You are on page 1of 19

MAKALAH

PEMBELAJARAN KOLABORATIF

(COLLABORATIVE LEARNING)

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative Learning)” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Perencanaan Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang pembelajaran kolaboratif bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah bekerja sama sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 03 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3

A. Pengertian pembelajaran kolaboratif ................................................ 3


B. Tujuan pembelajaran kolaboratif ...................................................... 3
C. Landasan teori pembelajaran kolaboratif .......................................... 4
D. Karakteristik pembelajaran kolaboratif ............................................. 4
E. Macam-macam pembelajaran kolaboratif ......................................... 7
F. Kelebihan pembelajaran kolaboratif ................................................. 14
G. Kekurangan pembelajaran kolaboratif .............................................. 14

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 15

A. Kesimpulan ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru sebagai agen perubahan dalam proses pembelajaran dituntut untuk
memiliki kompetensi pedagogik. Tercapainya kompetensi ini ditunjukkan dengan
beberapa indikator antara lain menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip belajar
yang mendidik serta mengembangkan kurikulum terkait mata pelajaran yang
diampunya. Oleh karena itu, menjadi keharusan bagi seorang pendidik untuk
memahami konsep-konsep pembelajaran. Konsep pembelajaran yang diketahui
oleh guru selanjutnya digunakan sebagai landasan untuk mengembangkan proses
pembelajaran mereka.
Penggunakan metode ceramah dalam praktek pembelajaran di kelas, sering
kali tak dapat dihindari oleh para guru. Selain itu, penggunaan metode diskusi
kelompok dalam pembelajaran saat ini pun banyak di implementasikan oleh para
guru. Diskusi kelompok dalam hal ini guru mengkondisikan para siswa untuk
bekerja sama menyelesaikan suatu tugas yang disebut Collaborative Learning.
Strategi ini digunakan oleh para guru dengan maksud meningkatkan keaktifan
belajar para siswa melalui kerja sama di dalam kelas. Dengan kata lain penggunaan
kerja sama (collaborative learning) dalam pembelajaran dapat dikatakan pula
sebagai sarana penerapan nilai kerjasama atau kekompakan dalam pendidikan
karakter dan budaya bangsa.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif ?
2. Apa tujuan pembelajaran kolaboratif ?
3. Apa landasan teori pembelajaran kolaboratif ?
4. Apa saja karakteristik pembelajaran kolaboratif ?
5. Apa saja macam-macam pembelajaran kolaboratif ?
6. Apa kelebihan pembelajaran kolaboratif ?
7. Apa kekurangan pembelajaran kolaboratif ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi pembelajaran kolaboratif
2. Memahami tujuan pembelajaran kolaboratif
2

3. Mengetahui landasan teori pembelajaran kolaboratif


4. Mengetahui karakteristik pembelajaran kolaboratif
5. Mengetahui macam-macam pembelajaran kolaboratif
6. Mengetahui kelebihan pembelajaran kolaboratif
7. Mengetahui kekurangan pembelajaran kolaboratif
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian pembelajaran kolaboratif


Menurut pendapat Keohane kolaborasi yaitu bekerja bersama dengan yang lain,
kerja sama, bekerja dalam begian satu team, dan di dalamnya bercampur didalam
satu kelompok menuju keberhasilan bersama. Sedangkan Gokhale mendefinisikan
bahwa “collaborative learning” mengacu pada metode pengajaran di mana siswa
dalam satu kelompok yang bervariasi tingkat kecakapannya bekerjasama dalam
kelompok kecil yang mengarah pada tujuan bersama.

Dari pengertian kolaborasi yang diungkapkan oleh berbagai ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa pengertian Collaborative Learning (pembelajaran kolaboratif)
adalah suatu strategi pembelajaran di mana para siswa dengan variasi yang
bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil kearah satu tujuan. Dalam kelompok
ini para siswa saling membantu antara satu dengan yang lain. Jadi situasi belajar
kolaboratif ada unsur ketergantungan yang positif untuk mencapai kesuksesan.

Belajar kolaboratif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelajaran dari yang


semula sekedar penyampaian informasi menjadi konstruksi pengetahuan oleh
individu melalui belajar kelompok. Dalam belajar kolaboratif, tidak ada perbedaan
tugas untuk masing-masing individu, melainkan tugas itu milik bersama dan
diselesikan secara bersama tanpa membedakan percakapan belajar siswa.

