Professional Documents
Culture Documents
Strategi Perawatan Mesin Kapal Terhadap Efektivitas Operasional Mt. Citra Bintang
Strategi Perawatan Mesin Kapal Terhadap Efektivitas Operasional Mt. Citra Bintang
GELADIKARYA
Oleh :
SURYA DARMAWAN, ST
NIM. 107007097
M E D A N
2016
NIM : 107007097
Disetujui,
Komisi Pembimbing:
adalah benar hasil karya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun juga
sebelumnya.
SURYA DARMAWAN, ST
SURYA DARMAWAN, ST
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
RINGKASAN EKSEKUTIF............................................................................................. i
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
dan Sudiyantoro (2004) semakin seringnya mesin bekerja untuk memenuhi target
rusak. Apabila mesin atau peralatan yang digunakan mengalami kerusakan maka
proses produksi akan terhambat. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh
dan seefektif mungkin. Menurut Lazim dan Ramayah (2010) untuk beroperasi
secara efisien dan efektif, perusahaan manufaktur perlu memastikan bahwa tidak
kegagalan mesin.
tiga, yaitu faktor manusia, mesin dan lingkungan. Faktor terpenting dari kondisi
tersebut adalah performance mesin yang digunakan (Wahjudi et al., 2009). Salah
OEE didasarkan pada tiga kategori Six Big Losses yaitu availability rate,
performance rate dan quality rate, menurut Stephens dalam Wahjudi et al. (2009).
dikenal sebagai salah satu aplikasi progam perawatan produktif total. Kemampuan
perawatan produktif total di ukur oleh efektifitas seluruh peralatan (OEE) dimana
ukuran kinerja ini mencakup ke berbagai macam kerugian seperti kerugian karena
Salah satu permasalahan yang sering terjadi di kapal MT. Citra Bintang
adalah terhambatnya proses produksi diakibatkan mesin kapal yang tiba-tiba tidak
dapat berfungsi dan harus dilakukan kegiatan perawatan. Kapal ini memiliki
beberapa mesin utama, yaitu mesin utama (main engine) sebagai penggerak
utama kapal dalam berlayar juga digunakan dalam aktifitas bongkar muatan
kelancaran operasional kapal (di luar kegiatan survey docking kapal), namun pada
khususnya di unit induk (main engine) dan hal ini terjadi pada masa transisi
periode survey docking kapal di periode tahun 2010 s/d 2011 dengan total
downtime 648 jam dan periode tahun 2012 s/d 2014 dengan total downtime 1.992
jam seperti yang terlihat pada Tabel 1.1 dan Gambar 1.1, dimana permasalahan
yang terjadi pada permesinan kapal tersebut, sekitar 74% -86% dari total jumlah
total down time terjadi akibat kerusakan pada mesin utama kapal yang
ditimbulkan oleh berbagai faktor penyebab, yang belum dapat dicegah dengan
Tabel 1. 1 Data Performance Operasi Kapal MT. Citra Bintang Tahun 2009
s/d Tahun 2014.
Jumlah Biaya Perawatan (Rp. Jumlah
Jumlah Down Time (Jam) Jumlah
Periode 000) Muatan yg
Voyage Keterangan
Tahun Diangkut
A/E- A/E- (Trip)
M/E Total Aktual Planning % (KL)
1 2
2009–2010 134 25 9 168 925,471 93% 57 253,646 Docking
1.000.000
2010–2011 531 65 52 648 846,885 85% 49 222,981
1.000.000
Intermediate
2011–2012 190 38 12 240 601,522 80% 58 257,745
750.000 Survey
2012–2013 710 77 173 960 744,68 74% 44 201,754
1.000.000
Special
2013–2014 888 67 77 1032 584,556 58% 36 173,881
1.000.000 Survey
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line, 2014
Dari Tabel 1.1 di atas dapat terlihat tidak efektifnya sistem perawatan
kapal setelah melaksanakan docking dan menjelang special survey jumlah down
Selain itu, dari segi keterserapan biaya perawatan kapal MT. Citra Bintang
yang terlihat pada Tabel 1.1 dapat juga dapat diperhatikan bahwasanya terjadinya
periode tahun 2009 - 2010 dengan nilai keterserapan biaya perawatan sebesar
93%, menurun menjadi 58% di periode tahun 2013 – 2014, sebagaimana yang
960
1000 1032
800
600 648
400
200 240
168
0
2009 - 2010 2010 - 2011 2011 - 2012 2012 - 2013 2013 - 2014
Periode Tahun
operasional kapal menurun, dan secara tidak langsung berakibat pada operasional
menyebabkan volume angkut yang cenderung menurun, dari total volume angkut
Salah satu pendekatan yang dapat untuk digunakan adalah konsep Total
produktivitas dari para pekerja atau operator yang nantinya akan memegang
suatu peralatan atau sistem dengan mengikut sertakan beberapa sudut sesuai
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah terjadinya down time
mesin yang tinggi pada mesin kapal, sehingga perlu dilakukan penelitian untuk
dapat optimal.
