Professional Documents
Culture Documents
Kesuksesan Belajar
Kesuksesan Belajar
Disusun oleh :
Zuhry Yudha Yuana Putra ( k5112081 )
QS. Yusuf : 87
87. Hai anak-anakku, Pergilah kamu, Maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya
dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa
dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir".
5. Perlu Perencanaan
QS. Al Hasyr : 18
18. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
6. Perlu mengoptimalkan pendengaran dan Akal.
QS Yunus : 100
100. dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah
menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Qs Qaaf : 37
37. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-
orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang Dia
menyaksikannya.
7. Perlu mengadakan perubahan.
QS. Ar Ra’d : 11
11. bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.
QS Al Anfal : 53
53. (siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga
kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
“Tidak beriman salah seorang diantara kalian, hingga hawa nafsunya (keinginannya)
mengikuti apa yang telah datang dariku (Al-Qur’an dan sunnah)." (HR. Abi Ashim al-
syaibani).
Dari ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan
setiap kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Seorang amir
(presiden/ imam/ ketua) atas manusia, merupakan pemimpin, dan ia bertanggung
jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang suami merupakan pemimpin bagi
keluarganya, dan ia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang wanita
juga merupakan pemimpin atas rumah keluarganya dan juga anak-anaknya, dan ia
bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas
harta tuannya, dan ia bertanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya. Dan setiap
kalian adalah pemimpin, dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya." (HR.
Muslim)
" sungguh mempesona perkara orang beriman. Karena segala urusannya adalah
dipandang baik bagi dirinya. Jika ia mendapatkan kebaikan, ia bersyukur, karena ia
tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi dirinya. Dan jika ia tertimpa
musibah, ia bersabar, karena ia tahu bahwa hal tersebut merupakan hal terbaik bagi
dirinya." (HR. Bukhari)
"Barang siapa yang mencari keridhaan Allah dengan ‘adanya’ kemurkaan manusia,
maka Allah akan memberikan keridhaan manusia juga. Dan barang siapa yang
mencari keridhaan manusia dengan cara kemurkaan Allah, maka Allah akan
mewakilkan kebencian-Nya pada manusia." (HR. Tirmidzi, Al-Qadha’I dan ibnu
Asakir).
Dan hal seperti ini sekaligus merupakan bukti keimanan yang terdapat dalam dirinya.
Karena orang yang tidak memiliki kesungguhan iman, otientasi yang dicarinya
tentulah hanya keridhaan manusia. Ia tidak akan perduli, apakah Allah menyukai
tindakannya atau tidak. Yang penting ia dipuji oleh oran lain.
Oleh karenanya, segala aktivitas, gerak gerik, kehidupan sosial dan lain sebagainya
merupakan ibadah yang dilakukan seorang muslim terhadap Allah. Sehingga ibadah
tidak hanya yang memiliki skup mahdhah saja, seperti shalat, puasa haji dan
sebagainya. Perealisasian ibadah yang paling penting untuk dilakukan pada saat ini
adalah beraktivitas dalam rangkaian tujuan untuk dapat menerakpak hukum Allah di
muka bumi ini. Sehingga Islam menjadi pedoman hidup yang direalisasikan oleh
masyarakat Islam pada khususnya dan juga oleh masyarakat dunia pada umumnya.
Adapun bagi mereka-mereka yang belum bisa atau belum lancar dalam membacanya,
maka hendaknya ia senantiasa mempelajarinya hingga dapat membacanya dengan
baik. Kalaupun seseorang harus terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an tersebut,
maka Allah pun akan memberikan pahala dua kali lipat bagi dirinya. Dalam hadits
lain, Rasulullah SAW bersabda:
"Orang (mu’min) yang membaca Al-Qur’an dan ia lancar dalam membacanya, maka
ia akan bersama para malaikat yang mulia lagi suci. Adapun orang mu’min yang
membaca Al-Qur’an, sedang ia terbata-bata dalam membacanya, lagi berat (dalam
mengucapkan huruf-hurufnya), ia akan mendapatkan pahala dua kali lipat." (HR.
Bukhori Muslim)
2. Terhadap Sesama
a. Akhlak Kepada Kedua Orang Tua
- Al Israa’ : 23-24
Artinya: “Dan Tuhanmu menetapkan bahwa janganlah kamu menyembah melainkan
kepadaNya, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika sampai salah seorang
mereka itu atau keduanya telah tua dalam pemeliharaanmu (berusia lanjut), maka
janganlah engkau katakan kepada keduanya “ah”, dan janganlah engkau bentak
keduanya, dan berkatalah kepada keduanya perkataan yang mulia.” (23) “Dan
rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang, dan
ucapkanlah, “Hai Tuhanku, kasihanilah keduanya, sebagaimana mereka telah
memeliharaku waktu kecil”. (24)
Uraian: Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah, kita diharuskan untuk
menyembah hanya kepadaNya. Kita dilarang berbuat yang tidak baik kepada orang
tua, bahkan untuk berkata “ah” saja kita dilarang. Saat orang tua kita sudah berusia
lanjut, mereka membutuhkan kita (sebagai anak) untuk merawat mereka dengan
penuh kasih sayang seperti mereka saat merawat kita dari kecil hingga sekarang.
