suara
PPK Panitia Pemilihan Kecamatan
KPU Komisi Pemilihan Umum
PERPRES Peraturan Presiden
PPK Pejabat Pembuat Komitmen
POKJA Kelompok Kerja
COVID19 Corona Virus Disease 19
KPPS Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara
ASN Aparatur Sipil Negara
DARING Dalam Jaringan
TNI Tentara Nasional Indonesia
POLRES Kepoliasian Resort
UUD Undang Undang Dasar
NRI Negara Republik Indonesia
UU Undang Undang
DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
PERPPU Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang Undang

Daftar Singkatan xiii


PKPU Peraturan Komisi Pemilihan Umum
SK Surat Keputusan
APD Alat Pelindung Diri
RI Republik Indonesia
KWK Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah
PILKADA Pemilihan Kepala Daerah
SEKJEN Sekretaris Jenderal
CCTV Closed Circuit Television
DVR Digital Video Recorder
RAB Rencana Anggaran Belanja
KAK Kerangka Acuan Kerja
HPS Harga Perkiraan Sendiri
DKB Data Kebutuhan Barang
DPT Daftar Pemilih Tetap
RUP Rencana Umum Pengadaan
KPA Kuasa Pengguna Anggaran
ULP Unit Layanan Pengadaan
PA Pengguna Anggaran
LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
SPPBJ Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa

xiv Tata Kelola Logistik


SPK Surat Perjanjian Kerjasama
DPR Dewan Perwakilan Rakyat
SiRUP Sistem Informasi Rencana
Umum Pengadaan
LPSE Layanan Pengadaan Secara
Elektronik
SPSE Sistem Pengadaan Secara
Elektronik
BAST Berita Acara Serah Terima
SPP Surat Perintah Pengiriman
BAHP Berita Acara Hasil Pemeriksaan
FGD Focus Group Discussion
SOP Standar Operasional Prosedur
WITA Waktu Indonesia Tengah
AI Artificial Intelligence
IoT Internet of Things
WT Wearable Technology
AR Advanced Robotic
3DP 3D Printing
SIPOL Sistem Informasi Partai Politik
SIDALIH Sistem Informasi Data Pemilih
SITUNG Sistem Informasi
Penghitungan Suara

Daftar Singkatan xv
SILON Sistem Informasi Pencalonan
SITAP Sistem Informasi Tahapan
Pemilihan
JDIH Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum
SIDAKAM Sistem Informasi Dana Kampanye
SILOG Sistem Informasi Logistik
TARSIUS Sistem Informasi Monitoring dan
Evaluasi Distribusi Logistik
(Basis KPU Provinsi Sulawesi Utara)

BPPT Badan Pengkajian dan Penerapan


Teknologi
PPDP Petugas Pemutakhiran Data
Pemilih
UKPBJ Unit Kerja Pengadaan Barang/
Jasa
PARPOL Partai Politik

xvi Tata Kelola Logistik


BA
GIA
NI
PENDAHULUAN

17
S
etelah merampungkan seluruh persiapan H-1 pemungutan
suara pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan
Talaud tahun 2013 yaitu dengan melakukan rapat
pengecekan akhir dengan seluruh komisioner dan sekretariat
KPU Talaud, selanjutnya hendak kembali ke penginapan tempat
saya tinggal kurang lebih 14 hari terakhir oleh karena harus
mengambilalih pelaksanaan tugas KPU Kabupaten Kepulauan
Talaud yang diberhentikan oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara
Pemilu (DKPP), kira-kira pukul 21.00, saya menerima telepon
dari salah seorang anggota PPK di Kecamatan Beo Selatan yang
menginformasikan, bahwa kotak suara yang sudah tiba di salah
satu desa di Kecamatan tersebut, diduga telah dibuka oleh
PPS setempat. Tanpa berpikir panjang, saya atas persetujuan
komisioner yang lain langsung bergegas menuju ke desa tersebut
yang jaraknya kurang lebih 4 jam dari Melonguane ibukota
Kabupaten Talaud.
Sesampainya di desa tersebut, saya langsung menuju ke
tempat dimana logistik disimpan sebelum digunakan pada
esok harinya. Setibanya di tempat tersebut, saya memastikan
terlebih dahulu apakah benar terkait adanya laporan bahwa
kotak suara TPS di desa tersebut telah dibuka dan dilakukan
hal-hal yang tidak diperbolehkan oleh ketentuan yang ada.
Para petugas penyelenggara pemilihan di tempat itu, yaitu PPS
membantah informasi tersebut dan menyatakan bahwa hal itu
tidak benar. Syukurlah laporannya tidak benar, namun untuk
memastikan hal tersebut benar tidak terjadi, saya meminta
kotak suara yang berisi perlengkapan pemungutan suara untuk
dibuka dan disaksikan oleh pengawas pemilihan yang ada di
desa tersebut serta petugas keamanannya juga. Ketika kotak
suara dibuka, dilakukan pengecekan kembali isi kotak suara
tersebut, apakah isinya masih sesuai sebagaimana sebelum

2 Tata Kelola Logistik


dikirimkan logistik tersebut ke desa itu. Setelah dipastikan masih
sama, maka kotak suara ditutup kembali, dan disimpan. Semua
peristiwa tersebut dibuatkan berita acara sebagai pembuktian
telah dilaksanakan langkah-langkah untuk memastikan logistik
yang akan digunakan pada pemungutan suara besoknya sesuai
dengan ketentuan yang ada.
Logistik pemilihan (election materials) berkedudukan sebagai
media menjaga kedaulatan rakyat, karena logistik pemilihan
dijadikan media untuk mengonversi suara yang diberikan oleh
rakyat menjadi kursi yang memimpin pemerintahan maupun
parlemen. Misalnya surat suara yang digunakan dalam pemilihan
umum yang mana salah satu asas pelaksanaannya adalah rahasia.
Untuk melaksanakan asas rahasia tersebut, pemberian suara
oleh pemilih harus tertutup. Maka dibutuhkan surat suara,
karena tanpa surat suara, suara rakyat tidak dapat dikonversi.
Jika pun pemilihan dilakukan melalui e-voting misalnya, tetap
saja membutuhkan media elektronik sebagai pengganti surat
suara yang juga menjadi bagian dari election material dimaksud.
Pertanyaannya adalah, jika logistik tidak tersedia, bagaimana
pemilihan dilaksanakan? Tentu pemilihan tidak dapat dilaksanakan.
Hal ini misalnya terjadi masih di tempat yang sama yaitu di
Kabupaten Kepulauan Talaud pada pemilihan yang sama juga yaitu
di tahun 2013. Oleh karena salah satu calon di nyatakan tidak
memenuhi syarat sebagai peserta pemilihan, maka pendukung calon
tersebut melakukan upaya untuk menghalangi terselenggaranya
pemungutan suara di dua desa, yaitu di Desa Riung dan Riung
Utara. Cara mereka menghalangi adalah dengan menutup
jalan menuju dua desa tersebut sehingga logistik pemilihan
tidak bisa masuk. Upaya mereka berhasil, dua desa tersebut
akhirnya tidak dapat melaksanakan pemungutan suara di hari
yang ditentukan, dan harus ditunda oleh karena logistik yang

Pendahuluan 3
tidak tiba di tempat tujuannya.
Masalah-masalah pengelolaan logistik dapat saja muncul
oleh karena kelalaian atau keabaian dari penyelenggara sendiri,
namun ada juga yang dikontribusi oleh pihak eksternal. Misalnya
saja masih ada logistik digunakan sebagai alat untuk melakukan
tindakan curang dalam pemilu atau pemilihan kepala daerah,
yang mana segelintir orang secara sistematis menggunakan
surat suara yang tidak terpakai digunakan untuk calon tertentu,
dengan cara surat suara tersebut dicoblos dan dimasukkan ke
dalam kotak sebelum perhitungan suara dimulai.
Sementara itu, masalah akibat kelalaian internal atau oleh
penyelenggara sendiri dapat diakibatkan oleh banyak hal, misalnya
masalah keterlambatan distribusi logistik karena kurang baiknya
perencanaan yang dilakukan. Seperti pada pemilihan Bupati
dan wakil Bupati Sangihe tahun 2017, dimana harus dilakukan
pemungutan suara susulan untuk 12 TPS di satu kecamatan
oleh karena logistik di semua TPS tersebut terlambat tiba.
Pemungutan suara di satu kecamatan tersebut yaitu Kecamatan
Nusa Tabukan tidak dapat diselenggarakan serentak dengan
kecamatan-kecamatan yang lain karena sampai dengan hari
pemungutan suara logistik belum tiba di TPS. Keterlambatan
logistik terjadi oleh karena tidak matangnya perencanaan jalur
distribusi logistik yang disusun oleh penyelenggara.
Selain keterlambatan logistik yang memang pada akhirnya
berdampak pada ditundanya pelaksanaan pemungutan suara,
masalah lainnya terkait kelalaian penyelenggaran pemilihan
adalah misalnya kekurangan logistik. Betapa Kekurangan
logistik amat berimplikasi pada proses pemungutan suara
sehingga bisa berpotensi memunculkan asumsi ditengah
masyarakat terkait electoral fraud. Fabrice Lehoucq dalam

4 Tata Kelola Logistik


bukunya Electoral Fraud: Causes, Types, and Consequences
menyebutkan bahwa Electoral fraud atau biasa disebut dengan
kecurangan pemilu/pemilihan adalah upaya klandestin1
untuk membentuk hasil pemilu. Ini berimplikasi pada hasil
pemungutan suara yang dijalankan2. Singkatnya akibat dari
keterlambatan logistik, masyarakat dapat menuduh ada upaya
melakukan kecurangan oleh penyelenggara pemilihan yang
tentu saja berpotensi menurunkan public trust terhadap
penyelenggara.
Betapa penting dan strategisnya logistik pemilihan dalam
pelaksanaan pemilu atau pemilihan kepala daerah, karenanya
penatakelolaan logistik dalam pemilu atau pemilihan kepala
daerah menjadi salah satu core businness nya penyelenggara
pemilihan. Salah satu ukuran sukses atau tidaknya pemilu
atau pemilihan adalah keberhasilan menata kelola logistik
pemilihannya. Bahkan tidak sedikit penyelenggara pemilihan
yang pada akhirnya dinyatakan melanggar kode etik atau bahkan
berhadapan dengan ancaman pidana oleh karena melakukan
tindakan mis manajemen logistik.
Melihat betapa penting dan strategisnya manajemen

1 Klandestin adalah kegiatan yang dilakukan secara rahasia atau diam-di-


am dengan tujuan tertentu. Klandestin biasanya dilakukan dalam operasi
intelejen, perang atau kegiatan yang berbahaya dan berisiko lainnya. Un-
tuk dapat melakukan kegiatan klandestin dalam konteks operasi intelejen,
maka pelaku atau petugas perlu menguasai beberapa ketrampilan, antara
lain pengamatan dan penggambaran, penyamaran, penjejakan, percakapan
yang biasanya dilakukan dengan teknik elisitasi, dan penyurupan untuk
memasuki area sasaran. Penyamaran dan percakapan klandestin merupa-
kan beberapa hal yang sangat penting untuk dikuasai oleh petugas intelejen.
2 Lehoucq, F. (2003). Electoral fraud: Causes, Types, and Consequences.
Annual Review of Political Science, 6(1), 233–256.

Pendahuluan 5
logistik pada pemilu atau pemilihan kepala daerah, maka sudah
seharusnya para penyelenggara, pegiat pemilu maupun akademisi
yang concern terhadap kepemiluan untuk banyak melakukan
kajian, menelaah, serta menemukan konsep pengelolaan logistik
pemilihan yang lebih baik.
Buku-buku yang membahas tentang pengelolaan logistik
pemilihan harusnya semakin mewarnai literatur kepemiluan.
Saat ini literatur kepemiluan yang paling banyak ditemukan
adalah yang terkait dengan perilaku memilih, kampanye, registrasi
pemilih, kandidasi, dan lain sebagainya. Literatur tentang logistik
masih kurang ditemui.
Berbekal menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, para
penulis buku ini berupaya menguraikan melalui tulisan tentang
pengelolaan logistik dalam penyelenggaraan pemilihan kepala
daerah serentak tahun 2020.
Modal mengelola logistik yang berhasil pada pemilihan
serentak tahun 2020, para penulis mencoba melakukan lompatan
pemikiran tata kelola logistik ke depan yang bertransformasi.
Logistik yang ramah lingkungan, logistik yang lebih efisien dan
berbiaya murah, serta logistik yang lebih berkepastian.
Ke depan, tata kelola logistik harusnya tidak akan lagi bermasalah.
Karena tentu dari waktu ke waktu penyelenggaraan pemilu
atau pemilihan kepala daerah para penyelenggara maupun
para pemangku kepentingan telah banyak sekali mengenyam
pengalaman mengelola logistik pemilihan.
Baik menyangkut masalah yang dapat di perkirakan maupun
masalah yang muncul yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
seperti kondisi cuaca, geografis, maupun gangguan keamanan.

6 Tata Kelola Logistik


Manajemen Risiko untuk
Pengelolaan Logistik yang Berkepastian
Secara umum tata kelola logistik dilakukan untuk mewujudkan
logistik yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat
sasaran, tepat kualitas, dan efisien. Semua proses pengelolaan
logistik mulai dari perencanaan, pengadaan, produksi, distribusi,
sampai pada penggunaannya harus memenuhi prinsip-prinsip
tersebut. Jika tidak, maka berbagai potensi masalah akan muncul
sebagaimana yang diuraikan pada latar belakang di atas.
Logistik yang berkepastian menjadi kunci terwujudnya prinsip-
prinsip tersebut. Berkepastian secara kharafiah diartikan sebagai
sesuatu yang terjamin pelaksanaannya, bukan juga berarti tidak
akan pernah terjadi perubahan lagi. Namun berkepastian dalam
hal ini adalah, jikapun situasi menghendaki sebuah perubahan,
maka perubahan tersebut telah terencana. Dalam organisasi yang
modern dan pembelajar, perubahan bukanlah suatu kesalahan,
perubahan dapat saja terjadi di tengah langkah saat menuju
pada tujuan, namun perubahan tersebut sama sekali tidak
memengaruhi arah dan tujuan organisasi yang utama.
Dalam mengelola logistik pemilihan di Indonesia yang
merupakan negara maritim dimana terdiri dari banyak sekali
daerah kepulauan, menjadi potensi masalah terbesar adalah
kondisi alam dan geografis yang akan sangat memengaruhi
misalnya dalam melakukan distribusi logisitik. Bisa saja skema
awal atau perencanaan awal distribusi logistik berubah oleh
karena kondisi-kondisi alam dan geografis. Jika memang kondisi
negara Indonesia sudah seperti demikian maka seharusnya dalam
menyelenggarakan pemilu atau pemilihan sudah dapat di duga
risiko dari permasalahan-permasalahan yang berpotensi muncul.
Selain daripada itu memang penyelenggaraan pemilu atau

Pendahuluan 7
pemilihan selalu saja diperhadapkan dengan banyak persoalan
yang dilapisi dengan berbagai risiko.
Jika masalah-masalah itu benar-benar terjadi, dan tidak
dipersiapkan strategi untuk menghadapinya maka konsekunsinya
dapat menjadi sangat serius. Yang menjadi pertanyaan adalah,
apakah penyelenggara pemilu sejak awal telah menyusun strategi
mengatasi permasalahan tersebut jika benar muncul? Karena
jikapun masalah-masalah tersebut benar muncul paling tidak
dampak dari permasalahan tersebut telah diminimalisasi. Inilah
yang disebut dengan manajemen risiko. Manajemen risiko telah
banyak diakui oleh berbagai profesi untuk menangani tugas-tugas
yang kompleks. Dalam hal menghadapi kompleksitas permasalahan
penyelenggaraan pemilu terlebih khusus pengelolaan logisitik
maka perlu dilakukan pelembagaan manajemen risiko dalam
pemilu khususnya dalam pengelolaan logisitik sebagaimana
fokus bahasan buku ini.
Manajemen risiko, didefiniskan sebagai kebijakan, prosedur
dan praktik yang terlibat dalam identifikasi, analisis, penilaian,
pengendalian dan penghindaran, minimalisasi atau penghilangan
risiko yang tidak dapat diterima3. Terdapat banyak definisi risiko.
Penyebutan yang umum berhubungan dengan kemungkinan
adanya ancaman dan bahaya yang dapat dicegah atau dikurang.
Definisi manajemen risiko biasanya merujuk pada proses-
proses untuk mengidentifikasi dan menganalisis ancaman-
ancaman untuk mengambil tindakan pencegahan dan mitigasi.
Secara khusus dalam hal penyelenggaraan pemilu, Sead Alihodžić
dalam buku Manajemen Risiko dalam Pemilu menjelaskan

3 Kildow A. B., A Supply Chain Management Guide to Business Continuity


[Panduan Manajemen Rantai Pasokan untuk Keberlangsungan Bisnis] (New
York: AMACOM, 2011) hal. 31

8 Tata Kelola Logistik


bahwa manajemen risiko pemilu merupakan upaya sistematis
yang dilakukan untuk mengembangkan pengetahuan tentang
dan kesadaran situasional akan risiko internal maupun eksternal
terhadap proses pemilu, untuk memulai tindakan pencegahan
dan mitigasi yang tepat waktu4.
Tindakan pencegahan dan mitigasi terhadap potensi
masalah pengelolaan logistik pemilihan harus dilakukan
secara sistematis sehingga risiko yang berpotensi terjadi jika
masalah pengelolaan logistik muncul dapat diatasi atau paling
tidak dampak buruknya dapat diminimalisasi. Pada pemilihan
kepala daerah serentak tahun 2020 di provinsi Sulawesi Utara,
merefleksi pada pemilihan-pemilihan sebelumnya dimana sering
terjadi keterlambatan pengiriman logistik yang diakibatkan
oleh karena kondisi cuaca yang bisa menjadi sangat ekstrim
pada waktu-waktu tertentu terutama di wilayah kepulauan,
maka seluruh produksi logistik diprioritaskan untuk wilayah
di bagian kepulauan.
Ada tiga daerah kepulauan di Sulawesi Utara, dan dua daerah
diantaranya memiliki wilayah yang berbatasan dengan negara
Filipina atau menjadi wilayah pulau terluar di negara kesatuan
Republik Indonesia, yaitu pulau Miangas di Kabupaten Kepulauan
Talaud, dan Pulau Marore di Kabupaten Kepulauan Sangihe.
Kapal laut adalah satu-satunya sarana transportasi untuk menuju
pada pulau-pulau tersebut. Tentu sarana transportasi laut akan
sangat bergantung pada kondisi cuaca untuk bisa dioperasikan.
Pada waktu tertentu cuaca di dua pulau tersebut tidak dapat
diakses oleh karena tinggi gelombang bisa mencapai 6-7 meter.

4 Sead Alihodžić, Manajemen Risikio dalam Pemilu: Makalah Kebijakan


no. 14, International IDEA, 2016, hal. 11

Pendahuluan 9
Oleh karena kondisi ini telah sering terjadi, apalagi di saat musim
curah hujan yang tinggi yaitu memasuki bulan Desember, yang
mana pemilihan serentak tahun 2020 dilaksanakan pada bulan
Desember, maka sejak awal KPU Sulawesi Utara telah menyusun
perencanaan distribusi logistik dengan daerah prioritas satu adalah
tiga Kabupaten di wilayah kepulauan. Hal ini berhasil dilakukan,
karena walaupun kondisi cuaca ekstrim akhirnya benar terjadi
pada saat distribusi logistik dimulai, namun untuk tiga daerah
Kabupaten di kepulauan tersebut tidak ada satupun logistik yang
terlambat tiba di tempat pemungutan suara. Bahkan sejak tiga
hari sebelum pemungutan suara berlangsung, logistik di Pulau
Miangas dan Pulau Marore telah tiba, sehingga pemilih yang
tinggal di pulau terluar, di wilayah paling ujung utara Indonesia,
dapat menggunakan hak pilihnya serentak bersamaan dengan
pemilih di Kota Manado di ibukota Provinsi Sulawesi Utara.

Logistik yang Efisien dan Berbiaya Murah


Dalam berbagai kesempatan, Arif Budiman5 selalu menyebut
bahwa ia memiliki sebuah pemikiran di masa yang akang datang
biaya pemilu atau pemilihan kepala daerah akan lebih murah.
Keinginan ini harus disambut oleh semua pihak yang terkait
di dalamnya. Baik pemerintah, penyelenggara, masyarakat
sipil, penggiat pemilu, para akademisi, dan seluruh pemangku
kepentingan dalam pemilu harus terus melakukan kajian-kajian
untuk menjadikan pemilu lebih murah dari yang sekarang ini.
Salah satu kajian yang dapat didorong guna mewujudkan
keinginan tersebut adalah bagaimana menyediakan logistik

5 Ketua KPU RI periode 2017-2022

10 Tata Kelola Logistik


pemilihan yang efisien. Menyediakan logistik pemilihan adalah
salah satu dari kegiatan pemilu atau pemilihan kepala daerah
yang membutuhkan pembiayaan yang tidak sedikit. Apalagi
untuk pemilu atau pemilihan kepala daerah di Indonesia yang
memiliki ciri khas, antara lain adalah pelaksanaan yang dilakukan
serentak dalam satu hari di seluruh wilayah, terdiri dari banyak
sekali tempat pemungutan suara, serta dilaksanakan di wilayah
negara Kesatuan Republik Indonesia yang adalah negara kepulauan
yang sangat beragam kondisi geografisnya. Namun demikian,
efisiensi terhadap pengelolaan logistik tetap harus diupayakan
secara serius.
Secara teoritis, efisiensi merupakan salah satu parameter
kinerja sebagai salah satu indikator yang mendasari seluruh
kinerja sebuah organisasi. Kemampuan menghasilkan output
yang maksimal dengan input yang ada merupakan ukuran efisiensi
kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan,
organisasi dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan
tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada,
atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat
output tertentu. Intinya, efisiensi secara tradisional didefinisikan
sebagai kemampuan organisasi untuk menghasilkan output
tertentu dengan menggunakan input dalam porsi seminimum
mungkin, sehingga efisiensi merupakan tingkat output dibagi
dengan tingkat inputnya.
Pengukuran efisiensi modern mulai dikenalkan oleh Farrel
yang membagi tingkat efisiensi ke dalam kedua kategori yakni
technical efficiency (efisiensi teknis) yakni kemampuan organisasi
menghasilkan output maksimal sesuai dengan tingkat input
yang digunakan, serta allocative efficiency (efisiensi alokasi)
yakni kemampuan organisasi dalam menggunakan input secara
optimal sesuai dengan biaya input tersebut. Input dalam konteks

Pendahuluan 11
kedua kategori tersebut terutama dalam bentuk sumber daya
manusia dan sumber anggaran6
Secara sederhana, agar dapat efisien, logistik pemilihan
harus tepat jumlah, tepat waktu, tepat kualitas, dan hemat
anggaran7. Namun upaya menyeluruh yang dapat dilakukan
oleh penyelenggara sendiri adalah melalui efisiensi dalam
keseluruhan proses pengelolaan logistik, mulai dari perencanaannya,
pengadaannya, serta penyiapan dan distribusinya. Pertama,
dengan cara melakukan perencanaan kebutuhan logistik yang
efisien, kedua adalah melakukan efisiensi pada proses pengadaan,
dan ketiga adalah dengan menggunakan logistik pemilihan
secara efisien.
Kebutuhan logistik pemilihan sangat tergantung dari
perencanannya. Perencanaan yang berorientasi pada tepat
jumlah, tepat jenis, dan tepat waktu akan sangat berpengaruh
terhadap efisiensi kebutuhan logistik. Menjadi permasalahan
yang masih saja terjadi adalah perencanaan logistik yang
kurang efisien, misalnya waktu pengadaan yang sangat singkat
sehingga harga produksi menjadi lebih mahal. Juga masih ada
saja perencanaan kebutuhan yang tidak tepat dari sisi jumlah
dan jenis, sehingga harus dilakukan pengadaan kembali atau
harus diganti barang yang telah tersedia.
Efisiensi perencanaan logistik pemilihan juga sangat bergantung
dari kepastian hukum pelaksanaan tahapan-tahapan lainnya,

6 Hanafi, Syafik Mahmadah. (2008). Analisis Efisiensi Bank Umum Syari-


ah di Indonesia”. Tesis Magister Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Yogyakarta
7 Azizah, Nur., Ariyani., Rina dan Susilo, Eko Budi, Modul Pembelajaran
Manajemen Logistik Pemilu Kurikulum Program S2 Konsentrasi Tata Kelo-
la Pemilu, Konsorsium Pendidikan Tinggi Tata Kelola Pemilu Indonesia.

12 Tata Kelola Logistik


misalnya tahapan pemutahiran daftar pemilih yang bisa mengalami
keterlambatan penetapan oleh karena harus diselesaikan terlebih
dahulu catatan-catatan dari pihak lain. Atau tahapan pencalonan
yang mengalami perubahan oleh karena sengketa berkepanjangan
yang kemudian baru berkekuatan hukum tetap sementara surat
suara sudah dicetak. Kondisi-kondisi tersebut berakibat pada
terjadinya perubahan pada perencanaan kebutuhan logistik
yang kemudian berkensekuensi terhadap efisiensi yang dicita-
citakan tadi.
Hal ini memberikan penegasan bahwa perencanaan logistik
sangat penting dilakukan, karena hambatan-hambatan seperti
diatas sangat mungkin terjadi dalam pemilu atau pemilihan
kepala daerah. Perencanaan yang baik juga dapat menjadi
cara melakukan estimasi terhadap hambatan-hambatan yang
berpotensi terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan logistik
pemilihan.
Langkah berikutnya untuk melakukan efisiensi pengelolaan
logistik adalah pada proses pengadaannya. Kegiatan pengadaan
menjadi aktifitas yang paling menentukan dalam rangkaian
manajemen logistik, terkhusus tentu dalam bahasan terkait
melakukan efisiensi. Fungsi pengadaan ini pada hakikatnya
merupakan serangkaian kegiatan untuk menyediakan logistik
sesuai dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis, spesifikasi,
jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Peraturan Presiden nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana yang telah diubah
dengan Peraturan Presiden 12 tahun 2021 tentang Perubahan
atas Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, mengatur bahwa pengadaan barang/jasa menerapkan

Pendahuluan 13
prinsip-prinsip, antara lain efisien, efektif, transparan, terbuka,
bersaing, adil, dan akuntabel. Prinsip efisien adalah prinsip utama
yang harus diterapkan dalam setiap pengadaan barang/jasa oleh
pemerintah.8 Efisien maksudnya adalah pengadaan barang/jasa
harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya seminimal
mungkin untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu
sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sejalan dengan hal tersebut, efisiensi pengadaan logistik
pemilihan harus menjadi perhatian, tentu selain enam prinsip
lainnya sebagai mana ketentuan dalam Peraturan Presiden tersebut
di atas. Efisiensi pengadaan logistik sebagaimana pengadaan barang
dan jasa lainnya adalah dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Antara lain melalui penerapan e-procurement. Impelementasi
e-procurement memiliki beragam manfaat diantaranya untuk
menghemat keuangan negara, mendapatkan penawaran yang
lebih banyak dan kompetitif, mempermudah proses administrasi,
mempermudah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kelompok
Kerja (Pokja) dalam mempertanggungjawabkan proses pengadaan
barang/jasa yang telah dilakukan. E-procurement juga mendorong
terciptanya persaingan usaha yang sehat, perluasan peluang usaha,
terbukanya kesempatan pelaku usaha untuk mengikuti tender,
serta mengurangi biaya peserta tender dalam keikutsertaannya
pada proses tender karena bisa dilakukan di mana saja dan
kapan saja.
Dalam pengadaan logistik pemilihan, upaya yang dilakukan
oleh KPU untuk melakukan efisiensi terus dilakukan, dan salah

8 Pasal 6 Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemer-


intah telah diubah dengan Perpres 12 tahun 2021 tentang Perubahan atas
Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

14 Tata Kelola Logistik


satunya melalui pengadaan dengan metode katalog elektronik.
Katalog elektronik adalah sistem informasi elektronik yang memuat
daftar, merek, jenis, spesifikasi teknis, harga, dan jumlah ketersediaan
barang/jasa tertentu dari berbagai penyedia. Mengapa harus
menggunakan e-katalog sehubungan dengan efisiensi? Pengadaan
barang/jasa dengan metode e-katalog sudah pasti akan lebih
menghemat sumber daya, baik manusia, waktu, dan biaya. Harga
barang/jasa dan spesifikasi teknisnya juga lebih transparan dan
bisa diakses oleh siapa saja.
Dari pemilihan kepala daerah ke pemilihan kepala daerah,
jumlah item barang logistik yang diadakan melalui katalog
elektronik terus bertambah. Pemilihan serentak tahun 2017
saat pengadaan melalui e-katalog mulai tersedia, sudah 5
(lima) item logistik yg diadakan melalui e-katalog. Pemilihan
2018 menjadi 9 item, dan pemilihan serentak tahun 2020
terakhir sudah ada 11 item logistik. Hal ini menunjukkan
upaya yang sungguh-sungguh dari KPU untuk terus melakukan
efisiensi pengadaan logistik pemilihan. Semakin banyak item
logistik yang diadakan melalui metode katalog elektronik
akan semakin efisien pengadaannya baik dari aspek waktu
maupun biaya.
Setelah logistik diadakan, langkah selanjutnya adalah di
persiapkan untuk didistribusikan ke tempat-tempat pemungutan
suara. Pada proses ini, efisiensi juga harus dilakukan. Dengan
kondisi geografis yang sangat beragam, maka dalam melakukan
penyiapan dan pendistribusian logistik pemilihan harus sangat
terukur dan sedapat mungkin menghindari kesalahan yang
dilakukan oleh penyelenggara misalnya kekurangan jenis dan
jumlah logistik yang dikirimkan, atau kesalahan tujuan pengiriman
logistik, dan lain sebagainya. Selain kesalahan-kesalahan tersebut
yang harus dihindari, ada faktor iklim dan cuaca yang juga harus

Pendahuluan 15
menjadi pertimbangkan dalam pendistribusian logistik. Adanya
wilayah yang sulit dijangkau mengharuskan penyelenggara untuk
menyusun daerah prioritas dalam jalur distribusi bagi daerah-
daerah yang sulit dijangkau tersebut. Sarana yang digunakan
dalam pendistribusian logistik juga harus di pilih secara tepat
dengan berbagai pertimbangan terutama untuk daya jangkau
yang berhubungan dengan jenis armadanya, serta keluasan dan
karakter wilayah yang berhubungan dengan jumlah armada.
Aktifitas-aktifitas pengelolaan logistik tersebut jika di
dilaksanakan dengan baik maka akan mendorong terwujudnya
efisiensi. Dan jika hal-hal tersebut terus dijadikan perhatian oleh
para penyelenggara, maka keinginan yang dilontarkan oleh Arif
Budiman di atas menjadi semakin dekat dengan kenyataan.

Logistik Pemilihan di Masa yang Akan Datang


Pemilu dan pemilihan kepala daerah akan terus berlangsung
karena sampai saat ini berdemokrasi adalah pilihan utama
masyarakat dunia menuju pada kesejahteraannya, sementara
pemilu atau pemilihan kepala daerah adalah wujud dari demokrasi
itu sendiri. Seiring dengan waktu rekayasa elektoral (electoral
enginnering) terus dilakukan untuk menciptakan pemilihan
yang terus menjadi lebih baik. Bagi para perekayasa di waktu
lalu, mereka telah merekayasa sehingga pemilihan di masa
sekarang lebih baik dari pemilihan di masa lalu. Maka bagi kita
perekayasa di masa sekarang, punya tanggung jawab moral untuk
merekayasa pemilihan berdasar evaluasi penyelenggaraannya
saat ini untuk pemilihan di masa yang akan datang yang lebih
baik lagi.

16 Tata Kelola Logistik


Demikian juga dalam hal logistik pemilihan, semua kita yang
telah menyelenggarakan pemilihan di masa sekarang, berbekal
pengalaman dan evaluasi yang kita lakukan terhadap pemilihan
yang kita selenggarakan, maka kita harus memikirkan bagaimana
logistik pemilihan di masa yang akan datang agar lebih baik
dari sekarang, baik dari sisi jenisnya, pengelolaannya, maupun
pemanfaatannya.
Bagaimana logistik pada pemilihan di masa yang akan datang?
Logistik memang sangat bergantung dari teknis pemilihan
yang digunakan. Namun, apapun model teknis pemilihan yang
digunakan di masa yang akan datang, jenis maupun pengelolaan
logistik harus terus diupayakan lebih baik dari masa sekarang.
Inovasi harus terus dilakukan untuk menuju pada logistik
pemilihan yang lebih baik pada masa yang akan datang, mulai
dari perencanaan, pengadaan, produksi, pengepakan, distribusi,
penggunaan, dan penyimpanan logistik yang telah digunakan.
Di dalam setiap aspek pengelolaan logistik tersebut harus terus
dilakukan langkah-langkah pembaruan. Van de Ven, Andrew
H., mengatakan bahwa inovasi adalah pengembangan dan
implementasi gagasan-gagasan baru oleh orang dalam jangka
waktu tertentu yang dilakukan dengan berbagai aktivitas transaksi
di dalam tatanan organisasi tertentu. Gagasan-gagasan baru
terkait tata kelola logistik yang bertujuan untuk perbaikan-
perbaikan menuju pada kesempurnaan harus terus dimunculkan.
Kita mungkin masih ingat adanya isu hoax tercoblosnya 7
(tujuh) kontainer surat suara pada pemilu tahun 2019 lalu yang
cukup menggemparkan. Informasi hoaks tersebut tersebar
secara masif, padahal pada saat itu proses pengadaan surat
suara Pemilu 2019 masih dalam tahap lelang dan karenanya
surat suara Pemilu 2019 belum dicetak.