berlaku sebelumnya.
di Indonesia.
kapal. Oleh karena itu, dapat dijadikan sebagai informasi bahan pertimbangan
perkuliahan.
selanjutnya.
dilakukan secara lebih mendalam, maka tidak semua masalah yang telah
diidentifikasikan dapat diteliti, untuk itu penulis memberi ruang lingkup dan
kapal terhadap downtime dan breakdown pada mesin kapal MT. Citra Bintang.
perawatan kapal terhadap downtime dan breakdown pada mesin kapal MT.
Citra Bintang.
kebutuhan data waktu dan data biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.
KERANGKA TEORITIS
2.1 Pemeliharaan
faktor penting dalam mendukung proses produksi. Oleh karena itu proses
produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal.
Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini
proses produksi.
merusakkan tetapi juga yang membuat uang (Soemarno, 2008). Pada umumnya
sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada yang tidak mungkin rusak,
dikenal dengan pemeliharaan. (Corder, Antony, Hadi, 1992). Oleh karena itu,
memperbaikinya sampai, suatu kondisi yang bisa diterima (Corder, Antony, Hadi,
1992). Untuk Pengertian Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin
adalah untuk menjaga sistem peralatan agar pekerjaan dapat sesuai dengan
pesanan.
memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan
pesanan pekerjaan.
perusahaan agar dapat melaksanakan produksi dengan efektif dan efisien sesuai
dengan pesanan yang telah direncanakan dengan hasil produk yang berkualitas.
Suatu kalimat yang perlu diketahui oleh orang pemeliharaan dan bagian
produksi,
2. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang
dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak
terganggu,
para pekerja,
6. Mengadakan suatu kerja sama yang erat dengan fungsi-fungsi utama lainnya
dari suatu perusahaan dalam rangka untuk mencapai tujuan utama perusahaan
total biaya.
memperpanjang umur ekonomis dari mesin dan peralatan produksi yang ada serta
mengusahakan agar mesin dan peralatan produksi tersebut selalu dalam keadaan
keuntungan yang akan diperoleh dengan adanya pemeliharaan yang baik terhadap
a. Mesin dan peralatan produksi yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan
dengan lancar,
d. Peralatan produksi yang digunakan dapat berjalan stabil dan baik, maka
proses dan pengendalian kualitas proses harus dilaksanakan dengan baik pula,
f. Apabila mesin dan peralatan produksi berjalan dengan baik, maka penyerapan
semakin baik.
1. Inspeksi (inspection)
Kegiatan ini meliputi kegiatan percobaan atas peralatan yang baru dibeli, dan
dari fasilitas atau peralatan perusahaan. Oleh karena itu kegiatan teknik ini
dibutuhkan.
kapan suatu mesin harus dicek atau diperiksa, diminyaki atau di service dan
di resparasi.
menurut Corder dan Hadi (1992), dikategorikan dalam dua cara, yaitu:
ke kondisi semula atau dengan kata lain deteksi dan penanganan diri kondisi
maintenance adalah :“A plan that involves routine inspections, servicing, and
pemeliharaan dan menjaga agar fasilitas dalam keadaan baik sehingga tidak
beroperasi terhindar dari kerusakan (Daryus, 2007). Menurut Dhillon, (2006) ada
baru jadi,
yang ditentukan,
Pemeliharaan ulang yang terjadi akibat peralatan yang rusak dan harus segera
lainya yaitu:
produksi,
untuk mencegah akibat yang serius, misalnya hilangnya produksi, kerusakan besar
pada peralatan,atau untuk keselamatan kerja. (Corder, Antony, Hadi, 1992). Pada
yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja rusak hingga akhirnya, peralatan
pemeliharaan.
