You are on page 1of 29
IV PENGATURAN FREKWENSI IV.1 DAYA AKTIF DAN FREKWENSI Sistem tenaga listrik harus mampu menyediakan tenaga listik bagi para pelanggan dengan frekwensi ‘yang praltis konstan. Penyimpangan frekwensi dari nilai nominal harus selalu dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Daya aktif mempunyai hubungan erat dengan nilai frekwensi dalam sistem, sedangkan beban sistem yangberupa aya altif maupun daya realtif selalu berubah sepanjang wales. Sehubungan dengan hal ini, maka untuk mempertahankan frekwensi dalam batas toleransi yang diperbolehkan, penyediaan/pembangkitan daya aktif dalam sistem barus disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan atas daya aktif, harus selalu disesvaikan dengan beban daya aktif. Penyesuaian daya akif ini dilakukan dengan mengatur ‘besarnya kopel penggerak generator. ‘Dalam sistem tenaga listik umumnya digunakan generator sinkron tiga fasa untuk pembanglit tenaga Jistik yang utama, maka pengaturan frekwvensi sistem praltis tergantung kepada karalteristik generator sinkron. MVAI Gambar IV.1 Diagram Veltor dari Fluks Magnet (E) Gaya Gerak Listrik (F), Aras (D) dan Tegangan Jepit dari sebuah Generator Sintron ‘Pengaturan arvs medan generator (lihat gambar IV.1) hanya zkan mempengaruhi panjang pendeknya vektor yang selanjutnya akan pula mempengruhi panjang pendeknya vektor E karena vektor E sebanding dengan 2. Gambar 1V.2 Diagram Vektor dua buak Gencrator Sinskron yang beverja parr! Apabila kopel penggerak salah sat gencrator pada gambar TV.2. diperbesar maka rotor (kutub) generator akan bergerak maju dalam arti bawa vektor @ akan bergerak kearah yang memperbesar komponen daya aktif MW dari Generator Misallkan hal ini dilakukan terhadap Generator nomor 2 dalam gambar IV.2. Maka keadaan akan berubah seperti ditunjukkan oleh vektor-vektor G,, J ,dan ]y . Selanjutnya Komponen daya aif generator 2 berubah dari MW? menjadi MW1., Penambshan opel pemutar generator memerlukan tambehan bahan batar pada unit pembangkit temmis dan pada unit PLTA memerlukan penambahon air, Olek karenanya produksi MWH memeriukan bahan bakar pada unit pembangkit termis dan memerlukan sejumlah air pada unit PLTA. ‘Menurut hukum Newton ada hubungan antara Kopel mekanis penggerak generator dengan perputaran generator, yaitu (fq Ty) =H aay 26 Operaai Graton Tenaga Lietrik Kopel penggerak generator. ‘Kopel teban yang membebani generator, H_ = Momen inersia dari generator beserta mesin penggeralnya. w = Kecepatan sudut perputaran generator. Sedangkan frekwensi yang dihasilkan generator adalah : =f ~ On v2) Hal ini berarti bahwa pengaturan fretwensi dalam sistem berarti pula pengaturan opel penggerak generator atau juga berarti peagaturan daya aktif dari generator, Ditinjau dari segi mesin penggerak generator ini berarti bahwa pengaturan fiekwensi sistem adalah pengaturan pemberian bahan bakar pada unit termis dan pengaturan pemberian air pada unit PLTA. Ditinjau dari segi beban sistem, frekwensi akan turua apabila daya aktif yang dibangkitkan tidak mencukupi kebutuban beban dan sebaliknye frckwensi akan naik apabila ada surplus daya aktif dalam sistem. Secara mekanis dengan melinat persamaan-persamaan (IV.1.) dan (1¥.2.) ini berarti bahwa apabila : T,-Tp=AT <0, mata 2 <0, fiekwensi turun T,-T,=T <0, maka > <0, frekwensi naik, at Secara tidak langsung peayediaan daya realtif dapat pula mempengaruhi frekwensi sistem, kirena penyediaan daya realaif mempunyai pengarvh besar terhadap kenaikan ‘tegangan yang selanjumya dapat menyebabkan kenaikan beban daya aktif. Dalam bab ini hanya alan dinahas pengaturan frekwensi dalam sistem yang berkaitan dengan penyediaan daya aktif mengingat bahwa hal ini meropakan hal yang dominan. IV.2 PRINSIP KERJA GOVERNOR Dari uraian dalam pasal IV.1. dapat disimpulkan tahwa pengaturan frekwensi sistem, harus dilakukan dengan melakukan pengaturan penyediaan daya aktif dalam sistem. ‘Pengaturan penyediaan daya aki dilakukan dengan pengaturanbesarnya kopel mekanis yang diperlukan untuk memutar generator, hal ini berarti pengaturan pemberian uap pada curbin wap atau pengaturan pemberian bahan bakar pada turbin gas dan mhesin Diesel dan pengaturan banyaknya air yang masuk turbin air pada unit PLIA Pengaturan Frekwensi war Pengaturan pemberian wap atau bahan bakar atav air tersebut diatas dilakukan oleh governor unit pembangkit. Gamber 1V3. menggamberkan prinsi kerja dari suatu govervor, Posae S— vasa ruta a Ketubn wap Ganabar 1V.3 Prinsip kerjz Governor 1, Pengisap pengarah tekanan minyak. 