Professional Documents
Culture Documents
Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
Kebutuhan Dasar Selama Persalinan
1. Posisi
Ibu yang sedang menjalani persalinan harus mengupayakan posisi yang nyaman baginya
dengan catatan tidak ada kontraindikasi dari posisi tersebut . posisi yang dapat diambil antara
lain : telentang (dengan kepala tempat tidur pada sudut iklinasi atau datar) , rekumben lateral,
dada lutut, tangan lutut, duduk, berdiri, berjalan , dan jongkok.
2. Mobilisasi
Pada saat fase laten , menuju ke pesalinan masih cukup lama , apalagi kalau ibu hamil
tersebut primigravida . maka tidak ada salahnya jika ibu difasilitasi untuk mobilisasi seperti jalan-
jalan di sekitar tempat bersalin.
4. Rasa Nyaman
Rasa nyaman behubungan juga dengan kebutuhan psikologis , bidan harus bisa
memfasilitasi tentang pemenuhan kebutuhan rasa nyaman ini . yang pertama bisa bidan lakukan
adalah dengan memberikan informasi tentang perubahan apa saja yang terjadi pada fase laten
ini , meciptakan ruangan yang nyaman (Bersih, rapih, wangi,kondusif)
1. Manajemen nyeri
Seiring dengan bertambahnya pembukaan serviks pada fase aktif, rasa nyeri yang
dirasakan ibu pun akan semakin bertambah. Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen nyeri agar
nyeri yang dirasakan ibu dapat berkurang atau teralihkan. Ada dua pendekatan dalam
manajemen nyeri yaitu pendekatan nonfarmakologis dan farmakologis.
Pendekatan nonfarmakologis misalnya : relaksasi dan distraksi, imajinasi atau visualisasi,
masase atau pijatan, hidroterapi, akupresur, dan sebagainya. Sedangkan pendekatan
farmakologis contohnya : pemberian obat jenis sedatif/tranquilizer, opioid, dan sebagainya.
4. Kebutuhan eliminasi
Ibu bersalin harus dievaluasi untuk adanya distensi vesica urinaria setiap satu sampai dua
jam. Ibu mungkin fokus kepada proses persalinannya atau mungkin merasa enggan untuk
bergerak karena takut ada peningkatan ketidaknyamanan. Setiap pemeriksaan abdomen harus
melihat adanya tonjolan suprapubik karena kandung kemih yang penuh. Umunya, ibu yang
mendapat hidrasi cukup harus berkemih 100 ml setiap satu sampai dua jam.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil
penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan
dan kelahiran bayi serta menegtahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang
akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Antara
lain, juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan, seperti ektraksi vakum, forseps, dan seksio sesarea.
Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama proses prersalinan dan kelahiran
bayinya. Dukungan dari suami, orang tua, dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam
menjalani proses persalinan.
Alasan : hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya dengan dukungan dari keluarga
yang mendampingi ibu selama proses persalinan (Enkin, et al, 2000).
Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi,
melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara, dan
memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan semangat kepada dan anggota
keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau kelahiran bayi
kepada mereka.
Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani kala dua persalinan. Lakukan bimbingan
dan tawarkan bantuan jika diperlukan.
Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat meneran.
Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan
spontan untuk meneran. Jangan menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan
nafas. Anjurkan ibu beristirahat diantara kontraksi.
Alasan : meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit bernafas sehingga terjadi kelelahan
yang tidak perlu dan meningkatkan risiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya pasokan
oksigen melalui plasenta. (Enkin, et, al, 2000).
Anjurkan ibu untuk minum selama persalinan kala dua.
Alasan : ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Cukupnya asupan cairan dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut. (Enkin, et, al, 2000).
Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala dua persalinan. Berikan rasa aman dan
semangat serta tentramkan hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan
perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu kelancaran proses persalinan dan
kelahiran bayi. Beri penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap kali penolong
akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh
ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya tekanan darah, denyut jantung
janin, periksa dalam).(Asuhan Persalinan Klinik Normal, 2008).
