You are on page 1of 88

STRATEGI PERAWATAN MESIN KAPAL TERHADAP

EFEKTIVITAS OPERASIONAL MT. CITRA BINTANG

(STUDI KASUS: PT. CITRA BINTANG SAMUDRA LINE, MEDAN)

GELADIKARYA

Oleh :

SURYA DARMAWAN, ST
NIM. 107007097

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N
2016

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL GELADIKARYA : STRATEGI PERAWATAN MESIN KAPAL


TERHADAP EFEKTIVITAS
OPERASIONAL KAPAL MT. CITRA
BINTANG. (STUDI KASUS : PT. CITRA
BINTANG SAMUDRA LINE, MEDAN)

NAMA MAHASISWA : SURYA DARMAWAN, ST

NIM : 107007097

PROGRAM STUDI : MAGISTER MANAJEMEN

Disetujui,
Komisi Pembimbing:

Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE


Ketua

Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT


Anggota

Ketua Program Studi, Direktur Sekolah Pasca Sarjana,

(Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng) (Prof.Dr.Erman Munir, M.Sc)

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN EKSEKUTIF
Strategi perawatan yang sesuai dengan kebutuhan komponen mesin dapat
mengurangi besar losses dan meningkatkan produktivitas proses produksi. Mesin
Induk kapal MT. Citra Bintang merupakan salah satu peralatan terpenting di atas
kapal bagi perusahaan pelayaran yang akan dievaluasi efektivitasnya,
dikarenakan memiliki nilai downtime yang besar.
Selama periode tahun 2009 s/d 2014 terjadinya kecenderungan tidak
maksimalnya kegiatan perawatan berkala dalam periode 5 (lima) tahun terakhir
yang disebabkan tidak optimalnya penggunaan biaya perawatan yang
dialokasikan oleh perusahaan, dimana terjadi penurunan sejak periode tahun
2009 - 2010 dengan nilai keterserapan biaya perawatan sebesar 93%, menurun
menjadi 58% di periode tahun 2013 – 2014.
Metode Pengukuran efektivitas mesin induk yang digunakan adalah
metode TPM dengan jenis Penelitian Deskriptif dilakukan dengan perhitungan
Overall Equipment Effectiveness (OEE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata nilai OEE yang didapatkan dari perkalian rasio availability,
performance dan quality selama tahun 2014 adalah 82,24% dan berada di bawah
standar JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance) sebesar 85%. Sehingga nilai
tersebut harus ditingkatkan agar mencapai minimal 85%.
Adapun losses yang paling berpengaruh adalah disebabkan oleh
Breakdown losses sebesar 43,01 % , peringkat kedua disebabkan Quality defect
and required losses sebesar 29,91%, dan peringkat ketiga disebabkan Speed
Losses sebesar 27,08%.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan pengukuran OEE,
menetapkan bahwa kegagalan sistem pemeliharaan sehingga rendahnya nilai-
nilai efektifitas mesin pada tahun 2014 yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
menyebabkan kehilangan waktu dari mesin-mesin utama saat produksi
disebabkan oleh Turbocharge ME rusak sebesar 29%, Gasket/Packing
Cylinderhead bocor sebesar 19%, Valve in-out Cylinder Head bocor sebesar
sebesar 15%, Exhaust Cylinder head bocor sebesar 12%, Mesin Over heat
sebesar 8%, Pompa air laut untuk Mesin Induk & Mesin Bantu rusak sebesar 7%,
Seating vale intake & Exhaust bocor sebesar 5%, Fress Water Pump untuk mesin
induk rusak sebesar 4%, dan Kopling Pompa Cargo Selip tidak bisa melakukan
bongkar muatan sebesar 1% dari keseluruhan Penyebab Mesin Induk Berhenti
Pada Saat Produksi Tahun 2014.

Kata Kunci : Six Big Losses, Strategi Perawatan

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Geladikarya saya yang berjudul:

“STRATEGI PERAWATAN MESIN KAPAL TERHADAP

EFEKTIVITAS OPERASIONAL KAPAL MT. CITRA BINTANG”

adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun juga

sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan benar.

Medan, Desember 2015


Yang Membuat Pernyataan

SURYA DARMAWAN, ST

Universitas Sumatera Utara


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Swt, dimana berkat
rahmat dan karunianya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan geladikarya ini
dengan judul: ”Strategi Perawatan Kapal Terhadap Efektiviatas Operasional
Kapal MT. Citra Bintang” yang disusun sebagai syarat akademis untuk
menyelesaikan studi Program Magister Manajemen Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa, penulisan geladikarya ini tidak mungkin
terselesaikan dengan baik, tanpa dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc selaku Direktur Program Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Darwin Sitompul, M.Eng selaku Ketua Program Study
Magister Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang sangat baik dalam pengarahan serta bersedia meluangkan
waktu untuk membimbing penulis di tengah kesibukan Beliau yang sangat
padat.
5. Bapak Dr. Ir. Nazaruddin Matondang, MT selaku Anggota Komisi
Pembimbing yang dengan sangat sabar memberikan bimbingan dan motivasi
secara moril yang menjadi motivasi yang kuat bagi penulis dalam
penyelesaian geladikarya ini.
6. Seluruh Dosen Pengajar Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu-
ilmunya selama perkuliahan semoga dapat bermanfaat bagi penulis pada hari
kedepannya.
7. Seluruh Staf dan Pegawai Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister
Manajemen Universitas Sumatera Utara yang telah membantu dan
mendukung kepada penulis dalam perkuliahan dan penyelesaian geladikarya
ini.
8. Bapak Suriadin Noernikmat, ST, MM selaku Business Advisor di PT. Citra
Bintang Samudra Line sekaligus sebagai Direktur Utama PT. Burung Laut
yang sepenuhnya mendukung baik secara moril dan meteril selama penulis
melaksanakan studi Program Studi Magister Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
9. Bapak Herman Arbie, SE selaku Direktur PT. Citra Bintang Samudra Line
yang telah mengizinkan dan mendukung sepenuhnya kepada penulis selama

Universitas Sumatera Utara


melaksanakan studi Program Studi Magister Manajemen Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
10. Kepada Orang Tua tercinta, Almarhum Ayah yang semasa hidupnya selalu
mendukung penulis, seorang Ayah yang menjadi tauladan, semoga Allah
memberikannya sebaik-baik tempat Beliau di sisi-Nya, Amiiin yaa
Robbal’alamiin. Ibunda tersayang, yang sampai saat ini tak henti-hentinya
mendoakan penulis dan selalu mencurahkan kasih sayangnya.
11. Istri tercinta, Deni Widia Purwanti, A.Ma, SPd.I, dan buah hati tersayang Alif
Al Fatih Widarma, yang selalu menjadi inspirasi dan dukungan bagi penulis
dalam menyelesaikan geladikarya ini.
12. Teman-teman Mahasiswa angkatan XXIX Reguler Program Studi Magister
Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara serta semua
pihak yang membantu penulis selama ini.
Penulis membuka hati untuk menerima segala kritikan yang bersifat
konstruktif, yang bermanfaat demi penyempurnaan tulisan ini. Akhirnya, semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi kalangan pembaca umumnya dan pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya. Terima kasih.

Medan, Desember 2015


Penulis,

SURYA DARMAWAN, ST

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

RINGKASAN EKSEKUTIF............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................i v

DAFTAR TABEL ........................................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian .................................................................................. 6
1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah .............................................................. 7

BAB II KERANGKA TEORITIS


2.1 Maintenance ..................................................................................................... 8
2.1.1 Defenisi Pemeliharaan ...................................................................... 8
2.1.2 Tujuan Pemeliharaan ....................................................................... 10
2.1.3 Fungsi Pemeliharaan ....................................................................... 11
2.1.4 Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan ..................................................... 12
2.1.5 Jenis-jenis Pemeliharaan ................................................................. 14
2.1.6 Maintenance Performance Measurement ....................................... 17
2.1.7 Overall Equipment Effectiveness .................................................... 18
2.2 Total Productive Maintenance (TPM) ......................................................... 20
2.2.1 Definisi Total Productive Maintenance (TPM) .............................20
2.2.2 Sejarah Total Productive Maintenance (TPM) ............................. 20
2.2.3 Karakteristik Total Productive Maintenance (TPM) ...................... 21

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................... 23

BAB IV METODE PENELITIAN ................................................................... 25


4.1 Jenis Penelitian ............................................................................................... 25
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 27
4.3 Variabel Penelitian ........................................................................................ 28
4.4 Metode Pengumpulan Data ................................................................................. 29
4.5 Pengolahan dan Analisis Data ..............................................................................30
4.6. Pemecahan Masalah ............................................................................................ 30

Universitas Sumatera Utara


BAB V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN .............................................. 32
5.1 Sejarah Singkat Perusahaan ........................................................................... 32
5.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha ....................................................................... 33
5.3 Lokasi Perusahaan .......................................................................................... 33
5.4 Daerah Operasional ....................................................................................... 34
5.5 Organisasi dan Manajemen ............................................................................ 34
5.5.1 Struktur Organisasi ................................................................................... 34
5.5.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab .................................................. 35

BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................................................... 42


6.1 Analisis Pencapaian Kapasitas Mesin Utama Produksi ................................. 42
6.1.1 Data Jam Kerja ............................................................................. 43
6.1.2 Data Hasil Produksi Kapal ........................................................... 45
6.1.3 Data Kerusakan Mesin dan Jam henti Mesin ............................... 45
6.2. Pembahasan ................................................................................................... 46
6.2.1 Analisis Penentuan Availability Ratio............................................. 46
6.2.2 Perhitungan Performance Efficiency ................................................ 47
6.2.3 Perhitungan Rate of Quality Product................................................ 48
6.3 Analisis TPM dengan menggunakan metode OEE (Overall Equipment
Effectiveness)....................................................................................................... 50
6.4 Analisis Six Big Losses .................................................................................. 51
6.4.1 Losses pada Availability Rate ....................................................... 51
6.4.2 Analisis Losses pada Performance Rate ....................................... 52
6.4.3 Analisis Losses pada Rate of Quality ........................................... 53
6.5 Evaluasi Terhadap Komponen Prioritas untuk Penentuan Jenis Strategi
Perawatan ...................................................................................................... 56
6.6 Analisis TPM dan Implikasi Manajerial Penentuan Jenis Strategi Perawatan
......................................................................................................................... 59

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 69


7.1 Kesimpulan .................................................................................................... 69
7.2 Rekomendasi .................................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 74

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 1. 1 Data Performance Operasi Kapal MT. Citra Bintang Tahun 2009 s/d
Tahun 2014................................................................................................................ 3
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 27
Tabel 6.1 Six Big Losses ......................................................................................... 43
Tabel 6.2 Tabel total time tahun 2014 .................................................................... 44
Tabel 6.3 Data Waktu Downtime Mesin tahun 2014 .............................................. 44
Tabel 6.4 Data produksi kapal tahun 2014 ............................................................. 45
Tabel 6.5 Data kerusakan unit main machine pada mesin Induk tahun 2014 ........ 45
Tabel 6.6 Hasil Perhitungan Availability Rate ...................................................... 46
Tabel 6.7 Hasil Perhitungan Performance Rate ..................................................... 47
Tabel 6.8 Hasil Perhitungan Rate of Quality ......................................................... 49
Tabel 6.9 Hasil Perhitungan OEE ........................................................................... 50
Tabel 6.10 Hasil Perhitungan Persentase Breakdown Losses ................................ 51
Tabel 6.11 Hasil Perhitungan Losses pada performance Rate ............................... 52
Tabel 6.12 Hasil Perhitungan Speed Losses .......................................................... 53
Tabel 6.13 Hasil Perhitungan Quality Defect ......................................................... 53
Tabel 6.14 Hasil Rekap Persentase Kumulatif Time Losses Six Big Losses 2014..54
Tabel 7.1 Hasil Rekap TPM .................................................................................. 64

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.1. Grafik Jumlah Total Downtime ......................................................... 4
Gambar 1.2. Grafik Jumlah Biaya Perawatan Kapal ..............................................5
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian ..................................................... 23
Gambar 5.1. Struktur Organisasi Perusahaan ...................................................... 34
Gambar 6.1. Grafik Availibility Rate 2014 .......................................................... 47
Gambar 6.2. Grafik Performance Rate tahun 2014 ............................................. 48
Gambar 6.3.Grafik Quality Rate 2014 ................................................................ 49
Gambar 6.4. Grafik Nilai OEE ............................................................................. 50
Gambar 6.5 Time Losses ...................................................................................... 55
Gambar 6.6 Diagram Sebab Akibat dari Faktor Penyebab Kegagalan Sistem
Pemeliharaan (rendahnya nilai-nilai Efektifitas)
....................................................................................................................60
Gambar 6.7 Diagram Sebab Akibat Perbandingan Keefektifan Sistem
Pemeliharaan ............................................................................................ 63
Gambar 6.8 Diagram Alir Usulan Prosedur Pemeliharaan Dengan Menggunakan
Sistem TPM .............................................................................................. 64

Universitas Sumatera Utara


RINGKASAN EKSEKUTIF
Strategi perawatan yang sesuai dengan kebutuhan komponen mesin dapat
mengurangi besar losses dan meningkatkan produktivitas proses produksi. Mesin
Induk kapal MT. Citra Bintang merupakan salah satu peralatan terpenting di atas
kapal bagi perusahaan pelayaran yang akan dievaluasi efektivitasnya,
dikarenakan memiliki nilai downtime yang besar.
Selama periode tahun 2009 s/d 2014 terjadinya kecenderungan tidak
maksimalnya kegiatan perawatan berkala dalam periode 5 (lima) tahun terakhir
yang disebabkan tidak optimalnya penggunaan biaya perawatan yang
dialokasikan oleh perusahaan, dimana terjadi penurunan sejak periode tahun
2009 - 2010 dengan nilai keterserapan biaya perawatan sebesar 93%, menurun
menjadi 58% di periode tahun 2013 – 2014.
Metode Pengukuran efektivitas mesin induk yang digunakan adalah
metode TPM dengan jenis Penelitian Deskriptif dilakukan dengan perhitungan
Overall Equipment Effectiveness (OEE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
rata-rata nilai OEE yang didapatkan dari perkalian rasio availability,
performance dan quality selama tahun 2014 adalah 82,24% dan berada di bawah
standar JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance) sebesar 85%. Sehingga nilai
tersebut harus ditingkatkan agar mencapai minimal 85%.
Adapun losses yang paling berpengaruh adalah disebabkan oleh
Breakdown losses sebesar 43,01 % , peringkat kedua disebabkan Quality defect
and required losses sebesar 29,91%, dan peringkat ketiga disebabkan Speed
Losses sebesar 27,08%.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan pengukuran OEE,
menetapkan bahwa kegagalan sistem pemeliharaan sehingga rendahnya nilai-
nilai efektifitas mesin pada tahun 2014 yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
menyebabkan kehilangan waktu dari mesin-mesin utama saat produksi
disebabkan oleh Turbocharge ME rusak sebesar 29%, Gasket/Packing
Cylinderhead bocor sebesar 19%, Valve in-out Cylinder Head bocor sebesar
sebesar 15%, Exhaust Cylinder head bocor sebesar 12%, Mesin Over heat
sebesar 8%, Pompa air laut untuk Mesin Induk & Mesin Bantu rusak sebesar 7%,
Seating vale intake & Exhaust bocor sebesar 5%, Fress Water Pump untuk mesin
induk rusak sebesar 4%, dan Kopling Pompa Cargo Selip tidak bisa melakukan
bongkar muatan sebesar 1% dari keseluruhan Penyebab Mesin Induk Berhenti
Pada Saat Produksi Tahun 2014.

Kata Kunci : Six Big Losses, Strategi Perawatan

Universitas Sumatera Utara


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses operasional kapal laut yang berlangsung dalam suatu industri

pelayaran semuanya menggunakan mesin dan peralatan. Menurut Siringoringo

dan Sudiyantoro (2004) semakin seringnya mesin bekerja untuk memenuhi target

produksi yang kadang melebihi kapasitas dapat menurunkan kemampuan mesin,

menurunkan umur mesin dan sering membutuhkan pergantian komponen yang

rusak. Apabila mesin atau peralatan yang digunakan mengalami kerusakan maka

proses produksi akan terhambat. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh

perusahaan manufaktur adalah bagaimana melaksanakan proses produksi seefisien

dan seefektif mungkin. Menurut Lazim dan Ramayah (2010) untuk beroperasi

secara efisien dan efektif, perusahaan manufaktur perlu memastikan bahwa tidak

terdapat gangguan produksi yang disebabkan oleh kerusakan, pemberhentian dan

kegagalan mesin.

Pada umumnya penyebab gangguan produksi dapat dikategorikan menjadi

tiga, yaitu faktor manusia, mesin dan lingkungan. Faktor terpenting dari kondisi

tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah

satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan manufaktur untuk menjaga

kestabilan produksi adalah melakukan pemeliharaan mesin atau peralatan.