Pendahuluan 17
Isu-isu hoax seperti ini sangat merepotkan pihak penyelenggara,
yang semestinya tidak terjadi. Hal ini diperparah dengan literasi
masyarakat Indonesia yang masih sangat lemah. Untuk mengatasi
hal tersebut agar di masa depan tidak terjadi lagi, maka dibutuhkan
strategi untuk meningkatkan transparansi dan keterbukaan
informasi publik. Sekecil apapun informasi harus disampaikan
kepada publik.
Pada pemilihan di masa yang akan datang, membangun
sistem informasi yang andal menjadi pilihan wajib, seiring
dengan kebutuhan masyarakat terhadap informasi yang cepat.
Sistem informasi tentang pengelolaan logistik sangat baik dan
efektif dalam membantu keterbukaan infomasi publik.
Menu yang disajikan harus bersifat informatif dan
komprehensif. Semisal, dengan adanya menu perusahaan
pemenang tender di setiap jenis barang dan membuka secara
transparan peta distribusi logistik disertai dengan jadwal
produksi hingga distribusi.
Selain itu, penting juga terintegrasi antara penyelenggara
(KPU) dengan perusahaan pemenang tender. Tujuannya agar
memudahkan pengawasan logistik seperti berapa jumlah yang
sudah dan belum diproduksi, apa kendala pada proses produksi
dan distribusi, apakah sudah sesuai spesifikasi atau belum,
bagaimana pengelolaannya dan lain sebagainya. Jika hal-hal
ini terpenuhi maka tentu sangat mudah menangkal isu hoax
seperti yang terjadi pada pemilu 2019 lalu.
Pemilihan serentak tahun 2020, KPU Sulawesi Utara telah
mulai mengembangkan sistem informasi sebagaimana menjadi
kebutuhan yang selaras dengan gagasan di atas. Ke depan,
sistem informasi pengelolaan logistik seperti yang dimiliki oleh

18 Tata Kelola Logistik


KPU Sulawesi Utara yang diberi nama Tarsius9, harus terus
dikembangkan sehingga semakin andal dan secara komprehensif
menghadirkan jawaban atas kebutuhan semua pemangku
kepentingan atas keinginan mereka untuk pemilihan di masa
yang akan datang yang lebih baik.

Metode Kajian/Penulisan
Buku ini disusun di akhir tahapan pelaksanaan pemilihan
kepala daerah serentak di Sulawesi Utara. Berdasarkan hasil
evaluasi dari pengelolaan logistik pada pemilihan kepala daerah
serentak tahun 2020 di Sulawesi Utara, penulis ingin memberikan
sumbangsih pemikiran untuk pengelolaan logositik pada pemilihan
yang akan datang yang lebih baik. Pada bagian pertama, penulis
memberikan uraian tentang problematika pengelolaan logistik
dan posisi strategisnya dalam penyelenggaraan pemilihan kepala

9 Tarsius adalah Sistem informasi pengelolaan logistik yang diluncurkan


oleh KPU Sulawesi Utara dalam pemilihan Gubernur dan wakil gubernur
tahun 2020. Nama Tarsius diambil dari salah satu hewan khas yang ada di
Sulawesi Utara yaitu primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari
famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes.
Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, akan tetapi
semua spesies yang hidup sekarang jumlahnya terbatas dan ditemukan di
pulau-pulau di Asia Tenggara. Dalam sistem informasi tarsius ini, menya
jikan informasi mulai dari pengadaan sampai pendistribusian logisitik di
wilayah Sulawesi Utara. Pada proses pengadaannya dapat dilihat perusahan
yang memproduksi logistik, progres produksi yang dilakukan di pabrik,
distribusi dari pabrik ke gudang KPU, jumlah logisitik yang diterima di gu-
dang KPU, berapa jumlah kekurangan, berapa jumlah rusak dan tidak lay-
ak pakai, berapa jumlah permintaan barang yang rusak, distribusi logistik
ke TPS, dan lain sebagainya. Untuk lebih detail dapat mengunjungi website
tarsius secara langsung di https://tarsius.kpu-sulutprov.go.id/public/

Pendahuluan 19
daerah. Pada bagian ini juga penulis menyajikan isue-isue
strategis terkait pengelolaan logistik pemilihan, yaitu logisitik
yang berkepastian, logistik yang efisisen dan murah, serta
logistik untuk pemilu di masa yang akan datang.
Pada bagian kedua, secara umum diuraikan tentang konsep
dan regulasi logistik pemilihan kepala daerah. Hal ini penting
untuk membingkai pemahaman dari para pembaca tentang
apa sebenarnya yang dimaksud dengan logistik, selanjutnya
tentu logisitik dalam pemilihan. Pada bagian ini juga diuraikan
regulasi-regulasi yang digunakan dalam pengelolaan logistik
pada pemilihan kepala daerah serentak tahun 2020.
Pada bagian ketiga diberi judul manajemen logistik pemilihan.
Secara berurutan dibahas bagaimana siklus pengelolaan logistik
pemilihan. Dimulai dari perencanaan sampai pada pemeliharaan
dan penyimpanannya.
Bagian keempat, para penulis menunjukkan bahwa pengelolaan
logistik dalam pemilihan kepala daerah harus dengan upaya-
upaya inovasi sehingga terpenuhi lebih maksimal target-target
pengelolaan yang ditetapkan. Pada bagian ini juga di uraikan
tentang bagaimana cita-cita pengelolaan logistik di masa yang
akan datang. Baik dari sudut pandang para penulis sendiri
maupun menurut hasil survei sederhana maupun fokus group
discussion yang dilakukan dalam rangka penulisan buku ini.
Dalam buku ini juga ditambahkan suplemen yang berisi
testimoni dari beberapa penyelenggara pemilihan di Kabupaten/
Kota terkait dengan pengelolaan logistik pada pemilihan serentak
2020. Selain itu, secara khusus akan diuraikan tentang pengelolaan
logistik di masa pandemi covid 19. Hal ini menjadi bahasan
yang sangat menarik karena pemilihan serentak tahun 2020

20 Tata Kelola Logistik


adalah pemilihan yang dilaksanakan pada saat pandemi covid
19 masih sementara berlangsung. Semua pihak yang memangku
kepentingan dalam penyelenggaraan pemilihan sama sekali
belum mempunyai pengalaman terkait dengan itu. Selain itu,
mengelola logistik di masa pandemi menambah besar tingkat
kerumitan. Ini menarik untuk diceritakan kepada para pembaca.

Pendahuluan 21
Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik
Lilik Mahmudah
(Ketua KPU Bolaang Mongondow)

Dalam perhelatan Pemilihan


Umum, setiap satker mengetahui tugas
dan wewenang akhir dari pelaksanaan
tahapan yaitu menyediakan logistik
Pemilu. Logistik adalah puncak faktor
terpenting. Bagaimana tidak? Kalau
diibaratkan keberadaan logistik adalah sebagai urat nadi, apalah
sebuah jantung kalau tidak bernadi, penentu dalam keberhasilan
Pemilu. Jika saja semua proses tahapan terlaksana dengan rapi
tetapi logistik tidak tersusun, tidak tersedia sesuai kebutuhan,
tentu saja tidak akan terlaksana pemungutan suara. Namun
begitu, tentu saja dibarengi dengan kesiapan dan profesionalitas
penyelenggara dengan menyiapkan sarana dan prasarananya.
Kata kunci yang harus diwujudkan pada tahapan ini adalah
soliditas kelembangaan, mulai dari KPU sampai di KPPS.
Logistik pemilu adalah perlengkapan penyelenggaraan yang
berfungsi sebagai sarana konversi suara yang wajib diadakan dalam
setiap penyelenggaraan pemilu. Tentu dengan memedomani
prinsip tujuan logistik yaitu tepat jumlah, tepat jenis, tepat
sasaran, tepat waktu, tepat kualitas dan efisiensi penyediaan.
Dengan begitu pemilu berintegritas dan memiliki legitimasi kuat
dalam pelaksanaannya. Selanjutnya secara administrasi urusan
logistik diadakan secara berjenjang dari KPU RI ke bawah, dan
pengelolaannya semua ada di tingkat kabupaten/kota. Bolaang
Mongondow, kabupaten ketiga dengan pemilih terbesar setelah
Kota Manado dan Kabupaten Minahasa, dalam menyiapkan logistik

22 Tata Kelola Logistik


22 Tata Kelola Logistik
tentu saja memiliki strategi tersendiri dan memerlukan kesiapan
yang tidak biasa jika dibandingkan kabupaten atau kota lainnya
di Sulawesi Utara. Apa sebab? Meskipun Bolaang Mongondow di
wilayah daratan bukan kepulauan, tetapi jarak antar kecamatan
berjauhan. Juga memiliki beberapa desa terjauh yang hampir
tidak layak lagi disebut sebuah desa. Pengelompokan wilayah
ini bukan karena adanya diskriminasi tetapi memang begitulah
kondisi real wilayah Bolaang Mongondow.
Dibagi dalam wilayah pantai yaitu kecamatan-kecamatan yang
berada di jalur pesisir pantai utara (pantura). Yang secara geografis
kecamatan-kecamatan di pantura hampir semuanya terjangkau,
meskipun ada satu desa terjauh di salah satu kecamataan tetapi
transportasi menuju lokasi cukup memadai. Kedua, bagian daratan
Dumoga yaitu ada lima kecamatan yang semuanya meskipun
jauh bisa ditempuh dengan satu alat transportasi. Di sebelah
daratan Dumoga ada satu kecamatan yang berbatasan dengan
kabupaten lain. Dan selanjutnya wilayah lereng gunung yang
terdapat tiga kecamatan. Maka, dengan kondisi wilayah yang
berbeda tentu saja ada kiat untuk mengatur semuanya.
Secara sekilas bisa disampaikan kondisi personil sekretariat
KPU Bolaang Mongondow sangat sedikit, sementara volume
pekerjaan sangat banyak. Khusus untuk tim logistik kalau dihitung
tidak cukup 10 (sepuluh) orang, itupun hanya ada 1 (satu) ASN
yang ditunjuk sebagai operator Silog. Yang bertugas melaporkan
seluruh aktivitas penerimaan dan pendistribusian, dan jika ada
kekurangan. Dengan keterbatasan personil tim, mengantisipasinya
tidak sekedar menambahkan dengan merekrut tenaga pendukung
saja. Yang paling utama adalah bagaimana mengatur dengan
personil yang terbatas menjadi sebuah tim yang bisa menjalankan
seluruh pekerjaan. Kalau mengikuti aturan apapun tahapan
yang sedang berjalan, maka wajib semua tanpa terkecuali ikut

23
Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik 23
bekerja. Tetapi, secara realitas sangat tidak mungkin dilakukan.
Mengapa? Karena antara tahapan divisi satu dengan divisi
lainnya saling beririsan. Hal inilah yang menyebabkan seringkali
terjadi keluhan dengan minimnya tim kerja. Akhirnya, apapun
tahapan yang sedang dilaksanakan itulah yang diselesaikan.
Dan berapapun personil tim yang ada tidak perlu dipersoalkan.
Nah, tantangan-tantangan inilah yang justru membuat terpacu
semangat. Yah, rasanya akan sangat bangga jika sedikit orang
tetapi mampu merampungkan semua.
Awal dari keberhasilan pekerjaan tim logistik adalah bagaimana
menyamakan persepsi, menyatukan pemahaman, bagaimana
seharusnya memperlakukan logistik sejak penerimaan, pengelolaan
sampai mendistribusikannya. Tentu saja, dalam rangkaian
pengelolaan logistik ini soliditas hal yang semestinya dijaga.
Tentu saja pilihannya adalah rapat tim. Dengan melakukan
rapat internal secara kontinyu, akan tersusun jadwal pekerjaan,
pembagian tugas dan evaluasi setiap kali menyelesaikan pekerjaan.
Dilaksanakan se-enjoy mungkin. Menikmati keterbatasan dengan
kebersamaan.
Ini terlihat langsung ketika masing-masing personil tim secara
kesadaran memilih sendiri bagian-bagian pekerjaan yang dirasa
mampu dengan segera diselesaikan. Tim laki-laki misalnya,
dengan tidak bermaksud meremehkan tim perempuan apalagi
sampai ada arah bias gender, mereka dengan sigap merakit kotak
suara tanpa meminta tim perempuan terlibat. Sebaliknya, tim
perempuan sadar betul jika yang bekerja di tim logistik tidak
melulu mengandalkan kekuatan fisik, tetapi juga memerlukan
ketelitian. Maka, dengan otomatis merekalah yang menangani
bagian-bagian penyortiran perlengkapan-perlengkapan TPS.
Kombinasi indah selalu manis hasilnya.
Memang secara alur pekerjaan mereka sudah terbiasa melakukan

24 Tata Kelola Logistik


24 Tata Kelola Logistik
pekerjaan logistik. Itulah yang menyebabkan mereka percaya diri
dalam kondisi yang serba terbatas personil. Mereka mengetahui
dan sudah bisa memprediksi sendiri jika satu pekerjaan dalam
logistik yang tidak dilaksanakan maka akibatnya akan fatal di hari
pemungutan. Sehingga setiap kali rapat, dengan tetap dilakukan
pengecekan hasil kerja tiap personil, juga langsung dievalusi
secara keseluruhan. Memberikan info deadline pekerjaan, agar
tidak melewati tahapan. Dan secara kontinyu menyampaikan
perkembangan regulasi.
Penerimaan dan Pengelolaan Logistik
Merunut lagi pekerjaan logistik pemilu di Bolaang Mongondow,
jelas akan sangat panjang jika semua disampaikan di tulisan
ini. Berbagai suka dan duka yang dilalui sangat kompleks, tak
henti-henti problemnya tetapi situasi pekerjaan paling spesial
yang pernah terjadi dalam sejarah pemilu di Indonesia.
Secara umum, pelaksanaan penerimaan logistik lancar. Seperti
biasa rutinitas awal pada tahapan penerimaan logistik adalah
sebelum masuknya kotak suara dan bilik suara, menyiapkan
gudang logistik dengan memasang palet/alas lantai. Hal ini
dilakukan agar terjaga sirkulasi udara di lantai sehingga uap
lantai tidak langsung menembus kotak dan bilik suara yang
berbahan karton. Selain itu jarak antara kedatangan kotak dan
bilik suara dengan kelengkapan pemungutan suara agak jauh
rentang waktunya, maka antisipasi kemungkinan buruk rusaknya
kotak dan bilik suara benar-benar harus dilakukan.
Bagaimana kelengkapan TPS disiapkan oleh kabupaten/
kota? Sesuai kewenangan pengadaan kelengkapan TPS ada di
masing-masing kabupaten/kota. Sehingga dengan disesuaikan
tahapan tidak perlu menunggu distribusi dari provinsi. Ini akan
lebih mudah dalam hal pengelolaan. Sambil terus menunggu

25
Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik 25
distribusi logistik lainnya, waktu senggang digunakan untuk
menyortir kelengkapan TPS. Seperti menyiapkan alat coblos
dan alasnya, spidol, lem, karet, dan kelengkapan lainnya.
Hal yang ditunggu adalah kedatangan surat suara. Suasana
dimana seluruh tim logistik bisa berkumpul bersama-sama.
Ramai-ramai menyelesaikan satu pekerjaan, sambil berlomba
siapa yang paling banyak mampu melipat. Biasanya diantara
tim logistik ada yang dinobatkan sebagai kepala gudang, karena
dianggap paling cakap diantara personil tim lainnya. Maka
ketika sudah tiba jadwal penyortiran dan pelipatan surat suara,
dengan dipandu Kasubag Logistik membuat tata tertib. Sehingga
dengan adanya tata tertib diharapkan pekerjaan bisa selesai
tepat waktu. Balik lagi dengan keterbatasan personil, kali ini
dalam penyortiran dan pelipatan surat suara menambah orang
dari luar kantor. Dengan harapan kerja lebih maksimal dan
cepat selesai.
Proses penerimaan surat suara hingga sampai ke gudang
tergolong panjang prosedurnya. Setiap kabupaten/kota menjemput
langsung ke pelabuhan Bitung dengan dikawal pengamanan
ketat. Itupun setibanya di pelabuhan bukan langsung mengambil
begitu saja tetapi masih dipastikan jumlah kardus dengan
jumlah permintaan yang diajukan. Ini dimaksudkan menghindari
kesalahan jumlah penerimaan dan memastikan surat suara
benar- benar sesuai kabupaten/kota. Jangan sampai kabupaten
A menerima kardus surat suara milik kabupaten C. Belum lagi
antrian transportasi yang digunakan untuk memuat tidak bisa
sembarang masuk parkir. Harus sesuai panggilan kontainer yang
didalamnya memuat surat suara kabupaten/kota. Yang paling
seru ketika kardus surat suara tidak dalam satu kontainer yang
sama, bisa dibayangkan itu artinya masih harus menunggu
giliran antri lagi. Rasanya ingin cepat sampai apa daya logistik

26 Tata Kelola Logistik


26 Tata Kelola Logistik
masih harus dinanti.
Jenis logistik yang belakangan masuk ke gudang sebelum
packing logistik adalah jenis formulir-formulir. Jumlahnya tak
kalah banyak dengan surat suara. Langkah yang biasanya diambil
adalah terjadi pergeseran personil agar semua sama-sama bisa
diselesaikan. Maka tim logistik yang dianggap seniorlah yang
ditunjuk untuk undur diri dari pelipatan dan bergeser ke bagian
pengesetan formulir. Sambil juga berkoordinasi dengan divisi
Teknis untuk memastikan lagi apakah sudah sesuai kebutuhan
ataukah masih ada yang kurang. Dengan kondisi logistik yang
semakin menumpuk rasanya memang tidak akan mampu
menyelesaikan, tetapi dengan kesadaran menjalankan tanggung
jawab antar personil tim justru menjadi sebuah kekuatan untuk
menyelesaikan target.
Sampailah pada pengepakan. Jangan membayangkan kalau
pengepakan artinya tinggal memasukkan sesuai daftar logistik
dan bereslah urusan. Tidak demikian. Pertama yang harus
dilakukan adalah memilah dulu jenis logistik yang akan masuk
dalam kotak, dengan logistik yang di luar kotak. Karena masing-
masing memiliki fungsi kerja yang penting. Bukan yang di dalam
kotak penting yang di luar kotak tidak penting. Jika sudah
terbagi maka selanjutnya tinggal memasukkan kedalam kotak.
Didampingi juga dari teman-teman Divisi Teknis dengan maksud
jika ada kekeliruan maka akan segera teratasi.
Cara kerja pengepakan logistik tidak bisa sembarang orang. Di
antara tim yang ada ditunjuk yang memiliki tingkat ketelitian yang
tinggi. Ada yang di bagian barang, bagian memasukkan barang,
dan ada yang di bagian mengecek daftar logistik. Jika belum
ada instruksi memegang logistic, jangan sekali-kali memegang,
apalagi memasukkan ke dalam kotak. Karena pekerjaan di luar

27
Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik 27
komando akan mengacaukan pekerjaan, Kemungkinan yang
terjadi adalah terdapat dua kali barang yang sama masuk dalam
satu kotak atau justru sebaliknya tidak dimasukkan dalam kotak.
Bayangkan kalo itu terjadi di kecamatan yang terdapat desa
terjauh. Jelas akan sangat kacau.
Logistik di Tingkatan Adhoc
Penyelenggara di tingkatan kecamatan selalu memiliki antusias
dalam menjalankan tahapan. Energi positif ini sudah selayaknya
dijaga agar kerja-kerja yang sudah tersusun dan terjadwal
tidak timpang. Dengan menyamakan pemahaman maka ini
akan mampu meminimalisir kesalahan. Koordinasi yang sering
dilakukan mengingat situasi pandemi adalah lewat media sosial.
Dibentuklah grup whatsapp yang dengan begitu akan lebih
mudah mengontrol pekerjaan, dan mudah pula mengevaluasi.
Sesekali jika mendesak maka dilakukan rapat koordinasi secara
daring melalui zoom meeting. Ini sangat membantu memberikan
informasi dan penjelasan-penjelasan jika ada regulasi yang
kurang dipahami ataupun memang belum sampai.
Distribusi logistik pemilu ke kecamatan sampai ke TPS
memiliki banyak kesan pada setiap penyelenggaraan. Di Bolaang
Mongondow karena terdapat desa jauh di beberapa kecamatan,
maka itu menjadi prioritas utama. Disusunlah rute distribusi
sesuai prioritas. Tetapi untuk efisien waktu dan pekerjaan maka
kecamatan yang sejalur juga bisa didistribusi sekalian. Jadwal
pertama adalah di tiga kecamatan yang memang terdapat
desa jauh jangkauan transportasinya. Yaitu Desa Pomoman
Kecamatan Poigar, Desa Kolingangaan Kecamatan Bilalang
dan Desa Mengkang Kecamatan Lolayan. Ketiga desa memiliki
karakteristik yang berbeda. Pomoman misalnya selain berbatu
juga banyak sungai yang harus dilewati. Sesuai pengaturan yang

28 Tata Kelola Logistik


28 Tata Kelola Logistik
dilaporkan PPK Poigar, menuju ke desa ini sebaiknya pagi hari
agar terhindar dari luapan sungai yang seing terjadi di sore hari
dan bisa dimungkinkan juga hujan di seputaran gunung. Lain
halnya kondisi di Desa Kolingangaan. Jalan yang dilalui menanjak
terus di antara gunung dan jurang, kondisi jalan yang belum
beraspal sangat menyulitkan untuk bisa diakses mobil. Tidak
semua jenis mobil bisa digunakan untuk sampai ke lokasi.
Yang paling memungkinkan adalah menggunakan motor trail.
Nah, kalau Desa Mengkang meskipun dibandingkan kedua desa
lainnya, jalur akses menuju kesana memang tergolong tidak
sulit tetapi memang jaraknya jauh ke dalam hutan. Yang juga
memiliki tingkat rawan banjir yang tinggi. Selain ketiga desa
dalam hal pendistribusian lancar dan sampai dengan selamat.

Pengamanan Logistik
Dalam pemilihan serentak 2020 pihak kepolisian dan TNI
benar-benar full power mendukung pelaksanaan tahapan.
Dalam setiap kegiatan apapun tidak pernah tanpa didampingi
kepolisian. Pengawalan ketat mulai dari penerimaan, pengelolaan,
hingga distribusi logistik. Ini menunjukkan bahwa antara
KPU Bolaang Mongondow dengan Kepolisian benar- benar
bersinergi , sesuai dengan tugas masing bertanggung jawab
mengawal pemilu. Yang menarik adalah Bolaang Mongondow
dalam mengawal pemilihan berkoordinasi dengan dua resort
kepolisian, yaitu Polres Bolaang Mongondow dan Polres
Kota Kotamobagu. Mengapa? Karena ada dua kecamatan
yang terdapat di Bolaang Mongondow masuk dalam wilayah
pengawasan Kota Kotamobagu. (*)

29
Sinergitas Kunci Pengelolaan Logistik 29
30 Tata Kelola Logistik
BA
GIA
NI
I
KONSEP
DAN
REGULASI
LOGISTIK
31
K
ata logistik berasal dari bahasa Yunani logos (λόγος)
yang berarti “rasio, kata, kalkulasi, alasan, pembicaraan,
orasi”.Kata logistik memiliki asal kata dari Bahasa
Perancis loger yaitu untuk menginapkan atau menyediakan.
Kegunaan asalnya untuk menjelaskan ilmu dari pergerakan,
suplai & perawatan dari pasukan militer di lapangan.Nantinya
digunakan untuk mendeskripsikan manajemen arus barang di
sebuah organisasi, dari barang mentah menjadi barang jadi.
Logistik adalah konsep yang dianggap berevolusi dari
kebutuhan pihak militer untuk memenuhi persediaan mereka
ketika mereka beranjak ke medan perang dari markas. Pada
kekaisaran Yunani, Romawi dan Bizantium kuno, ada perwira
militer dengan gelar ‘Logistikas’, yang bertanggung jawab atas
distribusi dan pendanaan persediaan perang.
Oxford English Dictionary mendeskripsikan logistik sebagai
“the branch of military science relating to procuring, maintaining
and transporting materiel, personnel and facilities.”Definisi
lainya adalah “the time-related positioning of resources.”Maka
dari itu, logistik biasanya dilihat sebagai cabang umum dari ilmu
teknik yang membuat “sistem manusia” bukan “sistem mesin”.
Pada awalnya, istilah logistik memang digunakan dalam
bidang kemiliteran. Pada lingkup ini, logistik didefinisikan sebagai
: “the science of planning and carrying out the movement and
maintenance of forces.... those aspects of military operations
that deal with the design and development, acquisition, storage,
movement, distribution, maintenance, evacuation and disposition of
material; movement, evacuation, and hospitalization of personnel;
acquisition of construction, maintenance, operation and disposition
of facilities; and acquisition of furnishing of services”. Logistik
merupakan ilmu perencanaan dan pelaksanaan pergerakan dan
pemeliharaan dari kekuatan segala aspek operasi militer yang

32 Tata Kelola Logistik


berhubungan dengan : 1. desain dan pengembangan, akuisisi,
penyimpanan, permindahan, distribusi, pemeliharaan, evakuasi
dan pembagian/penempatan material 2. pergerakan, evakuasi,
dan perawatan personel, akuisisi konsruksi, pemeliharaan,
operasi dan penempatan fasilitas; dan akuisisi dari perlengkapan
pelayanan.
Sedangkan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, memberikan pengertian logistik sebagai : “Rangkaian
kegiatan persiapan, pengelolaan (manajemen), dan tindakan,
berupa : pengadaan, perawatan, distribusi, dan penyediaan
(untuk mengganti) perlengkapan (peralatan), perbekalan, sumber
daya manusia, dan transportasi, untuk memperoleh kondisi
terbaik dan menguntungkan”
Rangkaian/rantai kegiatan perpindahan barang, informasi,
dan juga uangnya, secara umum dikenal sebagai supply chain
(rantai suplai). Istilah supply chain berkaitan dengan istilah
demand chain dan value chain yang bersifat koordinasi dan
integrasi dari rangkaian kegiatan pasokan mulai dari pemasok
pertama untuk mensuplai kebutuhan konsumen akhir yang
difasilitasi service providers (penyedia jasa). Evolusi pemikiran
tentang logistik menurut Frazelle1, didasarkan pada pengelolaan
yang paling efektif dan efisien atas pendistribusian barang dari
produsen sampai ke konsumen akhir. Evolusi tersebut dimulai
dari era-era : (a) 1950-an, workplace logistics, (b) 1960-an, facility
logistics, (c) 1970-an, corporate logistics, (d) 1980-an, supply
chain logistics, dan (e) 1990-an, global logistics. Selanjutnya,
Council of Logistics Management (CLM) mendefinisikan logistik

1 Frazelle, E. H.; “World-Class Warehousing. Logistics Resources Interna-


tional”, Atlanta, GA., 2001.

Konsep dan Regulasi Logistik 33


sebagai : “the process of planning, implementing and controlling
the efficient, cost effective flow and storage of raw materials in
process inventory, finished goods and related information flow
from point of origin to point of consumption for the purpose to
customer requirement”.
Menurut Donald J. Bowersox, David J. Closs, dan M. Bixby
Cooper, logistik melibatkan kombinasi antara manajemen
penawaran, persediaan barang, transportasi, dan pergudangan,
penanganan bahan, dan kemasan, yang terintegrasi dalam setiap
fasilitas jaringan yang bertujuan untuk mendukung pengadaan,
manufaktur, dan operasional melalui koordinasi fungsi operasional
secara terpadu yang berfokus pada pelayanan konsumen. Pada
konteks yang lebih luas rantai pasokan, sinkronisasi operasional
sangat penting bagi konsumen dan penyuplai/pemasok secara
terintegrasi.2
Seiring berkembangnya zaman, arti logistik mengalami
pergeseran. Menurut Siagian (2003) “Logistik adalah
keseluruhan bahan, barang, alat dan sarana yang diperlukan
dan dipergunakan oleh suatu organsasi dalam rangka pencapaian
tujuan dan berbagai sasarannya”. Dwiantara dan Rumsari3
menyebutkan “Logistik adalah segala sesuatu atau benda
yang berwujud dan dapat diperlakukan secara fisik (tangible),
baik yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan pokok
maupun kegiatan penunjang (administrasi)”. Yolanda Siagian4

2 Donald J. Bowersox, David J. Closs, M. Bixby Cooper.; “Supply Chain


Logistics Manajement”, McGraw-Hill, 2002.
3 Dwiantara, Lukas. dan Sumarto, Rumsari Hadi. (2004) Manajemen
Logistik, Pedoman Praktis. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
4 Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 16 No. 01 Tahun 2016

34 Tata Kelola Logistik


melihat logistik dari segi dunia bisnis yakni “Logistik merupakan
bagian dari proses rantai suplai yang berfungsi merencanakan,
melaksanakan, mengontrol secara efektif, efisien proses pengadaan,
pengelolaan, penyimpanan barang, pelayanan dan informasi
mulai dari titik awal (point of origin) hingga titik konsumsi (point
of consumption) dengan tujuan memenuhi kebutuhan.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka misi logistik adalah
“mendapatkan barang yang tepat, pada waktu yang tepat,
dengan jumlah yang tepat, kondisi yang tepat, dengan biaya
yang terjangkau, dengan tetap memberikan kontribusi profit
bagi penyedia jasa logistik”.
Menurut Bowersox5 ada beberapa komponen yang terintegrasi
yang membentuk sistem logistik. Pertama, Stuktur lokasi fasilitas
yang meliputi Jumlah, besar, dan pengaturan geografis lokasi
dari fasilitas-fasilitas yang digunakan seperti jasa-jasa khusus
dari perusahaan pengangkutan mempunyai hubungan langsung
dengan kemampuan pelayanan terhadap konsumen perusahaan
dan terhadap biaya logistiknya. Kedua, Transportasi. Dalam suatu
jaringan fasilitas, transportasi merupakan suatu mata rantai
penghubung. Sistem logistik dirancang untuk meminimalkan biaya
transport. Ketiga, Persediaan (inventory). Pemilihan pengadaan
suatu produk akan berpengaruh terhadap biaya transportasi.
Pada umumnya biaya transportasi didasarkan pada besarnya
pengiriman, apabila volume pengiriman banyak, maka akan dapat
menekan biaya transportasi. Keempat, komunikasi. Kecepatan
arus komunikasi akan berkaitan dengan fasilitas, transportasi,

5 Donald J. Bowersox, David J. Closs, M. Bixby Cooper.; “Supply Chain


Logistics Manajement”, McGraw-Hill, 2002

Konsep dan Regulasi Logistik 35


dan persediaan. Kelima, Penanganan (handling). Penanganan dan
penyimpanan meliputi pergerakan, pengepakan, dan pengemasan
Pengertian Manajemen Logistik dari Lukas Dwiantara dan
Rumsari Hadi,6 adalah rangkaian aktivitas perencanaan
(planning), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan
(monitoring) terhadap aktivitas pengadaan pencatatan (inventory),
pendistribusian (distribution), penyimpanan (storage), pemeliharaan
(maintenance) serta penghapusan dalam logistik agar upaya
untuk mencapai tujuan dari organisasi bisa berjalan secara
efektif dan efisien.
Manajemen Logistik merupakan salah satu komponen penting
dalam Supply Chain Management, yang dipakai untuk mewujudkan
permintaan konsumen lewat perencanaan (planning), pelaksanaan
(implementation), serta kontrol atas keefektifan dan keefisienan
arus dan akumulasi barang. Ini termasuk juga pelayanan jasa dan
informasi dari titik permulaan hingga titik tujuan. Manajemen
Logistik dapat membantu perusahaan mengurangi biaya dan
meningkatkan layanannya kepada para pelanggan. Tujuan dari
Manajeman Logistik adalah memperoleh dan mendistribusikan
bahan dan produk di tempat dan waktu yang tepat, dengan
jumlah yang tepat dengan biaya seefisien mungkin. 
Konsep dan fungsi logistik dalam konteks pemilihan serentak
2020 berdasarkan beberapa definisi umum logistik dapat diartikan
sebagai kebutuhan pemilihan serentak 2020. Logistik yang
dimaksud adalah aliran dengan obyek barang atau jasa dengan
tujuan menyediakan barang dengan jumlah yang tepat, waktu
yang tepat, lokasi yang tepat, dan biaya yang tepat.

6 Dwiantara, Lukas. dan Sumarto, Rumsari Hadi. (2004) Manajemen


Logistik, Pedoman Praktis. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

36 Tata Kelola Logistik


Kegiatan utama logistik adalah pengadaan, penyimpanan,
persediaan, pengangkutan, pergudangan, pengemasan, keamanan,
dan penanganan barang dan jasa baik dalam bentuk bahan
baku, barang antara, dan barang jadi yaitu logistik pemilihan
serentak tahun 2020.