B. Tujuan pembelajaran kolaboratif


1. Memaksimalkan proses kerjasama yang berlangsung secara alamiah di
antara para siswa.
2. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa,
kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.
3. Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa dalam
kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.
4. Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses
belajar.
5. Mengembangkan berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah.
6. Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacam-macam
sudut pandang.
7. Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.
8. Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai di
antara para siswa, dan di antara siswa dan guru.
9. Membangun semangat belajar sepanjang hayat.
4

C. Landasan teori pembelajaran kolaboratif


Menurut Piaget dan Vigotsky, Strategi pembelajaran kolaboratif didukung oleh
adanya tiga teori, yaitu:
1. Teori Kognitif
Teori ini berkaitan dengan terjadinya pertukaran konsep antar
anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif sehingga dalam suatu
kelompok akan terjadi proses transformasi ilmu pengetahuan pada setiap
anggota.
2. Teori Konstruktivisme Sosial
Pada teori ini terlihat adanya interaksi sosial antar anggota yang
akan membantu perkembangan individu dan meningkatkan sikap saling
menghormati pendapat semu anggota semua kelompok.
3. Teori Motivasi
Teori ini teraplikasi dalam struktur pembelajaran kolaboratif karena
pembelajaran tersebut akan memberikan lingkungan yang kondusif bagi
siswa untuk belajar, menambah keberanian anggota untuk memberi
pendapat dan menciptakan situasi saling memerlukan pada seluruh
anggota dalam kelompok.
Piaget dengan konsepnya “active learning” berpendapat bahwa para
siswa belajar lebih baik jika mereka berpikir secara kelompok, menurut
pikiran mereka maka oleh sebab itu menjelaskan sebuah pekerjaan lebih
baik menampilkan di depan keras. Piaget juga berpendapat bila suatu
kelompok aktif klompok tersebut akan melibatkan yang lain untuk
berpikir bersama, sehingga dalam belajar lebih menarik (Smith, B.L. and
Mac Gregor, 2004).

D. Karakteristik pembelajaran kolaboratif


Menurut Klemm (Feng Chun, 2006), terdapat beberapa karakteristik
pembelajaran kolaboratif,yakni:
1. Ketergantungan positif
Ketergantungan yang positif antarsiswa dalam suatu kelompok
menjadi prasyarat terjadinya kerja sama yang positif. Ketergantungan
positif akan terjadi jika setiap anggota kelompok menyadari bahwa
seseorang tidak dapat berhasil tanpa melibatkan keberhasilan anggota
lainnya. Untuk mencapai hal ini, tujuan kelompok harus dikomunikasikan
kepada semua anggota, sehingga mereka meyakini bahwa mereka akan
dapat “berenang” bersama. Menurut Klemm (Feng Chun, 2006), terdapat
beberapa ciri adanya ketergantungan positif pada suatu kelompok, yakni:
(1) setiap anggota kelompok berusaha untuk mencapai kesuksesan bersama,
(2) setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi yang unik (spesifik)
5

dan memiliki peran yang berbda, tetapi peran itu harus mendukung
pencapaian tujuan kelompok. Peran-peran itu di antaranya adalah: (a)
membaca dan menginterpretasikan suatu materi atau masalah (b)
mendorong dan memotivasi semua anggota untuk berpartisipasi dalam
diskusi, dan (c) merangkum temuan atau kesepakatan kelompok (hasil
diskusi).
2. Interaksi
Interaksi antaranggota kelompok menjadi demikian penting karena
terdapat aktivitasaktivitas kognitif penting dan kecakapan interpersonal
yang dinamis hanya terjadi jika terdapat interaksi yang dinamis. Aktivitas
kognitif dan kecakapan interpersonal yang dinamis itu dapat dicapai melalui
berbagai aktivitas seperti mempresentasikan hasil diskusi, berbagi
pengetahuan dengan anggota kelompok lain, dan mengecek pemahaman.
Adanya interaksi antaranggota kelompok memungkinkan terwujudnya
sistem dukungan akademik, yakni setiap anggota mepunyai komitmen
untuk membantu anggota kelompok lain.
3. Pertanggungjawaban individu dan kelompok
Dalam pembelajaran kolaboratif, tidak hanya keberhasilan
kelompok saja yang menjadi perhatian, namun keberhasilan setiap anggota
kelompok sangat dipentingkan. Pembelajaran kolaboratif juga dimaksudkan
untuk membuat siswa kuat secara individual. Kelompok harus bertanggung
jawab dalam hal pencapaian tujuan dan masing-masing anggota kelompok
harus bertanggungjawab terhadap kontribusinya dalam kelompok.
Pertanggungjawaban individu hanya akan terjadi jika kinerja tiap individu
dinilai dan hasilnya diberikan kembali ke kelompok dan individu yang
bersangkutan guna memastikan anggota yang memerlukan bantuan,
dukungan, atau penguatan belajar.
4. Pengembangan kecakapan interpersonal
Kelompok kolaboratif berbeda dengan belajar secara individual atau
pembelajaran kelompok yang lebih bersifat kompetitif. Selain kecakapan
akademik yang hendak dicapai, terdapat kecakapan penting yang hendak
dipesankan melalui aktivitas pembelajaran kolaboratif, yakni kecakapan
sosial. Perlu disadari bahwa kecakapan sosial tidak secara spontan tampak
ketika pembelajaran kolaboratif dilaksanakan. Kecakapan sosial seperti
kepemimpinan (leadership), kemampuan membuat keputusan, membangun
kepercayaan, berkomunikasi, dan managemen konflik diharapkan dapat
terbetuk melalui pembelajaran kolaboratif yang kontinu dan
berkesinambungan.
5. Berbagi pengetahuan antara guru dan siswa
6