2 Pengisap pongatur volume wop ain Apabila pada saat = t, (ihat gambarIV.3. dan gambar TV-4.) ada penambahan beban maka fickwensi akan menurun dari nilai F, menjadi F' Penurunan frewensi ini disebabkan karena nilai T, pada persamaan ([V.1.) menjadi lebih besar sebagai akibat penambahan beban sehingga T, - T, = AT < 0 dan do do selanjumnya “G- juga menjadi < 0. “>> adalah percepatan sudut, apabila nilainya <0 maka berart terjadi pengurangan kecepatan sudut @ dan Karena frefowensi Qe maka hal ini juga berarti pengurunan fickwensi. Fenurunan frekwensi dari nilai F, menjadi F! dirasakan oleh governor dan gonervor akan beraksi untuk mengembaliken nilaifrekwensi ke F,. Realsiiniberlangsuagsebagai berikest: a, Karena kecepaian sudut a dari mesin penggerak gencrator turun maka bole-bola berputar pada gambar 1V;3. juga akan turun kecepatan sudutnya karena poros yang memutarnya cikubuagken langsung mnclalui sistem roda gigi dengan mesin ‘penggerak generator. Hal iniakan menyebabkan titik A menuirun yang selanjutnya oe Operas Siztem Tenaga Listrik juga akan menurunkan titik B, Dengan turunnya titik B maka tocak pengarah ‘tckanan minyak akan mengalirkan minyak bertekanan ke torak penggerak katup utama sehingga katup tama terangkat keatas untuk menambah wap ke turbin ‘ap dalam hal mesin penggerek adalah turbin vap dan dalam mesin penggerak adalah turbin air maka katup utama akan menambah air ke turbin air, Untuk ‘mesin Diesel dan tuzbin gas maka yang digerakkan adalah batang pengatur bahan baka: ‘Dalam gambar I1.4.A. peristiwa penambahan beban terjadi pada saat t= t, dan hal ini menyebabkan frekwensi turun. Pada saat t= t, kerja govemor telah mulai teraca dan kecuraman (dalam bahass Inggris slope) penrunan freicwensi mulai bberkurang sampai pada saatt = t, kecuraman penurunan frekwensi telah hilang a ‘atau secara matematis dikatakan “= 0, maka dengan mengingat persamzan (IVA) dan (V2) hal ini berard bahwakalaw < =0,AT=T,-T, juga mempunyai nilai nel, Pada saat ¢ = ¢, nila frekwensi F = F* dimana F* + F,, Hal ini menyebabkan ‘bahwa generator akan terus menansbah uap dengan jalan mengangkat katup uiama ari turbin. Keterangannya adalah sama seperti uraian pada butira. hal ini berarti ‘bakwa kopel yang dihasillan mesin penggerak generator terusdiperbesar schingga a ATT, -T, menjadi ~ 0 dan mengaldbatkan “F- > 0, yang berartibakwa frckwensi alk, pada saat t = ¢, nilai fiekwensi F = F, sehingga scbetulnya tidak diperiukan lagi Jangkah untuk memperbaikifrekwensi. Tetapi pada saat t=t,nilai AT>0 sebagai aldbat pcnambahan uap yang berlangsung sejak saat t= t, seperti tersebut dalam butirc. nilai AT > 0 ini menyebabkan frekwensi terus naik. Beberapa saat setelah += {,nllai fckwensi F > F, sehingga governor mulai bereaksi untuk memurunkan ‘frekwensi dengan jalan mengurangi uap ke turbin schingga nilai AT diperkecil dan hal ini juga memperkecil nilai é sesuai dengan persamaan (IV,1.) dan qv2). Pada saat t=, nilai fickwensi F” = F” dimana F” > F, schingga governor akan terus beraksi untuk menurunkan frekwensi, Pada saat t = t, nilai AT = T,-T, sehingga dari segi kescimbangan kopel generator deagan kopel beban sebetulaya ‘tidak diperlukan lagi pengurangan nilai kopel generator'T,, yang dilakukan olch ‘governor dengan jalan mengurangi vap. Pengeturan Frekwensi 229 ~ Piaf, penumbahan osp bertene! °° fetapr ae 7 OF male cere y- Karena BT =O, tetani AF <0 cake tetap ada peranpansn vap sebelun ada yenasbehan eben oft eens painees (—_——Ja-turan dens carya srekwenst Lou tg Kenhall ste cassia 3, ‘Gambar IV.4.B. Respons Governor yang stabil 220 ‘Operasi Sistem Tenaga Listrik seperti diuraikan dalam butir d. Tetapi karena pada saat t=, nilai frekwensi F” > F,maka governor akan terus bereaksi untuk mengurangi ap ke turbin. f Pada saat t=t, keadaan adalah serupa dengan pada saat t= t, yaira bahwa nilai frelowensi f = f,tetapi bedanya dengan pada saat t = t, adalah bahwa pada saat t =, nllal AT <0 seningga frekwensi setelan saat t = t, akan menurun. Dengan uraian yang serupa ditelaah keadaan sesudah t = t,, yang sesungguhaya metupakan keadan periodik, Dari uraian diaras dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Setelah ada penambahan beban, frelwensi menurun dan govemnorberaksi untuk mengembalikan frekwensi ke nilai semula yaitu F,. 2. Dalam proses mengembalilcan nilai frelovensi ke nilaisemula F, temnyata apabila telah tercapai nilai F, nilai AT + 0 sehingga nilai F, akan berubah lagi. Dilain pihak apabile nilai AT = 0, hal ini terjadi pada saat nilai frekwensi F + F,. 