You are on page 1of 19

MANAJEMEN PENDIDIKAN AUD

MANAJEMEN PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK

Oleh Kelompok: 05

Nama : Nur Sodiq


NIM : 1912000105
Nama : Sekar Isworo Laksmi
NIM : 1912000106
Nama : Adinda Robika Sari
NIM : 1912000110

Dosen Pembimbing
Siti Marwah, S.Ag. M.Pd.I

SEMESTER III PIAUD SORE

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’ARIF JAMBI


TAHUN AJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat, taufiq, nikmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas kelompok pembuatan makalah Manajemen Pendidikan Anak Uisa Dini yang
berjudul ”Hakekat Pendidikan Anak Usia Dini” dengan lancar.

Shalawat serta salam kami haturkan kepada tauladan kita Nabi Muhammad
S.A.W. beserta para sahabatnya yang telah membawa kita dari jaman jahiliyah
menuju jaman islamiyah.

Dalam pembuatan makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai


pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dosen pengampu mata kuliyah Manajemen PAUD, Ibu Dra. Hj. Eti
Hadiati, M. Pd yang atas bimbingannya kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.
2. Teman-teman dan semua pihak yang memberi dukungannya selama
dalam pengerjaan makalah ini.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini
masih jauh dari kata sempurna untuk itu penulis menerima segala saran dan kritik
bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan. Jika ada kesalahan
dalam penulisan maupun kata-kata yang tidak berkenaan bagi pembaca, penulis
minta maaf. Akhir kata penulis sampaikan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.
Wb.

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................


KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1


A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 1
C. Tujuan Penulisan Makalah ................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................. 2


A. Memaknai Pendidikan Anak Usia Dini .............................. 2
B. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini ............................. 4
C. Bidang Garapan Pendidikan Anak Usia Dini ..................... 7
D. Tujuh Inteligensi Anak Usia Dini yang
Perlu Dikembangkan......................................................... 11
E. Pradigma Pendidikan Anak Usia Dini .............................. 13

BAB II PENUTUP..................................................................... 16
a. Kesimpulan ....................................................................... 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan yang profesional memiliki tugas utama adalah mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai, dan mengevaluasi
peserta didik baik pada satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ataupun
pendidikan yang lebih lanjut. Pemahaman konsep dasar PAUD merupakan hal
yang snagat penting dikuasai oleh pendidik ataupun tenaga kependidikan
PAUD karena merupakan hal mendasar untuk dapat menyelenggarakan
pendidikan anak usia dini yang diharapkan dapat melejitkan potensi peserta
didiknya. Oleh karena itu, makalah ini berfokus pada pembahasan apa itu
pendidikan anak usia dini, tujuan dan ruang lingkupnya serta satuan
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat pendidikan anak usia dini
2. Pentingnya pendidikan anak usia dini
3. Bidang garapan pendidikan anak usia dini

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Memenuhi tugas mata kuliyah Manajemen Pendidikan Anak Usia Dini
2. Mengetahui hakikat dan pengertian PAUD
3. Memahami manfaat pendidikan anak usia dini
4. Mengetahui bidang garapan PAUD

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pendidikan anak usia dini merupakan peletak dasar pertama dan


utama dalam pengembangan pribadi anak, baik berkaitan dengan karakter,
kemampuan fisik, kognitif, bahasa, seni, sosial, emosional, spiritual, disiplin
diri, konsep diri, maupun kemandirian. Oleh karena itu, dalam memberikan
layanan pendidikan, perlu dipahami karakteristik perkembangan serta cara-
cara anak belajar dan bermain. Untuk kepentingan tersebut, para orang tua
dan guru di samping perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang
psikologi pendidikan, juga dituntut untuk memahami psikologi
perkembangan anak dan psikolog belajar. Psikologi dimaksud adalah ilmu
yang mempelajari tentang perilaku anak usia dini dalam konteks pendidikan,
belajar, dan perkembangan.