Sharma et al. (2011) mendefinisikan pemeliharaan sebagai aktivitas yang

diperlukan untuk menjaga fasilitas pada kondisi yang diinginkan sehingga

memenuhi kapasitas produksinya. Filosofi pemeliharaan yang kemudian

berkembang dan mulai diterapkan dalam perusahaan manufaktur adalah Total

Productive Maintenance (TPM). Penerapan TPM dalam perusahaan manufaktur

Universitas Sumatera Utara


diukur mengunakan metode Overall Equipment Effectiveness (OEE). Pengukuran

OEE didasarkan pada tiga kategori Six Big Losses yaitu availability rate,

performance rate dan quality rate, menurut Stephens dalam Wahjudi et al. (2009).

Perawatan produktif total didefinisikan sebagai konsep perbaikan

berkelanjutan yang melibatkan seluruh karyawan untuk meningkatkan perawatan

mesin, peralatan, dan meningkatkan produktivitas. Efektifitas seluruh peralatan

(OEE) adalah metode pengukuran efektivitas penggunaan suatu peralatan. OEE

dikenal sebagai salah satu aplikasi progam perawatan produktif total. Kemampuan

mengidentifikasikan secara jelas akar permasalahan dan faktor penyebabnya

sehingga membuat usaha perbaikan menjadi terfokus merupakan faktor utama

metode ini diaplikasikan secara menyeluruh oleh banyak perusahaan jepang.

Pengungkapan akar masalah dan faktor penyebabnya diperlukan sebelum

perusahaan melakukan usaha perbaikan. Salah satu indikator kesuksesan

perawatan produktif total di ukur oleh efektifitas seluruh peralatan (OEE) dimana

ukuran kinerja ini mencakup ke berbagai macam kerugian seperti kerugian karena

kerusakan, kerugian karena pemasangan dan penyetelan, kerugian karena operasi

berhenti, kerugian karena penurunan kecepatan, kerugian karena produk cacat,

dan kerugian pada awal produksi.

Salah satu permasalahan yang sering terjadi di kapal MT. Citra Bintang

adalah terhambatnya proses produksi diakibatkan mesin kapal yang tiba-tiba tidak

dapat berfungsi dan harus dilakukan kegiatan perawatan. Kapal ini memiliki

beberapa mesin utama, yaitu mesin utama (main engine) sebagai penggerak

utama kapal dalam berlayar juga digunakan dalam aktifitas bongkar muatan

(loading/unloading cargo) dan 2 unit mesin bantu (auxiliary engine)yaitu A/E-1

Universitas Sumatera Utara


dan A/E-2 yang digunakan untuk sumber listrik penerangan di atas kapal dan

keperluan nautica lainnya.

Berdasarkan informasi, perusahaan ini telah menjalankan sistem

perawatan preventive maintenance dan corrective maintenance untuk mendukung

kelancaran operasional kapal (di luar kegiatan survey docking kapal), namun pada

kenyataannya pelayaran sering terhambat akibat terjadinya kerusakan mesin,

khususnya di unit induk (main engine) dan hal ini terjadi pada masa transisi

periode survey docking kapal di periode tahun 2010 s/d 2011 dengan total

downtime 648 jam dan periode tahun 2012 s/d 2014 dengan total downtime 1.992

jam seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1, dimana permasalahan

yang terjadi pada permesinan kapal tersebut, sekitar 74% -86% dari total jumlah

total down time terjadi akibat kerusakan pada mesin utama kapal yang

ditimbulkan oleh berbagai faktor penyebab, yang belum dapat dicegah dengan

sistem perawatan yang dijalankan perusahaan saat ini.

Tabel 1. 1 Data Performance Operasi Kapal MT. Citra Bintang Tahun 2009
s/d Tahun 2014.
Jumlah Biaya Perawatan (Rp. Jumlah
Jumlah Down Time (Jam) Jumlah
Periode 000) Muatan yg
Voyage Keterangan
Tahun Diangkut
A/E- A/E- (Trip)
M/E Total Aktual Planning % (KL)
1 2
2009–2010 134 25 9 168 925,471 93% 57 253,646 Docking
1.000.000
2010–2011 531 65 52 648 846,885 85% 49 222,981
1.000.000
Intermediate
2011–2012 190 38 12 240 601,522 80% 58 257,745
750.000 Survey
2012–2013 710 77 173 960 744,68 74% 44 201,754
1.000.000
Special
2013–2014 888 67 77 1032 584,556 58% 36 173,881
1.000.000 Survey
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line, 2014

Dari Tabel 1.1 di atas dapat terlihat tidak efektifnya sistem perawatan

kapal setelah melaksanakan docking dan menjelang special survey jumlah down

time kapal meningkat, diasumsikan bahwa program perawatan terencana tidak

Universitas Sumatera Utara


dilaksanakan dengan baik, akibatnya sering sekali terjadi engine break down di

luar dari pada jadwal yang telah ditetapkan perusahaan.

Selain itu, dari segi keterserapan biaya perawatan kapal MT. Citra Bintang

yang terlihat pada Tabel 1.1 dapat juga dapat diperhatikan bahwasanya terjadinya

kecenderungan tidak maksimalnya kegiatan perawatan berkala dalam periode 5

(lima) tahun terakhir yang disebabkan tidak optimalnya penggunaan biaya

perawatan yang dialokasikan oleh perusahaan, dimana terjadi penurunan sejak

periode tahun 2009 - 2010 dengan nilai keterserapan biaya perawatan sebesar

93%, menurun menjadi 58% di periode tahun 2013 – 2014, sebagaimana yang

terlihat pada Gambar 1.1.

Jumlah Total Down Time (Jam) Kapal MT. Citra


Bintang Periode 2009 - 2014
1200
Jumlah Down Time (Jam)

960
1000 1032
800
600 648

400
200 240
168
0
2009 - 2010 2010 - 2011 2011 - 2012 2012 - 2013 2013 - 2014
Periode Tahun

Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line, 2014


Gambar 1.1. Grafik Jumlah Total Downtime Kapal Mt. Citra Bintang Periode
Tahun 2009 s/d Tahun 2014.

Dampak tidak efektifnya pelaksanaan perawatan kapal MT. Citra Bintang

mengakibatkan meningkatnya jumlah perawatan dan perbaikan permesinan di

kapal. Adapun perawatan yang tidak terencana tersebut terkadang mengakibatkan

kapal harus berhenti beroperasi dan menyebabkan jumlah voyage (trip)

operasional kapal menurun, dan secara tidak langsung berakibat pada operasional

Universitas Sumatera Utara


kapal tidak dapat memenuhi target operasi yang ditetapkan perusahaan,

menyebabkan volume angkut yang cenderung menurun, dari total volume angkut

159,890 KL pada periode tahun 2009-2010 turun menjadi 80.125KL pada

periode tahun 2013 – 2014 (lihat Tabel 1.1).


Jumlah Biaya Perawatan (Rp. 000)

Jumlah Biaya Perawatan Kapal MT. Citra Bintang


Periode 2009 - 2014
1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
-
2009 - 2010 - 2011 - 2012 - 2013 -
2010 2011 2012 2013 2014
Jumlah Biaya Perawatan (Rp. 000)
925.471 846.885 601.522 744.680 584.556
Aktual
Jumlah Biaya Perawatan (Rp. 000)
1.000.000 1.000.000 750.000 1.000.000 1.000.000
Planning

Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line, 2014


Gambar 1.2. Grafik Jumlah Biaya Perawatan Kapal Mt. Citra Bintang Periode
Tahun 2009 s/d Tahun 2014

Salah satu pendekatan yang dapat untuk digunakan adalah konsep Total

Productive Maintenance (TPM). Hal ini dikarenakan konsep TPM dengan

delapan pilar dapat mengoptimalkan produktivitas peralatan atau material

pendukung kegiatan kerja, dan memperhatikan bagaimana meningkatkan

produktivitas dari para pekerja atau operator yang nantinya akan memegang

kendali peralatan tersebut. (Nakajima, 1988).

Selain itu digunakan metode OEE (Overall Equipment Effectiveness). Hal

ini dikarenakan OEE dapat melakukan pengukuran tingkat efektivitas pemakaian

suatu peralatan atau sistem dengan mengikut sertakan beberapa sudut sesuai

dengan standar JIPM (Stephen, 2004).

Universitas Sumatera Utara


1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah terjadinya down time

mesin yang tinggi pada mesin kapal, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk

menentukan perencanaan perawatan kapal sehingga utilitas penggunaan kapal

dapat optimal.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengevaluasi manajemen perawatan kapal MT. Citra Bintang yang

berlaku sebelumnya.

2. Menyediakan informasi penunjang/rekomendasi bagi perusahaan dalam

pengambilan keputusan pemilihan jenis perawatan kapaldalam peningkatan

efektivitas operasional kapalnya.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara teoritis hasil penelitian ini akan bermanfaat dalam pengembangan

teori, khususnya tentang manajemen perawatan kapal pada Industri Pelayaran

di Indonesia.

2. Secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan

informasi/gambaran yang lebih riil, khususnya tentang bentuk perawatan

kapal. Oleh karena itu, dapat dijadikan sebagai informasi bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan tentang manajemen perawatan kapal.

3. Bagi program Magister Manajemen USU, sebagai referensi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang perkapalan yang

berkaitan dengan analisa keputusan terhadap perawatan kapal yang efektif

pada industri perkapalan di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara


4. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama

perkuliahan.

5. Bagi peneliti yang lain, sebagai acuan dalam pengembangan penelitian

selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

Sehubungan keterbatasan waktu dan teori-teori, agar penelitian dapat

dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah

diidentifikasikan dapat diteliti, untuk itu penulis memberi ruang lingkup dan

pembatasan masalah pada pengaruh penerapan manajemen rencana perawatan

kapal terhadap downtime dan breakdown pada mesin kapal MT. Citra Bintang.

Batasan dan ruang lingkup penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada Kapal MT. Citra Bintang.

2. Objek penelitian adalah analisis pengaruh penerapan manajemen rencana

perawatan kapal terhadap downtime dan breakdown pada mesin kapal MT.

Citra Bintang.

3. Data sekunder yang didapatkan dari perusahaan dianggap mewakili setiap

kebutuhan data waktu dan data biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara


BAB II

KERANGKA TEORITIS

2.1 Pemeliharaan

Pemeliharaan atau perawatan dalam suatu industri merupakan salah satu

faktor penting dalam mendukung proses produksi. Oleh karena itu proses

produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal.

Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini

harus mendapatkan perawatan yang teratur dan terencana (Daryus, 2007).

Al-Turki (2011) menyatakan bahwa pemeliharaan merupakan seluruh

aktivitas yang berhubungan untuk memelihara tingkat availability dan reability

sistem serta memelihara kemampuan komponen untuk bekerja sesuai standar

kualitas yang ditentukan. Simoes et al. (2011) menyatakan bahwa pemeliharaan

adalah fungsi logistik perusahaan, dimana biasanya diintegrasikan ke dalam

proses produksi.

2.1.1 Defenisi Pemeliharaan

Pemeliharaan mesin merupakan hal yang sering dipermasalahkan antara

Bagian Pemeliharaan dan Bagian Produksi. Karena Bagian Pemeliharaan

dianggap yang memboroskan biaya, sedang bagian produksi merasa yang

merusakkan tetapi juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya

sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak,

tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang dengan melakukan perbaikan yang

dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, Hadi, 1992). Oleh karena itu,

Universitas Sumatera Utara


sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pemeliharaan

dan perawatan mesin yang digunakan dalam proses produksi.

Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat,

menjaga, dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu kobinasi dari berbagai

tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam, atau

memperbaikinya sampai, suatu kondisi yang bisa diterima (Corder, Antony, Hadi,

1992). Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin

atau peralatan pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan

kegagalan/kerusakan mesin (Setiawan, 2008). Menurut Heizer dan Render, (2001)

pemeliharaan adalah :“all activities involved in keeping a system’s equipment in

working order”. Artinya: pemeliharaan adalah segala kegiatan yang didalamnya

adalah untuk menjaga sistem peralatan agar pekerjaan dapat sesuai dengan

pesanan.

Menurut Sehwarat dan Narang (2001) pemeliharaan (maintenance) adalah

sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau

memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan

standar fungsional dan kualitas).

Menurut Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara

atau menjaga fasilitas/peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau

penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan

operasi produksi yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Sedangkan menurut Tampubolon (2004), pemeliharaan merupakan semua

aktivitas termasuk menjaga peralatan dan mesin selalu dapat melaksanakan

pesanan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara


Dari beberapa pendapat di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa kegiatan

pemeliharaan dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki peralatan

perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai

dengan pesanan yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.

2.1.2 Tujuan Pemeliharaan

Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian

lainnya bagi suatu pabrik adalah pemeliharaan (maintenance) murah sedangkan

perbaikan (repair) mahal (Setiawan, 2008). Menurut Daryus (2008) dalam

bukunya manajemen pemeliharaan mesin Tujuan pemeliharaan yang utama dapat

didefenisikan sebagai berikut:

1. Untuk memperpanjang kegunaan asset,

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum peralatan yang dipasang untuk

produksi dan mendapatkan laba investasi maksimum yang mungkin,

3. Untuk menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan

dalam keadaan darurat setiap waktu,

4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Sedangkan Menurut Assauri(2004), tujuan pemeliharaan yaitu:

1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan rencana

produksi,

2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang

dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak

terganggu,

3. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang di luar

batas dan menjaga modal yang di investasikan tersebut,

Universitas Sumatera Utara


4. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin, dengan

melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien,

5. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan keselamatan

para pekerja,

6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya

dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan

yaitu tingkat keuntungan (return on investment) yang sebaik mungkin dan

total biaya.

2.1.3 Fungsi Pemeliharaan

Menurut pendapatAhyari (2002), fungsi pemeliharaan adalah agar dapat

memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta

mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan

optimal dan siap pakai untuk pelaksanaan proses produksi. Keuntungan-

keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap

mesin, adalah sebagai berikut (Ahyari, 2002) :

a. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan

akan dapat dipergunakan dalam jangka waktu panjang,

b. Pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan berjalan

dengan lancar,

c. Dapat menghindarkan diri atau dapat menekan sekecil mungkin terdapatnya

kemungkinan kerusakan-kerusakan berat dari mesin dan peralatan produksi

selama proses produksi berjalan,

d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka

proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,

Universitas Sumatera Utara


e. Dapat dihindarkannya kerusakan-kerusakan total dari mesin dan peralatan

produksi yang digunakan,

f. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan

bahan baku dapat berjalan normal,

g. Dengan adanya kelancaran penggunaan mesin dan peralatan produksi dalam

perusahaan, maka pembebanan mesin dan peralatan produksi yang ada

semakin baik.

2.1.4 Kegiatan-kegiatan Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan dalam suatu perusahaan menurut Tampubolon

(2004) meliputi berbagai kegiatan sebagai berikut:

1. Inspeksi (inspection)

Kegiatan inspeksi meliputi kegiatan pengecekan atau pemeriksaan secara

berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk mengetahui apakah

perusahaan selalu mempunyai peralatan atau fasilitas produksi yang baik

untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga jika terjadinya

kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang diperlukan sesuai

dengan laporan hasil inspeksi, dan berusaha untuk mencegah sebab-sebab

timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab kerusakan yang diperoleh

dari hasil inspeksi.

2. Kegiatan teknik (Engineering)

Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan

kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta

melakukan penelitian-penelitian terhadap kemungkinan pengembangan

tersebut. Dalam kegiatan inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan

Universitas Sumatera Utara


perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan

dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini

sangat diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak

tidak di dapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang

dibutuhkan.

3. Kegiatan produksi (Production)

Kegiatan ini merupakan kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu

memperbaiki dan meresparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik,

melaksanakan pekerjaan yang disarakan atau yang diusulkan dalam kegiatan

inspeksi dan teknik, melaksankan kegiatan service dan perminyakan

(lubrication). Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-

usaha perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

4. Kegiatan administrasi (Clerical Work)

Pekerjaan administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam melakukan

pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan dan biaya-biaya yang berhubungan dengan

kegiatan pemeliharaan, komponen (spareparts) yang di butuhkan, laporan

kemajuan (progress report) tentang apa yang telah dikerjakan. waktu

dilakukannya inspeksi dan perbaikan, serta lamanya perbaikan tersebut,

komponen (spareparts) yang tersedia di bagian pemiliharaan. Jadi dalam

pencatatan ini termasuk penyusunan planning dan scheduling, yaitu rencana

kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, diminyaki atau di service dan

di resparasi.

5. Pemeliharaan Bangunan (housekeeping)

Universitas Sumatera Utara


Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk menjaga agar bangunan gedung tetap

terpelihara dan terjamin kebersihannya.

2.1.5 Jenis-jenis Pemeliharaan

Secara umum, ditinjau dari saat pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan

menurut Corder dan Hadi (1992), dikategorikan dalam dua cara, yaitu:

1. Pemeliharaan terencana (planned maintenance)

Pemeliharaan terencana adalah pemeliharaan yang dilakukan secara

terorganisir untuk mengantisipasi kerusakan peralatan di waktu yang akan datang,

pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan

sebelumnya. Pemeliharaan terencana dibagi menjadi dua aktivitas utama yaitu:

a. Pemeliharaan pencegahan (Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) adalah inspeksi periodic

untuk mendeteksi kondisi yang mungkin menyebabkan produksi berhenti atau

berkurangnya fungsi mesin dikombinasikan dengan pemeliharaan untuk

menghilangkan, mengendalikan, kondisi tersebut dan mengembalikan mesin

ke kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi

abnormal mesin sebelum kondisi tersebut menyebabkan cacat atau kerugian

(Setiawan, 2008). Menurut Heizer dan Render (2001), preventive

maintenance adalah :“A plan that involves routine inspections, servicing, and

keeping facilities in good repair to prevent failure”. Artinya preventive

maintenance adalah sebuah perencanaan yang memerlukan inspeksi rutin,

pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak

terjadi kerusakan di masa yang akan datang.