3. Dari uraian tersebut dalam butir 1 dan 2 diatas temnyata governor tidak bisa mencapai nilai F, kembali secara stabil melainkan akan berosilasi disekitar nilai F,, dikatalan bakwa governor bersifat astatis. Untuk bisa membuat governor besifet stabil maka titik C dan D dalam gambar 1113, perlu dihubungkan, Dengan dihubungkannya titik C dengan D maka dengan mengingat pula uralan-uraian tersebut dalam butir a sampai dengan butir d maka ‘bertambahnya vap yaitu dengan naiknya katup utama, menyebabkan titiktitik C, D can B juga akan naik. Naiknya ttik 3 ini dipercepat oleh naiknya titik C dan D Gisamping titik B juga dinaiklan oleh titik A yang bersamaan dengan naikaya ‘rekwensi, Hal ini mengakibatkan babwa titik B akan Iebih cepat menutup pengiriman tckanan minyak yang mengangkat katup ap. Ini terarti behwa penambahan kopel pada mesin penggerak generator (penambahan nilai T,) akan lebih cepat berhenti. Apabila berhentinya penambahan wap ini kemudian diikuti dengan berhentinya serakan ttik A maka governor akan bechenti bekerja seperti diuraikan dalam butir a, titik A mula-mula bergerak turun sebagai akibat turunnya frckwensi dan gerakan titik A inimerupakan permulaan dari respons governor: Bezhentinya gerakan titik A terjadi do apabila AT = T.,- T, = 0 schingga menurut persamaan (IV.1) nilai = 0. Titik A do akan bergerak apabila nilai o berubah atau apabila S” =0 dan akan bethenti apabila. do 2 = 0. Apabila $> belum mencapainilai nol maka tik A akaa bergeralelagiturun ‘dan proses penambehan vap dengan ureian seperti diatas berlangsung lagi tctapi sclalu 0, nilai AT yang sejak ada penambahan beban menjadi < 0 karena T, menjadi >T,,, naiksecara discrete hingga mencapai nilai = 0 tanpa memasuki kondisi aT>0. ‘ka sempat mencapai nilai AT > Omaka akan terjadi csilasi. Tercapalaya keseimbangan ini juga dibanta oleh karakteristik beban sistem yang turut menurun apabila frekwensi dalam sistem menurun, Hal ini juga digembarkan dalam gambar 1V.B. Keseimbangan baru tercapai pada fickwensi F” < 0 dan selisin F, —F” disebut speed droop dari gov- mor. Gambar IV4.A. maupun gamber 1V.4.B, menggambarkan keadaan-keadaan yang exs- trim dari karakteristik governor yaitu keadaan yang tidak stabil, terus meneras berosi- Iasi, dankeadaan yang langsung stabil tanpa osilasi. Dalam praktekbisaterjadikeadaan diantara kedua keadaan ekstrim iai yaitu terjadi osilasi yang terendam dan akhirnya tercapai keadaan yang stabil, hal ini ditunjukkan oleh gambar V4. lengiung b. i 1 5 Tt (eetik) Gambar IV.3 Berbagai nspons dari Governor terhadap perubahan beban aa ‘Operasi Sistem Tenaga Listrik Pada saat t= t, ada penambahan beban. Pada saat t= t, Governor mulai memberi respons Garis a menggambarkaa respons yang tidak stabil, berosilasi Garis ¢ menggambarkan respons yang langsung stabil Garis b menggambarkan respons berosilasi yang terendam dan akhirnya stabil. Cepat atau lambatnya osilasi ini terendam tergantung kepada speed droop Governor dan juga kepada dash pot time dari Governor. Hal ini akan diuraikan secara lebih, terperinci dalam pasal IV. Dengan menghubungkan tiik C dengan titik D maka bisa tercapai keseimbangan baru nantun keseimbangan baru ini terjadi pada frekweasi F, yang lebih rendah dari frekwensi semula F, Untuk mempertahankan fickwensi pada nilai F, pertu ttik B ditekan kebawah. Lang- {kab-langlah tersebut diatas yang dilakukan olch governor secara ctomatistetapimeng- tasitkan frekweni F, < F, disebut pengaturan primer yang cilakukan och governor, sedangkan penekanan tit B untuk mengembalikan frekwensi ke ailai F, disebut pengaturan sekaunder. ‘Pengaturan selcunder tidak dilakukan otomatis oleh governor namun dapat dilakukan secara manual oleh operator atau oleh komputer. Frekwensi > Betan ¢) ‘Gambar IV.6 Karakeristit Speed Droop Governor. Sifat governor yang dapat stabil tetapi tidak dapat mengembalikan nilai frekwensi ke rilai frekivensi semula disebut babwa governor mempunyai speed droop. Gamber 1V.6 menggambarkan karakteristik speed droop dari governor. Pengaturan Frekwensi 233 Apabila pada beban pemuh (100%) dikehendaki frekwensi = 100% dan untuk ini frekwensi pada beban nol harus = 104% make dikatakan bahwa governor ‘memapunyai speed droop = 4%, Speed droop sesungguhnya merupakan hasil umpan belik dari gerakan penambahan uap/air, yaitu dengan bergeralmya titi CdanD keatas yang juga menyeretttik B keatas dan akhimnya menutup aliran tekanan minyak yang mengangkat pengisap tik C. IV.3_ PENYETELAN SPEED DROOP Speed droop merupakan salah satu karakteristik governor yang perlu dipethati- kan dalam pengaturan frekwensi sistem. Dalam pasal ini dibahas bagaimana penyetelan speed droop governor dilakukan. Dengan mempethatikan gambar IV3. terlibat bahwa malin dekat jarak titik B dengan titik D makin cepet pengisap titik B menutup aliran minyek yang mengangkat atau menurunkan posisi pengisap ttik D dan scbaliknya makin jauh jarakaya makin lambat gerakan memutup aliran minyak ini. Hal ini berarti bahwa makin dekat jarak titik B Want (dei) Gambar IV.8 Proses Peigaturan Frelovens! sebagai ngs! wake, Gambar 11.8. Menunjukkan perubahan frekwensi sebagai fungsi waktu. Pada saat t = t, ada penambahan beban schingga frekwensi menurun menurut garis 1 ae, ‘Operasi Sistem Tenaga Listrik IV.5 HUBUNGAN ANTARA SPEED DROOP DAN PEMBAGIAN BEBAN Gamber