Pada pembelajaran tradisional, diyakini pengetahuan mengalir


hanya dari guru ke siswa. Tidak demikian halnya pada pembelajaran
kolaboratif. Dalam pembelajaran kolaboratif, guru menghargai dan
mengembangkan pembelajaran berdasarkan pengetahuan, pengalaman
pribadi, strategi, dan budaya yang dibawa siswa. Ketika siswa mengetahui
bahwa pengalaman, pengetahuan, dan strategi penyelesaian masalah
mereka dihargai dan digunakan, mereka akan termotivasi untuk
mendengarkan dan belajar dalam cara baru dan lebih dapat membuat
hubungan antara pengetahuan “pribadi” dan pengetahuan “sekolah”. Dalam
kegiatan pembelajaran yang demikian, siswa telah diberdayakan.
6. Berbagi otoritas antara guru dan siswa
Pada pembelajaran tradisional, menetapkan tujuan pembelajaran,
mendesain tugastugas belajar, dan menilai (mengevaluasi) apa yang telah
dipelajari siswa menjadi otoritas guru secara dominan. Tidak demikian
halnya pada pembelajaran kolaboratif. Dalam kelas kolaboratif, guru
berbagi oritas dengan siswa dengan cara yang spesifik. Guru melibatkan
siswa secara aktif dalam penetapan tujuan belajar, pendesaian tugas-tugas,
dan evaluasi ketercapaian tujuan belajar
7. Guru sebagai mediator
Dalam pembelajaran kolaboratif, guru berperan sebagai mediator.
Dalam hal ini guru membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa, membantu siswa
menggambarkan mengenai apa yang harus dikerjakan ketika mereka
mengalami masalah, dan membantu siswa belajar bagaimana belajar (learn
how to learn).

D. Macam – macam pembelajaran kolaboratif


Ada banyak macam pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan oleh
para ahli maupun praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student Team
Learning pada John Hopkins University. Tetapi hanya sekitar sepuluh macam yang
mendapatkan perhatian secara luas, yaitu:
1. Learning Together
Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan siswa-siswa
yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya menerima
dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja
kelompok.
Langkah – Langkah Model Pembelajaran Learning Together :
a) Guru menyajikan materi yang akan dipelajari.
7

b) Siswa diajak untuk membuat kelompok kecil. Masing-masing kelompok


akan mendapatkan beberapa kasus yang akan didiskusikan nantinya
c) Siswa diberikan kesempatan untuk berdiskusi bersama kelompokknya.
d) Setelah selesai, mereka akan diajak untuk saling bertukar gagasan dengan
teman yang lain sambil membangun konsep pemahaman baru tentang
materi yang diajarkan.
e) Guru mrmberikan pemahaman dan kesimpulan akhir dari pelaksanaan
model tersebut.