A. Memaknai Pendidikan Anak Usia Dini


Mengingat pentingnya anak dalam pendidikan, dan pentingnya anak
usia dini dalam perkembang manusia serta keseluruhan, maka pendidikan
anak usia dini (PAUD) perlu diberikan melalui berbagai rangsangan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar lebih
siap memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam hal ini, pendidikan
memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi sejarah
perkembangan anak selanjutnya, serta menjadi fondasi perkembangan
kepribadiannya. Anak yang mendapatkan pendidikan sejak usia dini akan
dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan mental, yang
akan berdampak pada peningkatan motivasi, prestasi, dan kinerjanya,
sehingga akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan berbagai
potensinya.

2
3

Bloom mengemukakan bahwa separuh potensi manusia sudah


terbentuk ketika berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun, dan 30%
terbentuk pada usia 4-8 tahun. Dengan demikian, 80% potensi manusia
tersebut terbentuk dalam kehidupan rumah tangga dan lingkungan
sekitarnya. Oleh karena itu, disiplin, kebiasaan, karakter, kemampuan, dan
kepribadian seseorang sangat bergantung pada orang tua, dan lingkungan
sekitar rumahnya. Makanan dan pendidikan yang diberikan oleh orang tua
akan turut membentuk kepribadian anak, menentukan pertumbuhan jasmani
dan perkembangan rohaninya, serta mewarnai sikap dan prilakunya. Hal ini
sejalan dengan Undang-undang Sisdiknas yang mengemukakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap memasuki pendidikan
dasar. Dalam pada itu, Direktorat PAUD Depdiknas menyatakan bahwa
PAUD adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir
hingga enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik, dan
moral, spiritual, motorik, emosional, dan sosial yang tepat dan benar agar
anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan demikian,
pendidikan anak usia dini merupakan sarana untuk menggali dan
mengembangkan berbagai potensi anak agar dapat berkembang secara
optimal.
PAUD juga dapat dijadikan sebagai cermin untuk melihat
keberhasilan anak di masa mendatang. Anak yang mendapatkan layanan
baik sejak dini memiliki harapan lebih besar untuk meraih kesuksesan masa
depan, sebaliknya anak yang tidak mendapatkan layanan pendidikan yang
memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat untuk
mengembangkan kehidupan selanjutnya.
4

B. Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini


PAUD sangat menentukan kesuksesan seseorang di masa depan,
bagaimana seseorang merespons berbagai permasalahan yang dihadapi
dalam setiap langkah kehidupan sangat ditentukan oleh pengalaman dan
pendidikan yang diperolehnya pada saat usia dini. PAUD yang positif akan
mendorong seseorang untuk merespon berbagai permasalahan kehidupan
secara positif, sebaliknya pengalaman yang negatif dapat mendorong
seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan norma-norma
kehidupan yang seharusnya. Jangan-jangan kondisi kehidupan masyarakat
kita yang carut marut dewasa ini pun, merupakan akibat atau cermin
kegagalan PAUD 15-20 tahun yang lalu.
Hasil kajian menunjukkan, bahwa daya imajinasi, keativitas,
inovatif, dan proaktivitas lulusan PAUD, berbeda dengan yang tidak
melakukannya. Oleh sebab itu, PAUD terus ditumbuhkembangkan
pemerintah. Kedepan sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi lembaga ini harus
dikembangkan sampai ke plosok pedesaan karena dalam era globalisasi
sekarang kita membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas
dan berdaya saing tinggi. Kita tidak ingin terus menerus tertinggal oleh
negara lain, apalagi oleh negara-negara yang dulu pernah belajar dari kita,
seperti Malaysia. Oleh sebab itu, perlu disiapkan SDM anda, melalui
pendidikan yang berkualitas sejak dini, dengan menumbuhkembangkan
lembaga PAUD.
PAUD akan menjadi cikal bakal pembentukan karakter anak negeri,
sebagai titik awal pembentukan SDM berkualitas, yang memiliki wawasan,
intelektual, kepribadian, tanggung jawab, inovatif, kreatif, proaktif dan
partisipan serta semangat mandiri. Hasil kajian menunjukkan bahwa anak-
anak yang mengikutu PAUD menjadi lebih mandiri, disiplin dan mudah
diarahkan untuk menyerap ilmu pengetahuan secara optimal. Ibarat jalan
masuk menuju pendidikan dasar, PAUD memuluskan jalan itu sehingga
5