IV.13 menggambarkan dua buah unit pembangkit yang bekerja paralel ‘dan melayani beban sebesar P, hanya saje untuk pembangkit2 (dua) gazis beban berarah kkekiri dan sumbu frekwensi ada di kanan untuk memudahian penggambaran bakwa beban P selalu = jumlah daya yang dibangkittan, yeitu = P, + P, Unit pembangkit 1 ‘mempunyai speed droop S, sedang unit pembangkit 2 speed droopnya = S,. Mola-mula masing-masing unit mempunyai beban P, dan P, sedangkan frelwensinya = F, dan jumlah beban =P. Kemucian’beban berubah menjadi P’ sehingga beban masing-masing unit pembangkit menjadi P? dan P? dimana + = P* dan frekwensi turun menjadi F,. Dalam proses ini tidak ada pengaturan sckunder. Teriihat bahwa unit pembangkit 1 yang mempunyai speed droop S, yang lebih kecil daripada S, mengalami penambahan ‘beban~ yang lebih besar daripada penambahan beban unl pembangkitNo. 2 sebesar P!-P, "a Operasi Sistem Tenaga Listrik IV.5 HUBUNGAN ANTARA SPEED DROOP DAN PEMBAGIAN BEBAN (Gambar 1V.13 meaggambarkan dua buah unit pembangkit yang bekerja paralel ‘dan melayani beban scbesar P hanya saje untuk pembangkit2 (dua) gasis beban berarah kkekiri dan sumbu frekwensi ada di kanan untuk memudabkan penggambaran bakwa bebon P selalu = jumlah daya yang dibanghitkaa, yaitu =P, +P, Unit pembangkit 1 ‘mempunyai speed droop S, sedang unit pembangkit 2 speed droopnya = S,, Mola-mula masing-masing unit mempunyai beban P, dan P, sedangkan frekwensinya = F, dan jumlah beban = P, ‘Kemudian beban berubah menjadi P’ sehingga beban masing-masing unit pembangkit menjadi P! dan P? dimana + =P! dan frekwensi turun menjadi F,. Dalam proses ini tidak ada pengaturan sekunder. Tertihat bahwa unit pembangkit 1 yang mempunyai speed droop S, yang lebih kecil daripada S, mengalami penambahan beban - yang lebih besar daripada penambahan beban unit pembangkit No. 2sebesar PIP, ee Operasi Sistem Tenaga Listrik <> Deban (MW) Gambar IV.13 Pengeruh speed droop terhadap pernbagian beban Jadi dalam sistem yang terdiri dari banyak unit pembangkit epabila terjadi perubahan bedan maka unit pembangkit yang mempunyai speed droop kecil yang mengalami ‘penambshan beban yang lebih besar daripada unit pembangkit yang mempunyaispeed droop besar. Sistem yang terdiri dari banyek unit pembangkit sesungguhnya dapat dianalogiken ‘dengan sebuah unit pembanghit besar yang mempunyai speed droop tertentu. ‘Dalam hal ini sering dipergunakan istilah statisme dari sistem yaitu suatu angka yang menggambarkan berapa MW yang diperlukan untuk menurunkan frekwensi sistem satu hertz tanpa ada pengaturan selaunder Statisme ini tergantung kepada banyalmya unit pembangkit yang beroperasi dalam sistem serta penyetelan speed droop-nya. Frekwensi (Ilexts) Gatie beban sebagai fungsi frekwensi Gatis statisme sistem Beban (MW) BI BI OBZ — Gambar IV. 14 Prubohon Frekwensi sebagai akibat kencilan beban sistem Pengaturan Frekwensi 283 Beban sistem pada umumnya juga mervpakan fungsi dari freiowensi, kalau freiewensi naik beban juga naik. Gambar IB.14 menggambarkan kenaikan bedan mula-mula sebesar DP dalam sistem daxi P, menjadi P, mala titi keseimbangen yang semula ada di titik 1 berpindah ke titik 2. Tetapi karena adanya statisme dari sistem maka titik 2 cenderung menuju ke dik 2 A yang terletak pada garis siatisme sistem, Dilain pihak karena frekweasi menurun sebagai alibat adanya statisme sistem, beban juga menurua menurut garis beban dan akhimmya tercapai keseimbangan baru di tik 3 dengan frckwensi = F Dalam praktek beban dimasukkan melalui circuit breaker sehingga kondisi dimana ‘beban telah bertambah sebesar DP tetapi fickwensi masih tetap mempunyai nilai F, betul-betul dapat terjadi dalam praktek, yaitu kondisi yang digambarkan oleh titik 2 ‘walaupua titik ini hanya merupakan masa peralihan yang selanjucnya keseimbangan akan berpindah seperti uraian diatas ke titik 3. IV.6 TINJUAN MATEMATIS TERHADAP PENGATURAN PRIMER DALAM KEADAAN STATIS Sebagaimaaa telah disinggung dalam pasal 1Y.9, statisme suatu system adalah suatu angka yang menggambarkan berapa Hertz fickwonsi akan berubah untuk perubahan beban dalam MW tertenta. Statisme sematz-mata merupakan hasil pengaturan primer dati governor-governor dalam system, belum ada pengaturan selander. Frekweasi (iertz) Py —® Beban (MW) Gambar IV.15 Guris Statisme dalam hubungannya dengan jrekwensi dan beban, ies Operasi Sistem Tenaga Listrik —_— IV.7. TINJAUAN MATEMATIS RESPON WAKTU DARI GOVERNOR TERHADAP FREKWENSI (KEADAAN DINAMIS) ‘Untuk mengadalan tinjauan matematis terhadap respon wakru (time respon) dari governor kita tinjan gambar IV.16 yang sesunggulanya merupakan penyederbanaan dari gambar IV.7 éengan menonjolkan arah gerak dari ttik-titik engel pada governcr. Pengaturan primer yang dilakukan governor dalam mcnanggapi porubahan- perubahan memerhukan waktu. Bagaimana pengaruh governor dalam menanggapi perubaben beban memerlukan waktu. Bagaimana pengaruh governor selama _pengaturaa primer tersebut berlangvung ditunjulckan sebagai karalteristik, Frelowensi versus wakta, menggambarkan Respons waktu dari Governor. Secara singkat, dengan pondekatan fisik, hal ini terlah disinggung dalam pasal 1V.2, Dalam pasal ini hal ini akan diulas dengan pendekatan matematis. 