Regulasi Logistik Pemilihan


Amandemen UUD 1945 telah membawa perubahan yang
cukup mendasar terhadap sistem ketatanegaraan Indonesia.
Salah satu substansi materi perubahan UUD 1945 terkait dengan
pengisian jabatan kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal
18 ayat (4) UUD NRI Tahun 1945 yang menyebutkan Gubernur,
Bupati, dan Wali Kota masing-masing sebagai kepala pemerintah
daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.
Untuk menjamin Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali Kota
dilaksanakan secara demokratis sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 18 ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 maka dibentuklah undang-undang tentang
pemilihan kepala daerah.
Mekanisme pengisian jabatan kepala daerah di Indonesia
pernah mengikuti berbagai sistem sejak kemerdekaan. Retno
Saraswati, dalam artikelnya di jurnal Masalah-Masalah Hukum yang
berjudul “Calon Perseorangan: Pergeseran Paradigma Kekuasaan
dalam Pemilu”,7 menyebutkan empat sistem pemilihan kepala
daerah yang pernah digunakan di Indonesia sebelum pemilihan

7 Saraswati, Retno. “Calon Perseorangan : Pergeseran Paradigma Kekua-


saan dalam Pemilukada.” Masalah-Masalah Hukum, vol. 40, no. 2, 2011,
pp. 196-201

Konsep dan Regulasi Logistik 37


langsung. Pertama, sistem penunjukan atau pengangkatan oleh
pusat. Sistem ini sudah digunakan sejak masa Pemerintahan
Kolonial Hindia Belanda, penjajahan Jepang, serta setelah
kemerdekaan. Setelah kemerdekaan, pemerintah menggunakan
sistem ini berdasarkan UU 1/1945, UU 22/1948, dan UU 1/1957.
Kedua, sistem penunjukan. Sistem ini digunakan berdasarkan
Penetapan Presiden 6/1959 jo Penetapan Presiden 5/1960, UU
6/1956, dan UU 18/1956, atau yang dikenal dengan era Dekrit
Presiden. Selain itu, sistem ini juga diberlakukan berdasarkan
Penetapan Presiden 6/1959 jo Penetapan Presiden 5/1960
disertai alasan “situasi yang memaksa”.
Ketiga, sistem pemilihan perwakilan. Sistem ini merupakan
perwujudan UU 5/1974. Dengan sistem ini, pemilihan kepala
daerah dilakukan oleh lembaga DPRD. Selanjutnya, presiden
akan menentukan calon kepala daerah terpilih. Dan keempat,
sistem pemilihan perwakilan (murni). Sistem ini mendasarkan
pelaksanaannya pada UU 18/1965 dan UU 22/1999. Dengan
sistem ini, kepala daerah dipilih secara murni oleh lembaga
DPRD tanpa intervensi pemerintah pusat.
Sejak tahun 2005, pemilihan kepala daerah diatur dalam
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah, yang dua kali mengalami perubahan, terakhir diubah
pada tahun 2008 melalui Undang-undang nomor 12 tahun
2008 tentang perubahan atas undang-undang nomor 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah. berdasarkan UU 12/2008,
sumber calon kepala daerah maupun wakilnya tak lagi hanya
berasal dari partai politik, tetapi juga dari calon perseorangan.
Munculnya kesempatan bagi calon perseorangan berawal dari
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-V/2007 tanggal
23 Juli 2007 tentang Calon Perseorangan. Putusan MK tersebut

38 Tata Kelola Logistik


lantas ditindaklanjuti dengan pembentukan UU 12/2008. Dengan
terbitnya UU 12/2008, terbuka kesempatan bagi calon kepala
daerah untuk maju dalam pemilihan tanpa harus melalui pengajuan
dari partai politik.
Pada tahun 2014 berdasarkan evaluasi yang dilakukan
pemerintah dan legislatif, sempat ditetapkan UU Nomor 22
tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Wali
Kota. Undang-Undang tersebut mengembalikan mekanisme
pemilihan kepala daerah kepada DPRD. Namun, ini mendapatkan
penolakan yang luas oleh rakyat sehingga pemerntah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014, yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-undang
melalui UU nomor 1 tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
Menjadi Undang-Undang. UU 1/2015 mengalami empat kali
pembaruan. Pembaruan pertama melalui UU 8/2015 tentang
Perubahan atas UU 1/2015. Pembaruan kedua terjadi melalui UU
10/2016  tentang Perubahan Kedua Atas UU 1/2015. Pembaruan
ketiga dilakukan melalui Perppu 2/2020 tentang Perubahan
Ketiga atas UU 1/2015. Perppu 2/2020 ditandatangani Presiden
Joko Widodo pada 4 Mei 2020. Produk hukum ini mengatur
perlunya penundaan pelaksanaan pilkada serentak di tengah
pandemi. Perubahan keempat terjadi melalui UU 6/2020 tentang
Penetapan Perppu 2/2020 Menjadi Undang-Undang. Dengan
demikian, UU 6/2020 merupakan aturan terbaru sebagai dasar
penyelenggaraan pilkada serentak 
Dalam Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Dan Wali
Kota Menjadi Undang-Undang sebagaimana telah beberapa
kali diubah, dan yang terakhir dengan Undang-undang nomor

Konsep dan Regulasi Logistik 39


6 tahun 2020, terdapat ketentuan Pasal 77 ayat (1) dan ayat (2),
yang menyebutkan bahwa KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
bertanggung jawab dalam merencanakan dan menetapkan standar
serta kebutuhan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan
pemungutan suara. Kemudian, Sekretaris KPU Provinsi dan
sekretaris KPU Kabupaten/Kota bertanggung jawab dalam
pelaksanaan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan
pemungutan suara.
Memerhatikan hal tersebut, KPU mengeluarkan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma,
Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian
Perlengakapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati dan/atau Wali Kota dan Wakil
Wali Kota, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Tahun 14 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017
tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan
dan Pendistribusian Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/
atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota. Peraturan ini telah digunakan
dalam pelaksanaan pemilihan serentak tahun 2017 dan 2018.
Selanjutnya, berdasarkan evaluasi hasil penyelenggaraan
pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, serta untuk
memudahkan pemahaman mengenai perlengkapan pemungutan
suara dan perlengkapan lainnya dalam pemilihan Gubernur dan
Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota
dan Wakil Wali Kota, maka memasuki pelaksanaan pemilihan
serentak tahun 2020 dirasa perlu mengganti Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma, Standar,

40 Tata Kelola Logistik


Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan
Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Tahun 14 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017 tentang Norma,
Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian
Perlengkapan Penyelenggaraan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil
Wali Kota karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan
kondisi. Maka KPU menerbitkan PKPU Nomor 7 tahun 2020
Tentang Perlengkapan Pemungutan Suara Dan Perlengkapan
Lainnya Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati
Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota.
Dalam PKPU Nomor 7 tahun 2020 tersebut, ketentuan Pasal
2 mengatur bahwa KPU Provinsi menyediakan perlengkapan
Pemilihan untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
KPU Kabupaten menyediakan perlengkapan Pemilihan untuk
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati, dan KPU Kota menyediakan
perlengkapan Pemilihan untuk Pemilihan Wali Kota dan Wakil
Wali Kota.
Dalam hal Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
diselenggarakan bersamaan dengan Pemilihan Bupati dan
Wakil Bupati atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota, maka KPU
Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menyediakan perlengkapan
yang dapat digunakan untuk Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota
dan Wakil Wali Kota berdasarkan Keputusan KPU Provinsi
setelah berkoordinasi dengan KPU Kabupaten/Kota. Adapun
perlengkapan Pemilihan tersebut terdiri atas perlengkapan

Konsep dan Regulasi Logistik 41


pemungutan suara dan perlengkapan lainnya. Perlengkapan
pemungutan suara terdiri atas kotak suara, surat suara, tinta,
bilik pemungutan suara, segel, alat untuk memberi tanda pilihan,
dan TPS.
Sementara jenis perlengkapan lainnya terdiri atas sampul
kertas, tanda pengenal KPPS, petugas ketertiban dan saksi, karet
pengikat surat suara, lem/perekat, kantong plastik, ballpoint,
gembok/kabel ties/alat pengaman lainnya, spidol, formulir,
stiker nomor kotak suara, tali pengikat alat pemberi tanda
pilihan, dan alat bantu tunanetra.
Dalam PKPU ini selanjutnya diatur secara rinci standar dari
seluruh perlengkapan pemungutan suara dan perlengkapan
lainnya, serta pengadaan dan pendistribusiannya. Selain itu,
penyediaan semua perlengkapan Pemilihan harus dilaksanakan
berdasarkan prinsip sebagai berikut, :
1. Tepat jumlah;
2. Tepat jenis;
3. Tepat sasaran;
4. Tepat waktu;
5. Tepat kualitas; dan
6. Efisien.
Untuk waktu penyediaan perlengkapan pemilihan kepala
daerah serentak tahun 2020, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten
Kota berpedoman pada jadwal, program, dan tahapan pemilihan
yan diatur melalui Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15
Tahun 2019 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati,

42 Tata Kelola Logistik


dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020 sebagaimana
beberapa kali diubah, yang terakhir dengan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2020 Tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun
2019 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyelenggaraan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020;
Dalam ketentuan ini diatur bahwa Pengadaan dan pendistribusian
perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara terdiri dari
Proses pengadaan perlengkapan pemungutan dan penghitungan
suara mulai dari tanggal 7 agustus 2020 sampai dengan 20
November 2020, dan Produksi dan pendistribusian perlengkapan
pemungutan dan penghitungan suara mulai tanggal 24 September
2020 sampai tanggal 8 Desember 2020.
Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
82 ayat (7) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Wali Kota menjadi Undang-Undang, sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Perubahan
Ketiga atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang
Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan
Wali Kota menjadi Undang-Undang menjadi Undang-Undang
maka KPU menetapkan Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 8 tahun 2020 tentang Pengamanan Surat Suara dalam
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

Konsep dan Regulasi Logistik 43


Surat Suara adalah salah satu jenis perlengkapan pemungutan
suara yang berbentuk lembaran kertas dengan desain khusus
yang digunakan oleh pemilih untuk memberikan suara pada
Pemilihan. Surat suara sering disebut sebagai mahkota dari seluruh
logistik pemilian oleh karena suara pemilih akan dikoversi dari
surat suara. Oleh karenanya surat suara harus menjadi perhatian
terkait pengamanannya. Pengamanan Surat Suara adalah kegiatan
mengamankan Surat Suara mulai dari pencetakan, penghitungan,
pengepakan, penyimpanan, dan sampai pada pendistribusian
ke tujuan. Ketentuan pasal 2 PKPU tersebut mengatur bahwa
pengamanan surat suara pemilihan meliputi pengamanan di
percetakan dan pengamanan di KPU Kabupaten/kota.
Masih terkait dengan surat suara, KPU menerbitkan Surat
Keputusan Nomor 399/Pp.09.2-Kpt/01/KPU/VIII/2020 Tentang
Desain Surat Suara Dan Desain Alat Bantu Coblos (Template)
Pada Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil
Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota Tahun 2020.
Surat Keputusan ini diterbitkan dengan pertimbangan bahwa
untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 ayat (3), Pasal 11 ayat (3),
dan Pasal 25 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun
2017 tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan
dan Pendistribusian Perlengkapan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil
Wali Kota, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 9 Tahun 2017
tentang Norma, Standar, Prosedur, Kebutuhan Pengadaan, dan
Pendistribusian Perlengkapan Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan
Wakil Wali Kota, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal

44 Tata Kelola Logistik


90 ayat (3) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun
2018 tentang Pemungutan dan Penghitungan Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/
atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota.

Dalam SK tersebut berisi empat desain surat suara dan


tamplate tuna netera. Pertama, desain Surat Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau
Wali Kota dan Wakil Wali Kota, kedua, desain Alat Bantu Coblos
(Template) bagi Pemilih Tunanetra pada Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali
Kota dan Wakil Wali Kota, ketiga, desain Surat Suara Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/
atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota dengan Satu Pasangan
Calon, dan keempat, desain Alat Bantu Coblos (Template)
bagi Pemilih Tunanetra pada Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan
Wakil Wali Kota dengan Satu Pasangan Calon.

Untuk menjamin logistik Pemilihan diterima oleh Panitia


Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara, dan Kelompok
Penyelenggara Pemungutan Suara secara tepat jumlah, tepat
jenis, tepat mutu, tepat tempat tujuan, dan tepat waktu, maka
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota memegang peranan
penting dan strategis pada tahap pemeliharaan dan inventarisasi
logistik Pemilihan. Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan
suatu pedoman yang dapat digunakan oleh Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pemeliharaan
dan inventarisasi logistik Pemilihan. Maka disusunlah Pedoman
Teknis ini yaitu sebagai panduan bagi Komisi Pemilihan Umum
Kabupaten/Kota dalam melakukan pemeliharaan dan inventarisasi

Konsep dan Regulasi Logistik 45


logistik Pemilihan yang ditetapkan melalui Keputusan Komisi
Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 421/Hk.03-Kpt/07/
Kpu/Ix/2020 Tentang Pedoman Teknis Tata Kelola Pemeliharaan
Dan Inventarisasi Logistik Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur,
Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali
Kota. Ruang Lingkup dari Pedoman Teknis ini meliputi, :
1. Penerimaan logistik Pemilihan;
2. Penyimpanan logistik Pemilihan;
3. Penyortiran, pelipatan, dan pengesetan surat suara dan
formulir Pemilihan;
4. Pengepakan, pemeliharaan, penyaluran, dan inventarisasi
logistik
5. Pemilihan; dan
6. Pembinaan.
Pemeliharaan Logistik dan Inventarisasi Logistik dilakukan
sebelum sampai dengan pelaksanaan pemungutan dan perhitungam
suara, yang meliputi perlengkapan pemungutan suara serta
dukungan perlengkapan lainnya. Mekanisme kegiatan Pemeliharaan
Logistik dan Inventarisasi Logistik terdiri dari tahap Penerimaan
Logistik, Penyimpanan Logistik, Penyortiran Logistik, Pengesetan
Logistik, penghitungan, Pengepakan Logistik, Pemeliharaan
Logistik, Pengamanan Logistik, dan Penyaluran Logistik. Seluruh
tahapan kegiatan tersebut, harus dilaksanakan secara baik, taat
prosedur, dan tertib administrasi dengan melibatkan segenap
pemangku kepentingan dan PPK, PPS, dan KPPS.
Pengaturan penting lainnya adalah terkait pendistribusian,
maka memerhatikan ketentuan Pasal 37 ayat (5) Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2020 tentang Perlengkapan

46 Tata Kelola Logistik


Pemungutan Suara dan Perlengkapan Lainnya dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau
Wali Kota dan Wakil Wali Kota, yang menyatakan pendistribusian
perlengkapan pemungutan suara dan perlengkapan lainnya
dalam pemungutan suara dan hasil penghitungan suara oleh
Komisi Pemilihan Umum Provinsi untuk Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/
Kota untuk Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati atau Wali Kota
dan Wakil Wali Kota wajib memperhatikan faktor keamanan
dan ketepatan waktu, maka KPU menerbitkan Sura Keputusan
KPU Nomor 511/PP.09.4-Kpt/07/KPU/X/2020 tentang Pedoman
Teknis Pendistribusian Perlengkapan Pemungutan Suara dan
Perlengkapan Lainnya Dalam Pemilihan Gubernur Dan Wakil
Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan
Wakil Wali Kota Dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus
Disease 2019 (Covid-19).
Amanat tahapan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan
pemungutan suara penyelenggaraan Pemilihan tertuang dalam
Pasal 8 ayat (1) UndangUndang Nomor 1 Tahun 2015 sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2020, menyatakan bahwa Penyelenggaraan
Pemilihan menjadi tanggung jawab bersama Komisi Pemilihan
Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota. Pasal 77 ayat (1) Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2015 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2020, menyatakan
bahwa menyatakan bahwa Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan
Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota bertanggung jawab
dalam merencanakan dan menetapkan standar serta kebutuhan
pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara.

Konsep dan Regulasi Logistik 47


Selanjutnya dalam Pasal 78 ayat (6) menyatakan bahwa
perlengkapan pemungutan suara sebagaimana dimaksud harus
sudah diterima Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari/tanggal pemungutan
suara. Pasal 78 ayat (7) menyatakan bahwa pendistribusian
perlengkapan pemungutan suara dilakukan oleh sekretariat
Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan sekretariat Komisi Pemilihan
Umum Kabupaten/Kota. Selanjutnya dalam Pasal 78 ayat (8)
menyatakan bahwa dalam pendistribusian dan pengamanan
perlengkapan pemungutan suara, Komisi Pemilihan Umum
Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dapat
bekerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, dan Tentara Nasional Indonesia.
Amanat tersebut menjadikan sebuah tanggung jawab bagi Komisi
Pemilihan Umum, Komisi Pemilihan Umum Provinsi, dan Komisi
Pemilihan Umum Kabupaten/Kota untuk merencanakan dengan
baik perlengkapan pemungutan suara untuk penyelenggaraan
Pemilihan, serta Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi
dan Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota untuk
melaksanakan pengadaan dan pendistribusian perlengkapan
pemungutan suara untuk penyelenggaraan Pemilihan.
Hal yang paling penting dalam pendistribusian perlengkapan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota dalam Kondisi
Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),
yaitu pendistribusian dilaksanakan dengan memperhatikan
protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian Corona
Virus Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan

48 Tata Kelola Logistik


Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak
Lanjutan dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease
2019 (COVID-19) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2020.
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan suatu pedoman
teknis yang mengatur mengenai pendistribusian perlengkapan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota dalam kondisi
bencana nonalam Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Ruang
lingkup Pedoman Teknis ini meliputi, :
1. Perencanaan pendistribusian perlengkapan pemungutan
suara dan pendistribusian hasil penghitungan suara yang
terdiri atas:
a. Menentukan daerah prioritas;
b. Penyusunan jadwal pendistribusian;
c. Menentukan moda angkut;
d. Menentukan mekanisme pendistribusian;
e. Menyusun anggaran distribusi; dan
f. Menyusun kerjasama sama dengan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dan Tentara Nasional Indonesia serta perangkat daerah
yang menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan
atau tim dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di daerah
masing-masing.
2. Pelaksanaan pendistribusian perlengkapan pemungutan
suara dan hasil penghitungan suara Pemilihan yang

Konsep dan Regulasi Logistik 49


dilakukan oleh:
a. Penyedia perlengkapan pemungutan suara Pemilihan;
b. Sekretariat Jenderal Komisi Pemilihan Umum;
c. Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Provinsi;
d. Sekretariat Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota;
dan
e. Panitia Pemilihan Kecamatan, Panitia Pemungutan Suara,
dan Kelompok Penyelenggaraa Pemungutan Suara
KPU juga menetapkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum
Republik Indonesia Nomor 553/PP.09.1-Kpt/07/KPU/XI/2020
tentang Kebutuhan dan Spesifikasi Teknis Perlengkapan
Pemungutan Suara Dan Perlengkapan Lainnya Dalam Pemilihan
Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati, Dan/
Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota.
Keputusan ini diterbirtkan untuk melaksanakan ketentuan
Pasal 33 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7
Tahun 2020 tentang Perlengkapan Pemungutan Suara dan
Perlengkapan Lainnya dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota
dan Wakil Wali Kota, yang menyebutkan bahwa ketentuan
mengenai kebutuhan dan spesifikasi teknis perlengkapan
pemungutan suara dan perlengkapan lainnya ditetapkan
dengan Keputusan KPU.
Untuk lebih memperkuat pemahaman jajaran KPU dalam
melaksanakan pengelolaan logisitik pemilihan tahun 2020,
KPU Republik Indonesia mengirimkan surat-surat yang terkait,
yaitu antara lain, :

50 Tata Kelola Logistik


1. Surat Ketua KPU RI Nomor : 722/PP.08.2-SD/07/KPU/IX/2020
tanggal 3 September 2020 Perihal Jumlah Kebutuhan
dan Spesifikasi Teknis Kotak Suara, Bilik Pemungutan
Suara, Tinta, Segel, Sampul, dan Kabel Ties Pengamanan
Kotak Suara dalam Rangka Penyusunan Katalog Sektoral
Pemilihan Tahun 2020
2. Surat Ketua KPU RI Nomor : 858/PP.09.2-SD/07/KPU/X/2020
tanggal 5 Oktober 2020 Perihal Pelaksanaan Pengadaan
Alat Pelindung Diri (APD) Pemilihan 2020
3. Surat Sekretaris Jenderal KPU RI Nomor : 1099/PP.09-SD/04/
SJ/X/2020 tanggal 9 Oktober 2020 Perihal Penatausahaan
Logistik Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur
4. Surat Ketua KPU RI Nomor 1002/PP.09.1-SD/07/KPU/
XI/2020 tanggal 5 November 2020 Perihal Pengadaan
Formulir dan Spidol dalam Pemungutan dan Penghitungan
Suara di TPS Pemilihan Tahun 2020.
5. Surat Ketua KPU RI Nomor 1024/PP.09.1-SD/07/KPU/
XI/2020 tanggal 12 November 2020 Perihal Pengadaan
Formulir Pemungutan dan Penghitungan Suara di TPS
melalui non e-Katalog Sektoral,
6. Surat Ketua KPU RI Nomor 1054/PP/09.2-SD/07/KPU/
XI/2020 tanggal 17 November 2020 Perihal Pengadaan
Formulir C. Hasil Salinan-KWK, Perbaikan Desain Formulir
Model C. Daftar Hadir-KWK di TPS dan Perelengkapan
Pemungutan dan Penghitungan Suara serta Rekapitulasi
Pemilihan Tahun 2020.
7. Surat Dinas Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia 1026/
PP.09.2-SD/01/KPU/XI/2020 tentang Penyampaian Desain
Daftar Pasangan Calon (DPC) Pada Pemilihan Tahun 2020;

Konsep dan Regulasi Logistik 51


Prinsip-Prinsip Pengelolaan Logistik Pemilihan
Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara Pemilihan
dan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 20178 dalam menyelenggarakan Pemilihan berkomitmen
dan berpedoman pada azas mandiri, jujur, adil, tertib dalam
menyelenggarakan Pemilihan, terbuka, profesional, efisien
dan efektif mengingat tugas KPU adalah menyelenggarakan
penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yaitu untuk
memilih Gubernur dan Wakil Gubernur dan Bupati dan Wakil
Bupati serta Wali Kota dan Wakil Wali Kota secara langsung,
sehingga untuk melaksanakan tugas tersebut maka dibentuk pula
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota di Provinsi dan Kabupaten/
Kota. Untuk melaksanakan tugas tersebut KPU dibantu oleh
Sekretaris Jenderal (Sekjen) dan seluruh tugas didistribusikan
kepada Biro-Biro dan Inspektorat.
Sedangkan untuk pelaksanaan tugas KPU Provinsi dan KPU
Kabupaten/Kota dibantu oleh Sekretariat KPU Provinsi dan
Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. KPU Provinsi Sulawesi Utara
dalam melaksanakan program kerja untuk penyelenggaraan
Pemilihan di daerah berpedoman pada asas :
• Mandiri • Keterbukaan
• Jujur • Proporsional
• Adil • Profesionalitas
• Kepastian hukum • Akuntabilitas
• Tertib • Efisien
• Kepentingan umum • Efektif

8 Undang- undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pemi-


lihan Umum

52 Tata Kelola Logistik


Berdasarkan asas - asas tersebut diatas, maka KPU Provinsi
Sulawesi Utara memperhatikan prinsip-prinsip dalam melaksanakan
pengelolaan logistik Pemilihan, yaitu sebagai berikut :

Gambar 4. Prinsip- Prinsip Penyediaan Perlengkapan Pemilihan


Yang dimaksud dengan prinsip- prinsip Penyediaan Perlengkapan
Pemilihan yang diterapkan oleh KPU sebagaimana juga tercantum
dalam Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2018(9) pasal 3 yaitu
sebagai berikut :
1. Tepat Jenis
Jenis Logistik yang Tersedia Sesuai dengan Jenis Barang
yang Dibutuhkan Badan Penyelenggara ( PPK,PPS, KPPS)

9 Peraturan KPU Nomor 9 Tahun 2018 tentang Norma, Standar, Prosedur,


Kebutuhan Pengadaan dan Pendistribusian Perlengkapan Penyelengga-
raan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati Dan Wakil Bupati
Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota.

Konsep dan Regulasi Logistik 53


2. Tepat Jumlah
Logistik yang Tersedia di TPS sesuai dengan Jumlah yang
diperlukan oleh Badan Penyelenggara
3. Tepat Kualitas
Kualitas Logistik yang tersedia di TPS sesuai dengan
standar mutu yang ditetapkan KPU
4. Tepat Waktu
Logistik Diterima KPPS tepat waktu (H-1)
5. Tepat Sasaran
Logistik yang tersedia di TPS sesuai kebutuhan, tidak
salah alamat
6. Efisien Anggaran
Logistik tersedia di TPS dengan anggaran yang hemat

Distribusi Perdana Surat Suara


oleh KPU Sulut

54 Tata Kelola Logistik


Pengawasan Logistik
Berbasis Teknologi
Harryanto Lasut
(Ketua KPU Kota Tomohon)

Salah satu tahapan paling bernilai


dalam penyelenggaraan Pemilihan
Serentak 2020 adalah bagaimana
mengelola logistik dengan baik, demi
menjamin pemenuhan hak demokrasi
rakyat. Untuk memenuhi ketersediaan
logistik Pilkada tersebut, yang mana menelan anggaran yang
cukup besar, diperlukan pengawasan serta monitoring sejak
proses pengadaan, penyimpanan serta pendistribusian logistik.
Pendek kata, selain secara konvensional dijaga oleh petugas
pengamanan gudang, era sekarang teknologi adalah pilihan
tepat untuk membantu proses pengawasan.
Dari proses pengadaan kemudian tiba dan disimpan di gudang,
tentu saja mempunyai rentang waktu yang cukup panjang
sampai pada proses pendistribusiannya. Belum lagi begitu
banyak mobilisasi serta pengawasan/monitoring dari pihak pihak
terkait, sehingga dibutuhkan pengawasan selama 1X24 jam.
Sebagai manusia biasa jajaran KPU Tomohon mempunyai
keterbatasan untuk mengawal dan mengawasi keutuhan logistik
agar terjaga baik, apakah dari aspek kuantitas dan maupun
kualitas. Lokasi dan kondisi gudang sebagai tempat penyimpanan
logistik Pilkada memang mudah dijangkau. Kondisi gudang
harus baik dan aman dari berbagai gangguan, terutama cuaca

55
Pengawasan Logistik Berbasis Teknologi 55
Kota Tomohon yang akrab dengan curah hujan cukup tinggi
serta suhu udara yang lembab. Hal ini terkesan sepele, tapi
sebenarnya sangat krusial karena terkait potensi rusaknya
logistik di gudang.
Keterlibatan aparat kepolisian memang menambah kenyamanan
dan rasa aman dalam menjaga serta mengawal proses penyimpanan
logistik Pilkada. Tapi apakah itu sudah cukup?
Apakah kondisi seperti di atas dapat menjamin bahwa logistik
pemilu sudah digaransi 100 persen tanpa masalah? Dengan
tuntutan tinggi masyarakat terhadap gelaran Pilkada kali ini,
dimana penyelenggaraan pemilihan kepala daerah harus tanpa
cela, KPU Tomohon harus melakukan inovasi pengawasan
berbasis teknologi.
Pengalaman kami di Pemilu 2019, memanfaatkan bantuan
teknologi manfaatnya berlipat-lipat. Aspek safety-nya makin
tinggi. Hal ini penting mengingat logistik digambarkan secara
filosofi sebagai “darah” dari tubuh pesta demokrasi. Tidak
berlebihan. Hari “H” pemungutan suara tidak dapat terpenuhi
sesuai dengan keinginan masyarakat pemilih, jika logistiknya
tidak ready di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Penggunaan teknologi menjadi satu momentum dalam upaya
mendukung pelaksanaan pesta demokrasi, terutama dalam
pengelolahan manajemen logistik. Salah satu teknologi yang
dapat membantu pengawasan dan monitoring keberadaan
logistik adalah CCTV (Closed Circuit Television), yang artinya
menggunakan sinyal yang bersifat tertutup atau rahasia, tidak
seperti televisi biasa pada umumnya yang merupakan broadcast
signal.
CCTV pada umumnya digunakan untuk pelengkap sistem

56 Tata Kelola Logistik


56 Tata Kelola Logistik
keamanan dan juga banyak dipergunakan di berbagai lokasi
seperti bandara, kemiliteran, kantor, pabrik, dan toko. Bahkan
dengan semakin berkembangnya teknologi, CCTV sudah dipasang
dalam lingkungan rumah pribadi. CCTV berfungsi sebagai alat
pengambil gambar. CCTV terdiri dari beberapa tipe yang dibedakan
dari segi fungsi, kualitas dan penggunaannya.
Terdapat dua kategori utama yang meliputi camera CCTV
Network dan camera CCTV Analog DVR (Digital Video Recorder).
Ini adalah salah satu perangkat yang diguanakan camera CCTV
untuk merekam gambar atau yang dikirim oleh camera ke dalam
perangkat DVR.
Dari penjelasan singkat di atas, kita dapat memaknai begitu
canggihnya teknologi digital di abad modern saat ini. Sehingga
bagi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Tomohon, menggunakan
sarana teknologi untuk lebih memantapkan pengawasan dan
monitoring logistik menjadi keniscayaan.
Dengan CCTV, proses pernyortiran, penyimpanan, dan lain
sebagainya, bisa selalu dikontrol meski tidak berada di kantor.
Semua ponsel komisioner, sekretaris dan Kasubag di KPU Kota
Tomohon sudah di-instal dengan aplikasi yang terkoneksi dengan
CCTV. Selain memudahkan, pengawasan tentu bisa 1x24 jam.
Pun kalau tidak sempat termonitor, segala gerak-gerik dan
aktivitas di spot gudang logistic direkam dengan CCTV tersebut.
Benar-benar bermanfaat.
Apa lagi kita tahu bersama, Pemilihan Serentak 2020 digelar
saat Pandemi Covid-19. Saat proses sortir dan penyiapan logistik,
orang di dalam gudang tidak boleh terlalu banyak. CCTV yang
sudah dikoneksikan di ponsel menjadi platform sederhana
untuk tetap melakukan pengawasan.

57
Pengawasan Logistik Berbasis Teknologi 57
Banyak peristiwa menarik dan sekaligus terkait keberadaan
CCTV di lingkungan kantor KPU Kota Tomohon. Satu ketika
ada seorang staf yang dikerjai beberapa rekannya. Karena
lelah seharian menyortir logistik, ia terlelap di sofa yang ada
di ruangan dekat gudang. Sampai semua staf KPU pulang, staf
yang tertidur tidak mereka bangunkan. Mereka hanya berpesan
ke petugas keamanan yang piket di bagian front office, agar
tidak membangunkan staf dimaksud.
Keesokan harinya semua staf mengerubuti monitor yang
menyimpan rekaman CCTV. Kompak ingin menyaksikan ekspresi
staf tersebut saat terbangun seorang diri di ruangan tersebut.
Semua tertawa ketika melihat ekspresi ketakutan staf tersebut
saat sadar dan tahu teman-temannya sudah tidak ada di tempat.
KPU Kota Tomohon sendiri sudah sejak pemilu 2019
menggunakan sarana teknologi CCTV guna menunjang tugas
tanggungjawab sebagai penyelenggara pemilu. Hal ini tidak lain
untuk memberikan gambaran kepada masyarakat, bahwa sebagai
penyelenggara KPU Tomohon memberikan pesan kesiapan yang
total. Pengunaan teknologi diharapakan dapat membangun
kepercayaan publik terhadap penyelenggara, sehingga marwah
lembaga dapat terjaga sebagai satu dasar transparasi dan
profesionalitas penyelenggara dalam menjalankan tugas ibu
pertiwi.
Selain sentuhan elemen teknologi, pengelolaan logistik pemilihan
juga harus didasari oleh kerangka filosofi yang mengedepankan
nilai-nilai efektif dan efisien. Elemen efektif dalam pengertian
sederhana, dapat diartikan bahwa logistik pemilu itu dalam
proses pengadaanya sedapat mungkin penggunaannya tepat
sasaran sesuai dengan perundang-undangan.