Membersihkan Perineum Ibu
Praktik terbaik pencegahan infeksi pada persalinan kala dua diantaranya adalah melakukan
pembersihan vulva dan perineum menggunakan air matang (DTT). Gunakan gulungan kapas
atau kasa yang bersih, bersihkan mulai dari bagian atas ke bawah (dari bagian anterior vulva ke
arah rektum) untuk mencegah kontaminasi tinja. Letakkan kain bersih di bawah bokong saat ibu
mulai meneran. Sediakan kain bersih cadangan di sektarnya. Jika keluar tinja saat ibu meneran,
jelaskan bahwa hal itu biasa terjadi. Bersihkan tinja tersebut dengan kain alas bokong atau
tangan yang sedang menggunakan sarung tangan. Ganti kain alas bokong dan sarung tangan
DTT. Jika tidak ada cukup waktu untuk membersihkan tinja karena bayi akan segera lahir, maka
sisihkan dan tutupi tinja tersebut dengan kain bersih.
Anjurkan ibu dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih sering jika kandung kemih selalu terasa
penuh. Jika diperlukan, bantu ibu untuk ke kamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan ke kamar
mandi, bantu ibu agar dapat duduk dan berkemih di wadah penampung urin.
Alasan: kandung kemih yang penuh mengganggu penurunan kepala bayi, selain itu juga akan
menambah rasa nyeri pada perut bawah, menghambat penatalaksanaan distosia bahu,
menghalangi lahirnya plaseenta dan perdarahan pasca persalinan.
Jangan melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum atau setelah
kelahiran bayi dan/atau plasenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan bila terjadi
retensi urin dan ibu tidak mampu berkemih sendiri.
Alasan: selain menyakitkan, kateterisasi akan meningkatkan risiko infeksi dan trauma atau
perlukaan pada saluran kemih ibu.
Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman. Ibu dapat mengubah-ubah posisi secara
teratur selama kala 2 karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan, mencari posisi
meneran yang paling efektif dan menjaga sirkulasi utero-plasenter tetap baik.
1. Posisi duduk atau setengah duduk dapat memberikan rasa nyaman bagi ibu dan memberikan
kemudahan baginya untuk beristirahat diantara kontraksi. Keuntungan dari kedua posisi ini
adalah gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
2. Jongkok atau berdiri mempercepat kemajuan kala 2 persalinan karena terdapat gaya gravitasi
yang lebih besah dibandingkan dengan posisi lain. Posisi ini juga dapat mengurangi rasa nyeri
karena proses kelahiran biasanya lebih cepat.
CARA MENERAN
Catatan :
Jika Ibu adalah primigravida dan bayinya belum lahir atau persalinan tidak akan terjadi setelah 2
jam meneran maka ia harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan. Lakukan hal yang sama apabila
seorang multigravida belum juga melahirkan bayinya atau persalinan tidak akan segera terjadi
setelah 1 jam meneran.
1. Farmakologi
a. Opioid
Opioid menimbulkan efek fisiologis pada setiap organ tubuh manusia. Selama
persalinan dan melahirkan, efek paling penting adalah pada SSP. Efek pada SSP dapat
meliputi analgesia, euphoria, disforia, sedasi, mengantuk, emesis, pusing, hipoventilasi,
miosis, dan pruritis. Opioid yang berbeda menghasilkan efek yang berbeda dan individu akan
mengalami efek yang berbeda setiap waktu. Opiod berfungsi sebagai agonis yang berkaitan
dengan reseptor presinoptik dan prosipnosis. Reseptor opiod maliputi suatu tempat ikatan
yang berinteraksi dengan molekulo pioid dan tempat pen-tiger yang menyebabkan reaksi
kimiawi yang pada gilirannya menyebabkan efek analgesic akhir (Driver, 1997). Efek dasar
opioid adalah inhibisi neuron yang disebabkan oleh perubahan pada kanal Ca ++.
Opioid kehilangan aktivitasnya dalam tubuh melalui aktivitas dalam tubuh melalui
transportasi anzimatik dalam hati dan ginjal serta eleminasi melalui system ginjal. Metabolit
obat yang dibentuk dalam hati dapat diekskresi melalui saluran gastrointestinal.