Universitas Sumatera Utara


Ruang lingkup pekerjaan preventive termasuk inspeksi, perbaikan kecil,

pelumasan dan penyetelan, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama

beroperasi terhindar dari kerusakan (Daryus, 2007). Menurut Dhillon, (2006) ada

7 elemen dari pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance) yaitu:

1) Inspeksi: memeriksa secara berkala (periodic) bagian-bagian tertentu

untuk dapat dipakai dengan membandingkan fisiknya, mesin, listrik, dan

karakteristik lain untuk standar yang pasti,

2) Kalibrasi: mendeteksi dan menyesuaikan setiap perbedaan dalam akurasi

untuk material atau parameter perbandingan untuk standar yang pasti,

3) Pengujian: pengujian secara berkala (periodic) untuk dapat menentukan

pemakaian dan mendeteksi kerusakan mesin dan listrik,

4) Penyesuaian: membuat penyesuaian secara periodik untuk unsur variabel

tertentu untuk mencapai kinerja yang optimal,

5) Servicing: pelumasan secara periodik, pengisian, pembersihan, dan

seterusnya, bahan atau barang untuk mencegah terjadinya dari kegagalan

baru jadi,

6) Instalasi: mengganti secara berkala batas pemakaian barang atau siklus

waktu pemakaian atau memakai untuk mempertahankan tingkat toleransi

yang ditentukan,

7) Alignment: membuat perubahan salah satu barang yang ditentukan elemen

variable untuk mencapai kinerja yang optimal.

b. Pemeliharaan korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan secara korektif (corrective maintenance) adalah pemeliharaan

yang dilakukan secara berulang atau pemeliharaan yang dilakukan untuk

memperbaiki suatu bagian (termasuk penyetelan dan reparasi) yang telah

Universitas Sumatera Utara


terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima.(Corder, Hadi,

1992). Pemeliharaan ini meliputi reparasi minor, terutama untuk rencana

jangka pendek, yang mungkin timbul diantara pemeriksaan, juga overhaul

terencana. Menurut Heizer danReder (2001), pemeliharaan korektif

(Corrective Maintenance) adalah :“Remedial maintenance that occurs when

equipment fails and must be repaired on an emergency or priority basis”.

Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera

diperbaiki karena keadaan darurat atau karena merupakan sebuah prioritas

utama. Menurut Dhillon (2006) biasanya, pemeliharaan korektif (Corrective

Maintenance) adalah pemeliharaan yang tidak direncanakan, tindakan yang

memerlukan perhatian lebih yang harus ditambahkan, terintegrasi, atau

menggantikan pekerjaan telah dijadwalkan sebelumnya. Dengan demikian,

dalam pemeliharaan terencana yang harus diperhatikan adalah jadwal operasi

pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan, faktor-

faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan, sistem

organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi pekerjaan (Daryus,

2007). Jadi, pemeliharaan terencana merupakan pemakaian yang paling tepat

mengurangi keadaan darurat dan waktu nganggur mesin. Adapun keuntungan

lainya yaitu:

a. Pengurangan pemeliharaan darurat,

b. Pengurangan waktu nganggur,

c. Menaikkan ketersediaan (availability) untuk produksi

d. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan

produksi,

e. Memperpanjang waktu antara overhaul

Universitas Sumatera Utara


f. Pengurangan penggantian suku cadang, membantu pengendalian sediaan,

g. Meningkatkan efisiensi mesin,

h. Memberikan pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan,

i. Memberikan informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.

2. Pemeliharaan tak terencana (unplanned maintenance)

Pemeliharaan tak terencana adalah yaitu pemeliharaan darurat, yang

didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu segera dilaksanakan tindakan

untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar

pada peralatan,atau untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, Hadi, 1992). Pada

umumya sistem pemeliharaan merupakan metode tak terencana, dimana peralatan

yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan

tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya perbaikan atau

pemeliharaan.

2.1.6 Maintenance Performance Measurement

Parida dan Kumar (2006) menyatakan bahwa tingkat efisiensi dan

efektivitas sistem pemeliharaan memiliki peran yang penting dalam kesuksesan

dan keberlangsungan sebuah perusahaan.Sehingga performance dari sistem

tersebut perlu diukur menggunakan sebuah teknik pengukuran kinerja. Beberapa

alasan yang mendukung pentingnya MPM menurut Parida dan Kumar (2006)

yaitu :

1. Untuk mengukur nilai yang ditimbulkan oleh pemeliharaan.

2. Untuk menganalisis investasi yang dilakukan.

3. Untuk meninjau sumber daya yang dialokasikan.

4. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman.

Universitas Sumatera Utara


5. Untuk berfokus pada knowledge management.

6. Untuk beradaptasi dengan tren baru pada strategi operasi dan pemeliharaan.

7. Untuk perubahan organisasi secara struktural.

2.1.7 Overall Equipment Effectiveness

Borris (2006) menyatakan OEE merupakan pengukuran kritis yang

digunakan dalam penerapan TPM untuk mengevaluasi kapabilitas sebuah

peralatan dalam sebuah sistem produksi. OEE terdiri dari tiga komponen utama

yaitu availability, performance, dan quality.Ketiga nilai komponen tersebut

mencakup seluruh pokok permasalahan yang dapat mempengaruhi seberapa

banyak produk yang dapat dihasilkan oleh peralatan dan operator sistem yang

digunakan. Nakajima (2006) mendefinisikan Overall Equipment Effectiveness

(OEE) adalah metode yang digunakan sebagai alat ukur (metric) dalam penerapan

TPM guna menjaga peralatan pada kondisi ideal dengan menghapuskan six big

Losses peralatan. Nakajima (2000) mendefinisikan six big Losses sebagai berikut :

1. Equipment failure/breakdown Losses, dikategorikan sebagai kerugian waktu

akibat penurunan produktivitas dan kerugian kualitas akibat adanya defect.

2. Set-up/adjustment time Losses, merupakan hasil dari downtime dan defect

yang terjadi ketika produksi dari item yang terakhir dan peralatan ditentukan

sebagai prasyarat dari item yang lainnya.

3. Idling and minor stop Losses, terjadi ketika produksi diinterupsi oleh

temporary malfunction atau mesin yang sedang berhenti.

4. Reduced speed Losses, merupakan perbedaan antara design speed dengan

actual operating speed.

Universitas Sumatera Utara


5. Reduced yield, merupakan Losses yang terjadi selama tahap-tahap awal dari

produksi ketika start-up mesin hingga mencapai kondisi stabil.

6. Quality defects and rework, merupakan Losses didalam kualitas yang

disebabkan oleh malfunctioning production equipment.

Six big Losses yang pertama dan kedua dikenal sebagai downtime losses yang

digunakan untuk membantu dalam menghitung nilai availability sebuah mesin.

Availability (AV) merupakan suatu rasio yang menggambarkan pemanfaatan

waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Formula yang

digunakan untuk menghitung availaibility adalah :

Losses yang ketiga dan keempat merupakan kerugian kecepatan yang menentukan

performance efficiency (PE) dari sebuah mesin. Nakajima dalam Amalia (2006)

menyatakan PE merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan dari

peralatan dalam menghasilkan barang.formula yang digunakan untuk menghitung

performance efficiency adalah :

Untuk Losses yang kelima dan keenam dianggap sebagai kerugian akibat adanya

defects. Menurut Susetyo (2009) 100% quality berarti tidak ada produk yang di-

reject maupun rework. Formula yang digunakan untuk menghitung quality rate

adalah :

Universitas Sumatera Utara


2.2 Total Productive Maintenance (TPM)

Total Productive Maintenancemula mula berasal dari pemikiran PM

(Preventive Maintenance dan Production Maintenance), dari Amerika masuk

ke Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas Jepang yang

kemudian dikenal sebagai TPM (Total Productive Maintenance).

2.2.1 Definisi Total Productive Maintenance (TPM)

Total Productive Maintenance adalah konsep pemeliharaan yang

melibatkan seluruh pekerja yang bertujuan mencapai efektivitas pada seluruh

sistem produksi melalui partisipasi dan kegiatan pemeliharaan yang produktif,

proaktif, dan terencana (Kyoshi, 1999).

2.2.2 Sejarah Total Productive Maintenance (TPM)

Total Productive Maintenance merupakan suatu konsep baru tentang

kegiatan pemeliharaan yang berasal dari Amerika yang dipopulerkan di

Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas jepang yang dikenal

sebagai sistem total productive maintenance yang kita kenal seperti sekarang

ini.

Total Productive Maintenance berkembang dari filosofi yang dibawa

oleh Deming (1960) yang mempopulerkannya di Jepang setelah perang dunia

ke-2 dengan pendekatan pemanfaatan data untuk melakukan kontrol kualitas

dalam produksi, dan lambat laun pendekatan pemanfaatan data juga

dilakukan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dalam berproduksi.

Perusahaan yang pertama kali mengimplementasi penggunaan Total

Productive Maintenance adalah Nippondenso corporation. Tidak lama

Universitas Sumatera Utara


kemudian, Nippondenso meraih pengakuan dan penghargaan atas kesuksesan

mengimplementasikan total productive maintenance dari Japanese Institute

Of Plant Engineering (JIPE). Seiichi nakajima-lah yang kemudian

mempopulerkan dan mengkampanyekan Total Productive Maintenance

dengan menulis berbagai buku dan artikel pada akhir tahun 80an dan terus

berkembang di awal tahun 90an.

2.2.3 Karakteristik Total Productive Maintenance (TPM)

1. Motif Total Productive Maintenance:

 Mengadopsi pendekatan life cycle untuk meningkatkan performa dan

realibility mesin.

 Meningkatkan produktivitas dengan memotivasi operator disertai dengan

perluasan tanggung jawab pekerjaan.

 Menggunakan peran maintenance staff untuk fokus pada machine failure

dan bertanggung jawab terhadap kelancaran permesinan.

2. Keunikan Total Productive Maintenance: Operator dan maintenance staff

berkolaborasi untuk menjamin dan membuat mesin dapat terus menerus

berjalan dengan baik.

3. Tujuan Total Productive Maintenance:

 Bertujuan untuk mencapai zero defect, zero breakdown dan zero

accident.

 Mengkolaborasikan dan melibatkan seluruh operator, maintenance staff,

dan production engineering staff yang terkait dalam pertanggung

jawaban permesinan, serta seluruh karyawan pada umumnya.

 Fokus pada pengurangan defect dan self maintenance.

Universitas Sumatera Utara


 Menuntut operator untuk dapat mengatasi kerusakan ringan yang

terjadi pada mesin sehingga tidak menjadi kerusakan mesin kronis.

4. Keuntungan Langsung Total Productive Maintenance:

 Meningkatkan produktivitas dan efisiensi permesinan.

 Mengurangi manufacturing cost.

 Mengurangi kecelakaan kerja.

 Memuaskan keinginan konsumen terhadap produk yang dihasilkan.

5. Keuntungan Tidak Langsung Total Productive Maintenance:

 Meningkatkan kepuasan dan kepercayaan diri operator dan karyawan

pada umumnya.

 Menjaga lingkungan kerja tetap bersih, rapih dan menarik.

 Membawa kebiasaan baik bagi operator.

 Saling berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait.

Universitas Sumatera Utara


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir secara sistematik.

Kerangka berfikir ini akan sangat membantu dalam menyusun alur fikir yang

mengarah kepada penarikan kesimpulan. Berdasarkan penjelasan yang telah

dipaparkan pada latar belakang pada rumusan masalah sebelumnya, strategi

perawatan mesin kapal berperan penting dalam meningkatkan efektivitas

penggunaan kapal untuk operasional kapal MT. Citra Bintang pada PT. Citra

Bintang Samudra Line.

Menurut Sudradjat (2011), perawatan adalah suatu aktivitas yang

diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas pemeliharaan suatu

fasilitas agar fasilitas tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi

siap pakai. Peranan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi kemacetan atau

kendala sekecil mungkin, sehingga sistem dapat bekerja secara efisien.

Untuk mengidentifikasi dan pemecahan permasalahan sebenarnya,

Sugiyono (1997) menyatakan, bahwa variabel di dalam penelitian merupakan

suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara

satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut.

Untuk dapat menentukan nilai availibility rate, performance rate dan

quality rate pada penggunaan kapal MT. Citra Bintang maka variabel yang

diperoleh dari data Voyage Time, Operating Time tahun 2014, Voyage Number

atau jumlah trip yang dapat dilalui dalam setiap bulan, Cycle time standart yaitu

waktu standart dari aktifitas kapal berangkat dari pelabuhan asal kemudian

berlayar ke pelabuhan tujuan termasuk pelaksanaan loading hingga kembali ke

Universitas Sumatera Utara


pelabuhan asal. Data Loading Cargo, Loss Cargo diperlukan untuk dapat

diketahui rate of quality.

Kemudian melakukan analisis terhadap losses pada availibility rate, losses

pada performance rate dan losses pada quality rate yang diperoleh dari data total

time mesin, data waktu setup mesin, data waktu down time mesin, data hasil

produksi kapal tahun 2014 dan data jam henti mesin untuk selanjutnya dapat

diketahui six big losses pada penggunaan kapal MT. Citra Bintang.

Studi Lapangan (Field Research), metode ini digunakan dimana peneliti

terjun ke lapangan untuk memperoleh data sebenarnya mengenai permasalahan

strategi perusahaan, khususnya manajemen perawatan untuk mendapatkan

penyebab sebenarnya yang mengakibatkan breakdown kemudian dievaluasi

terhadap komponen prioritas untuk penentuan jenis strategi perawatan. Studi

Literatur (Library Research) digunakan dalam mendapatkan data dengan jalan

mempelajari literature serta membaca sumber-sumber data informasi lainnya

(buku cetak dan jurnal ilmiah).

Dalam analisis dan pembahasan dengan menentukan komponen prioritas

penghasil breakdown tertinggi untuk dilakukan analisis TPM dan Implikasi

Manajerial Penentuan Jenis Strategi Perawatan dengan Fishbone pada masing-

masing komponen prioritas untuk dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian

yang telah dilakukan serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini. Dari uraian tersebut, dapat digambarkan

kerangka konsep seperti Gambar 3.1 sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


PT. Citra Bintang
Samudra Line

Efektivitas Penggunaan
Kapal
MT. Citra Bintang (2014)

Data Penggunaan
Kapal MT. Citra
Performance
Bintang Tahun 2014 Availibility Rate Quality Rate OEE FACTORS
Rate
 Voyage Time
 Operating Time
 Voyage Number
 Cycle time standart Down Time OEE
Speed Losses Quality Losses LOSS CATEGORY
 Loading Cargo Losses
 Loss Cargo

Data Waktu Mesin Equipment Set-Up and Idling & Minor Defect in
Reduced Speed Reduced Yield SIX BIG LOSSES
Kapal MT. Citra Failure Adjusment Stoppage Process
Bintang Tahun 2014
 Total Time Mesin
 Waktu Setup Mesin
 Waktu Down time
Mesin  Rough
 Change Over  Obstructed
 Hasil Produksi  Tools Failure Running
or Size Product Flow  In-Process
Kapal  Unplaned  Under
 Material  Component Jams Damage
 Jam henti Mesin Maintenance
Shortages  Misfeeds
Capacity
 Scrap  In-Process
 General  Under Design CAUSE
Breakdown
 Operator  Sensor Blocked
 Equipment
 Rework Expiration
Shortages  Delivery Blocked  Incorrect
 Equipment Wear
 Warm up  Cleaning / Assembly
Failure  Operator
Time Checking
inefficiency

Evaluasi Terhadap Komponen


Prioritas untuk Penentuan Jenis
Strategi Perawatan

Analisis TPM dan Implikasi


Manajerial Penentuan Jenis Strategi
Perawatan dengan Fishbone

Rekomendasi

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian ini

dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab terjadinya suatu masalah yang

diperoleh dari data laporan perjalanan kapal (Voyage Report) dan wawancara

kepada pihak Perusahaan.

Metode yang dipilih adalah metode kuantitatif, yaitu metode penelitian

yang berlandaskan filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti populasi atau

sampel tertentu dengan memakai instrumen pengumpulan data dan analisis yang

bersifat kuantitatif (Sinulingga, 2011). Dengan penelitian ini, peneliti ingin

mendapatkan informasi yang berlaku atau dapat diberlakukan secara general

melalui penelitian sampel-sampel perawatan mesin kapal MT. Citra Bintang

dengan tujuan untuk mendapatkan nilai dan makna dari sifat saling mempengaruhi

antar variabel yang akan menghasilkan suatu terhadap efektivitas operasional

kapal.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi perawatan yang sesuai

dengan komponen mesin utama (main engine) dengan konsep TPM. Berikut

merupakan penjelasan tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini:

1. Studi Lapangan (Field Research)

Metode ini digunakan dimana peneliti terjun ke lapangan untuk memperoleh

data sebenarnya mengenai permasalahan strategi perusahaan, khususnya

manajemen perawatan.