58 Tata Kelola Logistik


Sedangkan bila kita berbicara soal efisien, hal tersebut adalah
sejauh mana logistik pemilu itu sedapat mungkin disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai peraturan
yang berlaku. Aspek anggaran sangat erat kaitannya dengan
efisiensi.
Dalam perjalanan demokrasi di Indonesia, terjadi beberapa
perubahan dalam sistem pemilu. Hal ini sangat memerngaruhi
proses pengadaan logistik pemilu itu sendiri. Sejak Indonesia
mengalami perubahan yang mendasar di era reformasi, sistem
demokrasi kita lebih mengarah kepada kebebasan masyarakat
menentukan sikap politik. Sejalan dengan kondisi tersebut,
terjadilah perubahan yang cukup signifikan dari aspek peraturan
yang mengatur mekanisme pemilihan umum.
Perubahan tersebut sangat memengaruhi tahapan pengelolaan
logistik, yang notabene merupakan salah satu kunci sukses
pemilu. Ibarat dalam tubuh manusia, lositik pemilu adalah
“darah” yang mengalir dalam tubuh demokrasi. Bisa dibayangkan
jika dalam tubuh manusia terjadi kekurangan darah atau darah
itu tidak efektif mengalir, tentunya akan mempengaruhi organ
tubuh secara keseluruhan.
Hal ini juga bisa terjadi apabila dalam proses puncak pemilihan
umum, yaitu hari “H” pemugutan suara, ternyata logistik pemilu
tidak terpenuhi sebagaimana mestinya. Selain pesta demokrasi
yang gagal digelar, lebih buruk lagi bepotensi terjadi masalah
konflik sosial politik. Pemilu yang seharusnya jembatan emas
demokrasi, berubah menjadi ancaman perpecahan antar anak
bangsa. Jangan sampai ini terjadi. (*)

Pengawasan Logistik Berbasis Teknologi 5959


60 Tata Kelola Logistik
BA
GIA
NI
II
MANAJEMEN
LOGISTIK
PEMILIHAN
61
S
ecara umum, dunia manajemen menggunakan
prinsip POAC (Planning, Organizing, Actuating, dan
Controlling). Prinsip manajemen ini banyak digunakan
oleh organisasi dewasa ini untuk memajukan dan mengelola
organisasi mereka. James A.F Stonner, POAC mendefinisikan
bahwa manajemen merupakan suatu proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, serta pengawasan usaha-
usaha dari para anggota organisasi. Yang mana pengertiannya
adalah sebuah proses atau usaha untuk mencapai tujuan
dari organisasi oleh semua aspek, baik itu manusia maupun
mesin1.
Manajemen Logistik adalah salah satu komponen penting
dalam manajemen rantai pasokan atau Supply Chain Management
yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan melalui
perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian keefisienan
dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan
(jasa) dan informasi terkait dari titik permulaan hingga titik
tujuan. Manajemen Logistik ini dapat membantu perusahaan
mengurangi biaya dan meningkatkan layanannya kepada
pelanggan.
Tata kelola atau manajemen logistik selama ini dipandang
tidak strategis karena hanya sebatas pengadaan, distribusi
barang dan lain-lain. Padahal kesemua tahapan itu menjadi
bagian strategis yang akan menentukan juga kualitas hasil
akhir. Manajemen logistik adalah suatu pendekatan yang
mengupayakan efisiensi operasi melalui integrasi aktifitas
pengadaan, pemindahaan, dan penyimpanan barang. Aktifitas
pengadaan dapat dikombinasikan dengan berbagai aktifitas

1 Solihin, Ismail. (2009). Pengantar Manajemen. Erlangga, Jakarta.

62 Tata Kelola Logistik


pengiriman, pergudangan, dan persediaan untuk membentuk
suatu sistem logistik2.
Jadi manajemen logistik pada prinsipnya bertujuan untuk
efisiensi, dan merupakan tahapan kegiatan yang terintegrasi mulai
dari awal sampai akhir. Dalam tata kelola logistik kepemiluan
juga seharusnya melalui sebuah manajemen logistik yang
baik, yaitu integrasi dari perencanaan kebutuhan, pengadaan,
pemeliharaan dan pendistribusian, sampai pengelolaan logistik
pasca pemilu/pemilihan.
Menurut Donald J.Bowersox, logistik adalah proses pengelolaan
yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang,
suku cadang dan barang jadi dari para supplier, di antara fasilitas-
fasilitas perusahaan dan kepada pada langganan3. Sedangkan
menurut Sondang P Siagian (2003), logistik adalah keseluruhan
bahan, barang, alat dan sarana yang diperlukan dan dipergunakan
oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan dan
berbagai sasarannya4.
Manajemen logistik bertujuan agar barang atau bahan yang
diperlukan untuk proses produksi atau kegiatan operasional
dapat tersedia dengan kuantitas, kualitas, waktu dan tempat yang
dibutuhkan dengan biaya seefisien mungkin, melalui penerapan
konsep standarisasi (standar teknik, standar pemusnahan, pengadaan),
optimalisasi (sesuai dengan kebutuhan) dan akurasi.

2 Heizer, Jay & Barry Render.2010. Manajemen Operasi. Edisi Ketujuh


Buku 1. Jakarta: Salemba Empat
3 Bowersox, Donald J.. (1995). Manajemen Logistik 1 . jakarta: Bumi
Aksara.
4 Siagian, Sondang P. 2003. Teori & praktek kepemimpinan. Jakarta: Rine-
ka Cipta

Manajemen Logistik Pemilihan 63


Menurut Abbas5, fungsi-fungsi manajemen logistik adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan. Fungsi ini
mencakup aktivitas dalam menetapkan sasaran-sasaran,
pedoman-pedoman, pengukuran penyelenggaraan bidang
logistik. Penentuan kebutuhan merupakan perincian
(detailing) dari fungsi perencanaan, bilamana diperlukan
semua faktor yang mempengaruhi penentuan harus
diperhitungkan.
2. Fungsi penganggaran. Fungsi penganggaran terdiri dari
kegiatan-kegiatan, usaha-usaha untuk merumuskan
perincian penentuan kebutuhan dalam suatu skala
standar, yaitu skala mata uang dan jumlah biaya dengan
memperhatikan pengarahan dan pembatasan yang berlaku
terhadapnya.
3. Fungsi pengadaan. Fungsi pengadaan merupakan usaha-
usaha dan kegiatan-kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
operasional yang telah digariskan dalam fungsi perencanaan,
penentuan kebutuhan maupun penganggaran.
4. Fungsi penyimpanan dan penyaluran (alokasi). Fungsi
ini merupakan pelaksanaan penerimaan, penyimpanan
dan penyaluran material yang telah diadakan melalui
fungsi-fungsi sebelumnya untuk kemudian disalurkan
kepada instansi-instansi pelaksana.
5. Fungsi pemeliharaan. Fungsi ini merupakan usaha atau
proses kegiatan-kegiatan untuk mempertahankan kondisi
teknis, daya guna dan daya hasil material inventaris.
6. Fungsi penghapusan. Fungsi ini merupakan kegiatan-
kegiatan dan usaha-usaha pembebasan material dari

5 Salim, Abbas. 1993. Manajemen Transportasi. Jakarta: Raja Grafindo


Persada

64 Tata Kelola Logistik


pertanggungjawaban yang berlaku. Dengan kata lain, fungsi
penghapusan adalah usaha untuk menghapus kekayaan
(aset) karena kerusakan yang tidak dapat diperbaiki lagi,
dinyatakan sudah tua dari segi ekonomis maupun teknis,
kelebihan, hilang, susut dan karena hal-hal lain menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Fungsi pengendalian. Fungsi ini merupakan inti pengelolaan
perlengkapan yang meliputi usaha untuk memantau
dan mengamankan keseluruhan pengelolaan logistik.
Dalam fungsi ini di antaranya terdapat kegiatan-kegiatan
pengendalian inventarisasi (inventory control) dan expediting
yang merupakan unsur-unsur utamanya.
Dalam melakukan pengelolaan logistik pemilihan, KPU menerapkan
siklus yang membantu KPU dalam menyusun rencana kerja pengadaan,
pendistribusian, pemeliharaan dan inventarisasi. Ini perlu dilakukan
mengingat logistik mempunyai peranan penting dalam suksesnya
pelaksanaan Pemilihan Umum. Oleh karenanya perlu adanya
manajemen logistik yang baik sehingga setiap perencaan dan
pengadaan yang nantinya akan dibuat oleh KPU akan berjalan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Siklus Pengelolaan Logistik

Manajemen Logistik Pemilihan 65


Gambar 3.1 di atas menunjukkan siklus pengelolaan logistik
pemilihan. Jika dilihat dari siklus tersebut, pengelolaan logistik
yang diterapkan oleh KPU terbagi dalam 4 bidang besar yaitu
perencanaan atau penganggaran, pengadaan, pendistribusian,
dan pemeliharaan atau inventarisasi. Masing-masing bidang
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Perencanaan dan Penganggaran
Kebutuhan logistik pemilihan sangat tergantung dari
perencanannya. Perencanaan yang berorientasi pada tepat
jumlah, tepat jenis, dan tepat waktu akan sangat berpengaruh
terhadap efisiensi kebutuhan logistik. Menjadi permasalahan
yang masih saja terjadi adalah perencanaan logistik yang
kurang efisien, misalnya waktu pengadaan yang sangat singkat
sehingga harga produksi menjadi lebih mahal. Juga masih ada
saja perencanaan kebutuhan yang tidak tepat dari sisi jumlah
dan jenis, sehingga harus dilakukan pengadaan kembali atau
harus diganti barang yang telah tersedia.
Proses perencanaan pengadaan logistik pemilihan disusun
oleh KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. Adapun dokumen
perencanaan yang disusun oleh KPU Kabupaten/Kota meliputi:
a. Perencanaan dan penggangaran atas data kebutuhan
barang (DKB) dan alokasi kebutuhan
b. Data dukung berupa biaya distribusi logistik dari Kabupaten/
Kota ke PPK/PPS
c. Jenis- jenis kebutuhan logistik
d. Penyusunan rencana kebutuhan dan penganggaran mengacu
pada keputusan tentang penetapan Daftar Pemilih Tetap
(DPT) pemilihan

66 Tata Kelola Logistik


Proses Penganggaran yaitu penyusunan Rencana Anggaran
Belanja (RAB) yang mengacu pada kebutuhan barang dan
alokasi barang. Perencanaan kebutuhan logistik pemilihan
dilakukan dengan mengacu pada keputusan KPU sebagai
acuan dalam penetapan kebutuhan dan spesifikasi teknis
perlengkapan pemungutan suara dan perlengkapan lainnya,
serta keputusan tentang perencanaan anggaran.
Sebagai upaya penyamaan persepsi dan penyeragaman
penyusunan anggaran dan kebutuhan logistik, penyelenggara
di tingkat provinsi harus menyiapkan template untuk diisi oleh
penyelenggara di Kabupaten/Kota dan seterusnya ke bawah.
Penyusunan rencana anggaran kebutuhan yang dilakukan
oleh KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota dilaksanakan dengan
melalui rapat koordinasi serta bimbingan teknis. Tujuan
dari pelaksanaan rapat koordinasi yaitu KPU Kabupaten/
Kota memberikan gambaran terkait rencana anggaran dan
kebutuhan logisitik pemilihan yang dituangkan dalam RAB
beserta data dukung.
Data yang diperlukan dalam menghitung kebutuhan logistik
meliputi jumlah pemilih, jumlah badan penyelenggara adhoc
(PPK, PPS dan KPPS), jumlah peserta pemilihan, kondisi logistik
pada pemilihan sebelumnya, dan indeks kebutuhan setiap
jenis logistik pada setiap tingkatan badan adhoc. Perencanaan
kebutuhan logistik dimulai dengan kegiatan pengumpulan data,
yang dilakukan secara berjenjang pada dua tahun sebelum
tahun penyelenggaraan Pemilihan. Tahapan pengolahan
data meliputi pemeriksaan kelengkapan data, validasi data,
penyusunan rencana kebutuhan logistik, penyusunan RAB
pengadaan, dan penyusunan RAB pendistribusian logistik
pemilu.

Manajemen Logistik Pemilihan 67


2. Pengadaan
Pengadaan logistik pemilu merupakan bagian dari tahapan
penyelenggaraan pemilihan kepala daerah, dimana dalam tahapan
pemilihan diatur tahapan pengadaan perlengkapan pemungutan
dan penghitungan suara kurang lebih tiga bulan panjangnya,
dan tahapan produksi serta pendistribusian perlengkapan
pemungutan dan penghitungan suara kurang lebih juga tiga
bulan lamanya.
Fungsi pengadaan ini pada hakikatnya merupakan
serangkaian kegiatan untuk menyediakan logistik sesuai
dengan kebutuhan, baik berkaitan dengan jenis, spesifikasi,
jumlah, waktu maupun tempat, dengan harga dan sumber
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pengadaan perlengkapan pemungutan suara dan perlengkapan
lainnya dilaksanakan oleh Sekretariat KPU Provinsi dan/
atau Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Dalam Pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur, Sekretariat KPU Provinsi
dapat melimpahkan kewenangan pengadaan perlengkapan
lainnya kepada Sekretariat KPU Kabupaten/Kota. Pengadaan
perlengkapan pemungutan suara berupa TPS dilaksanakan
oleh KPPS bekerja sama dengan masyarakat. Pengadaan
barang/jasa untuk perlengkapan pemungutan suara dan
perlengkapan lainnya dalam pemilihan yang dilaksanakan
secara bersamaan dilakukan oleh KPU Provinsi berkoordinasi
dengan KPU Kabupaten/Kota. Pengadaan barang/jasa tersebut
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai pengadaan barang/jasa
Pemerintah.
Proses pengadaan Barang dan Jasa yang dilakukan mengacu

68 Tata Kelola Logistik


pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 20186. Adapun tahapan
pengadaan yang dilakukan yaitu pengumuman Rencana Umum
Pengadaan (RUP) oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), penyusunan
Kerangka Acuan Kerja (KAK), survei dan penyusunan HPS dan
spesifikasi Barang/Jasa oleh oleh PPK, penyusunan jadwal
pengadaan, pembuatan standar dokumen pengadaan oleh Pejabat
Pengadaan/Pokja pemilihan, serta kontrak oleh PPK. Dalam rangka
memberikan pemahaman dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia terkait pengadaan logistik, harus dilaksanakan
kegiatan- kegiatan yang melibatkan jajaran penyelenggara
khususnya yang menangani pengadaan logistik pemilu. Kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan antara lain bimbingan teknis dan rapat
koordinasi baik bagi komisioner, kepala sub bagian maupun staf
bidang logistik. Kegiatan-kegiatan seperti ini perlu dilaksanakan
mengingat pentingnya satu pemahaman yang baik akan aturan,
kebijakan dan proses pengadaan logistik pemilu.
Dalam rangka meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan barang
dan jasa maka perlu untuk ditetapkan unit layanan pengadaan.
Unit Layanan Pengadaan, selanjutnya disebut ULP, adalah unit
yang bertugas untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sesuai dengan tugasnya, unit kerja pengadaan barang dan
jasa memfasilitasi pengadan Barang/Jasa di tingkat Provinsi
maupun di tingkat Kabupaten/Kota. Dalam melaksanakan tugas
pengadaan barang/jasa, unit ini juga melaksanakan asistensi
dan bimbingan bagi para pejabat pengadaan, pejabat pembuat
komitmen yang ada di tingkat Kabupaten/Kota.

6 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/


Jasa Pemerintah

Manajemen Logistik Pemilihan 69


Tujuan dari pembentukan unit ini yaitu:
1. Melaksanakan pengadaan barang/jasa;
2. Menyampaikan daftar hitam penyedia barang/jasa kepada
PA/KPA untuk diteruslaporkan kepada LKPP;
3. Melakukan pemantauan dan supervisi pelaksanaan
pengadaan barang/jasa ULP Provinsi dan ULP Kabupaten/
Kota; dan
4. Melaksanakan tugas lainnya di bidang pengadaan barang/
jasa berdasarkan arahan PA/KPA sesuai peraturan perundang-
undangan
Organisasi pengadaan barang/jasa untuk pengadaan dilakukan
melalui penyedia barang/jasa terdiri atas : 1. PA/KPA. 2. PPK.
3. ULP/Pejabat Pengadaan. 4. Panitia/Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan. Tugas pokok dan kewenangan PA/KPA adalah menetapkan
Rencana Umum Pengadaan (RUP), mengumumkan secara luas
RUP, menetapkan PPK, menetapkan Pejabat Pengadaan, dan
menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan. Tugas pokok
dan kewenangan PPK antara lain menetapkan spesifikasi barang/
jasa, menetapkan Harga Perkiraan Sendiri (HPS), menyiapkan
rancangan kontrak, menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia
Barang/Jasa (SPPBJ), melaksanakan kontrak dengan Penyedia
Barang/Jasa, mengendalikan pelaksanaan Kontrak, dan menyetujui
bukti pembelian atau menandatangai kuitansi/ SPK/ kontak.
Tugas pokok dan kewenangan Pokja ULP meliputi penyusunan
rencana pemilihan Penyedia barang/jasa yang bernilai di atas Rp.
200 juta dan untuk pekerjaan Jasa Konsultansi bernilai di atas
Rp. 50 juta, menetapkan dokumen pengadaan, mengumumkan
pelaksanaan pengadaan barang/jasa, menilai kualifikasi Penyedia
Barang/Jasa, melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga

70 Tata Kelola Logistik


terhadap penawaran yang masuk, menjawab sanggahan, dan
menetapkan Penyedia barang/jasa (pemenang lelang) dengan
nilai paling tinggi Rp. 100 miliar dan untuk jasa konsultasi dengan
nilai paling tinggi Rp. 10 miliar. Tugas pokok dan kewenangan
Pejabat Pengadaan antara lain menyusun rencana pemilihan
Penyedia Barang/Jasa yang bernilai sampai dengan Rp. 200 juta
dan untuk pekerjaan Jasa Konsultansi bernilai paling tinggi Rp.
50 juta, menetapkan dokumen Pengadaan, mengumumkan
pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa, menilai kualifikasi Penyedia
Barang/Jasa, melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga
terhadap penawaran yang masuk, menetapkan Penyedia barang/
jasa (pemenang lelang) dengan nilai paling tinggi Rp. 200 juta
dan untuk Jasa Konsultansi dengan nilai paling tinggi Rp. 50 juta.
Rencana Umum Pengadaan (RUP) diumumkan setelah Rencana
Kerja Kementerian/Lembaga/Institusi disetujui DPR dan untuk
anggaran belanja hibah Pemilihan diumumkan setelah dibahas
dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD. RUP
diumumkan oleh PA/KPA dari Kementerian /Lembaga /Dinas/
Institusi yang bersangkutan. Pengumuman RUP paling kurang
berisi nama dan alamat Pengguna Anggaran, paket pekerjaan
yang akan dilaksanakan, lokasi pekerjaan; dan perkiraan besaran
biaya. RUP diumumkan dalam Sistem Informasi Rencana Umum
Pengadaan (SiRUP) pada https://sirup.lkpp.go.id/sirup.
Cara pengadaan ada 6 metode, yaitu pelelangan umum,
pelelangan sederhana pengadaan langsung, penunjukkan langsung,
e-purchasing melalui e-katalog, dan lelang cepat. Penetapan
cara pemilihan tergantung besaran nilai paket pekerjaan yang
akan diadakan dan tingkat kerumitan/ kompleksitas teknis
pekerjaannya. Yang harus diperhatikan dalam menyusun jadwal
pengadaan antara lain jadwal tahapan Pemilu/Pemilihan, kapan
barang tersebut akan digunakan, apakah barang tersebut harus

Manajemen Logistik Pemilihan 71


diproduksi atau barang yang (ready stock), antisipasi apabila
ada pelelangan gagal, perlu waktu berapa hari produksi dan
pengiriman ke KPU kabupaten/kota, berapa lama waktu sortir,
menyusun alokasi setiap badan pelaksanaan dan pengepakan, serta
berapa lama distribusi dari KPU Kabupaten/Kota ke TPS. Untuk
memfasilitasi pengadaan barang/ jasa khususnya perlengkapan
penyelenggaraan Pemilu/Pemilihan, KPU membentuk LPSE pada
tahun 2016. Dengan berdirinya LPSE KPU, diharapkan seluruh
satuan kerja KPU (KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota) dapat
melaksanakan pelelangan melalui LPSE KPU, sehingga seluruh
kegiatan pelelangan perlengkapan penyelenggaraan pemilihan
dapat berjalan dengan profesional, transparan dan akuntabel
untuk mewujudkan kemandirian lembaga. LPSE KPU berfungsi
mengelola sistem e-procurement, menyediakan pelatihan kepada
PPK/Pokja ULP dan penyediaan barang/jasa, menyediakan sarana
akses SPSE bagi PPK/ Pokja ULP dan penyedia barang/ jasa ,
menyediakan bantuan teknis terkait kendala pengoperasian
sistem eprocurement, dan menyediakan fasilitas pendaftaran
dan verifikasi bagi penyedia.
3. Pendistribusian
Ketentuan mengatur bahwa perlengkapan pemungutan suara
harus sudah diterima Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara
paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari/tanggal pemungutan
suara. Maka dari itu, penyelenggara pemilihan harus melaksanakan
dengan baik pendistribusian perlengkapan pemungutan suara
untuk memenuhi ketentuan dimaksud.
Pendistribusian Perlengkapan Pemungutan Suara adalah
pendistribusian atau pengiriman perlengkapan pemungutan
suara dari KPU Provinsi ke KPU Kabupaten/Kota, dan/atau

72 Tata Kelola Logistik


dari KPU Kabupaten/Kota ke PPK, PPS, dan KPPS. Pengelolaan
proses pendistribusian logistik terdiri dari dua hal penting, yaitu
perencanaan pendistribusian dan pelaksanaan pendistribusian.
Yang pertama adalah perencanaan. Perencanaan pendistribusian
perlengkapan pemilihan harus dimulai dengan koordinasi
bersama lembaga lain yang terkait. Koordinasi ini sebagai upaya
kerjasama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, dan Tentara Nasional Indonesia serta
perangkat daerah di daerah masing-masing demi kelancaran
pendistribusian dan mempertimbangkan nilai efisien, efektif,
dan akuntabel sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Mengingat luasnya jangkauan wilayah distribusi, misalnya
wilayah Provinsi Sulawesi Utara yang terdiri dari 3 Kepulauan
dan 13 Daratan perlu disusun perencanaan pendistribusian
yang matang. Penyelenggara harus menyusun perencanaan
pendistribusian perlengkapan pemungutan suara dengan efektif.
Hal tersebut agar dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan
baik sesuai prinsip-prinsip pengelolaan logistik, yaitu :
1. Tepat sasaran, barang yang didistribusikan ke KPU Provinsi,
KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS sesuai dengan
alamat tujuan barang;
2. Tepat waktu, barang yang dikirim ke KPU Provinsi, KPU
Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS dan diterima sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan;
3. Tepat jumlah, barang yang dikirim dan diterima oleh
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS
sesuai dengan alokasi jumlah yang sudah ditetapkan;

Manajemen Logistik Pemilihan 73


4. Tepat jenis, barang yang dikirim dan diterima oleh KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PS, dan KPPS sesuai
dengan jenis barang yang sudah ditetapkan;
5. Tepat kualitas, barang yang dikirim dan diterima oleh KPU
Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS, dan KPPS tidak
mengubah mutu/spesifikasi barang ditetapkan oleh KPU;
6. Efisien, dalam proses pendistribusian mempertimbangkan
biaya yang berdaya guna; dan
Langkah berikutnya dalam perencanaan pendistribusian
adalah menentukan daerah prioritas. Menentukan daerah
prioritas merupakan bagian penting sebelum penyelenggara
menentukan jadwal pendistribusian, menentukan moda angkut,
menentukan pola pendistribusian, menyusun anggaran distribusi,
dan menyusun kerjasama sama dengan instansi terkait. Hal ini
disebabkan karena tipologi dan geografis yang beragam, sehingga
harus mempertimbangkan tingkat kesulitan atau hambatan.
Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam menentukan
derah prioritas adalah, antara lain, :
1. Waktu Tempuh. Pendistribusian perlengkapan pemungutan
suara dan pendistribusian hasil penghitungan suara
pemilihan dibatasi oleh waktu tahapan pemilihan. Oleh
karena itu, unsur waktu tempuh harus diutamakan dalam
perencanaan pendistribusian perlengkapan pemungutan
suara dan pendistribusian hasil penghitungan suara
Pemilihan. KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan pemilihan dapat menentukan waktu
tempuh pada saat pendistribusian dengan melihat
pengalaman pendistribusian pemilihan/pemilihan
umum sebelumnya, survey langsung ke lapangan, dan

74 Tata Kelola Logistik


berkoordinasi dengan instansi terkait (perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan perhubungan atau perangkat
daerah terkait lainnya, serta pihak swasta/masyarakat.
2. Jarak Lokasi. Dalam menentukan daerah prioritas, apabila
terdapat dua atau lebih titik pendistribusian yang memiliki
waktu tempuh yang sama atau hampir sama, maka
penentuan daerah prioritas dapat dilihat dari jarak lokasi.
Jauh atau dekat jarak lokasi harus mempertimbangkan
tingkat kesulitan, yaitu letak geografis, kondisi cuaca,
sarana transportasi, keamanan dan kerawanan daerah
tujuan, serta jumlah pemilih yang mempengaruhi jumlah
barang yang dikirim.
3. Geografis. Penentuan daerah prioritas juga dapat
berdasarkan letak geografis setiap lokasi tujuan. Hal ini
dikarenakan wilayah Indonesia terdiri atas kepulauan/
laut, pegunungan, dataran rendah, dataran tinggi, dan
sungai/rawa/danau, maka setiap lokasi pendistribusian
memiliki karakter geografis yang berbeda. Bahkan dalam
satu wilayah kerja PPK memiliki TPS yang mempunyai
letak geografis berbeda-beda.
4. Kondisi Cuaca. Dalam pendistribusian, kondisi cuaca juga
dapat mempengaruhi lambat atau cepatnya pengiriman,
sehingga kondisi cuaca juga dapat menjadi unsur dalam
menetapkan daerah prioritas. Daerah yang berpengaruh
terhadap kondisi cuaca yaitu daerah kepulauan, pegunungan,
dan sungai/rawa/danau. Untuk dapat mengantisipasi kondisi
cuaca buruk, maka pada saat penentuan daerah prioritas
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota bekerjasama dengan
pihak terkait, seperti lembaga yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan dibidang meteorologi, klimatologi, dan

Manajemen Logistik Pemilihan 75


geofisika, serta perangkat daerah yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang penanggulangan bencana,
atau pihak lain yang mengetahui kondisi umum cuaca
pada bulan pendistribusian.
5. Sarana Transportasi. Sarana transportasi yang tersedia
juga menjadi unsur yang penting dalam menentukan
daerah prioritas, seperti angkutan umum regular, sewa,
pinjam instansi terkait, atau tenaga manusia.
6. Tingkat Keamanan serta Kerawanan Daerah Tujuan. Tingkat
keamanan serta kerawanan daerah tujuan juga menjadi
unsur penting dalam menentukan daerah prioritas. Oleh
karena itu perlu berkoordinasi dengan pihak Kepolisian
Negara Republik Indonesia dan Tentara Nasional Indonesia
untuk mengetahui titik rawan mana saja yang perlu
dilakukan pengawalan dan pengamanan.
7. Jumlah Pemilih. Jumlah pemilih berkaitan dengan
jumlah barang yang didistribusikan. Hal ini menjadi
unsur penentuan daerah prioritas apabila jumlah setiap
kecamatan mempunyai jumlah barang yang memiliki
jumlah angkut yang berbeda.
Hal penting berikutnya dalam rangka penyusunan perencanaan,
adalah penyusunan jadwal pendistribusian. Pendistribusian logisitik
dapat dilakukan oleh penyedia, tapi dapat juga dilakukan secara
swakelola oleh penyelenggara sendiri. Untuk pendistribusian yang
menggunakan penyedia jasa pendistribusian, maka jadwal disusun
oleh penyelenggara dan berkoordinasi dengan pihak penyedia
dengan memerhatikan antara lain daerah prioritas yang disusun,
jumlah transportasi Penyedia, dan jaringan transportasi Penyedia.

76 Tata Kelola Logistik


Pemilihan moda transportasi yang tepat menjadi hal yang
penting. penyelenggara dalam menentukan moda angkutan dan
kapasitas angkut untuk pendistribusian, perlu mempertimbangkan
hal-hal antara lain, :
1. Pendistribusian melalui darat. Pendistribusian melalui
darat dilakukan untuk daerah yang dapat dilalui oleh
kendaraan besar, seperti truk build up, kontainer, truk
kecil, dan kereta api.
2. Pendistribusian melalui air. Pendistribusian melalui air
dilakukan untuk daerah yang tidak dapat dilalui oleh
angkutan darat sehingga memerlukan transportasi air,
seperti kapal laut, kapal kargo, kapal ferry, kapal layar,
speed boat, kapal sampan, dan lain-lain.
3. Pendistribusian melalui udara. Pendistribusian dan
pengembalian melalui udara dilakukan pada daerah
dengan kondisi geografis dan cuaca yang karena alasan
keterbatasan waktu tidak memungkinkan melalui darat
dan/atau air.
Dalam menentukan moda angkutan, harus memperhatikan
daerah yang dapat memadukan moda darat, air, dan udara
dengan mempertimbangkan efektivitas, efisiensi, dan keamanan
dalam pendistribusian. Penyelenggara harus berkoordinasi untuk
memutuskan moda transportasi yang akan digunakan dalam
pendistribusian. Guna kelancaran pelaksanaan pendistribusian
maka bagi daerah prioritas yang moda transportasinya tidak
dapat disediakan oleh pihak penyedia jasa transportasi dan
masyarakat, dapat berkoordinasi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Tentara
Nasional Indonesia.

Manajemen Logistik Pemilihan 77


Penentuan mekanisme pendistribusian
apakah akan dilakukan secara swakelola
atau menggunakan penyedia jasa
pengiriman atau ekspedisi adalah hal yang
penting juga ditentukan dalam melakukan
perencanaan pendistribusian. Penentuan
mekanisme pendistribusian dilakukan
dengan mempertimbangkan kondisi Penjemputan Logistik
geografis daerah yang bersangkutan, di Pelabuhan Bitung
maupun pengalaman-pengalaman melaksanakan pendistribusian
pada pemilu atau pemilihan sebelumnya. Dan yang paling
terakhir yaitu penyusunan anggaran distribusi yang tentunya
menjadi hal yang penting untuk dituntaskan pada saat melakukan
perencanaan distribusi.
Hal yang kedua dalam proses pendistribusian tentunya adalah
pelaksanaan pendistribusian. Di tingkat Provinsi maupun di
Kabupaten/Kota, sangat penting bagi penyelenggara untuk terus
melakukan monitoring untuk mengetahui perkembangan dan
pergerakan pendistribusian, penerimaan, dan pengembalian
logistik. Hal yang dilakukan antara lain adalah dengan membentuk
pos atau desk monitoring, dimana di dalamnya dapat diisi oleh
penyelenggara sendiri bersama dengan pemangku kepentingan
lainnya. Hal ini agar dapat semakin memudahkan serta mempercepat
penerimaan informasi maupun upaya penyelesaian masalah
jika terjadi hambatan dalam proses pendistribusian logistik.
Hal yang terakhir yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
distribusi logisitik adalah keadaan darurat. penyelenggara dalam
melaksanakan pendistribusian perlengkapan pemilihan dapat
menghadapi berbagai hambatan. Hal tersebut disebabkan
oleh kondisi geografis wilayah Negara Kesatuan Republik

78 Tata Kelola Logistik


Indonesia yang berbentuk dataran, perbukitan, pegunungan,
dan kepulauan. Selain itu juga ditambah dengan tingkat
kerawanan dan keamanan suatu daerah, serta keadaan darurat.
Keadaan darurat merupakan suatu keadaan yang terjadi di
luar kehendak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
seperti bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial,
pemogokan, kebakaran, kondisi cuaca ekstrim, dan gangguan
industri lainnya, sehingga proses pendistribusian perlengkapan
pemilihan tidak dapat dilaksanakan secara umum.
Dalam menghadapi kondisi tersebut diperlukan langkah
alternatif dalam pendistribusian perlengkapan pemilihan
agar dapat sampai di tempat tujuan sesuai dengan asas tepat
sasaran, tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat kualitas,
dan efisien. Langkah alternatif tersebut dilakukan dengan
menyiapkan langkah daruat, yaitu perlu adanya perlakuan
khusus secara tepat dan cepat serta diperlukan pemahaman
yang sama oleh penyelenggara maupun para pemangku
kepentingan. Apabila memang diperlukan menyewa alat
transportasi dengan mempertimbangkan waktu yang tersedia,
alat transportasi tersebut harus bersifat representatif sesuai
dengan kondisi yang riil.

Pada pelaksanaannya, penanganan keadaan darurat secara


teknis berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan Peraturan
Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor
13 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
dalam Penanganan keadaan darurat guna memberikan value for
money, berdasarkan prinsip efektif, transparan, dan akuntabel.
Adapun kriteria keadaan darurat yaitu,

Manajemen Logistik Pemilihan 79


1) Keadaan Darurat Bencana. Keadaan darurat bencana yaitu
suatu keadaan yang mengancam dan mengganggu kehidupan
dan penghidupan sekelompok orang/masyarakat yang
memerlukan tindakan penanganan segera dan memadai.
Keadaan darurat bencana dapat disebabkan oleh:
a) bencana alam, seperti gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, tanah longsor,
dan lain-lain;
b) bencana nonalam, seperti gagal teknologi, gagal modernisasi,
pandemi atau epidemi, dan wabah penyakit; dan/atau
c) bencana sosial, seperti konflik sosial antarkelompok
atau antarkomunitas masyarakat, teror, dan lain-lain.
2) Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan. Kegiatan
yang dilakukan dalam upaya mencari, menolong, menyelamatkan,
dan mengevakuasi manusia yang menghadapi keadaan
darurat dan/atau bahaya yang dapat disebabkan oleh
kecelakaan (darat, udara dan/atau air), bencana, atau
kondisi yang dapat membahayakan manusia/masyarakat.
3) Kerusakan Sarana/Prasarana yang dapat Mengganggu
Kegiatan Pelayanan Publik. Kerusakan sarana/prasarana
yang dapat mengancam keselamatan, keamanan, dan
pemanfaatan, diperlukan tindakan yang cepat dan tepat
untuk menangani kerusakan tersebut.
4) Bencana alam, bencana nonalam, bencana sosial, per
kembangan situasi politik dan keamanan di luar negeri,
dan/atau pemberlakuan kebijakan pemerintah asing yang
memiliki dampak langsung terhadap keselamatan dan
ketertiban warga negara Indonesia di luar negeri.
5) Pemberian bantuan kemanusiaan kepada negara lain yang
terkena bencana.