2. Teams-Games-Tournament (TGT)
Setelah belajar bersama kelompoknya sendiri, para anggota suatu kelompok
akan berlomba dengan anggota kelompok lain sesuai dengan tingkat
kemampuan masing-masing. Penilaian didasarkan pada jumlah nilai yang
diperoleh kelompok.
Langkah-langkah Model Pembelajaran TGT Menurut (Sutirman, 2013) :
a) Persentasi materi
Pada awal pembelajaran guru hendaknya memberikan motivasi,
apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Kemudian guru
menyampaikan materi pelajaran yang sesuai dengan indikator kompetensi
yang harus dikuasai oleh siswa. Penyampaian materi dapat secara langsung
melalui ceramah oleh guru, dapat pula dengan paket media pembelajaran
audiovisual yang berisi materi yang sesuai.
b) Pembentukan kelompok
Setelah materi disampaikan oleh guru di depan kelas, selanjutnya
dibentuk kelompok kelompok siswa. Kelompok terdiri dari 4-5 orang.
Setiap kelompok diberi lembar kerja atau materi dan tugas lainnya untuk
didiskusikan dan dikerjakan oleh kelompok. Kesuksesan setiap anggota
kelompok akan menjadi faktor keberhasilan kelompok.
c) Game turnamen
siswa belajar dan berdiskusi dalam kelompok, selanjutnya
dilakukan permainan lomba (turnamen) yang bersifat akademik untuk
mengukur penguasaan materi oleh siswa. Permainan yang dilakukan adalah
semacam lomba cerdas cermat, dengan peserta perwakilan dari setiap
kelompok. Soal dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan atau dalam
bentuk kartu soal yang dipilih secara acak. Teknis pelaksanaan permainan
turnamen ini adalah dimulai dengan guru merangking siswa dalam setiap
kelompok. Selanjutnya menyiapkan meja turnamen sebanyak jumlah
anggota dalam kelompok. Jika tiap kelompok beranggotakan 4 orang, maka
disiapkan empat meja. Meja pertama diisi oleh siswa dengan rangking
pertama di setiap kelompok, meja kedua diisi oleh siswa dengan rangking
8

kedua di setiap kelompok, meja ketiga diisi oleh siswa dengan rangking
ketiga di setiap kelompok, meja keempat diisi oleh siswa dengan rangking
empat di setiap kelompok. Setiap siswa dapat berpindah meja berdasarkan
prestasi yang diperolehnya pada turnamen. Siswa yang memperoleh nilai
tertinggi pada setiap meja naik ke meja yang lebih tinggi tingkatnya. Siswa
yang peringkat kedua tetap di meja semula, sedangkan siswa dengan nilai
terendah turun ke meja yang lebih rendah tingkatnya.
d) Penghargaan kelompok
Perolehan skor anggota kelompok dirata-rata menjadi skor
kelompok. Individu dan kelompok yang mencapai kriteria skor tertentu
mendapat penghargaaan.

3. Group Investigation (GI)


Semua anggota kelompok dituntut untuk merencanakan suatu penelitian
beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi. Kelompok
menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum
kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok.
Menurut Slavin dalam (1995), sintak dari model GI terdiri dari 6 tahapan yang
meliputi :
a) Pengelompokan (grouping), yaitu tahap mengidentifikasi topik dan
mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok investigasi. Kegiatan
siswa dan guru pada tahap ini adalah sebagai berikut.
 Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan memutuskan
kategori-kategori topik permasalahan.
 Siswa bergabung dalam kelompok untuk mempelajari topik yang
mereka pilih.
 Guru membantu dalam mengumpulkan data.
b) Perencanaan (planning), yaitu tahap pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran.
Pada tahap ini, seluruh siswa bersama-sama merencanakan tentang materi
yang akan mereka pelajari, cara mereka belajar, cara pembagian tugas
dalam kelompok, dan tujuan mereka menyelidiki suatu topik.
c) Penyelidikan (investigating), yaitu tahap pelaksanaan penyelidikan. Pada
tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut.
 Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat
kesimpulan terkait dengan permasalahan yang diselidiki.
 Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada
setiap kegiatan kelompok.
 Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan
mempersatukan ide dan pendapat.
9