alasan yang mendukung pentingnya MPM menurut Parida dan Kumar (2006)
yaitu :
6. Untuk beradaptasi dengan tren baru pada strategi operasi dan pemeliharaan.
peralatan dalam sebuah sistem produksi. OEE terdiri dari tiga komponen utama
banyak produk yang dapat dihasilkan oleh peralatan dan operator sistem yang
(OEE) adalah metode yang digunakan sebagai alat ukur (metric) dalam penerapan
TPM guna menjaga peralatan pada kondisi ideal dengan menghapuskan six big
Losses peralatan. Nakajima (2000) mendefinisikan six big Losses sebagai berikut :
yang terjadi ketika produksi dari item yang terakhir dan peralatan ditentukan
3. Idling and minor stop Losses, terjadi ketika produksi diinterupsi oleh
Six big Losses yang pertama dan kedua dikenal sebagai downtime losses yang
waktu yang tersedia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Formula yang
Losses yang ketiga dan keempat merupakan kerugian kecepatan yang menentukan
performance efficiency (PE) dari sebuah mesin. Nakajima dalam Amalia (2006)
Untuk Losses yang kelima dan keenam dianggap sebagai kerugian akibat adanya
defects. Menurut Susetyo (2009) 100% quality berarti tidak ada produk yang di-
reject maupun rework. Formula yang digunakan untuk menghitung quality rate
adalah :
ke Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas Jepang yang
Jepang dan berkembang menjadi suatu sistem baru khas jepang yang dikenal
sebagai sistem total productive maintenance yang kita kenal seperti sekarang
ini.
dengan menulis berbagai buku dan artikel pada akhir tahun 80an dan terus
realibility mesin.
accident.
pada umumnya.
KERANGKA KONSEPTUAL
Kerangka berfikir ini akan sangat membantu dalam menyusun alur fikir yang
penggunaan kapal untuk operasional kapal MT. Citra Bintang pada PT. Citra
fasilitas agar fasilitas tersebut tetap dapat berfungsi dengan baik dalam kondisi
siap pakai. Peranan ini dapat dicapai dengan cara mengurangi kemacetan atau
suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara
quality rate pada penggunaan kapal MT. Citra Bintang maka variabel yang
diperoleh dari data Voyage Time, Operating Time tahun 2014, Voyage Number
atau jumlah trip yang dapat dilalui dalam setiap bulan, Cycle time standart yaitu
waktu standart dari aktifitas kapal berangkat dari pelabuhan asal kemudian
pada performance rate dan losses pada quality rate yang diperoleh dari data total
time mesin, data waktu setup mesin, data waktu down time mesin, data hasil
produksi kapal tahun 2014 dan data jam henti mesin untuk selanjutnya dapat
diketahui six big losses pada penggunaan kapal MT. Citra Bintang.
yang telah dilakukan serta saran-saran untuk penelitian selanjutnya yang memiliki
Efektivitas Penggunaan
Kapal
MT. Citra Bintang (2014)
Data Penggunaan
Kapal MT. Citra
Performance
Bintang Tahun 2014 Availibility Rate Quality Rate OEE FACTORS
Rate
Voyage Time
Operating Time
Voyage Number
Cycle time standart Down Time OEE
Speed Losses Quality Losses LOSS CATEGORY
Loading Cargo Losses
Loss Cargo
Data Waktu Mesin Equipment Set-Up and Idling & Minor Defect in
Reduced Speed Reduced Yield SIX BIG LOSSES
Kapal MT. Citra Failure Adjusment Stoppage Process
Bintang Tahun 2014
Total Time Mesin
Waktu Setup Mesin
Waktu Down time
Mesin Rough
Change Over Obstructed
Hasil Produksi Tools Failure Running
or Size Product Flow In-Process
Kapal Unplaned Under
Material Component Jams Damage
Jam henti Mesin Maintenance
Shortages Misfeeds
Capacity
Scrap In-Process
General Under Design CAUSE
Breakdown
Operator Sensor Blocked
Equipment
Rework Expiration
Shortages Delivery Blocked Incorrect
Equipment Wear
Warm up Cleaning / Assembly
Failure Operator
Time Checking
inefficiency
Rekomendasi
METODE PENELITIAN
diperoleh dari data laporan perjalanan kapal (Voyage Report) dan wawancara
sampel tertentu dengan memakai instrumen pengumpulan data dan analisis yang
dengan tujuan untuk mendapatkan nilai dan makna dari sifat saling mempengaruhi
kapal.
dengan komponen mesin utama (main engine) dengan konsep TPM. Berikut
manajemen perawatan.
3. Identifikasi Masalah
tersebut.
4. Perumusan Masalah
6. Perhitungan OEE
perawatan pada beberapa komponen prioritas dengan nilai six big losses, dapat
Pada tahap ini, dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang telah
Penelitian ini dilakukan pada PT. Citra Bintang Samudra Line sebagai
pemilik kapal MT. Citra Bintang yang beralamat di Jl. Gagak Hitam Ringroad No.