80 Tata Kelola Logistik


4. Pemeliharaan dan Inventarisasi
Pemeliharaan dan inventarisasi logistik dilakukan sebelum
sampai dengan pelaksanaan pemungutan dan perhitungam suara,
yang meliputi perlengkapan pemungutan suara serta dukungan
perlengkapan lainnya. Mekanisme kegiatan pemeliharaan dan
inventarisasi logistik terdiri dari tahap penerimaan, penyimpanan,
penyortiran, pengesetan, penghitungan, pengepakan, pemeliharaan,
pengamanan, dan penyaluran. Seluruh tahapan kegiatan
tersebut, harus dilaksanakan secara baik, taat prosedur, dan
tertib administrasi dengan melibatkan segenap pemangku
kepentingan dan PPK, PPS, dan KPPS dengan masing-masing
kegiatan yang dijabarkan pada uraian di bawah ini, :
1) Tahap Penerimaan
Tahap Penerimaan merupakan proses penyerahan dan
penerimaan logistik pemilihan di gudang KPU Kabupaten/Kota.
Dalam proses penerimaan, KPU Kabupaten/Kota mengangkat
pejabat/penerima hasil pekerjaan dengan tugas sebagai berikut :
a) Melakukan pemeriksaan terhadap jenis barang dan jumlah
koli yang diterima;
b) Mencocokkan jenis dan jumlah barang pada label dengan
jenis dan jumlah barang pada Surat Perintah Pengiriman
(SPP) barang, kualitas, serta tujuan atau peruntukannya;
c) Mencatat dan menuangkan hasil pemeriksaan ke dalam
formulir berita acara hasil pemeriksaan; dan
d) Menandatangani Berita Acara Serah Terima (BAST) barang; dan
e) Membuat laporan dengan mekanisme pelaporan untuk
Pemilihan.

Manajemen Logistik Pemilihan 81


Pejabat yang menerima hasil pekerjaan memasukkan barang
yang telah diterima sebagai stok gudang. Apabila tim pendukung
penerima hasil pekerjaan menerima barang secara bertahap,
maka dibuatkan BAHP sementara.
2) Tahap Penyimpanan

Penyimpanan adalah kegiatan menempatkan logistik pada


tempat yang telah ditentukan sehingga logistik tersebut tetap
dalam kondisi baik dan aman. Penyimpanan barang Logistik
dilaksanakan dengan melakukan pengawasan dan pengaturan
barang di dalam ruang penyimpanan/gudang, sehingga apabila
pada saat logistik diperlukan dapat dilayani dengan cepat dan
tepat. Proses penyimpanan logistik dilakukan setelah barang
logistik diterima oleh KPU Kabupaten/Kota dari penyedia sampai
dengan penyaluran dari gudang KPU Kabupaten/Kota. Adapun
tujuan penyimpanan logistik yaitu untuk :
a) Menjaga kelayakan, kualitas, dan keawetan Logistik;
b) Mengatur keluarnya logistik secara wajar untuk disalurkan
kepada PPK, PPS, dan KPPS;
c) Mengurangi berbagai kerusakan logistik;
d) Menghitung jumlah logistik;
e) Pengamanan terhadap logistik; dan
f) Memberikan informasi kepada pihak lain yang membutuhkan.
Agar Penyimpanan logistik efektif dan efisien, KPU Kabupaten/
Kota harus memperhatikan faktor sebagai berikut:
a. Pemilihan Lokasi

82 Tata Kelola Logistik


Pemilihan lokasi dilakukan dengan mempertimbangkan
jalur cepat, lokasi yang mudah diakses, dapat diawasi
oleh satuan kerja KPU Kabupaten/Kota, dan bebas banjir.
b. Pemilihan Tempat Penyimpanan Logistik
Syarat dan ketentuan untuk tempat penyimpanan logistik
pemilihan antara lain merupakan gudang yang dikelola oleh
satuan kerja KPU Kabupaten/Kota, apabila KPU Kabupaten/
Kota tidak memiliki gudang, dapat meminjam atau menyewa
gedung, rumah toko (ruko), lapangan olahraga (indoor), atau
bangunan gedung lainnya selain rumah pribadi yang dimiliki
oleh pemerintah atau swasta.
c. Barang Logistik
Barang logistik yang sudah diterima selanjutnya disimpan
berdasarkan jenis logistik yang diterima.
d. Pencegahan Kebakaran
Penyimpanan logistik harus menghindari penumpukan
bahan-bahan/material yang mudah terbakar serta dipasang
alat alarm kebakaran dan alat pemadam kebakaran, serta
penempatan alat alarm kebakaran dan alat pemadam
kebakaran harus di tempat yang mudah dijangkau dan dalam
jumlah yang cukup.
e. Keamanan Tempat Penyimpanan Logistik
Pengamanan tempat penyimpanan logistik dilakukan dengan
ketentuan pemasangan pagar keliling pada area tempat
penyimpanan logistik, pemasangan alat pemantau keamanan
seperti alarm atau kamera pemantau (CCTV), penugasan
petugas keamanan paling kurang sejumlah 2 (dua) orang

Manajemen Logistik Pemilihan 83


setiap 12 (dua belas) jam per shift, dan penerangan yang
cukup.
f. Pengaturan Ruang Penyimpanan Logistik
Ruangan penyimpanan logistik harus mematuhi pengaturan
tata letak ruangan yang telah ditentukan, agar logistik tidak
rusak karena penataan ruangan yang tidak tepat. Faktor-faktor
yang perlu dipertimbangkan dalam merancang tata letak
penyimpanan logistik antara lain, penataan gudang harus
memperhatikan posisi dinding dan pintu, serta
mempertimbangkan aksesibilitas logistik yang disimpan
dalam gudang, serta tata letak ruang gudang perlu memiliki
lorong.
g. Prosedur atau Sistem Penyimpanan Logistik
Faktor ini mencakup seluruh tata cara terkait penyimpanan
logistik yang di dalamnya juga memperhatikan aspek keamanan
barang logistik. Keluarnya barang secara berurutan atau
sesuai kronologis sesuai dengan daftar prioritas lokasi penyaluran
logistik, sehingga petugas pencatatan tidak perlu melakukan
pengecekan terhadap semua barang. Petugas biasanya hanya
mengecek jumlah barang yang keluar pada saat itu apakah
sesuai dengan jumlah barang pada saat barang tersebut
masuk.
3) Tahap Penyortiran, Pelipatan, dan Pengesetan Surat Suara
dan Formulir
Penyortiran adalah kegiatan meneliti, mencocokkan,
menghitung, dan memisah-misahkan atau memilah logisitik
yang diterima dari perusahaan/penyedia sesuai kebutuhan
pengadaan. Penyortiran logistik dilakukan dalam dua tahap yaitu

84 Tata Kelola Logistik


Gambar... Tata Letak Ruang Gudang Penyimpanan Logistik

Manajemen Logistik Pemilihan 85


persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan adalah kegiatan
yang terdiri dari, :
a) Memastikan lokasi gudang yang representatif;
b) Melakukan koordinasi dengan Bawaslu Kabupaten/Kota;
c) Melakukan koordinasi dengan dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia setempat;
d) Menentukan jumlah personel yang akan melakukan
penyortiran, pelipatan, dan pengesetan surat suara,
dengan memperhatikan kemampuan personel dalam
membaca dan menulis, serta tidak buta warna, usia
personel paling rendah 17 (tujuh belas) tahun dan paling
tinggi 65 (enam puluh lima) tahun, jenis barang yang
disortir, jumlah barang yang disortir, dan jumlah personel
dan alokasi waktu kerja yang tersedia;
e) KPU Kabupaten/Kota dalam melakukan perekrutan
personel/pekerja yang akan melakukan penyortiran,
pelipatan, dan pengesetan surat suara, dapat dilakukan
melalui swakelola atau bekerjasama dengan masyarakat; dan
f) Dalam Penyortiran Logistik, pelipatan, pengesetan Logistik,
dan penghitungan barang Logistik dapat melibatkan: 1)
kelompok kerja Logistik serta pejabat dan/atau staf
KPU Kabupaten/Kota; 2) anggota PPK dan PPS; 3) pelajar
atau mahasiswa; dan/atau 4) masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerja.
Sementara tahap pelaksanaan penyortiran adalah kegiatan
untuk mengetahui kualitas barang logistik berupa surat suara dan
formulir yang diterima dalam kondisi baik dan jumlah yang tepat,

86 Tata Kelola Logistik


surat suara dan formulir harus segera dilakukan pemeriksaan
dan penyortiran logistik setelah diterima. Pemeriksaan dan
penyortiran logistik dilakukan untuk memisahkan surat suara
dan formulir dengan kualitas baik dan yang rusak, kemudian
dilakukan pelipatan. Setelah penyortiran dan pelipatan selesai
maka dilakukan pengesetan. Pengesetan adalah menyusun
dan mengeset logistik sesuai dengan jenis dan kebutuhannya.
Dalam melakukan penyortiran, pelipatan, dan pengesetan
logistik pemilihan beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu
sebagai berikut:
a) Petugas sortir wajib menggunakan tanda pengenal selama
penyortiran logistik, pelipatan, dan pengesetan surat suara;
b) Petugas sortir datang tepat waktu;
c) Seluruh personel yang terlibat dalam kegiatan penyortiran
logistik, pelipatan, dan pengesetan surat suara dilarang
merokok;
d) Seluruh personel yang terlibat dalam kegiatan harus
berpakaian rapi dan sopan;
e) Seluruh personel yang terlibat dalam kegiatan penyortiran
logistik, pelipatan, dan pengesetan logistik surat suara
dilarang membawa anak kecil dan membuat keributan;
f) Di dalam ruang penyortiran logistik, pengepakan logistik,
dan pengesetan logistik, seluruh personel yang terlibat
dalam kegiatan penyortiran logistik, pelipatan, dan
pengesetan logistik surat suara dilarang membawa tas/
ransel/kantong plastik dan sejenisnya, telepon genggam
dan kamera, dan makanan dan minuman;

Manajemen Logistik Pemilihan 87


g) Personel yang terlibat dalam kegiatan penyortiran logistik,
pelipatan, dan pengesetan logistik surat suara dilarang
membawa surat suara keluar dari ruang penyortiran logistik,
pengepakan logistik, dan pengesetan logistik dengan alasan
apapun, apabila terdapat personel yang diketahui membawa
surat suara keluar ruangan, dikenai sanksi sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
h) Surat suara yang rusak/cacat dipisahkan, dihitung jumlahnya,
dan dimasukkan ke dalam amplop/plastik yang telah
disediakan serta dilaporkan kepada pengawas, surat suara
yang rusak/cacat tidak boleh dikeluarkan dari ruangan
sortir; dan
i) Pengawas dan/atau petugas kepolisian dapat melakukan
pemeriksaan terhadap petugas sortir untuk mencegah
terjadinya pelanggaran terhadap tata tertib penyortiran
logistik, pelipatan, dan pengesetan logistik surat suara.
4) Tahap Pengepakan Logistik
Penyelenggara di tingkat Kabupaten/Kota melakukan pengepakan
logistik sebelum logistik dikirim/didistribusikan ke PPK, PPS, dan
KPPS secara berjenjang. Tahap pengepakan logistik merupakan
kegiatan menata dan mengemas surat suara dan perlengkapan
lainnya dengan jumlah dan spesifikasi teknis tertentu. Pengepakan
logistik dilakukan agar dalam proses identifikasi barang Logistik
menjadi lebih efektif, dapat mencegah pertukaran antar jenis
barang Logistik, dapat mengurangi kemungkinan kerusakan
barang, serta kemudahan dalam pengiriman. Pengepakan
logistik pemilihan dilakukan berdasarkan alokasi per TPS dan
alokasi logistik untuk PPK dan PPS, dengan dapat melibatkan
PPK dan PPS yang bersangkutan.

88 Tata Kelola Logistik


Dalam rangka ketepatan waktu penerimaan logistik,
penyelenggara pemilihan harus mempertimbangkan waktu yang
dibutuhkan untuk penyortiran, pengesetan, dan pengepakan
logistik. Kemudian selanjutnya penyaluran logistik ke PPK, PPS,
dan KPPS. Harus diupayakan penerimaan logistik di Kabupaten/
kota tiba lebih awal terutama untuk surat suara dan formulir,
mengingat untuk kedua jenis logistik tersebut harus dilakukan
proses penyortiran, penghitungan, dan pengepakan di KPU
Kabupaten/Kota sebelum didistribusikan kepada PPK, PPS,
dan KPPS.
Dalam hal terjadi keadaan keterlambatan pengiriman yang
berimbas terhadap penerimaan, penyortiran, pengesetan,
pengepakan, dan pendistribusian logistik pemilihan, KPU Provinsi
atau KPU Kabupaten/Kota dapat memperpanjang batas akhir
tahapan-tahapan tersebut sepanjang tidak melewati batas
hari pemungutan suara. Jika memang terjadi keterlambatan
dimaksud, proses penyortiran, pengesetan, penghitungan,
dan pengepakan logistik dapat dilaksanakan secara simultan
berdasarkan skala prioritas penyaluran logistik untuk PPK, PPS,
dan KPPS. Alokasi waktu untuk proses penyortiran logistik,
pengesetan logistik, dan pengepakan logistik tidak berlaku
apabila terdapat penambahan surat suara yang disebabkan
oleh kekurangan surat suara hasil sortir, adanya permintaan
kembali karena rusak/cacat, force majour, atau kebutuhan
mendesak yang dikarenakan oleh perubahan daftar pemilih
yang ditetapkan setelah proses logistik telah disortir. Yang
paling utama adalah batas waktu logistik sampai di TPS adalah
1 (satu) hari menjelang pemungutan suara.
5) Tahap Pemeliharaan
Pemeliharaan logistik merupakan kegiatan perawatan logistik

Manajemen Logistik Pemilihan 89


pemilihan agar kondisi tetap terjamin dan siap pakai untuk
digunakan pada kegiatan pemungutan dan penghitungan suara
secara efektif, efisien, dan akuntabel. Kegiatan Pemeliharaan
Logistik dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota agar kondisi barang
Logistik tetap terawat.
Agar logistik tetap dalam kualitas yang baik, selain memelihara
logistik sesuai dengan jenis bahannya, penyelenggara juga perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut, :
a) Tempat penyimpanan logistik/gudang yang luas dan
memuat banyak barang dilengkapi peta gudang;
b) Pengaturan sirkulasi udara, salah satu faktor penting
dalam merancang tempat penyimpanan logistik/gudang
adalah adanya sirkulasi udara yang cukup di dalam ruangan,
termasuk pengaturan kelembaban udara dan pengaturan
pencahayaan;
c) Memberi alas untuk setiap logistik dengan menggunakan rak
atau pallet yang tepat agar terhindar dari kelembaban dan
tidak dimakan rayap serta dapat meningkatkan sirkulasi udara,
perlindungan terhadap banjir dan efisiensi penanganan;
d) Penjagaan gudang dari kebocoran atap untuk menjaga
tempat penyimpanan logistik/gudang dari berbagai
ancaman cuaca panas dan hujan. Atap tempat penyimpanan
logistik/gudang perlu dicek secara berkala, dan melakukan
tindakan pencegahan agar atap tidak bocor;
e) Penyediaan alat kebakaran dan letak alat pemadam
kebakaran harus mudah dijangkau; dan
f. Pengecekan dan pemeliharaan logistik secara periodik.

90 Tata Kelola Logistik


6) Tahap Penyaluran
Penyaluran logistik adalah pengeluaran barang kebutuhan
pemilihan dan menyiapkan surat perintah pengeluaran barang.
Dalam rangka mendukung efisiensi dan efektivitas kerja dalam
penyaluran logistik, penyelenggara harus memperhatikan dan
mengimplementasikan asas penyaluran logistik pemilihan yaitu,
pertama, ketepatan waktu. Asas ini memperhatikan penghitungan
waktu yang digunakan untuk menyalurkan logistik pemilihan.
Keterlambatan kedatangan logistik pemilihan akan berakibat pada
terhambatnya aktivitas pemungutan dan penghitungan suara.
Kedua, ketepatan tempat penyampaian. Asas ini merupakan
asas yang sangat penting dalam penyaluran logistik pemilihan
hingga ke TPS. Penyaluran logistik pemilihan yang salah tujuan
atau bahkan tertukar dengan TPS lain akan mengganggu aktivitas
pemungutan dan penghitungan suara.
Selain memperhatikan azas tersebut, hal lain yang perlu
diperhatikan yaitu proses kegiatan dan administrasi penyaluran
logistik pemilihan. Adapun langkah-langkah atau proses penyaluran
logistik sebagai berikut:
a) Meneliti daftar alokasi kebutuhan logistik pemilihan
untuk setiap PPK, PPS, dan KPPS proses ini bertujuan
untuk mengetahui secara pasti logistik yang dapat disalurkan
kepada PPK, PPS, dan KPPS sesuai dengan kebutuhan.
b) Mempersiapkan logistik pemilihan dalam proses ini dilakukan
pengambilan dan pengelompokan logistik pemilihan
sesuai dengan kebutuhan PPK, PPS, dan KPPS.
c) Penyerahan logistik kepada PPK, PPS, dan KPPS tahapan ini
dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut: 1) PPK, PPS,

Manajemen Logistik Pemilihan 91


dan KPPS mengambil ke KPU Kabupaten/Kota; 2) KPU
Kabupaten/Kota menyalurkan logistik secara berjenjang
kepada PPK, PPS, dan KPPS; atau3) KPU Kabupaten/
Kota menyalurkan ke PPK, dan PPS mengambil ke PPK
untuk disalurkan ke TPS
7) Tahapan Inventarsisi
Inventarisasi logistik pemilu dan pemilihan merupakan suatu
fungsi manajemen logistik yang berupa segala kegiatan yang
berkaitan dengan pencatatan barang guna memberikan suatu
informasi mengenai kondisi barang kepada pihak terkait yang
bertujuan untuk mendukung proses pengendalian dan pengawasan
logistik, serta mendukung efektivitas dan efisiensi dalam upaya
pencapaian tujuan organisasi. Inventarisasi merupakan hal
yang sangat penting bagi KPU Kabupaten/Kota setelah logistik
pemilu dan pemilihan diterima oleh KPU Kabupaten/Kota.
Tujuan inventarisasi logistik bertujuan antara lain:
1. Meyakini kebenaran fisik barang yang ada pada dokumen
inventarisasi dan ketepatan jumlahnya. Hal ini dilakukan
dalam rangka meneliti dan mencocokkan antara barang
secara fisik dengan catatan yang ada dalam dokumen
Inventarisasi, baik berkaitan dengan jumlah, jenis, maupun
kualitas barang tersebut;
2. Mengetahui kondisi terkini barang (baik dan rusak berat);
dan
3. Melaksanakan tata tertib administrasi.
Adapun manfaat dari adanya inventarisasi logisitik antara lain:
1. Memberikan informasi/keterangan terkait jumlah, jenis,
spesifikasi, umur, maupun kondisi dari suatu barang
2. Menjamin keamanan logistik.

92 Tata Kelola Logistik


3. Memudahkan dalam hal pengecekan barang-barang,
sehingga dapat mengurangi resiko kerusakan maupun
kehilangan agar keamanan lebih terjamin.
4. Memberikan masukan untuk pengambilan keputusan
dalam manajemen logistik
5. Sebagai alat pertanggungjawaban.
Dengan adanya inventarisasi diharapkan mampu menyediakan
bukti-bukti administratif dalam penyelenggaraan pengelolaan
logistik. Sehingga sewaktu-waktu diminta ataupun terjadi
permasalahan terkait pengelolaan logistik, KPU Kabupaten/
Kota dapat mempertanggungjawabkannya melalui bukti-bukti.

Manajemen Logistik Pemilihan 93


Krusialnya Manajemen Logistik
Jusuf Wowor
(Ketua KPU Kota Manado)

Pengalaman tidak diragukan lagi


adalah guru yang paling bernilai.
Berkaca pemilu 2019 dan pemilihan-
pemilihan sebelumnya, yang mana
rupa-rupa masalah terkait logistik
muncul sejak perencanaan sampai
tiba pada hari pemungutan suara, membuat KPU Kota Manado
berkomitmen sejak awal bahwa pengelolaan logistik Pemilihan
Serentak 2020 harus lebih baik.
Yang paling penting adalah merancang manajemen logistik
yang lebih terencana dan terstruktur. Makanya langkah awal
yang paling krusial adalah menyiapkan pagu anggaran logistik
yang tepat. Hal ini diberi perhatian khusus karena ini tahapan
penting pilkada dan terlaksananya pemungutan suara di tempat
pemungutan suara (TPS), sangat tergantung ketersediaan logistik
yang tepat jumlah dan tepat waktu.
Perencanaan logistik yang dilaksanakan di KPU Kota Manado
sudah dipersiapkan empat bulan sebelum hari pemungutan
suara 9 Desember 2020. Dimulai mencermati pagu anggaran
logistik, seleksi pembentukan/perekrutan petugas pengelola
logistik gudang, analisis survei tempat/gudang logistik serta
proses pemeliharaan/pemusnahan barang-barang logistik pasca
penetapan calon terpilih. Tak hanya itu, sejumlah potensi masalah
yang bisa saja terjadi, sudah dilakukan Langkah-langkah mitigasi

94 Tata Kelola Logistik


94 Tata Kelola Logistik
yang lebih konkrit. Kali ini segala sesuatu memang disiapkan,
supaya pengalaman pahit tidak meledak lagi.
KPU Kota Manado melaksanakan rapat koordinasi perencanaan
pengelolaan logistik melalui rapat koordinasi/ Focus Group
Discussion (FGD) perencanaan pengelolaan logistik bersama
stakeholder yang ada di Kota Manado dengan mempedomani
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh KPU RI. KPU Kota
Manado berupaya memperbaiki tatakelola logistik tentunya
dengan memastikan prosedur pemilihan dengan benar selain
prosedural logistik.
Tentu saja dibutuhkan komitmen yang tinggi sehingga proses
pelaksanaan logistik berjalan sesuai yang direncanakan. Makanya,
dalam setiap pembicaraan non formal dengan sesama komisioner
dan sekretariat, ada tekad yang kuat bahwa Pilkada kali ini perlu
ada output yang progresif dari aspek penatakelolaan logistik.

Analisis tempat / gudang logistik


Tidak ada gunanya mengeluh. Sudah ‘suratan takdir’ KPU
Manado harus selalu menumpang di gedung milik Lembaga/
instansi lain setiap logistik tiba. Makanya jauh-jauh hari calon
gudang yang akan jadi lokasi logistik sudah disurvei. Banyak
aspek yang jadi pertimbangan. Mulai dari lantai yang terbuat dari
beton padat, pencahayaan yang baik, kebersihan, kelembaban,
luas gudang, luas daerah parkir, keamanan, rawan bencana.
Syarat bahan logistik yang disimpan tidak bersentuhan
langsung dengan lantai diberi intensi khusus. Dan juga sudah
diperhitungkan untuk melakukan penyortiran atau pengepakan
logistik pilkada seperti surat suara, formulir pendukung lainnya dan

95
Krusialnya Manajemen Logistik 95
Alat Pelindung Diri yang akan digunakan di tempat pemungutan
suara (TPS). Semua aspek diperhitungkan. Plus mitigasi resiko
masalah.
Adapun mekanisme pendistribusian/penyaluran logistik
pilkada diprioritaskan untuk daerah kepulauan (H-3), baru
kemudian didistribusi ke kecamatan yang berada di wilayah yang
jauh. Untuk kendaraan yang digunakan pada pendistribusian
juga sudah siap dan dicek keadaannya sejak 6 Desember 2020.
Jumlah armada berjumlah 25 truk. Target semua logistik sudah
tiba di TPS sehari sebelum hari H.
Semua sudah ada standby di seputaran gudang logistik KPU
Kota Manado. Baik yang di KONI (kebutuhan pemungutan/
penghitungan) dan maupun Kairagi (Penyimpanan dan penyortiran
alat APD. Gudang penyimpanan APD tentu saja dipersiapkan
sesuai SOP (standard operational prosedur) yang sudah ditetapkan.

Tim Pengelola Gudang Logistik


Supaya lebih rapi dan tepat sasaran, dibentuklah tim pengelola
gudang logistik. Mereka yang tergabung dalam tim adalah
orang-orang yang sudah cukup berpengalaman dalam mengelola
logistik Pilkada/pemilu, mampu bekerja dibawah tekanan,
memiliki integritas, teliti serta dapat dipercaya. Mengingat
dalam mengelola seluruh logistik Pilkada terdapat hal-hal yang
sangat sensitif dan berpotensi gugatan jika tidak ditangani
dengan benar, KPU Kota Manado sangat serius melakukan
seleksi orang-orang yang akan ditugaskan di Gudang logistik.
Tugas yang diberikan kepada tim pengelola gudang juga tidak

96 Tata Kelola Logistik


96 Tata Kelola Logistik
sedikit. Para pengelola gudang harus benar-benar mengerti
tentang seluruh perlengkapan yang akan digunakan dalam
penyelenggaraan Pilkada. Untuk itu, KPU Kota Manado intens
mengadakan rapat koordinasi bersama tim pengelola gudang
serta para stakeholder sejak tahapan persiapan. Ini penting
karena pola komunikasi antar semua pihak dapat berjalan
dengan baik dan pekerjaan ke depannya bisa terkondinir dan
sesuai dengan regulasi yang ada.
Dalam pengelolaan logistik, tim pengelola gudang ikut terlibat
dalam menghitung kebutuhan logistik yang meliputi identifikasi
terhadap jenis kebutuhan logistik, mengidentifikasi jumlah
badan penyelenggara Adhoc, mengidentifikasi jumlah peserta
Pilkada, mengidentifikasi jumlah pemilih, menghitung indeks
kebutuhan logistik (berdasarkan Undang-Undang, Peraturan
KPU, dan Keputusan KPU), mengidentifikasi jenis dan jumlah
angkutan yang diperlukan, serta mengidentifikasi jenis jasa
lainnya yang dibutuhkan dalam penanganan logistik Pilkada.
Komprehensif memang.
Tugas tim pengelola gudang tidak cukup sampai di situ. Saat
logistik masuk gudang, tim pengelola gudang melakukan sortir
atas barang yang diterima dan mengecek kualitas barang apakah
sudah sesuai dengan kontrak atau belum, mengelompokan
logistik sesuai jenis peruntukan, melakukan pengecekan terhadap
jumlah barang, serta melaporkan kepada KPU Kota Manado
jika terdapat ketidaksesuaian atau kekurangan jumlah barang
dari ketentuan yang seharusnya.

97
Krusialnya Manajemen Logistik 97
PPK Bicara Logistik

PPK Wanea
Meski masih ada hal-hal yang perlu dibenahi, kali ini manajemen
logistik yang dirancang KPU Manadi jauh lebih baik. Contoh
nyata, jika ada kendala seperti kekurangan logistik, pihak KPU
Kota Manado dengan sigap mangadakan item yang kurang
tersebut. Contohnya kabel ties yang khusus untuk dipasang di
kotak suara yang kurang atau tidak cukup, dengan cepat KPU
Kota Manado langsung mendistribusikan langsung ke TPS yang
terdapat kekurangan kabel ties tersebut.
Di tempat pemungutan suara [TPS], saksi-saksi banyak yang
mempertanyakan terkait absen yang tidak sesuai dengan daftar
pemilih tetap [DPT]. Sementara absen sebanyak sembilan rangkap
yang seharusnya dibagikan ke saksi, kurang dimengerti oleh
penyelenggara khususnya KPPS dikarenakan bimtek yang bisa
dibilang terlalu singkat. Berkat inisiatif Panitia Pemilihan Kecamatan
[PPK] kesalahan ataupun kehilafan di tingkat KPPS bisa diminimalisir.

Testimoni PPK Malalayang


Distribusi logistik beserta kelengkapan lainnya untuk Kecamatan
Malalayang berjalan cukup baik. Saya melihat, kali ini KPU
sendiri bekerja cukup maksimal mempersiapkan logistik sampai
pendistribusian. Diawali dengan pelaksanaan Rapat Koordinasi
Persiapan Pendistribusian Logistik Pemilihan Serentak Tahun
2020 pada 2 Desember 2020 oleh pihak KPU Manado, bersama
Ketua-ketua PPK se-Kota Manado, expedisi sebagai pihak ketiga
yang menyiapkan sarana transportasi untuk distribusi logistik ke
kelurahan-kelurahan bahkan sampai ke daerah kepulauan, dan

98 Tata Kelola Logistik


98 Tata Kelola Logistik
Polresta Manado sebagai pihak yang memastikan keamanan
logistik sampai ke TPS.
Hasil rapat diputuskan bahwa semua logistik berupa Kotak Suara,
Salinan DPT, APD dan Perlengkapan lainnya untuk pembuatan
TPS akan diantarkan oleh pihak Expedisi didampingi PPK dan
Polsek masing-masing kecamatan untuk diserahkan ke PPS di 87
Kelurahan. Setelah selesai pemilihan, logistik berupa Kotak Suara
yang sudah dipacking khusus dengan plastik, dijemput kembali
oleh pihak expedisi di tiap-tiap kelurahan. Sedangkan penyaluran
logistik dari dan ke TPS menjadi tugas PPS di tiap-tiap kelurahan.
Selesai rapat pada hari itu juga, PPK menjemput form C,
pemberitahuan dan Daftar Pemilih Tetap (DPT) untuk didistribusikan
ke tiap-tiap TPS. Kecamatan Malalayang sempat mengalami
kekurangan form C. Pemberitahuan kurang lebih sebanyak 3113
lembar, dan pihak KPU Manado dengan sigap segera menyediakan
form C.
Kemudian pada 5 Desember 2020, PPK diwakili Ketua dan 1
(satu) orang anggota turun langsung ke gudang logistik mengecek
kelengkapan logistik sebelum disalurkan ke TPS. PPK memeriksa
kelengkapan jumlah kotak suara sesuai jumlah TPS di Kecamatan
Malalayang yaitu sebanyak 138 TPS. Selain itu diberikan daftar isian
(checklist) untuk memeriksa kelengkapan isi masing-masing kotak
suara, antara lain bilik suara, paku, busa untuk alas mencoblos,
surat suara, form-form untuk pungut hitung suara di TPS, foto
daftar calon, sampul-sampul, tinta dan lain sebagainya.
Pada waktu itu karena tidak hanya Kecamatan Malalayang yang
memeriksa, tapi juga ada kecamatan yang lain, untuk mempersingkat
waktu pihak penyedia logistik hanya memberikan sampel 1 Kotak Suara
saja di masing-masing kecamatan untuk diperiksa kelengkapannya.

99
PPK Bicara Logistik 99
Setelah semua selesai diperiksa sesuai check list yang diberikan dan
hasilnya lengkap, PPK kemudian menyiapkan rute untuk alur bongkar
muat logistik di kelurahan, sesuai jarak dari gudang logistik sampai ke
kelurahan. Kelurahan terdekat logistiknya akan dimuat paling akhir.
Sebaliknya kelurahan yang terjauh yang akan didatangi paling akhir,
logistiknya akan dimuat paling awal, hal ini untuk memudahkan
proses bongkar muat logistik.
Selesai proses pengecekan logistik, PPK Malalayang kemudian
mendistribusikan buku Panduan KPPS ke PPS di 9 Kelurahan yang
ada. Sebanyak 690 buku diserahkan ke PPS dan selanjutnya akan
diserahkan ke KPPS, masing-masing sebanyak 5 buku per TPS. PPK
Malalayang sempat mengalami kendala saat mendistribusikan
buku panduan tersebut, dimana kendaraan yang digunakan saat
itu, yaitu mobil Daihatsu Sigra milik salah satu anggota PPK tiba-
tiba saja pecah ban mobil dan kempes. Ban mobil yang pecah
tidak bisa digunakan lagi. Untung saja tersedia ban reserep dan
tidak ada kerusakan lain.
Pada tanggal 7 Desember 2020, PPK bersama pihak Expedisi
dan Polsek Malalayang siap menjemput seluruh logistik di gudang
logistik. Sebanyak 3 truk digunakan untuk bongkar muat logistik
sesuai rute yang sudah disiapkan. Pukul 11.00 WITA logistik sudah
keluar dari gudang dan siap menuju ke kelurahan-kelurahan sesuai
rute yang sudah ditentukan. Kendala pada saat itu adalah cuaca
hujan yang cukup menghalangi proses bongkar muat, karena bilik
suara yang digunakan berbahan karton, dan dikhawatirkan hujan
dapat merusak bilik-bilik suara tersebut beserta kelengkapannya,
seperti surat suara, sampul-sampul, dll. Kemacetan adalah hal
lain yang juga menjadi kendala, karena lokasi beberapa kantor
kelurahan yang berada di jalan-jalan protokol, dengan truk-truk
yang tidak bisa parkir berjauhan dan memakan badan jalan, cukup

100 Tata Kelola Logistik


100 Tata Kelola Logistik
menghalangi pengguna jalan lain hingga timbul kemacetan. Pihak
Polsek Malalayang yang mendampingi PPK sendiri cukup kewalahan
menghadapi kemacetan tersebut. Proses bongkar muat logistik
berjalan cukup lambat karena kondisi cuaca, namun akhirnya
semua logistik selesai diturunkan sekitar pukul 17.30 WITA.
Pada 8 Desember 2020, semua logistik didistribusikan oleh PPS
ke tiap-tiap TPS. PPK bersama PPS juga memastikan semua TPS
telah selesai dibuat oleh KPPS, dan dibangun sesuai denah TPS
yang telah disiapkan. KPPS bersama LinMas kemudian mengatur
jadwal bergantian untuk menjaga TPS bersama-sama dengan
Petugas Kepolisian. Sampai dengan hari H pemilihan, tanggal
9 Desember 2020, seluruh Logistik dan distribusinya berjalan
cukup baik. Tidak ada laporan kekurangan logistik yang signifikan
dari TPS. Sampai pada saat seluruh logistik dari TPS dijemput
Kembali oleh pihak expedisi dan dibawa ke kantor kecamatan
untuk selanjutnya akan diplenokan oleh PPK.
Logistik untuk pleno PPK Malalayang sendiri sempat mengalami
kekurangan form Model D. Hasil Kecamatan – KWK (Plano), tapi
bisa segera diatasi dengan menjemput langsung kekurangan form-
form yang dibutuhkan di Kantor KPU Manado. Kali ini KPU Manado
terasa lebih siap, sehingga kesalahan yang timbul pun minim
jumlahnya. Tidak ada lagi keterlambatan dalam pendistribusian
logistik ke TPS seperti tahun-tahun sebelumnya. Kekurangan-
kekurangan yang ada pun masih dalam batas wajar dan bisa
segera diatasi hingga tidak menimbulkan masalah yang besar.
Tahapan logistik yang cukup panjang sejatinya akan berakhir
baik, dengan perencanaan dan administrasi yang baik serta tidak
lepas pula Kerjasama yang baik dari semua pihak di jajaran KPU
sampai ke PPK, PPS dan KPPS.

