BRJS Kesehatan
< Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Nomor 1330/11-01/0520 Palembang, 12 Mei 2020
Lampiran 1 (satu) berkas
Hal : Implementasi Peraturan BPJS Kesehatan Nomor | Tahun 2020
Yth. Bapak’ Ibu Pimpinan Rumah Sakit se-Wilayah Kerja
di
‘Tempat
‘Terlebih dabulu kami sampalkan ucapan terima kesih atas hubungan kemitraan yang telah teralin
dengan baik serta komitmen pelayanan prima kepada peserta JKN-KIS. BPJS Kesehatan felah menryusunt
pedoman dalam penjatninan pelayanan bagi peserta JKN-KIS yeitu Peraturan BPIS Keschatan Nomor
‘Tahun 2020 (PerBPISK 1/2020) tentang Prosedur Penjaminan Operasi Katarak dan Rehabilitasi Medik
{dalam Program Janninan Kesehatan (lerlampir) Terkait hal tersebut kami sarmpaikan sebagai berikut, yaitu:
|. PerBPISK 1/2020 ditetapkan pada tanggal 30 April 2020 dan mula beriakw 1 (satu) bulan sejek
sitetapkan yaitu tanggal { Juni 2020,
2. BPJS Kesehatan Wilayah Sumsel Babel Bengkulu telah melakukan pertemuan rele-conférence pada
‘tenggal 14 Mei 2020 bersama Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya Sumatera Selatan, PERDAML
Sumatera Selatan dan PERDOSRI Cabang Sumatera 3, dilakukan sosialisasi Peraturan BPIS
Kesehatan Nomor I Tahun 2020 (PerBPISK 1/2020) tentang Prosedur Penjaminan Operasi Katarsk
ddan Rehabilitasi Medik dalam Program Jaminan Kesehatan.
3. Pelayanan operasi katarak diberikan olch dokter spesialis mata yang telah memiliki kompetensi
‘berdasarkan Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 69 Taftun 2020 tentang Standar
Pendidikan Profesi Dokter Spesialis Oftalmoiogi dan Petunjuk Teknis Resertifikasi Kompetensi
Dokter Spesialis Mata Indonesia Tahun 2018, sesuaiindikasi medis:
1) Penurunan tajam penglihatan dengan visus kurang dari 6/18;
2) Ditemukan adanya kondisi lain, seperti glaukoma fakomorfik, glaukoma fakolitik,
distokasi lensa dan anisometropia,
3) Visualisast furidus pada mata yang masih memiliki potensi penglihatan dibutuhkan,
sementara katarak menyulitkan visualisasitersebut,
4). Katarak froumatika dan komplikata; dan/atau
5) Katarak pada bayi dan anak.
4, Pelayanan Rebabilitasi Medik diakukan di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL)
‘yang memiliki Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi (Dokter Sp.KFR) berdasarken
indikasi medis dan sesuai dengan standarisasi yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan. Dalam hal
standarisasi belum ditetapkan Menteri Kesehatan, maka Pelayanan Rehabilitasi Medik mengacu pada
‘standarisasi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitast Indonesia (PERDOSRI).
KANTOR CABANG PALEMBANGPERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
NOMOR 1 TAHUN 2020
TENTANG
PROSEDUR PENJAMINAN OPERASI KATARAK DAN REHABILITASI MEDIK
DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
Menimbang
a
bahwa dalam mengembangkan sistem pelayanan
kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional menerapkan sistem kendali
mutu pelayanan dan sistem pembayaran pelayanan
kesehatan untuk meningkatkan efisiensi_ dan
efektivitas Jaminan Kesehatan;
bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 71 Peraturan
Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan
Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 82 TahunMengingat
°
it
3;
2018 tentang Jaminan Kesehatan, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan _perlu
mengembangkan sistem pembayaran _pelayanan
Kesehatan yang lebih berhasil guna untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas Jaminan
Kesehatan;
bahwa untuk pengembangan sistem _pelayanan
kesehatan, sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem
pembayaran pelayanan kesehatan _sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan hurof b diperlukan
pengaturan mengenai prosedur penjaminan operasi
katarak dan rehabilitasi medik guna terwujudnya
kepastian hukum bagi Peserta untuk mendapatkan
penjaminan sesuai dengan manfaat dalam Program
Jaminan Kesehatan;
bahwa berdasarkan pertimbangan _sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu
menetapkan Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Kesehatan tentang Prosedur Penjaminan
Operasi Katarak dan Rehabilitasi Medik dalam
Program Jaminan Kesehatan;
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 165) sebagaimana telahdiubah dengan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun
2019 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden
Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 210);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 1400) sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 5 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga atas
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Pelayanan Keschatan pada Jaminan Kesehatan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2018 Nomor 367);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014
tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional (Berita Negara Republik Indonesia
‘Tahun 2014 Nomor 874);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016
tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1601)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun
2018 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 52 Tahun 2016 tentang Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan dalam Penyelenggaraan Program
Jaminan Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 442);
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 76 Tahun 2016
tentang tentang Pedoman Indonesian Case Base Groups
(INA-CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan KesehatanMenetapkan
Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2017 Nomor 92);
MEMUTUSKAN:
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN TENTANG PROSEDUR PENJAMINAN OPERASI
KATARAK DAN REHABILITAS] MEDIK DALAM PROGRAM
JAMINAN KESEHATAN.