2 ‘Operasi Sistem Tenoge Lisirik 6 | kee turtin (Gasbax IV.16 Hubungon, gerakan icik-ttik ensel pada governor ‘Masukan (input) ke governor diterima : a, Melalui tik A yaitu apebila terjadi perubahan frekwensi yang selanjutnya akan iikuti dengan pengataran primer dari governor. b. Melalui titi B2 yaitu apabila dlakukan pengaturan sekunder baik secara manual mavpua melalui motor pengatur putaran, ose 2030 > cet f, = 90Hz a a oad po 2 Gambar 1V.23 Frebnensi sehagai fangsi waktu sebagai ckibat perubahan beban mendadak dan hasil respons governor tanga pengaturan sekunder dalam sistem Tenaga Listik, Persamaan (TV.45) menggambarkan perubahan frekwensi sebagai fungsi waktu yaitu Af), sedangkan frekwensi sebagai fungsi waktu adalah {= +aL0 aso) ddigambarkan oleh gambar 1V.23 Lengkung I paca gambar 1V.23 didapat dari persamaan (IVAS) dan persamaan (IVS6) dengan mengambil nilai f, = 50 Hertz. Dari vraian mengenai penurunanpersamaan ([V.46) kita ketahui bahwa nilai T, dan T.,diabaikan. Apabila nilai T, dan T,, tidak diabaikan maka akan kita dapatkan lengkung-lengkung dan keterangannya adalah sebagai berikut = 1, Dengan adanye penambahan beban maka penyediaan daya dalam sistem mengalami defist. Defisit ini csi deagan mengambil energ! dati energi kinetis sistem schingga energi kinctis ini berkurang dan ditandai dengan taruany2 frekwensi, Dalam periode ini lengkung 1 dan lengiung 2 masih berimpit. 2, Penurasan frclwensi terscbut delam butir | menyebaban governorbekerja. Tetapi hasil kerja governor baruterasa dalam sisetm setelch melalui time constans T,,T, dan Tp. Jadi epabila nilai T, dan T,, tidak diabaikan maka pengaruh governor untuk menmbeh daya dalam sistem, mencegah penurunan frekwensi dalam sistem, akan lebih lambat dirasakan, sehingga lengkung 2 akan “tertinggal” terbadap longkung 1 3. Untuk nilai t yang besar lengicung | dan lengkung 2 berimpit kembali karena T, dan T, tidak mempengarubi besarnya statisme sistem, tidak mempengarvbi ondisi steady state. Dalam keadaan steady state frekwensi akan mencapai nilai fy £ Besamya Af ergantung kepada statisme sister (lihat pasal 1V.0). Lengkung 2 dapat menjadi lengkung 3 yaita apabila respons dani governor “terlatu eras” secara matematis apabila faktor R pada persamaan (IV.44) terlala besar. Apabila respons dari governor “terlaln keras” , R terlafu besar, maka frekwensi bisa naik mencapai nilai > f- Af dan Kemudian trun kembali menyju nilai £- Af yang ditentukan oleh statisme dari sistem, Dalam menuju ke ailai £, Af fiekwensi bisa berosiiasi, keterangannya adalah serupa dengan keterangan meagenai kerja governor pada pasal 1V.2 Pengaturan Frekwensi ET PENGATURAN SEKUNDER PADA GOVERNOR Frexwenst Gens) Garis aban asbegat ‘fungei fckwensl tl Pengstiean sekunder Garis rokendor Bebia De —> aw) Gambar 1¥.24 Fegaiiran sekunder ental menaikean frekevensi sisters, Gambar TY.24 merupakan lagjutan dari gambar IV.14 yaitu setelat tercapai kescimbangaa dititik 3 deagan frckwensi F, dilakukaa pengaturan sekunder dengan merubah posisi speed changer (titik B pada garebar1V.7) éan lihat juga gambarIV.9). ‘engaturan sekender iniberarti penggeseran paris statisme sistem sejajas keatas seperti terlihat pada gamnbat IV:11, Frelowensi cenderung menuju titk 4 A tetapi karona beben, naik dengan naikya fret-wensi menurut gars beban maka keseimbangan baru texcapai ititik 4 dengan fickwensi F, dan beban sebesar P, pada gambar 1V.24, Uraian diatas menggambatian bagaimana proses pengaturan frelwensi melalui ‘pengaturan sekunder berlangsung dalam sistem sebagai akibat penambahan bebaa. Dengan vrsicn yang serupa daret dianalisa bagaimana proses peageturan frokwensi apabila terjadi penurunan beban dalam sisiom, 5B Pengaturan sekainder, dapat dilakukan secara manual atsupun oleh komputer. ike dilakukan secara manual éalam sistem yang terdiii dant banyak unit pembangkit dan juga banyak pusat listrik yang tersebar, pelaksanaannya perlu dikoordinix. Koordinasi pengaturan sekunder ini, berarti pula koordinasi pembagian dalam sister, oleh karena- nya dilakukan olch “Pusat Pengatur Deban Sistem: Tenaga Listrik. Jika pengaturan ini dilakukan dengan menggunakan kompat=r maka sofiware éari komputer harus dist datanya oleh Pusat Pengetur Beban agar sesuai dengan kondisi sistem. Hal ini menyangkut penentuan unit-unit pembangkit yang akan dilakukan dalam pengatvran fickwersi sistem scrta penentuan