d) Pengorganisasian (organizing), yaitu tahap persiapan laporan. Pada tahap


ini, kegiatan siswa adalah sebagai berikut.
 Anggota kelompok menentukan pesan penting dalam tugasnya
sendiri.
 Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan
dan bagaimana cara mempresentasikannya.
 Wakil dari masing-masing kelompok membentuk perencanaan
panitia diskusi kelas (menentukan siswa yang sebagai pemimpin,
moderator, dan notulis) dalam presentasi hasil investigasi.
e) Presentasi (presenting), yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan
belajar di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut.
 Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi
bentuk penyajian.
 Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai
pendengar (audiens).
 Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi, dan mengajukan
pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
Kegiatan presentasi pada proses pembelajaran memancing
siswa untuk mengembangkan sikap terbuka terhadap pendapat
orang lain dan menyampaikan pendapat sendiri. Selain itu, karena
informasi yang diperoleh dalam penyelidikan dipresentasikan
kepada siswa lain, siswa menjadi lebih tergugah untuk tekun dalam
melaksanakan kegiatan belajar dengan tujuan apa yang disampaikan
kepada siswa lain terhindar dari kesalahan yang berarti. Mereka
tertantang untuk mencari jawaban dari keingintahuan mereka sejujur
mungkin karena dalam presentasi, siswa lain akan menyanggah jika
apa yang diutarakannya tidak sesuai dengan kebenaran. Mereka
seteliti mungkin untuk menghindari kesalahan.
f) Evaluasi (evaluating), yaitu penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa.
Pada tahap ini, kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran adalah sebagai
berikut.
 Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya,
pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-
pengalamannya.
 Guru dan siswa mengevaluasi pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
 Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman
siswa.

4. Academic-Constructive Controversy (AC)


10

Setiap anggota kelompok dituntut kemampuannya untuk berada dalam


situasi konflik intelektual yang dikembangkan berdasarkan hasil belajar
masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun dengan anggota
kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan
pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan,
hubungan antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan
pada kemampuan setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi
yang dipilihnya.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Academic Constructive Controversy
adalah :
a) Siswa ditugaskan untuk berkelompok masing-masing empat orang dan
membentuk pasangan dua orang. Masing-masing kelompok ada satu
pasang yang posisi pro dan dua pasangan lainnya pada posisi kontra.
b) Setiap kelompok diberi tugas berupa dialog umum, presentasi kelas dan
laporan diskusi tentang suatu topik masalah yang nantinya akan
diselesaikan secara bersama-sama. Setiap kelompok di wajibkan untuk
mencapai kesimpulan yang disetujui secara bersama yang nantinya akan
menjadi ringkasan dari argumen yang terbaik.
c) Setiap sepasang siswa meneliti suatu topik masalah dan mempersiapkan
argumen untuk posisi mereka masing-masing. Setiap pasangan kelompok
terlibat dengan pasangan kelompok lain dalam menyajikan hasil dari
argumen kelompok mereka masing-masing dan setiap pasangan
kelompok ada yang membela dan ada yang menyangkal dari argumen
yang datang dari kelompok lain terhadap kelompoknya.
d) Setiap pasangan kelompok terus terlibat dengan pasangan kelompok lain
pada topik masalah yang telah ditugaskan.
e) Bersama pasangan masing-masing kelompok, mensintesis argumen dan
mencapai solusi umum dari diskusi yang dilakukan.
f) Guru memantau siswa yang aktif dan terlibat dalam diskusi kelompok
serta proses jalannya diskusi kelompok.

5. Jigsaw Proscedure (JP)


Dalam bentuk pembelajaran ini, anggota suatu kelompok diberi tugas yang
berbeda-beda tentang suatu pokok bahasan. Agar setiap anggota dapat
memahami keseluruhan pokok bahasan, tes diberikan dengan materi yang
menyeluruh. Penilaian didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok
Langkah-langkah Model Pembelajaran Jigsaw Proscedure (JP)
a) Pengarahan
b) Informasi bahan ajar
c) Membuat kelompok
11

d) Berikan bahan ajar yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan
banyak siswa dalam kelompok tiap anggota kelompok bertugas
membahas bagian tertentu, tiap kelompok bahan ajar sama
e) Buat kelompok ahli sesuai dengan bahan ajar yang sama sehingga terjadi
kerja sama dan diskusi
f) Kembali ke kelompok asal
g) Pelaksanaan tutorial pada kelompok asal oleh anggota kelompok ahli
Penyimpulan dan evaluasi, refleksi (ngalimun, 2012:169).