Pasal 1
Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan:
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang
selanjutnya disebut BPJS Kesehatan adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan
program jaminan kesehatan.
2. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia,
yang telah membayar iuran.
3. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan
Kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat.
4. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya
disingkat FKTP adalah Fasilitas Kesehatan yang
melakukan pelayanan perorangan yang _bersifat
nonspesialistik untuk keperluan observasi, promotif,
preventif, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya.
a
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang
selanjutnya disingkat FKRTL adalah Fasilitas
Kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatanperorangan yang bersifat spesialistik atau sub
spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan,
rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang
perawatan khusus.
6. Pelayanan Operasi Katarak adalah pelayanan prosedur
operasi katarak dimana terdapat kekeruhan lensa yang
menyebabkan penurunan ketajaman visual dan/atau
cacat fungsional, yang dilakukan oleh dokter spesialis
atau subspesialis mata pada Fasilitas Kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
7. Pelayanan Rehabilitasi Medik adalah pelayanan
Kesehatan terhadap gangguan fungsi yang diakibatkan
oleh keadaan/kondisi sakit, penyakit atau cedera
melalui panduan intervensi medik, keterapian fisik,
dan/atau rehabilitatif untuk mencapai kemampuan
fungsi yang optimal yang dilakukan oleh dokter
spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik
dan/atau subspesialis Kedokteran Fisik dan
Rehabilitasi Medik.
8. Program Terapi adalah pelayanan yang diberikan
kepada pasien dalam bentuk terapi fisik, terapi
okupasi, terapi wicara, orthotik prosthetik, bimbingan
sosial medis, bimbingan psikologis dan/atau tata
laksana rehabilitasi medik lainnya sesuai dengan
program yang direncanakan oleh dokter spesialis
kedokteran fisik dan rehabiltasi (Dokter SpKFR)
Pasal 2
Dalam rangka kendali mutu dan kendali biaya pelayanan
kesehatan, BPJS Kesehatan mengatur prosedur penjaminan
pelayanan kesehatan untuk:
a. operasi katarak; dan
b. rehabilitasi medik.Pasal 3
(1) BPJS Kesehatan menjamin Pelayanan Operasi Katarak
berdasarkan indikasi medis dan sesuai dengan standar
pelayanan.
(2) Penjaminan Pelayanan Operasi Katarak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Peserta
penderita penyakit katarak dengan indikasi medis
berupa:
a. penurunan tajam penglihatan dengan visus
kurang dari 6/18;
b. ditemukan adanya kondisi lain, seperti glaukoma
fakomorfik, glaukoma fakolitik, dislokasi lensa dan
anisometropia;
c. _visualisasi fundus pada mata yang masih memiliki
potensi penglihatan dibutuhkan, sementara
katarak menyulitkan visualisasi tersebut;
d. katarak traumatika dan komplikata; dan/atau
e. katarak pada bayi dan anak.
(3) Pelayanan Operasi Katarak sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui tindakan:
a. Phacoemutsification;
b. Small Incision Cataract Surgery (SICS);
c. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE); atau
d. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE).