Penggunaan opioid sistemik dalam persalinan menurunkan aktivitas uterin. Ketika
diberikan selama fase laten, opioid akan menurunkan atau menghentikan kontraksi selama
durasi kerja. Penggunaan dengan cara ini, obat dapat memberi istirahat terapeutik untuk ibu
yang mengelami fase latten memanjang. Dosis terapeutik yang diberikan selama fase aktif
tidak menunjukan efeknya pada aktivitas uterin.
Semua opioid mempunyai potensial untuk menyebabkan depresi neonates karena obat
ini menembus dengan cepat ke janin dan mempunyai efek depresan langsung pada proses
pernafasan di SSP. Ketika diberikan secara intramuscular atau subkutan, efek puncaknya
pada neonates terjadi pada 2 sampai 4 jam setelah pemberian. Bila di berikan secara
intravena, efeknya terjadi dalam beberapa menit. Tidak terbukti bahwa dosis yang digunakan
untuk analgesia epidural menunjukan efek depresan terhadap bayi. Efek depresan pada
neonates dapat berlanjut elama 2 sampai 4 hari setelah kelahiran dan lebih menonjol pada
kasus komplikasi premature, hipotensi, persalinan lama, resiko sesarea dan trauma.
Penurunan variabilitas dari denyut-ke-denyut pada denyut jantung janin akan juga terlihat
setelah pemberian opioid. Penurunan variabilitas ini terlihat kira-kira sepuluh menit setelah
pemberian meperidin pada persalinan dan berakhir selama sekitar 10 menit.
b. Morfin
Morfin dapat diberikan melalui rute subkutan, intramuscular, intravena, epidural atau
spinal. Dosis 5-10 mg intramuscular atau subkutan memberi kadar analgesia terapeutik. Bila
diberikan secara intravascular atau intravena, morfin dapat menghasilkan hipotensi karena
efek vasodilatasinya.
c. Meperidin
Meperidin mungkin opioid yang paling umum digunakan dalam persalinan dan
melahirkan. Obat ini dapat diberikan secar oral, intramuscular, atau intravena, meskipun
absorpsinya dari rute oral adlah 50% kurang efektif daripada rute parenteral. Durasi intravena
2 sampai 3 jam. Pemberian intravena cepat akan menyebabkan vasodilatasi, mungkin
melalui pelepasan histamine.
Depresan neonates terjadi 2 sampai 4 jam setelah dosis maternal, dan derajat depresi
tergantung pada usia gestasi dan adanya asfiksia. Eleminasi waktu paruh pada neonates
adalah 18 jam, dibandingkan dengan 2,4 jam pada ibu. 95% meperidin dieleminasi dari
neonates dalam 2 sampai 3 hari (Benedetti, 1995).
d. Fentanil
Fentanil kira-kira 80 sampai 100 kali sama potennya dengan morfin. Obat ini dapat
diberikan secara intravena dan telah digunakan pada analgesia epidural sejak 1980. Dosis
umum selama persalinan adalah 50 sampai 100 mikrogram intravena. Sufentanil, yang
adalah 8 sampai 10 kali lebih poten dari fentanil, digunakan dalam kombinasi dengan
bupivakain untuk analgesia epidural.
e. Butorfanol
Butorfanol adalah opioid agonis-anta-agonis yang mempunyai efektivitas analgesic
lebih besar dengan efek samping lebih sedikiit daripada preparat agonis-antagonis lain.
Potensinya adalah 5 kali dari potensi morfin dan 40 kali dari potensi meperidin. Obat ini
kurang mungkin menyebabkan mual dan muntah daripada morfin. Obat ini dapat diberikan
sevara intramuscular atau intravena dengan dosis umum 1-2 mg secara intravena. Awitan
kerja terjadi 2-3 menit setelah pemberian intravena dan menetap selama 3-4jam. Waktu
paruh eleminasi maternal adalah 2,7 jam. Metabolisasi butorfanol terjadi dalam hati, dan
dieksresi terutama melalui gnjal. Meskipun butorfanol dengan cepat menembus plasenta,
tidak ada laporan efek neouro-perilaku neonates.