6. Student Team Achievement Divisions (STAD)


Para siswa dalam suatu kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil.
Anggota-anggota dalam setiap kelompok saling belajar dan membelajarkan
sesamanya. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan
berpengaruh terhadap keberhasilan individu siswa. Penilaian didasarkan pada
pencapaian hasil belajar individual maupun kelompok.
Sintak atau Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD, Rusman
menyebutkan sebagai berikut:
a) Penyampaian tujuan dan motivasi. Menyampaikan tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa
untuk belajar.
b) Pembagian kelompok. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok,
dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa.
c) Presentasi dari guru. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan
terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari.
d) Kegiatan belajar dalam tim (kerja tim). Siswa bekerja dalam kelompok
yang telah dibentuk. Kerja tim merupakan ciri terpenting dari STAD.
e) Kuis (evaluasi). Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian
kuis (evaluasi) tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan
penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok.
f) Penghargaan prestasi atas keberhasilan kelompok.

7. Complex Instruction (CI)


Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan suatu proyek yang
berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika dan
pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan
semua anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya
digunakan dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua
bahasa) dan di antara para siswa yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan
pada proses dan hasil kerja kelompok.
12

Langkah-langkahmodel pembelajaran complex instruction dalam tesis Endri


Sustianah (2014):
a) Guru menyiapkan sejumlah materi pembelajaran yang cocok bagi
pengembangan pemikiran tingkat tinggi. Satuan bahan ajar yang
disusunoleh guru dikonstruksi berdasarkan berbagai kecakapan
dan dapatmendukung terciptanya kesetaraan dalam kelompok
pembelajaran kooperatif. Intruksi harus dibuat sejalan dan serinci
mungkin agar para siswa terbantu dalam perumusan aktivitas terkait
tugas-tugasnya.
b) Siswa dalam kelas dibagi dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari
empat sampai enam orang.
c) Guru menyiapkan kartu peran bagi siswa yang terdiri dari peran
siswa sebagai: fasilitator, kapten tim, pencatat atau perekam, dan
manajersumber daya. Fasilitator berfungsi seolah-olah menggantikan
tugas guru dalam kelompoknya. Kapten tim memimpin jalannya
diskusi agar terarah menuju tujuan pembelajaran. Pencatat atau
perekam, merekam jalannya diskusi dan mencatatnya. Manajer sumber
daya menyiapkan berbagai alatdan bahan yang diperlukan bagi
pembelajaran. Dalam hal ini, guru menjelaskan tugas masing-masing
peran.
d) Siswa mengambil secara acak kartu peran dan menempelkan di dadanya.
e) Guru memulai presentasi singkat sebagai pemandu awal.
f) Guru membagikan bahanajar yang telah disiapkan kepada kelompok-
kelompok siswa.
g) Siswa mulai diskusi kelompok sesuai perannya masing-masing
dan mencoba menyelesaikan masalah yang ada pada bahan ajar yang
diterima kelompoknya.
h) Sesuai dengan waktu yang ditetapkan, diskusi diakhiri. Siswa
kemudian melaksanakan presentasi.
i) Selama diskusi guru melihat aktivitas siswa, mencatat siswa-siswa
yang aktif dan tidak aktif, tetapi guru tidak boleh menjawab
pertanyaan siswa terkait materi. guru baru boleh membantu kelompok
siswa jika kelompok tersebut sampai menjelang akhir waktu yang
ditetapkan tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi
kelompoknya.

8. Team Accelerated Instruction (TAI)


Bentuk pembelajaran ini merupakan kombinasi antara pembelajaran
kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap
anggota kelompok diberi soal-soal yang harus mereka kerjakan sendiri terlebih
dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika
soal tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap siswa mengerjakan
13

soal-soal tahap berikutnya. Namun jika seorang siswa belum dapat


menyelesaikan soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal
lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat
kesukaran soal. Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun
kelompok.
Langkah-langkah pembelajaran tipe TAI menurut Robert E. Slavin (2010:195-
199) sebagai berikut :
a) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi secara
individu yang sudah dipersiapakan oleh guru
b) Guru memberikan kuis secara individu kepada siswa untuk
mendapatkan skor dasar atau skor awal.
c) Kemudian siswa membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok
terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik
tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan rendah).
d) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok.
Dalam didkusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa
jawaban teman satu kelompok.
e) Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual
f) Guru akan memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke
skor kuis berikutnya.