2. Studi Literatur (Library Research)

Universitas Sumatera Utara


Metode ini digunakan dalam mendapatkan data dengan jalan mempelajari

literature serta membaca sumber-sumber data informasi lainnya (buku cetak

dan jurnal ilmiah).

3. Identifikasi Masalah

Identifikasimasalah merupakan tahap awal dalam mengetahui dan memahami

suatu persoalan agar dapat diberikan solusi pada permasalahan perawatan

tersebut.

4. Perumusan Masalah

Setelah mengidentifikasi permasalahan, dilanjutkan dengan merumuskan

masalah sesuai dengan kenyataan di lapangan, yaitu bagaimana strategi

perawatan yang terbaik.

5. Penentuan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian perlu ditetapkan agar penulisan skripsi dapat dilakukan

sistematis, tidak menyimpang dari permasalahan dan mengukur keberhasilan

penelitian ditentukan serta berdasarkan perumusan masalah.

6. Perhitungan OEE

Data yang diperoleh pada pengumpulan data, digunakan untuk menentukan

nilai availability, performance, dan quality. Setelah mendapatkan nilai

availability, performance, dan quality, dilakukan perhitungan nilai OEE

dengan rumus OEE = availability x performance x quality. Selanjutnya

dilakukan perhitungan six biglosses dari tiga rasio OEE.

7. Analisis six big losses

Setelah mendapatkan nilai losses pada availability, losses pada performance,

dan losses pada quality untuk selanjutnya mengevaluasi komponen prioritas

untuk penentuan jenis strategi perawatan.

Universitas Sumatera Utara


8. Analisis TPM dan Implikasi Manajerial Penentuan Jenis Strategi Perawatan.

Dalam analisis TPM dan Implikasi Manajerial Penentuan Jenis Strategi

Perawatan dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan jenis strategi

perawatan pada beberapa komponen prioritas dengan nilai six big losses, dapat

berupa preventive, predictive, maupun corrective. Selanjutnya dilakukan

analisis dengan fishbone dan rekomendasi strategi perawatan dengan TPM.

9. Kesimpulan dan Saran

Pada tahap ini, dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah

dilakukan serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya yang memiliki

keterkaitan dengan penelitian ini.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. Citra Bintang Samudra Line sebagai

pemilik kapal MT. Citra Bintang yang beralamat di Jl. Gagak Hitam Ringroad No.

20, Medan, dilaksanakan selama 1 (satu) tahun sejak awal bulan Januari tahun

2014 sampai bulan Desember 2014 dan dilakukan penyusunan dan analisis selama

8 (delapan) minggu efektif dengan jadwal pelaksanaan seperti pada Tabel berikut :

Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian


Minggu
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pengajuan Judul Geladikarya
2. Penyusunan Kolokium Geladikarya
3. Kolokium Geladikarya
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penulisan Geladikarya
7. Seminar Perusahaan
8. Sidang Geladikarya

Universitas Sumatera Utara


4.3 Variabel Penelitian

Sugiyono (1997) menyatakan, bahwa variabel di dalam penelitian

merupakan suatu attribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai

variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut. Variabel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Data Jam Kerja Mesin

Data jam kerja mesin merupakan data yang menunjukkan jumlah waktu

mesin kapal beroperasi. Data jam kerja mesin meliputi :

a. Data Total Time mesin

Data total time mesin merupakan data yang menunjukkan total

keseluruhan waktu yang tersedia pada suatu mesin untuk beroperasi dalam

1 tahun.

b. Data Waktu Setup Mesin

Data waktu setup mesin merupakan data yang menunjukkan berapa lama

waktu yang dibutuhkan untuk persiapan mulai beroperasi.

c. Data Waktu Downtime Mesin

Data waktu down time mesin merupakan data yang menunjukkan berapa

lama waktu Sheet Machine mengalami kerusakan dan mengalami

perbaikan, hingga mesin produksi tersebut dapat beroperasi kembali.

1. Data Hasil Produksi Kapal

Data hasil produksi merupakan data yang menunjukkan keseluruhan jumlah

output perjalanan kapal yang diproduksi selama mesin beroperasi. Data hasil

produksi meliputi data jumlah unloading cargo (good product) dan data

jumlah cargo loss(reject).

2. Data Kerusakan Mesin

Universitas Sumatera Utara


Data kerusakan mesin merupakan data yang menunjukkan kerusakan yang

terjadi pada unit mesin. Data kerusakan per-unit mesin meliputi :

a. Data Frekuensi Kerusakan Mesin

Data frekuensi kerusakan mesin merupakan data yang menunjukkan

jumlah kerusakan yang terjadi pada tiap unit mesin.

b. Data Jam henti Mesin

Data jam henti mesin merupakan data yang menunjukkan lamanya waktu

unit mesin mengalami kerusakan dan perbaikan sehingga dapat beroperasi

kembali.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara pengadaan data primer maupun

sekunder untuk keperluan penelitian. Secara umum pengumpulan data, baik primer

maupun sekunder dapat dibagi atas beberapa cara, yaitu : Metode pengumpulan data

yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara

langsung dilapangan. Pengumpulan data primer ini dilakukan dengan jalan

mengamati secara langsung di pabrik dan meminta keterangan serta

mewawancarai karyawan yang terlibat langsung secara operasional. Data yang

diperoleh antara lain adalah data mengenai uraian proses produksi kapal, dan

cara kerja mesin utama (main engine).

2. Data Sekunder merupakan data yang tidak langsung diamati oleh peneliti. Data

ini merupakan dokumentasi perusahaan, hasil penelitian yang sudah lalu dan data

lainnya.

Universitas Sumatera Utara


4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan, kemudian diolah agar dapat digunakan dalam

penelitian. Tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Penentuan Availability Ratio

Untuk menghitung nilai availability data yang digunakan adalah data total

jam kerja mesin. Dalam perhitungan nilai availability, terlebih dulu dilakukan

perhitungan untuk mengetahui voyage time.

2. Perhitungan Performance Rate

Dalam perhitungan nilai performance rate, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan untuk mengetahui jumlah voyage time standart yang akan

dibandingkan dengan voyage time actual dalam satuan waktu tertentu.

3. Perhitungan Quality rate

Untuk menghitung nilai quality rate data yang digunakan adalah data hasil

produksi. Dalam perhitungan nilai quality rate, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan untuk mengetahui jumlah loss cargo.

4. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness

Seperti dijelaskan oleh Borris (2006) OEE merupakan hasil dari availability,

performance dan quality.

5. Perhitungan OEE Six Big Losses

6. Analisis TPM dan Implikasi Manajerial Penentuan Jenis Strategi Perawatan

dengan Fishbone, dengan menentukan peringkat prioritas penghasil

breakdown tertinggi dalam kurun waktu tertentu, selanjutnya menentukan

strategi perawatan agar dapat ditentukan perbandingan keefektifan

penggunaan utilitas penggunaan kapal.

Universitas Sumatera Utara


4.6. Pemecahan Masalah

Menganalisis hasil pengolahan data untuk mengetahui seberapa besar

perubahan tingkat efektivitas penggunaan mesin/peralatan produksi dan untuk

memperoleh penyelesaian dari masalah yang ada antara lain:

1. Analisis Perhitungan Overall Equipment Effectiveness

2. Analisis Perhitungan OEE Six Big Losses

3. Analisis TPM dengan fishbone

4. Implikasi Manajerial dan Penentuan Jenis Strategi Perawatan

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diolah di pengolahan data

selanjutnya ke tahap analisa yang bertujuan melihat hasil dari pengolahan tersebut

yang terdiri dari analisa OEE yaitu menganalisa nilai OEE dari mesin kapal.

Analisa faktor enam kerugian besar, yaitu menganalisa enam faktor kerugian

mana yang paling besar pengaruhnya terhadap mesin kapal. Setelah dilakukan

analisa OEE dan analisa faktor enam kerugian besar dari peringkat tertinggi

tingkat penghasil breakdown, kemudian dicari penyebab dengan wawancara

kepada pihak perusahaan dengan diagram fishbone serta membuat perbandingan

keefektivan perawatan untuk usulan penyelesaian masalah untuk meningkatkan

efisiensi mesin kapal.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan pelayaran PT. Citra Bintang Samudra Linepertama kali

didirikan oleh Bapak H. Arbie Abdul Gani beserta keluarga berdasarkan akte

pendirian perusahaan No. 1 Tanggal 3 Januari 2004 oleh Afrizal Arsad Hakim,

Sarjana Hukum - Notaris di Medan.

Pada tanggal 12 Maret 2009 diambil alih kepemilikannya oleh Bapak

Herman Arbie, SE dan Nona Dita Galina dan telah mengalami penyesuaian sesuai

Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 yang dibuat dihadapan

Ekoevidolo, Sarjana Hukum - Notaris di Medan berdasarkan Berita Acara No. 46.

5.2 Ruang Lingkup Bidang Usaha

Perusahaan adalah merupakan suatu perusahaan pelayaran nasional yang

bergerak di bidang jasa transportasi laut, baik di dalam maupun di luar negeri.

Bisnis utama perusahaan adalah melayani jasa angkutan Bahan Bakar Minyak

(BBM) dengan menggunakan kapal tanker.

5.3 Lokasi Perusahaan

Kedudukan perusahaan adalah di Medan, Provinsi Sumatea Utara dengan

alamat kantor:

Jl. Gagak Hitam (Ringroad) No. 20-21Medan 20122, Indonesia

Tel. : +62 61 80025385Fax. : +62 61 80025383

Email : info@cbsl.co.id

Website : http://www.cbsl.co.id

Universitas Sumatera Utara


5.4 Daerah Operasional

Dalam memasarkan jasa angkutan lautnya, perusahaan tidak membatasi

daerah operasionalnya. Untuk pemasaran di luar negeri (foreign going) biasanya

manajemen bekerja sama dengan cargo brokerage di Singapore, sedangkan untuk

pemasaran di dalam negeri (domestic line) selalu diupayakan oleh tenaga

pemasaran dari perusahaan sendiri.

5.5 Organisasi dan Manajemen

5.5.1 Struktur Organisasi

Guna menunjang kelancaran tugas sehari-hari dan demi tercapainya

efesiensi kerja yang maksimal dalam menjalankan bisnis pelayaran, maka

dirancang struktur organisasi yang sesuai berikut jumlah personilnya. Dalam

menjalankan aktivitas bisnisnya, perusahaanmenerapkan struktur organisasi

sebagai berikut:

DIREKTUR

BUSINESS ADVISOR

MANAGER OWNER REPRESENTATIF


MANAGER KEUANGAN DPA
ARMADA & TEKNIK PERWAKILAN DI JAKARTA

ASS. MANAGER ASS. MANAGER


TEKNIK/LOGISTIK CREW/KOMPENSASI

NAHKODA

Universitas Sumatera Utara


Gambar 5.1 Struktur Organisasi Perusahaan
Keterangan :
_______ = Garis Komando
_ . . _ . .Untuk mencapai
_ = Garis tujuan
Koordinasi tersebut, maka dalam menempatkan tenaga-tenaga

inti pengelola haruslah benar-benar selektif dengan mengadakan penelitian

mengenai kualifikasi dan persyaratan tertentu lainnya. Manajemen Perusahaan

dipimpin langsung oleh seorang Direktur. Dalam pelaksanaan kerja sehari-hari di

lapangan Direktur langsung membawahi Manager.

5.5.2 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab

a. Direktur

Direktur bertanggung jawab secara menyeluruh untuk mengatur dan

melaksanakan Sistem manajemen keselamatan sebagai berikut:

1. Menyediakan kecukupan sumber daya termasuk sumber daya manusia

untuk mendukung DPA (Designated Person Ashore) dalam menjalankan

tugasnya.

2. Memilih dan merencanakan kecukupan personil untuk melaksanakan

Sistem.

3. Menetapkan garis-garis kebijakan Perusahaan.

4. Mengkaji Sistem dalam kaitannya dengan efektivitas dan peningkatan

Sistem.

5. Mengerahkan Tim Tanggap Darurat dan bertindak sebagai pengambil

keputusan tertinggi.

6. Memimpin Rapat Tinjauan Manajemen untuk mengevaluasi efektivitas

penerapan International Safety Management Code (ISM Code).

Universitas Sumatera Utara


b. Manajer Armada dan Teknik

Manajer Armada dan Teknik bertanggung jawab kepada Direktur untuk:

1. Menjamin kelaikan kondisi kapal untuk dioperasikan.

2. Menjamin pengoperasian kapal secara efisien, aman dan bebas dari

pencemaran lingkungan.

3. Memberikan respon dan dukungan kepada kapal baik dalam keadaan aman

maupun dalam situasi darurat.

4. Mengatur kegiatan operasional kapal.

5. Menentukan jadwal docking kapal.

6. Menerima dan mengevaluasi daftar reparasi kapal untuk lambung dan

mesin sebelum masuk dock yang diajukan oleh pihak kapal.

7. Memeriksa setiap dokumen pembantu, penyusunan data harga suku cadang,

supplier, kontraktor dan jasa galangan.

8. Menganalisa permintaan barang yang diajukan oleh pihak kapal untuk

diteruskan kepada Direktur.

9. Menjamin Sistem Manajemen Keselamatan di unit kerjanya dapat terlaksana

dengan baik.

10. Memonitor posisi kapal.

11. Memonitor peraturan pelabuhan dan perizinan di pelabuhan.

12. Mengkoordinasi dan memproses perbaikan kapal yang berkaitan dengan

nautika, deck machineries, baik dalam menggunakan fasilitas dengan

kapasitas bengkel yang ada maupun menggunakan fasilitas bengkel luar.

c. Manajer Keuangan

Manajer Keuangan bertanggung jawab kepada Direktur untuk:

Universitas Sumatera Utara


1. Mengelola fungsi akuntansi dalam memproses data dan informasi keuangan

untuk menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan perusahaan secara

akurat dan tepat waktu.

2. Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan

pembayaran kewajiban pajak perusahaan agar efisien, akurat, tepat waktu,

dan sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku.

3. Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas perusahaan

(cashflow), terutama pengelolaan piutang dan hutang, sehingga memastikan

ketersediaan dana untuk operasional perusahaan dan kesehatan kondisi

keuangan.

4. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusunan anggaran perusahaan,

dan mengontrol penggunaan anggaran tersebut untuk memastikan

penggunaan dana secara efektif dan efisien dalam menunjang kegiatan

operasional perusahaan.

5. Merencanakan dan mengkoordinasikan pengembangan sistem dan prosedur

keuangan dan akuntansi, serta mengontrol pelaksanaannya untuk

memastikan semua proses dan transaksi keuangan berjalan dengan tertib dan

teratur, serta mengurangi risiko keuangan.

6. Mengkoordinasikan dan melakukan perencanaan dan analisa keuangan

untuk dapat memberikan masukan dari sisi keuangan bagi pimpinan

perusahaan dalam mengambil keputusan bisnis, baik untuk kebutuhan

investasi, ekspansi, operasional maupun kondisi keuangan lainnya

7. Merencanakan dan mengkonsolidasikan perpajakan seluruh perusahaan

untuk memastikan efisiensi biaya dan kepatuhan terhadap peraturan

perpajakan.

Universitas Sumatera Utara


d. Designated Person Ashore(DPA)

Petugas yang ditunjuk memiliki jalur langsung ke Direktur untuk hal yang

berkaitan dengan keselamatan dan perlindungan lingkungan. Petugas yang

ditunjuk pada perusahaan Perusahaan dirangkap oleh Manajer Armada memiliki

tanggung jawab sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan melaksanakan fungsi Sistim Manajemen Keselamatan

utamanya pernyataan Perusahaan tentang masalah Keselamatan dan selalu

melakukan kajian terhadap Sistem.

2. Menjalankan semua persyaratan yang ada di ISM Code, peraturan

klasifikasi, peraturan pemerintah bendera kapaldan aturan lain yang

diterapkan oleh Perusahaan dan memastikan hal tersebut telah dilakukan

setiap saat.

3. Mengelola pelaksanaan audit keselamatan internal dan rapat tahunan

tinjauan manajemen.

4. Memastikan bahwa semua ketidaksesuaian telah diselidiki, dianalisa dan

tindakan perbaikan telah dilakukan oleh bagian yang terkait untuk

mempertahankan Sistem keselamatan.

5. Menetapkan dan memelihara tindakan pencegahan dan perbaikan untuk

memastikan kecilnya penyimpangan yang terjadi dalam melaksanakan

Sistem keselamatan.

6. Memastikan bahwa dokumentasi Sistem Manajemen Keselamatan setiap

saat telah dilakukan.

Universitas Sumatera Utara


e. Perwakilan di Jakarta (Owner Representatif)

Perwakilan di Jakarta (Owner Representatif) bertanggung jawab kepada

Direktur bertindak mewakili direktur untuk:

1. Menyerahkan dokumen penagihan kapal MT. Citra Bintang kepada pihak

terkait.