f. Nalbufin
Preparat agonis-antagonis yang dapat diberikan secara intramuscular, subkutan dan
intravena. Dosis IV yang umum adalah 2-4 mg, dengan awitan kerja 2-3 menit setelah
pemberian dengan durasi 5-6 jam. Preparat ini dimetabolisasi dalam hati dan dieksresi
melalui ginjal. Analgesi dihasilkan dalam 45-60 menit setelah pemberian IM dan berakhir 4-5
jam, seperti butorfanol, nalbufin menghasilkan sedasi.
g. Antagonis opioid
Antagonis opioid menggantikan agonis opioid (mis, morfin, meperidin, fentanil) dari
tempat reseptor, sehingga menghasilkan atau menghilangkan efeknya. Nalokson dengan
cepat membalik depresi pernafasan yang disebabkan oleh opioid dan terutama efektif dalam
mengatasi neonates yang mungkin menglami depresan karena pemajanan intrauterine.
Dosis neonatus adalah 0,01 mg/kg secara intravena. Dosis maternal adalah 0,4 mg secara
intravena. Obat ini harus diberikan ddengan IV perlahan (2-3 menit) karena penginfusan
cepat mengakibatkan mual dam muntah. Efeksamping meliputi takikardia, hipertensi, edema
paru dan disritmia jantung, paling umum mengakibatkan stimulasi pada sistem saraf simpatis.
Nalokson bekerja singkat (30-45 menit) dan dosis ulang mungkin diperlukan ketika counting-
acting opioid kerja lama. Naltrekson bekerja menyerupai nalokson tetapi mempunyai efek
sampai 24jam.
h. Sedatif/Tranquilizer
Sedatif adalah obat yang menimbulkan kantuk atau tidur. Tranquilizer biasanya adalah
obat yang mempunyai efek menenangkan, biasanya psikotropika atau
benzodiazepin.penggunaan sedatif atau tranquilizer di usulkan untuk persalina dan
melahirkan karena pemahaman bahwa persalinan sering disertai rasa takut dan gelisah
i. Barbiturat
sedatif kerja pendek (sekobardital dan pentobarbital) dapat bermaanfaat pada awal
persalinan untuk menurukan ansietas atau memudahkan istirahat. Keetika digunakn pada
dosis 50-200 mg , efeknya biasanya relaksasi bukan analgesia. Obat ini tidak efektif bila
persalinan telah maju sampai persalinan masa aktif.
j. Benziodiazepin
Benziodiazepin menghasilkan sedasi, menurunkan ansietas , dan relaksasi otot.
k. Fenotiazin
Prometazin dan propiomazin bermansafaat dalam perdalam persalinan karena sifat
antiansietasnya . mekanisme kejanya diyakini menjadi penyekat reseptr terhadap dopamin
dan norepinefrin di otak.
l. Hidrokszin
Mekanisme kerja obat ini tidak jelas,baru diketahui bahwa pemberian dengan dosis 25
sampai 50 mg meredakan ansietas, dan dosis 75 sampai 100 mg menghasilkan efek
hipnotik.
2. Non Farmakologi
Persiapan Melahirkan
Meskipun persiapan melahirkan dalam model perawatan medis diperkenalkan pada tahun
1930-an oleh Grantly Dick-Read, proses pendidikan tentang persiapan melahirkan menjadi
mengedepan pada akhir tahun 1960-an dan awal 1970-an seiring dengan konsumen lebih
mencari alternatif untuk mendapatkan medikasi dan melahirkan secara obstetrik. Kebanyakan
program pendidikan prenatal mengajukan bahwa, ketika seorang wanita hampir melahirkan dan
melahirkan dengan mempunyai pengetahuan, kepercayaan diri, sikap positif, dan respons yang
terkondisi mengalami sedikit intervensi obstetrik dan akan mempunyai kepuasan lebih besar
dengan pengalaman melahirkanya. Program persiapan melahirkan biasanya menggabungkan
berbagai pendekatan non-farmakologis untuk pereda nyeri.