anak menjadi lebih mandiri, lebih disiplin, dan lebih mudah


mengembangkan kecerdasan majemuknya.
Hal ini yang penting, mengingat hasil penelitian tentang
perkembangan otak sebagaimana telah disinggung diatas, bahwa sampai
usia 4 tahun tingkat kestabilan kecerdasan anak telah mencapai 50%, pada
usia 8 tahun mencapai 80%, dan sisanya sekitar 20% diperoleh setelah
berusia 8 tahun. Dengan demikian, jika pendidikan baru dilakukan pada
anak ketika mencapai usia 6 atau 7 tahun (Sekolah Dasar), stimulasi
lingkungan terhadap fungsi otak yang sebagian besar telah berkembang
akan terlambat pengembangannya sehingga tidak dapat berfungsi dengan
baik. Kondisi ini dapat menyebabkan anak-anak kurang cerdas, serta dapat
mengurangi optimalisasi otak yang seharusnya dimiliki oleh setiap anak.
PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi
rangsangan pendidikan untuk mambantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani serta rohan agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Sebenarnya sudah menjadi kesepakan bersama
untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, salah satu kebijakan
yang digulirkan adalah menumbuhkembangkan PAUD merupakan
tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat serta
pemangku kepentingan lain. Untuk kepentingan tersebut, diperlukan
kedasaran serta program terpadu yang melibatkan masyarakat dan
pemerintah untuk merealisasikan Gerakan PAUDNISASI yang telah
dicanangkan pemerintah 2011 lalu.
6

Dalam rangka perluasan akses, PAUD juga bisa diselenggarakan


oleh kelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), dengan membekali diri melalui berbagai pelatihan dan
membaca berbagai pelatihan dan membaca berbagai sumber, penerapan ide
ini dapat dilakukan terutama di daerah-daerah terpencil, yang belum ada
lembaga pendidikan bagi anak usia dini.
Untuk mengatasi kesenjangan antara anak-anak yang beruntung dan
yang kurang beruntung, diperlukan kolaborasi antara masyarakat serta
organisasi-organisasi yang ada dengan Pemerintah. PAUD dapat
dimasukkan ke beberapa program masyarakat yang sudah ada, misalnya
lewat posyandu (pos layanan terpadu), dengan membentuk seksi pendidikan
anak usia dini, juga dapat dimasukkan ke program PKK (pendidikan
kesejahteraan keluarga). Alternatif lain: menjadikan PAUD sebagai bagian
dari preventif Forum Penanganan Korban Kekerasan pada Perempuan dan
Anak. Dalam hal ini, ketika anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak
juga merupakan bagian kekerasan yang tersembunyi di dalam rumah
tangga. Jika salah satu seksi dari forum diarahkan untuk menangani isu
pendidikan seperti melakukan sosialisasi pentingnya PAUD, maka akan
memberikan solusi pendidikan yang murah berbasis masyarakat, bahkan
mencarikan donatur atau anak asuh bagi anak yang belum dapat menikmati
pendidikan.
Pentingnya PAUD juga dapat ditinjau dari perkembangan otak
manusia sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa tahap perkembngan
otak anak usia dini menempati posisi yang paling vital, karena sebagian
besar perkembangan otak dicapai pada masa usia dini. Lebih jelasnya bayi
lahir telah mencapai perkembangan otak 25% orang dewasa. Untuk menuju
kesempurnaan perkembangan otak manusia 50% dicapai hingga usia 4
tahun, 80% hingga usia 8 tahun dan selebihnya diproses hingga anak usia
18 tahun. Dengan demikian, usia dini memegang peranan yang sangat
penting karena perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan
sedemikian pesat.
7