2. Menerima dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pembayaran

penagihan kapal MT. Citra Bintang dari pihak terkait.

3. Menyerahkan dan/atau menerima dokumen-dokumen kapal MT. Citra

Bintang di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, PT. Biro Klasifikasi

Indonesia, dan Instansi Pemerintah/swasta lainnya.

4. Mendukung dan berkoordinasi dengan Manager Teknik dan Armada dalam

mendistribusikan permintaan Kapal.

f. Assiten Manajer Teknik dan Logistik

Assiten Manajer Teknikdan Logistik mempertanggung jawabkan tugas-

tugasnya kepada Direktur, meliputi :

1. Mengendalikan laporan Perawatan dan Kerusakan Kapal.

2. Monitoring dan mengendalikan sertifikat Kapal.

3. Mengkoordinir pelaksanaan docking dan repair list Kapal

4. Mengkoordinasikan permintaan kebutuhan Kapal, mengirimkan permintaan

kebutuhan kapal dan kendali tanda terima barang kebutuhan Kapal tersebut.

5. Melakukan inspeksi Kapal dan menyusun laporannya.

6. Mengevaluasi laporan pelayaran (Voyage Report).

7. Monitoring posisi Kapal (Noon position) secara terus menerus.

8. Monitoring dan mendistribusikan dokumen Nautis yang diperlukan, baik di

Universitas Sumatera Utara


Kapal maupun perusahaan.

9. Melakukan komunikasi rutin dengan armada Kapal.

g. Assiten Manajer Crewing/Kompensasi

Assiten Manajer Crewing/Kompensasi mempertanggung jawabkan tugas-

tugasnya kepada Direktur, meliputi :

1. Penanganan administrasi personalia secara keseluruhan, baik di perusahaan

maupun di kapal.

2. Menyediakan awak kapal yang memenuhi kualifikasi.

3. Melakukan evaluasi dan seleksi terhadap calon awak kapal.

4. Melakukan penilaian terhadap performance/ kinerja personil baik di

perusahaan dan kapal.

5. Mengkoordinir pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, baik untuk staf

perusahaan dan awal kapal.

6. Melaksanakan koordinasi dengan Nakhoda mengenai rekruitmen dan

penugasan awak di kapal serta familirisasi untuk awakkapal yang baru.

7. Menyimpan dengan baik catatan kualifikasi, pelatihan, pengalaman dan data

kesehatan awak kapal (data personalia).

8. Mendukung awak kapal untuk mengembangkan pengetahuan dan

ketrampilan mereka sesuai persyaratan dan ketentuan STCW 95.

h. Nakhoda

Nakhoda mempunyai kekuasaan mutlak di atas kapal dan mempunyai

wewenang penuh pada semua pengoperasian di kapal, di pelabuhan maupun di

perusahaan. Nakhoda mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk

mengambil keputusan yang mendesak di atas kapal yang dipandang perlu demi

Universitas Sumatera Utara


keselamatan kapal dan awak kapal, perlindungan lingkungan hidup, meskipun

keputusan tersebut menyimpang dari peraturan tertulis dalam ISM CODE.

Nakhoda mempunyai tanggung jawab secara keseluruhan untuk

pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan di atas kapal, dan mempunyai

tanggung jawab serta wewenang dalam penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan.

Nakhoda bertanggung jawab secara khusus untuk hal-hal berikut :

1. Melaksanakan kebijakan perusahaan dalam bidang keselamatan dan

perlindungan lingkungan.

2. Memotivasi Awak Kapal agar selalu memperhatikan dan mematuhi

ketentuan Sistem Manajemen Keselamatan sesuai dengan peraturan dan

prosedur terkait sebagaiseorang yang diberi tanggung jawab untuk

pengelolaan dokumen di atas kapal.

3. Membuat/ menerbitkan instruksi dan perintah yang memadai untuk

pelaksanan Sistem Manajemen Keselamatan, secara jelas dan mudah

dipahami.

4. Memeriksa dan memastikan agar persyaratan yang ditentukan dalam Sistem

Manajemen Keselamatan diperhatikan dan dilaksanakan.

5. Meneliti kembali Sistem Manajemen Keselamatan dan melaporkan

kekurangannya kepada DPA.

6. Memeriksa dan mengawasi kegiatan bongkar muat terutama :

 Dalam hal keamanan muatan

 Kebenaran muatan yang diangkut

 Memberikan pengawasan terhadap muatan selama dalam pelayaran.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

6.1 Analisis Pembahasan

Pengumpulan data merupakan proses yang dibutuhkan dalam penelitian

baik data sekunder yang dimiliki PT. Citra Bintang Samudra Line maupun data

primer berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara pihak berkepentingan di

Perusahaan.

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I bahwa analisis efektivitas pada

laporan ini menggunakan model pengukuran Total Productivity Maintenance

yang sering dikenal dengan OEE (Overal Equipment Effectiveness) Model,

Nakajima (1988) yaitu ;

OEE = Avalibility x Performance x Quality Rate

Availibility (Efektifias) adalah pengukuran kehandalan mesin yang diukur

dari waktu terbuang (down time losses) pada saat mesin utama beroperasi.

Performa (Efisiensi) adalah mengukur output selama waktu yang tersedia (actual

cycle time) dibandingkan dengan kapasitas terpasang (theoretical cycle time) dan

Quality rate mengukur tingkat output produk bagus dibandingkan jumlah produk

gagal misalnya product losses.

Defenisi umum, availibility (efektifitas) merupakan tingkat prestasi dari

tujuan (how well a set of result is accomplish) dan performance (efisiensi) adalah

perbandingan antara keluaran yang dicapai dengan keluarans standar yang

diharapkan (how well the resources are utilized to accomplish the results).

Universitas Sumatera Utara


Faktor-faktor kehilangan waktu yang mempengaruhi efektivitas atau yang

menjadi penyebab kehilangan efektivitas dan efisiensi dapat dilihat pada tabel 6.1

six big losses.

Tabel 6.1 Six Big Losses


Six Big Losses Category OEE Loss Category Event
Equipment Failure Down Time Losses √ Tools Failure
√ Unplaned Maintenance
√ General Breakdown
√ Equipment Failure
Set-Up and Adjusment Down Time Losses √ Change Over or Size
√ Material Shortages
√ Operator Shortages
√ Warm up Time
Idling & Minor Stoppage Speed Losses √ Obstructed Product Flow
√ Component Jams
√ Misfeeds
√ Sensor Blocked
√ Delivery Blocked
√ Cleaning / Checking
Reduced Speed Speed Losses √ Rough Running
√ Under Capacity
√ Under Design
√ Equipment Wear
√ Operator inefficiency
Defect in Process Quality Losses √ Scrap
√ Rework
Reduced Yield Quality Losses √ In-Process Damage
√ In-Process Expiration
√ Incorrect Assembly

6.1.1 Data Jam Kerja

Data jam kerja mesin merupakan data yang menunjukkan jumlah waktu

mesin kapal beroperasi.

a. Data Total Time mesin

Data total time mesin merupakan data yang menunjukkan total

keseluruhan waktu yang tersedia pada suatu mesin untuk beroperasi dalam 1 tahun

ditunujukkan pada tabel 6.2 sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.2 Tabel total time tahun 2014
Jam Kerja Per Waktu Operasi
Bulan Jumlah Hari Kerja
Hari (jam)
January 31 24 744
February 28 24 672
March 31 24 744
April 30 24 720
May 31 24 744
June 30 24 720
July 31 24 744
August 31 24 744
September 30 24 720
October 31 24 744
November 30 24 720
December 31 24 744
TOTAL 8760
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line 2015

b. Data Waktu Setup Mesin

Mesin Induk sebagai penggerak kapal memerlukan waktu setup hanya

pada awal dan nilainya tidak signifikan sehingga data waktu setup mesin dapat

diabaikan.

c. Data Waktu Down time Mesin

Data waktu down time mesin merupakan data yang menunjukkan berapa

lama waktu mesin mengalami kerusakan dan mengalami perbaikan, hingga mesin

produksi tersebut dapat beroperasi kembali. Data down time Mesin Induk dapat

dilihat padatabel 6.3 sebagai berikut :

Tabel 6.3 Data Waktu Downtime Mesin tahun 2014


Waktu Downtime Mesin
Bulan
Induk (jam)
January 64
February 48
March 76
April 73
May 48
June 73
July 85
August 67
September 60
October 111
November 79
December 104
TOTAL 888
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line 2015

Universitas Sumatera Utara


6.1.2 Data Hasil Produksi Kapal

Data hasil produksi merupakan data yang menunjukkan keseluruhan

jumlah output perjalanan kapal yang diproduksi selama mesin beroperasi. Data

hasil produksi meliputi data jumlah unloading cargo(good product) dan data

jumlah cargo loss(reject) seperti disebutkan pada tabel 6.4 sebagai berikut :

Tabel 6.4 Data produksi kapal tahun 2014


Bulan Loading Unloading Loss Down Voyage Number of
Cargo(KL) Cargo(KL) Cargo(KL) Time(jam) Time(Jam) Voyage(trip)
Januari 7.722,00 7.719,37 2,63 64 622,54 3
Februari 7.618,00 7.616,58 1,42 48 637,27 3
Maret 7.722,00 7.719,87 2,13 76 612,42 3
April 7.618,00 7.615,71 2,29 73 690,93 3
Mei 7.514,00 7.511,95 2,05 48 667,73 3
Juni 7.592,00 7.591,14 0,86 73 671,98 3
Juli 7.618,00 7.614,60 3,40 85 623,85 3
Agustus 7.618,00 7.616,12 1,88 67 648,14 3
September 7.540,00 7.538,04 1,96 60 682,27 3
Oktober 7.488,00 7.486,86 1,14 111 633,57 3
Nopember 7.514,00 7.511,81 2,19 79 620,07 3
Desember 7.696,00 7.693,60 2,40 104 648,37 3
Grand Total 91.260,00 91.235,64 24,36 888 7.759,15 36
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line 2015

6.1.3 Data Kerusakan Mesin dan Jam henti Mesin

Data jam henti mesin merupakan data yang menunjukkan lamanya waktu

unit mesin mengalami kerusakan dan perbaikan sehingga dapat beroperasi

kembali. Data kerusakan unit main machine tahun 2014 dapat dilihat pada tabel

6.5 sebagai berikut :

Tabel 6.5 Data kerusakan unit main machine pada mesin Induk tahun 2014
Breakdown Mesin Tahun 2014 (jam)
Penyebab Kegagalan
No. Total
Mesin Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
(jam)
1 Turbocharge ME rusak. 15 49 73 64 58 259
Gasket/Packing
2 11 12 15 24 24 12 12 12 9 12 24 167
Cylinderhead bocor.
.......... Tabel 6.5

Universitas Sumatera Utara


.......... Tabel 6.5 Data kerusakan unit main machine pada mesin Induk tahun 2014
Breakdown Mesin Tahun 2014 (jam)
Penyebab Kegagalan
No. Total
Mesin Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
(jam)
Flexyble Exhaust Cylinder
3 8 5 12 12 30 14 12 10 103
head bocor.
4 Mesin Over heat 7 10 10 12 4 5 15 12 75
Valve in-out Cylinder
5 7 14 12 48 13 7 14 7 12 134
Head bocor
Seating vale intake &
6 12 30 42
Exhaust bocor
Fress Water Pump untuk
7 24 12 36
mesin induk rusak.
Pompa air laut untuk
8 Mesin Induk & Mesin 24 7 28 59
Bantu rusak.
Kopling Pompa Cargo
9 Selip tidak bisa melakukan 7 6 13
bongkar muatan.
TOTAL (jam) 64 48 76 73 48 73 85 67 60 111 79 104 888
Sumber : Penelitian 2015

6.2 Pengolahan dan Analisis Data

6.2.1 Analisis Penentuan Availability Ratio

Dilakukan perhitungan availability rate, performance rate, quality rate,

dan nilai OEE dari data yang didapatkan. Penentuan Availability Ratio untuk

menghitung nilai availability data yang digunakan adalah data jam kerja mesin.

Dalam perhitungan nilai availability, rumus dan perhitungan availability rate

tahun 2014:

Voyage Time (jam)


Availibility rate (AR) = x 100% (Persamaan 1)
Waktu Operasi (jam)

Tabel 6.6 Hasil Perhitungan Availability Rate


Voyage Time / 1Cylce
Bulan Waktu Operasi (jam) AR (%)
Voyage (jam)
January 744 622,54 83,68%
February 672 637,27 94,83%
March 744 612,42 82,31%
April 720 690,93 95,96%
May 744 667,73 89,75%
June 720 671,98 93,33%
July 744 623,85 83,85%
August 744 648,14 87,12%
September 720 682,27 94,76%
October 744 633,57 85,16%
November 720 620,07 86,12%
December 744 648,37 87,15%
TOTAL 88,67%
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line 2015 (Data diolah)

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil perhitungan pada tabel 6.6 dapat disimpulkan bawa nilai

availability rate pada tahun 2014 belum memenuhi standar JIPM (Japan

Instituteof Plant Maintenance) yang bernilai 90%. Namun pada bulan Februari,

April, Juni, dan September 2014 telah memenuhi standar JIPM. Berikut adalah

Gambar 6.1 pada Grafik Availibility Rate berikut :

AV 2014
100,00%
95,00%
90,00%
85,00%
AV
80,00%
75,00% Standart AV ≥90%

Gambar 6.1. Grafik Availibility Rate 2014

6.2.2 Perhitungan Performance Rate

Dalam perhitungan nilai performance rate, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan untuk mengetahui jumlah output produksi.

Rumus dan perhitungan performance rate bulan tahun 2014 :


Voyage Number x Cycle time standart
Performance rate (PR) = x 100% (Persamaan 2)
Voyage Time

Tabel 6.7 Hasil Perhitungan Performance Rate


Bulan Voyage Time (jam) Cycle Time Standard (jam) Voyage Number PR %
January 622,54 200 3 96,38%
February 637,27 200 3 94,15%
March 612,42 200 3 97,97%
April 690,93 200 3 86,84%
May 667,73 200 3 89,86%
June 671,98 200 3 89,29%
July 623,85 200 3 96,18%
August 648,14 200 3 92,57%
September 682,27 200 3 87,94%
October 633,57 200 3 94,70%
November 620,07 200 3 96,76%
December 648,37 200 3 92,54%
Rata-rata 92,93%
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil perhitungan pada tabel 6.7 dapat disimpulkan bawa rata-rata

nilai performance rate pada tahun 2014 tidak memenuhi standar JIPM (Japan

Instituteof Plant Maintenance) yang berhilai 95%.

Dari perhitungan performance rate Tabel 6.7 di atas dapat diketahui pada

bulan Januari, Maret, Juli dan November nilai performance rate nya cukup tinggi

di atas standar 95% namun pada bulan April nilai performance rate nya rendah

yaitu 86,84%. Berikut gambar 6.2 grafik perfromance rate.

PR 2014

100,00%
98,00%
96,00%
94,00%
92,00%
90,00%
88,00%
PR
86,00%
84,00% PR ≥95%
82,00%
80,00%

Gambar 6.2. Grafik Performance Rate tahun 2014

6.2.3 Perhitungan Rate of Quality Product

Untuk menghitung nilai quality rate data yang digunakan adalah data

hasil produksi. Dalam perhitungan nilai quality rate, terlebih dahulu dilakukan

perhitungan untuk mengetahui jumlah good unit.

Rumus dan perhitungan rate of quality tahun 2014 adalah :


Loading Cargo - Loss Cargo
Rate of Quality (RQ) = x 100% (Persamaan 3)
Loading Cargo

Universitas Sumatera Utara


Tabel 6.8 Hasil Perhitungan Rate of Quality
Bulan Loading Cargo Loss Cargo (KL) QR%
(KL)
January 7.722,00 2,63 99,97%
February 7.618,00 1,42 99,98%
March 7.722,00 2,13 99,97%
April 7.618,00 2,29 99,97%
May 7.514,00 2,05 99,97%
June 7.592,00 0,86 99,99%
July 7.618,00 0,86 99,99%
August 7.618,00 3,40 99,96%
September 7.540,00 1,96 99,97%
October 7.488,00 1,14 99,98%
November 7.514,00 2,19 99,97%
December 7.696,00 2,40 99,97%
Rata-rata 99,97%
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Dari hasil perhitungan pada tabel 6.8 dapat disimpulkan bawa nilai rate

of quality pada tahun 2014 sudah memenuhi standar JIPM (Japan Instituteof Plant

Maintenance) yang berhilai 99%. Namun demikian jika dibandingkan dengan

nilai toleransi tingkat losses yang diterapkan oleh PT. PLN adalah sebesar 0,02%,

maka nilai rate of quality tahun 2014 tidak memenuhi standart transport losses

yang diterapkan PT. PLN. Terlihat pada gambar 6.3 berikut grafik Quality Rate

jika mengikuti standart transport PT. PLN (0,02%):

QR 2014
100,00%
99,99%
99,98%
99,97%
99,96% RQ
99,95% QR ≥99%
99,94%
99,93%

Gambar 6.3.Grafik Quality Rate 2014

Universitas Sumatera Utara


6.3 Analisis Hasil Perhitungan OEE (Overall Equipment Effectiveness)

Seperti dijelaskan oleh Borris (2006) OEE merupakan hasil dari

availability, performance dan quality. Rumus dan perhitungan OEE Tahun 2014:

OEE = AR x PR x RQ (Persamaan 4)

Tabel 6.9 Hasil Perhitungan OEE


Jam Jam Jumlah Cargo
Kerja Henti Muatan Losses
Bulan Tahun Mesin Di (KL) AR PR RQ OEE
2014 Induk Proses
(jam) (jam) (KL)
Januari 744 64 7.722 2,63 83,68% 96,38% 99,97% 80,62%
Februari 672 48 7.618 1,42 94,83% 94,15% 99,98% 89,27%
Maret 744 76 7.722 2,13 82,31% 97,97% 99,97% 80,62%
April 720 73 7.618 2,29 95,96% 86,84% 99,97% 83,31%
Mei 744 48 7.514 2,05 89,75% 89,86% 99,97% 80,62%
Juni 720 73 7.592 0,86 93,33% 89,29% 99,99% 83,32%
Juli 744 85 7.618 0,86 83,85% 96,18% 99,99% 80,64%
Agustus 744 67 7.618 3,40 87,12% 92,57% 99,96% 80,61%
September 720 60 7.540 1,96 94,76% 87,94% 99,97% 83,31%
Oktober 744 111 7.488 1,14 85,16% 94,70% 99,98% 80,63%
Nopember 720 79 7.514 2,19 86,12% 96,76% 99,97% 83,31%
Desember 744 104 7.696 2,40 87,15% 92,54% 99,97% 80,62%
Total Total Total Total Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata
8.760 888 91.260 23,34 88,67% 92,93% 99,97% 82,24%
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Berikut adalah gambar 6.4.Grafik nilai OEE Tahun 2014.