Kehadiran Fisik
Dengan kehadirannya, pemberi perawatan biasanya memberi penenangan pada wanita
yang melahirkan. Keterkaitan antara kehadiran orang lain, bahkan orang asing, telah
menunjukkan akibat penurunan lama persalinan dan memperbaiki hasil kelahiran. Pemberi
perawatan profesional -praktisi, perawat, dan dukun – umumnya tampak sebagai ahli oleh ibu
dan keluarganya, dan karena intervensi mereka, anjuran dan dorongannya biasa dicari selama
persalinan. Meta-analisis yang dilaksanakan dengan baik yang mengevaluasi 14 percobaan
kontrol acak menemukan bahwa “...kehadiran kontinu orang pendukung mengurangi
kemungkinan medikasi untuk pereda nyeri, persalinan pervagina operatif, persalinan sesarea,
dan nilai APGAR 5 menit kurang dari tujuh” (Hodnett, 2000)
Kemampuan pemberi perawatan profesional untuk memberi kehadiran fisik konsisten
secara kuat dikaitkan dengan pembagian staf institusi dalam lingkungan persalinan. Bidan dan
asisten persalinan yang mengikuti persalinan di rumah paling mungkin untuk memberi perawatan
satu-persatu terus-menerus. Pusat kelahiran di luar rumah sakit juga mungkin meyediakan bidan
dan dukungan keperawatan yang konsisten. Bidan dan perawat yang praktik di rumah sakit,
khususnya di unit perinatal yang sibuk, lebih mungkin untuk mendapatkan tugas yang meliputi
dua atau lebih ibu di ruang persalinan. Selain itu, telah ditemukan bahwa bahkan ketika perawat
ditugaskan pada model pembagian staf satu-persatu, mereka menyediakan sedikit waktu mereka
dalam memberi praktik perawatan suportif (Hodnett, 1996; McNiven, Hodnett, dan O’Brien-Pallas,
1992)
Akupresur
Akupresur adalah pendekatan penyembuhan yang berasal dari daerah Timur yang
menggunakan masase titik tertentu di tubuh (garis aliran energi atau meridian) untuk meurunkan
nyeri atau mengubah fungsi organ. Keyakinan yang didasarkan pada pengobatan Timur
mendukung penjelasan tentang efeknya dalam memfasilitasi aliran energi atau membebaskan
blok pada aliran melalui meridian. Keyakinan lain, lebih berdasarkan pada pengobatan Barat,
menjelaskan keberhasilannya dengan menyatakan bahwa tekanan meningkatkan kadar endorfin
setempat. Praktisi yang lebih nyaman dengan pendekatan pengobatan Barat dapat
menggunakan istilah masase. Tekan untuk mengambarkan modalitasi ini (Jungman, 1988). Riset
pada penggunaan akupresur dan persalinan terbatas: namun, penggunaannya selama berabad-
abad di negara Asia dan adanya kesimpulan dalam penelitian psikoprofilaktik asli yang diakukan
di Rusia memberi pandangan historis tentang keefektifannya. Salah satu penelitian yang
dipublikasikan di jurnal kedokteran Amerika telah melaporkan keefektifan dalam merangsang dan
menginduksi persalinan dan menghambat persalinan preterm (Tsueii, Lai, dan Sharma, 1977)
Rangsangan khusus dihasilkan oleh akupresur ditambah dengan kehadiran emosi dan
sentuhan individu pendukung. Dukungan tambahan diberikan oleh pedoman langsung yang
memasukkan modalitas lain, seperti relaksasi, visualiasi, dan pernapasan terpola. Efek
kombinasi, kemudian, sinergistik secara alamiah.
Tekanan harus diberikan dengan ujung jari atau ibu jari diatas titik akupresur, baik sebagai
tekanan tidak bergerak atau dorongan yang diberikan dalam gerakan sirkular kecil (Jungman,
1988). Ibu bersalin diharapkan memberi umpan balik mengenai apakah jumlah tekanan yang
digunakan tepat. Tekanan tidak diberikan pada tulang, tetapi ke arah tulang dan ketika diberikan
dengan tepat, ibu dapat merasakan nyeri tekanan atau sensasi kesemutan. Tekanan biasanya
diberikan selama 5-10 detik.