101
PPK Bicara Logistik 101
102 Tata Kelola Logistik
BA
GIA
NI
V
MODEL LOGISTIK
PEMILIHAN
MASA DEPAN
Smart and Green Logistics

103
B
agaimana logistik pada pemilihan di masa yang
akan datang? Apapun model teknis pemilihan yang
digunakan di masa yang akan datang, jenis maupun
pengelolaan logistik harus terus diupayakan lebih baik dari
masa sekarang. Untuk menuju pada logistik yang lebih baik
dari sekarang ini, maka harus dimunculkan gagasan-gagasan
baru yang inovatif, yang dilakukan sejalan dengan adaptasi
yang harus terus dilakukan masyarakat dunia terhadap arus
kemajuan informasi dan teknologi. Setiap aspek pengelolaan
logistik harus dilakukan langkah-langkah pembaruan untuk
menuju pada smart logistik.
Isu lingkungan juga menjadi perhatian utama dari setiap
aktivitas manusia dewasa ini. Apalagi tentu di masa yang
akan datang, seiring dengan semakin tuanya planet bumi.
Hal ini tentunya termasuk dalam hal melaksanakan pemilu
atau pemilihan kepala daerah. Banyak aktivitas dalam
penyelenggaraan pemilu yang dapat diupayakan menjadi
lebih ramah lingkungan, terutama tentu sehubungan dengan
logistik yang digunakan dalam pemilihan.
Sebagaimana yang diketahui, pemilu maupun pemilihan
kepala daerah masih banyak menggunakan kertas sebagai
bahan baku logisitik. Misalnya surat suara, formulir-formulir
pemungutan dan perhitungan suara, kotak suara, bilik suara,
dan lain sebagainya. Pemilu 2019 lalu misalnya, sebanyak
978.471.901 lembar surat suara, 4.134.655 kotak suara,
2.281.776 bilik suara, 56.889, 191 lembar sampul, dan
130.746.467.309 buah formulir telah digunakan. Jika dihitung
tentu sangat banyak pohon yang ditebang untuk memenuhi
produksi logistik tersebut, dan tentu hal ini sangat memberi
dampak pada lingkungan.

104 Tata Kelola Logistik


Oleh karenanya, logistik di masa yang akan datang, jika ingin
lebih baik dari logistik pemilihan di masa sekarang, harus betul-betul
memerhatikan pengelolaan yang smart dan ramah lingkungan.
Smart and green logistics harus diterapkan kepada semua aspek
pengelolaan logisitik baik. Orang, proses, dan teknologi harus
ditempatkan membentuk tiga sisi yang sama untuk diperhatikan.
Terhadap ketiga hal itu, yaitu sumber daya manusia penyelenggara
logistik pemilihan, proses penyelenggaraannya, serta teknologi
yang digunakan, ketiga komponen ini harus dikolaborasi untuk
logistik pemilihan di masa depan yang lebih baik.
Selama ini sebagian orang hanya menyalahkan regulasi,
tata kelolanya, atau kondisi alam dan geografis, yang mana
hal tersebut adalah bagian dari proses logistik. Ada juga yang
hanya menyalahkan adaptasi teknologi yang terlambat dari
penyelenggara. Demikian juga masalah sumber daya yang
tidak memadai dari penyelenggara sebagai penyebab utama
masalah logistik.
Ke depan, tiga aspek tersebut harus dipandang secara sama
dari sisinya masing-masing secara triangular, yaitu tiga sisi
sama yang membentuk segitiga. Baik orang, proses, maupun
teknologi harus menjadi perhatian yang sama untuk logisitik
di masa yang akan datang.
1. Smart Logistics
Era revolusi industri 4.0 yang terjadi saat ini telah mengubah
pola hidup masyarakat, cara bekerja, termasuk konektivitas sosial,
perekonomian, pemerintahan, dan aspek kehidupan lainnya.
Contohnya sektor pemerintahan sekarang mengalami banyak
kemajuan, terlebih dengan hadirnya e-goverment, e-budgeting,
smart city, dan lain sebagainya. Tata kelola pemerintahan menjadi

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 105


mitra teknologi dalam beberapa tahun terakhir. Era digital
semakin melekat dalam merubah gaya kehidupan masyarakat
di Indonesia.
Perubahan ini harus mampu direspon secara cepat oleh semua
pihak, organisasi pemerintah maupun non pemerintah, publik
maupun swasta guna mempersiapkan dir dalam menghadapi
inovasi digital. Saat ini semua sektor sedang mengalami tranformasi
menuju era digitalisasi.
Tidak dapat dipungkiri, perlahan semua sudah beralih ke
arah digital. Sehingga interaksi antara manusia dan teknologi
tidak terelakkan lagi. Semua pemenuhan kebutuhan kini sudah
tersedia secara digital. Revolusi Industri 4.0 merupakan perubahan
dimana untuk memproduksi suatu barang memanfaatkan mesin
sebagai tenaga penggerak dan pemroses. Revolusi industri ini
hadir untuk menjawab permasalahan efektivitas dan efisiensi
dalam memproduksi suatu barang.
Digitalisasi lahir dengan serangkaian fitur dan manfaat yang
dihadirkannya. Berbagai kemudahan bisa didapatkan dengan
menerapkan digitalisasi baik itu dalam keseharian individu
maupun dalam operasional sebuah organisasi atau perusahaan
termasuk lembaga pemerintah yang di dalamnya ada Komisi
Pemilihan Umum.
Menurut Sukmana1, digitalisasi adalah proses alih media dari
bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital.
Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip dokumen bentuk
digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk membuat koleksi

1 Ena Sukmana, Digitalisasi Pustaka, Makalah disampaikan pada Seminar


“Peran Pustakawan pada era digital”, Sabtu, 16 April 2005 di Gedung Loka
Abika Widya (Student Center) ITENAS, Jl. PHH Mustafa no. 23 Bandung

106 Tata Kelola Logistik


perpustakaan digital. Digitalisasi memerlukan peralatan seperti
komputer, scanner, operator media sumber dan software
pendukung. Sementara menurut Lasa2, digitalisasi adalah proses
pengelolaan dokumen tercetak/printed document menjadi
dokumen elektronik. Brennen & Kreiss (2016), mendefinisikan
digitalisasi dengan meningkatnya ketersediaan data digital yang
dimungkinkan oleh kemajuan dalam menciptakan, mentransfer,
menyimpan, dan menganalisis data digital, dan memiliki potensi
untuk menyusun, membentuk, dan mempengaruhi dunia
kontemporer logistik.
Era revolusi industri 4.0 merupakan era yang memberdayakan
peran digitalisasi manufaktur dan jaringan suplai yang melibatkan
integrasi informasi digital dari berbagai sumber dan lokasi untuk
menggerakkan manufaktur dan distribusi secara fisik. Terdapat lima
teknologi utama Revolusi Industri 4.0, yaitu Artificial Intelligence
(AI), Internet of Things (IoT), Wearable Technology (WT), Advanced
Robotic (AR) dan 3D Printing (3DP). Masing-masing komponen
teknologi dapat dimanfaatkan pada berbagai industri dan manufaktur.
Pemanfaatan revolusi industri 4.0 diyakini akan memberikan manfaat
dan keuntungan yang lebih banyak misalnya kinerja menjadi lebih
efektif dan lebih efisien3.
Demikian halnya dalam menyelenggarakan pemilu atau
pemilihan kepala daerah. Kompleksitas penyelenggaraan yang
disebabkan antara lain karena luasnya wilayah penyelenggaraan,
panjangnya tahapan, pelaksaaan secara kolosal karena
melibatkan banyak orang dan dilaksanakan di hanya satu hari

2 Lasa, Hs. (2005). Manajemen Perpustakaan.Yogyakarta : Gama Media


3 Suharman, Hari Wisnu Murti. (2019). Kajian Industri 4.0 Untuk Penera-
pannya di Indonesia. Jurnal Manajemen Industri dan Logistik, Vol. 03 No.
01. (01-13)

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 107


saja, serta kondisi-kondisi problematis lainnya, menuntut
penyelenggaraan pemilu membutuhkan sentuhan teknologi
yang lebih massif pada pemilu di masa yang akan datang dalam
semua tahapan pemilihan.
Smart election adalah pilihannya, sehingga walaupun pemilihan
dilangsungkan dengan segala kompleksitasnya, efektifitas dan
efisiensi dapat tetap di wujudkan. Wacana smart election harus
didorong oleh penyelenggara untuk pemilihan di masa yang
akan datang. Tidak hanya tentang teknologi yang canggih,
efisiensi biaya, efektivitas dari sebuah demokrasi digital, smart
election berperan penting dan memang telah menunjukkan
sumbangsihnya dalam penyelenggaraan pemilu.
Smart election harus mendapatkan kepercayaan publik dakam
rangka akuntabilitas Pemilu. Peserta pemilu, penyelenggara
pemilu, dan masyarakat pemilih harus memanfaatkan hadirnya
teknologi untuk kepentingan masing-masing. Teknologi smart
election adalah berupa sarana pendukung, baik perangkat
keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) yang
berhubungan dengan sistem dan tata cara kepemiluan, akses
publik yang mudah dan cepat secara online dan offline yang
ditunjang oleh kemampuan personil untuk mengoperasikannya
(brainware) guna meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemilu.
Smart election dalam upaya memupuk dan meningkatkan
kepercayaan publik untuk menjaga kemandirian penyelenggara
pemilu dan meningkatkan profesionalisme penyelengara
pemilu.
Bagi penyelenggara pemilihan, tidak ada pilihan lain ke depan,
salah satu strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pemilu adalah penggunaan teknologi informasi. Hal ini
dilandasi oleh pemikiran bahwa teknologi informasi sudah

108 Tata Kelola Logistik


menjadi bagian dari kehidupan masyarakat yang pada umumnya
sudah memiliki jaringan teknologi komunikasi internet maupun
telepon seluler. Saat ini peralatan teknologi informasi dan
komunikasi berupa telepon pintar (smartphone) dan laptop
atau PC Tablet sudah bukan merupakan barang mewah lagi
bagi masyarakat, bahkan bagi pemangku kepentingan Pemilu
(peserta pemilu, caleg, tim kampanye, tim sukses), peralatan
teknologi informasi dan komunikasi tersebut begitu mudah
ditemui sampai ke desa kelurahan yang mempunyai jaringan
internet. Pertukaran informasi bisa berlangsung dengan sangat
cepat serta akses real time. Informasi yang disebar bisa dalam
berbagai bentuk, seperti data, gambar, suara, ataupun video.
Dengan memanfaatkan ketersediaan teknologi informasi tersebut.
Dalam satu dekade terakhir, KPU telah melahirkan berbagai
sistem informasi melaksanakan tahapan pemilu maupun
pemilihan kepala daerah. Pesan kepemiluan yang disampaikan
kepada masyarakat pemilih berupa sistem informasi Partai
Politik (SIPOL) ditujukan untuk memberikan pelayanan kepada
partai politik untuk mengisi data kepengurusan dan anggota
dan membantu KPU melakukan verifikasi administrasi dan
faktual serta untuk mendorong akuntabilitas, transparansi,
dan partisipasi masyarakat dalam mengontrol kerja KPU dalam
melakukan proses verifikasi partai politik peserta pemilu.
Ada juga Sistem Informasi Data Pemilih, dikenal dengan
SIDALIH, adalah sebuah aplikasi yang digunakan oleh KPU
untuk menyusun dan memutakhirkan daftar pemilih untuk
kebutuhan penyelenggaraan pemilu di Indonesia yang bertujuan
untuk membuat daftar pemilih yang akurat, komprehensif,
dan terkini (up-to-date). Aplikasi SIDALIH selain memiliki
fungsi penyusunan dan pemutakhiran, juga memiliki fungsi
untuk mempublikasikan daftar pemilih secara online di laman

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 109


KPU. Yang tidak kalah penting adalah SIDALIH memiliki fitur
monitoring. Fitur ini sangat membantu KPU dalam memantau
proses penyusunan daftar pemilih, memberikan informasi
daftar pemilih secara nasional yang berupa data potensi
ganda, data pemilih yang belum lengkap elemen datanya,
dan/ atau elemen data yang belum valid.
Berikutnya adalah sistem Informasi Penghitungan Suara
disingkat dengan Situng. Aplikasi SITUNG telah menstimulasi
masyarakat untuk mengawal dan mengawasi proses rekapitulasi
hasil penghitungan suara yang dilakukan secara berjenjang.
Aplikasi pindai dan publikasi Model C1 juga membuat masyarakat
aktif untuk melaporkan kesalahan atau ketidakakuratan
maupun potensi kecurangan yang terjadi pada Model C1.
Kemudian, Sistem Informasi Pencalonan (SILON) dan Sistem
Informasi Tahapan Pemilihan (SITAP). Dengan adanya sistem
informasi, diharapkan beban kerja KPU di daerah dalam
memeriksa dan memverifikasi syarat dukungan menjadi lebih
ringan. KPU daerah tidak perlu menghitung secara manual
jumlah minimal dukungan, indikasi dukungan ganda internal
pasangan calon atau ganda dengan pasangan calon lain,
maupun dukungan yang tidak memenuhi syarat. Sebagai
sarana infomasi tahapan pemilihan, diluncurkanlah SITAP.
SITAP bermanfaat bagi sosialisasi tahapan yang sementara
berjalan kepada peserta pemilu dan masyarakat pemilih.
SITAP adalah sebuah portal KPU yang menyajikan informasi
setiap tahapan pemilihan.
SITAP adalah sebuah upaya dari KPU untuk memberikan
pelayanan “one stop service” kepada masyarakat untuk
mendapatkan berbagai jenis informasi terkait dengan
penyelenggaraan pemilihan

110 Tata Kelola Logistik


Website utama KPU4, terus dilakukan pengembangan karena
merupakan sarana bagi KPU untuk berinteraksi dengan masyarakat
luas, sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja
KPU kepada publik, dan sebagai salah satu sarana sosialisasi
berbagai aktivitas, produk hukum, dan kegiatan terkait dengan
tahapan penyelenggaraan kepemiluan yang sedang dilaksanakan
KPU. Website KPU adalah website yang paling populer dan
menjadi rujukan masyarakat untuk mendapatkan data pemilu.
KPU juga memiliki Jaringan Dokumentasi dan Informasi
hukum (JDIH) adalah portal milik KPU yang dikelola oleh Biro
hukum Sekretariat Jenderal KPU dengan tujuan memberikan
layanan kepada KPU di daerah dan masyarakat luas untuk
memperoleh berbagai macam dokumen produk hukum berupa
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, proses
sengketa hukum kepemiluan, jadwal persidangan perselisihan
hasil pemilu/pemilihan di Mahkamah Konstitusi, dan berbagai
informasi lainnya terkait dengan hukum kepemiluan.
Portal JDIH ini menjadikan sumber informasi yang sangat
penting karena portal JDIH memberikan informasi yang cepat dan
akurat terkait dengan berbagai macam dokumen dan informasi
terkait hukum dalam pemilu. Portal JDIH juga dijadikan sebagai
sarana untuk melakukan sosialisasi dan uji publik terhadap draf
Peraturan KPU yang akan ditetapkan oleh Rapat Pleno KPU.
Setiap draf peraturan KPU dipublikasikan di portal JDIH ini
dengan harapan masyarakat dapat mengakses, mempelajari, dan
memberikan masukan dan kritik terhadap materi yang ada di
dalam draf peraturan KPU tersebut. JDIH ini juga menjadi sarana
untuk menyampaikan pertanggungjawaban dan transparansi

4 http://www.kpu.go.id

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 111


KPU kepada publik terkait dengan produk hukum yang dihasilkan
KPU yang berupa peraturan KPU, surat keputusan, surat edaran,
standard operating procedure (SOP), dan/atau petunjuk teknis,
serta proses sengketa hukum antara KPU dengan peserta pemilu
di lembaga pengawas pemilu, peradilan tata usaha negara,
Mahkamah Agung, ataupun di Mahkamah Konstitusi.
Ada juga sistem informasi dana kampanye (SIDAKAM). Pada
pemilihan serentak tahun 2020, pasangan calon telah lebih
dipermudah dalam melaksanakan pelaporan dana kampaye, dan
sebagai sarana publikasi kepada pihak-pihak terkait. SIDAKAM
dioperasikan secara offline maupun online. SIDAKAM offline
untuk memudahkan pasangan calon melaporkan aktivitas dana
kampanye selama kampanye berlangsung, sementara SIDAKAM
online digunakan untuk melaporkannya kepada KPU.
Yang paling popular belakangan ini, yang sangat penting dan
sejak lama diharapkan dapat mengakhiri permasalahan yang
paling banyak ditemui dalam pemilu atau pemilihan kepala
daerah di Indonesia adah Sistem Informasi Perhitungan Suara
(SIREKAP). Sebagaimana kajian dari berbagai ahli pemilu di
Indonesia, permasalahan utama pemilu di Indonesia terletak
pada tahapan rekapitulasi suara. Tahapan ini sangat panjang,
dan masih saja ada upaya-upaya dari oknum-oknum tertentu
yang mencoba merubah hasil perolehan suara. Dengan
kehadiran Sirekap, hal-hal tersebut pasti dapat diselesaikan.
Selain itu, SIREKAP juga akan lebih memangkas penggunaan
formulir-formulir yang biasanya sangat banyak harus diisi oleh
penyelenggara pemilihan di tingkat TPS, PPS, maupun PPK.
Dan tentu sehubungan dengan pengelolaan logistik sendiri,
KPU sudah memiliki Sistem Informasi Logistik (SILOG). Untuk
memudahkan KPU dalam melakukan monitoring dan supervisi

112 Tata Kelola Logistik


proses pengadaan dan pendistribusian logistik pemilu, KPU
memanfaatkan teknologi informasi dalam tahapan pengadaan
dan pendistribusian logistik pemilu. Aplikasi yang dibangun oleh
KPU untuk tahapan ini dinamakan Sistem Informasi Logistik
(SILOG). Aplikasi SILOG adalah sebuah aplikasi yang berbasis
website di mana setiap KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota
memiliki akses untuk memberikan informasi terkait dengan
proses pengadaan dan pendistribusian logistik pemilu. Operator
SILOG pada masing-masing tingkatan secara berkala diminta
melakukan pemutakhiran (up date) informasi sampai di mana
proses pengadaan, berapa jumlahnya, dan sampai di mana
proses pendistribusian logistik pemilu yang sedang berjalan.
Dengan portal SILOG ini, masyarakat dapat memantau berapa
jumlah surat suara, tinta pemilu, formulir, dan perlengkapan
lainnya yang diproduksi, sampai di mana proses pendistribusian
logistik tersebut. Dengan kehadiran portal SILOG, KPU lebih
mudah memantau dan mengantisipasi berbagai macam
persoalan terkait dengan logistik pemilu/pemilihan.
Tentu kedepan, semua sistem informasi tersebut harus
dikembangkan dan juga harus terintegrasikan. Sistem informasi
yang terintegrasi menjadi target yang harus diselesaikan. Kehadiran
sistem informasi yang terintegrasi akan banyak memotong jalur
proses, sehingga tentu menjadi lebih efisien. Dari sisi pengguna,
sistem informasi yang terintegrasi akan semakin memudahkan
penggunannya yang tentu akan lebih cepat dalam mengakses.
Selain itu, penjabaran fungsi dari sistem informasi yang ada
di penyelenggara pemilu tersebut jangan hanya dipakai sebagai
sarana pendukung, tetapi ke depan harus dipakai sebagai alat
pengambilan keputusan. Harapannya di waktu-waktu mendatang,
fungsi teknologi dalam sistem informasi diatas dapat ditingkatkan

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 113


sebagai penentu hasil yang valid dan memiliki kredibilitas dalam
menunjang legitimasi penyelenggaraan pemilu.
Pembahasan dalam buku ini yaitu logistik di pemilu
yang akan datang adalah implementasi konsep smart
logistic. Konsep ini tentu tidak bisa lepas dari konsep smart
election sebagaimana yang dicita-citakan. Smart logistic
adalah upaya memodernisasi cara kerja pengelolaan logistik
yaitu dengan pemanfaatan teknologi. Tujuannya agar dapat
menekan ongkos operasional tetapi pelayanan tetap prima.
Smart logistic bertujuan meningkatkan efisiensi pengelolaan
logistik secara keseluruhan dengan pemanfaatan teknologi.
Di dalam proses logistik ada kombinasi berbagai fungsi,
mulai dari perencanaan, pengadaan, produksi, pergudangan,
penyortiran, pengepakan, pemeliharaan, dan distribusi. Smart
logistic dapat berupa penggunaan teknologi informasi ke dalam
semua proses logistik tersebut, sehingga terjadi efisiensi. 
Tujuannya adalah untuk memenuhi harapan regulasi yang
sangat besar terkait pengiriman perlengkapan pemungutan
suara yang tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat
sasaran, tepat kualitas, dan efisien. Hal yang penting juga
bisa dilacak posisinya, sehingga aman dari risiko hilang, rusak,
atau hambatan dari pihak yang secara sengaja mengganggu
distribusi logistik.
Dalam upaya pemanfaatan teknologi informasi, KPU
Provinsi Sulawesi Utara dalam pemilihan serentak tahun
2020 melakukan terobosan teknologi informasi yaitu dengan
menyiapkan sistem informasi monitoring dan evaluasi logistik
yang dinamakan Tarsius. Pemilihan nama Tarsius ini dilandasi
dari maskot Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi
Utara Tahun 2020. Selain itu filosofi yang paling istimewa

114 Tata Kelola Logistik


dari Tarsius adalah matanya yang besar. Mata ini dapat
digunakan untuk melihat dengan tajam. Gambaran inilah
yang melatarbelakangi pemilihanan nama ini yang dianggap
mewakili dalam sisi pengawasan dan pengendalian logistik.
Gambar... Beranda Aplikasi Tarsius

Pengembangan Portal Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan


Distribusi merupakan terobosan yang baru di lingkungan KPU
Provinsi dan Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Dengan adanya
Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi Distriburi Logistik
(TARSIUS), yang digunakan untuk memantau logistik yang telah
dikirim oleh penyedia ke gudang KPU kabupaten/kota, bahkan
sampai logisitik tiba di TPS. Melalui aplikasi ini, dapat juga
dilakukan monitoring kekurangan logistik di setiap Kabupaten/
kota sehingga dapat langsung dimintakan kekurangannya kepada

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 115


Gambar... Monitoring Logistik Tarsius

pihak penyedia.

Tujuan dari Portal Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi


Distribusi Logistik (TARSIUS), yaitu :
a. Menjadi sarana informasi publik tekait proses pengelolaan
logistik pemilihan.
b. Memberikan informasi secara real time keberadaan logistik
di Gudang KPU Kabupaten/Kota.
c. Sarana informasi dalam pengendalian dan pengambilan
keputusan terkait pengelolaan logistik
Memaksimalkan proses pengawasan terhadap pengadaan
Logistik Pemilihan Tahun 2020, KPU Provinsi Sulawesi Utara
membentuk Tim Monitoring harian (Posko Logistik) yang ditetapkan
melalui Surat Tugas Sekretaris KPU Provinsi Sulawesi Utara. Setiap
hari tim tersebut melaksanakan tugas memonitoring penerimaan
logistik dari masing-masing satuan kerja KPU kabupaten/kota dan
membuat rekapitulasi. Sebagai alat bantu proses monitoring dan
pelaporan harian progress penerimaan logistik sesuai dengan

116 Tata Kelola Logistik


Gambar... Monitoring Logistik Tarsius

jumlah dan jenis kebutuhannya, diwajibkan bagi anggota tim


untuk menginputnya pula ke Sistem Informasi Monitoring
Logistik Pemilihan KPU Provinsi Sulawesi Utara yang diberi
nama Tarsius tersebut.5
Digitalisasi logistik pemilihan dapat disimpulkan berdasarkan
definisi digitalisasi dan logistik yang sudah diuraikan, yaitu
merupakan rangkaian kegiatan logistik yang meliputi proses
perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian aliran yang efisien
dan efektif dari barang atau jasa dan informasi terkait mulai dari
titik asal sampai titik penggunaan untuk memenuhi kebutuhan
pemilihan yang ditransformasikan ke dalam format digital.
Tidak ada pilihan, bagi penyelenggara dalam menata logistik
pemilihan yang lebih baik di masa yang akan datang, harus
terus mendorong penggunaan telnologi informasi. Penggunaan
teknologi informasi dalam setiap tahapan pemilu atau pemilihan

5 dapat diakses di https://tarsius.kpu-sulutprov.go.id/public.

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 117


telah memberikan dampak yang sangat besar terhadap
pemenuhan asas efektifitas dan efisiensi. Apalagi dalam hal
pengelolaan logistik. Luas wilayah maupun kondisi alam dan
geografis di Indonesia, dan juga melaksanakan pemilu terbesar
dalam satu hari adalah kondisi-kondisi yang mengharuskan
penyelenggara melibatkan teknologi dalam pengelolaannya.
Sistem informasi yang telah ada, yaitu antara lain SILOG
ataupun misalnya yang dibangun oleh masing-masing daerah
seperti Tarsius di Sulawesi Utara harus terus dikembangkan
agar lebih handal. Masih banyak aktivitas dan praktek yang
perlu didukung dengan penggunaan teknologi informasi agar
pekerjaan menjadi lebih cepat dan detail.
Namun demikian, tidak sepenuhnya hanya sebatas penggunaan
teknologi informasi, smart logistic juga harus dimulai dari
mengubah mindset orang-orang, baik dari sisi penyelenggara
hingga seluruh pemangku kepentingan. Dalam hal ini yang penting
adalah digital mindset, bukan hanya mengubah proses manual
jadi digital. Tentu agar tidak hanya berhenti dalam pembuatan
sistem saja, tapi harus ke arah pemanfaatan yang maksimal.
Tantangannya adalah pemilu kita sudah terlalu lama terbiasa
dengan pola kerja lama, kurang dekat dengan teknologi sehingga
merubah mindset merupakan pekerjaan yang cukup membutuhkan
kerja keras. Misalnya, ke depan kurir pembawa logistik ke TPS
akan dilengkapi dengan aplikasi di smartphone sehingga mampu
memberi update status pengiriman logisitk dengan lebih cepat.
Atau label pengiriman logistik dilengkapi dengan barcode atau
kode QR sehingga proses penanganan logisitik bisa dilakukan
automasi untuk sorting dan status pengiriman. Teknologi tersebut
harus dipastikan mampu diadaptasi oleh setiap pemangku
kepentingan maupun penyelenggara sendiri.

118 Tata Kelola Logistik


Hal ini juga berkaitan dengan tingkat kepercayaan terhadap
suatu teknologi baru. Misalnya, apakah para pemangku kepentingan
kita seperti partai politik atau peserta pemilihan dapat menerima
dokumen terkait hasil pemilu bukan hardcopy, namun hanya dalam
bentuk spesimen elektronik? Atau apakah laporan pengiriman
logisitik dapat dipercaya dengan hanya mengamati data laporan
yang tercantum pada sistem informasi? Semua ini membutuhkan
perubahan mindset dari semua pihak yang terlibat dalam pemilu
atau pemilihan kepala daerah.
Satu hal yang juga penting dalam hal melaksanakan smart
logistic, adalah pengembangan infrastruktur kearah yang lebih
modern. Mengembangkan infrastruktur untuk mendukung
pergerakan arus logisitik harus dimulai dari sistem pergudangan
yang modern, serta distribusi logisitik oleh penyedia yang
profesional.
Sistem pergudangan modern bisa dikatakan sebagai cara
mengelola aktivitas yang saling berkaitan antara satu dan lainnya.
Dengan adanya manajemen pergudangan yang baik, proses
distribusi logistik bisa tetap terjaga dengan baik. Manajemen
gudang modern yang baik paling tidak memiliki kelebihan dalam
beberapa hal berikut ini, :
1. Penerimaan Barang. Sistem pergudangan modern mengatur
secara penuh penerimaan barang. Tujuan dari kegitan
barang ini adalah agar lebih mudah dalam melakukan
pemetaan jumlah dan jenis barang logisitik yang diperoleh.
Dalam proses ini, barang-barang yang diterima juga sudah
disortir. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan
proses penggantian barang yang rusak.
2. Penyimpanan Barang. Tahap selanjutnya yang berlangsung
dalam manajemen pergudangan adalah penyimpanan

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 119


barang di gudang. Dalam menjalankan tahapan ini, harus
benar-benar memperhatikan keamanan gudang. Untuk
menjaga gudang dan segala hal yang terdapat di dalamnya,
maka harus menggunakan sistem keamanan yang canggih,
misalnya penggunan CCTV, dan lain sebagainya. 
3. Memilih. Para petugas sortir yang bertugas di dalam
gudang harus mencari stok barang yang sedang diperlukan.
Dalam menjalankan tugasnya, para petugas tidak boleh
membuang banyak waktu dalam memilih logisitik yang
dibutuhkan. Agar mudah melakukan pencarian, maka
tempat penyimpanan barang  harus mudah dijangkau
oleh petugas.
4. Packing atau Pengepakan Barang . Tahapan berikutnya
adalah melakukan proses packaging atau pengepakan.
Proses ini untuk memastikan apakah barang logisitik
siap untuk dikirim, ataupun untuk mengetahui apakah
barang tersebut sudah dalam paket dan bentuk untuk
dikirimkan. 
5. Pengiriman. Tahap selanjutnya adalah pengiriman barang.
Proses ini harus dilakukan dengan cara dan waktu yang tepat
sehingga dapat meminimalisir terjadinya keterlambatan.
Untuk itu, petugas dituntut untuk membuat manifest
pengiriman yang benar-benar tepat. 
2. Green Logistic
Green Logistic adalah konsep logistik mulai dari proses
pengolahan barang hingga konsumen dapat menggunakan
barang tersebut, dengan penekanan tidak merusak lingkungan
dan menggunakan sebanyak mungkin bahan mentah yang
ramah lingkungan. Setelah pemakaian, barang dikirim kembali

120 Tata Kelola Logistik


dari konsumen kepada produsen untuk diperbaiki atau diolah
menjadi barang yang tetap ramah lingkungan ( recycle ).
Pemilu sebagai sarana perwujudan kedaulatan rakyat sekaligus
merupakan arena kompetisi yang paling adil bagi partai politik,
sejauh mana telah melaksanakan fungsi dan perannya serta
pertanggungjawaban atas kinerjanya selama ini kepada rakyat
yang telah memilihnya. Rakyat berdaulat untuk menentukan dan
memilih sesuai aspirasinya. Pemilu sendiri bisa dilihat dari banyak
sisi: sistem, aktor, tahapan, manajemen, pembiayaan, etika,
penegakan hukum dan lain-lain. Semua menunjukkan, bahwa
pemilu adalah masalah teknis, bagaimana mengkonversi suara
rakyat menjadi kursi. Namun dalam melihat persoalan pemilu,
tidak boleh terjebak pada masalah teknis semata. Bagaimanapun
pemilu sesungguhnya adalah instrumen demokrasi. Sebagai alat
demokrasi, pemilu berusaha mendekati obsesi demokrasi, yaitu
pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat (6) (Didik, 2009).
Upaya mewujudkan pelaksanaan logistik pemilu ramah
lingkungan, diperlukan perubahan mindset (pola pikir) atau
paradigma. Dari paradigma pertumbuhan ekonomi (economic
growth) ke sustainable development. Hak – hak konstitutional
memiliki kekuatan untuk melakukan perubahan minset penentu
kebijakan publik. Ada semacam daya paksa agar penentu kebijakan
melakukan harmonisasi terhadap hak-hak konstitusional dengan
“ancaman adanya gugatan melalui “constitutional review” di
Mahkamah Konstitusi (7) (Mas Achmad Santosa, 2016).
Penyusunan regulasi teknis terkait spesifikasi bahan
perlengkapan pemungutan dan penghitungan suara ramah

7 Santosa, M. A. (2016). Alam pun butuh hukum dan keadilan. Pe


nerbit A @-Prima Pustaka, Jakarta.