OEE 2014
90,00%

88,00%

86,00%

84,00% OEE

82,00%

80,00% Standart OEE JIPM


(Japan Institute of Plant
78,00% Maintenance)
76,00%

Gambar 6.4. Grafik Nilai OEE

Universitas Sumatera Utara


Dapat diketahui pada Tabel 6.9 besar nilai rata-rata OEE selama tahun

2014 adalah 82,24% dan berada di bawah standar JIPM (Japan Institute of Plant

Maintenance) sebesar 85%. Sehingga nilai tersebut harus ditingkatkan agar

mencapai minimal 85%.

6.4 Analisis Six Big Losses

6.4.1 Losses pada Availability Rate

Pada rasio terdapat breakdown losses dan setup and adjustment losses.

Rumus dan perhitungan breakdown losses pada tahun 2014:

% Breakdown losses x Voyage time


Break down losses = (Persamaan 5)
100
Tabel 6.10 Hasil Perhitungan Persentase Breakdown Losses
Bulan % Breakdown losses Voyage Time (jam) Breakdown Losses
(jam)
January 10,28% 622,54 64
February 7,53% 637,27 48
March 12,41% 612,42 76
April 10,57% 690,93 73
May 7,19% 667,73 48
June 10,86% 671,98 73
July 13,62% 623,85 85
August 10,34% 648,14 67
September 8,79% 682,27 60
October 17,52% 633,57 111
November 12,74% 620,07 79
December 16,04% 648,37 104
Total 888
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Dari Tabel 6.10 di atas dapat diketahui nilai breakdown losses tertinggi

yaitu pada bulan Oktober 2014 sebesar 17,52%, sedangkan nilai terendah yaitu

pada bulan Mei 2014 sebesar 7,19%. Rumus dan perhitungan setup and

adjustment losses bulan Januari 2014:

Universitas Sumatera Utara


0
Setup Setup and Adjustment Losses = x 100% = 0 % (Persamaan 6)
Waktu loading

Nilai yang dihasilkan 0, Mesin Induk sebagai penggerak kapal

memerlukan waktu setup hanya pada awal dan nilainya tidak signifikan sehingga

losses terbesar dipengaruhi oleh breakdown losses.

6.4.2 Analisis Losses pada Performance Rate

Pada rasio terdapat idling and minor stoppage losses dan speed losses.

Diasumsikan bahwa Cycle time standart adalah 200 jam, maka rumus dan

perhitungan idling and minor stoppage losses pada bulan Januari 2014:

Voyage time – (Cycle time x Voyage


Losses pada performance Rate = number) x 100% (Persamaan 7)
Waktu Operasi

Tabel 6.11 Hasil Perhitungan Losses pada performance Rate


Bulan Voyage Cycle Time Voyage Waktu Losses pada
Time Standard Number Operasi Performance
(jam) (Trip) (jam) Rate
January 622,54 200 3 744 3,03%
February 637,27 200 3 672 5,55%
March 612,42 200 3 744 1,67%
April 690,93 200 3 720 12,63%
May 667,73 200 3 744 9,10%
June 671,98 200 3 720 10,00%
July 623,85 200 3 744 3,21%
August 648,14 200 3 744 6,47%
September 682,27 200 3 720 11,43%
October 633,57 200 3 744 4,51%
November 620,07 200 3 720 2,79%
December 648,37 200 3 744 6,50%
Rata-rata 6,41%
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Selain Mesin Induk, kapal menggunakan 2 unit generator set yang

standby untuk kelistrikan sehingga tidak terpengaruhi oleh pemadaman listrik

Universitas Sumatera Utara


(nilai tidak signifikan) dan losses terbesar dipengaruhi oleh speed losses. Rumus

dan perhitungan speed losses tahun 2014:

Speed Losses = % Losses pada Performance Rate x Waktu Operasi x 100% (Persamaan 8)

Tabel 6.12 Hasil Perhitungan Speed Losses


Bulan Losses pada Waktu Operasi Speed Losses (jam)
Performance Rate (jam)
January 3,03% 744 23
February 5,55% 672 37
March 1,67% 744 12
April 12,63% 720 91
May 9,10% 744 68
June 10,00% 720 72
July 3,21% 744 24
August 6,47% 744 48
September 11,43% 720 82
October 4,51% 744 34
November 2,79% 720 20
December 6,50% 744 48
Total 559
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Besarnya nilai speed losses dikarenakan terlalu seringnya mesin

downtime pada saat sedang beroperasi. Untuk nilai speed losses tertinggi terjadi

pada bulan April yaitu sebesar 91 jam.

6.4.3 Analisis Losses pada Quality Defect

Pada rasio terdapat quality defect losses dan yield losses. Rumus dan

perhitungan quality defect losses pada bulan Januari 2014:

% Quality deffect x Waktu Operasi


Quality Defect Losses = (Persamaan 9)
100
Tabel 6.13 Hasil Perhitungan Quality Defect
Bulan Quality Defect % Waktu Operasi (jam) Quality Defects (jam)
January 3,62% 744 26,94
February 5,85% 672 39,3
March 2,03% 744 15,09
April 13,16% 720 94,75
May 10,14% 744 75,47
........... Tabel 6.13

Universitas Sumatera Utara


............ Tabel 6.13 Hasil Perhitungan Quality Defect
Bulan Quality Defect % Waktu Operasi Quality Defects (jam)
(jam)
June 10,71% 720 77,13
July 3,82% 744 28,45
August 7,43% 744 55,26
September 12,06% 720 86,82
October 5,30% 744 39,42
November 3,24% 720 23,31
December 7,46% 744 55,5
Total 617,43
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Rumus dan perhitungan yield losses pada tahun 2014:

Yield losses = ideal cycle time x jumlah loss cargo setting x 100% (Persamaan 10)
Waktu loading

Lossses terbesar dipengaruhi oleh Quality Defect and Required Losses.

Perhitungan time losses pada tahun 2014:

Persentase breakdown losses (persamaan 11)


Break down losses = x Waktu loading
100

Tabel 6.14 Hasil Rekap Persentase Kumulatif Time Losses Six Big Losses 2014 :
Total
Time Persentase Persentase
Six Big Losses Ranking
Losses % Kumulatif %
(jam)
Breakdown losses 888,00 43,01% 43,01% 1
Setup and adjustment losses - 0,00% 43,01%
Idling and minor stoppage
- 0,00% 43,01%
losses
Speed losses 559,15 27,08% 70,09% 3
Quality defect and required
617,43 29,91% 100,00% 2
losses
Yield losses - 0,00% 100,00%
Total 2.064,58 100,00%
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)

Analisis terhadap perhitungan six big losses dilakukan untuk mengetahui

besar kontribusi masing-masing faktor dalam mempengaruhi tingkat efektivitas

penggunaan Mesin Induk. Waktu kerja yang tersedia untuk melakukan proses

kapal tahun 2014 adalah sebesar 8760 jam, diketahui PT. Citra Bintang Samudra

Universitas Sumatera Utara


Line tidak memiliki overtime dan tidak menunggu order datang, sehingga waktu

loading nya sama dengan waktu kerja. Dengan waktu loading sebesar 8760 jam

hanya 7872 jam yang tersedia untuk digunakan kapal karena terdapat waktu henti

mesin (breakdown losses) sebesar 888 jam. Hal ini akan berdampak pada waktu

efektif performance rate.

Pada performance rate seharusnya terdapat 7872 jam yang dapat

digunakan untuk mesin beroperasi, namun dikarenakan adanya speed losses

sebesar 559,15 jam sehingga yang dapat digunakan untuk beroperasi sebesar

7312,85 jam (7872-559,15). Untuk rate of quality seharusnya dapat menggunakan

7312,85 jam, tetapi dikarenakan adanya quality defect and required losses sebesar

617,43 jam maka waktu efektif operasi hanyalah 6695,42 jam (7312,85- 617,43).

Gambar 6.5 Time Losses


Production time 8760 Hours Y2014

Operating Time Breakdown


= 7872 hours 888 hours

Performance Rate Time Speed Losses


= 7312,85 hours 559,15 hours

Rate of Quality Time Quality Defect


= 6695,42 hours 617,43 hours

Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line (data diolah)

Dapat diketahui bahwa keseluruhan Jam kerja yang tersedia pada tahun

2014 adalah 8.760 jam dan losses terbesar yang berpengaruh pada produktivitas

adalah breakdown losses sebesar 888 jam, speed losses time sebesar 559,15 jam.

Selanjutnya adalah, terakhir adalah quality defect sebesar 617,43jam.

Sistem pemeliharaan yang diterapkan di PT. Citra Bintang Samudra Line

pada tabel 6.14 Plan Maintenance mesin utama masih belum memadai, hal ini

ditandai dengan rendahnya nilai OEE yang belum memenuhi standar JIPM.

Universitas Sumatera Utara


Melalui analisis dari ketiga faktor diatas, penyebab-penyebab kegagalan

sistem pemeliharaan yang berakibat pada rendahnya nilai-nilai efektifitas

perawatan (AV, PE, RQ, dan OEE) dimana peringkat pertama disebabkan oleh

Breakdown losses sebesar 43,01 % , peringkat kedua disebabkan Quality defect

and required losses sebesar 29,91%, dan peringkat ketiga disebabkan Speed

Losses sebesar 27,08%. Dengan demikian, maka dapat dilakukan ke langkah penelitian

berikutnya dengan menentukan peringkat tertinggi dari item permasalahan dan jenis

perawatan atau strategi apa yang akan diambil untuk meningkatkan nilai-nilai efektifitas

perawatan (AV, PE, RQ, dan OEE) Kapal MT. Citra Bintang.

6.5 Evaluasi Terhadap Komponen Prioritas untuk Penentuan Jenis


Strategi Perawatan

Komponen prioritas produksi yang akan dievaluasi efektivitasnya,

dikarenakan memiliki nilai downtime yang besar dari urutan yang pertama:

2. Turbocharge ME rusak, maka dapat digunakan Preventive Maintenance &

Predictive Maintenance. Hal ini dikarenakan tindakan dan waktu

perawatan dapat didefinisikan sesuai failure yang terjadi, dalam hal ini

dapat dilakukan pendefinisian waktu perawatan dan tindakan perawatan

(pembersihan) yang sesuai untuk membersihkan filter turbocharger,

Menerapkan 5S di area kerja, mengganti bearing VTR, evaluasi Workshop,

evaluasi masa pakai material, menyediakan stok minimum minimum 1 set,

evaluasi sistem pelumasan dan durasi penggantian agar dipercepat.

Diketahui bahwa waktu downtime tahun 2014 adalah 259 jam, dimana

sering terjadi kerusakan dan memiliki dampak yang cukup lama sehingga

Universitas Sumatera Utara


yang paling ekonomis adalah Preventive Maintenance & Predictive

Maintenance.

3. Gasket/Packing Cylinder head bocor, maka dapat digunakan predictive

maintenance. Hal ini dikarenakan tindakan, teknik dan parameter

perawatan dapat didefinisikan sesuai failure yang terjadi. Permasalahan ini

disebabkan mesin Overheat, keausan suku cadang, atau terlambat diganti

sehingga dapat langsung dilakukan strategi perawatan predictive terhadap

komponen apabila diketahui komponen bocor. Karena nilai potensi

breakdown yang tinggi dan dapat dilakukan inspeksi rutin setiap saat,

maka yang paling ekonomis adalah predictive maintenance.

4. Valve in-out Cylinder Head bocor, dapat digunakan predictive

maintenance. Dikarenakan tindakan, teknik dan parameter perawatan

dapat didefinisikan sesuai failure yang terjadi. Permasalahan ini

disebabkan pemeriksaan dari Engineer yang kurang teliti, tidak diperiksa

saat akan dioperasikan adanya ketidak sesuaian suhu antara kompresi

cylinder dan gas buang, sehingga dapat langsung dilakukan strategi

perawatan mengganti spindel valve, seating, sekir valve, laksanakan top

overhaull pada cylinder yang bocor, dan menyediakan stok minimum di

kapal. Karena nilai breakdown tinggi selama 134 jam selama tahun 2014,

maka pilihan strategi yang paling ekonomis dilakukan adalah predictive

maintenance.

5. Flexyble Exhaust Cylinder head bocor, dapat digunakan predictive

maintenance. Dikarenakan tindakan, teknik dan parameter perawatan

dapat didefinisikan sesuai failure yang terjadi. Permasalahan ini

disebabkan tekanan cylinder tidak normal, kurang pengecekan sebelum

Universitas Sumatera Utara


dioperasikan, flexyble exhaust sudah keropos sehingga dapat langsung

dilakukan strategi perawatan predictive maintenance, mengganti flexyble

exhaust yang bocor dan menyediakan stok minimum di kapal.

6. Mesin Over heat, dapat digunakan Preventive Maintenance & Predictive

Maintenance. Hal ini dikarenakan tindakan dan waktu perawatan dapat

didefinisikan sesuai failure yang terjadi, dalam hal ini dapat dilakukan

pendefinisian waktu perawatan dan tindakan perawatan Preventive

Maintenance & Predictive Maintenance yang disebabkan mesin terlalu

berat, intercooler kotor, kurang pelumas, kurang waktu warming up,

kebocoran pada pipa pendingin pompa, kemacetan pompa-pompa,

kebocoran pipa, maka dapat dilakukan monitoring level minimum oil

sumptank, evaluasi SOP oleh Manajemen Pemeliharaan, pengecekan

pompa-pompa oleh Engineer sebelum mesin dioperasikan dan melakukan

warming up 6 jam sebelum dioperasikan.

7. Sea Water Pump untuk Mesin Induk & Mesin Bantu rusak, dapat

digunakan Preventive Maintenance & Predictive Maintenance, dalam hal

ini dapat dilakukan pendefinisian waktu perawatan dan tindakan perawatan

Preventive Maintenance & Predictive Maintenance yang disebabkan

terlambat penggantian bearing, atau kebocoran pada sambungan pipa-pipa

reducer, maka dapat dilakukan mengganti bearing, mengevaluasi masa

pakai bearing, mengevaluasi SOP, menerapkan 5S di area kerja,

melaksanakan warmingup 6 jam sebelum akan dipergunakan.

8. Seating vale intake & Exhaust bocor, yang disebabkan ketererlambat

pelaksanaan inspeksi dan perbaikan penggantian suku cadang, dalam hal

ini dapat dilakukan pendefinisian waktu perawatan dan tindakan perawatan

Universitas Sumatera Utara


Preventive Maintenance & Predictive Maintenance dengan mengganti

Seating Valve, melaksanakan top overhaull pada cylinder yang bocor,

evaluasi kualitas material, menyediakan stok minimum di atas kapal.

9. Fress Water Pump rusak, maka dapat digunakan predictive maintenance.

Hal ini dikarenakan tindakan, teknik dan parameter perawatan dapat

didefinisikan sesuai failure yang terjadi. Permasalahan ini disebabkan

keterlambat penggantian bearing, kebocoran pada sambungan pipa-pipa

reducer, pengoperasian tidak dilaksanakan sesuai SOP, maka diperlukan

penggantian bearing pada pompa, mengecek fisik pompa, mengecek

kebocoran sambungan pipa-pipa minimal 1 minggu sekali, perbaikan dan

pengetesan sebelum dioperasikan, mengevaluasi SOP, menyediakan stok

minimum bearing di atas kapal.