Selama persalinan akupresur dapat diberikan secara lateral kebawah sepanjang spina dan
sepanjang lengan dan kaki untuk meningkatkan relaksasi. Tipe masase titik tekan tertentu ini
dapat diajarkan selama kelas persiapan melahirkan bersama pasangan. Chin-chin, yang terletak
disisi spina di leher, memantau untuk menurunkan tegangan tubuh atas. Tekanan pada titik
akupresur shen-shu, kira-kira 5 cm dari sakrum, meredakan nyeri punggung bawah (Nichols dan
Jwelling, 1997). Beberapa titik tekan tertentu membantu untuk meredakan ketidaknyamanan
persalinan. Selama persalinan kala satu akhir, tekanan pada titik telapak tangan dan titik ho-ku
(CO4) dapat menurunkan nyeri. Titik ho-ku terletak antara metakarpal pertama dan kedua pada
sisi dorsal tangan. San-yin-chiao (Sp6) dipertimbangkan sebagai titik untuk persalinan sulit
(Jungman, 1988). Titik ini adalah selebar tiga jari superior terhadap pergelangan kaki dalam,
posterior terhadap tibia. Tekanan pada baik titik san-yin-chiao dan ho-ku telah menunjukkan
efektif untuk induksi persalinan. Untuk alasan ini, pasangan harus diberi tahu untuk tidak
memberi tekanan sebelum minggu ke-37.
Akupresur juga tidak boleh digunakan pada adanya permukaan jaringan yang meradang,
iritasi, atau infeksi. Tekanan dan masase pada kaki harus dihindari pada adanya varises dengan
potensi timbulnya aktivitas tromboembolik.
Hidroterapi
Telah lama diketahui bahwa perendaman dalam air menimbulkan relaksasi otot,
meningkatkan vasodilatasi yang menimbulkan peningkatan aliran darah, dan perasaan sejahtera
secara umum. Mandi air hangat, pancuran, dan kolam bergelombang paling mungkin
menimbulkan relaksasi dengan merangsang ujung-ujung saraf kulit, yang menimbulkan
pembalikan respons sistem saraf simpatis (Simkins, 1995). Semprotan air mandi pancuran dan
kolam bergelombang menambah aktivasi reseptor termal dan taktil, sehingga mentransmisikan
rangsang ke kornu dorsal medula spinalis dan menghambat transmisi ke korteks serebral.
Penelitian historis terhadap dukungan melahirkan pada awal abad keduapuluh menemukan
contoh-contoh mandi rendam baik untuk meredakan ketidaknyamanan persalinan dan
perangsangan persalinan ketika stress ibu memperberat buruknya kemajuan persalinan (Walsh,
1992). Penggunaan hidroterapi jet dapat memberi bahkan peredaan lebih besar daripada
pencelupan sederhana karena aliran air dapat diarahan pada area ketidaknyamanan yang lebih
dalam. Salah satu percobaan kontrol acak menemukan bahwa ibu yang menggunakan mandi
rendam selama persalinan lebih sedikit menggunakan narkotik atau analgesia epidural, dan lebih
mungkin untuk melahirkan dengan perineum utuh (Ruh et al., 1996). Meta-analisis terhadap tiga
percobaan kontrol acak yang mengevaluasi penggunaan rendaman air selama persalinan
menemukan bahwa pencelupan selama kala satu persalinan dikaitkan dengan kecenderungan
penurunan penggunaan metode peredaan nyeri, dan penulis menyimpulkan bahwa, meskipun
tidak ada efek merugikan yang dilaporkan, riset selanjutnya perlu dlakukan untuk menentukan
keamanan perendaman pada janin dan bayi baru lahir (Nikodem, 2000).
Penggunaan hidroterapi mungkin dibatasi oleh kurangnya akses pada tempat berendam
(tub) dan kekhawatiran institusi mengenai keamanan dan kelalaian (liabilitas). The CNM Data
Group (1998) melaporkan penggunaan hidroterapi hanya pada 15% persalinan di sembilan
institusi. Ketakutan tentang peningkatan infeksi, khususnya pada kasus pecah ketuban, sering
disebut sebagai alasan untuk melarang mandi rendam. Salah satu pandangan sistematia
(Simkins, 1995) tidak menemukan adanya peningkatan perbedaan dalam korioamnionitis,
endotriosis, atau infeksi neonatus ketika membandingkan pasien yang tidak menggunakannya.
Secara jelas suatu prosedur pembersihan seksama dengan evaluasi oleh budaya periodik perlu
untuk pengendalian infeksi. Kekuatiran juga timbul mengenai pengkajian janin sementara ibu
melahirkan di air. Pemantauan janin intermitten dapat dilanjutkan dengan menggunakan Doppler
atau Fetoskop.