C. Bidang Garapan Pendidikan Anak Usia Dini


Istilah yang sering digunakan untuk pendidikan anak usia dini,
antara lain dinyatakan oleh The National Association for The Education of
Young Children (NAEYC) yakni Early Childhood Education suatu
pendidikan yang diberikan pada awal masa anak. Istilah lainnya adalah
Early Childhood dan Early Childhood setting, Young Children, yang di
Indonesia disebut pendidikan anak usia dini (PAUD).
Pendidikan anak usia dini merupakan bentuk layanan pendidikan
yang diberikan kepada anak sejak lahir hingga usia enam tahun, dengan cara
memberikan rangsangan terhadap seluruh aspek perkembangannya yang
meliputi aspek fisik dan nonfisik. Bidang garapan pendidikan anak usia dini
meliputi : Pendidikan keluarga (0-2 tahun), taman pengasuhan anak (TPA)
untuk usia 2 bulan sampai dengan usia 5 tahun, kelompok bermain (play
group) untuk usia 3 sampai 4 tahun, dan taman kanak-kanak (TK) untuk
usia sampai 6 tahun. Disamping itu ada juga yang disebut bina keluarga
balita (BKB).
1. Pendidikan keluarga (0-2 tahun)
Pada tahap ini, pendidikan anak masih berada pada lingkungan
terkecil, yakni keluarga. Pendidikan keluarga merupakan
pendidikan pertama dan utama bagi anak sebab pendidikan
keluarga merupakan fondasi bagi anak untuk membangun
struktur kepribadian selanjutnya. Dalam hal ini orang tua
memegng peran utama. Tidak hanya ibu, tetapi juga ayah yang
perlu memberikan nilai-nilai pendidikan kepada anak. Orang tua
memegang kunci pertama bagi keberhasilan anak, hingga
dianggap sebagai pendidik pertama dan utama.
2. Taman pengasuhan anak (TPA) untuk usia 2 bulan-5 tahun.
Taman-taman pengasuhan anak adalah lembaga kesejahteraan
sosial yang memberikan layanan pengganti berupa asuhan,
perawatan, dan pendidkan bagi anak balita selama anak tersebut
di tinggal bekerja oleh orang tuanya. TPA bertujuan membantu
8

orang tua agar dapat bekerja dengan tenang sehingga mencapai


prestasi yang optimal. Selain itu, juga menghindarkan anak dari
kemungkinan-kemungkinan terlantar pertumbuhan dan
perkembangan jasmani, rohani dan sosialnya. TPA umumnya
melayani titipan anak usia 2 bulan sampai dengan usia 5 tahun.
3. Kelompok bermain (play group) untuk usia 3- 4 tahun.
Kelompok bermain (play group) merupakan tempat bermain dan
belajar bagi anak-anak sebelum memasuki taman kanak-kanak.
Pada umumnya play group menampung anak-anak normal
dalam rentang usia 3-4 tahun. Kelompok bermain (play group)
bertujuan mengembangkan aspek fisik, mental, emosi, dan sosial
anak. Isi program merupakan penjabaran dari visi dan misi, serta
tujuan kelompok bermain (play group), dengan tenaga pendidik
umumnya lulusan sekolah pendidikan guru (SPG), sekolah guru
taman kanak-kanak (SGTK), dan sekolah menengah atas
(SMA).
4. Taman kanak-kanak (TK) untuk usia sampai 6 tahun.\
Taman kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan setelah play
group sebelum anak masuk sekolah dasar. Pada saat ini TK
bukan jenjang pendidikan wajib, dan tidak termasuk dalam
program wajib belajar pendidikan dasar.