participation factomya. Participation factor ini tergantung kepada syarat-syarat mekanik dari unit pembangkit hususnya yang menyangku: kecepatan perubeluan beban yang diperbolehkan (MW/menit). Br Operasi Sistem Tenoge Liewik ‘Untukpengaruraa sekundertervtama yang memati komputer perla diketabui terlcbih dahulu daya pengaturan sistem yaitu berupa MW yang diperlukan untuk menaikkan firckwensi sistem sebeser satu Hertz. ‘Untuk sistem Jawa saat ini dengan beban puncak 2196 MW daya pengaturan ini adalah kira Kira 200 MW/Hertz. Dengan mengetahoi daye pengaturan sistem maka OF yaitu penyimpangan frekwensi terhadap frekwens! yang dikehendaki, dapat dihitung daya yang dipeduken watuk meagkorekst peayimpangen fiekwensl sebesar AP = &. AF. dimana k, adalah suatu konstanta yang menggambarken daya pengaturan sckunder. Kemudian AP yang diperlukan ini cibagikan kepada unit-unit pembangit yang direacanakan mengikuti program pengasuran fiekwensi dengan mempezhatikan par- ticipation factor dari masing-masing unit pembangkit tersebut. Dalam praktek begitu frekwensi naile, langsung diikoti dengan kenaikan beban Khususnya untuk beban yang terdiri dari motor listik, walaupun kenaikan bcban ini memerlukan waktu karena adanya kelembaman sistem mokanik dari motor-motor listrik, Jika peagaturan sekunder sistem berlangsung cukup lama maka pengaruh kenaikan beban scbagaiakibat kenaitian fickwensi sudahakan berpengaru sehingga proses pengaturan sekunder seperti digambarkan oleh gambar IV.24 sesungguhnya berlangsung setapal demi setapak seperti digambarkan oleh gambar 1¥.25, yang sesungguhnya merupakan kelanjutan proses pengaturan sckuader yang digambarkan oleh gambar 1V.24. Frekwsnsi Glew) Goris stone sisters Peazaturan schunder > peban ow) Gansbar IV.25 Pengaturan sehunder yang ditkuti dengan perubahan beban sistem Pengaturan Frekwensi 263 Frekwensi dinzikkan dari titel ke titik2, ini menyebabkan kenaikan beban sistem mengikuti kenaikan frekwensi, Keraikan heban ini menyebabkan pentirunan frekwensi sepanjang garis statisme sistem menuju ketitic 3. Kemudian freiwensi naik ke titk 4 dan seterusnya sampai ke tik 7. Dalam proses ini dianggap bahwa selama langkah Kenaikan fiekwensi dari ttik | ke thik 2, dari tit 3 ke titik 4, dari ttik 5 ke ttik 6, {idak terjadi kenaikan beban karena langkah-langlah kenaikan fickwensi ini cukup Kecil dan beriangsung cukup cepat sehingga beban belum naik. Dengan naiknya frekwensi dari titik 1 ke ttik 7, beban juga naik sebesar AB. IvV.9 PENGATURAN FREKWENS! DAN BEBAN (LOAD FREQUENCY CONTROL) Gombar IV.26 menggambarkan dua buah sistem A dan B yang dihubungken satu sama lain oleh 3 buah tie lines. Setiap sistem merupakan suata kesatuan yang integrated schingga praktis tidak ada masalah pengukuran yang perlu pengawasen ‘Whusus dalam operasi. Sedangkan 3 bush tie lines yang menghubsngkan kedua sistem ‘A dan B relatif adalah lemah can bebannya periu diawasi secara khusus. Maia timbul masala fickwensi dari sistem, olch karenanya perlu ada Load Frequency Control (FC). Tie Lines Gaabar IV.26 Duc buah sistem A dan Byaegdiuiongar oll 3 bush te Fines Dalam LEC ada dua kebesaran fisik yang diameti yeita frekweasi sistem dan beban (MW) dari tie lines. Dua kebesaran fisik ini dibendingkan terhadap kebesaran yang {ita inginkan danselisihnya dipakai untuk menentulcan Langa langkah koreksi yang hharus dilakukan yaitu menarbgh atau mengurangi daya yang dibangkitkan. Koreksi yang diperiukan dinyatakan oleh persamaan : AP =K(P;P) +KCD dimana ap eS F avan " daya tambahan/pengurangan yang harus dibangkitkan dalam sistem. frekwensi yeng diinginkzn dalam sistem (Hertz) = fiekwensi yang sesungguhnya terjadi dalam sistem (Hertz), 264 ‘Operasi Sistem Tenaga Listrik setiap unit yang berpartisipasi dalam program LFC harus disesuaikan dengan koadisi telmis unit pembangkit IV.10 PELEPASAN BEBAN (LOAD SHEDDING) ‘Sika terdapat ganggvan dalam sistem yang menyebebkan daya tersedia tidak dapat melayani beban, misalnya karena ada unit pembangkit yang besar jatuh (tip), mala untuk menghindarkan sistem menjadi collapsed petu dakuken pelepasan beban, Keadaan yang lnitis dalam sistem karena jarubnya unit pembangkit dapat dideteksi melalui frekwensi sistem yang menurun dengan cepat, Hal ini dapat digambarkan dalam gembar IV.28 pada saat t= Yang jatuh sehingga frekwensi menurun, ada unit pembangkit e Gambar IV.28 Penubahan felwensi sebagai fiengsi wake dengan adanya pelepasen beban. ‘Turunnya fickwensi dapat menurut garis 1, garis 2 atau garis 3. Makin besar unit Pembangkityang jatuh (makin besar daya tersedia yang hilang) makin cepat frelovensi ‘menurun, Keeepatan menurunnya frekwensi juga tergantung kepada besar kecilnya inersia sistem. Makin besar inersia sistem, makin kckoh sistemnya, makin lambat ‘turunnya frekwensi. Dalam gambar IV28 