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 121


lingkungan oleh penyelenggara pemilu belum melibatkan
instansi lingkungan hidup pemerintah dan LSM atau penggiat
lingkungan. Pencegahan dan monitoring adanya limbah industri
dalam pengadaan perlengkapan pemungutan dan penghitungan
suara, belum dilakukan penyelenggara pemilu yang bekerja
sama dengan instansi lingkungan hidup pemerintah serta upaya
monitoring buat perusahaan pengadaan pemungutan dan
penghitungan suara yang menerapkan 6 (enam) prinsip dasar
pencetakan ramah lingkungan berupa Refine, Reduce, Reuse,
Recycle, Recovery, dan Retrieve belum secara optimal dilakukan
penyelenggara pemilu.
Penyelenggara Pemilu harus secara aktif melakukan
monitoring ke tempat percetakan, mengawal perlengkapan
pemungutan dan penghitungan suara mulai dari pelabuhan
atau tempat kedatangan sampai ke KPU. Untuk dilakukan
penyortiran, pengepakan, dan penyaluran sampai ke TPS.
Hasil dari penyortiran dan pelipatan surat suara dari KPU
Menurut Muhaimin (2015) terdapat enam indikator yang
termasuk ke dalam pengetahuan konsep ramah lingkungan,
yaitu: 1) Pengetahuan tentang penyebab masalah lingkungan,
2) Pengetahuan tentang dampak dari masalah lingkungan,
3) Pengetahuan tentang prediksi masalah lingkungan di
masa mendatang, 4) Pengetahuan mengenai solusi untuk
menyelesaikan masalah lingkungan, 5) Pengetahuan tentang
masalahmasalah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, 6)
Pemahaman tentang ketergantungan manusia dan lingkungan
serta saling ketergantungan individu, masyarakat dan bangsa
dalam pengelolaan lingkungan hidup baik dalam konteks lokal
maupun global.
Sikap yang dapat mendorong perilaku ramah lingkungan

122 Tata Kelola Logistik


adalah empati terhadap lingkungan. Empati ini ditemukan
dari definsi yang dibuat untuk menjelaskan konsep kecerdasan
ekologis. Dikatakan bahwa kecerdasan ekologis merupakan
keterampilan memadukan kompetensi kognitif dengan empati
terhadap lingkungan. Kompetensi kognitif dimaksudkan
sebagai pengetahuan lingkungan, sedangkan rasa empati
dimaksudkan sebagai kemampuan emosi untuk merasakan
dari pihak korban kerusakan lingkungan (Goleman, 2009).
Indikator yang digunakan mengukur empati atau sikap
peduli lingkungan diambil dari New Ecological Paradigm (NEP)
yang disusun oleh Van Liere dan Dunlap. NEP merupakan
paradigma lingkungan yang menempatkan manusia sejajar
dengan makhluk hidup lainnya dalam ekosistem. Indikator New
Ecological Paradigm (NEP) terdiri dari 1) Limit to growth, 2)
Anti Antrophosentrisme, 3) The Fragiliti of Natures Balances, 4)
Rejection of Exemtionalism, 5) The possibility of An Ecocrisis (8).
Perilaku ramah lingkungan merupakan perilaku sadar yang
dilakukan untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan,
seperti efisiensi sumber daya alam, menghemat konsumsi
energi, menggunakan zat yang tidak mengandung racun dan
mengurangi produksi sampah (Kollmuss dan Agyeman, 2002)
Perilaku ramah lingkungan merupakan perilaku yang tidak
banyak merubah ketersediaan sumber daya dan energi di
lingkungan atau perilaku yang tidak banyak merubah struktur
dan dinamika dalam ekosistem dan biosper itu sendiri.
Dari kedua pengertian tersebut selanjutnya dipahami

8 Stern, P. C., Dietz, T., & Guagnano, G. A. (1995). The new eco-
logical paradigm in social-psychological context. Environment and
behavior, 27(6), 723-743.

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 123


bahwa perilaku ramah lingkungan adalah aktivitas keseharian
individu yang memberikan dampak buruk sekecil mungkin bagi
lingkungan. Perilaku ramah lingkungan dapat diukur melalui
indikator 1) fasilitas lingkungan yang terdiri dari ketersediaan
area terbuka, penggunaan pencahayaan matahari untuk
penerangan ruangan, ketersediaan resapan air, keberadaan
tanaman keras. 2) Pemanfaatan energi dan air secara bijak
dengan menggunakan peralatan yang hemat energi. 3)
Penggunaan transportasi yang ramah lingkungan, 4) Pengelolaan
sampah, dan 5) Partisipasi pemeliharaan lingkungan.
Pemilu ramah lingkungan ditentukan oleh peran partisipasi
masyarakat. Penelitian menyangkut partisipasi masyarakat
dalam pengembangan pembangunan berkelanjutan
disimpulkan bahwa masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Mekanisme partisipasi yang dirumuskan dalam pembangunan
berkelanjutan yang dirumuskan menjadi tangga partisipasi
bertahap yaitu tahap 1) Informasi, 2) Konsultasi, 3) Kerjasama,
4) Kontrol dan 5) Adaptasi disimpulkan bahwa partisipasi
masyakat seharusnya mengikuti alur tersebut. Ini sejalan
dengan kebutuhan penerapan green constitusi sebagai
masa depan pemilu di Indonesia agar dapat diterima oleh
masyarakat (9) (Warouw et al., 2019).
Effendi (2019) menyatakan pula ramah lingkungan
merupakan wawasan yang berorientasi agar senantiasa menjaga
kelestarian lingkungan hidup dan keseimbangan ekosistem.

9 Warouw, F. F., Langitan, F. W., & Alamsyah, A. T. (2018, February). Com-


munity Participation for Sustainable Tourism Model in Manado Coastal
Area. In IOP Conference Series: Materials Science and Engineering (Vol.
306, No. 1, p. 012039). IOP Publishing.

124 Tata Kelola Logistik


Dengan demikian, setiap kegiatan yang ramah lingkungan tidak
mengakibatkan kerusakan atau pemusnahan pada sumber
daya alam karena kegiatan ini senantiasa menyerasikan dan
meyelaraskan dengan unsur-unsur atau komponen lingkungan
hidup yang ada di sekitarnya. Kegiatan itu pada akhirnya dapat
menimbulkan gangguan terhadap kelestarian lingkungan
hidup dan tidak menyebabkan penurunan kualitas hidup
serta tidak mengganggu keseimbangan ekosistem. Jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan itu dapat diperkirakan belum
maksimal tetapi senantiasa meningkat secara berkelanjutan
dengan kualitas yang semakin baik dan kondisi lingkungan
hidup yang lestari setiap saat(10).
Pendayagunaan yang ramah lingkungan yaitu
mendayagunakan dan memanfaatkan berbagai sumber
daya alam yang tersedia secara bertanggung jawab dan
proporsional terhadap kebutuhan input dalam proses produksi
sehingga tidak berlebihan dan tidak menimbulkan kerusakan
lingkungan. Pendayagunaan yang tidak ramah lingkungan
dengan mendayagunakan dan memanfaatkan berbagai
sumber daya alam yang tersedia dilakukan secara tidak
bertanggung jawab yaitu pendayagunaan dan pemanfaatan
secara berlebihan dan tidak proporsional terhadap kebutuhan
input dari suatu proses produksi. Kebutuhan yang berlebihan
itu dapat mengakibatkan terjadinya deplesi sumber daya alam
dan kerusakan lingkungan.
Pemilu ramah lingkungan sebagai wujud dari penerapan
green constitution adalah penyelenggaraan pemilihan umum

yang menempatkan demokrasi dan lingkungan hidup secara


seimbang yang berarti bahwa kebebasan dalam demokrasi

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 125


tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup atau demokrasi
yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan. Indikatornya
adalah substansi hukum, struktur hukum dan budaya hukum. Hal
ini dapat dinilai dari ketentuan peraturan perundang-undangan
untuk menciptakan sebuah sistem yang mengarahkan seluruh
kegiatan negara dan masyarakat pada kegiatan yang berwawasan
lingkungan hidup.
Suatu pemilu yang baik dari aspek regulasi maupun
implementasinya di lapangan selalu memperhatikan aspek
kesehatan lingkungan. Artinya, bahwa penyusunan regulasi
pemilu termasuk peraturan teknis yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemilu betul-betul harus memperhatikan
kesehatan lingkungan yang menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari hak asasi manusia berupa komitmen
dan konsistensi pengurangan penggunaan kertas dalam
setiap aktifitas kepemiluan, adanya atribut kampanye yang
menggunakan bahan yang mengandung plastik yang pada
akhirnya tertumpuk sampah plastik, atribut kampanye
yang tidak mengganggu kenyamanan dan keindahan kota,
pemasangan alat peraga kampanye di tempat yang telah
ditentukan, tidak merusak tumbuhan atau pepohonan, alat
peraga dan bahan kampanye yang berasal dari bahan ramah
lingkungan.
`Pada tahapan pemungutan dan penghitungan suara
harus diakui, masih menggunakan kertas sebagai surat
suara dan formulir-formulir. Pada tahapan pemungutan dan
penghitungan di Kota Manado tersebut diatas, diperoleh data
bahwa penggunaan kertas sebesar 5.338.695 lembar atau
5.338.695 : 500 (1 rim) = 10.677, 39 rim kertas. Berdasarkan data
penggunaan kertas pada tahapan pemutakhiran data pemilih
dan penyusunan daftar pemilih sebesar 617, 14 rim kertas

126 Tata Kelola Logistik


serta tahapan pemungutan dan penghitungan suara di kota
Manado sebesar 10.678 rim kertas yang secara keseluruhan
menggunakan 11.294, 53 rim kertas, maka apabila konversi
penggunaan pohon sebagai bahan kertas (pulp) sebesar :
11.295 batang pohon pinus berusia lima tahun. Apabila kita
kalkulasikan penggunaan pohon dalam Pemilu tahun 2019
di Indonesia didapati data : 11.295 pohon x 514 Kabupaten /
Kota = 5.805.388 pohon. Dengan demikian, untuk mengganti
5.805.388 pohon berusia lima tahun, maka menjadi
kewajiban kita untuk menggantinya di kurun waktu lima
tahun melalui program penanaman pohon. Suatu tugas yang
tidak gampang, dikala kita masih belum terlalu optimal dalam
program penanaman pohon(11).
Salah satu solusi yang bisa ditawarkan mengatasi
persoalan ini adalah dengan menerapkan pemilu elektronik
(e-election) berupa e-voting, e-counting, dan e-recapitulation.
Belum banyak daerah yang menggunakan e-voting dalam
pelaksanaan pemilihan umum. Berdasarkan data dari Badan
Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 2019,
telah dilakukan pemilihan umum secara elektronik di lebih
dari 900 pilkades di mana secara hasil dan bukti pelaksanaan
Pemilu dengan e-voting dan hasilnya bisa cepat keluar pada
saat TPS tutup.

11 Malonda, H., Hakim, A., Hanafi, I., & Yanuwiadi, B. (2020). Envi-
ronmental Sustainability Policy with Green Constitution Implementa-
tion Models in Indonesia. International Journal of Applied Engineer-
ing Research, 15(1), 89-93.

Model Logistik Pemilihan Masa Depan 127


PENGELOLAAN LOGISTIK
DI MASA PANDEMI
Dr. Ardiles Mewoh, S.IP, M.Si
Stenly Kowaas SP, Evans Tulungen SKom, MM

AKHIR tahun 2019 dunia dikejutkan dengan Corona


Virus Diseases (Covid-19) di Wuhan, China. Media asing
maupun media di Indonesia memberitakan dengan instens
perkembangan Covid-19 di Wuhan. Setelah itu, masyarakat
dunia dipertontonkan dengan berbagai dampak mengerikan
dari perkembangan Pandemi Covid-19.
Indonesia yang ikut terkena Pandemi Covid-19 mendapatkan
dampak negatif yang tidak kalah hebatnya. COVID-19
mempunyai dampak yang luar biasa bagi kehidupan sosial
politik di Indonesia. Dalam kehidupan sosial misalnya, wabah
COVID-19 yang statusnya kini ditetapkan sebagai bencana
nasional telah mengubah berbagai tata cara kehidupan sosial
dengan diberlakukannya jarak fisik (physical distancing) dan jarak
sosial (social distancing). Dengan aturan ini, warga diminta untuk
menghindari kerumunan, tempat-tempat umum, dan melarang
acara-acara yang menghadirkan banyak orang.
Selain memukul sektor ekonomi dan sosial, tahapan
Pemilihan Serentak Tahun 2020 ikut terpengaruh dengan
signifikan, jadwal penyelenggaraan pemilihan kepala
daerah (pilkada) serentak yang semula rencananya akan
diselenggarakan pada bulan September 2020. Tak pelak
beberapa tahapan yang ditunda di antaranya pelantikan
Panitia Pemungutan Suara (PPS), verifikasi faktual syarat
dukungan bakal calon perseorangan, pembentukan petugas

128 Tata Kelola Logistik


128 Tata Kelola Logistik
pemutakhiran data pemilih (PPDP), serta pencocokan dan
penelitian data pemilih.
Penundaan tahapan pemilihan ini dituangkan dalam
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Nomor 179/PL.02-Kpt/01/KPU/III/2020 tentang Penundaan
Tahapan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan
Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun
2020 Dalam Upaya Pencegahan Penyebaran Covid-19.
Penundaan tahapan ini merupakan langkah strategis yang
diambil Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia
sebagai upaya dalam pencegahan penyebaran Covid-19. Dalam
berbagai kesempatan di antaranya rapat koordinasi online
dengan KPU Provinsi dan kabupaten/kota, KPU RI menegaskan
perlu dilakukan penundaan tahapan pemilihan sampai dengan
jangka waktu tertentu. Tahapan akan dilaksanakan apabila
telah mendapatkan persetujuan dari pemerintah dalam hal
ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19.
IDEA (Institute For Democracy and Electoral Assistance)
mencatat setidaknya 73 negara dan teritori di seluruh
dunia telah memutuskan menunda pemilu nasional dan
subnasional karena COVID-19, dari jumlah ini setidaknya
39 negara dan teritori telah memutuskan menunda pemilu
dan referendum nasional. Ada 84 negara dan teritori telah
memutuskan untuk menyelenggarakan pemilu nasional atau
subnasional meskipun ada kekhawatiran terkait COVID-19
dari jumlah ini setidaknya 67 telah menyelenggarakan
pemilu atau referendum nasional. Setidaknya 40 negara
dan teritori telah menyelenggarakan pemilu yang semula
ditunda karena kekhawatiran terkait COVID-19 dari jumlah
ini setidaknya 23 telah menyelenggarakan pemilu atau

129
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 129
referendum nasional. Untuk memastikan tahapan pemilihan
Tahun 2020 dapat dilanjutkan kembali, KPU RI menyurati
ketua gugus tugas untuk mendapatkan jawaban atas kondisi
apabila dilakasakan lanjutan tahapan.
Mengacu atas surat yang disampaikan oleh KPU RI, gugus
tugas menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 belum bisa
dipastikan waktu berakhirnya, sehingga memberikan saran
dan masukan kepada KPU RI sebagai penyelenggara pemilu
yang mandiri, bahwa lanjutan tahapan pilkada 2020 yang
tertunda dimaksud, dapat dilanjutkan sebagaimana amanat
Ayat (2) Pasal 201A Perppu Nomor 2 Tahun 2020, dengan
syarat dilaksanakan dengan protokol kesehatan penanganan
Covid-19 dalam setiap tahapan lanjutan pilkada 2020.
Setelah beberapa Rapat Dengar Pendapat (RPD) antara
Komisi II DPR RI dengan Kemendagri, KPU dan Bawaslu terkait
perkembangan tahapan pemilihan serentak tahun 2020,
KPU RI melaporkan bahwa telah menyurat ke Gugus Tugas
untuk kelanjutan tahapan dalam masa pandemi. Atas dasar
inilah KPU bersama pemerintah dalam hal ini Kemendagri,
beserta Komisi II DPR RI, menyepakati pemilihan lanjutan
yang tahapan pemungutan suaranya ditetapkan September,
digeser menjadi Desember 2020. Sebagai tindak lanjut
hasil RDP maka KPU RI menerbitkan keputusan dimulainya
tahapan Pilkada lanjutan yang tertuang dalam surat
Keputusan KPU RI Nomor 258/PL.02-Kpt/01/KPU/VI/2020(1)

1 Keputusan KPU RI Nomor 258/PL.02-Kpt/01/KPU/VI/2020 tentang Ten-


tang Penetapan Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur,
Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak
Lanjutan Tahun 2020

130 Tata Kelola Logistik


130 Tata Kelola Logistik
serta Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor
5 Tahun 2020 (2).
Upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dalam lanjutan
tahapan Pemilihan Serentak Tahun 2020, KPU RI menerbitkan
PKPU Nomor 6 Tahun 2020. Peraturan ini menjadi acuan
penyelenggara baik KPU RI, KPU Provinsi maupun kabupaten/
kota dalam melaksanakan setiap tahapan.
Pelaksanaan pemilihan serentak Tahun 2020 di masa
Pandemi Covid-19 menjadi tantangan yang besar bagi
penyelenggara khususnya KPU Provinsi Sulawesi Utara.
Saat pandemi KPU harus melaksanakan semua tahapan
berdasarkan penerapan protokol kesehatan yang ketat.
Pemilihan serentak lanjutan dilaksanakan dengan protokol
kesehatan pencegahan dan pengendalian Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) dengan memerhatikan kesehatan
dan keselamatan penyelenggara pemilihan, peserta, pemilih,
dan seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
pemilihan.
Belajar dari negera-negara yang melaksanakan pemilu
ditengah-tengah pandemi, dalam laporannya IDEA3 mengutip

2 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 5 Tahun


2020 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Tahapan, Program dan Jadwal Penyeleng-
garaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati,
dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Tahun 2020

3 International IDEA. 2014. Handbook on Electoral Management Design.


Buku dapat diakses melalui laman https://www.idea.int/sites/default/files/
publications/electoral management-design-2014.pdf

131
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 131
Korea Selatan misalnya, sebagai negara pertama yang
mengadakan pemilu ditengah pandemi Covid-19. Berdasarkan
Laporan International Ideal (2020) dalam makalah teknis
“Menyelenggarakan Pemilu Di Tengah Pandemi COVID-19:
Ujian Krusial Republik Korea”, Pemilu Legislatif Korea Selatan
dilakukan secara ketat. Pemilih diwajibkan melaksanakan
protokol covid dalam hal pemberian akses suara, seperti
mengenakan masker, memakai sarung tangan plastik sekali
pakai, dan menjaga jarak antar pemilih setidaknya 1 meter.
Tempat pemungutan suara akan secara teratur di disinfeksi
dan siapa pun dengan suhu lebih dari 37,5 derajat celcius
harus memilih di bilik khusus yang telah disediakan.
Aturan keselamatan yang mirip dengan Kode Perilaku
Pemilih juga diterapkan pada aparat kepolisian, insan media
dan pemantau pemilu. Sedangkan untuk para petugas di
TPS khusus yang dibentuk untuk lebih dari 3.000 pasien
COVID-19 dan hampir 1.000 petugas medis di Seoul dan
Daegu, mereka harus memakai perlengkapan keselamatan
seperti pakaian protektif seluruh badan, penghalang
muka, masker dan sarung tangan plastik untuk mencegah
penularan. 
NEC mengakui bahwa tindakan luar biasa yang diambil
ini membutuhkan tambahan petugas TPS sebanyak 20.000
orang. Bagi pemilih yang dikarantina karena corona. Mereka
diperbolehkan untuk meninggalkan tempat karantina mereka
dan memberikan suara di TPS setelah waktu pemungutan
suara sudah usai dan TPS telah ditutup untuk pemilih ‘biasa’.
Singapura melakukan pemungutan suara dengan
cara penggunaan APD lengkap, termasuk penggunaan
E-registration, sebuah sistem untuk menverifikasi data

132 Tata Kelola Logistik


132 Tata Kelola Logistik
pemilih guna menghindari kontak langsung dengan petugas.
Pemilu di Jenewa Swiss hanya dengan pemungutan suara
pos. Pada beberapa negara bagian Amerika Serikat (AS),
melakukan terobosan dengan berbagai cara sesuai dengan
wilayah Negara bagian masing-masing. Para petugas
pemungutan suara dibekali oleh pejabat kesehatan publik
mengembangkan sumber daya manajemen pemilu melalui
pelatihan daring meliputi buku petunjuk, pedoman, video
dan webinar mengenai prosedur pelaksanaan pemilu selama
Covid-19. Mempertimbangkan juga upaya-upaya kesehatan
dan keselamatan, pemungutan suara pada suatu daerah
dilakukan melalui pos.
Namun kesuksesan Negara-negara lain menyelenggarakan
Pemilu ditengah Pandemik ini tidak lantas bisa diterapkan
serta merta dalam konteks Pilkada Indonesia. Setidaknya
terdapat sejumlah faktor kunci yang menjadi keberhasilan
Pemilu Korea kala wabah ini.
Yaitu faktor budaya disiplin masyarakat, faktor infrastruktur
yang menunjang pelaksanaan Pemilu dan faktor kepercayaan
terhadap Pemerintah (trusted). Kepercayaan masyarakat
meningkat tajam, terutama akibat keberhasilan kebijakan
Pemerintah dalam penanganan pandemik Covid-19.
Perlu dipertimbangkan untuk menyesuaikan aspek teknis
pelaksanaan Pilkada kala pandemik melanda. International
Idea (2020) dalam makalah teknis Pemilu dan Covid 194
menawarkan sejumlah alternatif agar pemilu tetap dapat

4 https://www.idea.int/sites/default/files/publications/pemilu-dan-
covid-19.pdf

133
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 133
terlaksana disatu sisi, sehingga aspek prosedural demokrasi
tetap berjalan semestinya, disisi lain aspek keselamatan
pemilih juga menjadi pertimbangan utama.
Yang perlu juga menjadi perhatian adalah aspek
manajemen dan distribusi logistik ketika melaksanakan Pilkada
di tengah pandemik. Bagaimana tata kelola logisitik sejak dari
pengadaaan yang tepat waktu, penyortiran dan pengepakan
yang memerhatikan penerapan protokol Covid, serta
bagaimana distribusi logistik Pilkada dapat tersalur dengan
baik disisi lain aspek keselamatan penyelenggara dalam
pendistribusian logistik tersebut juga harus terjamin.
Aspek kesehatan dan keselamatan dilakukan terhadap
seluruh tahapan sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Peraturan
Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 6 Tahun 2020(5)
dengan paling kurang memenuhi prosedur sebagai berikut:
1. Penerapan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja;
2. Secara berkala dilakukan rapid test atau Real Time Polymerase
Chain Reaction (RT-PCR) terhadap anggota dan Sekretariat
Jenderal KPU, serta anggota dan sekretariat KPU Provinsi,
KPU Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS dan/atau yang memiliki
gejala atau riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
3. Penggunaan alat pelindung diri berupa masker yang

5 Peraturan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia Nomor 6 Tahun


2020 tentang Pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bu-
pati dan Wakil Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak
Lanjutan Dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)

134 Tata Kelola Logistik


134 Tata Kelola Logistik
menutupi hidung dan mulut hingga dagu bagi anggota dan
Sekretariat Jenderal KPU, serta anggota dan sekretariat
KPU Provinsi, KPU Kabupaten/Kota, PPK, dan PPS yang
sedang bertugas;
4. Penggunaan alat pelindung diri berupa masker yang
menutupi hidung dan mulut hingga dagu, sarung tangan
sekali pakai, dan pelindung wajah (face shield)
5. Penyediaan sarana sanitasi yang memadai pada tempat
dan/atau perlengkapan yang digunakan untuk suatu
kegiatan dalam pelaksanaan tahapan penyelenggaraan
pemilihan, berupa fasilitas cuci tangan dengan air mengalir
dan sabun, disinfektan, dan/atau cairan antiseptik berbasis
alkohol (handsanitizer);
6. Pengecekan kondisi suhu tubuh seluruh pihak yang terlibat
sebelum suatu kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan
pemilihan dimulai, dengan menggunakan alat yang tidak
bersentuhan secara fisik, dengan ketentuan suhu tubuh
paling tinggi 37,30 (tiga puluh tujuh koma tiga derajat)
celcius;
7. Pengaturan menjaga jarak bagi seluruh pihak yang terlibat
dalam setiap tahapan penyelenggaraan pemilihan paling
kurang 1 (satu) meter;
8. Pengaturan larangan berkerumun untuk setiap kegiatan
dalam masing-masing tahapan penyelenggaraan
Pemilihan;
9. Pembatasan jumlah peserta dan/atau personel yang
ditugaskan pada setiap kegiatan dalam pelaksanaan
tahapan penyelenggaraan Pemilihan yang mengharuskan

135
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 135
adanya kehadiran fisik;
10. Pembersihan dan disinfeksi secara berkala terhadap
ruangan dan peralatan yang sering disentuh; tidak
menggunakan barang atau peralatan secara bersama;
11. Penapisan (screening) kesehatan orang yang akan masuk
ke dalam ruangan kegiatan;
12. Sosialisasi, edukasi, promosi kesehatan dan penggunaan
media informasi untuk memberikan pemahaman tentang
pencegahan dan pengendalian penularan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19); dan
13. Pelibatan personel dari perangkat daerah yang
menyelenggarakan urusan di bidang kesehatan atau tim
dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) di daerah masing-masing.
Memang tidak mudah untuk menerapkan 13 poin di
atas, tapi dengan kesungguhan serta edukasi yang tak kenal
ruang dan waktu, semua pihak baik penyelenggara, peserta
dan masyarakat pemilih perlahan-lahan bisa beradaptasi
dengan kenormalan baru tersebut. KPU Kabupaten Bolaang
Mongondow misalnya, dalam setiap kegiatan pertemuan,
kehadiran peserta baik internal maupun eksternal maksimal
hanya 30 orang. Waktu pertemuan dilakukan seefektif dan
seefisien mungkin. Semua yang dibahas langsung menohok
pada substansi, supaya durasi kegiatan tidak terlalu panjang.
Begitu juga dengan yang dirasakan KPU Kabupaten Sitaro.
Sebagai daerah yang terdiri dari 47 pulau dan di dalamnya
ada tiga bagian gugusan pulau besar yaitu Siau, Tagulandang
dan Biaro, pelaksanaan pemilihan dengan memperhatikan

136 Tata Kelola Logistik


136 Tata Kelola Logistik
Protokol Pencegahan Covid-19 merupakan tantangan yang
luar biasa.
Komunikasi dan transportasi adalah
dua faktor yang paling terdampak.
Terkait komunikasi, KPU Sitaro
tentu saja sangat mengandalkan
metode tatap muka. Sementara
pemerintah daerah benar-benar
membatasi kegiatan-kegiatan yang
mengumpulkan orang dalam jumlah KPU Sitaro
Terima Logistik
tertentu. Di sisi lain, jika dalam
prosesnya KPU Sitaro mengandalkan platform digital, tentu
saja tidak akan maksimal mengingat jaringan internet yang
masih sangat tidak menunjang.
Begitupun dengan faktor transportasi. Dalam
mendistribusikan logistik, setiap proses serah terima wajib
dilakukan dalam koridor protokol pencegahan Covid-19. Di sisi
lain sebagian pihak terkait di banyak pulau, harus berulang kali
diberi pengertian karena cenderung mengabaikan protokol
yang dimaksud.
Pemenuhan logistik Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Wali Kota dan
Wali Kota Tahun 2020 di Sulawesi Utara pada masa Pandemi
Covid-19 menjadi tantangan yang tersediri bagi penyelenggara.
Selain menyiapkan logistik secara tepat waktu, tepat jumlah,
tepat sasaran dan tepat jenis tentunya harus disertai dengan
penerapan protokol kesehatan yang cukup ketat.
Di masa Pandemi pemenuhan logistik terbagi menjadi
dua: Logistik pemilihan serta Alat Perlindungan Diri (APD).

137
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 137
Keduanya memiliki kedudukan yang sama sehingga semua
item harus terpenuhi sebagai bagian dari syarat untuk
melaksanakan tahapan pemilihan lanjutan.
Masih membekas dari ingat kita dalam pelaksanaan
pemilihan umum Tahun 2019, banyak penyelenggara
gugur karena kelelahan dalam proses pemungutan dan
penghitungan suara. Sehingga dalam Pemilihan Serentak
Tahun 2020, KPU Provinsi Sulawesi Utara dengan ketat serta
cermat melaksanakan setiap tahapan untuk menghindari hal-
hal yang tidak diinginkan seperti pengalaman Tahun 2019.
Apalagi pelaksanaan Tahapan Pemilihan 2020 di tengah
Pandemi Covid-19, tentunya KPU Provinsi Sulawesi Utara
harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk
menjadi penyelenggara baik di tingkat provinsi/kabupaten/
kota maupun penyelenggara Adhoc di kecamatan/desa/
kelurahan. 
1. Pengadaan Alat Perlindungan Diri (APD)
Sebagai tindaklanjut dari pelaksanaan tahapan serentak
lanjutan tahun 2020 yang disepakati oleh Komisi 2 DPR RI,
Pemerintah, KPU dan Bawaslu, maka KPU harus menyiapkan
APD pada setiap tahapan pemilihan lanjutan. Oleh karena itu
dalam setiap tahapan pemilihan KPU menyiapkan regulasi/
surat edaran/surat dinas terkait pengadaan APD untuk
mendukungan tahapan serta bagian dari pelaksanaan dan
penerapan protokol kesehatan.
Mengacu dari hal tersebut, pelaksanaan tahapan Pemilihan
Lanjutan Serentak Tahun 2020 di Sulawesi Utara disiapkan
logisitik berupa APD. Adapun APD yang disiapkan oleh
KPU Provinsi maupun KPU Kabupaten/Kota memerhatikan

138 Tata Kelola Logistik


138 Tata Kelola Logistik
Keputusan Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia
Nomor 594/Pp.09.1-Kpt/07/Kpu/Xii/2020 Tentang Perubahan
Atas Keputusan Komisi Pemilihan Umum Nomor 515/Pp.09.1-
Kpt/07/Kpu/X/2020 Tentang Kebutuhan Dan Spesifikasi
Teknis Perlengkapan Protokol Kesehatan Pencegahan Dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Dalam
Pelaksanaan Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati
Dan Wakil Bupati, Dan/Atau Wali Kota Dan Wakil Wali Kota
Serentak Lanjutan Dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19).
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota dapat mengadakan
perlengkapan protokol kesehatan pencegahan dan
pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) sesuai
dengan kebutuhan masing-masing satuan kerja KPU Provinsi
dan KPU Kabupaten/Kota, sepanjang tidak melebihi jumlah
maksimal kebutuhan Perlengkapan Protokol Kesehatan
Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019
(COVID-19)
Proses pengaadan APD untuk tahapan Pemilihan Lanjutan
Tahun 2020 dilakukan melalui dua cara. Pertama Mekanisme
Pengadaan Darurat dengan merujuk pada Peraturan Lembara
Nomor 13 Tahun 2018 (6) serta Surat Edaran Kepala LKPP
Nomor 3 Tahun 2020(7). Pengadaan melalui mekanisme ini
dilakukan untuk kegiatan pada bulan Juni dan Juli.