Meskipun demikian keberadaannya telah memberikan sesuatu


yang cukup berarti bagi persiapan anak usia dini memasuki
pendidikan dasar. Program-program PAUD lainnya yang setara
dengan TK, antara lain taman kanak-kanak al-qur’an (TKA), dan
pos pelayanan terpadu (posyandu). TKA adalah program
pendidikan bagi anak usia dini 4-6 tahun dengan materi lebih
ditekankan pada al-qur’an. Posyandu adalah wahana
kesejahteraan ibu dan anak yang berfungsi memberikan layanan
terpadu yang mencakup aspek perawatan, kesehatan dan gizi
9

terutama bagi ibu hamil dan anak usia dini. Posyandu merupakan
bentuk kegiatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk
masyarakat dengan bimbingan dari petugas kesehatan.
5. Bina keluarga balita (BKB)
BKB adalah suatu kegiatan yang bertujuan memberikan
pengetahuan dan keterampilan kepada orang tua dan anggota
keluarga lainnya. Mengenai bagaimana mendidik, mengasuh
dan memantau pertumbuhan dan perkembangan anak balita.
Layanan kegiatan BKB pada dasarnya merupakan pembinaan
tumbuh kembang balita yang terdiri dari tiga aspek, yakni
kesehatan, gizi dan psikososial. Program ini diperuntukan
terutama bagi ibu-ibu yang memiliki anak balita dan termasuk
dalam kategori keluarga berpenghasilan rendah.
Program BKB bertujuan agar orang tua memiliki konsep diri
yang sehat terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan
dalam mengasuh dan membina anak serta mampu menerapkan
pola asuh yang tepat sejak dini. Untuk mencapai tujuan tersebut,
seharusnyalah orang tua dan guru memfasilitasi mereka sebagai
berikut :
a. Memberikan kebebasan bergaul dengan siapapun dalam
masyarakat, dengan mengingat norma-norma pergaulan
keluarga dan sekolah.
b. Mendidik anak agar memiliki rasa harga diri yang sehat,
misalnya dengan jalan membiarkan anak didik berpikir
sendiri, berbuat sendiri dan berpendapat sendiri. Tumbuhnya
harga diri yang sehat akan membantu anak untuk menjadi
warga masyarakat bahkan warga negara yang sehat.

Dalam suatu pendidikan jangan hanya dituangkan


pengetahuan semata-mata kepada anak didik, tetapi harus
juga diperhatiikan pembinaan moral, sikap dan tingkah laku.
10

Oleh karena itu, dalam setiap pendidikan harus terdapat


pendidikan moral dan pembinaan kepribadian yang sehat.
Dasar dan tujuan pendidikan moral biasanya ditentukan oleh
pandangan hidup dari lembaga pendidikan itu sendiri sesuai
dengan dasar dan tujuan negara. Kalau negara itu
berdasarkan demokrasi, maka pendidikan yang dilakukan
terhadap anak-anak juga bertujuan membina jiwa demokrasi.
Bidang garapan PAUD tidak terbatas pada
pendidikan anak, tetapi juga terkait dengan pendidikan orang
tua tentang pendidikan anak sehingga mereka dapat
memberikan pengasuhan yang tepat sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangannya. Yussen dan Santrok
(1980) mengatakan bahwa kemampuan sosialisasi anak
sangat terkait dengan orang-orang disekeliling anak yang
disebut agen sosial, yaitu setiap orang yang berhubungan
dengan seorang anak, misalnya ayah dan ibunya, pengasuh,
teman sebaya, guru, dan keluarga lainnya yang
memengaruhi cara anak berperilaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan
bahwa layanan PAUD dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
sangat kompleks, karena berkaitan dengan budaya, ekonomi,
pengetahuan orang tua, masyarakat, agen sosial, serta nilai
anak dalam suatu masyarakat. Untuk itu, pengembangan
pemahaman terhadap program PAUD, di samping
disampaikan melalui pendidikan anak usia dini, perlu juga
dilakukan di lingkungan pendidikan dasar sampai Perguruan
Tinggi. Hal ini penting, karena terkait dengan perubahan
pola pikir yang mendasar dalam mendidik anak sehingga
kelak pelajaran tersebut akan menjadi orang tua yang siap
memberikan layanan pendidikan terhadap anak-anaknya.
11