Pasal 4
(1) BPJS Kesehatan menjamin Pelayanan Rehabilitasi
Medik berdasarkan indikasi medis dan sesuai dengan
standar pelayanan.
(2) Pelayanan Rehabilitasi Medik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan di FKRTL yang memiliki dokter
spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi.3)
(4)
(5)
Pelayanan Rehabilitasi Medik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan standarisasi
yang telah ditetapkan oleh menteri_ yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
kesehatan.
Pelayanan Rehabilitasi Medik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan atas rujukan FKTP, FKRTL
lain, instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, dan
instalasi rawat intensif sesuai dengan sistem rujukan
yang berlaku,
Pelayanan Rehabilitasi Medik bagi Peserta diberikan
penjaminan oleh BPJS Kesehatan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a, pelayanan didahului dengan konsultasi atau uii
fungsi (assesment) oleh dokter spesialis kedokteran
fisik dan rehabilitasi;
b. dilengkapi dengan lembar formulir rawat jalan
yang memuat lembar atau tanpa lembar tindakan
uji fungsi dan prosedur kedokteran fisik dan
rehabilitasi yang dikeluarkan oleh dokter
spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi;
c. sesuai dengan rekomendasi Program Terapi dalam
lembar formulir rawat jalan yang dikeluarkan oleh
dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilita
dan
d. pelayanan yang telah direncanakan dalam lembar
formulir rawat jalan serta telah dilakukan evaluasi
oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan
rehabilitasi.Pasal 5
Dalam hal di suatu kabupaten/kota atau FKRTL belum
memiliki dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi
maka pelayanan rehabilitasi medik dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 6
Pelayanan Operasi Katarak dan Pelayanan Rehabilitasi
Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 4
diberikan oleh dokter yang telah memiliki kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
(1) Pelayanan Operasi Katarak dan Pelayanan Rehabilitasi
Medik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal
4 diberikan dengan memperhatikan aspek kendali
mutu dan kendali biaya serta kemampuan keuangan
BPJS Kesehatan,
(2) Dalam rangka pelaksanaan kendali mutu dan kendali
biaya, BPJS Kesehatan dapat meminta Organisasi
Profesi untuk melakukan audit medis bersama dengan
Tim Kendali Mutu Kendali Biaya.
Pasal 8
Peraturan Badan ini mulai berlaku setelah 1 (satu) bulan
terhitung sejak tanggal diundangkan.Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Badan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 April 2020
DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA
JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
ttd.
FACHMI IDRIS
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 April 2020
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.
REPUBLIK INDONESIA,
td.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2020 NOMOR 429
Salinan sesuai dengan aslinya(PERDOSRI)
Seinetrat : 1 Cakalng Rays No 28 A Eawamangn Jakams Time
Telp Far: (021) 47856390 Email: poperdosniavaboo corn
‘Lembar Formulir Rawat Jalan
Layanan Kedohteran Fisik dan Rebabilitasi
Tempat & Tangzal:
‘Tanda Tangan Pasion (Cap dan Tanda Tangan Dr. SpKFR.PERHIMPUXAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN
FISIK DAN REHABILITASI INDONESIA
(ic) (PERDOSRI) { \
Sect 3 Casing Rigs Me 38 A Rasengan
Tey rae C21) STA Pond eciaeaae =
No.RM . -
‘Nama Pasien
Pemnintaan Terapi
PASIEN | DOKTER | TERAPIS
10.
‘Tenpat & Tangent:
(Cap dan Tanda Tangan Dr. SpRFRPERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS KEDOKTERAN FISIK DAN
REHABILITASI INDONESIA (P ERD OSRI)
Seloetariat + J] Cabalang Raye No, 28 A Rawerangun kart Timar
Telp (Fax (021) 47866290 Email :poperdosti@yahoo.com
Lembar Hasil Tindakan Uji Fungsi/ Prosedur KFRosssasmsnmn (KOdiNg: summon)
No. MR
Nama yp
Tanggallahir / Tanggal
Usia Pemeriksaan
Alamat / Diagnosis
Telepon : Fungsional
Diagnosis
Neds
instrumen Uji Fungsi/Prosedur KFR
Hasl yang
didapat
Kesimpalan
Rekonnendasi
Tanda Tangan
(Nama Dokter Femerisa)
*Kop disesualkan dengan Institusi/Rumah Sakit masing-masing