20, Medan, dilaksanakan selama 1 (satu) tahun sejak awal bulan Januari tahun
2014 sampai bulan Desember 2014 dan dilakukan penyusunan dan analisis selama
8 (delapan) minggu efektif dengan jadwal pelaksanaan seperti pada Tabel berikut :
merupakan suatu attribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai
variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut. Variabel dalam
Data jam kerja mesin merupakan data yang menunjukkan jumlah waktu
keseluruhan waktu yang tersedia pada suatu mesin untuk beroperasi dalam
1 tahun.
Data waktu setup mesin merupakan data yang menunjukkan berapa lama
Data waktu down time mesin merupakan data yang menunjukkan berapa
output perjalanan kapal yang diproduksi selama mesin beroperasi. Data hasil
produksi meliputi data jumlah unloading cargo (good product) dan data
Data jam henti mesin merupakan data yang menunjukkan lamanya waktu
kembali.
Metode pengumpulan data adalah suatu cara pengadaan data primer maupun
sekunder untuk keperluan penelitian. Secara umum pengumpulan data, baik primer
maupun sekunder dapat dibagi atas beberapa cara, yaitu : Metode pengumpulan data
1. Data Primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan penelitian secara
diperoleh antara lain adalah data mengenai uraian proses produksi kapal, dan
2. Data Sekunder merupakan data yang tidak langsung diamati oleh peneliti. Data
ini merupakan dokumentasi perusahaan, hasil penelitian yang sudah lalu dan data
lainnya.
penelitian. Tahapan pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
Untuk menghitung nilai availability data yang digunakan adalah data total
jam kerja mesin. Dalam perhitungan nilai availability, terlebih dulu dilakukan
Untuk menghitung nilai quality rate data yang digunakan adalah data hasil
Seperti dijelaskan oleh Borris (2006) OEE merupakan hasil dari availability,
selanjutnya ke tahap analisa yang bertujuan melihat hasil dari pengolahan tersebut
yang terdiri dari analisa OEE yaitu menganalisa nilai OEE dari mesin kapal.
Analisa faktor enam kerugian besar, yaitu menganalisa enam faktor kerugian
mana yang paling besar pengaruhnya terhadap mesin kapal. Setelah dilakukan
analisa OEE dan analisa faktor enam kerugian besar dari peringkat tertinggi
didirikan oleh Bapak H. Arbie Abdul Gani beserta keluarga berdasarkan akte
pendirian perusahaan No. 1 Tanggal 3 Januari 2004 oleh Afrizal Arsad Hakim,
Herman Arbie, SE dan Nona Dita Galina dan telah mengalami penyesuaian sesuai
Ekoevidolo, Sarjana Hukum - Notaris di Medan berdasarkan Berita Acara No. 46.
bergerak di bidang jasa transportasi laut, baik di dalam maupun di luar negeri.
Bisnis utama perusahaan adalah melayani jasa angkutan Bahan Bakar Minyak
alamat kantor:
Email : info@cbsl.co.id
Website : http://www.cbsl.co.id
sebagai berikut:
DIREKTUR
BUSINESS ADVISOR
NAHKODA
a. Direktur
tugasnya.
Sistem.
Sistem.
keputusan tertinggi.
pencemaran lingkungan.
3. Memberikan respon dan dukungan kepada kapal baik dalam keadaan aman
dengan baik.
c. Manajer Keuangan
keuangan.
operasional perusahaan.
memastikan semua proses dan transaksi keuangan berjalan dengan tertib dan
perpajakan.
Petugas yang ditunjuk memiliki jalur langsung ke Direktur untuk hal yang
setiap saat.
tinjauan manajemen.
Sistem keselamatan.
terkait.
kebutuhan kapal dan kendali tanda terima barang kebutuhan Kapal tersebut.
maupun di kapal.
h. Nakhoda
mengambil keputusan yang mendesak di atas kapal yang dipandang perlu demi
Keselamatan.
perlindungan lingkungan.
dipahami.
baik data sekunder yang dimiliki PT. Citra Bintang Samudra Line maupun data
Perusahaan.
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab I bahwa analisis efektivitas pada
dari waktu terbuang (down time losses) pada saat mesin utama beroperasi.