10. Kopling Pompa Cargo selip, maka dapat digunakan Preventive

Maintenance & Predictive Maintenance. Hal ini dikarenakan tindakan dan

waktu perawatan dapat didefinisikan sesuai failure yang terjadi, dalam hal

ini dapat dilakukan pendefinisian waktu perawatan dan tindakan perawatan

agar menerapkan 5S di area kerja, melakukan pengecekan mesin dan

mengisi checklist pengoperasian dan warming up (6 jam sebelum

dioperasikan), mengevaluasi SOP apakah ada catatan tambahan yang perlu

dimasukkan agar dapat mengurangi kegagalan saat dioperasikan.

6.6 Analisis TPM dan Implikasi Manajerial Penentuan Jenis Strategi


Perawatan

Strategi perawatan yang sesuai dengan kebutuhan komponen mesin dapat

mengurangi besar losses dan meningkatkan produktivitas proses. Sebagai solusi

Universitas Sumatera Utara


yang dapat disampaikan dari tabel 6.15, maka diperlukan penelusuran sebab

akibat kegagalan melalui diagram tulang ikan dari faktor penyebab kegagalan

sistem pemeliharaan secara keseluruhan (rendahnya nilai-nilai Efektifitas) pada

gambar 6.6 berikut :


Intercooler kotor
Mesin Overheat
Kebijakan Perusahaan Sparepart tidak ada
Mesin Cooler pump rusak
Di atas kapal
Material Suku cadang
Kurang waktu
tdk diproduksi lagi
warmingup
Packing Head bocor Biaya pemeliharaan
Sangat tinggi Inventory
Beban lebih tidak dimonitor
Sulitnya suku cadang dengan baik
Pipa/reducer bocor di pasaran
Breakdown Ketersediaan Sparepart
Di atas kapal sedikit
Filter kotor
Filter Turbo Kotor Jadwal Operasi
Oli tidakdicheck Respon Perusahaan
Tidak sesuai SOP Yang padat
Yang lambat
Filter tidak diganti Mengejar
Keterbatasan dana
Terlambat Target Operasi
Ganti bearing Laporan dari kapal
Fresh Water Pump rusak Turbocharge ME rusak Ke Perusahaan terlambat

Kegagalan Sistem Pemeliharaan


(Rendahnya nilai OEE)
Kurangnya pengawasan
Dari Para Ahli Belum memadainya program pendidikan Kurangnya Kesalahan Engineer
Dalam kesiapan pemeliharaan Pelatihan dari
Perusahaan Kebijakan Perusahaan
Keterbatasan Dana
Keterbatasan Para Ahli Kurangnya
Perawartan pengetahuan Engineer Engineer kurang peduli
Sistem Pemeliharaan Human Error
Yang Kurang Baik
Belum bisa mendiagnosa
Tanggung jawab pemeliharaan Kerusakan mesin dengan tepat
Mesin hanya dibebankan
Kepada Divisi Maintenance Tidak ada pelatihan Tifak adanya pelatihan dari
Kebijakan Perusahaan Dari Perusahaan Perusahaan

Pelaporan Checklist Perawatan Karyawan Baru


kendali dokumen Tidak dilaksanakan Kurang peduli
Tidak efektif Dengan konsisten

Tidak Menerapakan 5S
Kurang Efektifnya Di area kerja
Metode Prosedur Pemeliharaan Manusia

Gambar 6.6 Diagram Sebab Akibat dari Faktor Penyebab Kegagalan Sistem
Pemeliharaan (rendahnya nilai-nilai Efektivitas)

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan pihak

perusahaan, maka dapat diperoleh beberapa masalah yang terjadi terkait dengan

kualitas perawatan mesin Kapal MT. Citra Bintang di PT. Citra Bintang Samudra

Line. Berdasarkan Gambar 6.6 dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan kualitas perawatan mesin kurang dari standar yang ditetapkan, yaitu

dari segi man (manusia), material (suku cadang), methode (cara kerja), dan

machine (mesin). Berikut adalah rincian permasalahan dari keempat faktor

tersebut :

1. Man (manusia atau tenaga kerja)

Universitas Sumatera Utara


a. Kurang hati-hati dalam pengoperasian mesin, mengakibatkan

kesalahan pengoperasian, Operator pada proses kurang hati-hati.

b. Pengetahuan tenaga kerja kurang memadai

Para pekerja khususnya para Engineer sering melakukan kesalahan

dalam pengoperasian maupun proses perbaikan. Hal ini disebabkan

pengetahuan tenaga kerja yang kurang memadai.

c. Kurangnya kedisiplinan pekerja

Kedisiplinan merupakan faktor penting dalam keberhasilan sebuah

usaha. Banyak dari pekerja yang sering telat dalam pergantian shift

masuk kerja, dan banyak Engineer yang ambil cuti untuk kepentingan

pribadi akibat kurang adanya pengawasan dari.

2. Material (Suku cadang)

a. Ketersediaan material suku cadang di atas kapal sangat sedikit.

Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan dari Manajer Teknik

terhadap setiap keterlambatan pelaporan dari kapal dan juga pihak

kapal sering terlambat mengirim laporan bulanan yang tentunya hal ini

berakibat pada ketersediaan suku cadang yang sedikit.

b. Beberapa jenis suku cadang sudah tidak diproduksi lagi

Hal ini terjadi akibat usia mesin yang sudah cukup tua, mengakibatkan

sulitnya mencari dalam pengadaan suku cadang di pasaran.

3. Methode (cara kerja),

a. Kurangnya pengawasan dari pihak ahli, dalam hal ini Badan

Klasifikasi yang memiliki otoritas dalam program perawatan secara

general yaitu program Class Maintain Survey yang dilaksanakan setiap

berkala, terkadang sering tertunda yang menjadi faktor penunjang

Universitas Sumatera Utara


dalam rekomendasi-rekomendasi dan pelaksanaan perbaikan yang

bersifat fital dengan didukung catatan-catatan kerusakan dari laporan

dari kapal mengakibatkan pelaksanaan perbaikan yang sudah

dijadwalkan harus ditunda karena padatnya kegiatan target operasi.

b. Kurangnya prosedur pemeliharaan

SOP (standard operational procedure) terutama mesin utama tidak di

update dalam prosedur pengoperasiannya, hal ini diperlukan

dikarenakan beberapa item sistem pengoperasian mesin telah

dimodifikasi karena usia mesin yang sudah cukup tua, untuk untuk

selanjutnya perlu melaksanakan evaluasi terhadap SOP untuk

mencapai efektivitas sistem perawatan yang sudah diterapkan oleh

perusahaan.

4. Machine (Mesin)

a. Mesin yang terlalu tua

Mesin yang terdapat di Kapal MT. Citra bintang tergolong mesin tua,

meskipun terbilang tua, namun mesin ini masih bisa tetap berproduksi.

Akan tetapi, mesin yang tua mempengaruhi performa kapal. Mesin ini

sering tidak berfungsi secara optimal, seperti mesin tiba-tiba macet

sehingga kegiatan operasi terhenti mengakibatkan breakdown.

b. Kondisi mesin yang kotor

Kondisi mesin yang kotor juga akan mempengaruhi performa yang

dihasilkannya, misalnya pada filter turbocharge mesin induk kotor,

bila filter ini kotor akan berdampak fatal yang dapat mengakibatkan

turbocharge jams dan akan memakan waktu yang lama untuk

melakukan perbaikannya. Kotornya mesin ini diakibatkan adanya

Universitas Sumatera Utara


debu yang menempel pada mesin dan akhirnya terjadi pengendapan

pada mesin. Debu yang mengendap ini akan menambah panasnya

mesin sehinggga menyebabkan performa kapal akan menurun bahkan

dapat menyebabkan jams.

Setelah mengetahui faktor penyebab dari permasalahan yang terjadi di

kapal MT. Citra Bintang pada PT. Citra Bintang Samudra Line, maka langkah

selanjutnya adalah menentukan sebab-sebab potensial dari permasalahan dan

menentukan penyebab yang paling dominan dari permasalahan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara serta rapat kecil yang dilaksanakan oleh

peneliti dengan pihak perusahaan, maka diperoleh penyebab yang paling dominan

dari beberapa permasalahan yang ada hingga menyebabkan kegagalan sistem

pemeliharaan di kapal MT. Citra Bintang, kemudian membandingkan dengan

diagram sebab akibat sebagai perbandingan keefektifan sistem pemeliharaan yang

akan diterapkan pada Gambar fishbone 6.7 berikut :


Sosialisasi terhadap
hasil pencapaian OEE Evaluasi terhadap
Monitoring Stock
Manusia Material Efektivitas suku cadang

Pelatihan-pelahtihan
Kebijakan Perusahaan Memiliki banyak rekanan Supplier
Menekan biaya yang berkompeten
pemeliharaan
Focus Inprovement Memonitor Pemakaian
Dan stok di Kapal
Menaikkan Memastikan ketersediaan
Efektifitas Mesin Minimum Suku cadang
Harga relatif
Mencari sebab
Bisa mendiagnosa kerusakan murah Disuply tepat waktu
kerusakan
Mesin dengan tepat
Pengawasan Kerja sama kepada Supplier/WorkShop
Pengawasan
Chief Engineer merekayasa penyediaan suku cadang
Chief Engineer
dengan kualitas standart
Melakukan kegiatan-kegiatan rutin
untuk inspeksi Peningkatan Performasi Mesin,
Dan Peningkatan Nilai-nilai
Melakukan kegiatan teknik (Engineering) Efektivitas (AV,PE, RQ, OEE)
Evaluasi terhadap suku cadang,
Peralatan yang baru dibeli
Penelitianterhadap
kemungkinan pengembangan

Memastikan ketersediaan
Suku cadang
Kegiatan Pemeliharaan
Melaksanakan pekerjaan
Secara Kontiniu
Menerapkan 5S yang disarankan
Di area kerja
Melakukan analisis terhadap PMS
Melaksanakan terutama mesin yang berpotensi
kegiatan administrasi, menghasilakan breakdown
Melakukan analisis
kesesuaian SOP Focus Improvement

Penyusunan Program
Pemeliharaan Pemeriksaan Program
Melaksanakan kendali
Metode dokumen
Pemeliharaan
secara konsisten

Gambar 6.7 Diagram Sebab Akibat Perbandingan Keefektifan Sistem


Pemeliharaan

Universitas Sumatera Utara


Setidaknya ada 9 (sembilan) komponen prioritas yang memiliki nilai break

down tertinggi dapat dilihat pada tabel 7.1 berikut:

Tabel 7.1 Hasil Rekap TPM


Penentuan
Konponen Break
Rangking Jenis Strategi Penyebab Masalah Rekomedasi Perbaikan Losses
Prioritas down
Perawatan
1 Turbocharger Preventive 259 jam Bearing VTR jams, Menerapkan 5S di area Breakdown
Main Maintenance pelumasan ke turbo tidak kerja, Ganti bearing VTR, losses, and
EngineJams & Predictive lancar, Overheat Evaluasi Workshop, Speed losses
Maintenance Evaluasi masa pakai
material, Menyediakan stok
minimum minimum 1 set,
Evaluasi sistem pelumasan
dan durasi penggantian agar
dipercepat.
2 Gasket/Packing Predictive 167 jam Overheat, Keausan suku Ganti packing Cylinder Breakdown
Cylinderhead Maintenance cadang, Terlambat diganti Head , top overhaull pada losses
bocor cylinder yang bocor,
menyediakan stok
minimum untuk
penggantian setiap saat.
3 Valve in-out Predictive 134 jam Pemeriksaan kurang Ganti spindel valve, seating, Breakdown
Cylinder Head Maintenance teliti, tidak diperiksa saat sekir valve, laksanakan top losses, Speed
bocor akan dioperasikan, overhaull pada cylinder losses
ketidaksesuaian suhu
yang bocor, menyediakan
antara kompresi cylinder
dan gas buang stok minimum di kapal.

4 Flexyble Predictive 103 jam Tekanan cylinder tidak Mengganti flexyble exhaust Breakdown
Exhaust Maintenance normal, kurang yang bocor, menyediakan losses, Speed
Cylinder head pengecekan sebelum stok minimum di kapal losses
bocor dioperasikan, flexyble
exhaust sudah keropos
5 Over heat Preventive 75 jam Mesin terlalu berat, Monitor level minimum oil Breakdown
Maintenance Kurang pelumas, Kurang sumptank, evaluasi SOP, losses, and
& Predictive waktu warming up, pengecekan pompa-pompa Speed losses
Maintenance Kebocoran pada pipa dan melakukan warming up
pendingin pompa, 6 jam sebelum dioperasikan
kemacetan pompa-
pompa, kebocoran pipa

6 Sea Water Pump Preventive 59 jam Terlambat penggantian Mengganti bearing, evaluasi Breakdown
jams Maintenance bearing,Kebocoran pada masa pakai bearing, losses, and
& Predictive sambungan reducer. evaluasi SOP, menerapkan Speed losses
Maintenance 5S di area kerja

7 Seating vale Preventive 42 jam Terlambat pelaksanaan Ganti Seating Valve,sekir, Breakdown
intake & Maintenance inspeksi dan perbaikan melaksanakan top overhaull losses, and
Exhaust & Predictive penggantian suku cadang pada cylinder yang bocor, Speed losses
Maintenance evaluasi kualitas material,
menyediakan stok
minimum di atas kapal.
8 Fress Water Predictive 36 jam Terlambat penggantian Ganti bearing, cek pompa, Quality defect
Pump Maintenance bearing, Kebocoran pada cek line pipa-pipa minimal and required
sambungan reducer, 1 minggu sekali, perbaikan losses
pengoperasian tidak dan pengetesan sebelum
dilaksanakan sesuai SOP. dioperasikan, mengevaluasi
SOP, menyediakan stok
minimum bearing
9 Kopling Pompa Preventive 13 jam Jam kerja mesin tinggi, Menerapkan 5S di area Quality defect
Cargo Maintenance Kanvas kopling aus, are kerja, Pengecekan mesin and required
& Predictive kerja tergenang air dan warming up ( 6 jam losses
Maintenance bercampur oli sebelum dioperasikan),
mengevaluasi SOP
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line 2014 (diolah)

Universitas Sumatera Utara


Dari Gambar 6.7 diagram sebab akibat untuk penetuan strategi

pemeliharaan agar efektivitas penggunaan kapal MT. Citra Bintang dapat

meningkatkan availibility, diperlukan usaha pemeliharaan yang dilakukan oleh

seluruh anggota organisasi meliputi :

 Menerapkan Kaizen/ 5S di area kerja, melakukan kegiatan-kegiatan rutin

untuk inspeksi dilakukan oleh Engineer yang dapat mendiagnosa secara

baik dari pada penyebab kegagalan dan segera mengambil langkah

perbaikan. Kegiatan ispeksi meliputi kegiatan pengecekan atau

pemeriksaan secara berkala dimana maksud kegiatan ini adalah untuk

mengetahui apakah perusahaan selalu mempunyai peralatan atau fasilitas

produksi yang baik untuk menjamin kelancaran proses produksi. Sehingga

jika terjadinya kerusakan, maka segera diadakan perbaikan-perbaikan yang

diperlukan sesuai dengan laporan hasil inspeksi, dan berusaha untuk

mencegah sebab-sebab timbulnya kerusakan dengan melihat sebab-sebab

kerusakan yang diperoleh dari hasil inspeksi.

 Melakukan kegiatan teknik (Engineering), kegiatan ini meliputi kegiatan

percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan

pengembangan peralatan yang perlu diganti, serta melakukan penelitian-

penelitian terhadap kemungkinan pengembangan tersebut. Dalam kegiatan

inilah dilihat kemampuan untuk mengadakan perubahan-perubahan dan

perbaikan-perbaikan bagi perluasan dan kemajuan dari fasilitas atau

peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat

diperlukan terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak

tidak di dapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang

dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara


 Melaksanakan kegiatan produksi (Production), kegiatan ini merupakan

kegiatan pemeliharaan yang sebenarnya, yaitu memperbaiki dan

meresparasi mesin-mesin dan peralatan. Secara fisik, melaksanakan

pekerjaan yang disarankan atau yang diusulkan dalam kegiatan inspeksi

dan teknik, melaksankan kegiatan service dan perminyakan (lubrication).

Kegiatan produksi ini dimaksudkan untuk itu diperlukan usaha-usaha

perbaikan segera jika terdapat kerusakan pada peralatan.

 Melaksanakan kegiatan administrasi (Clerical Work), pekerjaan

administrasi ini merupakan kegiatan yang berhubungan dengan

pencatatan-pencatatan mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam

melakukan pekerjaan-pekerjaan.

 Pemeliharaan Bangunan (housekeeping), Kegiatan ini merupakan kegiatan


untuk menjaga agar asset Perusahaan tetap terpelihara dan terjamin

kebersihannya. Penerapan strategi kaizen lebih di fokuskan pada

perbaikan-perbaikan yang berskala kecil dan menengah sehingga proyek-

proyek perbaikan dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran.

Penentuan rata-rata proyek-proyek kaizen diselesaikan dalam waktu yang

singkat seperti dalam hitungan minggu dan tidak memerlukan biaya

perbaikan yang besar.

Program-program pemeliharaan yang akan diterapkan di PT. Citra Bintang

Samudra Line melibatkan Chief Engineer yang diberikan kewenangan dan

pelatihan-pelatihan tentang tata cara pengoperasian mesin yang benar, dan tata

cara pemeliharaan mesin. Program selanjutnya adalah dengan membentuk

aktifitas kelompok kecil untuk meningkatkan kerjasama tim, kemampuan dan

Universitas Sumatera Utara


pengetahuan individu tentang kondisi peralatan kerja, dan juga untuk

meningkatkan efektifitas dan produktifitas kerja.