6 Peraturan Lembaga LKPP Nomor 13 Tahun 2018 tentang Pengadaan Ba-


rang/Jasa Dalam Penanganan Keadaan Darurat;
7 Surat Edaran Kepala LKPP Nomor 3 Tahun 2020 tentang Penjelasan atas
Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Penanganan Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19)

139
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 139
Kedua proses pengadaan normal. Ini dilakukan karena
pemenuhan APD dapat dilakukan melalui mekanisme
perencanaan yang telah disusun oleh KPU, KPU Provinsi
maupuan KPU Kabupaten/Kota.
Dalam melaksanakan pengadaan APD, KPU RI mengeluarkan
Surat Dinas Nomor 858/PP.09.2-SD/07/KPU/X/2020 yang
mengatur pelaksanaan pengadaan APD pemilihan dalam
kegiatan tahapan :
a. Pensortiran, pelipatan, dan pengepakan logistik
pemilihan
b. Pendistribusian logistik pada tingkat badan penyelenggara
Pemilihan 2020
c. Pemungutan dan penghitungan suara serta rekapitulasi
perolehan suara pemilihan 2020
Pelaksanaan pengadaan ini dilakukan melalui
mekanisme Tender Konsolidasi dan Pengadaan Langsung.
Untuk efesiensi, efektivitas dan antisipasi resiko kegagalan
pelaksanaan pengadaan, pengadaan APD Pemilihan 2020
dilakukan melalui pendelegasian dan metode pengadaan
sebagai berikut :
a. Konsolidasi UKPBJ KPU RI (Kategori Alkes)
• Masker Sekali Pakai
• Thermogun
• Sarung Tangan Karet/Latex
• Baju Hazmat
b. Konsolidasi UKPBJ KPU Provinsi
- Kategori PKRT
• Hand Sanitizer

140 Tata Kelola Logistik


140 Tata Kelola Logistik
• Disinfentan
• Sabun Pencuci Tangan
- Kategori Barang Umum
• Faceshield
• Semprotan/Sprayer
• Fasilitas cuci tangan (tempat air berkeran berikut
ember penampung)
c. Pengadaan Langsung KPU Kabupaten/Kota
• Masker Kain
• Sarung Tangan Plastik
• Tisu Towel Sheet
• Kantong Plastik Tempat Sampah

141
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 141
Kegiatan- kegiatan yang melibatkan banyak orang seperti
rapat koordinasi, apel akbar dan bimbingan teknis bagi badan
Adhoc dilakukan secara ketat dengan menerapkan protokol
kesehatan serta menyiapkan APD untuk mendukung kegiatan
ini. Dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh KPU Provinsi
Sulawesi Utara, bahkan saat menyiapkan seminar KIT berupa
APD serta penerapan protokol kesehatan berupa menjaga
jarak untuk tempat duduk melalui pengaturan dalam setiap
kegiatan masing- masing KPU Kabupaten/Kota, yang diundang
yaitu hanya 2 orang.
2. Pemeriksaan Kesehatan Bagi Penyelenggara Pemilihan
Selain menyiapkan APD untuk memastikan bahwa
penyelenggara tidak terpapar virus Covid-19, maka dilakukan
pemeriksaan kesehatan melalui Rapid Test. Pelaksanaan
Rapid Tes dilakukan di semua tingkatan. Proses pemeriksaan
dilakukan melalui mekanisme swakelola yaitu melakukan
kerjasama dengan Rumah Sakit Pemerintah maupun Dinas
Kesehatan di masing- masing daerah. Selain itu, ada juga
bantuan/hibah yang diberikan pemerintah daerah dalam
mendukung pemeriksaan rapid test ini.

142 Tata Kelola Logistik


142 Tata Kelola Logistik
Mengingat jumlah peserta yang cukup banyak, masing-
masing KPU Kabupaten/Kota membuat pola yang tepat
agar Rapid Test tidak berujung pada membludaknya orang
di satu lokasi secara bersamaan. Lancarnya Rapid Test bagi
penyelenggara tentunya menjadi bagian dari kebijakan
KPU Provinsi Sulawesi Utara untuk memastikan semua
penyelenggara keadaan sehat dalam melanjutkan setiap
tahapan. 
3. Tahapan Penerimaan, Penyimpanan, Penyortiran,
Pelipatan dan Pengesetan
Penerapan protokol kesehatan juga dilakukan pada
tahapan ini. Dengan diterapkannya protokol kesehatan maka
seluruh tahapan penyediaan logistik hingga pemeliharaanya
telah dilakukan sebagai upaya untuk pencegahan penyebaran
Covid-19 dalam pengelolaan logistik.

Adapun langkah- langkah yang dilakukan untuk pencegahan


penyebaran Covid-19 dalam pengelolaan logistik pemilihan
antara lain:

143
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 143
a. Penerimaan di KPU Kabupaten/Kota, PPK, PPS dan KPPS
• Melakukan pengecekan kondisi suhu tubuh terhadap
seluruh tim pengantar barang logistik sebelum
memasuki area proses penerimaan.
• Melakukan penyemprotan cairan disinfektan terhadap
barang logistik yang masih terbungkus sebelum barang
logistik diterima oleh tim petugas penerima logistic.
• Berkas dokumen tanda terima sebelum diserahkan
dilakukan penyemprotan cairan disinfektan terhadap
dokumen yang masih terbungkus dengan plastik.
• Dalam melakukan pemeriksaan dan mencocokan
terhadap jenis dan jumlah barang logistik, tim petugas
penerima logistik wajib mengenakan alat perlindungan
diri paling kurang berupa masker.
• Dalam melakukan pencatatan dan menandatangani
dokumen penerimaan diwajibkan menggunakan alat
tulis masing –masing.
• Setelah selesai melakukan proses penerimaan,
petugas diharuskan mencuci tangan dengan memakai
sabun cair.
b. Penyimpanan Logistik Pemilihan
• Untuk tempat penyimpanan barang logistik, KPU
Kabupaten/Kota harus rutin membersihkan tempat
penyimpanan dan menyemprotkan cairan disenfektan
di area tempat penyimpanan serta tersedia wadah
sanitasi
• Petugas keamanan yang menjaga tempat penyimpanan

144 Tata Kelola Logistik


144 Tata Kelola Logistik
wajib mengenakan alat perlindungan diri paling kurang
berupa masker.
• Setelah selesai melakukan proses penyimpanan,
petugas diharuskan mencuci tangan dengan memakai
sabun cair.
• Menyediakan sanitasi berupa tempat cuci tangan
dengan air mengalir dan sabun cair pada area tempat
dilaksanakan penyortiran, pelipatan, dan pengesetan.
• Dapat menyediakan fasilitas kesehatan sebagai
antisipasi keadaan darurat berupa obat, peralatan
kesehatan, serta personel yang memiliki kemampuan
di bidang kesehatan.
• Setelah selesai melakukan proses penyortiran,
pelipatan dan pengesetan, petugas sortir dan lipat
diharuskan mencuci tangan dengan memakai sabun
cair.
c. Tahapan Pengepakan dan Pemeliharaan
Dalam pengepakan logistik, prosesnya dilakukan
berdasarkan alokasi per TPS dan alokasi logistik untuk PPK dan
PPS. Setiap petugas yang terlibat dalam pengepakan, wajib
mengenakan alat perlindungan diri paling kurang berupa
masker.
Sebelum dilakukan pengepakan barang logistik untuk
alokasi per TPS dan alokasi Logistik untuk PPK dan PPS, terlebih
dahulu dilakukan penyemprotan disinfektan. Setelah selesai,
petugas juga diharuskan mencuci tangan dengan memakai
sabun cair. Protokol pencegahan Covid-19 di tahapan ini
mendapatkan perhatian serius, karena setiap logistik dan

145
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 145
di-packing, akan bersentuhan dengan banyak orang pada
tahapan pemungutan suara.
Sementara kegiatan perawatan logistik pemilihan agar
kondisi tetap terjamin dan siap pakai untuk digunakan
pada kegiatan pemungutan dan penghitungan suara secara
efektif, efisien dan akuntabel. Dalam kondisi pandemi, KPU
Kabupaten/Kota harus selalu rutin membersihkan tempat
penyimpanan dan selalu melakukan penyemprotan dengan
menggunakan cairan disenfektan serta tersedia sarana
sanitasi yang memadai.
d. Distribusi logistik
Inilah salah satu tahapan yang
paling krusial, karena menyangkut
jalan tidaknya proses pemungutan
suara di TPS, 9 Desember 2020. Ya.
Meski di tengah Pandemi Covid-19,
proses distribusi logistik ke TPS harus Distribusi Logistik
berjalan dengan lancar. KPU Sangihe
Di kabupaten/kota dengan kondisi wilayah yang tidak
terlalu menyulitkan sangat mungkin tidak akan menemui
masalah berarti. Tapi untuk daerah seperti kabupaten
kepulauan seperti Sangihe, Talaud dan Sitaro, atau kabupaten/
kota daratan di wilayah Bolmong Raya, tantangannya tetap
tinggi.
KPU Kabupaten Kepulauan Sangihe contohnya. Proses
distribusi logistik di tengah Pandemi Covid-19 butuh pola
yang tepat dan terukur. Penuturan Ketua KPU Kabupaten
Sangihe Elysee Ph Sinadia, wilayah prioritas pertama mereka
saat mendistribusikan logistik yakni Wilayah Marore. Alat

146 Tata Kelola Logistik


146 Tata Kelola Logistik
transporatasi yang digunakan adalah kapal milik kepolisian.
Untuk tiba di Marore, diperkirakan kapal tersebut akan
menempuh perjalanan 12 jam. Kapal itu sendiri akan
menyusuri pulau–pulau yang ada di wilayah Marore, dan juga
kampung-kampung di Kecamatan Kendahe. Pelayaran diawali
dengan merapat di Kampung Lipang, terus ke Kawaluso,
singgah di Matutuang baru kemudian sampai di Marore.

Perjuangan mendistribusikan logistik dengan mengarungi


lautan lepas, lengkap dengan rupa-rupa bahaya yang
mengancam keselamatan jiwa, tidak hanya berhenti usai
mencapai Marore. Tim distribusi logistik pemilihan serentak
2020 masih harus mencapai Wilayah Kawio, dan untuk
mencapai titik tersebut moda transportasi yang bisa digunakan
hanyalah Speed Boat.
Khusus Kecamatan Nusa Tabukan, KPU Sangihe menyewa
kapal milik TNI Angkatan Laut. Sebab untuk mencapai

147
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 147
kecamatan tersebut ada beberapa kampung juga di pulau–
pulau sekitarnya yang harus disinggahi. Memang tidak
mudah, apalagi semua harus dilakukan dalam koridor protokol
pencegahan Covid-19. Meski begitu, dengan totalitas, dedikasi
dan keberanian, distribusi logistik di Sangihe relatif tidak ada
masalah berarti.
Kalau KPU Sangihe tantangannya adalah transportasi
menuju pulau-pulau terluar, distribusi logistik KPU Kotamobagu
dikejutkan dengan perubahan cuaca yang cepat dan ekstrem.
Berdasarkan cerita Ketua KPU Kotamobagu Iwan Manoppo,
mereka mulai melakukan penyaluran logistik ke TPS pada H-1.
20 armada truk dilibatkan. Proses distribusi dari kantor KPU
Kotamobagu sampai di TPS dimulai pada pagi hari. Estimasi
waktu, proses distribusi bisa selesai pukul 18.00 wita. Apalagi
saat pagi cuaca sangatlah cerah. Sinar matahari cukup terik.
Tapi semua berubah menjelang sore. Cuaca berubah
menjadi mendung dan tidak lama kemudian turun hujan
yang sangat deras disertai dengan angin kencang. Meskipun
cuaca yang buruk, tim tetap harus menjalankan proses
distribusi ini sambil memantau keadaan tim yang lain
yang sedang mengantarkan logistik ke tempat yang sudah
dibagi per wilayah. Karena hujan dan bahkan badai yang
menerpa wilayah Bolaang Mongondow Raya khususnya Kota
Kotamobagu, muncul informasi bahwa ada beberapa TPS
yang sudah berdiri roboh.
Muncul juga informasi bahwa ada logistik yang terkena air
hujan. Ini kabar yang benar-benar membuat KPU Kotamobagu
luar biasa cemas. Sangat beralasan karena kotak suara yang
terbuat dari kartun duplex, di dalamnya terdapat logistik
lainnya seperti surat suara dan beberapa jenis formulir. Apabila

148 Tata Kelola Logistik


148 Tata Kelola Logistik
basah dan rusak, akan sangat beresiko mengurangi jumlah
logistik yang jumlahnya sudah dipatenkan sebelumnya.
Sebagai ketua yang juga membidangi divisi logistik,
Manoppo segera menuju ke lokasi dimana logistik terkena
air hujan. Benar saja, kekhawatirannya terbukti. Setelah
memeriksa beberapa kotak suara, dari luar memang sudah
basah. Ia langsung melakukan komunikasi dengan Ketua
KPU Provinsi Sulawesi Utara Dr Ardiles Mewoh terkait situasi
tersebut. Arahannya adalah koordinasikan dengan Bawaslu
dan Kepolisian, untuk mengambil langkah pembukaan kotak
suara dan mengecek apakah ada logistik khususnya surat
suara yang basah serta rusak.
Syukur alhamdulillah, setelah dilakukan pemeriksaan
hanya ada beberapa surat suara yang basah. Pihak Bawaslu
menyebut itu sudah masuk kategori tidak bisa digunakan
lagi. Maka dengan disaksikan Bawaslu dan Kepolisian, KPU
Kotamobagu menggantinya dengan surat suara tersisa, yang
sebelumnya sesuai regulasi akan dimusnahkan pada hari itu
juga atau H-1 pelaksanaan pemungutan suara.
Pendistribusian logistik Pilkada di tengah Covid-19 ini tentu
dapat berimplikasi pada jaminan keamanan dan kesehatan
warga negara. Mengingat Covid-19 ini masih menyebar
dan perlu dibutuhkan kewaspadaan dalam setiap interaksi
warga negara. Potensi virus dapat menempel pada barang
logistik pemilu perlu diantisipasi dengan menggunakan alat
pelindung diri beserta melihat peta penyebaran virus dalam
suatu wilayah. Hal ini memang belum tentu diatur dalam
PKPU terkait pendistribusian logistik, akan tetapi tentu dapat
menjadi gambaran bagi penyelenggaran dalam menjamin
barang sampai pada tempat yang dituju beserta menjamin

149
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 149
keselamatan warga negaranya.
Hal yang paling penting dalam
pendistribusian perlengkapan
Pemilihan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan
Wakil Wali Kota dalam Kondisi
Bencana Nonalam Corona Virus Proses Pemusnahan
Disease 2019 (COVID-19), yaitu Surat Suara Tidak Terpakai
pendistribusian dilaksanakan dengan oleh KPU Boltim
memperhatikan protokol kesehatan
pencegahan dan pengendalian Corona Virus Disease 2019
(COVID-19) sebagaimana tercantum dalam Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 6 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil
Bupati, dan/atau Wali Kota dan Wakil Wali Kota Serentak
Lanjutan dalam Kondisi Bencana Nonalam Corona Virus
Disease 2019 (COVID-19) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2020.
Sejak tahapan perencanaan distribusi, penyelenggara
sudah harus menyusun strategi pendistribusian di tengah
masa pandemic. Misalnya dalam menentukan daerah prioritas
distribusi, perlu dijadikan pertimbangan status daerah
tujuan. Penentuan status daerah tujuan Pendistribusian
Perlengkapan Pemilihan dalam kondisi bencana nonalam
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dengan melakukan
koordinasi dengan perangkat daerah yang menangani urusan
di bidang kesehatan atau tim dari Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di daerah
masing-masing. (*)

150 Tata Kelola Logistik


150 Tata Kelola Logistik
Survei Evaluasi Logistik
Pemilihan tahun 2020
Dr. Felly Ferol Warouw, SH, ST, M.Eng,

Guna merumuskan harapan terwujudnya pengelolaan


logistik masa yang akan datang tentunya evaluasi terhadap
pengelolaan logistik saat ini perlu di evaluasi. Evaluasi dilakukan
dalam rangka merumuskan model logistik masa depan
pemilu yang berkualitas. Model logistik masa depan dalam
penyelenggaraan pemilu di Indonesia sebenarnya sudah harus
mulai dilakukan dan dicoba penerapannya secara menyeluruh
berdasarkan evaluasi dari stakeholder pemilu itu sendiri.
Untuk itu, penulis mencoba membuat evaluasi melalui survei
dalam bentuk kuisioner guna mendapatkan gambaran dari
penyelenggara pemilu menyangkut pelaksanaan pemilu 2020
di Sulawesi Utara. Untuk Penyebaran Kuisioner, responden
yang ada berjumlah 145 orang dengan kategori penyelenggara
pemilu 97,3 %, sedangkan sisanya adalah profesi campuran.
Gambar....
Keterlibatan Responden Dalam Pemilu

151
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 151
Menyangkut pertanyaan kepada responden tentang logistik
belum dibicarakan dalam rapat koordinasi yang dilaksanakan
oleh KPU, maka 144 responden mengungkapkan tanggapan
berjumlah 59,7 % tidak setuju bahwa hal tersebut belum
dibicarakan. Artinya bahwa logistik merupakan bagian yang
telah dibicarakan oleh penyelenggara pemilu tahun 2020.
Gambar .....
Jawaban Responden Tentang Pembicaraan Logistik

Terkait pendapat responden apakah pengiriman logistik


pemilu sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama,
menunjukkan bahwa 61,1% menjawab sangat setuju dengan
kata lain sesuai ditambah dengan 28,5% sangat setuju atau
sangat sesuai. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 80%
responden menyatakan bahwa pengiriman logistik telah
sesuai dengan jadwal yang disepakati bersama.

152 Tata Kelola Logistik


152 Tata Kelola Logistik
Gambar .....
Jawaban Pengiriman Logistik Pemilu 2020

Sebagian besar Responden menyatakan sangat setuju


(28%) ditambah dengan 58,7% menyatakan setuju
rekapitulasi perhitungan suara berbasis elektronik.
penggunaan sistem rekapitulasi perhitungan suara berbasis
elektronik atau berdasarkan teknologi yang biasa disebut
di rekapitulasi oleh responden memastikan bahwa dapat
mewujudkan pemilu yang berkualitas.
Responden yang menyatakan sangat setuju. Hal
ini menunjukkan antusiasme dan dukungannya pada
penyelenggaraan pemilu yang berbasiskan digital di masa
yang akan datang.

153
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 153
Gambar ....
Penerapan Sistem Berbasis Elektronik

Menyangkut perlunya partisipasi masyarakat dalam


mengimplementasikan pemilu yang berkualitas oleh sebagian
responden menyatakan sangat diperlukan. Bahkan 100%
responden yaitu 145 penanggap yang adalah penyelenggara
pemilu menyampaikan persetujuan pentingnya partisipasi
masyarakat dalam mengimplementasikan pemilu yang
berkualitas.

154 Tata Kelola Logistik


154 Tata Kelola Logistik
Gambar ...
Peran Masyarakat Dalam Pemilu

Sebagian besar Responden menyatakan sangat setuju


(70,3%) jika diadakan pendidikan dan pelatihan bagi
masyarakat menyangkut pelaksanaan pemilu. tidak ada
satupun responden yang menyatakan bahwa pendidikan
pelatihan dan sosialisasi bagi masyarakat pemilih tidak
perlu dilakukan. Hal ini menunjukkan pendidikan pelatihan
dan sosialisasi bagi masyarakat pemilih akan memastikan
penyelenggaraan pemilu yang lebih baik.
Gambar ...
Pendidikan Bagi Masyarakat Dalam Pemilu

155
Pengelolaan Logistik di Masa Pandemi 155
Menyangkut pertanyaan bahwa pemerintah daerah belum
berperan secara aktif dalam pemilu yang berkualitas sebagian
besar responden atau 14,3% menyatakan tidak setuju mereka
memastikan bahwa pemerintah telah berperan secara
aktif dalam mendukung pemilu yang berkualitas walaupun
ada 9,7% responden yang menyatakan bahwa memang
pemerintah belum mendukung secara aktif pelaksanaan
pemilu yang berkualitas.
Gambar ...
Dukungan Pemerintah Dalam Pemilu

Dari berbagai temuan temuan diatas yang dilakukan oleh


penulis maka dapat dipastikan bahwa pemilu sudah berjalan
sebagaimana yang diharapkan dan antusiasme masyarakat
merupakan bagian yang penting ini ditunjang dengan proses
penyelenggaraan dan pelaksanaan logistik pemilu yang oleh
sebagian besar responden telah berjalan sebagaimana sesuai
dengan yang diharapkan.

156 Tata Kelola Logistik


156 Tata Kelola Logistik
DA
FTA
PU R
STA
KA

157
Azizah, Nur., Ariyani., Rina dan Susilo, Eko Budi, Modul Pem-
belajaran Manajemen Logistik Pemilu Kurikulum Program S2
Konsentrasi Tata Kelola Pemilu, Konsorsium Pendidikan Tinggi
Tata Kelola Pemilu Indonesia.
Asfar, M. (1996). Beberapa Pendekatan dalam Memahami
Perilaku Pemilih,. Jurnal Ilmu Politik.
Asshidiqie, J. (2009). Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar De-
mokrasi. Serpihan Pemikiran Hukum, Media Dan HAM.
Aswandi, B., & Roisah, K. (2019). Negara Hukum Dan De-
mokrasi Pancasila Dalam Kaitannya Dengan Hak Asasi Manusia
(Ham). Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia. https://doi.
org/10.14710/jphi.v1i1.128-145
Azed, A. B. (2017). Sistem Pemilu di Indonesia. Jurnal Hukum
& Pembangunan. https://doi.org/10.21143/jhp.vol17.no2.1304
Bowersox, Donald J. Closs, David J. Cooper, M. Bixby. 2002,
Supply Chain Logistic Management, Newyork: Brent Gordon.
Bappenas. (2017). Ringkasan Metadata Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (Tpb)/ Indikator Sustainable Development Goals
(Sdgs) Indonesia. In Kementerian PPN / Bappenas.
Bookchin, M. (2018). Krisis Gerakan Ekologi. Anarkis.Org.
Budi, H. S., & Saragih, B. R. (2020). IPR, Subsidy, and Compe-
tition Policy: Potential Disharmony on Economic Regulations.
https://doi.org/10.2991/aebmr.k.200321.008
Canterbury, E., Duraiappah, A. K., Naeem, S., Agardy, T., Ash,
N. J., Cooper, H. D., Díaz, S., Faith, D. P., Mace, G., McNeely, J. a.,
Mooney, H. a., Alfred A. Oteng-Yeboah, Henrique Miguel Pereira,
Polasky, S., Prip, C., Reid, W. V., Samper, C., Schei, P. J., Scholes,

158 Tata Kelola Logistik


R., Schutyser, F., Jaarsve, A. Van, … Mea. (2013). Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Ecosystems and
Human Well-Being: A Framework for Assessment. https://doi.
org/10.1007/s13398-014-0173-7.2
Cheney, J. (1989). Postmodern Environmental Ethics. Environ-
mental Ethics. https://doi.org/10.5840/enviroethics198911231
Daly, E. (2012). Constitutional Protection for Environmental
Rights: The Benefits of Environmental Process. International
Journal of Peace Studies, 17(2).
Danang TP. (2015). Descartes, Optimisme Modernitas dan Soal
Kebenaran dari Keraguan yang Keras Kepala. Http://Lsfcogito.Org/.
Danusaputro, M. (1981). Pembangunan Hukum Lingkung-
an (dalam Mengiringi terbitnya Dasawarsa Lingkungan ke-II).
Jurnal Hukum & Pembangunan. https://doi.org/10.21143/jhp.
vol11.no6.871
De Lurdes Rodrigues, M., & Adão Silva, P. E. (2016). A cons-
tituição e as políticas públicas em Portugal. In Sociologia, Prob-
lemas e Praticas. https://doi.org/10.7458/SPP2016NE10347
Dhewantara, P. W., Hu, W., Zhang, W., Yin, W. W., Ding, F.,
Mamun, A. Al, & Soares Magalhães, R. J. (2019). Climate varia-
bility, satellite-derived physical environmental data and human
leptospirosis: A retrospective ecological study in China. Environ-
mental Research. https://doi.org/10.1016/j.envres.2019.06.004
Effendi, A. (2013). Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui
Peradilan Tata Usaha Negara. Perspektif. https://doi.org/10.30742/
perspektif.v18i1.110
Faiz, P. M. (2016). Perlindungan terhadap Lingkungan dalam Per-
spektif Konstitusi. Jurnal Konstitusi. https://doi.org/10.31078/jk1344

Daftar Pustaka 159


Friedman, M. (2008). The evolutionary origin of flatfish asy-
mmetry. Nature. https://doi.org/10.1038/nature07108
Hanafi, Syafik Mahmadah. (2008). Analisis Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia”. Tesis Magister Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.
Heizer, Jay dan Render, Barry. 2010. Manajemen Operasi
Buku Pertama (Edisi Delapan). Jakarta: Salemba Empat.
Hanafi, Syafik Mahmadah. (2008). Analisis Efisiensi Bank
Umum Syariah di Indonesia”. Tesis Magister Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta
Jimly, A. (2006). Ideologi, Pancasila, dan konstitusi. Jaringan
Informasi Hukum.
Kildow A. B., A Supply Chain Management Guide to Business
Continuity [Panduan Manajemen Rantai Pasokan untuk Keber-
langsungan Bisnis] (New York: AMACOM, 2011) hal. 31
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. (2018).
Status Hutan dan Kehutanan Indonesia 2018. In Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Keraf, A. S. (2013). Fritjof Capra Tentang Melek Ekologi Me-
nuju Masyarakat Berkelanjutan. In Diskursus - Jurnal Filsafat
Dan Teologi Stf Driyarkara.
Lehoucq, F. (2003). Electoral fraud: Causes, Types, and Conse-
quences. Annual Review of Political Science, 6(1), 233–256.
M.D, M., MD, M. M., Radita Ajie, Hartono, S., Suhariyanto,
B., Sistematis, Y. B., Masif, T. D. A. N., Nazriyah, R., Gresik, U. M.,
Angin, P., Ananda Sari, R., NAJICHAH, & Setneg, 2009. (2009).

160 Tata Kelola Logistik


Calon Tunggal dalam Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia
2017 ( Studi Kasus: Pemilihan Umum Kepala Daerah dengan
Calon Tunggal di Kota Tebing Tinggi 2017. Jurnal Konstitusi.
Malik Ibrahim. (2013). Retrospeksi Makna Sistem Presidensil
di Indonesia Terhadap Pro dan Kontra Pemilu Serentak dalam
Rangka Menuju Konsolidasi Sistem Demokrasi Melalui Refor-
masi Pemilu. Journal of Chemical Information and Modeling.
Martosoewignjo, S. S. (1996). Fungsi Konstitusi Dalam Pem-
batasan Kekuasaan. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. https://
doi.org/10.20885/iustum.vol3.iss6.art1
Md, M. M. (1999). Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. In
Gama Media.
Muhadam, L., & Teguh, I. (2015). Partai Politik Dan Sistem
Pemilihan Umum Di Indonesia Teori, Konsep don lsu Strategis.
In Rajawali Pers.
Muhammaddin, M. (2013). Kebutuhan Manusia Terhadap
Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah.
Nachmany, M., Fankhauser, S., Davidová, J., Kingsmill, N.,
Landesman, T., Roppongi, H., Schleifer, P., Setzer, J., Sharman,
A., Singleton, C. S., & Sundaresan, J. (2015). Climate change
legislation in Mexico - The 2015 Global Climate Legislation
Study. A Review of Climate Change Legislation in 99 Countries.
Novyan, A. F., Wisnaeni, F., & Indarja, I. (2019). … Kepala
Daerah Yang Berstatus Tersangka Menjadi Kepala Daerah (Studi
Kasus Terhadap Pelaksanaan Pilkada Serentak Tahun 2018 ….
Diponegoro Law Journal.
Nugroho, W. (2014). Konstitusionalitas Hak Masyarakat Hu-

Daftar Pustaka 161


kum Adat Dalam Mengelola Hutan Adat: Fakta Empiris Legalisasi
Perizinan. Jurnal Konstitusi.
Nurkamilah, C. (2018). Etika Lingkungan Dan Implementa-
sinya Dalam Pemeliharaan Lingkungan Alam Pada Masyarakat
Kampung Naga. Religious: Jurnal Studi Agama-Agama Dan Lintas
Budaya. https://doi.org/10.15575/rjsalb.v2i2.3102
Nurmardiansyah, E. (2015). Konsep Hijau: Penerapan Green
Constitution Dan Green Legislation Dalam Rangka Eco-Democ-
racy. Veritas et Justitia. https://doi.org/10.25123/vej.1422
Nurtjahjo, H. (2017). Lembaga, Badan, Dan Komisi Negara
Independen (State Auxiliary Agencies) Di Indonesia: Tin.Jauan
Hukum Tata Negara. Jurnal Hukum & Pembangunan. https://
doi.org/10.21143/jhp.vol35.no3.1518
Parola, G. (2013). CHAPTER II: Environmental Democracy in
an International Context. In Environmental Democracy at the
Global Level: Rights and Duties for a New Citizenship. https://
doi.org/10.2478/9788376560144.ch2
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Penge-
lolaan Lingkungan Hidup, Sekretariat Nergara RI (2009).
Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pe-
merintah telah diubah dengan Perpres 12 tahun 2021 tentang
Perubahan atas Perpres 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah
Pemerintahaan-Indonesia.blogspot.co.id, S. (2013). Pemilu di In-
donesia | Sistem Pemilihan Umum. Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
Pemula, M. I. P. U. (2009). BAB II Pemilu Di Indonesia. Jurnal
Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.

162 Tata Kelola Logistik


Penyederhanaan Partai Politik Dalam Sistem Kepartaian
Di Indonesia Sejak Perubahan Undang-Undang 1945. (2016).
Diponegoro Law Review.
Prasetyo, T. (2014). Membangun Hukum Nasional Berda-
sarkan Pancasila. Jurnal Hukum Dan Peradilan. https://doi.
org/10.25216/jhp.3.3.2014.213-222
Pratiwi, D. A. (2018). Sistem Pemilu Proporsional Daftar
Terbuka Di Indonesia: Melahirkan Korupsi Politik? Trias Politika.
Purnaweni, H. (2014). Kebijakan Pengelolaan Lingkungan
Di Kawasan Kendeng Utara Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu
Lingkungan. https://doi.org/10.14710/jil.12.1.53-65
Raditiya, I. N. (2019). Pemilu Serentak Di Harap-Harapkan
Menjadi Lebih Baik. 22 April 2019.
Ricard, M., & Dussaux, M. (2015). Education for sustainable
development in France. In Schooling for Sustainable Develop-
ment in Europe: Concepts, Policies and Educational Experien-
ces at the End of the UN Decade of Education for Sustainable
Development. https://doi.org/10.1007/978-3-319-09549-3_17
Rusdina, A. (2015). Membumikan Etika Lingkungan Bagi
Upaya Membudayakan Pengelolaan Lingkungan yang Bertang-
gung Jawab. Istek.
Sead Alihodžić, Manajemen Risikio dalam Pemilu: Makalah
Kebijakan no. 14, International IDEA, 2016, hal. 11
Salim, Abbas. 1993.  Manajemen Transportasi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada
Sondang P Siagian. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia

Daftar Pustaka 163


. Edisi satu, cetakan kesepuluh. Jakarta : Bumi Aksara
Salim, E. (1982). Conservation and development. Environ-
mentalist. https://doi.org/10.1007/BF02600322
Santosa, M. A. (2016). Enhancement Of Forest And Peatland
Governance In Indonesia. Indonesian Journal of International
Law. https://doi.org/10.17304/ijil.vol13.3.654
Sari, R. R., Siahainenia, R. R., & Hadiwijoyo, S. S. (2020).
Penguatan Kapasitas Kelembagaan dalam Pembangunan Ke-
lurahan Berkelanjutan Berbasis Agrowisata di Kumpulrejo,
Kota Salatiga. Jurnal Wilayah Dan Lingkungan. https://doi.
org/10.14710/jwl.8.2.187-201
Sodikin, S. (2014). Pemilu Serentak (Pemilu Legislatif Dengan
Pemilu Presiden Dan Wakil Presiden) Dan Penguatan Sistem
Presidensial. Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum
Nasional. https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v3i1.54
Soelistyo, L. T. D. (2019). Perkembangan Baru Tentang Kon-
stitusi Dsn Konstitusionalisme Dalam Teori Dan Praktik. Mimbar
Keadilan. https://doi.org/10.30996/mk.v12i2.2389
Soemarwoto, O. (2003). Analisis Mengenai Dampak Ling-
kungan. Gadjah Mada University Press.
Solihah, R. (2018). Peluang dan tantangan pemilu serentak
2019 dalam perspektif politik. Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan.
https://doi.org/10.14710/jiip.v3i1.3234
Surakusumah, W. (2013). Perubahan Iklim dan Pengaruh-
nya Terhadap Keanekaragaman Hayati. In Makalah Perubahan
Lingkungan Global.
Surbakti, R. (2016). Perekayasaan sistem pemilu untuk pem-

164 Tata Kelola Logistik


bangunan tata politik demokratis. Kemitraan Partnership.
The International Institute for Democracy and Electoral
Assistance. (2013). Introducing Electronic Voting: Essential
Considerations. In The International Institute for Democracy
and Electoral Assistance.
UN. (1972). Declaration of the United Nations Conference
on the Human Environment , Stockholm 1972. United Nations
Environment Programme.
Undang-Undang, L. H. N. 32. (2009). Undang-Undang Re-
publik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Geographie.
UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Penge-
lolaan Lingkungan Hidup, Sekretariat Nergara RI (2009).
Warouw, F. F., Lumeno, S., & Pusung, P. H. (2019). Analysis
of government responsibility in the sustainable tourism pro-
cess study at Manado Bay. International Journal of Innovation,
Creativity and Change.
Widianingsih, Y. (2002). Demokrasi Dan Pemilu Di Indone-
sia: Suatu Tinjauan Dari Aspek Sejarah Dan Sosiologi Politik.
Mycological Research.
Yasser, M. (2014). Etika Lingkungan dalam Perspektif Te-
ori Kesatuan Wujud Teosofi Transenden. Kanz Philosophia :
A Journal for Islamic Philosophy and Mysticism. https://doi.
org/10.20871/kpjipm.v4i1.54
Zainuddin, F. H., Jurdi, S., & Amsir, A. A. (2019). Multikulturalisme
dan Kemenangan Thoriq Husler Pada Pilkada Serentak 2015 di Kabu-
paten Luwu Timur. Vox Populi. https://doi.org/10.24252/vp.v2i1.9353

Daftar Pustaka 165


166 Tata Kelola Logistik

You might also like