Performa (Efisiensi) adalah mengukur output selama waktu yang tersedia (actual
cycle time) dibandingkan dengan kapasitas terpasang (theoretical cycle time) dan
Quality rate mengukur tingkat output produk bagus dibandingkan jumlah produk
tujuan (how well a set of result is accomplish) dan performance (efisiensi) adalah
diharapkan (how well the resources are utilized to accomplish the results).
menjadi penyebab kehilangan efektivitas dan efisiensi dapat dilihat pada tabel 6.1
Data jam kerja mesin merupakan data yang menunjukkan jumlah waktu
keseluruhan waktu yang tersedia pada suatu mesin untuk beroperasi dalam 1 tahun
pada awal dan nilainya tidak signifikan sehingga data waktu setup mesin dapat
diabaikan.
Data waktu down time mesin merupakan data yang menunjukkan berapa
lama waktu mesin mengalami kerusakan dan mengalami perbaikan, hingga mesin
produksi tersebut dapat beroperasi kembali. Data down time Mesin Induk dapat
jumlah output perjalanan kapal yang diproduksi selama mesin beroperasi. Data
hasil produksi meliputi data jumlah unloading cargo(good product) dan data
jumlah cargo loss(reject) seperti disebutkan pada tabel 6.4 sebagai berikut :
Data jam henti mesin merupakan data yang menunjukkan lamanya waktu
kembali. Data kerusakan unit main machine tahun 2014 dapat dilihat pada tabel
Tabel 6.5 Data kerusakan unit main machine pada mesin Induk tahun 2014
Breakdown Mesin Tahun 2014 (jam)
Penyebab Kegagalan
No. Total
Mesin Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des
(jam)
1 Turbocharge ME rusak. 15 49 73 64 58 259
Gasket/Packing
2 11 12 15 24 24 12 12 12 9 12 24 167
Cylinderhead bocor.
.......... Tabel 6.5
dan nilai OEE dari data yang didapatkan. Penentuan Availability Ratio untuk
menghitung nilai availability data yang digunakan adalah data jam kerja mesin.
tahun 2014:
availability rate pada tahun 2014 belum memenuhi standar JIPM (Japan
Instituteof Plant Maintenance) yang bernilai 90%. Namun pada bulan Februari,
April, Juni, dan September 2014 telah memenuhi standar JIPM. Berikut adalah
AV 2014
100,00%
95,00%
90,00%
85,00%
AV
80,00%
75,00% Standart AV ≥90%
nilai performance rate pada tahun 2014 tidak memenuhi standar JIPM (Japan
Dari perhitungan performance rate Tabel 6.7 di atas dapat diketahui pada
bulan Januari, Maret, Juli dan November nilai performance rate nya cukup tinggi
di atas standar 95% namun pada bulan April nilai performance rate nya rendah
PR 2014
100,00%
98,00%
96,00%
94,00%
92,00%
90,00%
88,00%
PR
86,00%
84,00% PR ≥95%
82,00%
80,00%
Untuk menghitung nilai quality rate data yang digunakan adalah data
hasil produksi. Dalam perhitungan nilai quality rate, terlebih dahulu dilakukan
Dari hasil perhitungan pada tabel 6.8 dapat disimpulkan bawa nilai rate
of quality pada tahun 2014 sudah memenuhi standar JIPM (Japan Instituteof Plant
nilai toleransi tingkat losses yang diterapkan oleh PT. PLN adalah sebesar 0,02%,
maka nilai rate of quality tahun 2014 tidak memenuhi standart transport losses
yang diterapkan PT. PLN. Terlihat pada gambar 6.3 berikut grafik Quality Rate
QR 2014
100,00%
99,99%
99,98%
99,97%
99,96% RQ
99,95% QR ≥99%
99,94%
99,93%
availability, performance dan quality. Rumus dan perhitungan OEE Tahun 2014:
OEE = AR x PR x RQ (Persamaan 4)
OEE 2014
90,00%
88,00%
86,00%
84,00% OEE
82,00%
2014 adalah 82,24% dan berada di bawah standar JIPM (Japan Institute of Plant
Pada rasio terdapat breakdown losses dan setup and adjustment losses.
Dari Tabel 6.10 di atas dapat diketahui nilai breakdown losses tertinggi
yaitu pada bulan Oktober 2014 sebesar 17,52%, sedangkan nilai terendah yaitu
pada bulan Mei 2014 sebesar 7,19%. Rumus dan perhitungan setup and
memerlukan waktu setup hanya pada awal dan nilainya tidak signifikan sehingga
Pada rasio terdapat idling and minor stoppage losses dan speed losses.