G. Persiapan Persalinan
d. Surat-surat fasilitas kesehatan ( misalnya ASKES, jaminan kesehatan dari tempat kerja,Kartu
Sehat dan lain-lain)
e. Pembagian peran ketika ibu berada di RS (ibu dan mertua, yang menjaga anak lainnya – jika
bukan persalinan yang pertama).
f. Menyiapkan stok darah yang sama dengan golongan darah ibu hamil
c. Persiapan Rujukan
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk kefasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu dan atau
bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan atau
perawatan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk partograf) untuk dibawa
ke fasilitas rujukan.
Jika ibu datang hanya untuk mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia
tidak siap atau kurang memahami bahwa kondisinya memerlukan upaya rujukan maka
lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan.
Bantu mereka mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan.
Dukungan emosional
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam
mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan
ibu. Hargai keinginan ibu untuk menghadirkan teman atau saudara yang secara khusus
diminta untuk menemaninya (Enkin, et al, 2000).
e. Mengatur Posisi
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan
melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti
posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbarng miring atau merangkak. Posisi
tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu turungnya kepala bayi dans
seringkali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti posisi selama
persalinan. Beritahukan pada ibu untuk tidak berbaring terlentang lebih dari 10 menit.
alasannya : jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya (janin, caran ketuban,
plasenta, dll) akan menekan vena cava inferior. Hal ini akan mengakibatkan turunnya aliran
darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini dapat mnyebabkan hipoksia atau
kekurangan pasokan oksigen pada janin. Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan
gangguan terhadap proses kemajuan persalinan (Enkin, et al, 2000)
g. Kamar Mandi
Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin selama persalinan,
bu harus berkemih sedikitnya setiap dua jam, atau lebih sering jika ibu merasa ingin
berkemih atau jika kandung kemih terasa penuh. Periksa kandung kemih sebelum
memeriksa denyut jantung janin (amati atau lakukan palpasi diatas simpisis pubis untuk
mengetahui apakah kandung kemih penuh). Anjurkan dan antarkan ibu untuk berkemih
dikamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan kekamar mandi, berikan wadah urine.
WHO dan asosiasi rumah sakit internasional menganjurkan untuk tidak menyatukan
ruang bersalin dengan kamar mandi atau toilet karena tingginya frekuensi penggunaan, lalu
lintas antar ruang, potensi cemaran mikroorganisme, percikan air atau lantai yang basah
akan meningkatkan risiko infeksi nosokomial terhadap ibu, bayi baru lahir dan penolong
sendiri.
Hindarkan terjadinya kandung kemih yang penuh karena berpotensi untuk :
1) Memperlambat turunnya janin dan mengganggu kemajuan persalinan
2) Menyebabkan ibu tidak nyaman
3) Menngkatkan resiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan oleh atonia uteri
4) Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu
5) Meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pasca persalinan
h. Pencegahan Infeksi
Menjaga lingkungan tetap bersih merupakan hal penting dalam mewujudkan persalinan
yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya. Hal ini merupakan unsur penting dalam asuhan
sayang ibu. Kepatuhan dalam menjalankan praktik-praktik pencegahan infeksi yang baik,
juga akan melindungi penolong persalinan dan keluarga ibu dari infeksi. Ikuti praktik-praktik
pencegahan infeksi yang telah ditetapkan untuk mempersiapkan persalinan dan proses
kelahiran bayi. Anjurkan ibu untuk mandi pada saat awal persalinan dan pastikan ibu
memakai pakaian yang bersih. Cuci tangan sesering mungkin, gunakan peralatan steril atau
disinfeksi tingkat tinggi dan gunakan sarung tangan saat diperlukan. anjurkan anggota
keluarga untuk mencuci tangan mereka sebelum dan setelah melakukan kontak dengan ibu
dan/atau bayi baru lahir.
Alasan : pencegahan infeksi sangat penting dalam menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan keterampilan untuk melaksanakan prosedur
encegahan infeksi secara baik dan benar juga dapat melindungi penolong persalinan
terhadap risiko infeksi.