D. Tujuh Inteligensi Anak Usia Dini Yang Perlu Dikembangkan


Gardner (1993:24) mengemukakan bahwa manusia mempunyai
tujuh macam inteligensi, yaitu musical intelligence (musikalitas), logical
mathematical (logika matematika), bodily kinesthetic intelligence
(kelenturan tubuh), linguistic intelligence (inteligensi dalam bidang
kebahasaan), spatial intelligence (inteligensi ruang), interpersonal
intelligence (kecerdasan yang terkait dengan hubungan pribadi), dan
intrapersonal intelligence (kecerdasan hubungan antarpersonal).
Pada masa usia dini ketujuh macam kecerdasan belum berkembang
secara optimal, tetepi ada kalanya kecerdasan tersebut sudah mulai tampak.
Salah satu cirinya adalah anak dapat menampilkan kemampuan melebihi
teman-teman sebayanya. Seorang anak yang mempunyai kecerdasan
musikalitas pada umumnya dengan cepat dapat menirukan nada dengan
tepat, atau menghafal lagu dengan cepat. Anak-anak ini perlu diberi
rangsangan dengan mengajaknya untuk bernyanyi atau bermain musik agar
kemampuannya berkembang.
Salah satu anak yang mempunyai kecerdasan matematika adalah
memiliki kemampuan dan kesenangan dalam bidang berhitung. Anak-anak
yang demikian perlu dirangsang dengan dihadapkan dengan permasalahan-
permasalahan yang bersangkut paut dengan angka.
Anak-anak yang mempunyai kecerdasan di bidang kinestitik dapat
terdeteksi melalui kemampuannya yang berhubungan dengan kelenturan
tubuh, misalnya menari atau olahraga. Untuk membantu mengembangkan
kemampuannya, anak-anak tersebut perlu diajak untuk menari atau
melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan gerakan-gerakan tubuh.
Kecerdasan linguistik dipunyai oleh anak-anak yang gemar
membaca atau bercerita. Dengan demikian, untuk mengembangkan
kecerdasan kebahasaan anak-anak tersebut perlu diberi rangsangan dengan
diajak membaca dan mengungkapkannya.
Anak-anak yang mempunyai kemampuan untuk mengingat tempat
atau mengetahui posisi-posisi dengan tepat, berarti yang bersangkutan
12

mempunyai kecerdasan spasial atau kecerdasan ruang. Untuk meningkatkan


kecerdasan tersebut anak-anak perlu dirangsang dengan permainan-
permainan yang terkait dengan ruang, slah satunya adalah bermain puzzle.
Kecerdasan interpersonal adalah kecerdasan untuk memahami hal-
hal yang terjadi pada dirinya. Kecerdasan ini ditandai dengan
kemampuannya untuk mengungkapkan perasaan atau isi hati. Kecerdasan
ini dapat dikembangkan dengan cara anak-anak diminta untuk
mengungkapkanapa yang terjadi dan apa yang dirasakan.
Kecerdasan intrapersonal adalah kecerdasan seorang anak untuk
menjalin hubungan dengan orang lain. Mengajak anak untuk bergaul
dengan teman-temannya baik teman-temanny baik teman lama maupun
teman yang baru dikenalnya akan sangat membantu dalam upaya
mengembangkan kecerdasan intrapersonal ini.
Ketujuh macama inteligensi ini perlu dikembangkan sejak anak
masih usia dini. Karena masa-masa tersebut adalah masa golden age. Pada
masa tersebut kecerdasan dapat berkembang paling optimal, karena pada
masa itulah anak-anak paling peka untuk mengangkap segala rangsangan
yang masuk dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
John Locke, yaitu teori tabularasa yang mengibaratkan anak sebagai meja
yang terbuat dari lilin. Makna teori ini adalah dapat dibentuk apa saja
bergantung pada pendidiknya.
Uraian tersebut menggambarkan bahwa lingkungan sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak. Sehubungan dengan hal itu baik
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat harus memberikan
kondisi kepada anak agar ketujuh kecerdasan yang dimiliki dapat
berkembang.
13