Diasumsikan bahwa Cycle time standart adalah 200 jam, maka rumus dan
perhitungan idling and minor stoppage losses pada bulan Januari 2014:
Speed Losses = % Losses pada Performance Rate x Waktu Operasi x 100% (Persamaan 8)
downtime pada saat sedang beroperasi. Untuk nilai speed losses tertinggi terjadi
Pada rasio terdapat quality defect losses dan yield losses. Rumus dan
Yield losses = ideal cycle time x jumlah loss cargo setting x 100% (Persamaan 10)
Waktu loading
Tabel 6.14 Hasil Rekap Persentase Kumulatif Time Losses Six Big Losses 2014 :
Total
Time Persentase Persentase
Six Big Losses Ranking
Losses % Kumulatif %
(jam)
Breakdown losses 888,00 43,01% 43,01% 1
Setup and adjustment losses - 0,00% 43,01%
Idling and minor stoppage
- 0,00% 43,01%
losses
Speed losses 559,15 27,08% 70,09% 3
Quality defect and required
617,43 29,91% 100,00% 2
losses
Yield losses - 0,00% 100,00%
Total 2.064,58 100,00%
Sumber : Hasil Penelitian 2015 (data diolah)
penggunaan Mesin Induk. Waktu kerja yang tersedia untuk melakukan proses
kapal tahun 2014 adalah sebesar 8760 jam, diketahui PT. Citra Bintang Samudra
loading nya sama dengan waktu kerja. Dengan waktu loading sebesar 8760 jam
hanya 7872 jam yang tersedia untuk digunakan kapal karena terdapat waktu henti
mesin (breakdown losses) sebesar 888 jam. Hal ini akan berdampak pada waktu
sebesar 559,15 jam sehingga yang dapat digunakan untuk beroperasi sebesar
7312,85 jam, tetapi dikarenakan adanya quality defect and required losses sebesar
617,43 jam maka waktu efektif operasi hanyalah 6695,42 jam (7312,85- 617,43).
Dapat diketahui bahwa keseluruhan Jam kerja yang tersedia pada tahun
2014 adalah 8.760 jam dan losses terbesar yang berpengaruh pada produktivitas
adalah breakdown losses sebesar 888 jam, speed losses time sebesar 559,15 jam.
pada tabel 6.14 Plan Maintenance mesin utama masih belum memadai, hal ini
ditandai dengan rendahnya nilai OEE yang belum memenuhi standar JIPM.
perawatan (AV, PE, RQ, dan OEE) dimana peringkat pertama disebabkan oleh
and required losses sebesar 29,91%, dan peringkat ketiga disebabkan Speed
Losses sebesar 27,08%. Dengan demikian, maka dapat dilakukan ke langkah penelitian
berikutnya dengan menentukan peringkat tertinggi dari item permasalahan dan jenis
perawatan atau strategi apa yang akan diambil untuk meningkatkan nilai-nilai efektifitas
perawatan (AV, PE, RQ, dan OEE) Kapal MT. Citra Bintang.
dikarenakan memiliki nilai downtime yang besar dari urutan yang pertama:
perawatan dapat didefinisikan sesuai failure yang terjadi, dalam hal ini
Diketahui bahwa waktu downtime tahun 2014 adalah 259 jam, dimana
sering terjadi kerusakan dan memiliki dampak yang cukup lama sehingga
Maintenance.
breakdown yang tinggi dan dapat dilakukan inspeksi rutin setiap saat,
kapal. Karena nilai breakdown tinggi selama 134 jam selama tahun 2014,
maintenance.
didefinisikan sesuai failure yang terjadi, dalam hal ini dapat dilakukan
7. Sea Water Pump untuk Mesin Induk & Mesin Bantu rusak, dapat
waktu perawatan dapat didefinisikan sesuai failure yang terjadi, dalam hal
akibat kegagalan melalui diagram tulang ikan dari faktor penyebab kegagalan
Tidak Menerapakan 5S
Kurang Efektifnya Di area kerja
Metode Prosedur Pemeliharaan Manusia
Gambar 6.6 Diagram Sebab Akibat dari Faktor Penyebab Kegagalan Sistem
Pemeliharaan (rendahnya nilai-nilai Efektivitas)
perusahaan, maka dapat diperoleh beberapa masalah yang terjadi terkait dengan
kualitas perawatan mesin Kapal MT. Citra Bintang di PT. Citra Bintang Samudra
menyebabkan kualitas perawatan mesin kurang dari standar yang ditetapkan, yaitu
dari segi man (manusia), material (suku cadang), methode (cara kerja), dan
tersebut :
usaha. Banyak dari pekerja yang sering telat dalam pergantian shift
masuk kerja, dan banyak Engineer yang ambil cuti untuk kepentingan
kapal sering terlambat mengirim laporan bulanan yang tentunya hal ini
Hal ini terjadi akibat usia mesin yang sudah cukup tua, mengakibatkan
dimodifikasi karena usia mesin yang sudah cukup tua, untuk untuk
perusahaan.