9. Cooperative Learning Stuctures (CLS)


Dalam pembelajaran ini setiap kelompok dibentuk dengan anggota dua
siswa (berpasangan). Seorang siswa bertindak sebagai tutor dan yang lain
menjadi tutee. Tutor mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tutee.
Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan
terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya,
kedua siswa yang saling berpasangan itu berganti peran.
langkah-langkah yang diterapkan Lonning didasarkan pada langkah-
langkah yang dikemukakan oleh Driver adalah sebagai berikut.
a) Orientasi (orientation), yaitu pengenalan topik yang akan dipelajari.
b) Pemunculan gagasan (elicitation of ideas), siswa diberi kesempatan
untuk menyatakan secara eksplisit gagasan (konsepsi) mereka kepada
teman, guru, dan yang terpenting pada diri mereka sendiri.
c) Penyusunan ulang gagasan, perubahan dan perluasan (restructuring,
modi-fication and extension), meliputi aktivitas yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar pikiran dengan teman
sebaya dan membentuk serta menilai ide yang baru diperoleh pada saat
bertukar pikiran tersebut.
14

d) Aplikasi (application), memberi kesempatan kepada siswa untuk


menerapkan konsep baru yang telah dibentuk ke dalam konteks yang
baru dan sudah dikenal
10. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Model pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model
pembelajaran ini menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa.
Dalam pembelajaran ini, para siswa saling menilai kemampuan membaca,
menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya.
Pada model ini siswa dibentuk beberapa kelompok untuk memberikan
tanggapan terhadap wacana atau kliping yang telah disediakan, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Siswa membentuk kelompok dengan anggota 4 sampai 5 orang.
b) Guru memberikan wacana atau kliping yang sesuai dengan pembelajara
c) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan jawaban atau
ide pokok dari permasalahan yang tersedia kemudian memberikan
tanggapan terhadap wacana atau kliping tersebut dan di tulis di selembar
kertas.
d) Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.
e) Guru memberikan penguatan
f) Guru dan siswa membuat kesimpulan secara bersama-sama.
g) Penutup.

E. Kelebihan pembelajaran kolaboratif


 Siswa belajar bermusyawarah
 Siswa belajar menghargai pendapat orang lain
 Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional
 Dapat memupuk rasa kerja sama
 Adanya persaingan yang sehat

F. Kekurangan pembelajaran kolaboratif


 Pendapat serta pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok
persoalan.
 Membutuhkan waktu cukup banyak.
 Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya
yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.
 Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa collaborative learning


merupakan salah satu strategi pembelejaran yang digunakan untuk meningkatkan
hasil belajar. Dalam strategi tersebut lebih memfokuskan bagaimana
memaksimalkan partisipasi dan keaktifan dalam pembelajaran serta bagaimana
siswa dapat mengkonstruksi sendiri ilmu pengetahuan untuk menjadi miliknya.
Dalam strategi ini, peran guru cenderung menjadi fasilitator, motivator, dan
membimbing menemukan alternatif pemencahan bila terjadi siswa mengalami
kesulitan belajar.
16

DAFTAR PUSTAKA

Barkley, Elizabert. 2012. Collaborative Learning Techniques. Bandung: Nusa


Media

Idris, Muhammad. 2012. Model-Model Pembelajaran Kolaborasi dan Strategi


Pengembangannya. (online),
(https://www.academia.edu/4276716/MUHAMMAD_IDRIS_MA_PEMBELAJ
ARAN_KOLABORASI), diakses pada tanggal 12 April 2015

Maridi. Penerapan Model Collaborative Learning. (online),


(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=107157&val=4058),
diakses pada tanggal 12 April 2015

Hastuti, Sri. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Jakarta :


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru Slip Setara D-III.

Parwoto. 2007. Strategi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta :


Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.

Smith, B. L., and MacGregor, J. T. (1992). "What is collaborative learning?" In


Goodsell, A. S., Maher, M. R., and Tinto, V., Eds. (1992), Collaborative Learning:
A Sourcebook for Higher Education. National Center on Postsecondary Teaching,
Learning, & Assessment, Syracuse University.

Rockwood, H. S. III (1995a). "Cooperative and collaborative learning" The


national teaching & learning forum, 4 (6), 8-9.

Yasemin, K., Kemal, D., Ataman, K., & Umit, S. 2010. The effect of two
cooperative learning strategies on the teaching and learning or the topics of
chemical kinetics. Journal of Turkish Science Education, 7 (2), 52-65.

Kumandari, Erna. (2011). Penerapan Pembelajaran Kooperatif TGT.


Tersedia:http://biologi.fkip.uns.ac.id/wpcontent/uploads/2011/05/11.009-
PenerapanPembelajaran-Kooperatif TGT.pdf

You might also like