dimisalkan bahwe fiekwensi menurun menurut garis 2. Setelah mencapai tiik B cilakukan pelepasan beban tingkat pertama oleh Under Frequency Relay (UFR) yang bekerja setelah mendetcks frckweasi sebesar F,.Dengan adanya Pengaturan Frekwensi er pelepasan beban tingkat pertama maka peaurunan fitkwensi berkurang kecepatannye, ‘sumpai tik C UFR mendetelsfrelcvensi sebesar F_ dan.akan metakkan pelepasan beban tingkat ke dua. Setelah pelepacan beban tingkat kedua frekwensi sistem tidak lagi menvrun tapi menunjukkan gejala yang baik yatu aaik kembali meauju titik D. Neiknya frekivensi dari titik C menuje tite D disebebkan karena daya yang masih tersedia dalam sistem, adalah lebih besar daripada beban setelah mengalami pelepasan beban tingkat kedua. “Mulai dari tik D, yaitu setlah proses terscbut diatas berlangusng selama Ty. Gover nor unit-unit pembangkit dalam sistem mulai metakukan pengaturan primer. “T, berkisar sckitar 4 detile Periode sebelum governor melalukan peagaturan primer isebut periode transien dan ini berlangsung selama Kira-kira 4 detik. Setelah gover- nor melakukan pongaturan prime: make frckwensi mencapai ttik FE yairs kondisi pada tii E. Xemampuan governor melakukan pengaturan primer sengat tergantang, Kepada besarnya spinningreserve yangmasih tersedia dalam sistem, Seandainya unit- ‘unit pembangkit yang masuk (paralel) kedalam sistm mempunyai kemampuan pembangkitan 100 MW tetapi bebannya baru 70 MW mata dikatakan behwa spin- ning reserve masih 100-70 = 30 MW. Setelah mecapai titik B masih ada deviasi frclowensi sebesar F terhadap frelwensi yang diinginkan yaita F, dan deviasi ini dikoressi dengan pengaturan seleander yang dimulai pada tik F dan fichwensimenjadi normal kembali pada titik G. “Apabila unit pembangkit yang jatuh tidak begita besar mungkin penurunan frekwensi tidak pernah mencepai nilai F sehingga dalam hal ini pelepasan beban tingkatpertama saja sudah cukup untuk menghindarkan sistem menjadi collapssed. ‘Dalam praktek pelepasan beban (load shedding) dilakuken dengan memasang UFR pada berbagai feeder distsibusi yang dipilth menurut kondisi setempat. Feeder diberi UFR, Junalah UER barus sedikitnya cukup metepas beban sebesar unt terbesar dalam sistem, Pelepasan beban dapat pula dilakvkan melalui Komputer Pusat Pengatur Beban yang dapat diprogram sebelumnya sesvai dengan kebutuhan operas setiap saat dan kondisi setempat. 1V.11 MACAM-MACAM CADANGAN PEMBANGKITAN Selisin antara kebutuhan daya dalam sistem (bedan) dengan daye yang siap untukdibangkitkan dalam sistem, merupalsan cadangan pembaagkitan dalam sistem. ‘Namun, karena tidak semua unit pembangkit yang siap operasi sclalu dioperasiken maka timbul beberapa cadangan pembanghiten yaita 268 ‘Dperasi sistem Tenaga Listrit 4. Cadangan Berpotar (Spinning Reserve) Talah eadangan daya pembangkitan yangterdapat pada unit unit pembangkct yang beroperasi paralel dengan sistem b. Cadangan Panas (Hot Reserve) Talah cadangan daya pembangkitan yang terdapat pada unit pembangki: yang siap operasi dan telah dalam kondisi untuk dapat segera paralel deagan sis.em. Istilah ini biasanye dipakai untuk unit PLTU yang siap operasi dalam keadan ketelnya panas dan telah tersedia uap untuk sewakru-waktu menjalankan tuzbin, api Ketel dalam keadaan menyala Kecil sehingga uap tetap panas dan siap untuk ‘menjalankan turbin vap. Untuk memaralel generator dengan sistem serta memberi beban pada turbin. Walaupun kete! sudah dalam keadaan panas masih diperlukan walcu beberapa puluh tucbin, © Cadangan Dingin (Cold Reserve) alah cadangan daya pembangkitan yang terdapat pada unit-unit pembangkit yang siap operasi sctapi dalam keadaan berhenti/dingin, Unit PLTA, Unit PLTD maupun unit PLTG yang dalam keadaan siap operasi tapi beshenti/dingin masih biea icbih expat mencapai beban penwh dibandingkan dengan, unit PLTU yang sudah dalam keadaan panas seperti tersebut dalam butir IIT.14. Hal ini discbabican karena masalah mckanik yang terdapat dalam PLTU. ‘Untuk menjamin tercapamya pengaturan frekwensi yang baik, selain harus tersedia ‘cadangan berputar yang cukup perlu pula diperhatikan bahwa keadaan governor adalah, bebas (free) dalam artibahwe tik D gambar IIl.3 dapat bergerak bebas. Karena alasan- slasan teknis ada kalanya titik D gambar IIL3 dikunci (locked), sehingga dengan demikian unit pembangkit yang bersangkutan tidak dapat berpatisipasi dalam pengaturan frekwensi sistem baik pengaturan primer maupun pengaturan sekunder dalam hal terjadi kenaikan beban yang memerlukan tambahan daya dari unit ‘pembangktt. Salah satu alasan teknis untuk mengunci titk D adalah adanya gangguan mekanis pada unit pembanghit yang memeriukan pembatasan éaya yang dibangkitkan. “Makin besar cadangan berputar dalam sistem makin andal sistem tersebut dalam menghadapi gangguan, tetapi juga