Diwajibkan bagi kita untuk berdoa kepada Allah SWT dan meminta kepadaNya
untuk kebahagian mereka di dunia maupun di akhirat.
- Al Ahqaaf : 15
Artinya: “Dan Kami telah perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada ibu-
bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan kepayahan dan melahirkannya
dengan kepayahan (pula). Dia mengandungnya sampai masa menyapihnya tiga
puluh bulan, sehingga apabila anak itu mencapai dewasa dan mencapai usia empat
puluh tahun, dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk supaya aku mensyukuri
nikmatMu yang Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya
aku dapat mengerjakan amal saleh yang Engkau meridhainya, dan berilah kebaikan
kepadaku (juga) pada keturunanku. Sesungguhnya aku taubat kepada-Mu dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)”.
Uraian: Ayat ini menyuruh kita untuk berbuat baik kepada orang tua, karena suatu
hari nanti kita pun akan menjadi orang tua yang mana akan memiliki keturunan,
maka hendaknya kita bertaubat dan mensyukuri atas apa yang dianugerahkan Allah
SWT pada kita dan selalu mengerjakan amal sholeh seperti yang telah di perintahkan
Allah SWT. Serta tak lupa juga kita berdoa kepada-Nya, agar kita dan keturunan-
keturunan kita selalu diberi kebaikan oleh Allah.
- Al Balad : 12-16
Artinya: “Dan tahukah engkau apa jalan yang mendaki itu?” (12) “Melepaskan
perbudakan.” (13) “atau memberi makan pada hari kelaparan” (14) “terhadap anak
yatim yang sekerabat” (15) “atau orang miskin yang kepayahan.” (16)
Uraikan: Maksud dari ayat tersebut menjelaskan bahwa jalan mendaki adalah jalan
yang merajuk pada perbuatan yang baik atau terpuji, atau dijalan yang baik dijalan
Allah. Perbuatan konsep “mendaki” dalam ayat ini membebaskan perbudakan
(hamba sahaya), memberi makan pada hari kelaparan (dimana seseorang atau suatu
kaum tengah kekurangan dalam segi pangan dalam waktu yang singkat atau
panjang), terhadap anak yatim yang sekerabat (mengasuh/memelihara anak yatim
dan tidak menghardiknya, serta merawat mereka dengan penuh keikhlasan didasari
pada ridha illahi), atau orang miskin yang kepayahan (memberi bantuan pada orang
yang tidak mampu dalam segi finansial). Bisa ditarik kesimpulan mendaki disini
adalah sesuatu yang membantu dalam jalur kebaikan yang merangkul orang-orang
yang dalam belenggu kesusahan.
- Al Insaan : 8-11
Artinya: “Mereka (di dunia) memberi makan yang dikasihinya kepada orang miskin,
anak yatim, dan orang-orang tawanan.” (8) “(Mereka berkata), “Hanyasanya kami
memberi makan kepada kamu karena mengharap keridhaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dan tidak (pula) terima kasih dari kamu.” (9) “Sesungguhnya
kami takut kepada Tuhan kami pada hari yang sangat bermasam muka.”” (10)
“Maka Allah melindungi mereka (orang-orang mukmin) dari kesusahan di hari itu
dan memberikan kepada mereka kesegaran dan kegembiraan.” (11)
Uraian: Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa dalam memberikan pertolongan
terhadap orang dalam kesulitan harus didasari ridha Allah SWT dan tidak
menharapkan balasan orang lain atau ria terhadap apa yang telah kita perbuat hanya
untuk menarik simpati khalayak. Kita harus takut akan Allah memberikan
balasannya dihari akhir bagi orang-orang yang ria terhadap perbuatannya.
Sesungguhnya Allah akan memberikan suatu kemudahan bagi orang-orang mukmin
dijalan kebaikan.
c. Akhlak Bertetangga
- An Nisaa’ : 36-37
Artinya: “Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatu pun, dan berbuat baiklah untuk ibu bapak, kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, orang-
orang yang sedang dalam perjalanan dan budak-budak kamu. Sesungguhnya Allah
tidak suka kepada orang-orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri.”
(36) “(yaitu) orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berlaku kikir, dan
menyembunyikan apa yang diberikan Allah kepadanya dari karunia-Nya. Dan kami
menyediakan bagi orang-orang kafir azab yang menghinakan.” (37)
Uraikan: Kita dilarang mempersekutukan Allah terhadap apapun, Tuhan hanya satu
yaitu Allah. Sebagai makhluk sosial yang diciptakan Allah, hendaknya kita menjalin
tali silahturahmi dengan baik kepada keluarga, teman, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, tetangga, musafir dan budak-budak. Saat bersosialisasi itu kita tidak boleh
ria terhadap mereka karena apa yang kita dapat semua itu dari datangnya dari Allah
SWT dan Allah telah menyiapkan azab bagi orang-orang kafir yang mempunyai
kelakuan bertolak belakang dengan itu.