Kegiatan yang melibatkan Chief Engineer ini terdiri dari pelatihan-

pelatihan yang diberikan kepada setiap Engineer yang lain, yang meliputi

pengetahuan tentang karakteristik mesin-mesin kapal, agar para Engineer

mempunyai pengetahuan dasar dan pengetahuan tambahan tentang bagaimana

menangani kerusakan mesin, serta bagaimana menentukan gejala-gejala

kerusakan. Dari pelatihan ini, setiap Chief Engineer bertanggung jawab atas

pelaksanaan pemeliharaan pada mesin yang dioperasikan. Untuk itu perlu adanya

pelatihan standar bagi para Engineer tersebut.

Langkah-langkah pemeliharaan yang akan dilakukan oleh Chief Engineer

yaitu pembersihan awal, tindakan pada sumber masalah, standarisasi pembersihan

dan pelumasan, dan inspeksi menyeluruh.

Para pelaksana pemeliharaan harus berpedoman pada jadwal aktifitas yang

telah dibuat, yang meliputi waktu pelaksanaan, tim yang bertugas, uraian

komponen-komponen yang harus diperiksa sesuai dengan buku petunjuk dan

pedoman pemeliharaan.

Dari program pemeliharaan ini, beberapa faktor penyebab kegagalan

sistem pemeliharaan dapat teratasi, dibuat suatu usulan prosedur pemeliharaan

mesin dapat dilihat pada diagram alir usulan prosedur pemeliharaan pada Gambar

6.8 dibawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Mulai

Mempersiapkan Buku Pedoman


Pemeliharaan

Penyusunan Program
Pemeliharaan

Penyusunan Jadwal Kegiatan

Evaluasi Efektivitas
Pelaksanaan Program
Program Pemeliharaan
Pemeliharaan

Pemeriksaan Program
Pemeliharaan

Tidak
Berhasil ?
Berhasil

Selesai

Gambar 6.8 Diagram Alir Usulan Prosedur Pemeliharaan Dengan Menggunakan


Sistem TPM

Prosedur ini bertujuan untuk menjamin agar kondisi mesin-mesin dan

peralatan-peralatan kapal lainnya selalu dalam keadaan terkendali dan terpelihara

dengan baik. Kegiatan pengelolaan perawatan harus dilaksanakan oleh pengelola

di Perusahaan sebagai berikut :

1. Merencanakan dan menerapkan layanan perawatan kapal.

2. Layanan pekerjaan-pekerjaan dok, pekerjaan-pekerjaan sub kontraktor,

mempersiapkan survey dan inspeksi rutin.

3. Hal-hal yang mendukung dinas-dinas perawatan di kapal.

4. Layanan untuk pengumpulan dan penyebaran informasi-informasi teknis dan

informasi-informasi mengenai pembangunan atau revisi peraturan-peraturan.

5. Anggaran untuk perawatan kapal

6. Layanan berkenaan dengan persetujuan-persetujuan mengenai perawatan

kapal.

Universitas Sumatera Utara


BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian analisis perawatan mesin kapal terhadap

efektivitas operasional Kapal MT. Citra Bintang (Studi Kasus : PT. Citra Bintang

Samudra Line), maka peneliti membuat kesimpulan yaitu :

1. Rata-rata besar nilai rata-rata nilai OEE (Overall Equipment Effectiveness)

kapal MT. Citra Bintang pada tahun 2014 adalah sebesar 82,24% dan

masih dibawah standart JIPM (Japan Institute of Plant Maintenance)

sebesar 85%, sehingga nilai tersebut harus ditingkatkan agar mencapai

minimal 85%.

2. Losses yang memberikan pengaruh paling signifikan terhadap efektivitas

kapal MT. Citra Bintang adalah breakdown losses time sebesar 888 jam

atau 43,01%, diikuti oleh quality defect and required losses sebesar 617,43

jam atau 29,91%, dan selanjutnya disebabkan speed losses sebesar 559,15

jam atau 27,08%.

3. Komponen prioritas peringkat lima besar yang memberikan pengaruh

paling signifikan adalah :

 Turbocharge Mesin Induk rusak mengakibatkan break down

Mesin Induk pada tahun 2014 selama 259 jam, maka diperlukan

strategi perawatan Preventive Maintenance & Predictive

Maintenance.

Universitas Sumatera Utara


 Gasket/Packing Cylinderhead bocor menyumbang break down

selama 167 jam, maka diperlukan strategi perawatan Predictive

Maintenance.

 Valve in - out Cylinder Head bocor memiliki potensi ketiga

terbesar penyumbang break down sebesar 134 jam, maka

diperlukan strategi perawatan Predictive Maintenance.

 Exhaust Cylinder head bocor, termasuk dalam kategori keempat

dalam menghasilkan break down peringkat ke empat selama 104

jam, maka diperlukan strategi perawatan Predictive Maintenance.

 Mesin overheat menyumbang break down di peringkat ke lima

sebesar 75 jam, terhadap besarnya losses , maka diperlukan strategi

perawatan Preventive Maintenance & Predictive Maintenance.

7.2 Rekomendasi

Proses pengambilan keputusan dalam penentuan jenis perawatan mesin

kapal berdasarkan informasi dari hasil analisis OEE (Overall Equipment

Effectiveness) sangat berguna bagi pihak manajemen perusahaan untuk dapat

menghasilkan suatu keputusan terbaik berdasarkan performance teknis kapal MT.

Citra Bintang dan faktor-faktor sumber daya Manusia yang berkaitan dengan

tingkat kepentingan perusahaan.

Perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memenuhi seluruh

permintaannya, hal ini dikarenakan apabila mesin sering downtime dan penerapan

strategi perawatan yang tidak sesuai pada komponen mesin, tentu akan

mengakibatkan terganggunya proses produksi sehingga target produksi yang tidak

terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara


Adapun rekomendasi yang diberikan peneliti agar tingkat efektivitas mesin

menjadi lebih tinggi dalam menghasilakan output, maka diperlukan perbaikan

untuk meningkatkan OEE (Overall Equipment Effectiveness) agar mendongkrak

nilai Availibility yaitu:

1. Melaksanakan sosialisasi terhadap hasil pencapaian OEE (Overall

Equipment Effectiveness) dan faktor six big losses kepada seluruh anggota

organisasi berupa pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan untuk menambah

wawasan tentang tata cara pemeliharaan yang sesuai dengan prosedur,

dilaksanakan secara kontinu, agar kerusakan mesin akibat kesalahan

Engineer atau manusia (Human Error) dapat diminimalisasi.

2. Melakukan analisis kesesuaian SOP (standard operational procedure)

terutama mesin utama untuk untuk selanjutnya melaksanakan evaluasi

terhadap efektivitas sistem perawatan yang sudah diterapkan oleh

perusahaan selama beberapa periode, sehingga perusahaan bisa

menentukan kebijakan dalam memilih dan menerapkan metode yang tepat

untuk menjaga kondisi mesin dalam keadaan baik, serta mencari sebab-

sebab adanya kerusakan mesin, sehingga faktor-faktor besarnya jam henti

mesin apakah diakibatkan oleh mesin, material, metode perawatan,

manusia, atau oleh sistem produksi.

3. Melakukan analisis terhadap Plan Maintenance Schedule (PMS) yang

diterapkan sebelumnya, agar interval perawatan dan penggantian suku

cadang disesuaikan waktu yang lebih pendek dari jadwal sebelumnya,

terutama mesin yang berpotensi menghasilakan breakdown .

4. Melakukan analisis efektifitas sistem perawatan yang sudah diterapkan

oleh perusahaan selama beberapa periode, sehingga perusahaan bisa

Universitas Sumatera Utara


menentukan kebijakan dalam memilih dan menerapkan metode yang tepat

untuk menjaga kondisi mesin dalam keadaan baik, mencari sebab-sebab

adanya kerusakan mesin, sehingga faktor-faktor besarnya jam henti mesin

apakah diakibatkan oleh mesin, material, metode perawatan, manusia, atau

oleh sistem produksi.

5. Bagian pemeliharaan melakukan percobaan atas peralatan dan suku

cadang yang baru dibeli, dan kegiatan-kegiatan pengembangan peralatan

yang perlu diganti. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan

terutama apabila dalam perbaikan mesin-mesin yang rusak tidak di

dapatkan atau diperoleh komponen yang sama dengan yang dibutuhkan,

dan dapat menentukan masa pakai dari suku cadang yang akan diganti,

untuk dapat diketahui masa pakainya agar dapat dijadwalkan untuk

penggantian berikutnya sebelum terjadi kerusakan yang dapat

menyebebkan breakdown.

6. Perusahaan perlu mengadakan kerja sama kepada Supplier atau WorkShop

berkompeten yang mampu merekayasa penyediaan suku cadang kapal

yang sudah tidak diproduksi lagi, untuk menjamin bahwa asset dari kapal

dapat dipelihara dengan baik, mengingat pada umumnya permesinan kapal

MT. Citra Bintang relatif sudah lama dan tidak diproduksi lagi untuk tipe

permesinan yang dipakai saat ini.

7. Memonitor ketersediaan suku cadang minimum di atas kapal bila sewaktu-

waktu kapal mengalami downtime, sehingga kerusakan dapat segera

ditangani oleh Engineer yang bila kondisi memungkinkan untuk perbaikan

di atas kapal.

Universitas Sumatera Utara


8. Chief Engineer dan seluruh personil yang terlibat dalam pemeliharaan agar

pro aktif dengan dukungan Perusahaan, melaksanakan pelaporan berkaitan

dengan laporan perawatan, inventaris, laporan pemakaian, mengisi

logbook Engine Kapal agar administrasi perawatan dapat terlaksana

dengan baik.

9. Bila pelaksanaan Dry Docking ataupun Special Survey sudah dekat

waktuya, maka pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan

perencanaan perawatan yang akan dikerjakan menyesuaikan dengan

catatan-catatan sebelumnya, menyesuaikan target waktu Dry Docking

ataupun Special Survey yang sudah ditetapkan.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, S., Hassan, M. H., & Taha, Z. (2005). TPM can go beyond maintenance:
excerpt from a caseimplementation. Journal of Quality in
Maintenance Engineering.

Ahmed, T., Ali, S. M., Allama, M. M., & Parvez, M. S. (2010). A Total
Productive Maintenance(TPM)Approach to Improve Production
Efficiency and Development of Loss Structure in aPharmaceutical
Industry. Global Journal of Management and Bussiness Research.

Ahuja, I. P. S., & Khamba, J. S. (2008). Total Productive Maintenance:


Literature Review andDirections. International Journal of Quality &
Reliability Management.

Al-Turki, U. (2011). A Framework For Strategic Planning in Maintenance.


Journal of Quality in Maintenance Engineering.

Amalia, R. R. (2006). Pengukuran dan Perbaikan Overall Equipment


Effectiveness Handling Equipment(Studi Kasus TPK Tanjung Emas
Semarang). S-1 Teknik Industri, Universitas Sebelas MaretSurakarta.

Anvari, F., & Edwards, R. (2011). Performance Measurement Based on a Total


Quality Approach.International Journal of Productivity and
Performance Management.

Ben-Daya, M., & Duffuaa, S. O. (1995). Maintenance and Quality : the missing
link. Journal of Quality in Maintenance Engineering.

Borris, S. (2006). Total Productive Maintenance. United State of America:


McGraw-Hill Companies,Inc.

Chodariyanti. (2009). Analisis kecacatan produk merk Aqua sebagai upaya


perbaikan kualitas denganmetode DMAIC (Studi kasus pada PT. Tirta
Investama, Klaten). S-1 Teknik Industri,Universitas Muhammadiyah
Surakarta.

Corder, A. S. (1996). Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta: Penerbit


Erlangga.

Dal, B., Tugwell, P., & Greatbanks, R. (2000). Overall equipment effectiveness as
a measure ofoperational improvement - A practical analysis.
International Journal of Operations &Production Management.

Daryus, A. (2007). Manajemen Pemeliharaan Mesin. Jakarta: Universitas Dharma


Persada.

Universitas Sumatera Utara


Fotopoulos, C., Kafetzopoulos, D., & Gotzamani, K. (2011). Critical factors for
effective implementationof the HACCP system: a Pareto analysis.
British Food Journal.

Gazperzs, V. (2007). Organizational Excellence. Jakarta: PT. Gramedia.

Hansen, R. (2001). Overall equipment effectiveness : a powerfull production /


maintenance tool forincreased profits. New York: Industrial Press Inc.

Ireland, F., & Dale, B. G. (2001). A study of Total Productive


Maintenanceimplementation. Journal ofQuality in Maintenance
Engineering.

Jeong, K.-Y., & Phillips, D. T. (2001). Operational efficiency and effectiveness


measurement.International Journal of Operations & Production
Management.

Jonsson, P., & Lesshammar, M. (1999). Evaluation and improvement of


manufacturing performancesystems - the role of OEE. International
Journal of Operations & Production Management.

Kennedy, R. 2005. Introduction to TPM and TPM3(TPM3 : an enhanced and


expanded Australasianversion of 3rd Generation TPM focusing on the
entire Supply Chain)[Online].

Lazim, H. M., & Ramayah, T. (2010). Maintenance strategy in Malaysian


manufacturing companies: aTotal Productive Maintenance(TPM)
approach. Journal Quality in Maintenance Engineering.

Ljungberg, O. (1998). Measurement of Overall Equipment EffectivenessAs a


Basis for TPM Activities. International Journal of Operations &
Production Management.

Mohideen, P. B. A., Ramachandran, M., & Narasimmalu, R. R. (2011).


Construction plant breakdown critically analysis - part 1 : UAE
perspective. Benchmarking An International Journal.

Parida, A., & Kumar, U. (2006). Maintenance Performance Measurement (MPM)


: issues and challenges. Journal of Quality in Maintenance
Engineering.

Sharma, A., Yadava, G. S., & Deskmukh, S. G. (2011). A Literature Review and
Future Perspectives on Maintenance Optimization. Journal of Quality
in Maintenance Engineering.

Simoes, J. M., Gomes, C. F., & Yasin, M. M. (2011). A literature review of


maintenance performancemeasurement : A conceptual framework and
directions for future research. Journal of Quality inMaintenance
Engineering.

Universitas Sumatera Utara


Siringoringo, H., & Sudiyantoro. (2004). Analisis Pemeliharaan Produktif Total
Pada PT. Wahana Eka Paramitra GKD Group. Jurnal Teknologi &
Rekayasa,

Sukwadi, R. (2008). Analisis Perbedaan Antara Faktor – Faktor Kinerja


Perusahaan Sebelum Dansudah Menerapkan Strategi Total
Productive Maintenance(Studi Kasus pada PT. HartonoIstana
Teknologi Divisi Produk Home Appliances). S-2 Magister
Manajemen, Universitas Diponegoro Semarang.

Susetyo, J. (2009). Analisis pengendalian kualitas dan efektivitas dengan integrasi


konsep failure mode & effect analysis dan fault tree analysis serta
overall equipment effectiveness. Jurnal Teknologi Technoscientia.

Takahashi, K., & Nakamura, N. (2000). Agile control in JIT ordering systems.
International Journal of Agile Management Systems.

Thomas, A. J., Chard, J., John, E., Davis, A., & Francis, M. (2011). Defining a
bearing replacement strategy using Monte Carlo methods.
International Journal of Quality & Reliability Management

Tsang, A. H. C. (2002). Strategic Dimensions of Maintenance Management.


Journal of Quality in Maintenance Engineering.

Wahjudi, D., Tjitro, S., & Soeyono, R. (2009). Studi Kasus Peningkatan Overall
Equipment Effectiveness (OEE) Melalui Implementasi Total
Productive Maintenance(TPM).

Blanchard, S.Benjamin. (1997), “An Enhanced Approach for Implementing Total


Productive Maintenancein the Manufacturing Environment”, Journal
of Quality in Maintenance Engineering, Volume 3.

Nakajima, Seiichi. (1988), “Introduction to Total Productive Maintenance”, 1st


Edition, Productivity Press, Inc, Cambridge, Massachusetts.

Nebl and Pruess. (2006), “Theodor and Henning puess, anlagenwirtschaft,


oldenbourgverlag”, http://www.emeraldinsight.com/content_images
/fig/1060230501011.png, diakses tanggal 30 September 2013.

Stephens, Matthew.P. (2004), Productivity and Reliability Based Maintenance


Management,Pearson Education Inc, New Jersey.

Sudradjat, Ating. (2011), Pedoman PraktisManajemen Perawatan Mesin Industri,


RetikaAditama, Bandung.

Sudradjat, Ating. (2011), Pedoman PraktisManajemen Perawatan Mesin Industri,


RetikaAditama, Bandung.

Universitas Sumatera Utara


Parida, Kumar (2006), Maintenance Performance Measurement system:
Application of ICT and e-Maintenance Concepts, Journal of Quality in
Maintenance Engineering, Volume 12, Number 3, pp. 239-251.

Universitas Sumatera Utara

You might also like