makin besar biaya operasinya Khususnya biaye bahan bakarnye. Oleh karenanya perlu ada “kompromi” antara keandalan dan biaya operasi. lV.12 CONTOH-CONTOH SOAL UNTUK KEADAAN STATIS Sebvah sistem tenaga listrik terditi dari dua subsister, yaity subsistem A dan subsistem B. Subsistem A terdiri dar tiga unit pembangkit masing masing mempunyai K,=10 MW/Hert, K, = 20 MW/Hertz, dan K,= 30 MW/Hertz. Pengaruran Frekwensi 265 Subsistem B terdisi dari dua unit pembangkit masing-masing mempunyai statisme K-20 MW /Hertz dan K,=20 MW/Mertz. Subsistem A dan subsistem B dikubungkan olch sebuah tie tine dan kedalam sistem A ditambahkan beban sebesar 10 MI. Perubahan-perubahan apa yang terjadi dan berepa besar perubahan ini. Jawaban Statisme dani sistem = ZK,+ K+ K,+ K+ K,=100 MW/Herz, Karena ada tambahan daya 10 MW maka terjadi penurunan frekweasi dalam sistem sebesar 10/100=0.1 Hertz. Sub sistem B K,=K,+K,=40MW/Lertz. Karena ada penurunan frekwensi sebesar 0,1 Herz maka dengan memakai persamaan IIL AP+, AF=0 AP=-K, Af = 20 x0,1 =-4MW. Ini berarti ada kenaikan pembangkitan sebesar 4 MW dalam subsistem B, sedangkan dalam subsistem B tidak ada penambahan bebaa, maka kenaikan pembangkitan sebesar 4 MW tersebut diatas akan menjadi kerusakan aliran beban sebesar 4 MW dalam tic line dari subsisem B meauju ke subsistem A, Dalam subsistem A penurunan frekvensi sebesar 0,1 Hertz menyebablan perubahan pembangkitan, = -K,,. f = 60x 0,1 = -6 MW, berarti ada kenaikan pembangkitan sebesar 6 MW yang ditambah dengan Kenaikan penerimaan daya dari subsistem B melaluitie lines sebesar 4 MW adalah = 10 MW atau sama dengan beban yang ditambahkan. Apabila dikehendaki agar transfer daya melalui tie line tidak berubah maka harus ada pengeturan sekunder di subsistem B sebesar 4 MW. Catatan: ‘Dalam soal ini dianggap bahwa besar beban tidak dipengaruhi frelcvensi. Sebuah sistem terdiri dari 10 unit pembangkit masing-masing mempunyai Kemampuan maksimum 100 MW dan statisme sama yaitu S=2 Hertz, Statisme adalah turunnya frekwensi dari keadaan dengan betan nol sampai keadaan dengan beban maksimum, Beban sistem = 700 MW diinginkan cadangan berputar sebesar 300 MW. ‘Ada dua alternatif untuk menempatkan cadangan berputar, yaitu : A. Semua unit mempunyai cadangan berputar yang sema yaitu masing-masing ‘membangkitkan 70 MW dan masing-masing mempunyai cadangan berpatar 30 MW. 270 ‘Gperesi Sistem Tenaga Listrik B, Lima unit membangkitken masing-masing 90 MW dengan cadangen berpuiar masing-masing 10 MW. Lima unit berikutnya masing-masing membangkitkan 50 MW dengan cadangan herputar masing-masing 50 MW. ‘Hitunglah penurunan frekwensi yang terjadi untuk tiap alternatif diatas apabila beban berubah dari 700 MW menjadi 1000 MW. Jawaban + Alternatif A: : 10x100 _ 500 MW “Energi pengeturan untuk 10 unit pembanglst k= ——— = Energi pengaturan untuk 10 unit pembangkit k, = 10 x 100 = 500 MW beban ‘naik dari 700 MW menjadi 1000 MW menimbvlkan penarunan frekwensi =0,6 Hertz Alternatif B Beban naik cari 700 MW menjadi 1000 MW dibagi menjadi dua tahap yaitu : Tahap I = 700 MW sampai dengan 5 unit yang semua telah berbeban 90 MW mencapai beban maksimum 10 MW, Suait yang lain mengalami kenaikan beben, serupa karena statismenya sama yaitu 2 Herz, ‘Tabap I ini adalat dari 700 MW menjadi 700 + 10 x 10 = 800 MW. 800-700 _ 500 Dari 700 MW menjadi 800 MW frekwensi turun Hertz. Selanjatnya tahap 2 yaitu dari 800 MW menjadi 1000 MW maka 5 unit yang semula masing-masing berbeban 90 MW telah berbeban penuh dan tidak berpatisipesi lagi. Lima unit lainnya yang scrmula masing-masing berbeban 50 MW sekarang masing-masing telah berbeban 60 MW, jadi masih bisa berpatisipasi untuk Kenaikan deban 5 x (100-60) = 200 MW, ini menyebablan penurunan 12 Hertz fretvensi 200 = 0,8 Herz ckwensi P= 0; Perlu diingat babwa nilai k, untuk 5 unit pembangkit = 250 MW per Hertz yaitu setengah nilai k, untuk 10 unit, Jadi untuk altematif B 1otal penurunan firekwensi untuk sistem dari beban 700 MW menjadi 100 MW adalah 0,2 + 0,8 = 1 Hertz ‘Terlihat bahwa alternetif A adalah lebih baik karena penarunan fickwensi yang verjadi adalah lebih rendab, Gambet IV.29 menunjukkan secara grafis Penurunan frekwensi yang terjadi untuk kedua altemnatif tersebut diatas. Pengaturan Frekwenst aA Frekwensi (Hertz) t He He Ht 760 800 7000 —> Beban (MW) Gambar 1V.29 Alternatif A menuruti garis ABC; Alternatif A menuruti garis ABD 72 ‘Operasi Sistem Tenaga Listrik Frekvensi (Hert) t 50 49,935 Here, 49,870 Hert: 49,9 49,808 Herz 49,8: 49,7- ed 02 0,3 0 On Waktu (aetie Gambar IV.31 Grofit caronnya freewensi sebagai akibat gangzuen Unit pembangkit. Frokwensi (Herz) t 481 ee eee 48 pe O 0.1 0,2 03 wake (detik) Gambar V.31 Graftk naiknya frekwensi setelah ada pelepasan beban. ar Operasi Sistem Tenaga Listrit

You might also like