4. Machine (Mesin)
Mesin yang terdapat di Kapal MT. Citra bintang tergolong mesin tua,
meskipun terbilang tua, namun mesin ini masih bisa tetap berproduksi.
Akan tetapi, mesin yang tua mempengaruhi performa kapal. Mesin ini
bila filter ini kotor akan berdampak fatal yang dapat mengakibatkan
kapal MT. Citra Bintang pada PT. Citra Bintang Samudra Line, maka langkah
peneliti dengan pihak perusahaan, maka diperoleh penyebab yang paling dominan
Pelatihan-pelahtihan
Kebijakan Perusahaan Memiliki banyak rekanan Supplier
Menekan biaya yang berkompeten
pemeliharaan
Focus Inprovement Memonitor Pemakaian
Dan stok di Kapal
Menaikkan Memastikan ketersediaan
Efektifitas Mesin Minimum Suku cadang
Harga relatif
Mencari sebab
Bisa mendiagnosa kerusakan murah Disuply tepat waktu
kerusakan
Mesin dengan tepat
Pengawasan Kerja sama kepada Supplier/WorkShop
Pengawasan
Chief Engineer merekayasa penyediaan suku cadang
Chief Engineer
dengan kualitas standart
Melakukan kegiatan-kegiatan rutin
untuk inspeksi Peningkatan Performasi Mesin,
Dan Peningkatan Nilai-nilai
Melakukan kegiatan teknik (Engineering) Efektivitas (AV,PE, RQ, OEE)
Evaluasi terhadap suku cadang,
Peralatan yang baru dibeli
Penelitianterhadap
kemungkinan pengembangan
Memastikan ketersediaan
Suku cadang
Kegiatan Pemeliharaan
Melaksanakan pekerjaan
Secara Kontiniu
Menerapkan 5S yang disarankan
Di area kerja
Melakukan analisis terhadap PMS
Melaksanakan terutama mesin yang berpotensi
kegiatan administrasi, menghasilakan breakdown
Melakukan analisis
kesesuaian SOP Focus Improvement
Penyusunan Program
Pemeliharaan Pemeriksaan Program
Melaksanakan kendali
Metode dokumen
Pemeliharaan
secara konsisten
4 Flexyble Predictive 103 jam Tekanan cylinder tidak Mengganti flexyble exhaust Breakdown
Exhaust Maintenance normal, kurang yang bocor, menyediakan losses, Speed
Cylinder head pengecekan sebelum stok minimum di kapal losses
bocor dioperasikan, flexyble
exhaust sudah keropos
5 Over heat Preventive 75 jam Mesin terlalu berat, Monitor level minimum oil Breakdown
Maintenance Kurang pelumas, Kurang sumptank, evaluasi SOP, losses, and
& Predictive waktu warming up, pengecekan pompa-pompa Speed losses
Maintenance Kebocoran pada pipa dan melakukan warming up
pendingin pompa, 6 jam sebelum dioperasikan
kemacetan pompa-
pompa, kebocoran pipa
6 Sea Water Pump Preventive 59 jam Terlambat penggantian Mengganti bearing, evaluasi Breakdown
jams Maintenance bearing,Kebocoran pada masa pakai bearing, losses, and
& Predictive sambungan reducer. evaluasi SOP, menerapkan Speed losses
Maintenance 5S di area kerja
7 Seating vale Preventive 42 jam Terlambat pelaksanaan Ganti Seating Valve,sekir, Breakdown
intake & Maintenance inspeksi dan perbaikan melaksanakan top overhaull losses, and
Exhaust & Predictive penggantian suku cadang pada cylinder yang bocor, Speed losses
Maintenance evaluasi kualitas material,
menyediakan stok
minimum di atas kapal.