E. Pradigma Pendidikan Anak Usia Dini


Pendidikan anak usia dini merupakan bagian dari pendidikan
seumur hidup, sebagai sebuah konsep yang telah dipopulerkan oleh
UNESCO dengan istilah “Life Long Education”. Populernya istilah
tersebut, bukan saja karena diprogramkan dan dijadikan salah satu pilar
pendidikan oleh UNESCO, tetapi juga diperintahkan oleh Allah SWT
melalui pentunjuk-petunjuknya.
Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini menyajikan konsep
belajar sambil bermain. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang
bersifat aktif dalam melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, maka
aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran.
Pembelajaran diarahkan kepada pengembangan dan penyempurnaan
potensi kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan bahasa, sosial,
emosional, motorik, spiritual, dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada
anak usia dini harus dirancang sebaik mungkin agar anak tidak merasa
terbebani dalam mencapai tugas perkembangannya. Pendidikan yang efektif
pada pendidikan anak usia dini perlu ditunjang oleh lingkungan dan suasana
belajar yang kondusif. Kegiatan bermain (play activity) yang memberi
kesempatan kepada anak untuk berinteraksi dengan teman dan lingkungan
perlu diprioritaskan.
Orientasi belajar anak usia dini sebaiknya lebih difokuskan pada
pengembangan karakter yang positif sehingga aset yang dimiliki anak dapat
dikembangkan secara optimal. Dengan demikian orientasi belajar anak usia
dini adalah mengembangakan potensi dan kemampuan dasar,
mengembangkan sikap dan minat belajar, serta membangun dasar
kepribadian yang positif. Ketiga hal tersebut dalam kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) dikenal dengan program pengembangan diri
peserta didik. Pradigma baru tentang pendidikan, khususnya mengenai
pembelajaran dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan pendidikan
yang dihadapi, seperti kualitas, kuantitas, efektivitas, dan efisiensi
pendidikan yang sudah lama belum terpecahkan.
14

Pradigma baru tersebut adalah “ school menjadi learning (sekolah


menjadi belajar), dengan pradigma pembelajaran: learning to know (belajar
untuk mengetahui), learning to do (belajar untuk bekerja), learning to be
(belajar untuk hidup), learning to live together (belajar untuk hidup
bersama), kurikulum berbasis kompetensi dan pradigma-pradigma lainnya
bertujuan untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk
memiliki kemampuan yang utuh dan menyeluruh.
Untuk merealisasikan pradigma tersebut diatas, perlu adanya upaya
dari lembaga atau instansi penyelenggara pendidikan dan pengelola
pendidikan. Para ahli merasa memiliki tanggung jawa terhadap hal tersebut,
dengan mengajukan pembelajaran inovatif, salah satunya disebut PAIKEM
(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) yang
diberlakukan mulai dari pendidikan prasekolah sampai pendidikan tinggi.
Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP), hal ini dikemas dalam standar
proses yang harus diperhatikan oleh para pendidik dalam mengelola
pembelajaran untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Dengan demikian, PAIKEM sebagai salah satu inovasi pendidikan harus
dijadikan layanan pendidikan anak usia dini yang sejalan dengan pradigma
usia dini; dapat membantu anak untuk mengembangkan intelegensi pada
usia 0-4 tahun berkembnag 50 % dan usia 4-8 tahun 80 %.
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa PAIKEM adalah
pembelajaran yang dirancang agar anak mengaktifkan diri,
mengembangkan kreativitas, dan mereka merasa senang, aman, dan mudah
mencapai tujuan. Pradigma yang dijadikan acuan dalam pembelajaran
tersebut adalah (1) Belajar Aktif (active learning) (2) Belajar Kreatif (3)
Belajar Menyenangkan (4) Belajar Bermakna, yang dibarengi dengan
strategi pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif dan kontekstual. Ciri-
ciri PAIKEM adalah sebagai berikut :
1. Anak didik terlibat dalam berbagai kegiatan yang
mengembangkan pemahaman dan kemampuan melalui
perbuatan.
15

