You are on page 1of 4

PENATALAKSANAAN ARV PADA INFEKSI OPORTUNISTIK

Definisi Infeksi Oportunistik


Infeksi oportunistik adalah infeksi oleh patogen yang biasanya tidak bersifat
invasif namun dapat menyerang tubuh saat kekebalan tubuh menurun, seperti pada
orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Infeksi ini dapat ditimbulkan oleh patogen yang
berasal dari luar tubuh (seperti bakteri, jamur, virus atau protozoa), maupun oleh
mikrobiota sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkendali
oleh sistem imun (seperti flora normal usus). Penurunan sistem imun berperan sebagai
“oportuniti” atau kesempatan bagi patogen tersebut untuk menimbulkan manifestasi
penyakit.
Centers for Disease Control (CDC) mendefinisikan IO sebagai infeksi yang
didapatkan lebih sering atau lebih berat akibat keadaan imunosupresi pada penderita
HIV. Infeksi oportunistik yang digolongkan CDC sebagai penyakit terkait AIDS (AIDS-
defining illness) adalah kriptosporidiosis intestinal (diare kronis >1 bulan); Pneumonia
Pneumocystis carinii (PCP); strongiloidosis selain pada gastrointestinal (GI);
toksoplasmosis dan CMV selain pada hati, limfa dan kelenjar getah bening (KGB);
kandidiasis esofagus, bronkus atau paru; kriptokokosis sistem saraf pusat (SSP) atau
diseminata; Mycobacterium avium dan M. kansasii selain pada paru dan KGB; virus
herpes simpleks mukokutaneus kronis, paru dan GI; progressive multifocal
leucoencephalopathy (PML); sarkoma Kaposi pada usia <60 tahun; limfoma otak;
histoplasmosis diseminata; isosporiasis intestinal; limfoma nonHodgkin; pneumonitis
interstitial limfoid dan bakteri piogenik multipel pada usia <13 tahun;
kokidioidomikosis; ensefalopati HIV; Mycobacterium tuberculosis; wasting syndrome;
bakteremia Salmonella; pneumonia bakteri rekuren; serta kanker serviks invasif.

Epidemiologi Infeksi Oportunistik pada Penderita HIV

Infeksi oportunistik merupakan alasan utama rawat inap dan penyebab kematian
pasien dengan HIV/AIDS sehingga harus selalu diperhatikan dalam evaluasi pasien
dengan HIV/AIDS. Sejak ditemukannya kemoprofilaksis dan kombinasi ART yang
efektif, angka kematian akibat IO menurun drastis walaupun tetap masih menjadi
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada penderita HIV. The Joint United
Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) melaporkan sebanyak 1,2 juta kematian
akibat penyakit terkait AIDS sepanjang tahun 2014 dengan penyebab terbanyak (1 dari
5 kematian) diakibatkan oleh tuberkulosis. Angka ini telah menurun sebesar 42%
dibandingkan puncaknya.
Sebelum ditemukannya kombinasi ART yang efektif, IO merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada penderita HIV yang mengakibatkan
hingga 2 juta kematian setiap tahunnya.1,4 Diperkenalkannya ART kombinasi yang
efektif pada tahun 1996 mendorong revolusi dalam pengobatan orang dengan HIV dan
AIDS (ODHA) di seluruh dunia. Angka harapan hidup 5 tahun meningkat mulai dari
7% pada masa pre-ART, menjadi 18% pada masa ART awal, hingga mencapai 65%
pada masa ART kombinasi yang efektif. Terapi antiretroviral belum mampu
menyembuhkan HIV secara menyeluruh, namun secara dramatis dapat menurunkan
angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA serta meningkatkan
harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima sebagai
penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan.
Terapi antiretroviral tidak dapat menggantikan kebutuhan terhadap profilaksis
antimikrobial pada pasien dengan imunosupresi yang berat, namun telah menjadi
landasan strategi untuk menurunkan berbagai infeksi dan proses terkait HIV.
Infeksi HIV menyebabkan imunosupresi yang memberikan kesempatan bagi
patogen oportunistik untuk menyebabkan penyakit, sebaliknya IO juga dapat mengubah
perjalanan alami HIV melalui peningkatan viral load sehingga mempercepat
perkembangan serta meningkatkan transmisi HIV. Pemberian ART dapat menurunkan
risiko IO, dan sebaliknya pemberian kemoprofilaksis dan vaksinasi spesifik IO dapat
membantu menurunkan kecepatan perkembangan HIV dan meningkatkan angka
harapan hidup.
Terapi antiretroviral harus dimulai sesegera mungkin pada kasus IO
kriptosporidiosis, mikrosporidiosis, CMV, PML dan sarkoma Kaposi; sedangkan kasus
TB, kompleks Mycobacterium avium, PCP dan meningitis kriptokokal harus menunggu
respon terapi IO setidaknya 2 minggu sebelum inisiasi ART.27

Inisiasi ART bagaimanapun wajib diberikan pada infeksi HIV stadium klinis 3 dan 4
atau tanpa memandang stadium klinis jika jumlah CD4 ≤ 350 sel/mm 3. Inisiasi ART
dilakukan tanpa melihat stadium klinis WHO dan jumlah CD4 pada koinfeksi TB,
koinfeksi Hepatitis B, ibu hamil dan menyusui yang terinfeksi HIV, orang terinfeksi
HIV yang pasangannya HIV negatif, kelompok populasi kunci (laki-laki yang
berhubungan seksual dengan laki-laki (LSL), pekerja seks, pengguna narkoba suntik
(penasun) dan waria), serta penderita HIV pada populasi umum yang tinggal di daerah
epidemi HIV meluas.
NAMA : Ina Rachmawati
NIM : 210116029

You might also like