8 Fress Water Predictive 36 jam Terlambat penggantian Ganti bearing, cek pompa, Quality defect
Pump Maintenance bearing, Kebocoran pada cek line pipa-pipa minimal and required
sambungan reducer, 1 minggu sekali, perbaikan losses
pengoperasian tidak dan pengetesan sebelum
dilaksanakan sesuai SOP. dioperasikan, mengevaluasi
SOP, menyediakan stok
minimum bearing
9 Kopling Pompa Preventive 13 jam Jam kerja mesin tinggi, Menerapkan 5S di area Quality defect
Cargo Maintenance Kanvas kopling aus, are kerja, Pengecekan mesin and required
& Predictive kerja tergenang air dan warming up ( 6 jam losses
Maintenance bercampur oli sebelum dioperasikan),
mengevaluasi SOP
Sumber : PT. Citra Bintang Samudra Line 2014 (diolah)
dibutuhkan.
melakukan pekerjaan-pekerjaan.
pelatihan-pelatihan tentang tata cara pengoperasian mesin yang benar, dan tata
pelatihan yang diberikan kepada setiap Engineer yang lain, yang meliputi
kerusakan. Dari pelatihan ini, setiap Chief Engineer bertanggung jawab atas
pelaksanaan pemeliharaan pada mesin yang dioperasikan. Untuk itu perlu adanya
telah dibuat, yang meliputi waktu pelaksanaan, tim yang bertugas, uraian
pedoman pemeliharaan.
mesin dapat dilihat pada diagram alir usulan prosedur pemeliharaan pada Gambar
Penyusunan Program
Pemeliharaan
Evaluasi Efektivitas
Pelaksanaan Program
Program Pemeliharaan
Pemeliharaan
Pemeriksaan Program
Pemeliharaan
Tidak
Berhasil ?
Berhasil
Selesai
kapal.
7.1 Kesimpulan
efektivitas operasional Kapal MT. Citra Bintang (Studi Kasus : PT. Citra Bintang
kapal MT. Citra Bintang pada tahun 2014 adalah sebesar 82,24% dan
minimal 85%.
kapal MT. Citra Bintang adalah breakdown losses time sebesar 888 jam
atau 43,01%, diikuti oleh quality defect and required losses sebesar 617,43
jam atau 29,91%, dan selanjutnya disebabkan speed losses sebesar 559,15
Mesin Induk pada tahun 2014 selama 259 jam, maka diperlukan
Maintenance.
Maintenance.
7.2 Rekomendasi
Citra Bintang dan faktor-faktor sumber daya Manusia yang berkaitan dengan
permintaannya, hal ini dikarenakan apabila mesin sering downtime dan penerapan
strategi perawatan yang tidak sesuai pada komponen mesin, tentu akan
terpenuhi.
Equipment Effectiveness) dan faktor six big losses kepada seluruh anggota
untuk menjaga kondisi mesin dalam keadaan baik, serta mencari sebab-
yang perlu diganti. Oleh karena itu kegiatan teknik ini sangat diperlukan
dan dapat menentukan masa pakai dari suku cadang yang akan diganti,
menyebebkan breakdown.
yang sudah tidak diproduksi lagi, untuk menjamin bahwa asset dari kapal
MT. Citra Bintang relatif sudah lama dan tidak diproduksi lagi untuk tipe
di atas kapal.
dengan baik.
Ahmed, S., Hassan, M. H., & Taha, Z. (2005). TPM can go beyond maintenance:
excerpt from a caseimplementation. Journal of Quality in
Maintenance Engineering.
Ahmed, T., Ali, S. M., Allama, M. M., & Parvez, M. S. (2010). A Total
Productive Maintenance(TPM)Approach to Improve Production
Efficiency and Development of Loss Structure in aPharmaceutical
Industry. Global Journal of Management and Bussiness Research.
Ben-Daya, M., & Duffuaa, S. O. (1995). Maintenance and Quality : the missing
link. Journal of Quality in Maintenance Engineering.
Dal, B., Tugwell, P., & Greatbanks, R. (2000). Overall equipment effectiveness as
a measure ofoperational improvement - A practical analysis.
International Journal of Operations &Production Management.
Sharma, A., Yadava, G. S., & Deskmukh, S. G. (2011). A Literature Review and
Future Perspectives on Maintenance Optimization. Journal of Quality
in Maintenance Engineering.
Takahashi, K., & Nakamura, N. (2000). Agile control in JIT ordering systems.
International Journal of Agile Management Systems.
Thomas, A. J., Chard, J., John, E., Davis, A., & Francis, M. (2011). Defining a
bearing replacement strategy using Monte Carlo methods.
International Journal of Quality & Reliability Management
Wahjudi, D., Tjitro, S., & Soeyono, R. (2009). Studi Kasus Peningkatan Overall
Equipment Effectiveness (OEE) Melalui Implementasi Total
Productive Maintenance(TPM).