2. Guru menggunakan berbagai variasi metode dan media untuk


membangkitkan semangat dan mendayagunakan lingkungan
sebagai sumber belajar, sehingga pembelajaran menarik dan
menyenangkan, sesuai dengan karakteristik dan perkembangan
anak didik.
3. Guru mengatur kelas yang dapat membuat anak betah belajar.
4. Guru menerapkan pembelajaran yang kooperatif dan interaktif
termasuk didalamnya pembelajaran kelompok.
5. Guru mendorong anak didik untuk menemukan pemecahan
masalah untuk mengungkapkan gagasannya dan melibatkan
dalam menciptakan lingkungan sekolah.
Dalam program-program PAUD haruslah terjadi
pemenuhan berbagai macam kebutuhan anak, mulai dari
kesehatan, nutrisi, dan stimulasi pendidikan juga harus dapat
memberdayakan lingkungan masyarakat sekitar sebagai sumber
belajar. Prinsip pelaksanaan program PAUD harus mengacu
pada prinsip umum yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak
sebagai berikut:
1. Nondeskriminasi, sehingga semua anak dapat memperoleh
pendidikan sejak usia dini tanpa membedakan suku bangsa,
jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, serta kebutuhan
khusus setiap anak.
2. Dilakukan demi kebaikan anak, yang diwujudkan dalam
layanan pembelajaran, kurikulum yang sesuai dengan
tingkat perkembangan kognitif, emosional dan konteks
sosial budaya.
3. Mengakui adanya hak hidup, kelangsungan hiduap dan
perkembangan yang sudah melekat pada anak.
4. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the views
of the child), pendapat anak yang tentunya menyangkut
kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Pendidikan anak usia dini dimulai sejak anak berusia 0-6 tahun, dalam prosesnya
melalui cara yang berbeda dengan tahapan pendidikan lanjutan yaitu menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristiknya yakni belajar sambil bermain
untuk mencapai kenyamanan pada anak didik sehingga mereka akan lebih mudah
menyerap apa yang diajarkan. Pendidikan anak usia dini merupakan konstruksi
fundamental kemampuan yang dimiliki setiap anak, sehingga dimasa mendatang
sesoarang anak akan berkembang sesuai dengan didikan pada tahap pendidikan
pertamanya yaitu PAUD. Pada masa ini merupakan usia yang paling baik (golden
age) untuk menanamkan dasar-dasar pengetahuan dan mengoptimalkan
perkembangannya, agar kelak sanggup meneruskan kehidupannya dengan ilmu
yang didapatkan. Dalam proses pengembangan kecerdasan anak usia dini, dapat
ditempuh dengan melalui tiga jalur pendidikan yaitu, (1) pendidikan informal yaitu:
keluarga dan lingkungan (2) pendidikan nonformal berupa TPA, dan kelompok
bermain dan (3) pendidikan formal berupa TK dan RA. Adapun kecerdasan yang
sangat penting untuk dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini yaitu;
kecerdasan musikalitas, logika matematika, kelenturan tubuh (kinestetik),
berbahasa (linguistik), spasial (kecerdasan ruang), interpersoanal dan intrapersonal.

16

You might also like